Makalah Kelompok 13 Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Dari Masa Ke Masa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PEKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DI

INDONESIA DARI MASA KE MASA


Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan
Dosen Pengampu : Kamto, M. Pd

Disusun Oleh :

1. Rika Indah Sari (NIM. 11123006)


2. Tis Iyatul Faroh (NIM. 11123007)
3. Muhammad Haidarullah (NIM. 11123008)
4. Mohammad Faiz (NIM. 11123009)
5. Amim Syaifuddin (NIM. 11123010)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

JURUSAN TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul Pekembangan Kurikulum
Pendidikan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa ini dengan baik.

Makalah karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sejarah Pendidikan. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan umumnya bagi para pembaca dan khususnya untuk kami
sendiri selaku penyusun, sehingga kita dapat bersama-sama mendapat
manfaatnya.

Atas keterbatasan kami selaku penulis, makalah ini kami akui masih
banyak kekurangan.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan baik berupa kritik ataupun saran yang bersifat
membangun, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Kudus, 13 Juni 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3


A. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia.....................................................3

B. Faktor Yang Mendasari Perkembangan Kurikulum di Indonesia ..........................15

C. Prinsip Perkembangan Kurikulum ........................................................................19

BAB III PENUTUP .......................................................................................................21


A. Kesimpulan ..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum menjadi bagian terpenting pendidikan. Searah dengan
kemajuan pendidikan yang terus meningkat pada semua jenis dan jenjang
pendidikan di Indonesia. Kurikulum selalu ada perubahan dan
penyempurnaan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Tujuan
pendidikan dapat berubah secara menyeluruh jika negara tersebut sedang
mengalami perubahan dari negara dijajah menjadi negara Merdeka.1
Dari perspektif historis dari masa ke masa, determinan paradigma
politik dan kekuasaan yang secara bersama-sama mewarnai dan
mempengaruhi secara kuat sistem pendidikan Indonesia selama ini.
Perubahan kurikulum merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana
pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan
rasionalisasi kurikulum Indonesia terus mengalami pergantian dari masa ke
masa. Keberadaan kurikulum memberi pengaruh yang signifikan bagi
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, melalui makalah
ini, penulis menganggap penting untuk mengurai lebih mendalam dan cermat
akan kurikulum pendidikan Indonseia dari masa ke masa, sehingga sebagai
pelaku Pendidikan makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi
solutif untuk memahami pokok permasalahan pendidikan Indonesia dalam
perspektif kurikulum.

1
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), Hlm. 251

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia ?
2. Apa saja faktor yang mendasari perkembangan kurikulum di Indonesia ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam perkembangan kurikulum di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengethaui sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia.
2. Mengetahui faktor yang mendasari perkembangan kurikulum di Indonesia.
3. Mengetahui prinsip-prinsip perkembangan kurikulum di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Dalam perjalanannya Indonesia telah mengalami berbagai perubahan
model kurikulum sejak kemerdekaan. Menurut undang-undang Sisdiknas
nomor 20 Tahun 2003, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta metode yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan Pendidikan nasional.2
Menurut A. Hamid Syarif, pengembangan kurikulum adalah kegiatan
pengembangan yang mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri,
pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif,
dan penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukan terhadap komponen-
komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas dasar hasil penilaian.3 Dari
pengertian tersebut, pengembangan kurikulum merupakan proses yang
berkesinambungan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan pendidikan di
masa depan, yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, dunia
usaha, dunia kerja, dan akademisi.
Dalam perkembangan kurikulum di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan
sosial politik Indonesia. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah
Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Pada
masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan
pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang
diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda.4
Sistem pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat dari
mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem
prosedural seperti inisangat berbeda dengan sistem procedural pada sistem

2
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hlm. 3
3
Rusydi Firdaus dkk. Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jurnal
Turats, Vol. 12, No. 1, (Bogor: 2016), Hlm. 21
4
Muntadhar Umar, Sejarah Kurikulum, (Medan: Al- Mannar, 2014), Hlm. 69

