Implementasi Konsep Bim Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Dengan Common Data Environment (CDE)
Implementasi Konsep Bim Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Dengan Common Data Environment (CDE)
Implementasi Konsep Bim Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi Dengan Common Data Environment (CDE)
ABSTRAK
Manajemen proyek konstruksi seiring dengan berkembangnya industri menjadi semakin kompleks.
Proyek konstruksi umumnya memiliki banyak subkontraktor yang harus bekerja sama dalam berkoordinasi,
namun kurangnya kerja sama antar subkontraktor menyebabkan berkurangnya efisiensi dalam bekerja.
Building Information Modeling (BIM) merupakan bagian dari transformasi teknologi di sektor konstruksi.
Model bangunan 3D BIM mampu menyimpan informasi yang dibuat selama pelaksanaan proyek konstruksi.
Penerapan BIM dapat mengubah sistem proyek konstruksi bangunan dan memungkinkan kolaborasi yang
efisien antar semua pihak. Penerapan BIM pada proses pelaksanaan konstruksi mengharuskan tim proyek
untuk saling bekerja sama, bertukar informasi, dan berkolaborasi untuk mengefisiensikan proses pelaksanaan
konstruksi. Common Data Environment (CDE) merupakan sistem yang secara efektif dan efisien dalam
berkoordinasi dan berkolaborasi berbagai sistem manajemen proyek di seluruh siklus hidup proyek dibawah
satu platform. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan dalam penggunaan CDE pada tahap
pelaksanaan konstruksi. Untuk mencapai hal tersebut digunakan metode kualitatif dalam penelitian ini.
Penyebaran kuesioner secara online digunakan untuk menilai kondisi terkini di lapangan oleh stakeholders,
dan diikuti dengan wawancara tatap muka oleh 2 orang tenaga ahli untuk mengidentifikasi penerapan CDE
saat pelaksanaan proyek. Dalam penerapan CDE di proyek UNU didapat nilai rata-rata Tingkat Capaian
Responden (TCR) sebesar 79,29%, di mana hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar responden
setuju penerapan CDE pada proyek Universitas Nahdatul Ulama dalam tahap pelaksanaan sudah diterapkan
dengan baik dengan nilai TCR terbesar 87,14% yaitu mampu mendorong efisiensi dalam berkoordinasi, hal
tersebut terlihat dari saat pelaksanaannya proses koordinasi dan kolaborasi di bagian tertentu sudah berjalan
dengan baik seperti pada bagian controlling.
Kata kunci: BIM, CDE (Common Data Environment), Kolaborasi, Konstruksi, Koordinasi, Pelaksanaan
A. PENDAHULUAN
Manajemen proyek konstruksi menjadi semakin kompleks seiring dengan berkembangnya
industri konstruksi (Lu Ying dkk. 2021). Proyek konstruksi sepanjang siklusnya menghasilkan
sejumlah besar data yang berbeda, yang menjadi permasalahan utamanya adalah data tersebut tidak
terstruktur, kacau dan tidak terkoordinasi dengan baik Pengendalian sistem manajemen proyek yang
tidak tepat dapat meningkatkan biaya proyek, penundaan proyek, mengurangi produktivitas dan
hilangnya keuntungan. Hal utama dalam pengendalian proyek adalah dapat memberikan informasi
yang benar dan aktual kepada para pekerja proyek (Radl and Kaiser, 2019).
Building Information Modeling (BIM) pada beberapa tahun terakhir mendapat banyak daya tarik
sebagai teknologi konstruksi digital yang akan mengubah praktek industri bangunan dan konstruksi.
Proses kerja dan komunikasi dapat ditingkatkan dengan bantuan information modelling. Oleh karena
269
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
itu, metode BIM dapat berfungsi sebagai alat yang penting untuk proses kolaborasi (Preidel dkk.
2016). Penerapan BIM juga merupakan cara kerja baru yang menggunakan teknologi untuk
memfasilitasi manajemen dan pelaksanaan proyek, pengendalian proses konstruksi yang lebih baik,
kolaborasi lintas disiplin ilmu, koordinasi internal, komunikasi eksternal, pemecahan masalah, dan
manajemen risiko selama siklus hidup bangunan (Council 2013).
