Abstraksi Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MOMENTUM PENINGKATAN PENDANAAN INFRASTRUKTUR MELALUI

POTENSI PERBANKAN SYARIAH


(Adi Mulia Pradana, Universitas Gadjah Mada)

ABSTRAK
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kemudahan pendanaan pembangunan
infrastruktur, selayaknya bisa dipahami sebagai momentum ekspansi perbankan syariah
untuk lebih memperkenalkan kegunaannya ditengah masuarakat. Terlebih dengan mulai
meningkatnya edukasi terkait fungsi perbankan pada lapisan masyarakat yang selama
ini kurang mendapat edukasi tentang kemanfaatn sistem pendanaan syariah.
Produktivitas ekonomi nasional selalu beriringan dengan pembangunan
infrastruktur sebagai pendukung produktivitas itu sendiri. Nyatanya Indonesia masih
banyak terkendala berbagai hal jika menyangkut pembangunan riil, baik terkait
infrastruktur ataupun pendanaan kredit usaha yang berdampak riil. Pelaku perbankan
syariah bisa pula untuk membangun kontrol agar efektivitas dana dari kredit usaha yang
diberikan, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pendanaan infrastruktur
seirng fungsi yang selama ini berjalan, yaitu dalam membantu pendanaan usaha
masyarakat. Sehingga perbankan syariah bisa lebih aktif berperan dalam sektor riil
masyarakat, utamanya percepatan pembangunan infrastruktur. Hal ini harus diiringi
upaya menjaga citra perbankan syariah agar dalam hal operasionalnya tidak terjebak
berbagai kesalahan perbankan yang kembali mengemuka dalam beberapa waktu
terakhir. Sehingga menjadikan opsi pendanaan via perbankan syariah bisa menjadi
alternatif bagi percepatan produktivitas riil ekonomi Indonesia dengan harapannya
kesiapan atas desakan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat.

1
EVALUASI KINERJA SOSIAL BANK SYARIAH DI INDONESIA PERIODE
2003–2010
AI NUR BAYINAH
Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI

ABSTRAK
Sejak berdirinya Islamic Development Bank (IDB) (1974), meskipun kehadiran bank
Syariah telah ada sejak pertengahan 1940-an, keberadaannya telah memberikan
momentum kepada gerakan perbankan syariah pada umumnya (seperti, Dubai Islamic
Bank (1976), Faisal Islamic Bank of Egypt (1997), Bahrain Islamic Bank (1979), dan
Kuwait Finance House (1997) (Lewis & Algaoud, 2007: 22-23).Termasuk Indonesia,
dengan dibentuknya Bank Muamalat Indonesia (1992), Bank Syariah Mandiri (1999),
dan bank umum syariah lainnya hingga saat ini.
Tantangan utama bank syariah saat ini diantaranya adalah bagaimana mewujudkan
kepercayaan dan ekspektasi dari para stakeholder. Sehingga mampu memobilisasi
simpanan, menarik investasi, menyalurkan pembiayaan, menanamkan investasi,
sekaligus memperluas kesempatan kerja, membantu pemerintah membiayai defisit
anggaran untuk pembangunan, dan mengakselerasi pembangunan ekonomi dengan baik
(Setiawan, 2007).
Ekspektasi stakeholder terhadap bank syariah berbeda dengan bank konvensional.
Hal ini didasari oleh kesadaran bahwa bank syariah dikembangkan sebagai lembaga
keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam
ekonomi Islam. Tujuan ekonomi Islam sendiri dalam hal ini tidak hanya terfokus pada
tujuan komersil, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan
kesejahteraan secara luas bagi masyarakat.
Komitmen atas tangung jawab sosial bank syariah ini juga terekspresi dalam
dokumen Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Nasional untuk periode 2002-
2011 yang telah disusun oleh Bank Indonesia (2002).Dalam inisitatif strategis ke empat
dari Cetak Biru tersebut, Bank Syariah diantaranya diharapkan fokus pada peningkatan
peran serta kemanfaatan perbankan syariah bagi perekonomian secara umum. Inisiatif
tersebut juga dipertegas dengan target bahwa bank syariah diarahkan untuk memiliki

2
peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional serta berkontribusi besar dalam
perbaikan kesejahteraan rakyat.
Permasalahan kemudian yang timbul adalah bagaimana pencapaian tujuan dari
inisiatif strategis ke empat tersebut, serta bagaimana evaluasi kinerja sosial bank
Syariah hingga saat ini.Hal itu menjadi latar belakang penulisan kajian ini. Dengan
mengambil tema “Evaluasi Kinerja Sosial Bank Syariah di Indonesia Periode 2003-
2010”, paper ini mengangkat rumusan masalah tentang bagaimana evaluasi kinerja
sosial yang telah dilakukan bank Syariah sejak Cetak Biru digulirkan?.Dengan
pertanyaan masalah tersebut, penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana pencapaian
kinerja sosial bank Syariah hingga saat ini.
Penulis menggunakan metode deskriptif-studi kasus terhadap dua bank syariah
terbesar di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri
(BSM) atas kinerja sosialnya. Kinerja sosial yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE), Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM),
Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS), Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR)
serta Distribusi Pembangunan Ekonomi (DPE). Data yang digunakan dalam penelitian
diolah dari Laporan Keuangan BMI dan BSM yang telah diaudit selama tahun 2003
sampai dengan 2010.Analisis dilakukan menggunakan pendekatan rasio dan peringkat.

Kata kunci: kinerja sosial, perbankan syariah, cetak biru perbankan Syariah, good
governance.

3
SYARIAH VS KONVENSIONAL
DALAM AKSES PEMBIYAAN BAGI MASYARAKAT
Andriyansah (FEKON-UT)
UPBJJ-UT Padang

Kata Kunci : Landasan Hukum, Produk Perbankan, Persyaratan.

Kehadiran bank syariah dibumi pertiwi ini tentunya tidak bisa terlepas dari
fungsi mereka sebagai lembaga keuangan yang menyediakan modal pinjaman.
Landasan hukum UU No 10 tahun 1998 dan sejumlah ketentuan pelaksanaan
oleh Bank Indonesia memberikan kesempatan untuk pengembangan bank
syariah di Indonesia. Maraknya bank syariah di Indonesia yang hampir
menggeser posisi bank konvensiona, Perbankan syariah yang baru lahir mampu
bersaing dengan perbankan konvensional dalam menghasilkan produk
perbankan tanpa melepaskan filosofi institusi. Kredit atau pembiayaan
merupakan produk andalan perbankan, kedua jenis bank teresebut mempunyai
tatacara atau karakteristik tersendiri dalam menyediakan modal bagi yang
membutuhkan walapun secara etimologi kedua bank tersebut sudah dapat
menunjukan perbedaan, persyaratan dalam pengajuan atau pemberian kredit atau
pembiyaan terdapat perbedaan dari analisis dan persyaratan yang akan dipenuhi
namun perbedaan yang mendasar adalah terletak pada perjanjiannya. Pada bank
konvensional akan menerima keuntungan berupa bunga sedangkan bank syariah
menerima pembagian hasil.

4
Strategi Mengatasi Penganguran dan Kemiskinan Melalui Pendidikan Nonformal
Balai Latihan Kerja oleh Lembaga Amil Zakat Kota Semarang

Arif Pujiyono
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UNDIP Semarang
[email protected]

Abstrak

Pengangguran dan kemiskinan di perkotaan masih menjadi masalah di berbagai


wilayah Indonesia. Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki jumlah dan
persentase penduduk miskin terbesar dibandingkan dengan kota lain di Jawa Tengah.
Meski berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan, ternyata belum
efektif untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Kota Semarang. Zakat, infak dan
sedekah (ZIS) merupakan salah satu sumber dana publik mandiri untuk membantu
pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Selama ini ZIS belum dioptimalkan
pemanfaatannya karena cenderung bersifat tunai (charity).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana dampak ZIS dalam mengatasi
masalah pengangguran dan kemiskinan melalui program Balai Latihan Kerja Mandiri
yang dilakukan oleh PKPU Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif kuantitatif dan kualitatif berdasarkan kuesioner, observasi
dan indepth intervey dengan key persons dan uji bedasample t-test dan chi-square.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pelatihan menjahit memiliki efektifitas
paling tinggi untuk mengatasi masalah pengangguran (100 persen bekerja), diikuti oleh
pelatihan teknisi HP (80 persen bekerja) kemudian terakhir pelatihan desain grafis (60
persen bekerja). Hasil uji sample t test menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
pendapatan dan konsumsi antara sebelum dan setelah menerima pelatihan kerja. Uji chi-
square juga menunjukkan bahwa pelatihan kerja dapat meningkatkan keahlian.