3
pendidikan islam yang telah dikenal sebelumnya. Sistem Pendidikan belanda
pun bersifat diskriminatif. Sekolah-sekolah dibentuk dengan membedakan
pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan anak pribumi.
Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah
dan priyayi.5
Setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1945, di awal-awal
pemerintahannya pemerintah secara bertahap mulai mengkonstruksi
kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Sejarah mencatat bahwa
kurikulum yang pernah berlaku pasca kemerdekaan Indonesia sampai dengan
saat ini ada dua belas kurikulum, mulai kurikulum 1947 sampai dengan
kurikulum merdeka yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nadiem Makarim. Berikut kurikulum yang berlaku di Indonesia:
a. Masa Orde Lama (1945- 1965)
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah “leer plan”. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran,
lebih popular ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan kisi-
kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda
kekepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.Awalnya
pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran
1947.
Pada saat itu, kurikulum Pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan colonial Belanda dan Jepang, sehingga
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat
itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Dalam kurikulum ini
terdapat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran, jam pengajaran serta

5
Sanjaya, Metode Pembelajaran. (Jakarta : Kencan 2007), Hlm. 207

4
Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Berikut ini ciri-ciri
Kurikulum 1947:
a) Sifat kurikulum kurikulum mata pelajaran yang terpisah (1946-1947)
b) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa pengantar
c) Dalam jenjang pendidikan memiliki jumlah mata Pelajaran yang
berbeda.
2) Kurikulum 1952 (Kurikulum Rentjana Peladjaran Terurai 1952)
Pada tahun 1952 dilakukan perbaikan pada kurikulum di
Indonesia yang kemudian dikenal dengan kurikulum 1952. Kurikulum
ini lebih memerinci setiap mata pelajaran yang kemudian di beri nama
“Rentjana Pelajaran Terurai 1952” dan belum menggunakan istilah
kurikulum. Kerangka kurikulum 1952 relatif sama dengan kurikulum
1947. Namun demikian, sistem pendidikan nasional sudah menjadi
tujuan kurikulum ini. UU No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah mempengaruhi munculnya
kurikulum 1950 ini.
Dalam konteks Rentjana Pelajaran Terurai 1952, mata Pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang study, yaitu moral,
kecerdasan, emosionalistik, keterampilan dan Jasmani. Pada masa itu
juga dibentuk kelas masyarakat. yaitusekolah khusus bagi lulusan SR 6
tahun yang tidakmelanjutkan ke SMP. Mata pelajaran yang ada pada
kurikulum 1954 yakni untuk jenjang sekolah rakyat (SR) menurut
rencana pelajaran 1947: bahasa Indonesia, dan Bahasa daerah,
berhitung, ilmu alam, ilmu hayat, ilmu bumi, sejarah, menggambar,
menulis, seni suara, pekerjaan tangan, pekerjaan keputerian, gerak
badan, kebersihan dan kesehatan, didikan budi pekerti, pendidikan
agama.6 Kurikulum ini menerapkan kurikulum yang berorientasi pada
Masyarakat sehingga setelah menyelesaikan pendidikan mereka
langsung dapat bekerja. Kelemahan kurikulum 1952 yaitu kurikulum ini

6
Muntadhar Umar, Sejarah Kurikulum, (Medan: Al- Mannar, 2014), Hlm. 72

5
baru mengarah pada sistem pendidikan nasional belum mampu untuk
menjangkau keseluruhan wilayah Indonesia.7
3) Kurikulum 1964
Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang
lalu diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964. Pemerintah mengambil
langkah pengembangan, pengembangan yang dialakukan pemerintah
adalah adanya keinginan rakyat indonesia mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada tahap SD. Tujuan kurikulum 1964
membentuk Masyarakat sebagai manusia yang pancasialis, sosialis,
memiliki sikap nasionalisme dan cinta tanah air yang tinggi.
Perkembangan kurikulum ini sudah dapat dikatakan sempurna karena
sudah menyentuh ketiga aspek penting peserta didik yakni
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam kurikulum
1964 sudah ada upayalebih dalam pengembangan potensiserta
pendidikan yang sifatnya praktisbukan lagi hanya sekedar teori.
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang
menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut
Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok
perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Sama halnya dengan kurikulum
sebelumnya. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak.8
b. Masa orde Baru (1966 - 1998)
1) Kurikulum 1968

