0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan6 halaman

Tgs 1

Diunggah oleh

Nanda Dew
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
3K tayangan6 halaman

Tgs 1

Diunggah oleh

Nanda Dew
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 6

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank


Kode Mata Kuliah : EKSI 4205
Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Diky Paramitha, S.E., M.Ak.
Nama Penelaah : Iis Solihat, S.E., M.Ak.
Status : Baru/Revisi*
Pengembangan
Tahun : 2024.1
Pengembangan
Edisi Ke- : 4 (empat)

Skor Sumber
No Tugas Tutorial Maksim Tugas
al Tutorial
1 Mr. Alex melakukan pembelian asset keuangan 20 Modul 1 Aset
berupa obligasi yang dilakukan diluar negeri. Keuangan
Karena terjadi arus kas dengan mata uang
domestik yang nantinya akan terjadi konversi
valas, Mr Alex akan menghadapi ketidakpastian
kurs di pasar valas. Berdasarkan contoh kasus
tersebut, Jelaskan macam risiko yang terjadi
atas transaksi tersebut?

2 Mr. bons memiliki usaha dibidang perdagangan 20 Modul 1 Aset


mesin pabrik. Pada bulan juli 2024 Mr bons Keuangan
mendapatkan pesanan senilai Rp.350jt dari
pelanggan. Setelah dihitung oleh bagian
keuangan pesanan tersebut membutuhkan dana
sekitar Rp.250jt sedangkan dana yang ada
hanya Rp.150jt. Karena kekurangan dana Mr.
Bons melakukan kerjasama dengan Mr. James
dan Mr Lam yang secara tidak sengaja mereka
bertemu di seminar bisnis.
Mr. James menginginkan sharing dalam bentuk
saham senilai Rp.100jt sedangkan Mr. Lam
dalam bentuk obligasi senilai Rp.50jt.
Jelaskan peran aset keuangan dan risk sharing
pada contoh kasus tersebut?

3 Inovasi keuangan mengalami perkembangan 20 Modul 2 Bank


yang cukup dinamis dari waktu ke waktu, mulai dan Lembaga
dari periode 1990 yang didominasi oleh aspek Keuangan
institusi dan regulasi hingga tahun 2008 yang
berbasis ICT. Jelaskan faktor yang memicu
adanya inovasi keuangan tersebut?
4 Pada contoh di Indonesia memiliki uang inti 20 Modul 3 Bank
sebesar 20 triliun, di perbankan tercatat giro Indonesia, OJK
senilai 5 triliun, tabungan dan deposito sebesar dan LPS
15 triliun, dan dari perusahaan kartu kredit
tercatat senilai 2 triliun. Dari contoh tersebut
hitunglah jumlah uang yang beredar?

5 Bank Indonesia dalam menjalankan kebijkan 20 Modul 3 Bank


moneter memiliki independensi akan tetapi Indonesia, OJK
terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter BI dan LPS
perlu bekerjasama dengan pemerintah selaku
otoritas fiskal, jelaskan keterkaitan hubungan BI
dengan Pemerintah terkait dengan kebijakan
yang telah diatur dalam UU No 6 Tahun 2009?

Jawaban :

1. Dalam transaksi keuangan seperti pembelian obligasi luar negeri, Mr. Alex
menghadapi beberapa jenis risiko yang terkait dengan ketidakpastian kurs di
pasar valuta asing (valas). Berikut adalah beberapa risiko utama yang mungkin
terjadi:

o Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk) Risiko ini muncul ketika nilai tukar
mata uang yang digunakan dalam transaksi berbeda dari nilai tukar saat
konversi dilakukan. Jika mata uang domestik Mr. Alex melemah terhadap
mata uang asing (misalnya, dolar AS) pada saat konversi, maka nilai
investasi yang diterima dalam mata uang domestik akan berkurang.
Sebaliknya, jika mata uang domestik menguat, nilai investasi bisa
meningkat. Fluktuasi ini dapat memengaruhi hasil yang diharapkan dari
investasi obligasi.

o Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk) Pembelian obligasi juga expose Mr.
Alex pada risiko suku bunga. Jika suku bunga di negara tempat obligasi
diterbitkan naik setelah pembelian, maka nilai pasar obligasi tersebut akan
turun. Ini berpotensi mengakibatkan kerugian jika Mr. Alex memutuskan
untuk menjual obligasi sebelum jatuh tempo. Selain itu, perubahan suku
bunga di negara asalnya juga dapat memengaruhi keputusan investasi
dan arus kas yang diharapkan.