5
Pengkajian Ekonomi Islam di SBM ITB
Arson Aliludin*
([email protected])

Abstrak

Sejak awal berdirinya, tanggal 31 Desember 2003, SBM ITB (Sekolah Bisnis dan
Manajemen Institut Teknologi Bandung) sudah mempertimbangkan perlunya
mengembangkan Pengkajian Ekonomi Islam. Bekerjasama dengan YPM Salman ITB
(Yayasan Pembina Masjid Salman ITB), SBM ITB menyelenggarakan Seminar
Keuangan Islam pada tahun 2005.Dilanjutkan dengan Seminar dan Kolokium Nasional
Sistem Keuangan Islam I, II dan III, berturut-turut pada tahun 2006, 2008 dan 2010.
Disamping itu, ada pula diskusi rutin tentang Ekonomi Islam yang diselenggarakan
secara teratur setiap 1-2 minggu sekali sejak tahun 2005 sampai sekarang.Analisis kritis
dan komparatif dilakukan terhadap konsep dan praktek Bank Islam di
Indonesia.Muncullah beberapa wacana, kritik dan gagasan revisi/koreksi.
Seiring dengan perubahan kurikulum di ITB pada tahun 2008, SBM ITB memasukkan
matakuliah (Sistem) Perbankan Islam sebagai matakuliah pilihan di Program Sarjana
(S1) dan Program Pascasarjana (S2: MBA dan MSM). Beberapa riset tentang Keuangan
dan Perbankan Islam pun telah dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa.
Bekerjasama dengan ICDIF LPPI (International Center for Development in Islamic
Finance Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia), SBM ITB menyelenggarakan
Executive MBA in Sharia Banking and Finance sejak awal tahun 2010.

Kata kunci: SBM ITB, YPM Salman ITB, ICDIF LPPI, Ekonomi Islam, Sistem
Keuangan Islam,
(Sistem) Perbankan Islam, Program Sarjana, Program Pascasarjana,
kurikulum.

6
Evaluasi Ketercapaian Target Pangsa Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
Arson Aliludin *
([email protected])
Oktofa Yudha Sudrajad *
([email protected])
Abstrak
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia, sejak mulai beroperasinya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank syariah pertama di Indonesia, terus
mengalami peningkatan. Namun, target pangsa pasar 5% pada akhir tahun 2008 yang
ditetapkan Bank Indonesia ternyata tidak berhasil dicapai. Walaupun sudah diundur
menjadi akhir tahun 2010, tetap tidak tercapai.
Makalah ini mencoba menganalisis kecenderungan (trend) pertumbuhan dan laju
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia untuk mengevaluasi ketercapaian target
pangsa pasar tersebut di atas. Di samping itu, dianalisis juga faktor-faktor
yangmempengaruhinya dan langkah-langkah apa yang sebaiknya diambil untuk
meningkatkan ketercapaian target pangsa pasar itu.

Keywords : pertumbuhan perbankan syariah Indonesia, pangsa pasar perbankan syariah,


perbandingan perbankan syariah dengan perbankan konvensional

7
Kredit Pertanian Mikro Syari’ah
Mencari Titik Temu antara Pembiayaan Mikro dengan Konsep Syari’ah untuk
Pengentasan Kemiskinan Petani
Oleh :
Davy Hendri
Abstract
Meskipun stuktur perekonomian Indonesia sedang bergeser ke arah industrialisasi,
namun peranan sector pertanian tetap menjadi perhatian pemerintah, baik karena alasan
strategis dan pragmatis. Dari sisi strategis, kontribusi PDB dan serapan tenaga kerja
pada sektor ini semenjak krisis ekonomi tahun 1998 sampai sekarang masih tetap
berperanan penting. Sementara dari sisi pragmatis, berkebalikan dengan sebelumnya,
angka kemiskinan pelaku ekonomi sektor pertanian tidak mengalami perbaikan yang
berarti.
Seiring dinamika politik, perubahan rezim perekonomian juga menjadikan berbagai
upaya pengentasan kemiskinan petani, seakan menemui tembok tebal. Bonanza minyak
bumi masa lalu, yang menjadikan pemerintah berperilaku bak dermawan dengan
membagikan berbagai paket subsidi untuk memberantas kemiskinan, merupakan
kesalahan besar yang tidak mungkin dan tidak cocok lagi untuk dipraktekkan pada saat
ini. Selain keterbatasan anggaran pemerintah, perilaku tadi menyebabkan absennya
peran dan inovasi sektor swasta dalam upaya tersebut.
Jika keterbatasan supply permodalan oleh pemerintah dan akses terhadapnya oleh petani
adalah faktor penting penyebab stagnannya upaya pengentasan kemiskinan petani, maka
pertanyaan besarnya adalah kenapa sampai sekarang hanya ada satu lembaga keuangan
bank, yaitu BRI (Unit Desa) yang secara formal berperan dalam upaya memutus mata
rantai kemiskinan di kalangan petani tersebut?. Adakah hambatan-hambatan lain yang
meyebabkan pelaku swasta tadi tidak hadir (market failure) dalam penyediaan jasa
keuangan kepada para petani ?, Lebih lanjut, jika prasyarat agunan dan berbagai alasan
struktural dalam industri perbankan konvensional menjadi penghambat pengembangan
kesejahteraan petani, kenapa bank islam yang dikenal dengan ikon pembiayaan berbagi
hasil yang identik dengan praktek pembiayaan usaha di kalangan petani tradisional
selama ini, juga belum bersegera menyambut peluang ini?.

8
Paper ini mencoba memberikan jawaban terhadap beberapa pertanyaan besar di atas. Di
dalam paper ini akan diuraikan beberapa karakteristik sector pertanian dan perbedaan
mendasarnya dengan sector perekonomian lainnya. Dari paparan itu kemudian akan
diketahui kebutuhan khusus petani terhadap model layanan keuangan yang cocok buat
mereka. Kemudian juga akan diuraikan model-model pembiayaan bagi sector pertanian
yang dikenal dalam ajaran Islam. Tentu tidak sekedar adanya demand dan supply.
Selanjutnya, paper ini juga akan menguraikan beberapa prakondisi yang diharap akan
menjadikan pasar kredit sesuai syari’ah untuk petani ini berjalan dengan baik. Baik
prakondisi pada level mikro, meso maupun pada level makro.
Kata kunci :kredit mikro, petani, syari’ah, kemiskinan.

9
Tantangan Bank Syariah pada Dual Banking System
Dr. Asfi Manzilati, SE., ME*
*Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya (UB) Malang
Abstraksi
Adanya peraturan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang
kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 menyebabkan perbankan Indonesia
menganut system perbankan ganda (dual banking system) yaitu system konvensional
maupun syariah berjalan berdampingan. Dalam penulisan call paper ini bertujuan untuk
menginvestigasikan bagaimana system hukum yang dapat dijalankan pada dual banking
system dengan mengembangkan suatu konsep dengan dua pendekatan dalam penyedian
regulasi bagi perbankan Indonesia. Petama, pendekatan regulasi tersebut dapat
dilakukan dengan mengkonversikan seluruh mekanisme yang ada diperbankan
Indonesia ke dalam system Islami sesuai dengan filosofi dasarnya yang secara otomatis
akan berpengaruh terhadap kebijakan moneter perekonomian di Indonesia seperti yang
dilakuan Negara Iran dan Pakistan.
Kedua, dengan pendekatan mengembangkan regulasi dari bank konvensional yang
selama ini sudah lebih lama berjalan dan secara regulasi lebih mapan dibandingkan
dengan bank syariah yang tergolong masih baru. Artinya bawah regulasi yang berlaku
bagi bank konvensional tidak mengharuskan Bank Indonesia menciptakan regulasi yang
sama untuk bank syariah. Regulasi bank konvensional dapat saja digunakan oleh bank
syariah sepanjang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Dan apabila regulasi tersebut
tidak sesuai dengan prinsip syariah, namun dibutuhkan oleh bank syariah maka Bank
Indonesia harus menciptakan regulasi yang berbeda dengan yang berlaku bagi
konvensional Implikasinya dual banking system pada operasional perbankan syariah
maupun perbankan konvensional dapat dilihat dalam regulasi yang mengatur tentang
pengelolaan likuiditasnya, Capital Adequacy Ratio (CAR), pembiayaan yang dilakukan
dan penanganan pembiayaan bermasalah (NPF vs NPL)