Common Data Environment (CDE) memberikan kesempatan secara efektif dan efisien untuk
mengkoordinasikan dan berkolaborasi dengan berbagai sistem manajemen proyek di seluruh siklus
hidup proyek dibawah satu platform (Akob dkk. 2019). Informasi yang diberikan ke CDE tidak
terbatas pada proyek yang dibuat dalam perangkat lunak BIM. Selain BIM, sistem CDE mencakup
dokumentasi, model grafis, serta aset non-grafis. CDE menyediakan fitur untuk manajemen data,
pembuatan versi, dan sharing. Sederhananya, CDE adalah alat untuk meningkatkan fitur dan hasil
BIM. BIM dapat berjalan tanpa CDE, tetapi CDE adalah aplikasi yang dirancang untuk lingkungan
BIM (Oberste, 2021)
Dalam penelitian ini proyek pembangunan Gedung Universitas Nahdatul Ulama meng-
gunakan platform Common Data Environment (CDE) sebagai pusat sumber informasi dan pertukaran
informasi. Proyek ini merupakan project pertama di lingkungan Direktorat Prasarana Strategis DI
Yogyakarta yang berbasis BIM sebagai perencanaan, dan dilanjutkan ke tahap pelaksanaan dengan
CDE sebagai sarana koordinasi stakeholders yang terlibat dalam proyek konstruksi untuk
berkolaborasi dalam cara yang saling berhubungan dan terkoordinasi. Dari uraian tersebut maka
dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan BIM dalam tahap pelaksanaan
dengan menggunakan Common Data Environment (CDE).
Building Information Modelling (BIM)
Building Information Modelling (BIM) pada umumnya didefinisikan sebagai proses penciptaan
hebat dilihat dari kumpulan data dari berbagai ahli/professional dalam bidang desain dan konstruksi
yang dapat diolah dan dihitung dalam bentuk 3D. BIM memungkinkan untuk para perencana,
engineer, dan kontraktor untuk memvisualisasikan seluruh lingkup dari proyek bangunannya dalam
bentuk 3D. BIM juga dikenal sebagai proses menggunakan model 3D untuk meningkatkan kerja
sama antar orang-orang yang melaksanakan proyek. Menggunakan pendekatan kolaboratif, antara
desainer dan kontraktor dapat merencanakan output secara tepat dan rinci dari mulai lokasi yang
dibutuhkan untuk pembangunan proyek hingga proyek tersebut selesai. (Korman dkk, 2010)
Building Information Modelling (BIM) merupakan penggabungan dari dua gagasan penting, yaitu:
1. Menjaga informasi desain kritis dalam bentuk digital, sehingga lebih mudah untuk diperbaharui
dan berbagi dari perusahaan yang merencanakan dan perusahaan yang menggunakannya.
2. Membuat real-time yang berhubungan terus menerus antara data desain digital dengan inovasi-
inovasi teknologi permodelan bangunan, sehingga dapat menghemat waktu dan uang serta
meningkatkan produktivitas dan kualitas proyek
BIM-based Collaboration and Coordination
Preidel, dkk (2018) mengemukakan BIM-based collaboration mengharuskan semua stakeholders
proyek untuk bertukar informasi yang terdefinisi dengan baik antara satu sama lain pada waktu ter-
tentu, yang disepakati secara kontrak. Dalam BIM, tim proyek (owner, arsitek, kontraktor, engineer,
supplier) saling bekerja sama, bertukar informasi (baik data maupun geometri), berkolaborasi dalam
mengefisienkan proses pembangunan/konstruksi.
270
Proceeding & Symposium
Civil Engineering, Environmental, and Disaster Risk Management
Kolaborasi terkait dengan koordinasi pengembangan model baik dalam satu disiplin maupun
antar disiplin. Model 3D dapat dikerjakan secara terpisah oleh disiplin masing-masing (independen)
dan kemudian digabungkan ke dalam model yang terkonsolidasi. Model dapat diubah berdasarkan
dinamika proyek, sehingga harus dapat diakses oleh tim proyek yang berkepentingan dalam rangka
menambahkan, mengekstrak, memperbaharui atau mengubah informasi
Common Data Environment (CDE)
Common Data Environment (CDE) adalah platform digital yang menjadi pusat sumber informasi
dan pertukaran informasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan
informasi digital untuk seluruh tim proyek (yaitu semua informasi proyek baik yang dibuat di
lingkungan BIM maupun diformat data konvensional) serta dapat memfasilitasi kolaborasi antara
anggota tim proyek dan membantu menghindari duplikasi dan kesalahan (Permen PUPR No.9,
2021).
Informasi yang diberikan ke CDE tidak terbatas pada proyek yang dibuat dalam perangkat
lunak BIM. Selain BIM, sistem CDE mencakup dokumentasi, model grafis, serta aset non-grafis.