o Risiko Kredit (Credit Risk) Meskipun bukan risiko langsung terkait dengan
konversi valas, ada risiko kredit yang harus dipertimbangkan. Jika penerbit
obligasi mengalami kesulitan keuangan dan gagal membayar bunga atau
pokok, Mr. Alex dapat menghadapi kerugian. Hal ini menjadi lebih
kompleks jika faktor nilai tukar juga berperan, terutama jika obligasi
tersebut diterbitkan oleh perusahaan di negara yang ekonominya tidak
stabil.

o Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan


untuk menjual obligasi di pasar sekunder tanpa memengaruhi harga
secara signifikan. Jika pasar untuk obligasi tersebut tidak likuid, Mr. Alex
mungkin kesulitan untuk menjual obligasi dengan harga yang diinginkan,
terutama jika ada kebutuhan mendesak untuk mengonversi kembali ke
mata uang domestik.

o Risiko Politik dan Ekonomi (Political and Economic Risk) Investasi di luar
negeri juga expose Mr. Alex pada risiko politik dan ekonomi.
Ketidakstabilan politik, perubahan kebijakan, atau krisis ekonomi di negara
penerbit obligasi dapat memengaruhi nilai investasi dan kemampuan
penerbit obligasi untuk memenuhi kewajibannya.

Kesimpulan
Mr. Alex harus mempertimbangkan berbagai risiko yang terkait dengan
pembelian obligasi luar negeri, termasuk risiko nilai tukar, suku bunga,
kredit, likuiditas, serta risiko politik dan ekonomi. Pengelolaan risiko yang
tepat, seperti penggunaan instrumen lindung nilai (hedging) dan
diversifikasi portofolio, dapat membantu mengurangi dampak negatif dari
risiko-risiko ini.
2. Dalam contoh kasus Mr. Bons, peran aset keuangan dan risk sharing sangat
penting untuk menyelesaikan masalah pendanaan yang dihadapinya. Mari kita
bahas kedua aspek tersebut secara lebih rinci.

1. Peran Aset Keuangan

Aset keuangan berfungsi sebagai instrumen yang memungkinkan Mr. Bons


untuk memperoleh dana yang diperlukan untuk memenuhi pesanan
pelanggan. Dalam konteks ini, ada dua jenis aset keuangan yang terlibat:

- Saham: Ketika Mr. James menawarkan investasi senilai Rp.100 juta dalam
bentuk saham, dia memberikan modal kepada Mr. Bons dengan imbalan
kepemilikan sebagian dari usaha tersebut. Ini berarti Mr. James akan
mendapatkan bagian dari keuntungan yang dihasilkan oleh usaha Mr. Bons,
tetapi juga berisiko jika usaha mengalami kerugian. Peran saham di sini
adalah sebagai sumber modal yang dapat meningkatkan kapasitas usaha
untuk memenuhi pesanan dan memperluas operasi.

– Obligasi: Mr. Lam yang berinvestasi dalam bentuk obligasi senilai Rp.50 juta
memberikan pinjaman kepada Mr. Bons dengan imbalan pembayaran bunga
tetap selama periode tertentu, serta pengembalian pokok obligasi saat jatuh
tempo. Obligasi berfungsi sebagai instrumen utang yang memberikan akses
lebih cepat ke dana tanpa harus memberikan kepemilikan saham dalam usaha
tersebut. Ini memungkinkan Mr. Bons untuk mendapatkan dana yang
dibutuhkan tanpa kehilangan kontrol penuh atas usahanya.

2. Risk Sharing

Risk sharing adalah konsep di mana risiko yang terkait dengan usaha dibagi
antara para pemangku kepentingan yang terlibat. Dalam kasus ini, dengan
adanya investasi dari Mr. James dan Mr. Lam, risiko finansial yang dihadapi
oleh Mr. Bons dapat dibagi dan dikelola dengan lebih efektif.

– Saham: Dengan menerima investasi dalam bentuk saham, Mr. Bons


membagi risiko operasional dan keuangan dengan Mr. James. Jika usaha
berhasil dan menghasilkan keuntungan, Mr. James akan mendapatkan imbal
hasil yang sebanding dengan investasinya. Sebaliknya, jika usaha mengalami
kerugian, beban kerugian tersebut juga akan ditanggung oleh Mr. James
sebagai pemegang saham.