Kata Kunci: Bank Konvensional, Bank Syariah, Dual Banking Sistem, Regulasi

10
THREE IN ONE NETWORKING:
STRATEGI PEMASARAN PRODUK SYARIAH
Fatia Fatimah, Risman
Universitas Terbuka, UPBJJ-UT Padang
Kementerian Agama, Padang Pariaman
[email protected] , [email protected],

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sangat potensial, seiring dengan


meningkatnya apresiasi masyarakat pada ekonomi berbasis syariah.Lembaga perbankan
syariah sebagai salah satu produk syariah. Produk syariah perlu meningkatkan
operasionalisasinya sehingga dapat dinikmati seluruh masyarakat Indonesia sebagai
sebuah kebutuhan bukan hanya oleh umat islam. Strategi pemasaran produk syariah
melibatkan tiga komponen yang bersinergi dan berkesinambungan melalui three in one
networking.Three in one networking meliputi pemerintah, perguruan tinggi dan
pengusaha.Ketiga komponen yang dapat disingkat dengan 3P ini bersinergi untuk
melakukan sosialisasi dan promosi pada wilayah tanggung jawab masing-
masing.Pemerintah berperan membuat kebijakan yang memudahkan pertumbuhan
lembaga ekonomi syariah hingga ke pedesaan.Perguruan tinggi melakukan kajian
mengenai optimalisasi perbankan syariah serta menambahkan kurikulum wajib
bermuatan ekonomi syariah pada fakultas ekonomi.Pengusaha berperan sebagai pelaku
perbankan dan penanam modal.

11
PROFILE MITRA NASABAH YANG KREDITNYA MACET (NPL)
(Studi pendahuluan di KJKS BMT Al-Husna Serua Ciputat 2008-2010)
Gede Umbaran Dipodjoyo *)

ABSTRAK
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wa Tamwil Al Husna bertujuan untuk
membantu pengentasan kemiskinan dengan pemberian bantuan pinjaman yang berbasis
pada bagi hasil. Pinjaman yang diberikan, dengan survey dan pertimbangan yang
matang, masih ada saja kendala dalam pengembalian pinjaman dari mitra nasabah,
yaitu dimasukkan dalam katagori: Macet, Diragukan, dan Kurang Lancar , sehingga
akan menganggu keuangan dari KJKs BMT. Data Rapat Anggota Tahunan 2010
terlihat Total NPL sebesar Rp. 40,327,000,- dengan rincian macet 22 % (64 mitra),
diragukan 1 % (1 mitra), kurang lancar 2 % (4 mitra) sehingga akan mendekati
seperempat dari mitra peminjam ( 22,73 %) Hal ini merupakan akumulatif sejak 2008
hingga 2010, dan KJKS BMT telah mengalokasikan dana cadangan untuk menutup
kerugian (CPPA) tetapi belum optimal. Profile Mitra Nasabah mayoritas (hampir) 80 %
pedagang kecil di Pasar Bukit, sedangkan sisanya terdiri dari Ibu Rumah Tangga,
Pembantu Rumah Tangga, Petani Anggrek dan guru.

Kata kunci : KJKS BMT, Mitra Nasabah, NPL

*) Gede Umbaran Dipodjoyo, Dosen Fak. Psikologi Universitas Persada Indonesia “YAI”,sedang
menyelesaikan Program Doktor Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia “YAI”
Jakarta, dan Anggota Pendiri KJKS BMT Al-Husna

12
Meningkatkan Transparansi dan Disiplin Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
Hasan
Fakultas Ekonomi Universitas Wahid Hasyim
[email protected]

Abstrak
Disiplin pasar merupakan pengawasan dan tindakan para pelaku pasar sebagai
reaksi terhadap kinerja dan risiko bank. Disiplin pasar telah disadari kepentingannya
dalam mendukung penciptaan perbankan yang sehat, dan telah diadopsi dalam Basel II
sebagai salah satu pilar perbankan yang sehat, selain dua pilar lainnya : kecukupan
modal dan pengawasan oleh otoritas pengatur perbankan. Salah satu prasyarat disiplin
pasar yang efektif adalah adanya transparansi informasi bank kepada para pelaku
pasar.Transparansi dan disiplin pasar pada bank syariah menjadi lebih penting karena
penerapan sistem bagi-hasil, dimana nasabah penyimpan bank syariah secara teoritis
dihadapkan pada risiko yang lebih tinggi daripada nasabah di bank konvensional yang
mendapat hasil yang pasti.Pentingnya transparansi dan disiplin pasar pada bank syariah
telah disadari dengan disusunnya prinsip-prinsip transparansi dan pengungkapan
informasi dalam rangka meningkatkan disiplin pasar pada bank syariah oleh Islamic
Financial Service Board (IFSB) pada tahun 2007.
Tulisan ini mengkaji berbagai kerangka teori disiplin pasar, prinsip-prinsip
transparansi dalam meningkatkan disiplin pasar perbankan syariah yang disusun oleh
IFSB, dan berbagai hasil penelitian disiplin pasar perbankan di Indonesia dan pada
perbankan syariah.Dari hasil kajian ini, dirumuskan berbagai tantangan dan hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk meningkatkan transparansi dan mendorong peningkatan
disiplin pasar perbankan syariah di Indonesia.Pada bagian akhir, disampaikan berbagai
rekomendasi selanjutnya untuk meningkatkan praktik trasparansi dan disiplin pasar
perbankan syariah di Indonesia.

13
Riba vs Sedekah
Hasim, M.Ag .
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret
Abstrak

Dalam penerbitan obligasi shariah yang mendapat sertifikat halal dari para ulama
sehingga terbebas dari unsur riba.Ada yang berdasarkan sewa menyewa atau ijarah, ada
yang berdasarkan cost plus atau murabahah, ada yang berdasarkan bagi hasil atau
mudharabah, ada pula yang berdasarkan project financing atau istishna.Pertanyaannya,
mengapa obligasi shariah itu tetap ada tingkat pengembalian yang besarannya
dipersamakan dengan tingkat bunga normal? Dalam penerbitan sukuk, penentuan
tingkat pengembaliannya, menggunakan patokan LIBOR atau suku bunga pasar yang
normal, dan itu halal karena sudah ada fatwa. Pertanyaan lanjutannya, mengapa untuk
satu perusahaan yang sama, tingkat returnnya sama, substansi nya sama, namun dengan
struktur yang berbeda, yang satu disebut syariah dan yang lain disebut konvensional,
yang satu halal dan yang lain haram? Apakah dengan struktur tertentu meskipun
subtansinya sama, dapat merubah dari halal ke haram? Apakah Allah bisa "diakali"
dengan sebuah struktur transaksi? Apa itu RIBA? Mari kita buka surat 2:276
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat
dosa. Berarti lawan dari riba itu adalah sedekah. Jika sedekah kepada orang miskin
9:60, berarti riba juga untuk orang miskin, riba adalah untuk orang yang sedang
kesukaran dan miskin 2:280 9:60. Riba adalah kebiasaan sebelum jaman Nabi
Muhammad untuk memeras orang miskin dengan cara memberi pinjaman yang disertai
niat untuk menguasai, menjadikan budak, mengawini anak si miskin dan membuat si
miskin menjadi lebih miskin lagi. Ciri-ciri riba antara lain berlipat ganda tingkat
pengembaliannya, memberatkan, tidak tertulis, denda keterlambatan ditentukan oleh
pemberi pinjaman dan yang menjadi persyaratan utama, riba hanyalah kepada si miskin.
RIBA lain dengan BUNGA. Riba terdapat unsur penghisapan manusia kaya terhadap
manusia miskin.RIBA berbeda dengan perbankan konvensional, karena umumnya yang
datang ke bank bukanlah si miskin, karena terdapat penilaian keuangan atau kredibilitas
dan jaminan atau collateral.Si miskin tidak mungkin punya kemampuan mengembalikan

14
dan jaminan. Lalu apa solusi al Quran untuk si miskin? Untuk si miskin yang
membutuhkan, kita yang lebih mampu jangan meminjamkan tetapi sedekah 51:19
70:24-25 9:60 supaya harta tidak beredar pada orang kaya saja 59:7. Itulah solusi Islam
membebaskan perbudakan 90:12-13 76:8-9 , karena riba membuat manusia yang miskin
menjadi budak si kaya melalui pinjam meminjam yang mencekik leher, sehingga Tuhan
si miskin perlahan berubah, dari menuhankan Allah, menjadi menuhankan si kaya,
karena hidup dan kehidupannya sudah dibeli oleh si kaya melalui Riba.