CDE menyediakan fitur canggih untuk manajemen data, versioning, dan sharing. Common Data
Environment (CDE) bertujuan untuk memudahkan proses kolaborasi dan koordinasi pada proyek
berbasis BIM. Penerapan CDE yang dilakukan dengan cara mengunggah file 3D model yang telah
direncanakan ke dalam layanan menyimpan cloud, yang kemudian digunakan bersama-sama oleh
sebagian besar personil proyek antara lain project manager, site engineering manager, site operational
manager, dll.
Fatimah dkk. (2022) mengemukakan keberhasilan dalam penerapan CDE (common data
environment) pada proyek memiliki faktor-faktor seperti:
1. Hubungan antara variabel (kualitas informasi, kualitas sistem, ekspektasi kinerja, ekspektasi
usaha dan kondisi yang memfasilitasi) berpengaruh positif serta signifikan terhadap minat
pemanfaatan platform CDE.
2. Personil perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat menggunakan platform CDE
3. Sumber daya yang diperlukan untuk menggunakan platform CDE
4. Adanya tim untuk saling bantu jika terjadi kendala dalam penggunaan CDE
5. Perangkat kantor yang mendukung dalam penggunaan CDE seperti laptop, smartphone, dan
tablet
6. Jaringan internet juga mempengaruhi terhadap minat dalam pemanfaatan CDE
7. Dengan hubungan variabel yang berpengaruh positif maka minat untuk pemanfaatan peng-
gunaan platform CDE akan semakin meningkat dan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan CDE pada tahap pelaksanaan
di proyek UNU, sehingga penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penggunaan metode
kualitatif dilakukan untuk memahami apa yang dialami komunitas atau individu dalam menerima
isu/fenomena tertentu, seperti perilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistic, dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan Bahasa pada suatu konteks (Moleong, 2005).
271
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
Pengumpulan data
Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian ini dimulai dengan penyebaran kuesioner
kepada responden dengan kriteria pemangku kepentingan atau tenaga ahli yang berkaitan langsung
dengan penggunaan CDE sebagai sarana koordinasi dan kolaborasi pada proyek gedung UNU.
Survey kuesioner ini dilakukan secara online menggunakan G-form kepada 14 responden. Kuesioner
berbentuk skala likert yang menyediakan alternatif jawaban dari skor 1 sampai dengan 5. Tujuan
penggunaan teknik kuesioner agar penelitian menjadi efisien karena dapat menjangkau responden
dalam waktu singkat, dan jawaban responden menjadi lebih terukur.
Setelah dilakukan pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner maka dilanjutkan dengan
wawancara, wawancara dilakukan secara informal oleh 2 orang narasumber tenaga ahli di proyek
pembangunan Gedung UNU yang aktif dalam penggunaan CDE sebagai sarana koordinasi dan
kolaborasi. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang bagaimana situasi atau keadaan yang dihadapi oleh para tenaga ahli secara
langsung tentang penggunaan CDE. Pelaksanaan wawancara juga untuk meningkatkan kredibilitas
atau tingkat kepercayaan yang tinggi dari hasil kuesioner dan untuk memastikan kesesuaian antara
fakta di lapangan dengan yang dilihat dari pandangan informan atau narasumber.
Teknik analisis data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui interpretasi responden terhadap setiap item per-
nyataan yang termasuk dalam instrumen penelitian, apakah interpretasi masing-masing responden
sama atau tidak sama sekali. Jika interpretasi responden sama, maka dapat dikatakan instrumen
penelitian valid.
Menurut Widayanto (2010), ukuran validitas menggunakan korelasi Bivariat Pearson dengan rumus
sebagai berikut:
........................................................................................ (1)
Dengan :
rxy = Koefisien korelasi variable x dan y,
N = Banyaknya subjek,
X = Jumlah skor dalam distribusi X,
Y = jumlah skor dalam distribusi Y
Untuk menguji signifikan hasil korelasi digunakan uji t. nilai r yang didapat akan digunakan
pada thitung yang selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai dalam ttabel. Untuk mencari thitung akan
digunakan rumus:
............................................................................................................. (2)
Dengan rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y, n = jumlah responden.
272
Proceeding & Symposium
Civil Engineering, Environmental, and Disaster Risk Management
1. Uji Reliabilitas
Data pada penelitian akan dianggap reliabel apabila kondisi penelitian di lapangan sama
dengan kenyataan yang terjadi. Tingkat reliabilitas pada metode kualitatif bersifat individu atau
tidak sama pada setiap orang.
