Jabatan Administrasi Dan Jabatan
Fungsional Pada UU ASN
Eselonisasi atau Jabatan Struktural adalah jabatan karir dalam birokrasi pemerintah. Jabatan karir
merupakan jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Dalam
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) Jabatan Struktural ini dapat disamakan
dengan Jabatan Administrasi dan Jabatan Pimpinan Tinggi.
Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Jabatan ASN terdiri atas, Jabatan
Administrasi; Jabatan Fungsional; dan Jabatan Pimpinan Tinggi. Jabatan Administrasi adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan. Sedangkan Jabatan Pimpinan Tinggi sekelompok
jabatan tinggi pada instansi pemerintah. Dengan Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN
yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi.
Sebelum era UU ASN 2014, kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang
terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a). Contoh jabatan struktural di PNS Pusat
adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh
jabatan struktural di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinas, kepala bagian, kepala
bidang, kepala seksi, camat, lurah, dan jabatan lainnya.
Jabatan Fungsional adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi. Akan
tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam pelaksansaan tugas-tugas pokok
organisasi, misalnya: auditor (Jabatan Fungsional Auditor atau JFA), guru, dosen, dokter,
perawat, bidan, apoteker, peneliti, perencana, pranata komputer, statistisi, pranata laboratorium
pendidikan, dan penguji kendaraan bermotor.
Dalam UU ASN 2014, dapat dipahami bahwa jabatan structural dialihkan terminologinya
menjadi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT), Jabatan Administrator, dan Jabatan Pengawas.
Secara garis besar rincian pengalihan atau perubahan jabatan structural adalah:
Jabatan struktural eselon I menjadi JPT Madya
Jabatan struktural eselon II menjadi JPT Pratama
Jabatan struktural eselon III menjadi Jabatan Administrasi
Administrator
Jabatan struktural eselon IV menjadi Jabatan Administrasi Pengawas
Jabatan Fungsional Umum menjadi Jabatan Administrasi Pelaksana.
Perubahan Terminologi Eselon III
dan IV Menjadi Jabatan
Administrator
Perubahan jabatan struktural eselon I dan II menjadi JPT Madya dan JPT Pratama dapat
dikatakan merupakan perubahan terminologi murni. Karena bisa dikatakan tidak ada perubahan
secara paternalistic.
Namun untuk perubahan jabatan struktural eselon III, eselon IV, serta Jabatan Fungsional Umum
menjadi Jabatan Administrasi dalam UU ASN dapat dipahami sebagai penegasan terhadap
karakteristik jabatan, serta karakteristik tugas dan fungsi jabatan struktural eselon III, IV, dan
JFU.
Mereka yang selama ini dikenal sebagai pejabat, selanjutnya diharapkan dikenal sebagai petugas
pelayanan publik serta petugas administrasi pemerintahan dan pembangunan.
UU ASN dapat dikatakan mengubah pola perancangan struktur kelembagaan instansi pemerintah
pada level eselon III dan IV dari yang semula cascading departementasi atau unit kerja top down
(atas ke bawah), selanjutnya menjadi pelembagaan rentang kendali (span of control) secara
bottom up (aspirasi dari bawah). Sehingga organisasi dapat mewujudkan struktur yang tepat
sesuai kebutuhan pelayanan public, sekaligus mengubah kultur paternalistik menjadi kultur
kemitraan dalam kegiatan layanan administrasi publik.
Sehingga dapat dikatakan, paradigm jabatan Eselon IV dan Eselon III yang selama ini dikenal
sebagai pejabat, dapat berubah menjadi pelayan publik. Dimana yang nomenklaturnya dahulu
disebut Kepala Seksi dan Kepala Bidang, atau nama lain yang ada kata kepala sebaiknya bisa
diubah menjadi Administrator dan Pengawas.
Kultur Kemitraan Jabatan
Administrasi
Undang-Undang ASN secara eksplisit menyatakan bahwa ASN merupakan profesi. Dalam
Penjelasan UU ASN dijelaskan bahwa maksud dari kata profesi adalah bahwa setiap pegawai
ASN harus memiliki suatu profesi. Dan profesi ASN terdiri dari profesi administrasi publik dan
profesi layanan fungsional.
Sehingga, pengembangan jabatan profesi bagi pegawai ASN, bukan sebatas pengembangan
jabatan fungsional. Pengembangan jabatan administrasi juga harus dilakukan.
Dalam UU ASN, asas utama pada jabatan administrasi adalah kemitraan. Sehingga antara
Pelaksana, Pengawas, dan Administrator akan lebih kepada hubungan rekan kerja daripada
hubungan atasan dan bawahan.