15
Penanggulangan Kemiskinan & Pengangguran Melalui Pemberdayaan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Berbasis
Teknopreneurship
Oleh : Hendro Wibowo
Abstrak
Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu persoalan
mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun, dalam hal ini
adalah pemerintah Indonesia.Karena merupakan suatu hal yang berhasil dalam
menjalankan pemerintahan, apabila dua permasalahan tersebut bisa diatasi dengan baik.
kita akui bahwa, jumlah penduduk miskin di Indonesia dari tahun ketahun mengalami
penurunan dimana pada tahun 2010 hanya 31,02 juta orang yang hidup di bawah garis
kemiskinan atau 13.33% dari jumlah penduduk sebanyak 220 juta. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya 2009 sebesar 32,52 juta orang atau 14,15% (BPS, 2010).
Namun, kenyataannya walaupun kemiskinan menurun, tetapi kondisi
masyarakat masih memprihatinkan, dimana kemiskinan menurun belum bisa merata
baik dikota maupun desa, kesejahteraan hidup masih terbatas dan distribusi pendapatan
yang belum merata.Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan. Pada
bulan Maret 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya
1,57 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,80. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) untuk perkotaan hanya 0,40 sementara di daerah pedesaan mencapai 0,75 (Susenas
BPS 2009 & 2010). Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah pedesaan
lebih parah daripada daerah perkotaan.
Meski secara kuantitatif data-data statistik menunjukkan tingkat kemiskinan
yang fluktuatif.Tetapi secara umum kemiskinan senantiasa menjadi permasalahan yang
semakin hari semakin akut.Kemiskinan berevolusi menimbulkan permasalahan baru
yang menjalar di berbagai bidang. Akibatnya proses Urbanisasi merupakan
permasalahan baru dari dampak ketidakmerataan pembangunan. Di bidang kesehatan,
kemiskinan bertanggungjawab atas munculnya pemukiman-pemukiman kumuh dengan
standar di bawah ketentuan minimal hidup sehat dan sejahtera.Kemudian di bidang
ekonomi, dengan adanya kemiskinan berdampak pada tingkat pengangguran yang
semakin meningkat.Sehingga berdampak dalam bidang stabilitas nasional, dimana

16
kemiskinan merupakan biang dari berbagai tindak kriminalitas yang terjadi di
masyarakat.
Dari permasalahan di atas, merupakan suatu tantangan bagi pemerintah untuk
menanggulangi masalah kemiskinan dan pengangguran dalam tahun 2011 kedepan,
salah satunya adalah mengoptimalkan pelibatan masyarakat terutama masyarakat miskin
dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, yakni dengan pemberdayaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJSKS) dan UMKM dengan melibatkan dan peran
aktif masyarakat dengan metode TEKNOPRENEURSHIP.

17
ABSTRAK
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN
MELALUI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT)
Heri Wahyudi

Perkembangan lembaga keuangan syariah masih terus-menerus mengalami transformasi


ke arah positivisme sistem dan lembaga keuangan di tanah air. Proses ini sendiri masih
membutuhkan sosialisasi dan evaluasi di kalangan masyarakat Indonesia. Meresapnya
sistem dan nilai ekonomi Islam dan lembaga keuangan syariah merupakan sasaran
penting dalam mewujudkan masyarakat yang makmur,sejahtera dan berkeadilan.
Baitul mal wat tamwil (BMT) mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan
masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan
pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan
kelembagaannya menuju tatanan perekonomiaan yang makmur dan maju dan gerakan
keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran
berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridha Allah
SWT. Pemberdayaan ekonomi merupakan sistem yang berinteraksi dengan lingkungan
ekonomi secara fisik. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pada hakikatnya upaya
mengarah pada perubahan ekonomi melalui proses pendewasaan masyarakat untuk
tumbuh dan berkembang yang siap menghadapi tatangan hidup. Pembemberdayaan
ekonomi masyarakat di lakukan sehubungan terjadinya ketimpangan pendapatan,
kesempatan kerja, status sosial dan gejolak perekonomian nasional maupun
internasional yang paling merasakan adalah mereka yang tergolong sebagai masyarakat
miskin.

Kata-kata kunci: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin, berlandaskan syariah,


mampu dan mandiri

18
PENDEKATAN MAQASHID SYARIAH DALAM
PENGEMBANGAN PRODUK KEUANGAN ISLAM
Oleh:
Imron Mawardi
Dosen pada Departemen Ekonomi Syariah FEB Universitas Airlangga

ABSTRAK
Ekonomi Islam menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang luar biasa, khususnya
di bidang keuangan Islam. Di satu sisi, berbagai krisisfinancial menyadarkan industri
keuangan untuk menerapkan sistem keuangan Islam yang lebih baik, aman, adil, dan
transparan, di sisi lain, ada kesadaran yang besar dari muslim di berbagai penjuru dunia
untuk mempelajari dan menerapkan syariah Islam kembali setelah berabad-abad
terpuruk dalam system ribawi yang tidak sesuai syariah Islam.
Karena itu, keuangan Islam berkembang pesat dari sisi area perkembangan,
institusi, maupun produknya.Saat ini, produk keuangan Islam berkembang sangat pesat.
Jika dulu hanya produk-produk dasar bank komersial yang tersedia, kini produk
keuangan Islam sudah beraneka ragam seperti gadai syariah, syariah credit card,
tawarruq, commodity murabahah, global Islamic bond, Islamic asset backed securities,
mutual funds/unit trust, hedge funds, private equity, domestic Islamic bond, Sharia
compliant stock, Islamic stock broking, Islamic derivatives, dan takaful product.
Ke depan, produk keuangan Islam di Indonesia juga akan terus berkembang. Pasar
yang terus tumbuh membawa konsekuensi munculnya produk-produk keuangan Islam
yang semakin beragam. Sebab, keuangan Islam juga dituntut menyediakan wadah
untuk menampung keinginan dan kebutuhan pasar itu di satu sisi, dan di sisi lain tetap
mengawalnya dalam koridor syariah yang membedakannya dengan keuangan
konvensional.
Yang menjadi pertanyaan dan tantangan adalah bagaimana pendekatan dalam
menciptakan produk-produk baru keuangan Islam?Selama ini, pengembangan produk
keuangan Islam lebih didasarkan pada perspektif fiqh, yaitu pemenuhan aturan-aturan
syariah dalam setiap transaksi.Perspektif yang lebih penting, yaitu maqashid syariah
kurang menjadi pertimbangan.Padahal, perspektif maqashid lebih menunjukkan pada
hakikat atau makna dari syariah.

19
Pada perspektif fiqh, pengembangan produk diarahkan untuk mensyariahkan atau
mencari rekayasa akad agar produk keuangan yang ada dikonvensional bisa
dipraktikkan di lembaga keuangan syariah.Metode ini dikenal dengan metode tekstual
(literal) yang mengedepankan fiqh melalui qiyas.Pada metode ini, produk di lembaga
keuangan konvensional dicarikan alasan fiqh-nya sehingga menjadi boleh.Karena
domain muamalah itu adalah fiqh, di mana ada faktor interpretasi manusia dalam
penentuan hukum syariahnya, maka pendekatan fiqh ini bisa menjadi berbahaya jika ada
conflict of interest dalam menetapkan boleh tidaknya produk keuangan syariah tertentu.
Pada perspektif maqashid, pengembangan produk keuangan syariah diarahkan
pada kepentingan kemaslahatan seluruh stake holder dalam jangka panjang, sehingga
lebih menekankan pada makna, hakikat, atau kemaslahatan semua yang berkepentingan
pada produk keuangan syariah.Metode ini sering disebut sebagai pendekatan maqashid
atau pendekatan hakikat/makna.Metode ini pun bisa sangat liar karena mendasarkan
pada metode bir-ro’yi atau kekuatan akal.

