Makalah Filsafat Umum
Makalah Filsafat Umum
Makalah Filsafat Umum
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki beberapa pendekatan untuk memahami, mengolah,
dan menghayati dunia dan seisinya. Filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama
merupakan pendekatan-pendekatan tersebut.
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang membahas tentang masalah ilmu
secara komprehensif yang meliputi penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah
dan cara untuk memperolehnya Dalam hal ini, filsaft ilmu berpusat pada proses
penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kata filsafat sudah tidak terasa asing
ditelinga kita. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan setiap orang paham akan
makna filsafat tersebut. Padahal filsafat termasuk induk dari segala ilmu pengetahuan.
Dan tentunya banyak juga yang mengetahui tentang ruang lingkup dari filsafat
sendiri. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini guna untuk memberikan
sedikit pemahaman mengenai ruang lingku dan cabang-cabang kajian filsafat.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Filsafat dalam ilmu pegetahuan ?
2. Apa saja ruang lingkup kajian dalam filsafat ?
3. Apa saja cabang-cabang kajian dalam filsafat ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat dalam ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian pendidikan.
3. Untuk mengetahui cabang-cabang kajian filsafat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dasar dari filsafat ini digunakan untuk memberi landasan filosofi atau
memberikan pemahaman berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, hingga
memberikan bekal kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Filsafat ini nantinya
akan memberikan alternatif yang baik untuk dijadikan pegangan manusia. Dalam
melakukan pemahaman secara filosofis ini menggunakan tiga landasan yakni,
Landasan ontologis(ciri khas ilmu pengetahuan), landasan epistemologis (cara kerja
ilmu pengetahuan), serta landasan aksiologis (memberikan nilai-nilai terkait kegiatan
ilmiah).
B. Ruang Lingkup Kajian Filsafat Ilmu
Ruang lingkup filsafat adalah suatu ruang yang membatasi lingkup
pembahasan dari filsafat ilmu yang digunakan untuk memberikan batasan pada
pengalaman manusia. Hal tersebut diperlukan sebab metode yang dipergunakan dalam
menyusun kebenaran secara empiris. Jika ditelisik secara ontologis, ilmu membatasi
diri pada pengkajian yang ada pada lingkup pengalaman manusia. Dalam mempelajari
filsafat ilmu, penting untuk mengatahui ruang lingkup dari kajian filsafat tersebut.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistomologi yang fokus melakukan kajian pada
ruang lingkup ilmu yang terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu sebagai berikut :
1. Ontonologi
Perkataan "ontology" berasal dari perkataan dari Yunani (dalam Louis O.
Kattsoff, 1996:76) berarti "yang ada" dan berarti logos sebagai cabang filsafat yang
menggeluti tata dan struktur reslitas dalam arti seluas mungkin. da Ontology
menggunakan kategori-kategori ada-menjadi, aktualitas- potensialitas, nyata-
tampak, perubahan, eksistensi-non eksistensi, esensi, keniscayaan yang ada sebagai
yang ada. Pertanyaan mendasar yang digumuli di dalam ontology adalah "Apa itu
ada dalam dirinya sendiri? Apa hakikat ada sebagai Ada? Istilah ontologi muncul
sekitar abad ke-17 yang dikenal dengan ungkapan mengenai "Filsafat mengenai
yang ada" (philosophia entis). Martin Heidegger (1889- 1976) memahami ontologi
sebagai analisis eksistensi dan yang memungkinkan adanya eksistensi. Para
eksistensialis menunjukkan bahwa pengetahuan apa pun yang dikembangkan
haruslah dikembalikan pada eksistensi dan keeksistansi manusia sebagai "Ada"
yang mengadakan atau "pengada actual" (causa efficiens). Pemikiran diatas
menunjukkanbahwa pengembanan epistemiligi merupakan suatu tugas kultural
3
yang dilandaskan pada ada atau keberadaan jati diri manusia (P. Hardono Hadi,
2011:35).
Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut
pandang. Pertama, dari sudut pandang kuantitatif, hal ini bisa dicontohkan
"Kenyataan itu tunggal atau jamak?" atau dapat juga mengajukan pertanyaan,
"Dalam babak terakhir apakah yang merupakan jenis kenyataan itu?" Yang
demikian ini merupakan pendekatan secara kualitatif.
Dalam hubungan tertentu segenap masalah di bidang ontologi dapat
dikembalikan kepada sejumlah pertanyaan yang bersifat umum seperti,
"Bagaimanakah cara kita hendak membicarakan kenyataan?"
Dalam praktiknya, penyelesaian masalah ontologis mempunyai berbagai
macam jawaban filsafati yang berbeda- beda, sesuai dengan titik tolak pemikiran
yang digunakan. Kita dapat memberi contoh hal tersebut misalnya dengan berbagai
pandangan atau aliran filsafat seperti jawaban natiralisme, materialisme, idealisme
dan pisitivme logis. Salah satu tokoh aliran filsafat idealisme yang paling terkenal
adalah Hegel. Menirut Hegel akal adalah kepastian yang sadar tentang semua
realitas yang ada, ia menegaskan bahwa yang nyata adalah rasional, dan yang
rasional adalah nyata. Idealisme absolut merupakan landasan filsafat Hegel yang
menempatkan ide absolut sebgai hakikat ontologis (Bertrand Russell, 2002:959).
Pemisalan lain adalah aliran materialisme. Apabila naturalisme mendasarkan
ajarannya pada penelitian "alam", maka aliran materialisme berusaha melampaui
pengertian "alam" dan mendasarkan diri pada macam substansi atau kenyataan
terdalam yang dinamakan materi. Kaum meterialis pada masa lampau memandang
alam semesta tersusun dari zat-zat renik yang terdalam tersebut dan memandang
alam semesta dapat diterangakam berdasarkan hukum-hukum dinamika, contohnya
hal ini dikenal dengan rumus fisika dewasa ini dengan E MC2 yang
menggambarakan bahwa tenaga E kedudukannya dapat saling dipertukarkan
dengan massa m. jadi istilah pokok yang melandasi ajaran mwterialisme adalah
"materi". Contoh dari artikulasi ontologi materi adalah teori evolusi Charles
Darwin.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang koheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari
persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana sebuah kebenaran itu. Paham monisme
yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme
4
dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirya
menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan
bagaimana kebenaran itu ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang secara khusus mengeluti
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang
pengetahuan disebut epistemologi. Istilah "epistemologi" berasal dari kata Yunani
episteme = pengetahuan dan logos = perkataan, pikiran, ilmu. Kata "episteme"
dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja "epistemai", artinya menunjukkan,
menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme berarti pengetahuan
sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya. Selain kata "episteme", unutk kata "pengetahuan" dalam bahasa Yunani
juga dipakai kata "gnosis" maka istilah kata epistemologi dalam sejarah pernah
disebut juga gneseologi. Sebagai kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan
analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemologi kadang juga disebut
teori pengetahuan (theory fo knowledge; Erkentnistheorie).
Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba
menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengtahuan manusia. Epistemologi juga
bermaksud secara kritis mengkaji pengandaian-pengandaian dan syarat- syarat
logis yang mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi
pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan objektivitas.
Menurut Pranarka (2006:18-19), filsafat pengetahuan pada dasarnya suatu
upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman
manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan, sosial, dan alam sekitarnya.
Dengan demikian, epistemologi sebagai disiplin ilmu yang bersifat evaluatif,
normatif dna kritis. Evaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu
keyakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan,
dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
secara nalar. Normatif berartimenentukan norma atau tolok ukur, dan dalam hal ini
tolok ukur dalam kenalaran bagi kebenaran pengetahuan.