7
Adelia Putri, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia Dari Masa Ke Masa,
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, Vol 3 No. 2 (Jambi: FKIP Universitas
Sriwijaya, 2021), Hlm. 104
8
Adelia Puti, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia Dari Masa Ke Masa, Hlm.
105

6
Pada tahun 1964, pemerintah menyempurnakan kurikulum
dengan nama Rencana Pendidikan 1964 yang kemudian diperbaharui
menjadi Kurikulum 1968 yang dicitrakan sebagai hasil dari
pemerintahan “Orde Lama”, yaitu struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Kelahiran kurikulum 1968 karena adanya pertimbangan politik
ideologis yang dianut pemerintah saat itu, yaitu orde baru. Correlated
subject curriculum menjadi ciri khas struktur kurikulum 1968, artinya
bahwa materi pada jenjang pendidikan rendah memiliki korelasi untu
jenjang pendidikan pada jenjang selanjutnya.9
Pokok- pokok pikiran yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik bersifat teoritis, sehingga Pada masa ini siswa
hanya berperan sebagai pribadi yang pasif, dengan hanya menghafal
teori-teori yang ada tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. secara
praktis, kurikulum ini menekankan pembentukan peserta didik hanya
dari segi intelektualnya saja.10
Materi pelajaran. Isi pendidikan bertujuan pada kegiatan
menambah kecerdasan dan keterampilan, serta mempertahankan fisik
yang sehat dan kuat. Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis,
tak lagi mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan
sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya

9
Farah Dina Insani, Sejarah Perkembangan Kurkulum Di Indonesia, As-Salam I Vol. VIII
No. 1 Th. 2019, Hlm. 50
10
Adelian Putri, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia Dari Masa Ke Masa,
Hlm. 105

7
adalah teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini
adalah metode eja ketika pembelajaran membaca.11
2) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan pengganti dari kurikulum 1968. Pada
kurikulum sebelumnya belum memperhitungkan hal-hal yang mengenai
faktor kebijaksanaan pemeritah yang berkembang dalam rangka
pembangunan nasional. Kurikulum 1975 dibuat sebagai upaya untuk
mewujudkan strategi pembangunan dibawah pemerintahan orde baru
dengan program Pelita dan Repelita. Menurut Manurung (2019:92).
Berikut prinsip-prinsip kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum
1968:
a) Berorientasi pada tujuan. Tujuan pendidikan meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksioanl umum dan tujuan instruksioanl khusus.
b) Menerapkan pendekatan integrative
c) Efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d) Menerapkan pada prosedur pengembangan sistem intruksional.
e) Menerapkan stimulus respon dan latihan12
3) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 merupakanpenyempurnaan dari kurikulum 1975
dan mengunakan pendekatan proses. Dalam hal ini faktor tujuan tetap
penting messkipun sudah menggunakan pendekatan proses. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Subjek
belajarnya adalah siswa. Model seperti ini yang dinakan aktif learning
karena siswa yang akan selalu aktif dalam pembelajaran. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Namun banyak sekolah yang menerapkan dengan baik dan

11
Muntadhar Umar, Sejarah Kurikulum,.. Hlm 76
12
Adelia Putri, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia Dari Masa Ke Masa, Hlm.
105