Key words: fiqh, maqashid syariah, produk keuangan syariah

20
KEBIJAKAN PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH: Suatu
Tanggung Jawab Sosial

Oleh: Kusnadi ([email protected]) / Staf Pengajar FKIP-UT

ABSTRAKSI

Bank syariah adalah lembaga komersial yang dibingkai nilai-nilai spiritual.Salah satu
konsekuensi dari nilai spiritual itu adalah terintegrasinya sektor sosial di tubuh bank
syariah.Dengan demikian, bank syariah tidak hanya mempunyai manfaat secara
ekonomi, tetapi juga manfaat sosial.Ada tiga hal utama yang mendorong infiltrasi nilai
sosial dalam perbankan syariah.Pertama, sebagai implementasi dari ketentuan syariah
yang mewajibkan zakat dan mensunahkan infaq, shodaqoh dan wakaf (ziswaf). Kedua,
bank syariah terikat oleh karakteristik yang dikandung ekonomi syariah, yakni
persaudaraan (ukhuwah), keadilan (adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan
(tawazun), universalisme (alamiyah). Ketiga, adanya social/voluntary sector dalam
ranah ekonomi syariah untuk mengatasi kesenjangan pendapatan masyarakat.Dalam
dunia bisnis yang semakin modern dan mengglobal, persaingan bisnis secara sehat
adalah hal yang tidak bisa dihindari, meskipun ada aturan yang melandasinya.Dunia
bisnis akibat dari kemodernan dan ke-jagad-annya itu telah menjadi sebuah entitas yang
menjadi bagian dari masyarakat.Demikian pula halnya dengan bank syariah. Lambat
laun ia akan semakin berada di tengah masyarakat, baik karena sosialisasinya,
peranannya terhadap dunia usaha maupun kontribusinya dalam perekonomian nasional.
Berkaitan dengan tanggung jawab social ada paradigma yang semakin berkembang
disamping community development adalah corporate social responsibility (CSR). Di
beberapa negara, pelaksanaan CSR tidak hanya terkait dengan masalah eksternalitas,
namun keyakinan perusahaan bahwa mereka adalah bagian dari suatu masyarakat dan
mereka mempercayai bahwa CSR justru akan semakin menambah kepercayaan
masyarakat dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Bagi bank syariah, mereka dapat
dikatakan telah menjalankan CSR yang dibuktikan dengan pembayaran pajak dan
pengelolaan zakat (baik zakat perusahaan, karyawan maupun nasabah).Peluang dari
implementasi ini yang mungkin terbuka adalah adanya kedekatan dengan masyarakat
atau komunitas yang pada akhirnya bisa mempercepat dan memperluas sosialisasi,

21
membentuk jaringan dan berikutnya memperluas jangkauan nasabah. Dengan demikian
ini diharapkan bisa membantu mengatasi dana yang menumpuk di bank syariah, sebuah
jalinan yang merangkai aktivitas sosial dengan bisnis.CSR yang dilakukan oleh bank
syariah memiliki keunikan karena sesungguhnya masyarakat tidak mengalami
eksternalitas akibat keberadaan bank syariah, namun justru mendapatkan manfaat dari
CSR ini. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana bank syariah sebagai lembaga
keuangan mampu membaca peta strategis yang dimiliki oleh dirinya. Selain lembaga
yang berorientasi profit, ia juga memiliki tanggung jawab sosial bagi
masyarakat yang ada disekitarnya.

Kata kunci:Kebijakan perbankan, Bank Syariah, dan Tanggungjawab Sosial

22
STUDI KESENJANGAN EKSPEKTASI (EXPECTATION GAP)
PADA PEMBIAYAAN SYARIAH:
PENDEKATAN KUALITATIF - INTERPRETIF

Mohammad Nizarul Alim


Dosen Akuntansi Syariah FE Universitas Trunojoyo

Abstract
Developing syariah banking infrastructure like fatwa, accounting
standard, rule of law could enforce and simplify practices of
syariah banking both deposits and financings. This study to
investigate of expectation gap on financing between management
of syariah bank and financing customers (debitors) with
qualitative – interpretive approach.

Result indicates that there is expectation gap between fanancing


customer (debitor) and syariah bank i.e mudharabah and
musyarakah financing. It too shows that any potential
misconception of financing application like murabahah and al
qardh. This research gives another insight and justification
about that. Structure and culture aspects and pragmatism
behavior are indicated a part of determinants of expectation gap.
Also transparancy and fairness are also important determinants
for profit sharing efectivity. Research suggests to explore and
explain the determinations

Keywords: expectation gap, financing, qualitative, and syariah banking

23
PEMERKUATAN KURIKULUM EKONOMI ISLAM DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI
INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH

Oleh:
M. Nur Rianto Al Arif
Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak
Perkembangan industri perbankan syariah yang cukup signifikan ternyata tidak
diimbangi dengan penyediaan sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun
kualitas. Hal ini mengakibatkan kebutuhan sumber daya manusia tersebut dipenuhi oleh
lembaga pendidikan yang tidak memberikan pengajaran ekonomi Islam, serta telah
terjadi ketimpangan antara lulusan Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi
Agama Islam. Oleh karenanya perlu disusun suatu kurikulum dasar, model
pembelajaran yang tepat serta kompetensi dasar yang dapat diterapkan baik di
perguruan tinggi umum maupun perguruan tinggi agama Islam yang bertujuan demi
penyediaan sumber daya berkualitas bagi penguatan kebutuhan sumber daya manusia di
industri perbankan syariah.

Keywords:
Perbankan syariah, kurikulum ekonomi Islam, sumber daya manusia

24
Analisis Implementasi Prinsip Akuntansi Syariah Berlaku Umum (PASBU) atas
Laporan Keuangan Koperasi Baitul Maal wat-Tamwil di Tangerang Selatan

M. Nur A. Birton1& Asep Nuryadi Saputra2


Email : [email protected]& [email protected]

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan dan mengevaluasi, pertama, penerapan
PASBU pada laporan dan unsur laporan keuangan BMT. Kedua, menjelaskan dan
menilai konsistensi penyajian laporan keuangan BMT berdasarkan PASBU pada
periode tahun buku 2008 dan 2009.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada 5 Koperasi BMT terpilih secara kuota
di Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Analisis data menggunakan metode
deskriptif dan evaluatif berdasarkan PASBU.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan studi dokumentasi atas laporan
keuangan selama dua tahun buku (2008 dan 2009) secara umum BMT belum menyusun
dan menyajikan laporan keuangan berkala sesuai dengan PASBU. Indikator yang
digunakan berdasarkan jenis laporan keuangan yang harus disajikan oleh BMT dan pos
umum yang ada dalam laporan keuangan.Berdasarkan hasil penelitian BMT juga kurang
konsisten dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pada tahun 2008 dan
2009.

Kata kunci : laporan keuangan, BMT, PASBU

1
M. Nur A. Birton, Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Mahasiswa
Program Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Brawijaya Malang.
2
Asep Nuryadi Saputra, Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta

25
PENGARUH PEMBIAYAAN SYARIAH TERHADAP KINERJA BISNIS
DAN KINERJA SOSIAL BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh:
Dr. Muhammad Nafik HR, SE., MSi
Imron Mawardi, SP., MSi
Dosen pada Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Airlangga

ABSTRAK

Allah SWT menuntut seluruh umat manusia untuk beriman dan menjalankan
Islam secara kaffah atau menyeluruh (QS 2: 208).Hal itu disebabkan, Allah telah
menyempurnakan Islam dan telah melengkapi seluruh aturan kehidupan bagi manusia
(QS 5: 3), termasuk dalam muamalah atau berekonomi.
Salah satu prinsip syariah Islam dalam masalah ekonomi adalah tidak
diperbolehkannya riba. Menurut para ulama’, dalam praktik ekonomi saat ini, bunga
bank dikategorikan sebagai riba seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam QS 2: 275-
279, sehingga hokum bunga bank adalah haram. Dengan demikian, maka praktik
penerapan bunga dalam kehidupan tidak diperbolehkan menurut syariat Islam (Chapra
2001: 222).
Diharamkannya bunga ini menjadikan institusi keuangan seperti bank syariah
tidak diperbolehkan menerapkan bunga, baik memberikan bunga kepada depositor
maupun mengutip bunga kepada debitor. Dengan demikian, dalam menjalankan fungsi
intermediasinya, bank syariah harus menggunakan cara alternative penggunaan bunga,
yaitu menggunakan akad-akad pembiayaan yang sesuai syariah (Chapra, 2001:223),
yaitu berbasis jual beli (murabahah, salam, dan ististna’), berbasis sewa (ijarah dan
ijarah muntahiya bit tamlik), dan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah).
Allah menjanjikan kepada siapa saja yang melaksanakan syariah, termasuk
dalam memberikan pembiayaan, dengan rizki dan penghidupan lebih baik (QS 59:18,
QS 53:39, QS 7:96, dan QS 2: 85). Dengan demikian, pelaksanaan syariah dalam
pembiayaan akan mempengaruhi kinerja bank syariah, baik kinerja bisnis maupun
kinerja social yang merupakan konsekuensi dari pelaksanaan syariah Islam. Sebagai