Untuk pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
.......................................................................................................... (3)
Dengan
r11 = koefisien realibilitas instrumen
k = jumlah butir pertanyaan yang sah,
= jumlah varian butir
= varian skor total
Sebuah kuesioner dianggap reliabel jika nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,6.
2. Analisis tingkat capaian responden (TCR)
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka dilanjutkan dengan analisis frekuensi untuk
menentukan nilai TCR. berikut langkah-langkah untuk menganalisis nilai TCR pada variabel.
Skala likert yang digunakan adalah 5 skala, sehingga untuk indeks penilaian (I) dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut ini
............................................................................................................... (4)
Dari persamaan (4) akan digunakan untuk perhitungan nilai indeks sebagai penentu kategori
Dari hasil perhitungan indeks penilaian (I) maka dikategorikan persen setiap skala sebesar 20%
dengan interval sebagai berikut:
0-20% : Sangat Tidak Setuju
21-40% : Tidak Setuju
41-60% : Netral
61-80% : Setuju
81-100%: Sangat Setuju
Nilai maksimum skala likert akan dikalikan dengan jumlah responden
................................................................................ (5)
Dari persamaan (5) akan digunakan untuk perhitungan evaluasi nilai maksimum
Hitung total skor dari tiap pernyataan dan hitung nilai Tingkat Capaian Responden (TCR) untuk
mendapat persentase pada tiap pernyataan
273
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
........................................................................................................ (6)
Dari persamaan (6) akan digunakan untuk menghitung nilai Tingkat Capaian Responden (TCR).
Uji validitas
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan Ms. Excel dengan membandingkan nilai Pearson
Correlation dan hasil perhitungan. Nilai toleransi error sebesar 5%, sehingga dapat diperoleh dari
tabel distribusi nilai r untuk nilai rtabel sebesar 0,532. Setiap pernyataan dikatakan valid apabila nilai
Pearson Correlation (rhitung) lebih besar disbanding rtabel. hasil uji validitas pada penelitian ini didapatkan
bahwa semua variabel valid.
Tabel 2. Hasil Uji Validitas
274
Proceeding & Symposium
Civil Engineering, Environmental, and Disaster Risk Management
Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas dan variabel dinyatakan valid kemudian akan dilanjutkan uji
reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari data hasil kuesioner.
Besarnya nilai reliabilitas menunjukkan tingkat kepercayaan dari suatu kuesioner yang diberikan.
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan MS. Excel untuk melakukan perhitungan nilai
Cronbach’s Alpha. Didapatkan nilai Cronbach's Alpha pada hasil kuesioner sebesar 0,872 di mana nilai
tersebut lebih dari 0,7 dan kurang dari 0,9. Maka dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian
reliabel dan masuk pada kategori tingkat reliabilitas instrument
Tinggi tingkat capaian responden (TCR)
Berdasarkan hasil jawaban responden pada tabel 1 maka dilakukan analisis frekuensi untuk
menentukan nilai TCR. Analisis dilakukan untuk menghitung skala likert dan mean dari jumlah
jawaban responden. Untuk menghitung nilai TCR dapat dilakukan sebagai berikut:
275
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
276
Proceeding & Symposium
Civil Engineering, Environmental, and Disaster Risk Management
Berdasarkan hasil rekapitulasi analisis frekuensi pada Tabel 2. dapat disimpulkan dari 20
pertanyaan dalam penerapan CDE memiliki nilai rata-rata Tingkat Capaian Responden (TCR)
sebesar 79,29%. Di mana hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar responden setuju
penerapan CDE pada proyek Universitas Nahdatul Ulama dalam tahap pelaksanaan sudah di-
terapkan dengan baik. Pada Gambar 1. dapat terlihat perbedaan hasil dari masing-masing variabel,
di mana TCR tertinggi pada variabel X1 yaitu mampu mendorong efisiensi dalam berkoordinasi dan
TCR terendah pada variabel X8 yaitu meningkatkan efisiensi dalam pengambilan keputusan.