Cara kerja atau metode pendekatan epistemologi sama dengan ciri khas
pendekatan filosofis terhadap gejala pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya
menjadi objek ilmu filsafat tetapi juga ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosiologi
5
kognitif dan sosiologi pengetahuan. Yang membedakan ilmu filsafat seara umum
dari ilmu-ilmu lain bukannlah objek materialnya atau apa yang menjadi kajian,
tetapi objek formal atau cara pendekatannya: bagaimana objek yang dijadikan
bahan kajian itu didekati. Ciri khas cara pendekatan filasfat terhadap objek
kejiannya tampak dari enis pertanyaan yang diajukan dan upaya jawaban yang
diberikan. Filsafat berusaha secara kritis mengajukan dan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum, menyeluruh, dan mendasar.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana
tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan.
landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam
menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (verstand), akal budi (vernunft)
pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan
sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model model
epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula.
bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolak
ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu sepadan teori koherensi, korespondesi.
pragmatis, dan teori intersubjektif.
Berdasarkan cara kerja atau metode pendekatan yang diambil terhadap gekala
pengetahuan bisa dibedakan beberapa macam epistemologi.
a. Epistemologi metafisis
Epistemologi yang mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak
dari pengandaian metafisika tertentu. Epistemologi ini berangkat dari suatu
paham tertentu tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaimana manusia
mengetahui kenyataan tersebut. Plato misalnya meyakini bahwa kenyataan yang
sejati adalah kenyataan dalam dunis ide-ide, plato dalam epistemologinya
memehami kegiatan mengetahui sebagai kekuatan jiwa mengingat (anamnesis)
kenyataan saja yang pernah dilihatnya dalam dunia ide-ide. la juga secara tegas
membedakan antara pengetahuan (episteme), sebagai sesuatu yang bersifat
objektif, universal dan tetap tak berubah, serata pendapat (doxa), sebagai suatu
yang bersifat subjektif, partikular dan berubah-ubah.
Epistemologi sangat penting untuk dipelajari karena alasan yang mendasar
dari pertimbangan srategis, pertimbangan kebudayaan dan pertimbangan
pendidikan. Ketiganya berpangkal pada pentingnya pengetahuan pada
6
kehidupan manusia. Berdasarkan pertimbangan srategis, epistemplogi perlu
karena pengetahuan sendiri merupakan hal yang sacara srategis perlu bagi
perkembangan manusia berdasarkan pertimbangan kebudayaan, penjelasan yang
pokok adalah kenyataan bahwa pengtahuan merupakan salah satu unsur dasar
kebudayaan. Dari segi petimbangan kebudayaan menpelajari epistemologi
diperlukan untuk mengungkap pandangan epestimologis yang seharusnya ada
dan terkandung dalam setiap kebudayaan. Sedangkan berdasarkan pertimbangan
pendidikan, epistemologi perlu dipelajari karena manfaatnya untuk bidang
pendidikan secara faktual.
b. Epistemologis skeptis
Hasil pandangan Rene Descartes yang bermaksud untuk membuktikan
terlebih dahulu apa yang dapat diketahui secara nyata dan benar-benar tak dapat
diragukan lagi Kesulitan pandekatan apabila orang yang skeptisisme dan
onsistendengan sikapnya, maka tak mudah menemukan jalan keluar. Skeptisime
Des Cartes adalah skeptisisme metodis yaitu: suatu strategi awal untuk
meragukan segala sesuatu dengan maksud agar dapat sampai ke kebenaran yang
tidak diragukan lagi. Ia menolak argumen untuk membuktikan kebenaran
pengetahuan berdasarkan otoritas (keagamaam) sebagaimana dilakukan pada
abad Pertengahan.
c. Epistemologis kritis
Epistemologi kritis berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan
pemikiran akal sehat ataupun asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran
ilmiah sebagaimana ditemukan dalam kehidupan kemudian ditanggapi secara
kritis asumsi, prosedur dan kesimpulan tersebut. Sikap kritis diperlukan untuk
lebih memahami sesuatu secara radikal lewat alasan- alasan yang jelas dan kuat.