26
lembaga keuangan syariah, bank syariah memang mengemban misi bisnis (tijarah) dan
misi social (tabarru’), sehingga hal itu tercermin dalam aktivitasnya.
Pengujian dengan teknik analisis partial least square (PLS) menunjukkan bahwa
pelaksanaan syariah dalam pembiayaan yang diwujudkan dengan akad syariah pada
bank syariah di Indonesia tahun 2000-2008 berpengaruh signifikan terhadap kinerja
bisnis dan kinerja sosialnya.Begitu juga, kinerja bisnis berpengaruh signifikan terhadap
kinerja social bank syariah.
Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia selama periode 2000-
2008 tidak hanya berorientasi pada tujuan bisnis saja yang dicerminkan dari kinerja
keuangannya, namun juga berorientasi pada fungsi sosialnya yang juga meningkat
seiring peningkatan kinerja bisnisnya.

Keyword: pembiayaan syariah, kinerja bisnis, kinerja social.

27
AUDIT SYARIAH DENGAN KERANGKA BALANCED SCORECARD
Noven Suprayogi
Departemen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
e-mail: [email protected]

Abstraksi
Makna kepatuhan syariah dalam bank syariah adalah penerapan prinsip – prinsip
Islam, syariah, dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan perbankan secara konsisten,
dan menjadikan syariah sebagai kerangka kerja bagi sistem dan keuangan bank syariah
dalam alokasi sumberdaya, manajemen, produksi, aktivitas pasar modal, dan distribusi
kekayaan. Sehingga kepatuhan syariah dalam operasional bank seharusnya meliputi
produk, sistem, teknik, dan identitas perusahaan bukan hanya produk saja, sehingga
budaya perusahaan, yang meliputi pakaian, dekorasi, dan imej perusahaan, juga
merupakan salah satu aspek kepatuhan syariah dalam bank syariah yang bertujuan untuk
menciptakan suatu moralitas dan spiritualitas kolektif yang apabila digabungkan dengan
produksi barang dan jasa akan menopang kemajuan dan pertumbuhan jalan hidup yang
Islami.
Audit syariah merupakan pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh
terhadap aktivitas bank syariah. Tujuan utama audit syariah adalah untuk memastikan
kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan
sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah. Sehingga
dengan dilakukan audit syariah diharapkan semua aktivitas dan produk bank syariah
dapat dipastikan sesuai dengan aturan dan prinsip syariah Islam. Tetapi dalam
prakteknya audit syariah seringkali dilakukan hanya sebatas pada pengujian kesesuaian
produk bank syariah dengan prinsip dan aturan syariah yang ada, sedangkan aspek
operasional bank yang lain terabaikan. Akibatnya tujuan utama pelaksanaan audit
syariah tidak tercapai sehingga kebutuhan stakeholder bank syariah atas jaminan
kepatuhan syariah menjadi minimalis. Hal tersebut terjadi karena belum ada kerangka
kerja yang menjadi acuan pelaksanaan audit syariah secara komprehensif.
Balanced scorecard sebagai salah satu alat manajemen kontemporer untuk
menilai kinerja manajemen secara komprehensif dapat digunakan sebagai salah satu

28
alternatif menjadi kerangka kerja pelaksanaan audit syariah pada bank syariah. Audit
syariah dengan kerangka balanced scorecardakan bersifat penilaian kepatuhan syariah
secara menyeluruh bukan hanya pada aspek produk (financial) saja tetapi juga aspek
non produk (non financial). Balaced scorecard sebagai kerangka kerja pelaksanaan
audit syariah pada bank syariah akan menjadikan pelaksanaan audit syariah bersifat
komprehensif yang akan mampu memberikan gambaran secara menyeluruh atas
kepatuhan manajemen terhadap prinsip dan aturan syariah.

Keywords : audit syariah, balanced scorecard

29
KONVERSI KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI
BERBASIS SYARIAH
ABSTRAK
Noorina Hartati, S.E., M.Sc.
Yasir Riady, S.S., M.Hum.
UPBJJ-UT Jakarta

Saat ini fenomena masyarakat muslim menghindari bunga karena riba, memiliki
dampak pada perekenomian di Indonesia. Selain menjamurnya bank syariah, bank-bank
konvensional juga mengkonversi kegiatan usahanya menjadi berbasis syariah, misalnya
Bank Mandiri Syariah, Bank BTN Syariah, Bank BRI Syariah, dsb. Supaya proses
konversi berjalan lancar, maka harus berpegang teguh pada prinsip syariah.
Keberadaan bank syariah di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No. 7
tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan. Menurut Undang-Undang tersebut, terdapat dua jenis bank syariah di
Indonesia yaitu Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Sementara itu dalam Undang-undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank
Indonesia memiliki peran yang sangat strategis yaitu sebagai pengatur sekaligus
pengawas bank, guna mendorong praktek perbankan yang sehat dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian. Ketiga Undang-undang tersebut juga
memperkenalkan konversi cabang bank umum konvensional untuk membuka
cabang/unit usaha syariah.
Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 tentang perubahan kegiatan usaha
bank konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Bank hanya dapat
mengubah kegiatan usahanya menjadi Bank yang melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah dengan izin Gubernur Bank Indonesia. Rencana perubahan
kegiatan usaha tersebut wajib dicantumkan dalam rencana bisnis Bank.

Kata Kunci : Kebijakan Perbankan, Keuangan Syariah, Perbankan Syariah.

30
REGULASI DAN DAMPAK PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
DI INDONEISA

Purwaningdyah Murti Wahyuni


[email protected]
Andriyansah
[email protected]

Abstrak
UU No 7 Tahun 1992 merupakan pintu gerbang dimulainya perbankan syariah di
Indonesia.Namun undang-undang tersebut belum memberikan landasan hukum yang
cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena tidak secara tegas mengatur
mengenai keberadaan bank berdasarkan prinsip syariah melainkan mengatur bank bagi
hasil. Tahun 1998 dengan diberlakukannya UU No 10 tahun 1998 yang kemudian
diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK
Direksi Bank Indonesia baru dianggap telah memberikan landasan hukum yang lebih
kuat dan kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan perbankan syariah di
Indonesia. Pengembangan bank syariah di Indonesia memiliki kendala pada kurangnya
sosialisasi perbankan syariah yang masih sangat lemah pada masyarakat Indonesia baik
pada kalangan terdidik terlebih pada masyarakat awam Masalah yang muncul adalah
bagaimana perbankan syariah mampu bersaing dengan bank-bank konvensional secara
dewasa. Bank Indonesia merupakan bank sentral yang paling produktif dalam
menerbitkan regulasi bank syariah. Komitmen yang tinggi dari BI bertujuan untuk
mewujudkan pertumbuhan bank syariah yang sehat dan patuh pada prinsip syariah
menunjukan Pertumbuhan perbankan syariah semakin pesat di Indonesia dengan
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mencapai 40 persen setiap tahunnya,
sedangkan di tingkat dunia sebesar 35 persen. Hingga September 2010, jumlah aset
bank syariah yang ada di Indonesia mencapai 800 miliar dollar AS.

Kata kunci: Regulasi Perbankan, Sosialisasi, Pertumbuhan.