Pembahasan
Dari hasil penelitian dalam penerapan BIM pada tahap pelaksanaan dengan CDE di proyek
UNU sudah diterapkan dengan baik terutama mampu mendorong efisiensi dalam berkoordinasi,
penyimpanan file lebih teratur, data dapat diakses di manapun oleh seluruh tim proyek, dapat
melihat gambar 3D shopdrawing tanpa harus punya software BIM, dan terdapat histori pada
perubahan data. Data yang terstruktur dengan baik dan regulasi pertukaran ditentukan dengan jelas
dapat meningkatkan pengurangan waktu dan biaya pada informasi yang terkoordinasi. hal tersebut
sesuai dengan tujuan dari penggunaan CDE. hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Radl dan Kaiser (2019) bahwa pengendalian proyek adalah memberikan informasi yang benar
dan aktual kepada orang yang melakukan pekerjaan atau proses. Selain itu penggunaan CDE
sebagai 'Sumber Tunggal dari Kebenaran’ dalam lingkungan kerja yang kolaboratif (Lu et al, 2018)
.Penggunaan proses CDE (pertukaran data, protokol pemeriksaan) membuat proses koordinasi
menjadi lebih baik. berikut ini merupakan hasil 5 tingkat capaian responden tertinggi dalam
penerapan CDE pada saat pelaksanaannya
1. Mampu mendorong efisiensi dalam berkoordinasi
Dalam penerapan CDE di proyek UNU didapat TCR tertinggi pada variabel X1 dengan 87,14%
yaitu mampu mendorong efisiensi dalam berkoordinasi. Pada pelaksanaan proses kolaborasi dan
koordinasi di beberapa hal tertentu sudah berjalan dengan baik, terutama pada bagian
controlling, seperti tenaga ahli dari pejabat pembuat komitmen (PPK) dapat mengetahui
pekerjaan mana yang seharusnya sudah selesai, masih berjalan atau yang belum dilakukan. Hal
tersebut sesuai dengan bagaimana pendapat dari Fatimah dkk. (2022) pemanfaatan CDE
berpengaruh positif serta signifikan terhadap peningkatan kinerja. penerapan CDE selain untuk
penyimpanan dokumen proyek juga digunakan untuk kolaborasi dan koordinasi proyek seperti
approval shop drawing, notulen rapat, dll.
2. Pada saat pelaporan juga proses koordinasi berjalan dengan baik karena pelaporan menjadi lebih
terkini. Kontraktor konsisten dalam penggunaan CDE dan tenaga ahli BIM juga konsisten
untuk membantu mengisi laporan harian. Pada saat dibutuhkan seperti adanya panggilan oleh
audit untuk melihat laporan harian maka tidak perlu mengirimkan file satu-satu, hanya perlu
diberikan link CDE yang berisikan laporan harian untuk dapat dilihat atau ditinjau langsung di
dalam CDE. Hal tersebut merupakan salah satu yang dapat menjadi efektif setelah penerpan
CDE. Manfaat dari penggunaan CDE berbanding lurus dengan modalnya, modal dalam hal
SDM yang mampu mengoperasikan CDE dengan baik dan perangkat yang terfasilitasi dengan
baik. Ketika semua siap dan saat implementasinya berjalan lancar maka manfaatnya akan lebih
terlihat.
277
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
278
Proceeding & Symposium
Civil Engineering, Environmental, and Disaster Risk Management
7. Tenaga ahli dalam proyek UNU belum semua menangkap perubahan sistem pekerjaan baru
terutama tenaga ahli yang berkaitan langsung dengan controlling pembangunan. Dengan
penggunaan metode konvensional, shopdrawing diajukan menggunakan kertas lalu tenaga ahli
akan menerima, berkomentar atau memberikan cap persetujuan pada kertas tersebut. Jika
dengan menggunakan CDE setiap tenaga ahli yang menerima gambar maka tenaga ahli tersebut
harus mempunyai perangkat yang mencukupi dan dapat menggunakan perangkat tersebut.
