ASKEB PERIMENOPAUSE Gangguan Haid

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “F” PERIMENOPAUSE

DENGAN GANGGUAN HAID


DIPUSKESMAS BANYUANAYAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
HAFSATUN
723650295

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan pada Perimenopause pada Ny “F” pada perimenopause dengan
gangguanhaid ini dilaksanakan sebagai dokumentasi praktik yang telah dilaksanakan di UPTD
Puskesmas Banyuanyar.

Sampang, April 2024

Pembimbing Klinik Mahasiswa

EKO ENDAH P. S.ST., Bdn., M.Kes HAFSATUN


NIP. 19800120 2006 04 2 029 NPM.723650359

Mengetahui
Pembimbing Akademik

RATNA INDRIYANI, S.ST.,Bdn., M.Kes


NDN. 0730088703
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan nikmat,karunia dan

petunjuk-Nya yang tiada terkira sehingga penulis dapat merasakan indahnya

beriman Kristen dan menyelesaikan penulisan akhir dalan bentuk Studi kasus.

Setelah mengalami berbagai rintangan,halangan dan cobaan, serta pasang

surutnya semangat yang penulis hadapi, akhirnya telah sampai pada tahapan

penyusuhan Studi kasus .

Pada penyusunan dan penyelesaian Studi Kasus ini, penulis banyak

mendapat bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, maka dengan

penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : ibu

pembimbing klinik Puskesmas Banyuanyar, ibu pembimbing Akademik

universitas Wiraraja, dan teman teman semuanya.

Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman berikan mendapatkan

berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan

dan penulisan Studi Kasus ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan. Semoga penelitian yang dituangkan dalam bentuk Studi

Kasus ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia penelitian. Amin

Sampang, Mei 2024


Penulis
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Pembagian Masa Transisi perimenopause ............................................ 7

2.2 Hubungan Kadar Hormon Esterogen Dengan Usia .......................................... 9

2.3 Mekanisme Biosintensis steroid sex ............................................................... 16

2.4 Kadar hormon…..............................................................................................17

2.5 Siklus difungsi seksual pada wanita ............................................................... 18

2.6 Pathway ........................................................................................................... 26


BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Perimenopause adalah proses alamiah kehidupan seorang perumpuan.

Selain gangguan siklus haid memang menimbulkan gejala-gejala dan keluhan

disertai perubahan secara fisik dan psikis. Gejala yang timbul dari tiga

komponen utama yaitu, menurunnya kegiatan ovarium yang diikuti dengan

defisiensi hormonal terutama esterogen, yang memunculkan berbagai gejala

dan tanda menjelang, selama serta menopause. Faktor-faktor sosial-budaya

yang ditentukan oleh lingkungan perempuan, faktor-faktor psikologis yang

tergantung dari struktur karakter per empuan.

Premenopase adalah masa dimana tubuh mulai bertransisi menuju

menopause. Masa ini biasa terjadi selama 2-8 tahun,dan ditambah 1 tahun di

akhir menuju menopause. Masa premenopase biasanya terjadi pada usia di

atas 40 tahun,tetapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usia

masih dipertengahan 30 tahun (Lisnani,2010).

Perubahan fisik yang terasa dan menibulkan rasa tidak nyaman adalah

adanya semburan panas (hot flushes) dari dada ke atas yang sering terjadi

disusul dengan keringat banyak. Perbahan dan keluhan lain yang dirasakan

lagi seperti berdebar-debar (palpitis),vertigo,migraine, nafsu seks

(libido)menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur (insomnia),rasa

kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabaran, rasa lelah,

keropos tulang, nyeri tulang belakang, dan lain-lain.

1
2

Menurut data dari WHO (2012) (World Health Organization),setiap

tahunnya sekitar 25 wanita diseluruh dunia diperkirakan mengalami

menopause. sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas menghabiska

hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40 % dari wanita pasca

menopause tersebut tinggal dinegara berkembang dengan usia rata-rata

mengalami menopause pada usia 51 tahun. Menurt WHO,di asia pada tahun

2025 jumlah wanita menopause akan melunjak dari 107 juta jiwa. Berdasarkan

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mengenai

perimenopause terdapat 4,3 juta seluruh jumlah penduduk Indonesia yang

sebesar 240 -250 juta pada tahun 2012. Dalam kategori wanita tersebut (USIA

dari 46-49 tahun) 18 % wanita Indonesia telah mengalami perimenopause

dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya (Depkes RI, 2017).

Presentasi wanita usia lanjut di kota Banjarmasin dari tahun 2011-

2017 sebanyak 78.5-74.36 % atau 965-853 orang dan yang memasuki masa

perimenopause sebanyak 334 orang atau 66,80 %. Di tahun 2018 jumlah

wanita usia lanjut sebanyak 345 atau 97.68 % dan yang belum mendapat

pelayanan ada 337 atau 91.07 % . Dipuskesmas Banyuanyar adalah salah satu

angka tertinggi untuk jumlah wanita usia lanjut yang memasuki

perimenopause dan angka siklus haid tertinggi sebanyak 967 orang, pada

tahun 2017 jumlah wanita usia lanjut ada 913 orang dan yang mengalami

gangguan siklus haid ada 91 orang, tahun 2018 wanita usia lanjut meningkat

menjadi 945 orang dan yang mengalami gangguan siklus haid 101

orang.(Dinkes,2018). Akibat gangguan haid yg dirasakan, ibu cemas,

depresi,mudah tersinggung dan stress.(Mubarak,2018)


3

Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk memberikan asuhan

pada ibu perimenopause dengan gangguan haid akan dituangkan dalam bentuk

proposal dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Perimenopause Dengan

Gangguan Haid Di Puskesmas Banyuanyar”.

I.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu perimenopause dengan

gangguan haid di puskesmas Banyuanyar yang didokumentasikan dalam

bentuk SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada ibu perimenopause

dengan gangguan haid di Puskesmas Banyuanyar.

b. Melaksanakan pengkajian data obyektif tugas akhir pada ibu

perimenopause dengan gangguan haid di Pusksmas Banyuanyar.

c. Melakukan penegakan diagnosa data sesuai dengan data yang

didapatkan pad ibu perimenopause dengan gangguan haid di

PuskesmasBanyuanyar.

d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

perimenopause dngan gangguan haid di puskesmas Banyuanyar.

e. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu

perimenopause dengan ganguan haid di puskesmas Banyuanyar.

f. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu perimenopause

dengan gangguan haid di puskesmas Banyuanyar.


4

g. Menganalisis faktor penyebab pada ibu perimenopause dengan

gangguan haid di puskesmas Banyuanyar.

3.1 Manfaat Penelitian

3. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa,

tenaga pengajar, serta tenaga kesehatan tentang asuhan pada ibu

perimenopause dengan gangguan haid di Puskesmas Banyuanyar.

3. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman dan

wawasan bagi penulis dan pembaca dalam memberikan dan menyusun

asuhan kebidanan pada ibu perimenopause dengan gangguan haid.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Perimenopause

1. Pengertian

Perimenopause merupakan masa peralihan antara masa reproduksi

dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause,

antara usia 46-50 tahun,ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,

dengan pendarahan haid yang memanjang dan relative banyak.

Perimenopause merupakan bagian dari masa klimakterium yang terjadi

sebelum perimenopause (kusmiran, 2017 ).

Premeopause adalah masa sekitar usia 46-50 thn dengan dimulainya

dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak,

yang kadan kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada beberapa wanita telah

muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari hasil

analisa hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi

atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya

stimulasi ovarium yang berlebihan ( hiperstimulasi ), sehingga kadang-

kadang dijumpai kadar estrogen yang tinggi. Keluhan yang muncul dapat

disebabka karena hormon yang normal maupun tinggi. Sedangkan

keluhan yang muncul pada masa pascamenopause disebabkan karena

kadar hormon yang rendah.

Perimenopause merupakan masa sebelum menopause dimana mulai

terjadi perubahan endokrin,biologis, dan gejala klinik sebagai awal

perubahan dari menopause dan mencakup juga satu tahun atau dua belas

5
6

bulan pertama setelah terjadi menopause. Perubahan perimenopause dan

proses penuaan itu diantaranya seperti seperti perubahan pola pendarahan,

hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik, perubahan psikologi,

perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas dan perubahan fungsi

tiroid (varney, 2018).

Perimenopause; merupakan periode menuju menopause (ketika

muncul keluhan/gejala endokrin, biologis, dan manifestasi klinik dari

menopause) dan satu tahun setelah menopause terjadi. Transisi

menopause/ menopausal transition; periode atau waktu sebelum haid

terakhir (Final Menstrual Period/FMP) ketika terjadi perubahan siklus

menstruasi.

Perimenopause; adalah istilah yang digunakan untuk masa

reproduktif sampai dengan terjadinya FMP. Meskipun WHO telah

membuat definisi yang telah diterima luas, namun untuk mempermudah

kepentingan klinis dan riset maka pada tahun 2016 Stage of Reproductive

Aging Workshop (STRAW) mengadakan workshop dan membagi masa

transisi menopause ke dalam beberapa fase.

Gambar 2.1 Bagan pembagian masa transisi perimenopause.


11

2. Fisologis perimenopause

Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang

wanita memasuki usia 40 tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita

memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan jumlah ini akan

terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa

ribu buah saja ketika mengalami menopause. Semakin bertambah usia,

khususnya ketika memasuki masa perimenopause, folikel-folikel itu akan

mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal

ini mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus

luteum dalam siklus ovarium berhenti secara perlahan-lahan. Pada wanita

diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang

anovulatoar. Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan

penurunan peroduksi estrogen dan peningkatan kadar hormon

gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini menyebabkan rendahnya

estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros hipotalamus

dan hipofisis. Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan

hormonal, namun tidak ada kriteria khusus pengukuran kadar hormon

untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi menopause.

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium.

Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel

primordial tumbuh menjadi folikel matang dan berovulasi, dan beratus-

ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya

tinggal beberapa folikel-folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH

dan LH, dan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah
8

folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah

nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi gonadotropin FSH

dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH)

diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi

ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen

oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2017).

Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen

perempuan sering relatif stabil atau bahkan meningkat di masa

pramenopause. Kadar itu tidak berkurang selama kurang dari satu tahun

sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum menopause, estrogen

utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol. Namun

selama masa perimenopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih

banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang

dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar

testosteron biasanya tidak turun secara nyata selama pramenopause.

Kenyataannya, indung telur pascamenopause dari kebanyakan wanita

mengeluarkan testosterone lebih banyak daripada indung telur

pramenopause. (Wijayanti, 2019).

Menurut Fritz (2018), kadar estradiol serum pada wanita pasca

menopause sekitar 10-20pg/mL dan sebagian besar merupakan hasil

konversi estron, yang diperoleh dari konversi perifer androstenedion.

Kadar estrogen pada wanita menopause sangat bergantung dari konversi

androstenedion dan testosteron menjadi estrogen. Sebuah penelitian di

Australia menemukan bahwa kadar testosteron dalam sirkulasi tidak


9

berubah sejak 5 tahun sebelum menopause hingga 7 tahun setelah

menopause. Androstenedion adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh

folikel yang sedang berkembang. Dengan terhentinya perkembangan

folikuler pada wanita pascamenopause, kadar androstenedion turun 50%.

Setelah menopause, hanya 20% androstenedion yang disekresi oleh

ovarium. Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan dehidroepiandrosteron

sulfat (DHEAS) terutama dihasilkan oleh kelenjar adrenal (<25% oleh

ovarium). Dengan penuaan, produksi DHEA turun 60% dan DHEAS turun

80%. Berat badan memiliki korelasi yang positif dengan kadar estron dan

estradiol di sirkulasi dengan adanya konversi androstenedion menjadi

estrogen, namun dengan penuaan, kontribusi adrenal sebagai prekursor

produksi estrogen menjadi tidak adekuat. Hubungan kadar hormon

estrogen dengan usia digambarkan pada grafik dibawah ini:

Gambar 2.2Hubungan kadar Hormon esterogen dengan usia (Fritz,2017).

3. Patofisiologi Sindroma Perimenopause

Sindrom perimenopause adalah sekumpulan gejala dan tanda yang

terjadi pada masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan

pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi,


10

dan keluhan lainnya dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada

setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat

menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang

seiring dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon

pada masa senium

a. Keluhan dan Gejala Vasomotor

Keluhan vasomotor yang dijumpai berupa perasaan/semburan

panas (hot flushes) yang muncul secara tiba-tiba dan kemudian disertai

keringat yang banyak. Keluhan ini muncul di malam hari dan

menjelang pagi kemudian perlahan-lahan akan dirasakan juga pada

siang hari. Semburan panas ini mula-mula dirasakan di daerah kepala,

leher, dan dada. Kulit di area tersebut terlihat kemerahan, namun suhu

badan tetap normal meskipun pasien merasakan panas. Segera setelah

panas, area yang dirasakan panas tersebut mengeluarkan keringat

(night sweats)dalam jumlah yang banyak pada bagian tubuh terutama

seluruh kepala, leher, dada bagian atas, dan punggung. Selain itu, dapat

juga diikuti dengan adanya sakit kepala, vertigo, perasaan kurang

nyaman, dan palpitasi.

Hot flushes pada wanita dalam masa transisi menopause ratarata

mulai dirasakan 2 tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP) dan 85

persen wanita akan terus mengalaminya setidaknya selama 2 tahun.

Diantara wanita tersebut, 25 sampai 50 persen mengalami hot flusehes

selama 2 tahun, bahkan ada yang lebih dari 15 tahun.3 Durasi tiap

episode serangan hot flushes bervariasi, hingga mencapai 10 menit


11

lamanya, dengan rata-rata durasi serangan 10 menit. Frekuensi hot

flushes setiap harinya bervariasi antar individu, dimulai 1-2 kali per

jam. Pada kondisi yang berat, frekuensinya dapat mencapai 20 kali

sehari. Selain itu, jika muncul pada malam hari hal ini dapat

mengganggu kualitas tidur sehingga cenderung menjadi cepat lelah

dan mudah tersinggung. Hot flushes dapat diperberat dengan adanya

stres, alkohol, kopi, makanan dan minuman yang panas. Hal ini juga

dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus hipertiroid, akibat obat-

obatan tertentu seperti insulin, niacin, nifedipin, nitrogliserin,

kalsitonin, dan antiestrogen.

Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui

tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior

menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya

defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area

preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan

termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi

yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.

Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya

menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan

mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan

berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium

maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu,

besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara hormon

estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause.


12

Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen tinggi,

rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul

sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen.

Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap

munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang

diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar

neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di

hipotalamus dan menurunkan pengeluaran keringat, bahkan perubahan

suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan

panas. Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat

mempersempit titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu

mekanisme pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot

flushes. Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergik

pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan kadar

estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor

α2 adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan

yang selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu,

penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu

peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran

panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.

b. Keluhan dan Gejala Urogenital

Alat genital wanita serta saluran kemih bagian bawah merupakan

organ yang sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Reseptor

estrogen dan progesteron teridentifikasi di vulva, vagina, kandung


13

kemih, uretra, otot dasar pelvis serta fasia endopelvis. Struktur tersebut

memilki sebuah persamaan kemampuan untuk mereaksi perubahan

hormonal sebagaimana pada kondisi menopause dan nifas.

Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Hal ini akan

menimbulkan uretritis, sistitis, atau kolpitis, sering berkemih dan

inkontinensia urin serta adanya infeksi saluran kemih. Terdapat juga

gangguan miksi berupa disuri, polakisuri, nikturi, rasa ingin berkemih

hebat, atau urin yang tertahan, hal ini sangat erat kaitannya dengan

atrofi mukosa uretra.

Pada usia perimenopause ini, serviks mengalami proses involusi,

berkerut, sel epitelnya menipis sehingga mudah cedera. Kelenjar

endoservikal mengalami atrofi sehingga lendir serviks yang diproduksi

berkurang jumlahnya. Tanpa efek lokal estrogen vagina akan

kehilangan kolagen, jaringan lemak dan kemampuan untuk menahan

cairan.dinding vagina menyusut, rugae menjadi mendatar, dan akan

nampak merah muda pucat. Permukaan epitel vagina menipis hingga

beberapa lapis sel sehingga mengurangi rasio sel permukaan dan sel

basal. Pada akhirnya, vagina menjadi lebih rapuh, kering dan mudah

berndarah dengan trauma minimal. Pembuluh darah di vagina

menyempit sehingga seiring berjalannya waktu vagina akan terus

menegang dan kehilangan fleksibilitasnya. Saat seorang wanita

memasuki usia perimenopause, pH vagina akan meningkat karena

menurunnya estrogen, dan akan terus meningkat pada masa post

menopause sehingga mangakibatkan mudahnya terjadi infeksi oleh


14

bakteri trikomonas, kandida albikan, stafilo dan streptokokus, serta

bakteri coli bahkan gonokokus. Adanya hormon estrogen akan

membuat pH vagina menjadi asam sehingga memicu sintesis Nitrit

oksid (NO) yang memiliki sifat antibakteri dan hanya dapat diproduksi

bilamana pH vagina kurang dari 4,5. Selain bersifat bakterisid, NO di

vagina juga bersifat radikal bebas bagi sel-sel tumor dan kanker.

Akibat perubahan ini, maka terjadi kekeringan vagina, iritasi,

dispareuni, dan rekurensi infeksi saluran kemih.

c. Keluhan dan Gejala Psikologis

Suasana hati, perilaku, fungsi kognitif, fungsi sensorik, dan kerja

susunan saraf pusat dipengaruhi oleh hormon steroid seks. Apabila

timbul perubahan pada hormon ini maka akan timbul keluhan psikis

dan perubahan fungsi kognitif. Berkurangnya sirkulasi darah ke otak

juga mempersulit konsentrasi sehingga mudah lupa. Pada akhirnya,

akibat berkurangnya hormon steroid seks ini, pada wanita

perimenopause dapat terjadi keluhan seperti mudah tersinggung, cepat

marah, perasaan tertekan. Pada dasarnya kejadian depresi pada pria

dan wanita memiliki angka perbandingan yang sama, akan tetapi

dengan terapi pemberian estrogen keluhan depresi dapat ditekan. Oleh

karena itu, estrogen dianggap sebagai salah satu faktor predisposisi

terjadinya depresi. Penyebab depresi diduga akibat meningkatnya

aktivitas serotonin di otak. Estrogen akan menghambat aktivitas enzim

monoamin oksidase (MAO), suatu enzim yang menonaktifkan

serotonin dan noradrenalin. Berkurangnya jumlah estrogen akan


15

berdampak pada berkurangnya jumlah MAO dalam plasma. Pemberian

serotonin-antagonis dapat mengurangi keluhan depresi pada wanita

pascamenopause.

Masa transisi menopause memiliki permasalahan sosiokultural

yang kompleks sebagaimana perunahan hormonal yang terjadi. Faktor

psikososial dapat mempengruhi gejala perubahan mood dan kognitif,

bahkan sejak memasuki masa transisi menopause, wanita telah

menghadapi berbagai tekanan seperti halnya penyakit yang dihadapi,

merawat orang tua, perceraian, perubahan karir dan pensiun. Budaya

barat yang menitik beratkan pada kecantikan dan kemudaan menjadi

stressor bagi wanita yang tengah menjadi tua untuk merasa kehilangan

status, fungsi, dan kendali diri.

d. Keluhan Gangguan Haid

1) Polimenorea

Adalah siklus haid yang lebih pendek yaitu kurang dari 21

hari.

2) Oligomenorea

Adalah haid dengan siklus yang lebih panjang yaitu lebih dari

35 hari.

3) Amenorea

Adalah tidak terjadinya haid pada wanita pada kurun waktu

tertentu.
16

4) Hipermenorea ( menoregia)

Adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang lebih

banyak dan atau lamanya lebih lama dari normal dari siklus

yang teratur.

5) Hipomenorea

Adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit dan

atau lamanya lebih pendek dari normal.

2.2 Perubahan Hormonal Pada Masa Perimenopause

Transisi menopause dikarakteristik oleh kadar estrogen yang

berfluktuasi, siklus menstruasi yang tidak regular, dan kadang-kadang

terdapat gabungan manifestasi klinis kelebihan dan defisiensi estrogen.

Karena itu, selama satu minggu wanita bisa mengeluh mastalgia dan

perdarahan yang parah dan minggu berikutnya, mengalami gejala klinis

vasomotor, gangguan tidur dan kelelahan sebagai akibat dari insufisiensi

estrogen. Perubahan hormonal ini memiliki dampak pada hasrat seksual

wanita dan kapasitas untuk mencapai orgasme. Selama masa

perimenopause, wanita biasanya mengeluhkan kekeringan vagina

berhubungan dengan aktifitas seksual. Tanda ini merupakan tanda dari

kegagalan untuk orgasme dan lubrikasi, tetapi bukan karena insufisiensi

estrogen.

pada saat perimenopause terjadinya penurunan jumlah folikel

ovarium, sehingga menyebabkan penurunan produksi estrogen. Terjadi

peningkatan Serum Gonadotropin yang menyebabkan FSH dan LH

meningkat juga. Peningkatan FSH ini akan terjad beberapa tahun sebelum
17

terjadinya menopause. Peningkatan FSH akan menurunkan Inhibin B

sehingga dapat menurunkan jumlah folikel di ovarium. Estrogen tidak

akan hilang sampai akhir dari masa perimenopause dan hal ini merupakan

suatu respon dari peningkatan konsentrasi FSH. Akibat dari fluktuatifnya

hormon selama periode transisi ini, yaitu dari perimenopause sampai

menopause maka, pengukuran untuk FSH dan estradiol tidak memiliki

nilai yang reliabel dalam pada penentuan status menopause.

Berlawanan dengan penurunan estrogen selama masa menopause,

kadar testosteron tidak berubah tiba-tiba selama masa transisi menopause,

tetapi menurun secara progresif seiring dengan usia dari tahun pertengahan

reproduksi. Setelah menopause hormon yang mengalami perubahan terdiri

dari empat, yaitu androgen, estrogen, progesteron dan gonadotropin.

Sekitar 50% androstenedion yang beredar mengalami penurunan.

Androgen adrenal akan berkurang sebanyak 60-80% sesuai dengan umur.

Penurunan testosteron lebih minimal. Terjadi konversi dari androstenedion

sebanyak 14%, tetapi mayoritas diproduksi oleh sel stroma hilar dan

terluteinisasi di dalam ovarium yang berespon terhadap meningkatnya

gonadotropin.

Peningkatannya relatif terjadi pada testosteron dibandingkan

androgen lain. Peningkatan relatif testosteron dibandingkan androgen lain

mungkin menyebabkan berkurangnya garis rambut, suara serak dan

rambut di wajah kadang-kadang dapat dilihat pada wanita-wanita yang

lebih tua.
18

Gambar 2.3 Mekanisme biosintesis steroid sex

Estron merupakan estrogen saat menopause, paling banyak

diproduksi oleh adrenal- meskipun konversi perifer dari androstenedion

meningkat dua kali. Sebagian estron dan testosteron secara perifer

mengalami konversi menjadi estradiol. Hentinya ovulasi menyebabkan

penurunan progesteron karena tidak adanya produksi dari korpus luteum

lagi.

Gambar 2.4 Kadar hormon

2.3 Disfungsi seksual pada wanita masa perimenopause

Menurut Manan (2017), disfungsi seksual merupakan penurunan

libido atau hasrat seksual pada seseorang atau lawan jenisnya, baik pria
19

maupun wanita. Gangguan ini dapat terjadi karena berbagai hal, baik

secara medis maupun psikologis, serta memberikan efek yang kurang baik

terhadap keharmonisan hubungan suami istri. Sedangkan menurut Elvira

(2016), disfungsi seksual secara luas merupakan ketidakmampuan untuk

menikmati secara penuh hubungan seks dan secara khusus merupakan

gangguan yang terjadi pada salah satu atau lebih dari keseluruhan siklus

respon seksual yang normal.

Disfungsi seksual secara luas didefinisikan sebagai “sebuah

gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon seksual

atau rasa sakit terkait dengan hubungan seksual. Disfungsi seksual pada

perempuan sangat umum terjadi di Amerika Serikat, yang mempengaruhi

lebih dari 40% wanita berusia 18-59 tahun. Meskipun disfungsi seksual

tampaknya lebih umum terjadi di wanita dibandingkan pria, penelitian

mengenai gangguan seksual pada perempuan masih sangat sedikit.

Bagan siklus disfungsi seksual pada wanita sebagai berikut :

Gambar 2.5 Siklus Difungsi Seksual Pada Wanita

Disfungsi seksual wanita secara tradisional terbagi menjadi

gangguan minat/keinginan seksual atau libido, gangguan birahi, nyeri atau


20

rasa tidak nyaman dan hambatan untuk mencapai puncak atau orgasme.

Disfungsi seksual wanita ini dibagi menjadi empat kategori yaitu:

2.4 Gangguan minat/keinginan seksual (desire disorders)

Yaitu berkurang atau hilangnya pikiran, khayalan tentang seks

dan minat untuk melakukan hubungan seks, atau takut dan

menghindari hubungan seks.

2.5 Gangguan birahi/perangsangan (arousal disorder)

Yaitu ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan

keterangsangan dan kenikmatan seksual secara subjektif, yang

ditandai dengan berkurangnya cairan atau lendir pada vagina

(lubrikasi).

2.6 Gangguan orgasme (orgasmic disorder)

Yaitu sulit atau tidak dapat mencapai orgasme, walaupun telah

ada rangsang seksual yang cukup dan telah mencapai fase arousal

2.7 Gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder)

Gangguan nyeri seksual termasuk dispareunia, yaitu merasakan

nyeri saat melakukan senggama dan dapat terjadi saat masuknya

penis ke dalam vagina (penetrasi) atau selama berlangsungnya

hubungan seks, dan vaginismus yaitu terjadinya kontraksi atau

kejang otot-otot vagina sepertiga bawah sebelum atau selama

senggama sehingga penis sulit masuk ke dalam vagina.(Elvira,2016).


21

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan dan gejala perimenopause

2.5 Aktifitas fisik

Tingkat aktifitas fisik berbanding terbalik dengan kadar estradiol pada

wanita di akhir transisi menopause. Tingkat aktifitas juga berbanding

terbalik dengan kadar hormon testoteron. Semakin tinggi tingkat aktifitas

fisik maka kadar estradiol dan testoteron pada wanita yang mengalami

masa transisi menopause akan semakin rendah. Adapaun hormon lainnya

tidak terpengaruh secara signifikan oleh aktifitas fisik yaitu luteinizing

hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Dan hal ini juga

berkaitan dengan gejala pada masa transisi menopause.

2.6 Jumlah kelahiran

Wanita nullipara akan memasuki masa peimenopause lebih awal

dibandingkan dengan wanita multipara. usia perimenopause berkisar

antara46 sampai 50 tahun.

2.7 Oophorectomy

Wanita yang mangalami oophorectomy unilateral akan mengalami

perimenopause lebih

2.8 Siklus haid

Wanita dengan siklus haid yang akan memendek lebih awal memasuki

masa perimenopause.

2.9 Faktor sosial ekonomi

Insiden sindroma perimenopause 1,75 kali lebih tinggi dan umur

rata-rata dimulainya perimenopause 1,2 tahun lebih muda pada wanita


22

yang memiliki riwayat keadaan ekonomi yang sulit di masa kanak-kanak

dan dewasa dalam hidupnya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami kesulitan ekonomi dalam hidupnya. Kesulitan ekonomi

seumur hidup dapat mempengaruhi fungsi ovarium lebih kuat daripada

kesulitan ekonomi pada masa kanak-kanak atau dewasa saja21. Pada

wanita yang tidak bekerja dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih

rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian menopause

lebih awal. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang lemah tersebut menjadi

faktor pemicu stres fisik dan sosial yang berhubungan dengan amenorea

dan disfungsi seksual.

2.10 Indeks masa tubuh

Sebuah penelitian pada wanita Spanyol menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan munculnya gejala menopause yang berat. Indeks

masa tubuh yang tinggi merupakan faktor predisposisi bagi seorang wanita

untuk lebih sering mengalami hot flushes.

Pada fase perimenopause wanita yang mengalami obesitas memiliki

kadar hormon estradiol dan inhibin B yang secara signifikan lebih rendah

daripada wanita yang tidak mengalami obesitas. Kadar FSH pada wanita

obesitas secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang

tidak mengalami obesitas. Namun pada fase akhir transisi menopause

ekadar estradiol lebih tinggi pada kelompok wanita yang obesitas. Pada

wanita postmenopause kadar FSH yang lebih rendah ditemukan pada

kelompok wanita yang obesitas dibandingkan kelompok wanita yang tidak

obesitas. Obesitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi


23

perubahan hormonal selama masa transisi menopause yang tergantung

pada umur, ras, dan merokok. Namun mekanisme hal ini masih belum

begitu jelas.

Sebuah penelitian cross sectional dengan survey terhadap populasi

menemukan bahwa merokok dan BMI yang tinggi dapat memicu seorang

wanita untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat23.

Penelitian lain menunjukkan wanita dengan Indeks Masa Tubuh 32kg/m2

lebih sering mengalami hot flushes dibanding kan dengan wanita yang

memiliki Indeks Masa Tubuh kurang dari 19kg/m2.

Hubungan antara hot flushes dan indeks masa tubuh mungkin hanya

pada wanita yang usianya lebih muda yaitu di awal memasuki masa

transisi menopause atau sepanjang masa transisi perimenopause (46-50

tahun). Di sisi lain, indeks masa tubuh yang tinggi dapat menjadi faktor

pelindung terhadap hot flushes pada wanita yang usianya lebih tua (usia

51-60) atau postmenopause dimana kadar estrogen telah berkurang secara

nyata dibandingkan wanita pada masa transisi menopause. Hal ini

dikarenakan adanya konversi androgen menjadi estrogen pada jaringan

lemak. Hipotesis klinis yang telah diterima secara luas adalah wanita

dengan berat badan yang lebih rendah akan mengalami hot flushes lebih

sering dibandingkan dengan wanita yang lebih gemuk.

2.11 Merokok

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok memiliki hubungan

positif dengan gejala vasomotor. Merokok dapat memicu seorang wanita

untuk mengalami hot flushes lebih sering dan lebih berat. Pada wanita
24

mantan perokok, tidak memiliki peningkatan resiko untuk mengalami hot

flushes sedang atau berat apabila dibandingkan dengan wanita yang tidak

pernah merokok sama sekali. Namun demikian, peningkatan resiko

mengalami hot flushes ditemukan secara bermakna pada wanita yang

masih merokok di saat masa transisi menopause.

2.12 Status Perkawinan

Sebuah penelitian menemukan bahwa gejala kekeringan vagina secara

signifikan lebih ringan sebagaimana sering dilaporkan pada wanita yang

belum menikah, janda, dan wanita yang bercerai apabila dibandingkan

dengan wanita yang menikah atau masih memiliki suami.

2.5 Gejala- Gejala pre menopause (Mubarak, 2016)

Gejala- gejala menurt Mubarak di pengaruhi oleh 4 faktor antara lain :

1. Faktor Psikis

Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini berhubungan

dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol adalah menonjol adalah

berkurangnya tenaga dan gairah berkurangnya kosntrasi dan kemapuan

akademik,serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung,

susah tidur,rasa kesepian,ketakutan keganasan, tidak sabar dan lain-lain.

Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada kemampuan seorang

wanita untuk menyesuaikan diri.

2. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik,kesehatan dan

pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik,akan mengurangi

beban fisiologis dan fisikologik.


25

3. Budaya Dan Lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat

mempengaruhi wanita dalam penyesuaian diri dengan fase klimakterium.

4. Faktor Lain

Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah atau

belum berumah tangga, riwayat menarche yang terlambat berpengaruh

terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.tanda dan gejala

menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala

menopause karena mempunyai ciri-ciri khusus,baik tanda dan gejala

menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikilogis.

Gejala-gejala menepaouse disebabkan oleh perubahan kadar esterogen

dan progesterone. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium

menghasilakn lebih sedikit esterogen dan progesterone dan tubuh

memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala,

sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan

sampai berat (Proverawari,2010). Berkurangnya kadar esterogen secara

bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri

terhadap perubahan hormon,tetapi pada beberapa wanita penurunan

kadar esterogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-

gejala yang hebat. Hail ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh

pengangkatan ovarium (Proverawati,2010).


26

2.6 Keluhan fisik yang dialami wanita perimenopause (Aqila, 2010)

1. Ketidak teraturan siklus haid

Disini siklus pendarahan yang keluar dari vagina tidak teratur.

Pendarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause.pendarahan

akan terjadi dalam rentang waktu bebarapa bulan yang kemudian akan

berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan .

2. Kekeringan vagina

Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada

lapisan dinsing vagina.vagina menjadi kering dan kurang elastis. Isi

disebabkan karena penurunan kadar esterogen. Tidak hanya itu, juga

muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat

berhubungan seksual, karena erubahan pada vagina, maka wanita

menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang

terjadi teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina

terjadi karena leher Rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.

Penyebabnta adalah kekuranagn esterom yang menyebabkan liang,vagina

menjadi lebih tipis,lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamian mulai

mengerut,keputihan,rasa sakit pada saat kencing (Aqila 2010)

2.7 Hal yang dilakukan pada saat melewati masa perimenopause

2.8 Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan

sayur

2.9 Berolahraga teratur

2.10 Makanan yang baik dan bergizi

2.11 Melakukan hobi


27

2.12 Mengurangi mengkosumsi kopi, the, meniman soda dan alcohol

2.13 Menghindari rokok

2.14 Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi

oranglain.

2.15 Berfikir bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar

2.16 Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial.

2.17 Besilaturahmi dengan teman bersama untuk bertukar fikiran

2.18 Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan

2.19 Tingkatkan ibadah (Aqila, 2010).


28

3 Pathway

Saat lahir,wanita memiliki


750,000 folikel ( dipengaruhi
usia,siklus haid,apoptosis)

Jumlah folikel
akan semakin
menurun

Penuaan Penurunan

Ovarium tidak mampu


menjawab rangsangan
hipofisis untuk
menghasilkan hormone
steroid

Produksi esterogen
menurun dan kadar
gonadotrophim
menurun

Pembentukan folikel, ovulasi,


korpus, luteum, siklus ovarium
berhenti secara perlahan

Gangguan tidur
Gangguan fungsi kandung
dan hod flashes Terjadinya kemih dan vagina
gangguan haid

Pathway Gangguan Haid Pada Pre Menopouse (Guyton, 2011)


29

4 Manajemen kebidanan

4.5 Manajemen Kebidanan

4.5.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,keterampilan

dalam rangkaian terhadap logis untuk pengambilan keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2009).

4.5.2 Manajemen kebidanan (Varney,2009)

4.5.2.1 Pengumpulan Data

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara :

4.5.2.1.1 Anamnesa

4.5.2.1.2 Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan

tanda-tanda vital

4.5.2.1.3 Pemeriksaan khusus

4.5.2.1.4 Pemeriksaan penunjang

4.5.2.2 Interprestasi Data

Pada langkah ini dilakuakan indentifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutahan klien berdasarkan interpretasi

data atas data-data yang telah dikumpulkan diiterprestasikan sehingga

ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.


30

4.5.2.3 Mengidentifikasi Diagnosa

Pada langkah ini kita mengindenfikasi masalah atau diagnose

potesial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

4.5.2.4 Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien an aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan

oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien,atau anggota tim kesehatan

yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya :

memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen asuahn bagi klien

adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan

bersama yang dan biayamenyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien

akan mengurangi waktu serta meningkatkan mutu dari asuahan klien.

diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proses sama dengan hasil

secara keseluruhan.

2.8 Langkah-langkah dokumentasi secara SOAP

Manajemen kebidana merupakan metode/ bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam meberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-

langkah dalam manajmen merupakan alur piker bidan dalam pemecahan

masalah atau pengambilan keputusan klinis. .asuhan yang dilalukan

harus dicatat secara benar,sederhana,jelas dan logis sehingga perlu suatu


31
metode pendokumentasian. Menurut Helen varney, alur piker bidan saat

menghadapi klien meliputi tujuh langkah agar orang lain mengetahui apa

yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir

sistematis, dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2.8.1 Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis sebagai langkah 1 varney.

2.8.2 Objektif

Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik klien,pemeriksaan

laboratorium.

2.8.3 Analisis Data

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : Diagnosa masalah

2.8.4 Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian perencanaan evaluasi

pencacatan selama kala 1 harus tetap dan lengkap dan ini akan

mempermudah asuhan dan menjamian keselamatan ibu,data-data

khususnya dicatat selama masa perimenopause untuk mempermudah

pengkajian dan perencanaan asuhan (muslihatun,2009).


ASUHAN KEBIDANAN PADA PERIMENOPAUSE

DENGAN HIPOMENORE

DI PUSKESMAS BANYUANYAR

Hari/Tanggal : Selasa, 30 April2024


Tempat pengkajian : Puskesmas Banyuanyar
Waktu : 11.00 WIb
A. Data Subjektif

1. Identitas

Istri Suami

Nama : Ny. F Nama : Tn. A

Umur : 49 tahun Umur : 43 tahun

Agama : Islam Agama : Islam


Suku/Bangsa : Madura/Indonesia Suku/Bangsa :
Pendidikan : SMA Madura/Indonesia
Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SD
Alamat : Banyuanyar gg 12rt Pekerjaan : Swasta
019 Alamat : Banyuanyar gg 12
rt 019

2. Kunjungan saat ini :

Ibu mengatakan ingi memeriksakan kesehatannya

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan mengalami haid yang sedikit seperti bercak

darah yang lamanya 1-2 hari, badan terasa panas dan sakit

disertai dengan pusing, hal ini sudah terjadi selama 2 tahun


33

terakhir.

4. Riwayat Perkawinan

Kawin 2 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan

suami sekarangsudah 10 tahun.

5. Riwayat Haid

Menarche umur 12 tahun, Siklus 28 hari, Teratur, Lamanya 5-7

hari, Banyaknya 3-4 kali ganti pembalut / hari, Dismenorho Tidak

pernah

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Hami Persalinan Nifas


l Tgl Umur Jenis penolon Komplikasi Jns BB Laktas Kompli
ke lahi khmil Persln g Ibu bayi klmi lahir i kasi
r n n n

1. 20 9 bln spt bidan sehat sehat L 2800 6 bln -


th

7. Riwayat Keluarga BerencanaJenis : Pil kombinasi

Lama : kurang lebih 10 tahun sampai

sekarang.Keluhan : Tidak ada

8. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan ibu

Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun

seperti hipertensi, DM, asma, dan penyakit kronis seperti

jantung, serta penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV

dan AIDS.
b. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dari keluarga ibu dan suami tidak

menderita penyakit menurun seperti hipertensi, DM, asma,

dan penyakit kronis seperti jantung, serta penyakit menular

seperti hepatitis, TBC, HIV dan AIDS.

c. Riwayat penyakit ginekologi

Ibu tidak pernah mengalami perdarahan hebat, keputihan,

tidak pernah abortus dan tidak punya riwayat penyakit

kelamin.

d. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan sekarang mengalami haid sedikit sedikit

tapi sering

9. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Jenis yang dikonsumsi : Nasi, tahu, tempe, ikan,

ayam, daun kangkung, wortel, daunbayam.

Frekuensi : 3 x sehari

Porsimakan : 1 piring

Pantangan : Tidak ada

Minum : kurang lebih 8 - 10 gelas per


hari

b. Pola Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1 kali/hari

Konsistensi : Lembek
35

Warna : Kuning kecoklatan

BAK

Frekuensi : 4-5 kali sehari

Warna : Kuning jernih

Bau : Pesing

c. Pola Aktifitas

Masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti

menyapu,mencuci piring, mencuci pakaian, dan memasak.

Istirahat tidur siang kurang lebih 2 jam, malam kurang

lebih 6 jam.

d. Seksualitas

Frekuensi 2 kali seminggu, tetapi sejak gangguan haid 1 kali

seminggu

e. Personal Hygiene

Frekuensi mandi : 2 x sehari

Frekuensi gosok gigi : 2 x sehari

Frekuensi ganti pakaian/jenis : Sesuai kebutuhan

10. Keadaan Psikososial dan Spiritual

a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : Khawatir

b. Pengetahuan ibu tentang penyakit yang diderita : Tidak

mengetahui

c. Dukungan suami : suami mendukung ibu dengan cara

mengantar ibu ke puskesmas untuk berobat dan konsultasi


B. Data Objektif

1. Kesadaran : Composmentis

2. Keadaan Umum : Baik

a. Tanda Vital : TD 130/90 mmHg Nadi 80x/menit

Suhu 36,7°C RR 21x/menit

b. Berat badan : 56 kg

c. Tinggi badan : 155 cm

d. Kepala dan leher :

Hiperpigmentasi : tidak ada

Mata : Tampak simetris, konjungtiva tidak

pucat, sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena

jugularis

e. Payudara :

Bentuk : Tampak simetris, tidak ada retraksi dada

Puting susu : menonjol keluar, cairan tidak ada

Massa/tumor : tidak teraba benjolan/massa

f. Abdomen :

Bentuk : Normal

Bekas luka : Tidak ada bekas luka operasi

Massa / tumor : Tidak teraba benjolan/massa

g. Ekstremitas :

Varises : Tidak ada varises

Edema : tidak ada odema


37

Reflek Patela : Positif

h. Genetalia luar

Tanda chadwich : Tidak ada

Varices : Tidak ada

Bekas luka : Tidak ada

Kelenjar bartolini : Tidak ada tanda tanda infeksi

Pengeluaran : Tampak bercak darah

i. Anus hemoroid : Tidak ada hemoroid

3. Pemeriksaan dalam

Inspeculo : tampak bercak darah segar, porsio tidak ada lesi

VT : tidak ada nyeri goyang

4. Pemeriksaan penunjang
_

C. Assesment

Ny. “M” P1A0 masa perimenopause dengan hipomenore

D. Penatalaksanaan

PICOT PASIEN
P Data Subyektif :
Ibu mengatakan mengalami haid yang sedikit seperti
bercak darah yang lamanya 1-2 hari, badan terasa panas
dan sakit disertai dengan pusing, hal ini sudah terjadi
selama 2 tahun terakhir.
Data Obyektif :
Kesadaran Composmentis, Keadaan Umum Baik, TD 130/90
mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36,7°C, Respirasi 21x/menit, BB
56 kg, Tb155 cm.
Inspeculo tampak bercak darah segar, porsio tidak ada lesi, VT
tidak ada nyeri goyang

I 1.Melakukan pemeriksaan fisik dan memberitahu ibu tentang


hasil pemeriksaan.
Data Dasar : ( Wijayanti : 2019 )
2.Memberitahu ibu bahwa keluar bercak darah, pusing, badan
linu linu pada usia ibu adalah normal karena masuk masa
perimenopause
Data Dasar : ( Frizt : 2016 )
3. Menganjurkan ibu untuk mengatasi keluhan dan lebih
menjaga kebersihan diri yaitu dengan cara :
a.Tingkatkan kebersihan mandi 2x sehari
b.Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun, tidak
ketat, danmemiliki daya serap
c.Cara cebok yang benar yaitu dari arah vagina kebelakang
d.Selalu keringkan vulva setelah BAB dan BAK
e.Mengganti celana dalam setiap kali basah
d.Mengganti pembalut minimal 3x
Data Dasar : ( Wijayanti 2019 )
4.Menganjurkan ibu untuk tidak menggunakan pemakaian
sabun anti septic yang berbau atau berbahan kimia.
Data Dasar : (Wiknjosastro. 2017 )
5.Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengumsumsi buah
buahan dan sayur sayuran serta banyak minum air putih.
Data Dasar : (Wiknjosastro. 2017 )
C Tidak ada
O 1.Ibu kooperatif saat pemeriksaan fisik dan ibu sudah
mengetahui hasil pemerksaannya.
2.Ibu mengerti dan memahaminya
3.Ibu akan melakukannya di rumah
T Follow up kontrol ulang 1 minggu lagi
39

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan pada ibu perimenopause dengan gangguan haid penulis

mendapatkan kasus pada tanggal 30 april 2024 pada saat itu penulis bertemu

dengan ibu perimenopause usia 49 tahun di Puskesmas Banyuanyar. Penulis

bertemu ibu dan mengkaji beberapa data ibu di ruangan KIA dan meminta

persetujuan ibu untuk diberikan asuhan kebidan kepada ibu tentang

perimenopause dan gangguan haid yang terjadi pada ibu.

Dari data subjektif didapatkan informasi dari ibu perimenopause. Ibu

mengatakan mengalami haid yang sedikit seperti bercak darah dan terjadi haid 1-

2 hari, badan terasa panas dan sakit disertai dengan pusing. Dilakukanlah

pemeriksaan pada ibu dari tekanan darah 130/90, nadi 80 x/menit, respirasi 21

x/menot, suhu 36,7 C. Dilakukan juga pemeriksaan fisik pada ibu. Penulis

menemukan data responden bahwa ibu mulai mengalai haid terganggu kurang

lebih 5 tahun yang lalu dengan haid yang tidak teratur. Penulis melakukan

kunjungan ulang pada tanggal 06 mei 2024 jam 10.00 Wib didapat hasil bahwa

ibu mengalami haid keluar pada hari selasa seperti bercak darah yang sedikit dan

ibu merasa badan terasa pegal dan panas dalam,dan juga nafsu makan berkurang.

Dilakukan juga pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmhg,Nadi :80 x/menit,Suhu :

36,5°C, Respiasi : 20 x/menit dan penulis mengealuasi apakah anjuran yang sudah

diberikan dilakukan oleh ibu.