Berdasarkan titik tolak pendekatannya dan berdasarkan objek yang dikaji,
epistemologi juga dapat dibagi menjadi dua yaitu epistemologi individual dan
epistemologi sosial. Epistemologi individual berangkat dan didasarkan atas
kegiatan manusia individual sebagai subjek penahu terlepas dari konteks
sosialnya, baik tentang pengetahuan status kognitifnya maupun proses
pemerolehannya. Epistemologi evolusioner (evolutionary epistemology) atau
kadang juga disebut epistemologi alami (natural epistemologi) termasuk jenis
epistemologi individual. Sedangakan epistemologi sosial adalah kajian filosofis
terhadap pengetahuan sebagai batas sosiologis. Bagi epistetmologi sosial,
7
hubungan sosial, kepentingan sosial dan lembaga sosial dipandang sebagai
faktor-faktor yang amat menentukan, baik dalam proses, cara estetika, etika,
filsafat agama dan spistemologi. Epistemologi berkaitan dengan masalah
kebenaran etika bersangkutan dengan masalah kabaikan (kesusilaan), dan
estetika berkaitan dengan masalah keindahan. Aksiologi juga menyelidiki
berbagai pernyataan-pernyataan tentang etika dan estetika. Ilmu yang
bersangkutan dengan hal terebut adalah fisafat nilai.
3. Aksiologi
Aksiologi dalam fisafat ilmu berarti menyajikan hubungan antra etika dan
ilmu, di mana etika sangat terkait hubungannya (inhaerent) dengan ilmu. Persoalan
aksiologi adalah seputar bebas nilai atau tidaknya ilmu, hal ini merupakan
persoalan yang rumit, tak mungkin dijawab dengan sekedar ya atau tidak. Mereka
yang berfaham ilmu itu bebeasnilai menggunakan pertimbangan yang yang
didasarkan asat nilai diri yang diwakili oleh ilmu yang bersangkutan
(Suriasumantri, 1995:233).
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki ilmu pengetahuan, pada
umunya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Sedangkan etika merupakan
cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah perdikat- orediakt
nilai "betul" (right), "salah"(wrong) dalam arti "susila"(moral) dan "tidak susila"
(immoral). Di dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuanyang bersangkutan
dengan masalah masalah nilai yangkhusus seperti, ekonomi, estetika, etika, filsafat
agama dan spistemologi. Epistemologi berkaitan dengan masalah kebenaran etika
bersangkutan dengan masalah kabaikan (kesusilaan), dan estetika berkaitan dengan
masalah keindahan. Aksiologi juga menyelidiki berbagai pernyataan-pernyataan
tentang etika dan estetika. Ilmu yang bersangkutan dengan hal terebut adalah
fisafat nilai.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai
dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik ataupun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan
oleh aksiologi ini sebagai suatu kondisi (condition) yang wajib dipatuhi dalam
kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan
ilmu.
8
Ruang lingkup sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakkan
secara ringkas oleh sejumlah ahli antara lain Peter Angeles, A. Cornelius
Benjamin, Israel Scheffer dan J.J.C. Smart.
Pertama, menurut Peter Angeles, ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang
utma:
a. Telaah mengenai berbagai konsep. pranggapan dan metode ilmu berikut
analisis, perluasan dan penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan
cermat.
b. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut
strukturnya.
c. Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu.
d. Telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan
penerapan dan pemahaman manusia.
Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam
empat bidang:
9
1. Epistemologi
Epistimologi merupakan suatu cabang dalam filsafat ilmu yang berkaitan
dengan hakikat atau teori pengetahuan. Cabang ini fokus membahas tentang asal
mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan.
Epistimologi juga secara khusus melakukan kajian terhadap batasan pengetahuan
manusia. Singkatnya, epistimologi merupakan cara bagaimana pengetahuan
disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah.
2. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang merefleksikan bagaimana
menggunakan pengetahuan yang diperoleh. Dalam beberapa kajian, aksiologi bisa
menjadi studi mengenai etika dan estetika dalam penggunaan ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, aksiologi dapat diartikan sebagai suatu kajian terhadap apa itu nilai-
nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya.
3. Ontologi
Ontologi sebagai cabang filsafat ilmu fokus pada pembahasan mengenai
hakikat ilmu pengetahuan dari sisi realitas. Ontologi kemudian muncul dalam
beberapa aliran, seperti idealisme, rasionalisme, dan materialisme.Cabang filsafat
ilmu ini merupakan kajian mengenai esensi dari suatu benda atau objek yang ada di
dunia ini. Oleh sebab itu, ontologi sering kali disebut sebagai teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan.
