1+Teknokris+Yonas+Sipil 4 Dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknokris vol. 24, No.

1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS (UPPER


STRUCTURE) GEDUNG STIE BANK BPD JATENG
KOTA SEMARANG
Yonas Prima Arga Rumbyarso

Program Studi Teknik Sipil, Universitas Krisnadwipayana


Jl. Kampus Unkris, Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta Timur
E-mail : [email protected]

ABSTRAK
Struktur Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng Kota Semarang didesain dengan
mengacu pada SNI 03-2847-2013, SNI 03-1726-2012, dan PPIUG 1987. Untuk menganalisis gaya gempa
digunakan metode dynamic respons spectrum. Gaya gempa pada struktur dirancang dengan menggunakan
konsep Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus karena struktur bangunan terletak pada tanah kelas sedang dan
masuk dalam kategori desain seismic tipe D. Sistem rangka portal terdiri dari balok dan kolom, yang
menggunakan konsep kolom kuat balok lemah. Sendi plastis dirancang terjadi di balok sedang pada kolom sendi
plastis hanya terjadi di kolom bagian atas pondasi. Hal ini direncanakan untuk mencegah terjadi keruntuhan
struktur pada pertemuan balok-kolom. Dalam pemodelan struktur dan merencanakan gaya-gaya dalam maka
proses penghitungannya berbantu program analisis struktur. Material yang digunakan ialah beton dengan mutu
f 'c 30 MPa, sedang untuk besi tulangan dengan mutu f 400
y MPa.
Kata kunci : SNI 03-1726-2012, SNI 03-2847-2013, Desain seismic tipe D, SRPMK, Sendi plastis

ABSTRACT
The building structure of Economic Institute Bank BPD Central Java is designed with reference to SNI
03-2847-2013, SNI 03-1726-2012, and PPIUG 1987. To analyze earthquake forces the method of dynamic
spectrum response is used. The earthquake force on the structure is designed using the concept of the Special
Moment Resisting Frame System because the building structure is located on medium grade soil and is included
in the type of seismic design D. The portal frame system consists of beams and columns, which use the weak
beam strong column concept. Plastic joints are designed to occur on beams and in plastic joint columns only
occurring in the column at the top of the foundation. This is planned to prevent structural collapse at the beam-
column frame section. Structural analysis program is used to help modeling the structure and calculating
internal forces. Material which is used in this project is concrete which have compressive strength of concrete
30 MPa, and for reinforced steel 400 is MPa.
Keywords : SNI 03-1726-2012, SNI 03-2847-2013, Seismic Design Type D, SRPMK, Plastic joint.

1 PENDAHULUAN pelayanan ekonomi kepada masyarakat. Dalam


perencanaan suatu bangunan, merancang struktur
1.1 Latar Belakang (design of structure) merupakan bagian awal yang
Peningkatan prasarana gedung perkantoran penting yang sangat menentukan kekuatan atau
sangat diperlukan sejalan dengan semakin pesatnya daya layan (serviceability) dari suatu bangunan.
pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh Dengan adanya perencanaan struktur bangunan ini
wilayah di Jakarta. Sehingga pembangunan diharapkan bangunan yang dihasilkan nanti dapat
prasarana gedung perkantoran sangat menentukan memikul beban atau gaya-gaya yang bekerja
dalam menunjang tercapainya laju pertumbuhan selama masa penggunaan bangunan tersebut
ekonomi. Pembangunan prasarana gedung sehingga dalam perancangannya struktur
perkantoran berupa peningkatan atau perenovasian atas maupun struktur bawah suatu bangunan harus
gedung perkantoran harus sesuai dengan memenuhi kriteria kekuatan (strength),
perkembangan kebutuhan akan pertambahan kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety),

1
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

keekonomisan serta umur rencana bangunan 3. Pedoman Pembebanan Indonesia untuk


(durability). Untuk itu perencanaan atau Gedung 1983 (PPIUG 1983).
perancangan yang akurat sebelum pembangunan 4. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
mutlak diperlukan. Gedung 1987 (PPIUG 1987).
5. Peraturan-peraturan lain yang relevan.
1.2 Ruang Lingkup Perencanaan
Ruang lingkup perencanaan dalam penulisan jurnal 2 TINJAUAN PUSTAKA
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Struktur bangunan adalah satu kesatuan dan 2.1 Tinjauan Umum
rangkaian dari beberapa elemen yang Dalam perencanaan suatu struktur bangunan
direncanakan agar mampu menerima beban dari harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku
luar maupun berat sendiri tanpa mengalami untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang
perubahan bentuk yang melampaui batas aman secara konstruksi.
persyaratan. Struktur bangunan yang direncanakan harus
2. Struktur bangunan yang direncanakan dalam mampu menahan beban mati, beban hidup dan
penelitian adalah struktur bangunan atas (upper beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan
structure) dimana struktur bangunan atas harus tersebut.
sanggup mewujudkan perencanaan dari segi Maka ketelitian dan nilai ketepatan dalam
arsitektur dan harus mampu menjamin mutu merencanakan pembebanan merupakan salah satu
baik dari segi keamanan maupun kenyamanan point penting dalam perancangan struktur bangunan
bagi penggunanya. Untuk itu, bahan bangunan tersebut sehingga struktur menjadi aman dan
yang nantinya akan digunakan sebagai bahan nyaman bila nanti digunakan sesuai dengan standar
dasar dari konstruksi hendaknya memenuhi peraturan serta peruntukkannya.
kriteria sebagai berikut :
a. Tahan api 2.2 Jenis Pembebanan
b. Kuat dan kokoh, setiap bangunan yang Mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia
direncanakan harus kuat menahan beban untuk Gedung 1987 (PPIUG 1987), jenis
dan tahan terhadap goyangan yang pembebanan yang dipakai dalam perencanaan
diakibatkan oleh gempa, beban angin, dan struktur gedung kantor ini adalah :
sebagainya.
c. Awet untuk jangka waktu yang lama. A. Beban Statis
d. Ekonomis, setiap konstruksi yang dibangun 1. Beban Mati (Dead Load)
harus seekonomis mungkin dan Beban mati adalah berat dari semua bagian dari
disesuaikan dengan biaya yang ada tanpa suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala
mengurangi mutu dan kekuatan bangunan. unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-
e. Aman dan nyaman, setiap bangunan yang mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian
dibangun harus memperhatikan aspek- yang tak terpisahkan dari gedung.
aspek kenyamanan serta orang-orang yang
menghuni merasa aman dan nyaman. 2. Beban Hidup (Live Load)
3. Perhitungan perencanaan bangunan atas meliputi Beban hidup adalah semua beban yang terjadi
: akibat penghuni atau penggunaan suatu gedung,
a. Perhitungan pelat atap dan kedalamnya beban-beban pada lantai yang
b. Perhitungan pelat lantai berasal dan barang-barang yang dapat dipindah-
c. Perhitungan tangga pindah, mesin-mesin, serta peralatan yang tidak
d. Perhitungan portal merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung dan
e. Perhitungan balok dapat diganti selama masa hidup gedung itu,
f. Perhitungan kolom sehingga mengakibatkan perubahan dalam
pembebanan lantai dan atap tersebut.
1.3 Dasar Perhitungan dan Pedoman
Perencanaan B. Beban Dinamik
Dalam perencanaan struktur gedung kuliah ini, 1. Beban Gempa (Earthquake Load)
pedoman peraturan serta buku acuan yang Beban gempa adalah semua beban statik
digunakan antara lain : ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013). tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban
Gedung (SNI 03-1726-2012). gempa disini adalah gaya-gaya di dalam struktur

2
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat c. Lantai Atap : 807 m2
gempa itu. 8. Elevasi :
2. Beban Angin (Wind Load) a. Lantai Ground Floor : +3.50 m
Beban angin adalah beban yang bekerja pada b. Lantai 2-6 : +2.90 m
suatu struktur, akibat pengaruh struktur yang mem- c. Lantai Atap : +0.00 m
blok aliran angin, sehingga energi kinetik angin 9. Spesifikasi material :
akan dikonversi menjadi tekanan energi potensial a. Mutu beton : 30 Mpa
yang menyebabkan terjadinya beban angin. Efek b. Mutu baja : 400 Mpa
beban angin pada suatu struktur bergantung pada 10. Gambar rencana
berat jenis dan kecepatan udara, sudut luas angin, 11. Data tanah
bentuk, dan kekakuan struktur, dan faktor-faktor 3.3 Diagram Alir
yang lain.
2.3 Kombinasi Pembebanan
Di dalam peraturan SNI 03-1726-2012, dijelaskan
mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung. Dinyatakan bahwa struktur lainnya
dirancang memakai kombinasi pembebanan,
kombinasi-kombinasi tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. U = 1,4D
2. U = 1,2D + 1,6L
3. U = 1,2D + 1,0L + 1,0 (I/R) Ex + 0,3 (I/R) Ey
4. U = 1,2D + 1,0L + 0,3 (I/R) Ex + 1,0 (I/R) Ey
Dimana :
D = beban mati (dead load)
L = beban hidup (live load)
E = beban gempa (earthquake load)
R = faktor reduksi
I = faktor keutamaan Gedung

3 METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Bagan Alir Perencanaan Struktur


Gedung Mayora Indah
3.1 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam 4 PERENCANAAN
penulisan jurnal ilmiah ini adalah studi pustaka.
4.1 Perencanaan Pelat Lantai
3.2 Data Umum Struktur Langkah-langkah dalam perencanaan plat lantai
1. Nama proyek : Kampus Smart Building STIE dalam penulisn jurnal ilmiah ini adalah sebagai
Bank BPD Jateng berikut :
2. Lokasi proyek : Jalan Soekarno Hatta 1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang pelat lantai
3. Jenis bangunan : Gedung bertingkat 2. Mentukan apakah plat lantai termasuk one
4. Jenis konstruksi : Struktur beton bertulang way slab atau two way slab.
5. Struktur pondasi : Pondasi tiang pancang 3. Menentukan tebal plat lantai. Langkah
6. Peruntukan bangunan : selanjutnya adalah
a. Lantai Ground Floor sampai dengan Lantai 4. Menghitung beban yang bekerja pada pelat
3 untuk ruang kuliah, ruang yayasan, (beban mati dan beban hidup)
perpustakaan, laboratorium, serta fasilitas 5. Menghasilkan nilai momen plat lantai yang
pendukung lainnya. dihitung sesuai ketentuan pada buku CUR
b. Lantai 4 untuk aula, ruang pertemuan, serta IV karya Gideon.
ruang-ruang unit kegiatan mahasiswa. 6. Menghitung kebutuhan diameter tulangan
c. Lantai 5 dan lantai 6 untuk tambahan ruang dan jarak antar tulangan plat.
perkuliahan. Dari hasil perhitungan didapat tulangan arah x
7. Luas bangunan : D10-125 dan arah y D10-125, penulangan arah x
dan y sama karena rasio penulangan menggunakan
a. Lantai Ground Floor : 973 m2 pmin 0,0058. Detail penulangan dapat dilihat pada
b. Lantai 2 – 6 : 807 m2 gambar 4.1 berikut ini :

3
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

pada SNI-03-1726-2012 tabel 2 yang


menjelaskan bahwa struktur gedung yang
berkategori resiko IV memiliki faktor
keutamaan gempa (Ie) yang bernilai 1,5.

Tabel 4.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan


Non Gedung untuk beban Gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori


Resiko
Gedung dan non angka yang
ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak
dibatasi untuk :
Bangunan-bangunan monumental
Gedung sekolah dan fasilitas
angka kan
Rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya yang memiliki
dasilitas bedah dan unit gawat
Gambar 4.1 Detail Penulangan Plat darurat.
4.2 Perencanaan Tangga Tempat perlindungan terhadap
Perencanaan Tangga Perhitungan tangga dibagi gempa bumi, angka badai, dan
menjadi dua yaitu perhitungan plat tangga dan plat tempat perlindungan darurat
bordes. Langkah perhitungannya adalah sebagai lainnya IV
berikut : Fasilitas kesiapan darurat,
1. Menghitung rasio tulangan komunikasi, pusat operasi dan
2. Membandingkan dengan rasio minimum dan fasilitas lainnya untuk tanggap
maksimum. darurat.
3. Menentukan luas kebutuhan tulangan Pusat pembangkit energi dan
dengan mengalikan ρ x b x dx. fasilitas angka lainnya yang
4. Menghitung spasi tulangan. dibutuhkan pada saat keadaan
Hasil perhitungan tulangan plat bordes adalah arah darurat.
x D13-175 dan arah y D13-175, penulangan plat Struktur tambahan (termasuk
bordes arah x dan y sama karena rasio penulangan angka telekomunikasi, angka
menggunakan pmin 0,0058. Sedangkan untuk penyimpanan bahan bakar,
penulangan plat tangga adalah arah x D13-150 dan angka pendingin, struktur
arah y D13-175. stasiun listrik, angka air

4.3 Portal
Portal adalah suatu sistem kerangka bangunan yang Tabel 4.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung
terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling dan Non Gedung untuk beban Gempa
berhubungan dan berfungsi menahan beban sebagai (lanjutan)
satu kesatuan. Hal-hal yang harus diperhatikan Jenis Pemanfaatan Kategori
dalam pendimensian portal adalah sebagai berikut : Resiko
1. Estimasi analisis struktur gedung terhadap pemadam kebakaran atau struktur
beban gempa mengacu pada SNI 03-1726- rumah atau struktur pendukung air
2012. atau material atau peralatan
2. Kajian struktur gedung bertingkat tinggi pemadam kebakaran) yang
dikerjakan dengan menggunakan metode disyaratkan untuk beroperasi pada
analisis Dinamik Spektrum Respons. saat keadaan darurat.
3. Menetapkan konfigurasi sistem rangka Gedung dan non gedung yang
pemikul momen yang dimulai dengan dibutuhkan untuk
menetapkan jenis kelompok resiko struktur mempertahankan fungsi struktur
gedung terhadap pengaruh gempa bangunan lain yang masuk ke
(kategori resiko IV). dalam kategori resiko IV
4. Menetapkan faktor keutamaan gempa dari
struktur gedung, yaitu dengan mengacu 5. Menetapkan menurut wilayah zona gempa.

4
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

seismik D harus dirancang menggunakan


konfigurasi sistem rangka pemikul momen
khusus.
9. Dari tabel 9, kita juga memperoleh nilai
koefisien respon (R) yaitu sebesar 8 untuk
sistem rangka pemikul momen khusus.
Hasil grafik spektrum respons percepatan desain
adalah seperti Gambar 4.2 berikut :
Spektral Percepatan (g)
0.8

0.6

0.4

SA
0.2

0.0
0 1 2 3 4 5 6
T (detik)

Gambar 4.3 Grafik Spektrum Hasil Hitungan


Manual
4.3 Balok Induk
Gambar 4.2 Peta untuk SS (Parameter respons Balok Induk adalah balok yang bertumpu pada
spektrum percepatan gempa maksimum yang kolom, balok ini berguna untuk memperkecil tebal
dipertimbangkan resiko), periode ulang 2500 tahun. pelat dan mengurangi besarnya lendutan yang
terjadi. Pada perencanaan balok induk
menggunakan dimensi tinggi diperkirakan h =
(1/15–1/10) L dan lebar diambil b = (1/2 – 2/3)
menurut (Agus Setiawan, 2016). Balok harus
memikul beban gempa dengan perencanaan lentur
momen ultimit ( M u ) < momen nominal ( Mn )
pada daerah tumpuan dan lapangan balok. Kuat
lentur maksimum ( M pr ) pada daerah plastis
didesain berdasarkan tulangan terpasang dengan
tegangan Tarik baja fs = 1,25 f y dan faktor reduksi
1,0 serta tidak boleh lebih < dari gaya geser
menurut analisis struktur. Gaya geser rencana balok
dianalisis menurut kuat lentur maksimum balok
( M pr ) yang muncul di area plastis balok yaitu di
Gambar 4.3 Peta untuk S1 (Parameter respons penampang kritis dengan jarak 2h dari tepi balok.
spektrum percepatan gempa maksimum yang
Gaya geser terfaktor pada muka tumpuan dihitung
dipertimbangkan resiko), periode ulang 2500 tahun.
sebagai berikut :
6. Dengan mendapatkan nilai Ss dan S1,
Mpr1  M pr3 Wu .Ln
mengalikan dengan Fa dan F1, akan
Ve  
diperoleh nilai Sms dan Sm1 yang ln 2
selanjutnya dikalikan dengan 2/3 sehingga
diperoleh nilai Sds 0,73g dan SD1 0,387g. Dimana :
7. Merujuk pada SNI 03-17262012 tabel 6 dan Ve = Gaya geser akibat sendi plastis diujung-ujung
tabel 7 yang menjelaskan bahwa nilai SDs balok (kN)
> 0,5 dan SD1 > 0,2 berkategori desain Mpr = Kapasitas momen / Probable Moment
seismik D.
8. Dari SNI 03-1726-2012 tabel 9 diperoleh Strength (kNm)
bahwa struktur gedung dengan kategori

5
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

Wu = Gaya geser terfaktor (kN) Pu


Ln = Panjang bentang bersih (m) Mpr3
Dari hasil perhitungan diperoleh dimensi balok 400
mm x 600 mm dengan tulangan utama untuk Ve3 Geser
tulangan tarik (5D22) dan tulangan tekan (3D22), Kolom
sengkang D10-100 pada area tumpuan dan D10-
150 pada area lapangan. Untuk detail penulangan lu
dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Ve4
125

125
5D22 3D22 Mpr4
Mpr3+Mpr4
Pu Ve3,4 =
lu
600

600

2D13 2D13
Gambar 4.5 Diagram Gaya Geser Kolom
3D22 5D22

400 400
Dari perhitungan, diperoleh tulangan utama
Tumpuan Lapangan 20D22 serta tulangan sengkang atau tulangan
pembagi 6D10-100 pada area tumpuan dan 6D10-
150 pada area lapangan. Detail penulangan kolom
dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini :
Gambar 4.4 Detail Penulangan Balok Induk
Perencanaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertical dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok, sehingga
keruntuhan pada kolom dapat menyebabkan runtuh
total (total collapse) seluruh struktur (Agus 2x3D10-100 2x3D10-150
Setiawan, 2016). Kuat Lentur minimum kolom
700

700
dihitung dengan persyaratan kolom, sebagai berikut
:

M c
Dimana :
 1,2 M g

M
20D22 20D22
g = Momen nominal balok

M c
: Momen nominal kolom, harus dicari dari 700
Tumpuan
700
Lapangan
gaya aksial terfaktor yang menghasilkan kuat lentur
terendah, konsisten dengan arah gempa yang
ditinjau. Dalam hal ini hanya kombinasi beban
dengan beban gempa yang dipakai untuk
Gambar 4.6 Detail Penulangan Kolom
memeriksa syarat Kolom Kuat Balok Lemah ini.
Kuat geser kolom SRPMK berdasarkan terjadinya
Perencanaan Pertemuan Balok-Kolom
sendi-sendi plastis pada ujung balok-balok yang
Perencanaan pertemuan balok-kolom dalam
bertemu pada kolom tersebut. Untuk perencanaan
SRPMK dilakukan dengan perhitungan gaya geser
kolom, gaya geser didapat dengan menjumlahkan
horizontal akibat balok dan gaya geser kolom yang
Mpr kolom atas dengan Mpr kolom bawah dibagi melewati inti join harus dianalisis dengan
dengan tinggi bersih kolom. Gaya geser tidak perlu membentuk keseimbangan pada titik pertemuan.
diambil > dari gaya geser rencana dari kuat Di analisis pertemuan joint tengah balok kolom dan
hubungan balok kolom berdasarkan Mpr balok, pertemuan joint tepi balok kolom dengan asumsi
bahwa momen balok yang diterima oleh kolom
dan tidak boleh < dari gaya geser terfaktor hasil berlawanan dengan panjang kolom tersebut. Kita
analisis struktur. Diagram gaya geser rencana dapat melihat freebody diagram gayanya pada
kolom dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini : gambar 4.7 dibawah ini :

6
Jurnal Teknokris vol. 24, No. 1 , Januari - Juni 2021 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300

5. KESIMPULAN
Kesimpulan

Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.5,


Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD
Jateng Kota Semarang, termasuk dalam kategori
desain seismic tipe D, sehingga dirancang dengan
memakai Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK). Perancangan dan estimasi analisis
struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan
terbaru yaitu SNI 03-1726-2012.

Saran
Untuk bangunan bertingkat yang berada
pada daerah rawan gempa, sebaiknya didesain
menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), hal ini bertujuan agar diperoleh
sifat struktur daktail, sehingga apabila terjadi
gempa yang kuat, tidak terjadi keruntuhan pada
struktur sehingga jatuhnya korban jiwa dapat
dihindari. Dalam perencanaan struktur gedung
tahan gempa, deformasi struktur menjadi nilai
penting serta tidak dapat diabaikan.
Gambar 4.7 Gaya-gaya yang Bekerja pada
Hubungan Balok-Kolom DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil perhitungan dirancang tulangan 6D10- [1] Badan Standardisasi Nasional.2012. Tata
100. Detail penulangan hubungan balok kolom Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
dapat dilihat pada Gambar 4.8 dibawah ini : untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 03-1726-2012). Bandung:
BSN.
[2] Badan Standardisasi Nasional.2013.
Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013).
Bandung: BSN.
[3] Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung. Bandung:
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan.
[4] Kusuma, Gideon. 1995. Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang Berdasarkan
SK SNI T-15-1991-03 Seri Beton 4.
Jakarta: Erlangga.
[5] Chu Kia Wang, Charles G.Salmon, dan
Binsar Hariandja (ed.). 1993. Desain
Beton Bertulang. Jilid I.Jakarta:
Erlangga.
[6] Setiawan, Agus. 2016. Perancangan
Struktur Beton Bertulang. Jakarta :
Gambar 4.8 Detail Hubungan Balok-Kolom Erlangga

Anda mungkin juga menyukai