Namun, kondisi tersebut saat ini sebagian besar tidak mendukung perubahan kultur. Diantaranya
dengan tetap dipertahankannya nama jabatan Kepala Seksi, Kepala Bidang, Kepala Bagian, dan
nama-nama jabatan lain yang diawali kata kepala.
Sebaiknya, nama jabatan tersebut juga diubah menjadi Administrator dan Pengawas. Misalnya
Kepala Seksi Pelayanan Kartu Keluarga diubah menjadi Pengawas Pelayanan Kartu Keluarga.
Contoh lain misalnya, jabatan Kepala Bidang Pelayanan Administrasi Kependudukan menjadi
Administrator Layanan Kependudukan.
Selain itu, jabatan Kepala Bidang dan Kepala Seksi tersebut hingga kini masih memiliki ruangan-
ruangan tersendiri yang saling terpisah. Padahal, jika dilihat dari asas kemitraan, ruangan mereka
sebaiknya bersatu atau dalam manajemen kantor dikenal dengan istilah Open Space (ruang
bersama). Sehingga para Pelaksana, Pengawas, dan Administrator dapat saling berinteraksi dan
berkoordinasi dengan mudah dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat.
Jabatan Fungsional Pada UU ASN
Jabatan Fungsional berdasarkan UU ASN 2014 adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan
tertentu. Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri dari dua jabatan, yaitu jabatan fungsional
keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.
Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasny Mensyaratkan
kualifikasi profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya berijasah Sarjana (Strata-1);
Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan dan
penerapan konsep dan teori serta metode operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan
yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan;
JF Keahlian juga wajib terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh organisasi ikatan
profesinya.
Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian
dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu:
Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya
bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan
kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina
utama, golongan ruang IV/e.
Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya
bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan
kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c.
Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat
taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan
mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya
bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan
mulai dari Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang III/b.
Kemudian, Jabatan fungsional ketrampilan adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya
mensyaratkan kualifikasi teknisi profesional dan/atau penunjang profesional dengan pendidikan
serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan dan setinggi-
tingginya setingkat Diploma III (D-3);
Berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional ketrampilan dibagi
dalam empa jenjang jabatan yaitu Jenjang Penyelia, Jenjang Pelaksana Lanjutan, Jenjang
Pelaksana, dan yang terbawah adalah Jenjang Pelaksana Pemula.
Jika dilihat dari syarat kepangkatan dan pendidikan, maka Jabatan Pelaksana, Pengawas dan
Administrator dapat disetarakan dengan Jabatan Fungsional Keahlian Pertama dan Keahlian
Muda, serta Jabatan Fungsional Keahlian Madya.
Undang-Undang ASN secara eksplisit menyatakan bahwa ASN merupakan profesi. Dalam
Penjelasan UU ASN dijelaskan bahwa maksud dari kata profesi adalah bahwa setiap pegawai
ASN harus memiliki suatu profesi. Dan profesi ASN terdiri dari profesi administrasi publik dan
profesi layanan fungsional.
Sehingga, pengembangan jabatan profesi bagi pegawai ASN, bukan sebatas pengembangan
jabatan fungsional. Pengembangan jabatan administrasi juga harus dilakukan.
Kesimpulan
Penghapusan jabatan struktural berupa eselonisasi IV dan III adalah sesuai dengan perintah
Undang-Undang ASN. Sebab, jabatan struktural tersebut diubah karakternya menjadi jabatan
administrasi yang bersifat koordinatif.
Perubahan jabatan struktural eselon III, eselon IV, serta Jabatan Fungsional Umum menjadi
Jabatan Administrasi dalam UU ASN dapat dipahami sebagai penegasan terhadap karakteristik
jabatan, serta karakteristik tugas dan fungsi jabatan struktural eselon III, IV, dan JFU.
Mereka yang selama ini dikenal sebagai pejabat, selanjutnya diharapkan dikenal sebagai petugas
pelayanan publik serta petugas administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Sehingga, penghapusan jabatan struktural Administrator dan Pengawas tidak tepat, karena akan
melanggar Undang-Undang ASN. Namun, perampingan atau pengurangan jabatan Administrator
dan Pengawas dapat dilakukan demi pemerintahan yang efektif dan efisien.
Sehingga, jabatan Administrator dan jabatan Pengawas sebaiknya dikurangi hanya sesuai
kebutuhan. Mereka sebaiknya dialihkan untuk menduduki jabatan fungsional keahlian, yang
dituntut untuk menguasai kualifikasi profesi tertentu.