4. Metodologi
Metodologi merupakan cabang filsafat ilmu yang lebih mendasar dari sekadar
metode. Metodologi menyediakan dasar filosofis dari suatu metode.
Berdasarkan Bidangnya
Cabang filsafat ilmu juga bisa dibagi berdasarkan bidangnya. Berikut adalah
macam-macam bidang filsafat ilmu:
a. Filsafat statistika, yakni cabang filsafat ilmu yang membahas tentang
pengumpulan data, penyelidikan dan kesimpulannya berdasarkan bukti, berupa
catatan bilangan (angka-angka).
b. Filsafat fisika, yaitu cabang filsafat ilmu yang fokus membahas tentang zat dan
energi.
c. Filsafat matematika, yakni cabang filsafat ilmu yang mengkaji tentang bilangan,
hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
10
d. Filsafat biologi, yakni cabang filsafat ilmu yang membahas tentang keadaan dan
sifat makhluk hidup.
e. Filsafat kimia, yaitu cabang filsafat ilmu yang membahas tentang susunan, sifat,
dan reaksi suatu unsur atau zat.
f. Filsafat ilmu bumi, yakni cabang filsafat ilmu yang berkaitan dengan komposisi,
struktur, dan sejarah bumi.
g. Filsafat astronomi, yaitu cabang filsafat yang melakukan kajian tentang benda-
benda langit, seperti matahari, bulan, bintang, dan planet-planet lain.
h. Filsafat kedokteran adalah cabang filsafat ilmu yang berhubungan dengan
dokter atau pengobatan penyakit.
i. Filsafat psikiatri adalah cabang filsafat ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyakit jiwa.
j. Filsafat psikologi, yaitu cabang filsafat yang berkaitan dengan proses mental,
baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.
k. Filsafat arkeologi, yakni cabang filsafat ilmu yang fokus pada kajian mengenai
kehidupan dan kebudayaan zaman kuno berdasarkan benda peninggalannya.
l. Filsafat antropologi, yaitu cabang filsafat ilmu yang membahas mengenai
tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat
istiadat, dan kepercayaannya pada masa lampau.
m. Filsafat geografi, yakni cabang filsafat yang fokus membahas tentang
permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari
bumi.
n. Filsafat linguistik, yakni cabang filsafat ilmu yang berkaitan tentang ilmu
bahasa.
o. Filsafat ekonomi, yaitu cabang filsafat ilmu yang membahas asas-asas produksi,
distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan.
p. Filsafat teknologi adalah cabang bidang ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
teknologi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian filsafat adalah studi tentang ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
menemukan kebenaran yang hakiki Filsafat, sebagai bidang kajian yang luas,
berupaya memberikan pemahaman mendalam terhadap realitas, moralitas,
pengetahuan, dan keberadaan manusia di dunia. Dengan berbagai cabangnya, filsafat
terus memainkan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, etika, dan
cara berpikir manusia. Meskipun filsafat kadang-kadang tampak abstrak,
pengaruhnya pada pemikiran kritis, pengambilan keputusan, dan kehidupan sehari-
hari sangatlah signifikan.
Ruang lingkup filsafat adalah suatu ruang yang membatasi lingkup
pembahasan dari filsafat ilmu yang digunakan untuk memberikan batasan pada
pengalaman manusia. Dimana komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga
bagi eksistensi ilmu, yaitu ada Ontologi, Epistemologi dan Aksiolgi. Berikut adalah
cabang-cabang dari filsafat ilmu yang pertama ada Epistemologi, Akiologi, ntonologi
dan Metodologi.
B. Saran
Untuk meningkatkan pemahaman filsafat dalam pendidikan, diperlukan
peningkatan literasi filsafat di kalangan siswa dan pengajar. Selain itu, pengajaran
filsafat harus disesuaikan dengan konteks kontemporer agar tetap relevan dengan
tantangan zaman.
12
DAFTAR PUSTAKA
13