Modul Sosial Emosi
Modul Sosial Emosi
Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S.Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.
Cetakan 1
Penulis:
1. Prof. Dr. Yerimadesi, S. Pd., M.Si.
2. Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd.
Penelaah:
Dr. Sukmawati, S.Pd., M.Pd.
Dr. Dian Artha K, M.Pd.Si.
Penyunting:
Yuanita Novikasari, S.Pd.
Copyright © 2024
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya modul ini.
Modul ini disusun untuk memberikan panduan yang bermanfaat untuk mempersiapkan
guru profesional yang kompeten sesuai dengan semangat Merdeka Belajar
mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong, dan mampu menggunakan
teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG
tengah bertransformasi untuk menekankan pembelajaran berpusat kepada peserta didik,
menghasilkan guru yang berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat
serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan.
Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan PPG bagi guru tertentu, Direktorat PPG
menyusun modul pembelajaran mandiri yang dapat digunakan bagi Bapak/Ibu guru
untuk memperoleh sertifikat pendidik. Modul ini memuat materi belajar yang disusun
secara sistematis dengan konteks tugas guru sehari-hari.
Besar harapan kami, dengan modul ini, percepatan jumlah guru bersertifikat pendidik
dapat dilakukan dan menghasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai
kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.
Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun, tim pengembang kurikulum, dan
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan penyusunan modul ini. Tak
lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Lembaga Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (LTPK) yang terlibat dalam sertifikasi pendidik atas dukungan dan
kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Modul ini disusun untuk para guru yang sedang belajar pada Program Pendidikan
Profesi Guru (PPG) dengan tujuan agar mereka dapat memahami tentang pembelajaran
sosial emosional. Melalui modul ini, selain belajar tentang mengapa, apa dan
bagaimana pembelajaran sosial emosional dan aplikasinya untuk peserta didik, guru
juga diharapkan dapat belajar untuk mengaplikasikan langsung pembelajaran sosial
emosional bagi dirinya sendiri dalam upaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang
aman, nyaman, dan berpusat pada peserta didik.
Modul pembelajaran sosial emosional (PSE) ini terdiri dari tiga topik, topik pertama
membahas tentang pembelajaran sosial emosional: mengapa penting?; topik kedua
membahas bagaimana menerapkan PSE? dan topik ketiga membahas bagaimana
mewujudkan kesejahteraan psikologis warga sekolah? Modul ini disusun dengan alur
MERDEKA, yaitu Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi
kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Pada setiap
alur Bapak/Ibu dipandu dengan pertanyaan esensial dan disetiap akhir topik diberikan
latihan pemahaman.
Semoga modul ini dapat berguna bagi calon guru profesional, terutama peserta PPG,
sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas personal dan profesional guru, dan
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tim Penulis
Durasi 3 hari
Setelah mempelajari topik ini, guru dapat:
Setelah melihat tujuan pembelajaran di atas, mari kita mulai tahapan pertama
dari alur Merdeka pembelajaran untuk topik 1 ini yaitu Mulai dari Diri.
4. Menurut Bapak/Ibu apakah hubungan kita dengan keluarga, rekan sejawat, peserta
didik dan orangtuanya dipengaruhi oleh keterampilan sosial dan emosional?
Jelaskan jawaban Bapak/Ibu.
Gambar 1.2 Video Social-Emotional Learning: What Is SEL and Why SEL Matters
Bapak/Ibu guru, sekarang kami ingin Bapak/Ibu mencermati sebuah video lagu
yang terdapat di youtube. Silakan saksikan secara mandiri melalui tautan berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=1l0GIBI56kM. Saat menyaksikan video tersebut,
mohon perhatikan salah satu tokoh anak perempuan yang digambarkan disana. Amati
apa yang terjadi dengan tokoh tersebut dan bagaimana sikap yang ditunjukkannya saat
merespon situasi yang digambarkan dalam video. Setelah menyaksikan video tersebut,
Bapak/Ibu kami persilakan membaca Kisah Steve Jobs berikut ini.
Merdeka.com - Steve Jobs memang telah tiada, namun dia dianggap sebagai salah
seorang maestro yang berhasil mengangkat pamor Apple sampai seperti sekarang ini.
Inovasi Steve Jobs diakui telah mengubah dunia, mulai dari orang tua hingga anak-
anak menikmati karyanya. Smartphone dengan layar touchscreen hingga film-film
animasi terbaik turut membawa nama besar pendiri Apple tersebut. Tidak banyak
diketahui memang, tetapi Steve Jobs tercatat sebagai salah satu pendiri studio film
Pixar. Pixar kini telah berubah menjadi produsen film-film animasi terbaik dengan
masterpiece seperti 'Toy Story', 'Monster, Inc.', dan 'Cars'.
Ketangguhan Jobs dalam menjalankan bisnisnya patut diacungi jempol. Bahkan, orang
terkaya di dunia Bill Gates mengakui kalau Steve Jobs lebih baik dari dirinya. Gates
menyatakan bahwa sebagai rival, Jobs memiliki segudang talenta yang belum berhasil
Jalan-jalan
Beberapa tahun sebelum menemukan Apple, Steve Jobs pernah travelling atau jalan-
jalan ke India. Jalan-jalan ke daerah lain menurut Steve Jobs akan memperluas
perspektif dan sense seseorang. Kedua hal ini sangat dibutuhkan seorang pengusaha.