Untuk meminimalisasi permasalahan dari hal tersebut, dari pihak manajemen konstruksi (MK)
dalam proses koordinasinya dilakukan oleh satu orang tenaga ahli sebagai pemegang akun CDE
yang berinteraksi langsung pada perangkat untuk menerima shopdrawing oleh tenaga ahli
arsitek. Lalu tenaga ahli tersebut menjadi perantara ke bagian struktur dan MEP untuk dapat
melihat detail pekerjaannya. Hal tersebut menjadi salah satu perbedaan yang signifikan karena
pada saat menggunakan metode konvensional para tenaga ahli akan bekerja masing-masing
namun dengan penerapan CDE menjadi saling berkaitan satu sama lain, berkaitan dalam proses
bekerjanya
8. Terdapat histori pada perubahan data
Dalam penerapan CDE di proyek UNU dokumen pelaporan menjadi lebih teratur, jika dengan
menggunakan metode konvensional masih dapat memungkinkan terjadinya human eror,
kelalaian atau kehilangan data pada saat pelaksanaannya. Namun dengan penerapan CDE
adanya backup arsip yang tersimpan dengan rapi menjadi salah satu keuntungan di mana tenaga
ahli dapat melihat kembali paparan sebelumnya yang dapat dijadikan refrensi karena dokumen
tersebut tersimpan di server pengguna. Pada histori dokumen yang tersimpan juga berguna
untuk memeriksa laporan mingguan yang nantinya akan dicocokan dengan hardfile yang
dilakukan di lapangan dengan data yang dimasukkan ke CDE. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat dari Radl and Kaiser (2019) bahwasannya dokumen- dokumen pada penggunaan
Common data environment (CDE) disimpan dalam arsip digital dengan tingkat keamanan
tertentu. Penyimpanan dokumen-dokumen tersebut dilakukan setelah persetujuan final
dokumen. Dokumen terbaru disediakan dengan perekaman secara teratur, pencatatan rutin
tergantung pada frekuensi pembuatan dokumen dan tanggung jawab pribadi pekerja. Dokumen
terbaru sangat penting untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan tujuan dari penelitian mengenai implementasi BIM pada tahap
pelaksanaan dengan menggunakan CDE yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Penerapan
BIM dalam tahap pelaksanaan dengan menggunakan CDE pada proyek Universitas Nahdatul
Ulama memiliki rata-rata pada tingkat capaian responden (TCR) sebesar 79,29% yang dapat
diartikan bahwa penerapan CDE di proyek UNU sudah diterapkan dengan baik. Dalam penerapan
CDE dengan tingkat capaian responden (TCR) terbesar 87,14% yaitu mampu mendorong efisiensi
dalam berkoordinasi, dan tingkat capaian responden (TCR) terkecil 70% yaitu efektif dalam
mengurangi pengerjaan berulang.
279
“Pengembangan Material, Teknologi, dan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Upaya Mitigasi Bencana”
Surakarta, 27 Juni 2023
DAFTAR PUSTAKA
Akob, Z., Zaidee, M., Hipni, A., & Koka, R. (2019, April). Coordination and collaboration of
information for pan borneo highway (Sarawak) via Common Data Environment (CDE). In
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol. 512, No. 1, p. 012001). IOP
Publishing.
Council, C. I. (2013). Final Draft Report of the Roadmap for BIM Strategic Implementation in
Hongkong Construction Indutry. On-line: http://www. hkcic.
org/WorkArea/DownloadAsset. aspx.
Dr. Kai Oberste-ufer. 2021. Common Data Environment (CDE) for BIM: 7 Questions Answered.
(Online). (https://blog.dormakaba.com/author/kaioberste/. Diakses pada 25 oktober 2022
Fatimah, J. R., Susetyo, B., & Suroso, A. (2022). Penerapan Common Data Environment Berbasis
Model UTAUT Pada Proyek Bendungan. Konstruksia, 14(1), 131-139.
Logothetis, S., Karachaliou, E., Valari, E., & Stylianidis, E. (2018). Open source cloud-based
technologies for BIM. The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing
and Spatial Information Sciences, 42, 607-614.
Lu, N., & Korman, T. (2010, May). Implementation of building information modeling (BIM) in
modular construction: Benefits and challenges. In Construction Research Congress 2010:
Innovation for reshaping construction practice (pp. 1136-1145).
Lu, W., Lai, C. C., & Tse, T. (2018). Big data for construction cost management. In BIM and Big
Data for Construction Cost Management. https://doi.org/10.1201/9781351172325-6
Lu, Y., Gong, P., Tang, Y., Sun, S., & Li, Q. (2021). BIM-integrated construction safety risk
assessment at the design stage of building projects. Automation in Construction, 124, 103553
Preidel, C., Borrmann, A., Oberender, C., & Tretheway, M. (2017). Seamless integration of
common data environment access into BIM authoring applications: The BIM integration
framework. In eWork and eBusiness in Architecture, Engineering and Construction:
ECPPM 2016 (pp. 119-128). CRC Press.
Preidel, C., & Borrmann, A. (2018). BIM-based code compliance checking. Building information
modeling: Technology foundations and industry practice, 367-381.
Presiden Republik Indonesia. 2021. “Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.”
Presiden Republik Indonesia (087169): 406. https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2851/1.
Radl, J., & Kaiser, J. (2019, February). Benefits of implementation of common data environment
(CDE) into construction projects. In IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering (Vol. 471, p. 022021). IOP Publishing.
280