8
alhasil siswa tidak melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hanya
gaduh di kelas.13
Kurikulum1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari olehpandangan
bahwa pemberian pengalaman belajarkepada siswa dalam waktu
belajar yang sangat terbatasdi sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Olehkarena itu, sebelum memilih atau menentukan
bahanajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apayang
harus dicapai siswa.
b) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didikmelalui cara
belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalahpendekatan pengajaran
yang memberikan kesempatankepada siswa untuk aktif terlibat
secara fisik, mental,intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
c) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan
bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan.
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada
pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti.
Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan
untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.14
4) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984.
Kurikulum 1994 dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan Undang-
Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

13
Farah Dina Insani, Sejarah Perkembangan Kurkulum Di Indonesia, Hlm. 52
14
Muntadhar Umar, Sejarah Kurikulum, Hlm. 90-91

9
berdampak pada pengubahan sistem semester ke sistem caturwulan.
Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Terdapat karakterisitik menonjol dari kurikulum 1994 diantaranya
sebagai berikut:
a) Menggunakan sistem caturwulan
b) Materi pelajaran cukup padat.
c) Menerapkan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
indonesia.
d) Dominannya pelajaran matematika serta bahasa ( Indonesia dan
inggris), minimnya pelajaran seni serta materi.
e) PMP (Pendidikan Moral Pancasila) diubah menjadi PPKn
(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
c. Masa revormasi (1999 – sekarang)
1) Kurikulum 2004 / “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (kurikulum
Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi,
diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25
tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi
sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah
kebijakan pendidikan nasional.
Program pendidikan berbasis kompetensi memiliki tiga
komponen utama yaitu kompetensi yang tepat dipilih, indikator evaluasi
yang disesuaikan untuk mengukur keberhasilan pencapaian kompetensi,
dan pengembangan pembelajaran. Kompetensi dimaknai sebagai
perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah
memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam pola
perilaku sehari-hari.Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu
knowledge, understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan
mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami,

10
mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi
yang telah dipelajarinya.15
Ciri-ciri yang berlaku pada KBK: menekankan pada
pengembangan kompetensi peserta didik baik secara individu maupun
kolektif, serta menitikberatkan pada keberagaman dan hasil belajar.
Berbagai pendekatan dan metodologi digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, dan guru hanyalah salah satu sumber belajar yang
memenuhi kebutuhan pendidikan. Dalam Upaya penguasaan atau
perolehan suatu kompetensi, penilaian menekankan pada proses dan
hasil pembelajaran.16
2) Kurikulum 2006 / “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor
22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP lahir dari semangat dari daerah-daerah bahwasannya
pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat saja
melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, oleh sebab
itu dilihat dari pola atau model kurikulum pengembangannya KTSP
merupakan salah satu model kurikulum bersifat desentralisasi. Artinya

15
Muntadhar Umar, Sejarah Kurikulum, Hlm. 103-104
16
Dini Febriyenti, Perkembangan Kurukulum Di Indonesia dalam Prespektif Sejarah, Al-
Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol. VII No. 2, (Padang: 2023), Hlm. 205

11
guru harus dapat menyesuaikan silabus dan penilaian mereka sendiri
dengan keadaan sekolah dan wilayahnya.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam
peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti
tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan
Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan
tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan
KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
KTSP perlu diterapkan pada satuan pendidikan berkaitan dengan
tujuh hal berikut : (a) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bagi dirinya. (b) Sekolah lebih mengetahui
kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan. (c) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh
sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi
sekolah tersebut.(d) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan
demokrasi yang sehat. (e) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang
mutu pendidikannya masing-masing. (f) Sekolah dapat melakukan
persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam
meningkatkan mutu pendidikan. (g) Sekolah dapat merespon aspirasi
masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta
mengakomodasikannya dengan KTSP.
3) Kurikulum 2013 / K13
Kurikulum 2013 adalah pengganti kurikulum KTSP dan
merupakan penyempurnaan, modifikasi, dan pemutakhiran dari
kurikulum sebelumnya. Berkaitan dengan pengembangan kurikulum,

