Jawaban:
a. Kasus pertama, menurut kelompok kami transaksinya sesuai dengan syariat islam
sehingga diperbolehkan atau halal. karena akad tersebut termasuk dalam akad
mudharabah,yaitu akad yang diperbolehkan dalam syariat islam dimana Al
mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal yaitu(Bank Syariah A) dan pihak lain menjadi pengelola
(si fulan) dan keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak yaitu angsuran pokok sebesar Rp. 5 juta dan bagi hasil sebesar Rp 1 juta.
b. kedua, menurut kelompok kami transaksinya sesuai dengan syariat islam dan
dikatakan diperbolehkan atau halal. Karena akad tersebut termasuk dalam akad
salam dimana Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan
penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan
segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan
syarat-syarat tertentu, dalam transaksi ini pihak Bank Syariah D telah memberikan
pembiayaan di awal sebesar 200 juta terlebih dahulu kepada pak Rudy, dalam
ekonomi islam pembayaran diawal merupakan bantuan modal kepada produsen
untuk memproduksi barang, oleh karena itu transaksi salam terkandung unsur
tolong-menolong. Setelah dilakukan pembayaran diawal maka pak Rudy harus
segera menyerahkan kayu yang dipesan sesuai akad yang telah ditentukan.
c. Kasus ketiga, menurut kelompok kami terdapat transaksi yang tidak sesuai dengan
syariat atau tidak diperbolehkan, sehingga dapat dikatakan transaksi tersebut tidak
diperbolehkan atau haram. Karena dalam kasus tersebut terdapat transaksi yang
mengandung unsur riba dalam pengansurannya. Tercatat dalam soal tersebut
bahwasanya bank syariah C memberikan pinjaman kepada Amir sebesar 10 juta
tetapi dalam pemabayarannya/pengansurannya Amir dihadapkan kepada 2 pilihan
yang pertama, 10 kali angsuran (10 bulan) dengan 1,2juta/bulan jika di total di akhir
pembayarannya menjadi 12 juta dengan 2 juta sebagai bunga. Hal tersebut dilarang
dalam islam untuk memberikan bunga. Pilihan yang kedua, 15 kali angsuran (15
bulan) dengan 1,1/bulan, jika ditotal di akhir pengangsurannya sebesar 16,5 juta
dengan 6,5 juta sebagai bunga pinjaman. Transaksi ini dikatakan haram karena
memberikan bunga pinjaman kepada kreditur.
d. Kasus empat, menurut kelompok kami transaksi yang terjadi diperbolehkan atau
halal. Karena akad tersebut termasuk dalam akad murabahah dimana pihak bank
menyediakan dana atau pembiayaan untuk fulanah untuk membeli sepeda motor
dengan jumlah harga yang sudah diketahui beserta margin yang telat disepakati, dan
dalam pengembalian dana pun pihak bank tidak memungut biaya lebih, maka akad
ini diporbolehkan.
1. Produk perbankan syariah berbasis Syirkah, Jual Beli, Ujroh dan sosial
Syirkah
adalah kerjasama yang melibatkan dua atau lebih pihak, untuk menghasilkan
keuntungan.
Contoh syirkah: pembiayaan modal bersama Ali dan Bagas adalah orang yang
dipercaya pedagang. Lalu Ali dan Bagas membeli barang dari seorang pedagang
secara kredit. Ali dan Bagas bersepakat bahwa masing-masing memiliki 50% dari
barang yang dibeli. Lalu, keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya
dibagi dua. Sementara harga pokoknya dikembalikan kepada pedagang
Jual beli :
Ada 3 jenis mudharabah (akad jual beli antara bank & nasabah), salam (akad jual beli
barang pesanan antara pembeli & penjual ), istishma (akad jual beli antara
pemesanan dengan penerima pesanan).
Ujroh :
Prinsip sewa ada 2 yaitu ijarah (akad sewa menyewa barang antara bank dengan
penyewa), ijarah muntahiyah bit tamlik (akad sewa menyewa antara bank dan
penyewa yang diikuti perjanjian)
Contoh produk : surat berharga (obligasi), safe deposit, payroll
Sosial :
Penyaluran dana zakat, penyaluran dana kebajikan
Contoh produk : penggalangan dana, pinjaman tanpa bunga
2. (perbedaan ) konsep adil dalam produk pembiayaan berbasis syirkah
dibandingkan dengan produk berbasis jualbeli/ujroh.
Syirkah :
a. Adil menurut syirkah adalah sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal
akad.
b. Adil menurut jual beli / ujrah dalah sesuai dengan
Jual beli / Ujroh :
c. Adanya kesepakatan antar penjual dan pembeli
d. Mendapatkan barang /uang yang sudah disepakati
3. Jelaskan, bolehkah bank syariah menawarkan jual beli mata uang?
Jawab: Al-Sharf ialah pertukaran mata uang asing dengan mata uang lainnya ataupun mata
uang sejenisnya, seperti uang dollar terhadap uang rupiah ataupun kepada uang ringgit. Hal
ini disebutkan bahwasanya sebagai alat pembayaran yang sah di sebuah negara. Dapat
diketahui bahwasanya mata uang kertas wajib menggantikan fungsi emas dan perak,
dimana emas dan perak inilah dulu dipakai sebagai alat tukar menukar. Kemudian mata
uang kertas dijadikan sebagai mata uang yang satu-satunya sebagai sarana perantara dan
tukar menukar. Hukum tukar menukar mata uang kertas dalam Islam diistilahkan dengan
kata Al-Sharf sebagaimana halnya perak dan emas. Bank syariah boleh menawarkan jual
beli mata uang dimana diperbolehkan dalam Islam. Namun dalam menawarkan jual beli
mata uang harus sama dengan sama dan tidak ada salah satu yang melebihinya.
4. kasus dibawah ini, produk apa yang (tepat) saudara tawarkan kepada nasabah
(bisa lebih dari satu alternatif produk):
a. Fulan (kontraktor) membutuhkan dana untuk membiayai proyek untuk
pembangunan gedung perkantoran meminta bantuan bank syariah agar dapat
melanjutkan proyek pembangunan perkantoran.
Jawab: Untuk Tuan Fulan (kontraktor) produk yang tepat ialah akad musyarakah.
b. Fulanah seorang ibu rumah tangga yang memiliki perhiasan emas/barang berharga
membutuhkan dana untuk membayar biaya kuliah anaknya.
Jawab: Untuk Ibu Fulanah produk yang tepat ialah akad rahn atau pegadaian.
c. Rosyid seorang pedagang memiliki piutang kepada Ahmad sebesar Rp. 150 juta
yang jatuh tempo pada bulan depan. Namun, saat ini Pak Rosyid membutuhkan
dana sebesar Rp. 100 juta. Produk apa yang bisa ditawarkan oleh Bank Syariah.
Jawab: Untuk Rosyid produk yang tepat ialah akad murabahah