31
Studi Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank konvensional
dengan Mengkaji Sistem Akuntansi dan Keuangan Syariah Menggunakan
Metode SFA & DEA
Ratna Marta Dhewi
Abstrak
Tingkat kesehatan Bank menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, yang meliputi
penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas,
likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar menjadi tanggung jawab Direksi dan
Komisaris. Setiap bank wajib melakukan penilaian sendiri terhadap tingkat
kesehatannya dan melaporkan setiap triwulan kepada BI. Selain menerima hasil
penilaian dari bank, BI pun wajib melakukan penilaian sendiri terhadap bank yang
beroperasi di seluruh Indonesia. Penilaian terhadap kesehatan bank tidak hanya dilakukan
secara kualitatif, tetapi juga secara kuantitatif. Berdasarkan kriteria BI, suatu bank dapat
dikatakan memiliki kinerja baik apabila memenuhi beberapa kriteria berikut, yaitu memiliki
modal inti lebih besar dari Rp 100 miliar; memiliki tingkat kesehatan secara keseluruhan
tergolong sehat (sekurang–kurangnya peringkat komposit 2) dengan faktor manajemen
tergolong baik; memiliki rasio kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR) sebesar 10%;
memiliki tata kelola (governance) dengan rating yang baik. Kesehatan bank berdasarkan faktor
di atas harus dimiliki oleh seluruh perbankan di Indonesia, baik itu Bank Syariah maupun Bank
Konvensional. Sejak tahun 1991 hingga saat ini, semakin marak perkembangan dan
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dan berdasarkan berbagai sumber, Bank Syariah
dianggap lebih unggul dalam peningkatan kualitas proses sehingga menghasilkan output
keuntungan bagi hasil yang optimal berdasarkan hadits Islamic, hal ini menarik untuk ditelaah
mengenai sistem akuntansi dan keuangan syariahnya. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengelompokkan data sekunder seluruh Bank Syariah dan Bank Konvensional
Indonesia yang terdapat di BEI, lalu dianalisis dengan menggunakan metode SFA
(Stochastic Frontier Analysis) sehingga menghasilkan peringkat tiga besar Bank
Syariah terbaik dan tiga besar Bank Konvensional terbaik di Indonesia. Kategori
peringkat terbaik didasarkan pada kriteria efisiensi dan akuntabilitas Bank yang baik.
Variabel input dan output yang digunakan untuk perhitungan efisiensi berasal dari
laporan keuangan dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun
2009. Selanjutnya dilakukan analisis comparative terhadap ke enam bank tersebut

32
dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis), dan ditelaah sistem
akuntansi dan keuangan syariahnya, sehingga diketahui bank-bank yang paling efisien
dan yang tidak. Hal tersebut menjadi landasan pengambilan keputusan dalam kebijakan
perbankan ke depan untuk mendukung visi Indonesia sebagai penyedia perbankan
syariah terkemuka di ASEAN.

33
STRATEGI PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH SEBAGAI
INSTRUMEN PENGUATAN PRAKTEK EKONOMI SYARIAH
Samdin3
e-mail: [email protected]

Abstrak
Sebagai implementasi keinginan untuk menerapkan ajaran Islam secara kaffah,
maka penegakkan ekonomi syariah merupakan suatu keharusan dan salah satu
wujudnya adalah didirikannya bank syariah. Sejak didirikannya hingga saat ini
perbankan syariah telah menunjukkan kinerjanya yang menggembirakan dan diharapkan
akan terus berkembang dan tampil sebagai instrumen utama penegakan ekonomi syariah
di Indonesia.
Untuk penguatannya, dibutuhkan sebuah konsep strategis yang terintegrasi
antara dimensi internal yang menunjukkan kemampuan kelembagaan dan dimensi
eksternal yang memperhitungkan peluang-peluang dan dukungan serta tantangan yang
akan dihadapi.
Secara internal, unsur SDM, manajemen dan kepemimpinan serta
akuntabilitasnya, sarana dan pembukaan jaringan pelayanan yang dapat menjangkau
masyarakat lebih luas, beserta diversifikasi produk-produk yang berpihak kepada
masyarakat bawah sangatlah menentukan eksistensi kinerja yang baik.Sementara dalam
dimensi eksternal sangat tergantung dari berbagai unsur pendukung, seperti para ulama
harus senantiasa mengawal operasi perbankan syariah dengan memberikan keteladanan
dan arahan serta pemahaman kepada masyarakat luas tentang berbagai aspek perbankan
syariah sesuai ketentuan-ketentuan syariat.
Umara sebagai penegak aturan dan kebijakan dan legislatif sebagai pembuat UU
sebagai dasar hukum dalam konteks kenegaraan haruslah senantiasa memberikan
dukungan politik dan kemudahan akses dalam menjalankannya, di samping memberikan
pemahaman kepada masyarakat yang dipimpinnya bagi umara dan kepada rakyat yang
diwakilinya bagi anggota legislatif. Dalam aspek pembiayaan, pemerintahlah yang lebih
tahu masyarakatnya yang perlu dibantu sehingga tepat sasaran dan tersalurkannya dana
perbankan syariah secara aman. Kemitraan dengan lembaga pendidikan sangat pula
3
Dosen Tetap. Dan Guru Besar bidang Ekonomi dan Bisnis Islam.Pada Fakultas Ekonomi Universitasa
Haluoleo, Kendari

34
dibutuhkan dalam konsep ini, sehingga dapat mensuplai SDM yang mampu mengelola
perbankan syariah sesuai kebutuhan. Sementara kemitraan dengan lembaga-lembaga
keuangan lain seperti: asuransi, penggadaian, BAZIS, dan LAS harus pula dijalin secara
harmonis untuk memperkuat keberadaannya mengingat lembaga-lembaga tersebut
cukup potensial dalam upaya pengumpulan dan pendistribusian dana umat.

35
BANK SYARIAH SEBAGAI BANK PERKREDITAN
Selvi Ester Suwu
Dosen pendidikan Ekonomi
Universitas Pelita Harapan, Tangerang

Email: [email protected]

ABSTRAK
Perkembangan perbankan sekarang semakin maju, produk-produk yang
ditawarkanpun beragam. Salah satu produk bank yang cukup diminati oleh konsumen
adalah KPR (kredit pemilikan rumah). Kebutuhan akan rumah semakin besar, sejalan
dengan program pemerintah utnuk mencukupi kebutuhan rumah untuk rakyat menengah
kebawah. Pemerintah agar para developer dan bank untk memberi kemudahan dalam
proses perkreditan rumah. Konsumen mempunyai pilihan ketika ingin mengkredit
rumah, maksudnya mereka datang ke developer kemudian ke bank untuk mengajukan
kredit. Sampai disini biasanya konsumen dapat memilih bank yang ia ingini walaupun
bank tersebut harus yang rekanan dengan pihak developer. Didalam pemilihan bank
tersebut konsumen yaitu biasanya mempertimbangkan banyak hal, salah satunya yaitu
faktor bunga. Bank syariah dengan keberadaannya sekarang adalah sangat menarik
karena bank-bank yang berdasarkan syariah tidak pakai bunga.
Melihat keadaan ini maka terpikirkanlah apakah dengan tidak adanya bunga
dalam bank syariah dapat menarik/membuat konsumen memilih untuk kredit di bank
tersebut? Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana keberadaan
bank syariah dalam pengkreditan terutama dalam KPR. Semoga kiranya tulisan in
berguna sebagai pengetahuan tambahan untuk konsumen terhadap bank syariah.

36
INFLUENCE FROM THE MARKET STRATEGY ON CUSTOMER
RELATIONSHIP MANAGEMENT AND INTEGRATED MARKETING
COMMUNICATIONS AND FOR THE BRAND IMAGE AND
CUSTOMERS BUYING DECISIONS AND ITS IMPLICATION ON
THE PERFORMANCE OF MARKETING (SURVEY OF ISLAMIC
COMMERCIAL BANK IN JABODETABEK)

ABSTRAK

SRI WIDYASTUTI

Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran preferensi dan persepsi


nasabah melaluistrategi pasar, gambaran tentang komunikasi pemasaran
terpadu, gambaran tentang manajemenhubungan pelanggan, gambaran tentang
citra merek Bank Umum Syariah. Juga untukmengetahui adanya pengaruh
yang positif antara strategi pasar terhadap komunikasi pemasaranterpadu dan
manajemen hubungan pelanggan, mengetahui adanya pengaruh yang positif
antara strategi pasar terhadap citra merek dan keputusan pembelian nasabah,
mengetahui adanya pengaruh yang positif antara komunikasi pemasaran
terpadu dan manajemen hubungan pelanggan terhadap keputusan pembelian
nasabah, mengetahui adanya pengaruh yang positif antara komunikasi
pemasaran terpadu dan manajemen hubungan pelanggan terhadap
keputusanpembelian nasabah, mengetahui adanya pengaruh yang positif antara
komunikasi pemasaranterpadu dan manajemen hubungan pelanggan terhadap
citra merek dan keputusan pembelian nasabah Bank Umum Syariah. Selain itu
juga untuk mengetahui adanya pengaruh yang positif antara komunikasi
pemasaran terpadu dan manajemen hubungan pelanggan terhadap kinerja
pemasaran, mengetahui adanya pengaruh yang positif antara citra merek dan
keputusanpembelian nasabah terhadap kinerja pemasaran, mengetahui adanya
pengaruh positif antara strategi pasar terhadap kinerja pemasaran Bank Umum
Syariah di Jabodetabek.
Dalam terminologi perbankan syariah dikenal nasabah emosional/spiritual dan
nasabah rasional.Perilaku nasabah yang rasional ini menjadi unit analisis pada

37
kajian ini. Untuk mempertahankankesetiaan palanggan, maka perlu
ditingkatkan daya tarik pasar Bank Umum Syariah melalui market force,
competitive environment dan market access. Pendekatan yang efektif
terhadap segmentasi pasar menjadi salah satu faktor yang paling kritis di
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan market – driven strategy.
Segmen nasabah yang rasional perlu digarap secara serius dengan
menggunakan manajemen kerelasian pelanggan yang akan dapat mengetahui
apa yang diharapkan dan diperlukan pelanggan, sehingga ikatan emosional
mampu menciptakan hubungan yang erat dan terbuka. Melalui kegiatan
komunikasi pemasaran terpadudapat menciptakan jalinan komunikasi dua arah
yang dapat mempertahankan kesetiaan pelanggan, sehingga pengembangan dan
pemasaran produk serta layanan perbankan syariahdapat lebih optimal. Dengan
adanya citra merek yang baik, maka perilaku konsumen dapat diketahui pada
tahap keputusan yang diambil oleh nasabah yang memanfaatkan produk dan
jasa perbankan syariah sesuai dengan kebutuhan dan motif yang ada padanya.
Pada akhirnya haltersebut dapat berimplikasi pada kinerja pemasaran Bank
Umum Syariah.

Keywords: Strategi Pasar, Hubungan Pelanggan, Komunikasi, Citra Merek,


Keputusan Nasabah, Kinerja Pemasaran.

38
Abstrak
Peran Perbankan Syariah dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Sudrajat, S.E.
[email protected], Staf Akademik Fekon UT

Dalam beberapa tahun terakhir minat masyarakat terhadap ekonomi syariah


semakin bertambah hal ini ditunjukkan dengan semakin pesat perkembangan praktik
ekonomi syariah salah satunya perkembangan perbankan syariah. Menurut Bank
Indonesia pangsa pasar industri perbankan syariah saat ini 3,5% dan optimis pada tahun
2015 melampaui 5%. Dengan pangsa pasar yang potensial tersebut banyak perbankan
konvensional yang ekspansi ke perbankan syariah. Perbankan syariah dalam usahanya
lebih memfokuskan pada sektor riil. Dana yang dihimpun dari masyarakat disalurkan
untuk pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga sangat dirasakan
manfaatnya keberadaan perbankan syariah bagi kelompok ekonomi kecil. Program
kemitraan antara perbankan syariah dengan kelompok usaha tersebut dalam bentuk
pembiayaan usaha dan program pendampingan usaha akan menumbuh-suburkan usaha
sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Kelompok usaha ini jumlahnya sangat banyak
sehingga kalau dibina dengan baik maka akan memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap ekonomi dan sosial masyarakat misalnya meningkatkan perekonomian,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebagainya.
Dengan semakin luasnya kemitraan antara perbankan syariah dengan kelompok
ekonomi kecil ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

39
Regulasi dalam Perkembangan
Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Suryani
Dosen Jurusan Syariah Prodi Ekonomi Islam
STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Jl. Cempaka No. 1 Telp. 0645-47267 Lhokseumawe
email : [email protected]
Contact Person : 081382140066

Abstrak: Perkembangan ekonomi Islam (Islamic Economy) di Indonesia dalam beberapa tahun
terkahir ini, baik pada tataran teoritis-konseptual (sebagai wacana akademik) maupun pada
tataran praktis (khususnya di lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank), sangat
pesat. Bidang dimana mengalami perhatian yang cukup besar baik pada tataran teoritis
maupun empiris saat ini adalah uang, perbankan, dan kebijakan moneter.Eksperimen
pendirian bank Syariah pertama kali di era modern ini yaitu dengan berdirinya Mit
Ghamr Local Saving Bank pada tahun 1963 di Mesir.Kemunculan bank syariah ini
tergolong inovatif dan sukses.Kesuksesan ini juga memberikan inspirasi bagi umat
Islam di seluruh dunia, sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam dapat
diaplikasikan dalam kehidupan bisnis modern.
Kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, tidak
hanya di Asia bahkan sudah meluas ke negara-negara Barat.Untuk pengalaman di
Indonesia, beberapa tahun belakangan ini, lembaga-lembaga ekonomi yang berbasiskan
syariah semakin marak di panggung perekonomian nasional.Sejak berdirinya Bank
Muamalat Indonesia (BMI) sebagai pelopor bank yang menerapkan sistem syariah pada
tahun 1992, kini banyak bermunculan bank-bank syariah, baik yang murni mengikuti
sistem tersebut maupun baru pada tahap membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau
divisi usaha syariah.
Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia secara formal dimulai
dengan Lokakarya MUI mengenai perbankan pada tahun 1990, yang selanjutnya diikuti
dengan dikeluarkannya UU No. 7/1992 tentang perbankan yang mengakomodasi
kegiatan bank dengan prinsip bagi hasil.Pendirian Bank Muamalat Indonesia yang
menerapkan pola bagi hasil pada tahun 1992 menandakan dimulainya era sistem
perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia.Selama periode 1992-1998 hanya

40
terdapat satu bank umumsyariah dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) sebagai pelaku industri perbankan syariah. Tahun 1998, dikeluarkan UU No.
10/1998 sebagai amandemen dari UU No. 7/1992 tentang Perbankan yang memberikan
landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah.
Selanjutnya, pada tahun 1999 dikeluarkan UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia
yang memberikan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk dapat pula mengakomodasi
prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Kedua UU ini mengawali
era baru dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang ditandai dengan
pertumbuhan industri yang cepat.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran singkat khususnya tentang regulasi
dalam kebijakan kelembagaan bank dan lembaga keuangan syariah.

Kata kunci: perbankan syariah, lembaga keuangan syariah.

41
ABSTRACT
Pengaruh Ukuran Bank dan Kekuatan Pasar Terhadap Pencapaian Efisiensi
Perbankan Syariah di Indonesia dengan Model Data Envelopment Analysis dan
Regresi Data Panel
(Impact of Bank Size and Market Power to Syariah Banking Efficiency Targetting in
Indonesia with Data Envelopment Analysis and Data Panel Regression Model

Yohanes Vyn Amzar¹

Objective area of this study are to show the develop of syariah banking (institution and
operational), to analyze efficiency, sources, and causes of inefficiency and impact of
bank size and market power to the target of syariah banking efficiency in Indonesia
period 2008-2009, with use Data Envelopment Analysis (DEA) method and analysis of
regression of panel data using Random Effect Model with Generalized Least Squares
(GLS) method.
This studies use secondary data of syariah banking which collected by Research Bureau
and Documentation of Infobank and Syariah Banking Directorate of Indonesia Central
Banking. The data will be form as Balance Sheet and Lost/profit Report on year 2008-
2009. Input variable such as total employee expense, total fixed assets, and total third
party of fund are will be use as usual as output variable like total current assets, total
financing, and total revenue to analyze with DEA method. Syariah banking efficiency
score (from DEA result, as dependent variable) and bank scale (with bank size and
market power as independent variables) are use to analyze the model of regression
analysis of panel data with random effect GLS method.
The result of this study show that, first, from descriptive approach syariah banking in
Indonesia develop faster in the last one decade. It can be seen by institutional and
activities aspect. Second, processing data by DEA method find that in general syariah
banking activities in Indonesia are efficient in the period of 2008-2009 (with average
efficiency score reach more than 90%). Third, this study olso found that Bank Umum
Syariah (BUS) more efficient than Unit Usaha Syariah (UUS). Than, sources and causes
of syariah banking inefficiency (less than 10%) cause by operational and technical
factor. Last but not least, bank scale (with bank size and market power as variables) are

42
not statistically significant to the efficiency score achievement of syariah banking in
Indonesia on the year 2008-2009.

Key words: Efficiency, Syariah Banking, Data Envelopment Analysis (DEA),


Regression Analysis of Panel Data Random Effect Model Generalized
Least Squares (GLS) Method

¹ Staf pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

43

Anda mungkin juga menyukai