12
kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, dengan
harapan melahirkan insan yang produktif, kreatif, inovatif dan
berkarakter.
Meningkatkan proses dan hasil belajar yang diarahkan kepada
pembentukan budi pekerti dan peserta didik yang berakhlak mulia
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap anak didik secara holostik. Kompetensi
pengahuan, ketrampilan dan sikap ditentukan oleh rapor dan merupakan
penentuan kenaikan kelas dan kelulusan anak didik.17
Untuk melaksanakan kurikulum 2013, pengajar harus Menyusun
pembelajaran, mengidentifikasi strategi terbaik, memutuskan
bagaimana menetapkan proses pembelajaran dan berhasil membangun
kompetensi, serta membuat kriteria keberhasilan. Guru yang selama ini
menggunakan penilaian konvensional harus beradaptasi menjadi
evaluasi otentik berdasarkan kebutuhan kurikuler karena kurikuler 2013
telah mengubah persyaratan mata pelajaran yang dipersyaratkan.
Kurikulum 2013 menggeser penekanan evaluasi autentik dari evaluasi
keluaran berbasis pengetahuan menjadi evaluasi proses berbasis
kemampuan, portofolio, dan evaluasi keluaran yang utuh dan
komprehensif.18
4) Kurikulum 2022 / Kurikulum Merdeka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) resmi meluncurkan
kurikulum ini. Dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam,
kurikulum ini bertujuan untuk memaksimalkan diseminasi pendidikan
di Indonesia. Penerapan Kurikulum Otonom (IKM) menekankan pada
pembelajaran yang tenteram, mandiri, aktif, berkarakter, bermakna,

17
Farah Dina Insani, Sejarah Perkembangan Kurkulum Di Indonesia, Hlm. 59
18
Dini Febriyenti, Perkembangan Kurukulum Di Indonesia dalam Prespektif Sejarah Hlm.
209

13
mandiri, dan lain sebagainya. Pilihan sumber daya pengajaran mana
yang akan digunakan untuk kelas merekasepenuhnya berada di tangan
instruktur.
Motto kurikulum merdeka belajar adalah “belajar merdeka, guru
penggerak”, mencakup lima rencana, antara lain USBN (Ujian Sekolah
Berstandar Nasional) menjadi badan pengelola sekolah, penghapusan
sistem Ujian Nasional demi Asesmen Kompetensi Minimal, dan Survei
Karakter, penyederhanaan RPP (RPP 1 lembar), dan penerapan zonasi
pada penerimaan peserta didik baru, kecuali daerah 3T (tertinggal,
terdepan, dan terluar).19
Kurikulum 2022, berfokus pada kemampuan dasar, seperti
literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi bukan hanya tingkat
kemampuan membaca seseorang, tetapi juga kemampuan untuk
menganalisis dan memahami ide-ide yang terkandung dalam teks yang
dibaca. Bukan pelajaran matematika yang dievaluasi, tetapi kemampuan
peserta didik dalam menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-
hari. Survei Karakter, di sisi lain, tidak dievaluasi, tetapi mengevaluasi
bagaimana peserta didik menerapkan nilai-nilai Pancasila, budi pekerti,
dan agama mereka.

19
Dini Febriyenti, Perkembangan Kurukulum Di Indonesia dalam Prespektif Sejarah, Hlm
210-211

14
B. Faktor Yang Mendasari Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang kompleks dan
melibatkan banyak faktor. Sekolah sebagai salah satu pelaksana implementasi
pengembangan kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
kemasyarakatan serta perguruan tinggi, sebagai pencetak calon sarjana dan
calon guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
diantaranya: Faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, politik, pembangunan
negara dan perkembangan dunia, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.20

1. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun ilmu
pendidikan dan ilmu keguruan. Ilmu pengetahuan dan teknologi mampu
memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan isi materi pelajaran
yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Selain itu, pengetahuan
teknologi yang sangat mendukung dalam pengembangan media
pembelajaran pendidikan. Ilmu pendidikan dan keguruan mempengaruhi
pengembangan kurikulum pada aspek penguasaan ilmu pendidikan dan juga
bidang studi serta kompetensi mengajar dari para lulusan sebagai calon
pendidik yang dihasilkan.21

2. Masyarakat
Sekolah sebagai agen yang mempersiapkan anak didik untuk kehidupan di
masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitar.
Masyarakat sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengembangan
kurikulum memiliki andil karena salah satu kekuatan yang ada dalam
kehidupan masyarakat adalah dunia usaha. Dengan perkembangan dunia
usaha yang ada dalam kehidupan masyarakat menuntut sekolah bukan hanya

20
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia: Prinsip Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal JoIEM, Vol 4, No.2, Bulan Tahun
oktober 2003, Hlm. 111-112.
21
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia., Hlm. 112.

15
mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha,
sehingga secara tidak langsung hal ini mempengaruhi pengembangan
kurikulum yang lebih baik untuk bisa mencetak lulusan yang memiliki daya
saing.22

3. Sistem Nilai
Nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat sangat penting karena membentuk
dasar dari perilaku manusia dan interaksi sosial, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya, toleransi maupun kemandirian. Dengan nilai-
nilai ini dapat membantu membentuk identitas sosial dan moral yang
bermuara pada bagaimana seseorang berinteraksi satu sama lain demi
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Sekolah sebagai
bagian dari agen masyarakat bertanggung jawab dalam menanamkan dan
memelihara nilai-nilai tersebut dengan cara mengintegrasikan dalam sebuah
kurikulum yang menjadi ruh dari sebuah pendidikan.23

4. Filosofis
Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi
kurikulum yang dikembangkan. Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme,
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap
pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum
Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional. Dalam
prakteknya, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara selektif
untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini,

22
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia., Hlm. 112.
23
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia., Hlm. 112-113.

16
pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi
pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum (dari teacher
center menjadi student center).

5. Psikologis
Sukmadinata mengemukakan bahwa terdapat dua bidang psikologi yang
mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan
yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya dan (2) psikologi belajar yang
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hal-hal yang
berhubungan perkembangan individu, sedangkan psikologi belajar mengkaji
tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.24

6. Politik
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, karena setiap kali
pergantian kursi kepemimpinan suatu negara, maka berganti pula kebijakan
sehingga mempengaruhi perubahan dan pengembangan kurikulum
pendidikan.

7. Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia


Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan
negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun
seharusnya mempunyai kurikulum yang dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

24
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia., Hlm. 113-114.

17
Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah
membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan
pembangunan negara dan dunia.

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua
dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi
jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada
pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan
yang berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam abad
pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan
kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar
bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan
menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif
terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama
dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat
mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.25

25
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia., Hlm. 114-115.

18
C. Prinsip Perkembangan Kurikulum
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi,
analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-
elemen kurikulum. Proses pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan
secara efektif dan efisien. Untuk itu, para pengembang kurikulum perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum agar bisa bekerja
secara mantap, terarah, dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk
dari proses pengembangan kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat, perkembangan zaman serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.26 Secara umum prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Prinsip Relevansi, terdiri dari dua yaitu relevansi eksternal dan relevansi
internal. Relevansi eksternal menunjukkan keterkaitan antara kurikulum
dengan lingkungan hidup peserta didik dan masyarakat sekitar. Sedangkan
relevansi internal adalah kurikulum harus memiliki koherensi dan
konsistensi antar komponen berupa tujuan, isi, proses dan juga evaluasi
atau penilaian yang menunjukkan keterpaduan sebuah kurikulum.
b) Fleksibelitas, pengembangan kurikulum harus dilakukan secara fleksibel
(tidak kaku) pada aspek proses seperti fleksibilitas dalam hal
pengembangan program pembelajaran berupa strategi, metode, media,
ataupun sumber belajar dan teknik evaluasi penilaian.
c) Efektivitas, adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai
sesuai dengan keinginan dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pembelajaran sebagai real curriculum menjadikan korelasi antara guru dan
peserta didik sangat mempengaruhi tingkat efektifitas sebuah pendidikan.
Ketimpangan salah satunya akan menyebabkan terhambatnya pencapaian
tujuan pendidikan.
d) Efesiensi, prinsip efisiensi sering diidentikkan dengan prinsip ekonomi,
dengan modal biaya, tenaga, perangkat dan waktu yang seminimal