– Obligasi: Dengan obligasi, risiko juga terdistribusi. Meskipun Mr. Lam


mengharapkan pembayaran bunga secara teratur dan pengembalian pokok,
Mr. Bons tetap memiliki kewajiban untuk mengelola usahanya dengan baik
agar dapat memenuhi kewajiban pembayaran tersebut. Jika usaha tidak
berjalan dengan baik, Mr. Bons akan menghadapi kesulitan untuk membayar
kembali obligasi, tetapi risiko kerugian tidak langsung dibebankan kepada Mr.
Lam sebagai pemilik saham.
Kesimpulan Melalui peran aset keuangan dalam bentuk saham dan obligasi,
serta praktik risk sharing, Mr. Bons dapat mengatasi kekurangan dana yang
dihadapinya untuk memenuhi pesanan pelanggan. Hal ini menunjukkan
bagaimana kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dapat
mendukung pertumbuhan usaha, mengurangi risiko individual, dan
memberikan solusi yang saling menguntungkan dalam bisnis.

3. Inovasi keuangan mengalami perkembangan pesat akibat berbagai faktor


yang saling terkait. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang memicu inovasi
keuangan dari periode 1990 hingga 2008:

1. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) Perkembangan


teknologi, terutama dalam bidang informasi dan komunikasi, telah menjadi
pendorong utama inovasi keuangan. Munculnya internet dan perangkat
mobile memungkinkan perusahaan keuangan untuk menawarkan layanan
yang lebih cepat, lebih efisien, dan lebih terjangkau. Teknologi seperti
blockchain, aplikasi mobile banking, dan sistem pembayaran elektronik telah
merevolusi cara transaksi dilakukan, mempermudah akses ke layanan
keuangan bagi masyarakat luas.

2. Globalisasi
Globalisasi memperluas pasar keuangan dan menciptakan kompetisi yang
lebih besar di antara institusi keuangan. Hal ini mendorong inovasi untuk
menarik nasabah, menawarkan produk yang lebih beragam, dan
meningkatkan efisiensi operasional. Institusi keuangan harus beradaptasi
dengan kebutuhan pasar global yang terus berubah, yang memicu
pengembangan produk dan layanan baru.

3.Regulasi dan Deregulasi


Perubahan dalam regulasi juga berperan penting dalam inovasi keuangan.
Pada awal 1990-an, banyak negara melakukan deregulasi di sektor keuangan,
yang membuka pintu bagi institusi baru dan produk inovatif. Regulasi yang
lebih fleksibel memungkinkan bank dan lembaga keuangan lainnya untuk
bereksperimen dengan produk dan layanan baru, seperti derivatif dan produk
investasi lainnya.

4.Kebutuhan Pasar dan Perubahan Preferensi Konsumen


Perubahan dalam perilaku konsumen dan kebutuhan pasar juga memicu
inovasi. Dengan semakin tingginya permintaan untuk layanan keuangan yang
lebih mudah diakses dan user-friendly, institusi keuangan berinovasi untuk
memenuhi harapan nasabah. Produk seperti pinjaman peer-to-peer dan
crowdfunding muncul sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat untuk
alternatif pendanaan yang lebih fleksibel.

5.Krisis Keuangan
Krisis keuangan yang terjadi, seperti krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an
dan krisis keuangan global 2008, juga memicu inovasi. Krisis tersebut
memperlihatkan kelemahan dalam sistem keuangan yang ada, mendorong
pengembangan solusi baru untuk mengurangi risiko dan meningkatkan
stabilitas. Inovasi dalam produk asuransi, instrumen lindung nilai, dan
pengelolaan risiko menjadi semakin penting.

6.Kompetisi di Sektor Fintech


Munculnya perusahaan fintech yang menawarkan solusi alternatif untuk
layanan keuangan tradisional mendorong institusi keuangan untuk berinovasi
agar tetap kompetitif. Fintech menghadirkan teknologi baru yang dapat
mempercepat proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan pengalaman
pengguna. Hal ini memaksa bank dan lembaga keuangan lainnya untuk
beradaptasi dan berinovasi agar tidak tertinggal.

Kesimpulan
Inovasi keuangan adalah hasil dari interaksi kompleks antara teknologi,
regulasi, globalisasi, perubahan perilaku konsumen, dan dinamika pasar.
Dengan memanfaatkan faktor-faktor ini, sektor keuangan dapat terus
beradaptasi dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
terus berubah.