Perjalanan tidak perlu biaya mahal atau memakan banyak waktu. Liburan akhir pekan
yang sederhana ke kota lain terdekat juga cukup bagi Anda untuk mengalami hal baru
dan memperluas cakrawala And
(sumber: Merdeka.com)
5. Jika dikaitkan dengan konteks pendidik, apakah penting seorang guru memiliki
keterampilan sosial emosional? Mengapa?
Bapak/Ibu guru yang berbahagia, hingga di titik ini, kami berharap Anda mulai
yakin akan pentingnya mengajarkan keterampilan sosial emosional. Untuk selanjutnya,
kami ingin Bapak/Ibu melihat gambaran yang lebih besar tentang peran dari
pembelajaran sosial emosional dalam membantu mencapai tujuan pendidikan.
Seperti Bapak/Ibu telah ketahui, pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa
Profil Pelajar Pancasila sesungguhnya adalah visi pendidikan bangsa Indonesia. Profil
Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Oleh
karenanya, seluruh elemen pendidikan di Indonesia seyogianya haruslah berupaya
dengan sekuat tenaga mewujudkannya. Ditetapkannya Profil Pelajar Pancasila sebagai
Sekarang, mari kita ambil contoh salah satu dimensi yang ada dalam profil
tersebut, misalnya Profil Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia.
Jika Bapak/Ibu melihat salah satu elemen dari dimensi ini, misalnya elemen “akhlak
kepada manusia”, terdapat sub-element “berempati kepada orang lain”. Berempati
kepada orang lain sesungguhnya adalah salah satu bentuk kesadaran sosial, yang
merupakan salah satu keterampilan sosial dan emosional.
Masih di dalam dimensi yang sama: Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan
Berakhlak Mulia, mari kita ambil contoh elemen yang lain, yaitu: ‘akhlak pribadi”, sub
elemen “integritas”. Jika kita melihat capaian menurut alur perkembangan Fase E untuk
anak usia 16-18 tahun, untuk sub elemen ini diharapkan peserta didik dapat: “menyadari
bahwa aturan agama dan sosial merupakan aturan yang baik dan menjadi bagian dari
Ruang Kolaborasi: Apa yang Ditunjukkan Hasil Riset tentang Pembelajaran Sosial
Emosional?
Artikel berjudul: “Pembelajaran sosial dan emosional untuk kebaikan yang lebih
besar: Memperluas lingkaran kepedulian manusia - Social and emotional learning
Artikel ini menyimpulkan bahwa ketika generasi muda menghadapi tantangan global,
penting bagi sekolah untuk memberi mereka lebih dari sekedar alat kognitif. Alat-alat
Sosial dan emosional juga diperlukan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih
baik. Terlepas dari afiliasi politik atau status sosial ekonomi, kita harus mengakui
dampak tindakan kita terhadap orang lain di dunia yang saling terhubung saat ini.
Dengan menanamkan sikap kepedulian yang tulus terhadap orang lain, generasi muda
dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang yang
berdampak positif pada diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar mereka.
Memperluas wawasan pembelajaran sosial dan emosional ke arah ini akan membekali
jutaan generasi muda dengan keterampilan agar dapat berkontribusi secara lebih
efektif kepada masyarakat yang lebih luas. Penting untuk fokus tidak hanya pada
manfaat pembelajaran sosial emosional bagi individu, namun juga pada perluasan
lingkaran kepedulian generasi muda. Dengan melakukan hal ini, para pendidik dapat
membantu generasi muda membangun kemampuan untuk peduli terhadap orang lain
dan berkontribusi demi kebaikan yang lebih besar.
Artikel ini memberikan tinjauan sistematis dari bukti terkini intervensi pembelajaran
sosial dan emosional (PSE) universal berbasis sekolah untuk peserta didik di taman
kanak-kanak hingga kelas 12 dari tahun 2008 hingga 2020. Sampelnya mencakup 424
penelitian dari 53 negara, yang mencerminkan 252 intervensi PSE universal berbasis
sekolah, yang melibatkan 575,361 peserta didik. Hasilnya menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan kondisi kontrol, peserta didik yang berpartisipasi dalam intervensi
USB PSE mengalami peningkatan yang signifikan dalam keterampilan, sikap, perilaku,
iklim dan keamanan sekolah, hubungan teman sebaya, fungsi sekolah, dan prestasi
akademik.
Pembelajaran sosial dan emosional pada anak merupakan dasar dalam penerapan
pendidikan karakter bagi anak usia dini. Aspek sosial emosional anak akan
berkembang secara berkelanjutan sejalan dengan proses pengembangan dan stimulasi
yang diberikan kepada mereka. Pembelajaran sosial dan emosional pada anak
akan melahirkan kemampuan adaptasi secara kognitif maupun sosial.
Kompetensi-kompetensi sosial seperti kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran
sosial, kemampuan berelasi dan pembuatan keputusan yang bertanggungjawab yang
menjadi fokus pengembangan dalam proses pembelajaran juga berimplikasi pada
tertanamnya karakter-karakter unggul dalam konteks sosial maupun konteks lainnya.
Dengan metode bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya dapat digunakan
untuk mengembangkan aspek sosial emosional anak. Yang pada akhirnya akan
tumbuh rasa percaya diri, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, berempati
pada orang lain dan mampu mengkomunikasikan perasaannya secara tepat. Dan
berimplikasi pada tertanam dan terbentuknya karakter-karakter unggul seperti
mengenal diri, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, berkepribadian menarik, mengikuti
perubahan, mengambil risiko, mengendalikan diri, bersemangat, kerjasama, adil dan
lain sebagainya.