26
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017). Hlm. 56

19
mungkin dengan hasil yang maksimal dan memuaskan, tentunya dengan
pertimbangan yang rasional dan wajar. Sehingga dengan prinsip efisiensi,
pengembang kurikulum bisa menyesuaikan sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki
e) Kontunuitas, pengembangan kurikulum harus dilakukan secara
berkesinambungan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar
mata pelajaran, antar tingkat pendidikan maupun jenis program
pendidikan.
f) Berorientasi Pada Tujuan, tujuan sebagai pusat dan arah kegiatan
pendidikan seharusnya menjadi acuan dalam merumuskan komponen-
komponen kurikulumdidasarkan pada sumber-sumber, seperti; ketentuan
dan kebijakan pemerintah, survei mengenai persepsi masyarakat tentang
kebutuhan mereka, survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-
bidang tertentu, survei tentang kualitas sumber daya manusia, serta
pengalaman negara lain dalam menghadapi masalah yang sama.27

27
Arif Rahman & Tasmani. Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum, Palapa :
Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. VIII No. 1 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,
2020). Hlm. 49-52

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan kurikulum merupakan salah satu bentuk nyata dalam
mengusahakan terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan, kurikulum tidaklah bersifat statis. Kurikulum
dapat diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah
perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur
masyarakat. Proses mengubah dan memodifikasi ini dinamakan proses
pengembangan. Pengembangan kurikulum bukanlah proses instan tanpa
adanya kajian yang matang terhadapnya. Setidaknya sumber rujukan dalam
mengembangkan kurikulum harus berdasar pada data empiris dan
eksperimen, serta cerita dan pengetahuan umum yang berkembang di
masyarakat. Selain itu, pijakan dalam perkembangan kurikulum juga perlu
memperhatikan fakto-faktor serta prinsip-prinsip dasar dan komponen
pendidikan lainnya agar tujuan pengembangan kurikulum dapat terarah
dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2017)
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Dina Insani, Farah, Sejarah Perkembangan Kurkulum Di Indonesia, As-Salam I
Vol. VIII No. 1 Th. 2019
Febriyenti, Dini, Perkembangan Kurukulum Di Indonesia dalam Prespektif
Sejarah, Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol. VII No.
2, (Padang: 2023), Hlm. 205
Marzuqi, Badrul Munir Dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia: Prinsip Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal Joiem, Vol 4,
No.2, Oktober 2003.
Munir, Badrul Marzuqi dan Nur Ahid, “Perkembangan Kueikulum Pendidikan Di
Indonesia: Prinsip Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal JoIEM, Vol 4,
No.2, Bulan Tahun oktober 2003,
Putri, Adelia Perkembangan Kurikulum Pendidikan Indonesia Dari Masa Ke
Masa, SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Kajian Sejarah, Vol 3 No.
2 (Jambi: FKIP Universitas Sriwijaya, 2021)
Rahman, Arif & Tasmani, Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum,
Palapa : Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol. VIII No. 1
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2020)
Rusydi Firdaus dkk. Konsep Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Jurnal Turats, Vol. 12, No. 1, (Bogor: 2016)
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), Hlm. 251
Sanjaya, Metode Pembelajaran. (Jakarta : Kencan 2007)
Umar, Muntadhar, Sejarah Kurikulum, (Medan: Al- Mannar, 2014)

22

Anda mungkin juga menyukai