4. Untuk menghitung jumlah uang yang beredar, kita bisa menggunakan definisi
uang beredar dalam ekonomi. Dalam hal ini, kita bisa mengacu pada konsep
M1 dan M2.

1. M1
M1 mencakup:
- Uang tunai (uang inti)
– Giro yang ada di bank

Dari contoh:
- Uang inti: 20 triliun
– Giro: 5 triliun

Maka, M1 = Uang inti + Giro


M1 = 20 triliun + 5 triliun = 25 triliun

2. M2
M2 mencakup
M1 ditambah dengan tabungan dan deposito serta instrumen keuangan
lainnya, seperti kartu kredit yang dianggap sebagai komponen tambahan
dalam konteks tertentu.

Dari contoh:
- M1: 25 triliun (dari perhitungan sebelumnya) – Tabungan dan deposito:
15 triliun – Kartu kredit (meskipun kartu kredit biasanya tidak dianggap
sebagai uang beredar, kita bisa mencatatnya di sini): 2 triliun

Maka, M2 = M1 + Tabungan + Deposito M2 = 25 triliun + 15 triliun = 40


triliun

Jika kita juga mempertimbangkan kartu kredit dalam konteks ini, maka:
Total Uang yang Beredar = M2 + Kartu Kredit

Total Uang yang Beredar = 40 triliun + 2 triliun = 42 triliun

Kesimpulan
Jumlah uang yang beredar di Indonesia dalam konteks ini adalah 40 triliun
jika kita hanya menghitung M2, atau 42 triliun jika kita juga memasukkan
nilai kartu kredit. Namun, penting untuk dicatat bahwa kartu kredit
biasanya tidak dihitung dalam agregat uang beredar. Maka, jumlah yang
lebih tepat sebagai uang yang beredar adalah 40 triliun.

5. Bank Indonesia (BI) memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan keuangan di Indonesia, yang tercermin dalam kebijakan moneter
yang dijalankannya. Keterkaitan antara BI dan pemerintah, terutama terkait
dengan kebijakan fiskal dan moneter, diatur dalam Undang-Undang No. 6
Tahun 2009 tentang Pengesahan Perjanjian Internasional yang berkaitan
dengan Pengaturan Moneter.

1. Independensi BI
Menurut UU No. 6 Tahun 2009, Bank Indonesia memiliki independensi
dalam menentukan kebijakan moneter. Ini berarti BI dapat mengambil
keputusan secara otonom tanpa campur tangan langsung dari pemerintah
untuk mencapai tujuan utama seperti stabilitas harga dan nilai tukar.
Independensi ini penting untuk menjaga kredibilitas BI dan kepercayaan
publik terhadap kebijakan moneter yang diambil.

2. Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal


Meskipun BI memiliki independensi, terdapat kebutuhan untuk koordinasi
antara BI dan pemerintah dalam kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal yang
diambil oleh pemerintah—termasuk pengeluaran, pajak, dan utang—dapat
berdampak langsung pada kondisi moneter. Oleh karena itu, BI dan
pemerintah harus bekerja sama untuk memastikan bahwa kebijakan yang
diambil saling mendukung dan tidak saling bertentangan. Misalnya,
pengeluaran pemerintah yang besar dapat menyebabkan inflasi jika tidak
dikelola dengan baik, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga BI.
3. Tujuan Bersama Kedua institusi tersebut memiliki tujuan yang sejalan,
yaitu menciptakan stabilitas ekonomi. BI bertanggung jawab untuk
menjaga inflasi dan nilai tukar, sementara pemerintah bertugas mengelola
ekonomi melalui kebijakan fiskal. Dalam kerjasama ini, BI dapat
memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah untuk membantu
mencapai target ekonomi nasional, dan sebaliknya, pemerintah juga harus
mempertimbangkan kebijakan fiskal yang sejalan dengan kebijakan
moneter yang diambil oleh BI.

4. Pengawasan dan Evaluasi UU No. 6 Tahun 2009 juga menekankan


pentingnya pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan. Ini
termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan fiskal dan
dampaknya terhadap stabilitas moneter. BI dan pemerintah perlu saling
memberikan informasi dan data untuk memastikan bahwa setiap kebijakan
yang diambil efektif dan efisien.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai