0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan34 halaman

Proposal Tesis

proposal thesis mata kuliah Magister Administrasi Publik

Diunggah oleh

cindy tiara
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan34 halaman

Proposal Tesis

proposal thesis mata kuliah Magister Administrasi Publik

Diunggah oleh

cindy tiara
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 34

PERAN TRANSFORMASI DIGITAL DAN PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETERLIBATAN


PUBLIK YANG LEBIH AKTIF PADA SISTEM LAYANAN
RUJUKAN TERPADU (SLRT) DI DINAS SOSIAL
KABUPATEN SUBANG

PROPOSAL TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Guna memperoleh gelar Magister Administrasi Publik
Program Magister Administrasi Publik Universitas Subang

Oleh

CINDY TIARA
NIM. H2A.23.0015

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUBANG
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Globalisasi telah membawa masyarakat modern hidup dalam era teknologi

informasi atau yang disebut dengan era revolusi industri 5.0, artinya, dunia global

telah menempatkan kehidupan manusia berada di tengah-tengah arus teknologi

yang begitu cepat perkembangannya baik dalam bidang hukum, politik, ekonomi,

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), budaya, pendidikan, dan sosial.

Dampak globalisasi telah membawa semua aspek kehidupan manusia menjadi

lebih maju, lebih baik, lebih sejahtera, lebih mudah, dan lebih cepat, hidup dalam

suatu habitat yang global, transparan, tanpa batas, saling mengait (linkage), dan

saling ketergantungan (interindependence). Kesejahteraan yang dinikmati oleh

masyarakat global ini tidak lain karena peran dari transformasi digital yang telah

merambah masuk dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Transformasi digital dalam pelayanan publik di Indonesia merupakan salah

satu upaya strategis untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam

meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat (Suwarno & Wati, 2020).

Proses transformasi ini diharapkan dapat menghadirkan layanan yang lebih

efisien, transparan, dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat (Hardi &

Gohwong, 2020). Namun, perjalanan menuju transformasi digital yang inklusif

dan berkelanjutan ini tidaklah mudah. Indonesia, sebagai negara kepulauan

dengan keragaman geografis dan demografis yang luas, menghadapi sejumlah

tantangan yang kompleks dalam mewujudkan visi tersebut (Kuswati et al., 2022).
Aksesibilitas dan inklusivitas menjadi salah satu tantangan utama dalam

transformasi digital pelayanan publik di Indonesia (Information, 2024). Meskipun

penetrasi internet di Indonesia terus meningkat, disparitas akses digital

antarwilayah masih menjadi isu kritis. Disparitas ini bukan hanya terjadi antara

wilayah perkotaan dan pedesaan, tapi juga antar wilayah di Indonesia yang

mempengaruhi kemampuan sebagian masyarakat untuk mengakses layanan online

(Gaufman, 2020). Faktor geografis, ekonomi, dan sosial berkontribusi terhadap

kesenjangan digital ini, memperlambat proses inklusivitas digital dalam pelayanan

publik (Farida et al., 2020).

Selain masalah aksesibilitas, rendahnya literasi digital juga menjadi

penghambat utama (Arman et al., 2022). Di banyak daerah pedesaan dan bagi

kelompok masyarakat yang kurang terdidik, pemahaman dan keterampilan

menggunakan teknologi informasi masih terbatas (Budai & Tózsa, 2020). Hal ini

menyebabkan sebagian masyarakat tidak dapat memanfaatkan layanan digital

secara optimal (Matitah et al., 2021). Peningkatan literasi digital menjadi salah

satu kunci utama untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat

terlibat dalam transformasi digital (Gupta et al., 2020).

Perkembangan pelayanan publik oleh pemerintah untuk masyarakat pada

masa sekarang ini semakin mengalami perubahan pada sistem-sistem pelayanan

baru yang dapat digunakan pemerintah untuk melayani masyarakat secara efektif

dan efisien. Pada konteks kesejahteraan sosial, semua masyarakat berhak

mendapatkan pelayanan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan supaya dapat

memiliki kehidupan yang Sejahtera. Adanya inisiasi bantuan dari pemerintah


merupakan suatu upaya penanggulangan kemiskinan yang diharapkan dalam

pengelolaan serta pembagian dilakukan dengan efisien dan juga teliti agar dalam

pelaksanaannya bantuan sosial bisa sampai kepada masyarakat yang miskin dan

tepat sasaran sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan (Harjanto, 2017).

Usaha pemerintah dalam penanganan permasalahan sosial dapat dilihat pada

dibentuknya sebuah sistem pelayanan terpadu yang disebut dengan Sistem

Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT). Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu

adalah sistem layanan yang membantu mengidentifikasi kebutuhan masyarakat

miskin dan rentan miskin serta menghubungkan mereka dengan program-program

perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang diselenggarakan

pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai

dengan kebutuhan mereka (Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2019). Sistem

Layanan dan Rujukan Terpadu ini merupakan sistem yang diharapkan dapat

membantu pemerintah dalam memberikan rujukan mengenai penanganan fakir

miskin dan orang yang tidak mampu di tiap-tiap daerah.

Dinas Sosial Kabupaten Subang adalah unsur pelaksana pemerintah daerah

di bidang kesejahteraan sosial, yang menjadi salah satu perangkat daerah yang

mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran daerah. Sistem Layanan Rujukan

Terpadu (SLRT) Dinas Sosial Kabupaten Subang menjawab tantangan masyarakat

terkait masalah program perlindungan sosial. Selain itu, demi menangani kasus

penduduk miskin dan rentan miskin yang tidak mendapat perlindungan sosial.

Pada intinya, SLRT diluncurkan agar memudahkan masyarakat dalam

menyampaikan keluhan sehingga bisa satu pintu alias terpadu. Untuk itulah SLRT
aksesnya akan memudahkan masyarakat menyampaikan keluhan. Sedangkan bagi

pemerintah sendiri SLRT meringankan dalam hal integrasi, kapasitas,

perencanaan pembangunan dan akuntabilitas. Dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu tersebut harus mampu

memberikan hasil untuk menangani permasalahan-permasalahan masyarakat

secara efektif dan efisien.

Tabel 1.1 Angka Kemiskinan

Data Kemiskinan
Indikator Kemiskinan
2020 2021 2022 2023
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) 106,07 94,70 91,20 97,50
Persentase Penduduk Miskin (persen) 11,10 9,84 9,41 9,99

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tahun 2020 menunjukkan bahwa ada

kenaikan kembali angka kemiskinan sebesar 0,58 persen pada tahun 2021.

Sedangkan, pada tahun 2022 hingga 2023 angka kemiskinan di Kabupaten

Subang sudah berhasil menurunkan angka kemiskinannya. Hal tersebut kemudian

menjadi catatan penting bagi Pemerintah Kabupaten Subang bahwa perlu adanya

keseriusan dalam melakukan penanganan kemiskinan di Kabupaten Subang.

Pemerintah memerlukan bentuk sistem pelayanan yang baru supaya dapat

memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat seperti dengan

dibentuknya Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu.

Transformasi layanan publik melalui digitalisasi di Kabupaten Subang

menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk mencapai optimalisasi

implementasi e-government. Salah satu hambatan utama adalah ketidakmerataan


alokasi anggaran di setiap SLRT, yang menghambat pengembangan secara

menyeluruh. Selain itu, rendahnya tingkat literasi teknologi informasi di kalangan

pegawai pemerintah menjadi kendala serius, menunjukkan kebutuhan akan

perekrutan pegawai dengan latar belakang pendidikan di bidang teknologi

informasi serta perluasan anggaran yang konsisten di seluruh SLRT. Meskipun

ada upaya untuk meningkatkan prinsip-prinsip pelayanan prima, seperti edukasi

masyarakat tentang aplikasi yang tersedia, namun masih terdapat hambatan seperti

jaringan internet yang belum optimal, kurangnya kualitas SDM, dan letak

geografis yang terpencil, yang semuanya menyulitkan penyediaan layanan publik

yang efektif dan efisien (Maulana, 2020).

Dalam mengatasi tantangan ini, penting bagi pemerintah Kabupaten Subang

untuk mendapatkan dukungan yang kuat dari pejabat dan masyarakat serta

memperkuat pemahaman dan kompetensi dalam tata kelola (Firmandayu &

Elfaki, 2023). Diperlukan langkah-langkah edukasi yang lebih aktif serta promosi

layanan publik melalui media sosial agar masyarakat dapat lebih memahami dan

memanfaatkan layanan-layanan yang telah disediakan secara efektif (Darmawan

et al., 2020). Dengan mengatasi berbagai masalah tersebut secara holistik,

diharapkan dapat tercapai pelayanan publik yang lebih efisien, responsif, dan

berkualitas bagi masyarakat Kabupaten Subang.

Berdasarkan penjelasan di atas tersebut, maka judul dalam penelitian ini

adalah “Peran Transformasi Digital Dan Partisipasi Masyarakat dalam

Mewujudkan Keterlibatan Publik yang Lebih Aktif Pada Sistem Layanan Rujukan

Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang”.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka pertanyaan yang

muncul berkenaan dengan substansi masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana peran transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan

Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya

penelitian ini adalah untuk mengetahui peran transformasi digital dan partisipasi

masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem

Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penitian di atas tesebut, maka manfaat yang diharapkan

dari penelitian ini adalah :

1. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk mengembangkan

kemampuan pemahaman, penalaran dalam konteks Ilmu Administrasi Publik

yang diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori yang berkaitan


dengan peran transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif.

2. Kegunaan Praktis

Adapun hasil penelitan ini secara praktis diharapkan dapat menjadi

bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Subang dalam penanganan

masalah yang berkaitan dengan peran transformasi digital dan partisipasi

masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif pada

Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Transformasi Digital

Transformasi digital adalah proses penggunaan teknologi untuk

melibatkan pelanggan dengan lebih baik, meningkatkan proses, dan

memanfaatkan orang untuk hasil yang lebih baik (Kumar, 2022). Transformasi

digital adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan entitas dengan memicu

perubahan signifikan pada propertinya melalui kombinasi teknologi informasi,

komputasi, komunikasi, dan konektivitas (Vial, 2019). Transformasi digital adalah

perubahan yang dibangun di atas fondasi teknologi digital, mengantarkan

perubahan unik dalam operasi bisnis, proses bisnis dan penciptaan nilai (Libert,

2016). Transformasi digital adalah proses sosiokultural dalam mengadaptasi

perusahaan dengan bentuk organisasi baru dan keahlian yang dibutuhkan agar

tetap dapat bertahan dan relevan dalam lanskap digital. Ini melampaui konsepsi

sebelumnya seperti perubahan yang dimungkinkan melalui teknologi informasi

(TI) (Benjamin & Eliot, 1993).

Konsep transformasi digital secara umum adalah tentang mengadopsi

teknologi untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan nilai, dan

meningkatkan kesejahteraan sosial (Ebert & Duarte, 2018). Transformasi digital

didefinisikan sebagai fenomena sosial atau evolusi budaya sebagai transisi

mendasar masyarakat yang didorong oleh generasi digital pada masa dimana
teknologi digital mengakar secara kuat dalam budaya dan kegiatan sehari-hari

(Henriette et al., 2016). Transformasi digital adalah sebuah evolusi dalam

melibatkan sumber daya yang dimiliki termasuk pemanfaatan teknologi digital

untuk menghasilkan suatu struktur, proses, nilai, posisi, maupun ekosistem dalam

memberikan pengalaman yang baru (Hadiono et al., 2018). Transformasi digital

adalah upaya kompleks berkelanjutan yang secara substansial dapat membentuk

masyarakat dan kehidupan digital sebagai pengaruh yang diperoleh melalui

penciptaan inovasi digital (Matt et al., 2015).

Dari pengertian transformasi digital menurut beberapa para ahli dapat

disimpulkan bahwa transformasi digital adalah sebuah proses yang bertujuan

untuk meningkatkan entitas bisnis di mana perusahaan merespons perubahan yang

terjadi di lingkungan mereka dengan menggunakan teknologi digital untuk

mengubah proses penciptaan nilai mereka dengan menyelaraskan budaya, orang-

orang yang terlibat di dalam perusahaan, struktur organisasi yang jelas serta

rincian dangambaran tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh karyawan di dalam

setiap divisinya.

1. Tujuan Transformasi Digital

a. Efesiensi. bisnis Transformasi digital membantu mempercepat dan

mempermudah proses bisnis, seperti otomatisasi proses, pemprosesan

data, dan kolaborasi antar tim.

b. Pengalaman Pelanggan yang baik. Meningkatkan pengalaman pelanggan

lebih baik. Transformasi digital dapat dilakukan dengan meningkatkan

pelayanan, membuat proses bisnis lebih cepat, mudah dan efesien dan
memastikan bahwa pelanggan menerima layananan yang tepat waktu dan

sesuai harapan.

c. Meningkatkan. efisiensi dan produktivitas Transformasi digital dapat

mempengaruhi dan produktivitas dengan otomatis pemprosesan data lebih

cepat dan kolaborasi antar tim lebih efesien.

2. Jenis- Jenis Transformasi digital

a. Transformasi digital proses bisnis. Transformasi digital proses bisnis

memfokuskan pada peningkatkan efesiensi dan produktivitas melalui

otomatisasi proses bisnis dan pemprosesan data lebih cepat.

b. Transformasi digital model bisnis. Transformasi digital model bisnis

memfokuskan pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan model

bisnis dan memperluas pasar.

c. Transformasi digital domain bisnis. Transformasi digital domain bisnis

memfokuskan pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan domain

bisnis dan memperkuat posisi kompetitif.

d. Transformasi digital organisasi atau budaya. Transformasi digital

organisasi atau budaya memfokuskan pada perubahan cara kerja dan

budaya dalam organisasi untuk meningkatkan kolaborasi dan inovasi

3. Keuntungan Menggunakan Transformasi Digital

a. Peningkatan efisiensi. Teknologi digital dapat meringankan operasi,

mengotomatiskan tugas berulang, mengurangi waktu dan sumber daya

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.


b. Pengalaman pelanggan yang ditingkatkan. Saluran digital menyediakan

cara baru untuk berinteraksi dengan pelanggan, mempersonalisasi

pengalaman, dan mengasilkan nilai.

c. Inovasi yang meningkat. Dengan bantuan teknologi dgital, perusahaan

dapat menguji produk, layanan, dan model bisnis baru serta bereaksi cepat

terhadap kondisi pasar.

d. Ketangkasan yang lebih besar. Teknologi digital dapat membantu

perusahaan merespons kebutuhan pelanggan dan perubahan pasar dengan

lebih cepat, serta beradaptasi dengan peluang atau tantangan baru.

e. Peningkatan pengambilan keputusan berasis data. Teknologi digital

menghasilkan data dalam jumlah besar, yang dapat dianalisis untuk

mendapatkan wawasan tentang perilaku pelanggan, tren pasar dan

efesiensi operasional

4. Faktor-faktor Terjadinya Transformasi Digital

Faktor pendorong terjadinya transformasi digital menurut (Osmundsen,

2018), terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan suatu

perusahaan/organisasi untuk melakukan transformasi digital antara lain:

a. Perubahan regulasi.

b. Perubahan lanskap persaingan.

c. Pergesaran/perubahan ke bentuk digital dari industri.

d. Perubahan perilaku dan harapan konsumen.


Terdapat beberapa faktor dalam terjadinya transformasi digital, seperti

yang dijelaskan Berthold (2019) ada 5 hal mendasar kenapa

perusahaan/organisasi harus beralih ke transformasi digital, sebagai berikut:

a. Increasing customer demands, kebutuhan pelanggan yang cepat sekali

berubah menuntut kita untuk memikirkan kembali cara berjualan dan

melayani pelanggan. Menjadikan alasan Customer Centric yang dipilih.

b. Higher procurement competence, seiring dengan digitalisasi, proses

pengadaan Business to Business (B2B) telah berubah. Pelanggan

memperluas kompetensi pengadaan mereka. Sebagai contoh, penggunaan

Internet dan applications telah meningkat secara signifikan dalam fase

pengadaan informasi.

c. Growing competition, pertumbuhan pemain digital baru, baik dalam

industri yang sejenis maupun industri yang tidak sejenis semakin

membuat kompetisi semakin ketat.

d. Fast pace, meningkatnya persaingan menyebabkan variasi dan

kompleksitas produk yang lebih besar sedangkan siklus hidup produk

menjadi lebih pendek pada saat bersamaan. Tuntutan akan kecepatan,

fleksibilitas dan transparansi perusahaan dan rantai pasokan semakin

meningkat.

e. New technologies, kemajuan teknologi baru berkembang pesat. Suatu

industri dapat menjadi industri yang sangat high technology dari yang

sebelumnya sangat tradisional.


Dengan transformasi digital yang dimanfaatkan dengan tepat akan

membuat proses bisnis lebih efektif dan efisien yang akan menimbulkan

pendapatan lebih meningkat bagi jalannya usaha.

5. Dimensi Transformasi Digital

Transformasi digital dapat diklarifikasikan menjadi 3 perspektif

(Kumar, 2022) seperti berikut :

a. Bisnis

Mengembangkan strategi digital komprehensif yang selaras dengan

strategi bisnis secara keseluruhan. Kunci keunggulan dalam transfomasi

digital adalah dengan jelas mendefinisikan tantangan dan terus

meningkat. Kunci keunggulan dalam transformasi digital adalah jelas

mendefinisikan tantangan dan terus meningkat. Selanjutnya, ini termasuk

integrasi strategi digital dengan perencanaan operasional, dan

pembelajaran untuk menyampaikan koherensi organisasi.

b. Teknologi

Dimensi ini mengukur kemampuan organisasi untuk membangun,

memelihara dan terus mengubah lingkungan teknologi yang selaras

dengan mendukung dan mencapai tujuannya. Kami mencapai

keunggulan dengan mengejar strategi teknologi progresif yang selaras

secara dinamis dengan tujuan bisnis. Mencapai keunggulan dengan

mengejar strategi teknologi progresif yang selaras secara dinamis dengan

tujuan bisnis. Tata kelola teknologi yang lebih adaptif yang memberikan

tujuan tersebut, kemanan yang kuat yang mengantisipasi ancaman di


masa depan dan manajemen data yang terdefinisi dengan jelas sebagai

dasar analitik yang memberikan wawasan dari mana keunggulan

kompetitif diperoleh hingga dicapai dengan skala yang tepat.

c. Operasi

Dimensi ini menilai kinerja kegiatan sehari-hari organisasi yang

mendorong pelaksanaan strategi mereka. Keunggulan operasi dicapai

dengan mengintegrasikan proses cerdas dengan manajemen perusahaan

yang gesit untuk terus mendorong tindakan yang tepat waktu dan hemat

biaya berdasarkan wawasan dan analitik waktu nyata.

2.1.2 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan mental dan emosi orangorang

dalam situasi kelompok yang mendorong merekan untuk menyumbangkan pada

tujuan-tujuan kelompok dan sama – sama bertanggung jawab terhadapnya

(Theresia et all., 2015:196). Partisipasi masyarakat dasar partisipasi adalah

tindakan mengambil bagian dalam kegiatan, sedangkan pengertian pasrtisipasi

masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di

mana masyarakat ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan dan program,

perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan

keputusan (Theresia et all., 2015:196).

Menurut Zamroni (2011) mengatakan bahwa partisipasi merupakan semua

anggota masyarakat suatu negara yang memiliki suara di dalam pembentukan dan

pengambilan keputusan yang bersifat secara langsung maupun melalui organisasi


yang mewakili kepentingan masyarakat umum. Partisipasi masyarakat merupakan

suatu hak yang dimiliki masyarakat untuk ikut andil dalam pengambilan

keputusan di dalam tahapan proses pembangunan, mulai dari awal perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan maupun spelestarian lingkungan. Partisipasi masyarakat

dalam pembangunan diartikan sebagai ikut serta masyarakat dalam pembangunan,

baik itu dalam kegiatan-kegiatan pembangunan serta ikut dalam memanfaatkan

dan menikmati hasil-hasil pembangunan itu sendiri (Haliim 2020). Partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan tentu tidak diragukan lagi sehingga

dalam pelaksanaannya bisa mewujudkan pemerintahan desa yang partisipatif,

komunikatif, demokratis, bertanggung jawab, dan transparan (Rahman 2016).

Menurut Kurniyati (2019), partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat

dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

pemilihan, dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani

masalah, pelaksanaan upaya menangani masalah dan keterlibatan masyarakat

dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Menurut Sastropoetro (2016)

partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan

dengan keadaan lahiriahnya. Dengan tidak langsung menjelaskan peran

masyarakat dalam mengambil bagian atau turut serta menyumbangkan tenaga dan

pikiran ke dalam suatu kegiatan, berupa keterlibatan ego atau diri sendiri atau

pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan fisik semata (Minahasa 2017).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat adalah partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat dalam suatu proses

pembangunan yang didorong oleh kesadaran tentang pentingnya keterlibatan


masyarakat dalam hal tersebut. Selain itu dalam melakukan sebuah evaluasi

masyarakat tentunya juga ikut dilibatkan agar bisa meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Berdasarkan apa yang disampaikan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan semua anggota masyarakat

dalam pembuatan dan pelaksanaan suatu program atau kebijakan yang mampu

memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri.

1. Faktor – faktor yang Berkaitan dengan Partisipasi Masyarakat

Menurut Handayani (2017) pada hakikatnya partisipasi masyarakat itu

adalah suatu keharusan yang merupakan suatu respon dari masyarakat dalam

setiap pelaksanaan sebuah kebijakan. Adapun faktor-faktor yang sangat erat

kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak hal ini

dinyatakan oleh :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan relatif mempengaruhi wajib pajak dalam

membayar pajak bumi dan bangunan. Dalam hal ini wajib pajak yang

yang berpendidikan akan lebih tahu tentang manfaat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan, sehingga kesadaran akan membayar Pajak

Bumi dan Bangunan akan semakin tinggi.

b. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan wajib pajak sangat mempengaruhi wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Wajib pajak yang

berpenghasilan tinggi akan mudah membayar Pajak Bumi dan Bangunan


sedangkan wajib pajak yang berpenghasilan rendah akan kesulitan

membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

c. Jarak Tempat Tinggal

Jarak antara kantor pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dengan

tempat tinggal wajib pajak mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

d. Sikap

Sikap dari petugas wajib pajak dapat mempengaruhi kemauan

wajib pajak untuk membayarkan pajak bumi dan bangunan.

e. Penyuluhan

Penyuluhan dapat berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam

membayar pajak dan membuat wajib pajak memahami akan pentingnya

fungsi dan arti pajak itu sehingga pendapatan dari sektor pajak menjadi

optimal, maka perlu dilakukan penyuluhan dari aparat perpajakan.

2. Syarat Tumbuhnya Partisipasi Masyarakat

Menurut Theresia et all (2015:206) tumbuh dan berkembangnya

partisipasi masyarakat, memberikan indikasi adanya pengakuan dari

pemerintah bahwa masyarakat bukanlah sekedar obyek atau penikmat hasil

pembangunan, melainkan subyek atau pelaku pembangunan yang memiliki

kemampuan dan kemauan yang dapat diandalkan sejak perencanaan,

pelaksanaanm pengawasan, dan pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.

Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,

sangat di tentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu :


a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk

berpartisipasi

b. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi

c. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

3. Unsur – unsur Berkembangnya Partisipasi Masyarakat

Menurut Theresia et all (2015:207) menyatakan bahwa tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat

ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu :

a. Kesempatan untuk Berpartisipasi

Pada kenyataannya, banyak program pembangunan yang kurang

melibatkan partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang

diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di sisi lain, juga

sering dirasakan kurangnya informasi yang disampaikan kepada

masyarakat luas mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka akan

berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini adalah :

1) Kemauan politik penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam

pembangunan, baik dalam pengambilan keputusan, perencanaan,

pelaksanaan, pemantuan dan evaluasi, pemeliharaan, dan

pemanfaatan pembangunan, dari tingkat pusat hingga birokrasi yang

paling bawah.

2) Kesempatan untuk mendapatkan informasi pembangunan.

3) Kesempatan untuk memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya

(alam dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.


4) Kesempatan untuk mendapatkan dan menggunakan teknologi yang

tepat, termasuk peralatan atau perlengkapan penunjangnya.

5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memdapatkan dan

menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus

diselenggarakan.

6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu

menumbuhkan, menggerakkan, dan mengembangkan dan

memelihara partisipasi masyarakat.

4. Bentuk Partisipasi Masyarakat

Ada beberapa macam partisipasi yang diberikan masyarakat dalam

suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda,

partisipasi tenaga kerja, partisipasi buah pikiran, partisipasi dalam proses

pengambilan keputusan dan partispasi perwakilan. Dengan beragamnya

partisipasi yang telah disebutkan, maka bentuk partisipasi dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata

(memiliki wujud) seperti uang, harta benda, tenaga sedangkan bentuk

partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak) seperti buah

pikiran, pengambilan keputusan dan partisipasi, Menurut Theresia et all

(2015:203) mengemukakan adanya tiga variasi bentuk partisipasi masyarakat,

yaitu :

a. Partisipasi terbatas, yaitu partisipasi yang hanya digerakkan untuk

kegiatan-kegiatan tertentu untuk mewujudkan pembangunan, tetapi untuk


kegiatan tertentu yang dianggap menimbulkan kerawanan bagi stabilitas

nasional dan kalangan pembangunan diatasi.

b. Partisipasi penuh artinya partisipasi seluas-luasnya dalam segala aspek

kegiatan pembangunan.

c. Mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dimunculkan

pemerintah, tetapi rakyat tidak diberi kesempatan untuk memikirkan

kepentingan pribadinya dan tidak diberi kesempatan untuk membentuk

tuntutan atau mempengaruhi jalannya kebijakan negara.

2.1.3 Pelayanan Publik

Setiap instansi pemerintahan dibentuk untuk mencapai tujuan yaitu

memberikan kepuasan bagi masyarakat, apabila tujuan yang telah ditetapkan

tercapai barulah dapat dikatakan suatu keberhasilan. Agar tujuan yang telah

ditetapkan tercapai maka diperlukan pelayanan yang baik dan berkualitas. Karena

dari pelayanan yang baik dan berkualitas dapat membantu pemerintah mencapai

tujuan tersebut. Pelayanan begitu penting bagi setiap masyarakat karena semakin

berkualitas pelayanan yang diberikan maka semakin besar kepercayaan yang

diberikan masyarakat kepada pemerintah yang bergerak dibidang jasa tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 pasal satu (1) Tentang

Pelayanan Publik bahwa Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan

publik.

Menurut Hayat (2015:22) optimalisasi pelayanan publik adalah

memberikan pelayanan secara profesional dan berkualitas yang mempunyai

implikasi positif terhadap kepuasan masyarakat. Menurut Keputusan Menteri

Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004 pelayanan publik adalah

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Menurut Hayat (2017:22)

pelayanan publik merupakan melayani secara keseluruhan aspek pelayanan dasar

yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dipenuhi sesuai dengan ketentuannya.

Jika dianalisis secara spesifik, bahwa pelayanan adalah pemberian hak

dasar kepada warga negara atau masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingannya yang diatur oleh perundang-undangan. Pelayanan memiliki

makna melayani orang yang dilayani. Jika melayani, maka sejatinya adalah

memberikan pelayanan dan pengabdian secara profesional. Pelayanan berarti

melayani dengan sungguh-sungguh kepada orang yang dilayani untuk memenuhi

kebutuhan dan kepentingannya dalam dalam rangka memberikan kepuasan dan

manfaat kepada orang yang dilayani tersebut.

Dari berbagai pendapat tentang pelayanan publik di atas maka dapat

mengambil kesimpulan bahwa pengertian pelayanan publik adalah suatu kegiatan

melayani yang dilaksanakan secara profesional, berkualitas, dan memiliki

pelayanan secara positif yang mampu membantu memenuhi kebutuhan


masyarakat sesuai dengan ketentuan pemerintah. Dengan adanya pelayanan secara

otomatis ada interaksi antara masyarakat dengan pegawai yang bersangkutan pada

suatu organisasi. Komunikasi memang sangat penting dalam melayani

masyarakat, karena komunikasi berfungsi untuk membantu dan mengetahui apa

yang menjadi kebutuhan masyarakat.

2.2 Kerangka Pemikiran

Transformasi digital adalah proses penggunaan teknologi untuk melibatkan

pelanggan dengan lebih baik, meningkatkan proses, dan memanfaatkan orang

untuk hasil yang lebih baik (Kumar, 2022). Transformasi digital adalah proses

yang bertujuan untuk meningkatkan entitas dengan memicu perubahan signifikan

pada propertinya melalui kombinasi teknologi informasi, komputasi, komunikasi,

dan konektivitas (Vial, 2019). Konsep transformasi digital secara umum adalah

tentang mengadopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan

nilai, dan meningkatkan kesejahteraan sosial (Ebert & Duarte, 2018).

Transformasi digital didefinisikan sebagai fenomena sosial atau evolusi budaya

sebagai transisi mendasar masyarakat yang didorong oleh generasi digital pada

masa dimana teknologi digital mengakar secara kuat dalam budaya dan kegiatan

sehari-hari (Henriette et al., 2016).

Dalam partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan masyarakat dalam suatu

proses pembangunan yang didorong oleh kesadaran tentang pentingnya

keterlibatan. Partisipasi masyarakat dasar partisipasi adalah tindakan mengambil

bagian dalam kegiatan, sedangkan pengertian pasrtisipasi masyarakat adalah


keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan di mana masyarakat

ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan dan program, perencanaan dan

pembangunan, perumusan kebijakan, dan pengambilan keputusan (Theresia et all.,

2015:196).

Peran Transformasi Digital

Jenis Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan


2. Partisipasi dalam pelaksanaan
3. Partisipasi dalam pengambilan manfaat
4. Partisipasi dalam evaluasi

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif, yakni desain yang memberikan kemudahan bagi peneliti untuk

merekam, memantau dan mengikuti proses suatu peristiwa atau kegiatan dalam

hal ini peran transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu

(SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang dalam suatu kurun waktu tertentu dan

selanjutnya diinterpretasikan untuk menjawab masalah penelitian. Digunakannya

motode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimaksudkan untuk

membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

peran transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu

(SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang, suatu kondisi pada masa sekarang

serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa

tergantung dari tepat atau tidaknya pemilihan informan kunci, dan kompleksitas

dari keragaman fenomena sosial yang diteliti. Dengan demikian, informan

ditentukan dengan teknik snowball sampling, yakni proses penentuan informan

berdasarkan informan-informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara

pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang ditentukan. Adapun
tujuan utama dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah mengembangkan

pengertian, konsep-konsep yang pada akhirnya memperoleh gambaran yang

kemudian diarahkan pada deskripsi mengenai peran transformasi digital dan

partisipasi masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif

pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten

Subang.

3.2 Informan Penelitian

Dalam memilih informan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan teknik

non probability sampling (Sugiyono, 2018:301) yaitu teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dengan demikian di dalam penelitian ini

peneliti menggunakan teknik snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel

sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit kemudian menjadi banyak

karena jumlah yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang

memuaskan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas

Sosial Kabupaten Subang, Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin dan Pelaku

Masyarakat. Menurut Sugiyono (2018:172) informan penelitian meliputi beberapa

macam, yaitu:

1. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti.


3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberi informasi

walaupun tidak terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian maka yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri

dari:

1. Informan kunci sebanyak 1 orang yaitu Kepala Dinas Sosial Kabupaten

Subang dipandang sebagai informan yang mengetahui informasi tentang

peran transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu

(SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang.

2. Informan utama sebanyak 2 orang antara lain:

a. Kepala Bidang Penanganan Fakir Miskin, dipilih karena merupakan

informan yang mengetahui keadaan secara langsung.

b. Pelaku Masyarakat, dipilih karena merupakan sasaran utama dari

kebijakan mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (the researcher is the key). Oleh karena itu, peneliti

sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap

melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap

peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode

penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan

peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun


logistiknya. Dalam tahap penelitian peran transformasi digital dan partisipasi

masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem

Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang ini

menggunakan instrumen berupa :

1. Pedoman wawancara terhadap objek yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

2. Catatan-catatan sistematis yang disusun pada saat dilakukan observasi di

lapangan yang dapat membantu untuk merekam berbagai hal yang

berhubungan dengan objek yang ingin diteliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan

berbagai cara. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan, yaitu pengumpulan data atau informasi

melalui pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Observasi yang

digunakan adalah observasi non-partisipan artinya peneliti tidak terlibat atau

tidak terjun melakukan aktivitas pelaksanaan peran transformasi digital dan

partisipasi masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik yang lebih


aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas Sosial

Kabupaten Subang, tetapi hanya sebagai pengamat independen.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan metode tanya

jawab serta bertatap muka secara langsung, dimana peneliti menggali

informasi dari responden secara mendalam. Pada penelitian ini wawancara

akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan pertanggungjawaban

kegiatan, foto-foto kegiatan ataupun rekaman pada saat melaksanakan peran

transformasi digital dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan

keterlibatan publik yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu

(SLRT) di Dinas Sosial Kabupaten Subang.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan

pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai

sumber data. Untuk menguji kredibilitas data tentang peran transformasi


digital dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan keterlibatan publik

yang lebih aktif pada Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) di Dinas

Sosial Kabupaten Subang, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah

diperoleh dilakukan ke Kepala Dinas Sosial Kabupaten Subang, Kepala

Bagian Sistem Layanan Rujukan Terpadu Kabupaten Subang dan pelaku

msyarakat sebagai sasaran kebijakan.

Data dari keempat sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan seperti

dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorikan mana

pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda dan mana spesifikasi

dari keempat sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

dengan empat sumber data tersebut.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak

dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data menurut

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2018:383) dilakukan secara

interaktif melalui proses data reduction, data display dan verification.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan


demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

sdata selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sebagainya. Dengan menyajikan data maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Verification (Verifikasi)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan objek penelitian oleh peneliti adalah Dinas

Sosial Kabupaten Subang yang beralamat Jl. DI.Panjaitan No.81, Soklat, Kec.

Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sedangkan lamanya penelitian


direncanakan mulai bulan November tahun 2024 sampai dengan bulan Aprils

tahun 2024.
DAFTAR PUSTAKA

Arman, A., Ishaka, M., & Haeril, H. (2022). Analisis Implementasi Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan SKPD (Studi Pada Kantor BPPKAD Kabupaten Bima). YUME:
Journal Of …, 5(3), 245–250.

Darmawan, A. K., Siahaan, D. O., Susanto, T. D., Walid, M., Umam, B. A., &
Hidayanto, A. N. (2020). Identifying The Differing Service Maturity Levels
Of Mobile-Based Smart Regency With E-Government Adoption Model
(GAM) Framework. 7th International Conference On ICT For Smart
Society: Aiot For Smart Society, ICISS 2020 – Proceeding.

Farida, I., Lampung, U. B., Setiawan, R., Maryatmi, A. S., & Juwita, N. (2020).
The Implementation Of E-Government In The Industrial Revolution Era 4.0
In Indonesia. International Journal Of Progressive Sciences And
Technologies (IJPSAT, 22(2), 340– 346.

Firmandayu, N., & Elfaki, K. E. (2023). The Electronic Government Policy-Based


Green Constitution Towards Good Governance. Journal Of Sustainable
Development And Regulatory Issues (JSDERI), 1(2), 108–121.

Gaufman, E. (2020). Cybercrime And Punishment: Security, Information War,


And The Future Of Runet. In The Palgrave Handbook Of Digital Russia
Studies.

Gupta, R., Muttoo, S. K., & Pal, S. K. (2020). Regional E-Governance


Development Index For Developing Nations. Digital Government: Research
And Practice, 1(3).

Hardi, R., & Gohwong, S. (2020). E-Government Based Urban Governance On


The Smart City Program In Makassar, Indonesia. Journal Of Contemporary
Governance And Public Policy, 1(1), 12–17.

Information, A. (2024). E-Government, Manajemen, Layanan Publik, Kabupaten


Bima. 4(6).
Kuswati, Y., Hartati, T., & Kusmayadi, D. (2022). Implementation Of E-
Government-Based Policies In Improving Public Service Satisfaction In The
Majalengka Regency Local Government. International Journal Of Social
Science And Business, 6(3), 385–394.

Matitah, M., Arifin, S., Sumarto, S., & Widiyanto, W. (2021). Confronting E-
Government Adoption In Indonesian Local Government. Journal Of
Indonesian Legal Studies, 6(2), 279–306.

Maulana, R. Y. (2020). Collaborative Governance In The Implementation Of E-


GovernmentBased Public Services Inclusion In Jambi Province, Indonesia.
Journal Of Governance, 5(1), 91–104.

Suwarno, Y., & Wati, N. K. (2020). E-Government Institutional Capacity In


Provincial Governments Of West-Java And East-Java. Jurnal Studi
Pemerintahan, 11(2).

Anda mungkin juga menyukai