Artikel berjudul: Penularan Stres Mungkin Terjadi di Antara Guru dan Peserta
didik (https://neurosciencenews.com/education-stress-contagion-4580/)
Penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kelelahan guru dan tingkat kortisol
peserta didik, yang merupakan indikator biologis dari stres. Para peneliti
“Hal ini menunjukkan bahwa penularan stres mungkin terjadi di kelas di antara peserta
didik dan guru mereka,” kata Eva Oberle, penulis utama studi dan asisten profesor
yang baru ditunjuk di Human Early Learning Partnership (HELP) di sekolah
kependudukan dan kesehatan masyarakat UBC.
“Tidak diketahui apa yang terjadi pertama kali – peningkatan kortisol atau kelelahan
guru. Kami menganggap hubungan antara stres peserta didik dan guru sebagai
masalah siklus di kelas.” Oberle mengatakan iklim kelas yang penuh tekanan dapat
disebabkan oleh kurangnya dukungan terhadap guru, yang dapat berdampak pada
kemampuan guru dalam mengelola peserta didiknya secara efektif. Ruang kelas yang
dikelola dengan buruk dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan peserta didik
dan meningkatkan stres. Hal ini dapat tercermin pada peningkatan kadar kortisol pada
peserta didik. Alternatifnya, stres dapat berasal dari peserta didik, yang mungkin
merasa lebih sulit untuk diajar karena meningkatnya kecemasan, masalah perilaku,
atau kebutuhan khusus. Dalam skenario ini, guru mungkin merasa kewalahan dan
melaporkan tingkat kelelahan yang lebih tinggi. “Studi kami mengingatkan kita akan
masalah sistemik yang dihadapi guru seiring dengan bertambahnya ukuran kelas dan
berkurangnya dukungan terhadap guru,” kata Oberle.
“Jelas dari sejumlah penelitian baru-baru ini bahwa mengajar adalah salah satu profesi
yang paling menimbulkan stres, dan guru memerlukan sumber daya dan dukungan
yang memadai dalam pekerjaannya untuk melawan kelelahan dan mengurangi stres di
kelas,” kata profesor pendidikan UBC, Kimberly. Schonert-Reichl, rekan penulis studi
dan direktur HELP. “Jika kita tidak mendukung guru, kita berisiko mengalami kerugian
tambahan bagi peserta didik’. (diterjemahkan secara bebas)
Silakan atur waktu untuk bertemu dengan rekan sejawat atau kepala sekolah
Bapak/Ibu kemudian mintalah kesempatan untuk menjelaskan kepada mereka
pemahaman Anda. Lalu dengarkan tanggapan dan umpan balik dari mereka. Cermati,
apakah masih ada pemahaman Anda yang keliru atau perlu penguatan lebih lanjut
berdasarkan pertanyaan atau umpan balik yang diberikan.
Di tahapan belajar berikutnya, yaitu koneksi antar materi, Bapak/Ibu akan diminta untuk
melakukan refleksi atas pengalaman ini.
Koneksi Antar Materi: Bagaimana Proses Refleksi Membantu Saya Belajar dengan
Lebih Baik dan Memperluas Perspektif Saya tentang Pentingnya Pembelajaran
Sosial Emosional?
Bapak/Ibu guru hebat! Luar biasa. Saat ini Bapak/Ibu telah memasuki tahapan
koneksi antar materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu berefleksi untuk
membangun pemahaman tentang diri dan memahami bagaimana pertumbuhan
pemahaman Bapak/Ibu sebagai seorang 'pembelajar'. Dengan menggunakan beberapa
pertanyaan berikut ini, Bapak/Ibu diharapkan dapat merenungkan bagaimana
pengetahuan tentang pentingnya pembelajaran sosial emosional mempengaruhi
perspektif dan pertumbuhan pribadi Bapak/Ibu.
Bapak/Ibu guru, akhirnya Anda telah sampai di bagian akhir dari pembelajaran
untuk topik 1 ini. Dalam tahapan ini, Bapak/Ibu guru akan diharapkan untuk akan
membuat rencana aksi untuk menerapkan pemahaman.
Silakan deskripsikan rencana aksi Bapak/Ibu dalam bentuk paragraf sederhana. Untuk
membantu menulis paragraf aksi tersebut, Bapak/Ibu dapat menggunakan kalimat
pembuka berikut ini:
Karena kini saya memahami dan percaya akan pentingnya pembelajaran sosial
emosional untuk peserta didik dan diri saya, maka ke depannya, sebagai guru saya
akan…
Pikirkan tentang materi, pengalaman atau momen menarik dalam proses mempelajari
topik 1 yang baru saja Bapak/Ibu pelajari. Renungkan konsep-konsep kunci, wawasan,
atau keterampilan yang Anda peroleh selama belajar topik tersebut, lalu ceritakan
bagaimana pembelajaran ini mempengaruhi perspektif atau pemahaman Anda!
Durasi 4 hari
Guru mampu membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Capaian
terkait kompetensi sosial dan emosional. berdasarkan kerangka
Pembelajaran
CASEL
Mulai dari Diri: Apa yang Saya Telah Ketahui tentang Pembelajaran dan
Keterampilan Sosial Emosional?
2.1 Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)?
Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning - CASEL
(https://casel.org/), yang didirikan tahun 1995 oleh sekelompok pendidik, psikolog,
diantaranya Daniel Goleman (perintis konsep Kecerdasan Emosional) dengan
tujuan untuk mengupayakan pembelajaran 5 (Lima) Kompetensi Sosial Emosional di
pendidikan K-12 (taman kanak-kanak hingga SMA kelas 12), mendefinisikan
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) sebagai berikut:
“PSE adalah proses dimana anak dan orang dewasa memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mengembangkan
identitas yang sehat, mengelola emosi dan mencapai tujuan pribadi dan kolektif,
merasakan dan menunjukkan empati terhadap orang lain, membangun dan
memelihara hubungan yang mendukung, dan membuat keputusan yang
bertanggung jawab dan penuh rasa kepedulian.”
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri
sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan
konteks kehidupan.
Contoh aktivitas pembelajaran yang dapat
Contoh perilaku
dilakukan
1. Belajar mengidentifikasi 6 emosi dasar (terkejut,
takut, marah, senang, jijik, dan sedih.)
2. Bermain dengan kartu emosi: Buat kartu emosi
Mengidentifikasi emosi-emosi dengan gambar berbagai ekspresi wajah dan
dalam diri situasi emosional. Minta peserta didik untuk
memilih kartu yang mencerminkan perasaan
mereka pada suatu waktu dan berikan mereka
kesempatan untuk berbagi alasannya.
1. Melakukan aktivitas refleksi diri
2. Membuat puisi akronim nama sendiri dan
Mengidentifikasi kekuatan/aset diri
meminta peserta didik mengidentifikasi satu kata
dan budaya
positif tentang diri mereka yang di awali huruf
dalam akronim tersebut.
Berbagi pengalaman terkait identitas pribadi dan
Dapat menggabungkan identitas sosial dan dapat memberikan perspektif yang
pribadi dan identitas sosial beragam untuk memperkaya pemahaman tentang
identitas yang berbeda
Aktivitas menggunakan studi kasus atau contoh
Menunjukkan integritas dan kehidupan nyata yang menyoroti konsekuensi
kejujuran ketidakjujuran dan manfaat bertindak dengan
integritas.
1. Membuat jurnal emosi
Dapat menghubungkan perasaan,
2. Aktivitas mewarnai perasaan dan menjelaskan
pikiran, dan nilai-nilai
alasannya.
Memupuk efikasi diri Merayakan keberhasilan-keberhasilan kecil.
1. Selalu menggunakan bahasa yang positif.
Memiliki pola pikir bertumbuh
2. Penekanan pada proses daripada hasil
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara
efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
Mengajarkan teknik STOP, Teknik Menghitung
Mengelola emosi diri
sampai 10
1. Diskusi kelompok
Mencari dan menawarkan 2. Pembelajaran kolaboratif
bantuan apabila membutuhkan 3. Pembelajaran berbasis Proyek
4. Proyek kepemimpinan
1. Proyek Advokasi sosial – peserta didik memilih
isu hak asasi manusia yang relevan, melakukan
riset tentang isu tersebut, termasuk penyebab,
dampak, dan solusi yang mungkin. Mereka lalu
Turut membela hak-hak orang lain merancang dan melaksanakan proyek advokasi
sosial, seperti membuat kampanye kesadaran,
menyusun petisi, atau mengadakan acara
pendidikan masyarakat.
2. Diskusi kelas
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil
pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam
mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi
manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk
kesejahteraan psikologis (wellbeing) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok
Diskusi topik atau cerita pendek yang merangsang
pemikiran filosofis dan mengundang pertanyaan yang
Menunjukkan rasa ingin tahu dan
kompleks.dengan menekankan pentingnya
keterbukaan pikiran
mengajukan pertanyaan, merenungkan, dan
mempertimbangkan sudut pandang berbeda.
1. Studi kasus
2. Rapat kelas mingguan
Mengidentifikasi/mengenal solusi 3. Kotak suara - Memberikan peserta didik ruang
dari masalah pribadi dan sosial menyampaikan permasalahan dengan
menuliskan permasalahan dan memasukkannya
ke dalam kotak suara untuk kemudian
didiskusikan bersama.
Belajar membuat keputusan 1. Menggunakan Strategi POOCH
beralasan/masuk diakal, setelah (https://bit.ly/POOCH)
menganalisis informasi, data, dan 2. Melakukan simulasi membuat keputusan yang
fakta interaktif
Mengantisipasi dan mengevaluasi 3. Analisis skenario
konsekuensi-konsekuensi dari 4. Bermain peran membuat keputusan
tindakannya 5. Melakukan debat etika
Lingkup Indikator
Refleksi
Langkah-langkah
Contoh dan Keterangan
Aktivitas
1. Pilihlah sebuah Bapak/Ibu guru dapat memilih salah satu atau beberapa teknik melatih
teknik untuk keterampilan sosial-emosional yang telah dipelajari dalam tahapan
melatih eksplorasi konsep. Misalnya: Teknik STOP atau MINDFUL BREATHING
keterampilan sederhana (untuk latihan pengelolaan diri) atau POOCH ( untuk latihan
sosial-emosional pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) atau latihan
seperti yang menggunakan ‘i-message’ (untuk latihan keterampilan berelasi) atau
telah dijelaskan latihan membuat gratitude notes (ungkapan rasa syukur) untuk melatih
di atas kesadaran sosial.
2. Pimpinlah
peserta didik
Bapak/Ibu guru dapat memimpin sesi latihan singkat berdasarkan teknik
atau teman
yang Bapak/Ibu pilih sendiri di atas dengan mengajak peserta didik atau
sejawat
rekan sejawat Bapak/Ibu.
melakukan sesi
latihan singkat
Setelah berlatih bersama, Bapak/Ibu guru dapat berefleksi bersama
dengan peserta didik dan rekan sejawat. Bapak/Ibu dapat saling berbagi
3. Lakukan Refleksi
pengalaman, tantangan, dan wawasan terkait teknik yang telah
Bersama
dipraktikkan, serta bagaimana setiap teknik berkontribusi terhadap
pengembangan keterampilan sosial-emosional yang dipilih
Bapak/Ibu guru dapat mendiskusikan atau menjelaskan kepada peserta
didik atau rekan sejawat bagaimana setiap teknik berkontribusi terhadap
4. Pengembangan
pengembangan keterampilan sosial-emosional yang dipilih. Misalnya, jika
Keterampilan
teknik yang dipilih adalah keterampilan mengelola emosi, guru dapat
Sosial-Emosional
membantu peserta didik memahami bagaimana teknik tersebut dapat
membantu mereka mengelola emosi dengan baik.
1. Buatlah sebuah modul ajar atau rencana pembelajaran sesuai dengan bidang
studi yang Bapak/Ibu ampu, dan integrasikan pembelajaran sosial emosional
dalam modul ajar atau rencana pembelajaran tersebut..
2. Rencana pembelajaran yang dibuat menggambarkan penerapan 3 signature
practices dan mengajarkan salah satu dari keterampilan sosial emosional melalui
salah satu pendekatan, strategi, dan teknik yang telah dipelajari.
Halo Bapak/Ibu guru hebat! Saat ini Anda telah memasuki tahapan koneksi antar
materi. Inilah saatnya Bapak/Ibu meluangkan waktu berefleksi untuk mengaitkan materi
yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi yang baru saja Bapak/Ibu pelajari.
Bapak/Ibu akan diberikan beberapa pertanyaan. Jawablah pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan mengkoneksikannya dengan topik-topik yang telah dipelajari
sebelumnya.
Jelaskan bagaimana
Keterampilan
keterampilan sosial
Sub- sosial
Dimensi Elemen emosional membantu
Elemen emosional
menguatkan profil
terkait
pelajar Pancasila
Beriman
bertakwa kepada
Tuhan YME
Bergotong
Royong
Berkebinekaan
Global
Bernalar Kritis
Mandiri
Kreatif
Aksi Nyata: Bagaimana Saya dapat Menerapkan Apa yang Telah Saya Rancang
dalam Praktik Pembelajaran Secara Efektif?
Selamat datang di tahap belajar akhir untuk Topik yang kedua. Di dalam tahapan
Aksi Nyata ini, sesuai namanya, Bapak/Ibu akan diminta untuk menerapkan rencana
pembelajaran atau modul ajar yang telah dibuat minggu lalu dan telah diberikan umpan
balik oleh rekan sejawat atau kepala sekolah, di dalam kelas Bapak/Ibu sendiri. Untuk
lebih jelasnya, silakan cermati tugas berikut ini:
● Lihatlah Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar yang telah dibuat dan
diberikan umpan balik. Perbaiki Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar
tersebut sesuai dengan umpan balik yang diberikan.
● Terapkan Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar tersebut di kelas Bapak/Ibu
masing-masing.
● Mintalah rekan sejawat atau kepala sekolah Bapak/Ibu untuk mengobservasi
kelas Bapak/Ibu dan kemudian mintalah umpan balik dari mereka atas
pembelajaran tersebut.
● Setelah selesai implementasi, buatlah refleksi atas penerapan rencana
pembelajaran tersebut dengan menggunakan kerangka refleksi dari Driscoll
(2007) berikut ini:
5. Bagaimana penerapan teknik "Empati Walk" secara efektif dapat berkontribusi pada
pengembangan kompetensi sosial emosional peserta didik dengan menggabungkan
elemen kegiatan lapangan dan refleksi?
a. Memahami variasi budaya di lingkungan sekitar dan meresapi pengalaman
tersebut
b. Menilai dampak positif pada kesejahteraan mental peserta didik
c. Mendorong peserta didik membuat keputusan yang bertanggung jawab
d. Agar peserta didik dapat lebih fokus pada keunggulan akademik
e. Menyortir pilihan-pilihan yang diberikan dan menggambarkan pengalaman
pribadi.
10. Guru ingin mengakhiri sesi pembelajaran dengan Penutupan yang Optimis sesuai
dengan kerangka 3 signature practices. Sebelum penutupan, guru merencanakan
sebuah refleksi bersama tentang pembelajaran hari itu. Namun, beberapa peserta
didik terlihat masih belum sepenuhnya memahami konsep yang diajarkan.
Sebaliknya, beberapa peserta didik lainnya tampak antusias dan siap untuk belajar
lebih lanjut. Bagaimana guru dapat mengelola situasi ini dengan menciptakan
penutupan yang tetap optimis sambil memastikan bahwa setiap peserta didik
merasa diakui dan didukung?
a. Memberikan apresiasi umum untuk partisipasi seluruh kelas dan mengabaikan
perbedaan pemahaman individu.
b. Mengajukan pertanyaan terbuka kepada seluruh kelas untuk memotivasi peserta
didik yang masih membutuhkan pemahaman tambahan.
c. Mengajak peserta didik yang telah memahami konsep untuk berbagi pemahaman
mereka, sementara memberikan waktu tambahan untuk peserta didik yang masih
kesulitan.
d. Mengalihkan perhatian dari pemahaman individu ke rencana pembelajaran
mendatang agar suasana tetap positif.
e. Menyimpan refleksi bersama untuk sesi pembelajaran berikutnya ketika semua
peserta didik diharapkan dapat memahami konsep secara menyeluruh.
Sekarang, kami ingin Bapak/Ibu menceritakan pengalaman saat berlatih salah satu
keterampilan sosial emosional. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat melakukan latihan
tersebut? Apakah ada perbedaan antara melatih untuk diri sendiri dan mengajarkan
keterampilan sosial emosional tersebut kepada orang lain? Ceritakanlah pengalaman
Bapak/Ibu.
Durasi 3 hari
Guru mampu menunjukkan pemahaman tentang pentingnya
Capaian memberikan keteladanan, terus belajar, dan berkolaborasi dalam
Pembelajaran memperkuat praktik-praktik pembelajaran sosial emosional untuk
mewujudkan wellbeing warga sekolah.
Mulai dari Diri: Bagaimana Refleksi Saya atas Praktik Keteladanan, Proses
Pembelajaran, dan Upaya Kolaboratif Berkontribusi Terhadap Penerapan
Kompetensi Sosial-Emosional?
Sekarang, mari kita mulai tahapan belajar Mulai dari Diri. Sebagai langkah awal,
mari lakukan refleksi diri terhadap beberapa pertanyaan berikut. Bapak/Ibu akan
merenungkan dan mengevaluasi keteladanan, proses belajar, serta kolaborasi yang
telah Bapak/Ibu terapkan untuk meningkatkan kapasitas diri dalam menerapkan
pembelajaran sosial emosional di kelas.
Bapak/Ibu bisa memberi tanda ceklis (√) pada kolom kanan sesuai dengan
refleksi pribadi Bapak/Ibu semuanya. Adapun keterangannya sebagai berikut: (1).
Sangat tidak setuju, (2). Tidak setuju, (3). Setuju, (4). Sangat setuju
Proses Belajar
Kolaborasi
Saya sudah bekerja sama dengan rekan guru untuk
mengintegrasikan aspek sosial emosional dalam berbagai
mata pelajaran.
3. 3
Saya telah melibatkan orang tua peserta didik dalam
.
mendukung dan memahami pentingnya pembelajaran sosial
emosional.
Saya aktif berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dengan
pihak sekolah dan komunitas untuk memperkuat
implementasi pembelajaran sosial emosional.
Pengaruh pada Lingkungan Belajar
Saya merefleksikan bagaimana keteladanan, proses belajar,
dan kolaborasi yang saya terapkan telah mempengaruhi
suasana kelas.
4. 4
.Saya mengevaluasi perubahan positif atau perbaikan yang
terjadi dalam kesejahteraan psikologis peserta didik.
Sekarang, mari kita bahas satu per satu bagaimana kita dapat melakukan
masing-masing upaya tersebut.
Bu Umbi adalah seorang guru SD yang mengajar di kelas 6. Bu Umbi melihat banyak sekali
berita di televisi yang menyatakan tentang banyaknya anak-anak yang tawuran, anak-anak
yang mengalami stres, perundingan yang terjadi di berbagai tempat, dan sebagainya. Semua
hal tersebut membuatnya sangat prihatin. Meskipun sejauh ini, di kelasnya belum sampai ada
peserta didik yang mengalami atau melakukan hal-hal di atas, namun beliau menyadari bahwa
pembelajaran di sekolah sesungguhnya tidak boleh hanya soal pembelajaran akademik.
Sangat penting bagi guru untuk mengajarkan keterampilan sosial-emosional kepada peserta
didiknya. Itulah sebabnya Bu Umbi memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang
bagaimana dia dapat mengajarkan dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional ini.
Bu Umbi sadar bahwa ternyata ada banyak hal yang perlu ia pelajari dan lakukan untuk
mengintegrasikan keterampilan sosial emosional dalam kehidupan sehari-harinya. Maka, ia
memulai untuk meluangkan waktu di tengah hari untuk sekedar membiasakan diri mengambil
nafas, mengambil jeda, sehingga memudahkannya berpikir dengan lebih jernih. Ia bahkan
berusaha memilih kata yang akan digunakannya saat merespon orang lain sehingga
memberikan dampak yang lebih baik. Ia terus berusaha menjalin hubungan lebih dekat dengan
peserta didiknya dengan berusaha mencari tahu dan memahami keadaan peserta didiknya.
Melalui proses ini, Bu Umbi menjadi semakin baik dalam memperhatikan kebutuhan peserta
didiknya. Bu Umi juga belajar untuk lebih empati terhadap lingkungan sekitarnya. Ia berlatih
menggunakan 3 pertanyaan empatik saat berinteraksi dengan orang lain. Ketika berinteraksi
dengan koleganya, Bu Umbi juga berusaha untuk mengaplikasikan keterampilan sosial-
emosional yang dipelajarinya. Ia belajar agar saat menghadapi situasi yang tidak nyaman
dalam interaksi bersama rekan kerjanya, ia dapat tetap tenang dan memilih respon yang lebih
positif dengan mereka. Misalnya, pada suatu kesempatan, ia menerapkan strategi, i-message,
untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap suatu hal yang dikatakan rekan kerjanya.
Dari pengalaman tersebut, Bu Umbi pun sampai pada pemikiran bahwa ia perlu juga
membangun kesadaran teman-temannya akan pentingnya mengaplikasikan keterampilan
sosial-emosional baik sebagai individu maupun sebagai pendidik. Ia ingin rekan-rekan
sejawatnya juga menyadari pentingnya keterampilan sosial emosional. Oleh karena itu
mencoba bertemu Kepala Sekolah untuk menyampaikan keresahannya ini. Bu Umbi meminta
izin untuk membicarakan perihal pentingnya keterampilan sosial-emosional ini. Ia lalu
memohon sedikit waktu agar dirinya diperkenankan memimpin sesi latihan atau praktik
mindfulness sederhana yang dapat membantu guru-guru lebih fokus dalam sesi rapat kerja
besok. Dari obrolan informal yang dibawakan Bu Umbi, Kepala Sekolah dapat memahami
Pada keesokan harinya, saat rapat Bu Umbi pun menjalankan rencananya. Ia mengajak rekan-
rekannya melakukan teknik STOP (salah satu teknik jeda untuk melatih fokus) sebelum rapat
dimulai dan kemudian menjelaskan bagaimana teknik tersebut bekerja mempengaruhi sistem
fisiologis yang alami terjadi dalam diri manusia. Bu Umbi pun menjelaskan bahwa latihan fokus
tersebut adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan salah satu
keterampilan sosial emosional, yaitu pengelolaan diri. Bu Umbi berbagi bagaimana latihan ini
membantu bu Umbi dalam melatih fokusnya selama ini.
Rekan-rekan Bu Umbi menunjukkan respon yang berbeda-beda. Ada yang tertarik dan
bertanya lebih lanjut, namun ada pula yang kurang tertarik dan menganggap kegiatan tersebut
hanya akan membuang waktu. Namun demikian, Bu Umbi tidak patah semangat. Ia terus
menyuarakan pentingnya mengembangkan keterampilan sosial emosional ini. Bu Umbi berbagi
berbagai bacaan yang ia dapat kepada rekan-rekannya melalui grup Whatsapp. Ia juga
mengajak rekan-rekannya yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut soal pembelajaran sosial
emosional ini untuk bergabung dalam kelompok diskusi yang bertemu secara rutin untuk
belajar bersama-sama.
Lembar Refleksi
Menjadi teladan
Deskripsi Perilaku: Peta konsep memberikan deskripsi yang jelas tentang perilaku
guru yang menunjukkan keteladanan dalam pembelajaran sosial emosional.
Terus Belajar
Berkolaborasi
Dampak
4.
5.
dst
.
1. Penerapan satu contoh keteladanan baru, satu proses belajar pribadi, dan satu
proses kolaborasi yang dilakukan untuk menguatkan penerapan pembelajaran
sosial emosional di kelas atau sekolah masing-masing.
1. “Keadaan emosi berkelanjutan yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif,
hubungan positif dengan peserta didik dan guru lain, ketahanan, optimalisasi diri,
dan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pengalaman belajar mereka di sekolah.”
Definisi yang disampaikan di atas merupakan definisi dari:
a. Kesejahteraan psikologis peserta didik (student wellbeing)
b. Pembelajaran sosial dan emosional
c. Kesadaran diri
d. Kesadaran sosial
e. Pengelolaan diri
6. Salah satu contoh tindakan yang dapat dilakukan pendidik untuk menjadi teladan
bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan kompetensi sosial emosional adalah:
a. Dengan menerapkan dan kemudian mengartikulasikan strategi yang digunakan
kepada peserta didik ketika pendidik berupaya mengelola emosi saat
menghadapi situasi yang sulit.
7. Mempelajari kompetensi budaya adalah salah satu hal yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kapasitas diri dalam menerapkan kompetensi sosial
emosional. Selain memperluas pengetahuannya tentang budaya orang lain, apa lagi
yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengembangkan kompetensi
budaya bagi dirinya?
a. Mempelajari aspek-aspek budaya orang lain dan mencoba mengikutinya
b. Mengajarkan orang lain tentang budaya kita.
c. Menyelenggarakan kegiatan kebudayaan untuk mempromosikan budaya negara
kita.
d. Mengikuti kegiatan pertukaran pendidik untuk mempelajari budaya orang lain.
e. Membangun kesadaran akan identitas budaya pribadi.
8. Mengapa kolaborasi di antara warga sekolah, seperti peserta didik, guru, dan staf,
dianggap memiliki manfaat signifikan dalam menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung kesejahteraan psikologis?
a. Kolaborasi menciptakan persaingan sehat dan dorongan untuk unggul, karena
melalui interaksi positif antara peserta didik, guru, dan staf, muncul semangat
kompetisi yang sehat di lingkungan belajar
b. Kepercayaan dan saling pengertian yang ditingkatkan melalui kolaborasi
membentuk fondasi yang kokoh dan berkelanjutan untuk kesejahteraan
psikologis individu dan kolektif
c. Menyulitkan komunikasi di antara anggota sekolah, terkadang dapat memperkuat
koneksi emosional yang lebih mendalam dan bersifat otentik.
d. Memperkuat hirarki di antara guru dan peserta didik, dalam beberapa kasus
mendorong kestabilan hierarki yang seimbang dalam lingkungan belajar
9. Dari pernyataan berikut ini, manakah yang menurut Bapak/Ibu merupakan dampak
dari upaya yang dilakukan guru untuk meneladankan kompetensi sosial emosional
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah?
a. Peserta didik dan warga sekolah dapat melihat langsung bagaimana tekanan
yang dihadapi guru dalam kehidupan sehari-hari,
b. Peserta didik dan warga sekolah dapat berkontribusi dalam terciptanya budaya
sekolah yang penuh rasa hormat dan saling peduli antar warga sekolah.
c. Peserta didik dan warga sekolah dapat membedakan mana guru yang sedang
stres dan yang tidak.
d. Peserta didik dan warga sekolah dapat mempromosikan perkembangan sosial
serta psikologis mereka.
e. Peserta didik dan warga sekolah dapat melihat langsung bagaimana
keterampilan sosial dan emosional digunakan dan membantu mengelola
tantangan sosial dan emosional dalam kehidupan sehari-hari.
Bapak/Ibu guru, sekarang ceritakanlah pengalaman Bapak/Ibu secara jujur dalam menerapkan
3 upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial dan emosional (Belajar, Berkolaborasi, dan
Menjadi Teladan) yang sudah Bapak/Ibu lakukan di tahapan Aksi Nyata. Tuliskan apa
peristiwanya (Peristiwa); Bagaimana perasaan Bapak/Ibu (Perasaan); Apa pembelajaran yang
Bapak/Ibu dapatkan (Pembelajaran);dan Apa aksi/tindakan yang akan Bapak/Ibu lakukan
setelah belajar dari
peristiwa ini (Perubahan)?
Bryson, A. M. (n.d.). Practical Ways to Introduce and Broaden the Use of Sel Practices in
Classrooms, Schools, and Workplaces. CASEL.
https://schoolguide.casel.org/uploads/2018/12/CASEL_SEL-3-Signature-
Practices-Playbook-V3.pdf
CASEL. (2021, November 10). 2011–2021: 10 Years of Social and Emotional Learning
in the U.S. School Districts Elements for Long-Term Sustainability of SEL
https://casel.org/cdi-ten-year-report/
CASEL. (2019) SEL 3 Signature Practices Playbook https://casel.org/casel_sel-3-
signature-practices-playbook-v3/
Cefai, Ca., Downes, P., & Cavioni, V. (2021). A formative , inclusive , whole-school and
emotional education in the EU Analytical report. https://doi.org/10.2766/506737
Cipriano, C., et.al, 2023, February 2). Stage 2 Report: The State of the Evidence for
Social and Emotional Learning: A Contemporary Meta-Analysis of Universal
School-Based SEL Interventions. https://doi.org/10.31219/osf.io/mk35u.
De Fraine, B., G. Landeghem, J. Damme, & P. Onghena. (2005). An Analysis of
WellBeing in Secondary School with Multilevel Growth Curve models and
Multilevel Multivariate Models. Quality and Quantity. 39. 297-316.
10.1007/s11135-004-5010-1.
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin, 95(3), 542-575
Engels, N., A. Aelterman, K. Petegem, A. Schepens. (2004). Factors which influence the
well-being of pupils in Flemish secondary schools. Educational Studies, 30(2),
127-143. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Educational Studies. 30. 127-143.
10.1080/0305569032000159787.
Eva Oberle, Kimberly A. Schonert-Reichl, Stress contagion in the classroom? The link
between classroom teacher burnout and morning cortisol in elementary school
students, Social Science & Medicine, Volume 159, 2016, Pages 30-37, ISSN
0277-9536,https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2016.04.031.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953616302052)
https://www.who.int/activities/promoting-well-being [accessed on November 27
2023 at 00.47]
Fraillon, J. (2004). Measuring student well-being in the context of Australian schooling:
Discussion paper. Curriculum Corporation.
https://research.acer.edu.au/well_being/8
Penulis 1
Prof. Dr. Yerimadesi, S. Pd., M.Si, lahir di Situmbuk, 17 September 1974. Memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada tahun 1998 pada Jurusan Kimia IKIP Padang. Gelar
Magister Sains dalam bidang Kimia Fisika diperoleh pada tahun 2001 dari program
pascasarjana Universitas Andalas. Gelar Doktor diperoleh pada tahun 2018 di Program
Studi Ilmu Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Beliau
bertugas sebagai Dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang sejak
tahun 2003 hingga sekarang. Disamping mengajar, beliau pun aktif menulis dan meneliti
terutama di bidang Pendidikan Kimia. Pada tahun 2019, beliau juga sebagai penulis
enam modul hybrid learning bidang studi kimia untuk mahasiswa Pendidikan Profesi
Guru. Berbagai penelitian dan karya tulisnya telah dipublikasikan pada tingkat nasional
dan internasional, diantara karya terbarunya adalah:
1. Yerimadesi, Y., Warlinda, Y. A., Rosanna, D. L., Sakinah, M., Putri, E. J.,
Guspatni, G., Andromeda, A. 2023. Guided Discovery Learning-Based Chemistry
E-Module and Its Effect on Students' Higher-Order Thinking Skills. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia (JPI), 12 (1). Vol 12, No 1, pp: 168-177.
2. Yerimadesi Yerimadesi, Yulia Asri Warlinda, Hardeli Hardeli, Andromeda
AndromedaImplementation of Guided Discovery Learning Model with SETS
Approach Assisted by Chemistry E-Module to Improve Creative Thinking Skills of
Students
Penulis 2
Oscarina Dewi Kusuma, S.Pd., M.Pd. adalah seorang Ibu dengan 2 anak yang meraih
gelar S1 dari jurusan Teknologi Pendidikan IKIP Negeri Jakarta dan kemudian
mendapatkan gelar magister Pendidikan (S2) pada jurusan Administrasi/Manajemen
Pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia. Dewi adalah praktisi pendidikan yang
gemar belajar. Keinginannya untuk terus belajar inilah yang menarik minatnya untuk
mengambil program Advance Certificate for Teaching and Learning di Foundation for
Excellence in Education (FEE). Dewi memegang Certificate IV untuk Life Education
Skills dan telah mengikuti berbagai pelatihan kepemimpinan, mengajar dan
pembelajaran, coaching, dan perlindungan anak, baik di Indonesia maupun negara-
negara lain, yang semuanya berkontribusi pada semakin kuatnya keyakinan dirinya pada
Nomor
Topik 1 Topik 2 Topik 3
Soal
1. B B A
2. C A C
3. C C A
4. B C D
5. E A B
6. A C A
7. A D E
8. E E B
9. C A E
10. A B A