50
Penulis mendapatkan informasi dari respon bahwa ibu bahwa bercak darah

merupakan terjadi karna haid nya sendiri. Penulis dapat menyimpulkan

inforamasi yang didapat dari ibu atau responden . Menurut teori (kusmiran,2017 )

Perimenopause merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa

senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 46-50

tahun,ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan pendarahan haid

yang memanjang dan relative banyak. Perimenopause merupakan bagian dari

masa klimakterium yang terjadi sebelum perimenopause. Premeopause adalah

masa sekitar usia 46-50 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak

teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai dengan rasa

nyeri. Pada beberapa wanita telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan

sindrom prahaid. Dari hasil analisa hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan

estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat menyebabkan

terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan ( hiperstimulasi ), sehingga kadang-

kadang dijumpai kadar estrogen yang tinggi. Keluhan yang muncul dapat

disebabka karena hormon yang normal maupun tinggi. Sedangkan keluhan yang

muncul pada masa pascamenopause disebabkan karena kadar hormon yang

rendah. Hasil penelitian yang didapat antara teori dan hasil itu sama. Di jelaskan

diteori bahwa ibu perimenopause itu mengalami haid yang sedikit dan pendek,

gejala-gejala yangdiraskan atau faktor-faktor yang menyebabkan perimenopause.

Sindrom perimenopause adalah sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi

pada masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan
pascamenopause mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi, dan

keluhan gangguan haid. Dengan derajat berat-ringan yang berbeda-beda pada

setiap individu. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang

dan setelah menopause kemudian berangsur-angsur berkurang seiring dengan

bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium dan

pada kasus ini ada keluhan gangguan haid Hipomenorea Adalah perdarahan haid

dengan jumlah darah lebih sedikit dan atau lamanya lebih pendek dari normal.

Jadi dari teori dan praktek tidak ada kesenjangan yang terjadi. Sesuai dengan

pengkajian dan pendampingan selama 3 hari ibu merasa keadaan nya mulai

membaik dan bisa mengatasi nya senderi pada saat sakit seperti panas,sakit pada

kaki dan gangguan haid nya. Pada hari kamis di lakukan evaluasi keadaan ibu

bahwa tanda –tanda vital ibu baik dan ibu sudah melakukan anjuran yang sudah

diberikan dan keluhan rasa sakit pada badan dan panas tubuh sudah mulai sedikit

berkurang. Dilanjutkan pada hari sabtu dilakukan pemeriksaan dan ibu

mengatakan sudah melakukan anjuran yang diberikan dan keluhan yang dirasakan

ibu sudah mulai menghilang dan ibu sudah mengetahui apa saja yang harus

dilakukan ketikan rasa sakit itu ada dan cara mengatasinya.

Penulis kemudian melakukan pemeriksaan objektif kepada ibu dengan

keadaan umum, pemeriksaan fisik, kesadaran, dan tanda- tanda vital pada ibu.

hasil yang di dapat keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital baik.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dalam bab terakhir penyusunan studi kasus yang berjudul “ Asuhan

Kebidanan Pada Ibu Perimenopause Dengan Gangguan Haid Di Puskesmas

Banyuanyar Tahun 2024” ini penulis dapat membuat kesimpulan dan saran

sebagai berikut :

1. Data subjektif terhadap ibu perimenopause dengan gangguan haid

mengeluh haid sedikit seperti bercak darah, badan terasa pegal-pegal dan

terasa panas, dengan disertai tidak nafsu makan.

2. Data objektif yang diperoleh ku baik, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi

80 x/m, respirasi 21 x/menit, suhu 36,7 C. Pemeriksaan fisik tidak ada

kelainan kongenital, dan tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

3. Analisa data diagnosa kebidanan pada ibu perimenopause dengan

Hipomenorea. Kebutuhan adalah meberikan asuhan dan menganjrkan ibu

untuk merolah raga, makan-makan yang bergizi,perbanyak makan buah-

buhan dan menjaga kebersihan diri.

4. Penatalaksanaan pada ibu perimenopause ini dengan memberikan asuhan,

memantau keadaan ibu nya, menjaga kebersihan diri dan pola istrahatnya.

5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang sudah diberikan pada ibu

perimenopause dengan Hipomenoreatelah mendapat asuhan dan sudah

dilaksanan sesuai dengan teori yang ada. Setelah dilakukan pemantauan

samapai 3 hari didapatkan hasil secara keseluruhan normal.


6. Mendokumentasikan Asuhan kebidan pada ibu perimenopause dengan

gangguan haid di puskesmas Banyuanyar Banjarmasin mengguankan

metode SOAP.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

5.2.1 Bagi profesi

Diharapkan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

perimenopause, hendaknya bidan dapat tanggapndalam melakukan

tatalaksana asuhan sehingga ibu dapat mengetahui cara untuk

mengatasi masalah yang terjadi pada ibu.

5.2.2 Bagi Instalasi pendidikan

Diharakan bagi instalasi pendidikan lebih meningkatkan atau

menambah reverensi, sehingga dapat membantu penulis atau

mahasiswa yanga akan mengambil kasus yang sama.

5.2.3 Bagi puskesmas

Agar terus meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik lagi

sehingga mempermudah melakukan bimbingan penelitian ditempat

tersebut, serta memberikan dan menyelenggarakan elatihan mengenai

tatalaksana kasus ibu perimenopause dengan Hipomenorea.


DAFTAR PUSTAKA

Aqila, Smart, 2016. Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta: Rohima Press.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi Kesehatan Indonesia dan


Angka Kematian Ibu {internet}. {diakses 2019 Maret 5}. Tersedia pada:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
ibu.pdf

Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. 2018. Profil Kesehatan Kota Banjarmasin


Tahun 2018. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.

Elvira, D. 2016. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta : Balai Penerbit


FKUI.

Fritz MA, Speroff L. 2017. Clinical Gynecologic Endrocinology and Infertility.


Jakarta: Salemba Medika.

Guyton, Hall JE. 2016. Textbook of Medical Physiology 13th ed. Philadelphia
(PA): Elsevier, Inc.

Hidayat, A, 2017. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kurmalasari, Andhyantoro. 2016. Kesehatan Reproduksi Untuk Kebidanan Dan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiran, E. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:


Salemba Medika.

Lisnani. 2017. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Perimenopause Dalam


Menghadapi Perubahan Pada Masalah Menopause Di Kelurahan Sari
Kecamatan Medan Denai.
https://www.researchgate.net/publication/4522910 {Diakses tanggal 03
maret 2019}

Manan E. 2018. Bebas dari Ancaman Disfungsi Seksual Khusus Wanita. Jakarta:
Buku Biru.

Mubarak. 2017. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep Dan Aplikasi Dalam


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Muslihatun. 2019. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

55
Nursalam, S. 2017. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
CV. Agung Seto.

Proverawati, Atikah. 2016. Menopause dan Sindrome Perimenopause.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Riwidikdo, H. 2019. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press.

Sastrawinata, S .2018. Klimakterium dan Menopause. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Prawiroharjo.

Varney, Helen; Kriebs J.M; Gegor C.L. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Volume 4. Jakarta: EGC.

Wijayanti, D. 2019. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogjakarta: Rohima Press.

Wiknjosastro. 2018. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai