Proposal Novi Ika Sari, (S 1 Keperawatan)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 57

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN

PENCEGAHAN HIPERTENSI TERHADAP POLA MAKAN


YANG TERATUR DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS SUNGAI PIRNG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
NOVI IKA SARI
221014201157

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATRA BARAT


UNIVERSITAS SUMATRA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN
PENCEGAHAN HIPERTENSI TERHADAP POLA MAKAN
YANG TERATUR DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS SUNGAI PIRING

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatra Barat

Oleh :
NOVI IKA SARI
221014201157

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATRA BARAT


UNIVERSITAS SUMATRA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta petunjuk yang melimpah sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Lansia dengan Pencegahan Hipertensi Terhadap Pola Makan Yang
Teratur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023”

Proposal skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera
Barat.Selama penyusunan proposal Skripsi ini dari awal sampai akhir tidak terlepas
dari peran dan dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, HKM selaku ketua Yayasan Pendidikan
Sumatera Barat.
2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE, MM. Selaku Rektor Universitas Sumatera Barat
3. Ibu Ns. Sri Burhani Putri, S. Kep. M. Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Sumatera Barat
4. Ibu Ns. Renty Ahmalia M. Kep. Ka Prodi Profesi Ners Keperawatan
Fakultas Universitas Sumatera Barat
5. Bapak Ns. Hekman Pelani, M. Kep. Selaku dosen pembimbing Skripsi
satu yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk
memberikan bimbingan dan petunjuk yang amat berharga selama
penyusunan ini.
6. Ibu Ns. Hega Valintine, SKM. MKM sebagai pembimbing dua yang telah
memberikan bimbingan, semangat dan dorongan dalam pembuatan skripsi
ini.
7. Segenap Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Sumatera Berat yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua dan serta keluarga tercinta yang telah
memberikan semangat, dan perhatian, mendoakan dan memberikan
dorongan baik moral maupun material pada penulis dalam mempersiapkan
diri untuk menjalani dan melalui semua tahap-tahap dalam penyusunan
Proposal Skripsi ini.
9. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan semangat dan dukungan
yang besar dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” (pembuluh siluman), karena

sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan

atau gejala. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital

seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gelaja akibat hipertensi, seperti pusing,

gangguan penglihatan, dan sakit kepala, sering kali terjadi pada saat hipertensi sudah

lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna (Triyanto,

E, 2014). Kebanyakan orang dengan penyakit hipertensi tidak menyadari masalah ini

karena tidak memiliki gejala dan baru diketahui setelah munculnya komplikasi

(WHO, 2019). Estimasi WHO mengenai prevalensi hipertensi tahun 2014 sebesar

22% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Berdasarkan data tahun 2015

menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia mengalami hipertensi. Jumlah

penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2025 diperkirakan

1,5 miliar orang terkena hipertensi, dan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal

akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019). Dari total penderita hipertensi

secara global, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian

terhadap tekanan darah yang dimiliki (WHO, 2019).


Prevalensi hipertensi di Indonesia diperkirakan akan meningkat setiap tahun.

Hal ini sesuai dengan hasil Riskesdas 2013 pada umur ≥18 tahun sebesar 25.8%

meningkat menjadi 34.1% pada Riskesdas 2018. Demikian juga di Sumatera Utara

prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun juga terjadi peningkatan dari 25,1% pada

Riskesdas 2013 menjadi 29.19% pada hasil Riskesdas 2018. Jika dilihat dari

kelompok umur,kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,32%),

umur 55-64 tahun (55,2%). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan (36,85%) lebih

tinggi dari laki-laki (31,34%).

Hipertensi sering terjadi tanpa adanya gejala, sehingga tekanan darah yang

terlalu tinggi dan tidak terkontrol akan berakibat fatal, maka dari itu perlu dilakukan

pemeriksaan medis secara teratur. Jika hipertensi tidak segera diperiksa atau

ditangani, beberapa penyakit komplikasi akan berkembang (Suprapto, 2014).

Pengetahuan penderita hipertensi tentang pengobatan farmakologis dan non-

farmakologis sangat penting. Meningkatkan pengetahuan pada pasien hipertensi

melalui intervensi pendidikan tentang pengobatan, secara positif mempengaruhi

keyakinan pasien untuk mengendalikan beban penyakit serta banyaknya kematian

akibat kardiovaskular dan penyebab terkait lainnya (Nadeem dkk, 2019).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya. Pengetahuan dan kesadaran pasien

tentang hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol tekanan darah.
Pengetahuan akan mempengaruhi kompetensi perasaan dalam mengatur gejala.

Seseorang yang paham tentang hipertensi dan berbagai penyebabnya maka akan

melakukan tindakan sebaik mungkin agar penyakitnya tidak berlanjut (Notoatmodjo.

2012)

Penyakit hipertensi dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh

masyarakat.Pola hidup sehat dan pola makan sehat merupakan pilihan tepat untuk

menjaga diri terbebas dari hipertensi.Semuanya dilakukan secara terus menerus, tidak

boleh temporer. Sesekali kita lengah menjaga diri dengan tindak mengikuti pola

hidup sehat, dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit lainnya

(Kurniawan, 2019).

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu hipertensi primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau istilah lainnya esensial adalah hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor resiko yang dapat mempengaruhi

hipertensi primer seperti jenis kelamin, usia, genetic, merokok, konsumsi garam,

konsumsi lemak, aktivitas fisik dan obesitas. (Nurhaedah, dalam (Aprillia, 2020).

Pola makan merupakan salah satu faktor resiko utama yang dapat

dimodifikasi dalam penyakit hipertensi. Pola makan yang tinggi akan daging merah

dan olahan, makanan cepat saji, makanan berlemak dan makanan penutup yang manis

(dessert) dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, namun pola diet kaya akan
sayuran, biji-bijian utuh, buah-buahan, daging tanpa lemak terbukti berhubungan

dengan penurunan tekanan darah (Firdaus and Suryaningrat, 2020).

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi usia dewasa pertengahan

(Middle Age). Nafsu makan pada umur 45-59 tahun rentang mengalami penurunan,

karena itu pada usia dewasa pertegahan diupayakan mengkonsumsi makanan sehat

dan bergizi. Bertambahnya usia menyebabkan indera rasa menurun. Masyarakat usia

dewasa pertengahan (Middle Age) memilih makanan atau masakan dengan rasa

sangat manis atau asin. Padahal, penambahan garam berlebihan pada makanan dapat

meningkatkan tekanan darah. Gangguan kesehatan dapat muncul berkaitan dengan

apa yang dimakan. Mereka membutuhkan pengaturan menu yang tepat, seperti

makanan rendah lemak dan rendak garam (Gligorijevic, Robajac and Nedic, 2019).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko hipertensi salah satunya yaitu

pola makan (kebiasaan konsumsi lemak, natrium dan kalium), oleh karena itu, salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi antara lain dengan

melakukan pengaturan pola makan seperti diet rendah garam, pengaturan obesitas.

Pola makan yang sehat dapat berupa pemilihan menu makanan atau menu diet yang

seimbang. Faktor pola makan salah satu dapat dilihat dari tingkat konsumsi natrium

yang berlebihan (Sistikawati, dkk 2021).

Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, penyakit hipertensi

merupakan penyakit 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Sungai Piring. Pada tahun


2022 penderita hipertensi sebanyak 860 orang yang terdiri dari 480 laki-laki dan 380

perempuan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Pencegahan Hipertensi

Terhadap Pola Makan Yang Teratur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring

Tahun 2023 ”.

B. Rumusan maslah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia dengan Pencegahan

Hipertensi Terhadap Pola Makan Yang Teratur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Sungai Pirang Tahun 2023.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia

dengan Pencegahan Hipertensi Terhadap Pola Makan Yang Teratur di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023.


b. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi oleh lansia di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023

c. Untuk mengetahui pola makan yang teratur lansia di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023

d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pola makan yang

teratur lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023.

e. Untuk mengetahui hubungan pencegahan hipertensi dengan pola makan yang

teratur lansia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Bagi penulis dapat menambah wawasan baik pengetahuan maupun keterampilan

dalam melakukan penelitian khususnya tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan

Lansia dengan Pencegahan Hipertensi Terhadap Pola Makan Yang Teratur di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Piring.

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Memberi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan khususnya bagi pelaksanaan

program kesehatan tentang hipertensi.


3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam teori tentang

hipertensi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menjadi sumber informasi dan dapat

dikembangkan pada peneliti-peneliti selanjutnya.

5. Bagi responden

Hasil ini dapat menambah pengetahuan tentang hipertensi dan bagaimana pola

makan yang baik untuk penderita hipertensi.

E. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja UPT Puskesmas

Sungai Piring. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross

sectionalstudy yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Tingkat

Pengetahuan Lansia dengan Pencegahan Hipertensi Terhadap Pola Makan Yang

Teratur di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sungai Pirang. Sampel dalam

penelitian ini lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas

Sungai Pirang yang di peroleh melaui simpel random sampling. Adapun variabel

yang di ukur adalah tingkat pengetahuan, pencegahan dan pola makan. Data yang

dikumpulkan merupakan data primer yang di peroleh dengan cara mengajukan

pernyataan tertutup melalui kuesioner.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan berasal dari kata “ tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat

(menyaksikan, mengalami). Jadi pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui setelah

melihat, mengalami, sesuatu (kamus besar Indonesia).Pengetahuan adalah hasil tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengenderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan adalah unsur yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatdmodjo, 2018).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Roger (2018) dikutip dari

(Notoatdmodjo, 2018) bahwa didalam diri seseorang sebelum menerima sesuatu

obyek terjadi yang utama yaitu :

a. Kesadaran (Awaresnes), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulasi.

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulasi (obyek) tersebut.


c. Menimbang- nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut

bagi dirinya.

d. Mencoba (Trial), orang telah mulai mencoba berperilaku baru.

e. Menerima (Adoption), subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikap terhadap stimulasi.

Pengetahuan didefinisikan sebagai salah satu yang di ketahui, pengetahuan

terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang akan memungkinkan seseorang dapat

memahami segala sesuatu yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari

pengalaman langsung atau dari orang lain yang sampai kepada seseorang.

(Notoedmodjo, 2018).

Seperti penerapan pengetahuan tentang hal yang berkaitan dengan masalah

kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialami.Oleh karena gangguan

kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu kelompok tertentu, maka setiap orang

didalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam

gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.

2. Tingkat pengetahuan

Bertujuan untuk mengelompokan tingkah laku suatu masyarakat atau individu

yang diinginan, bagaimana individu itu berfikir, berbuat sebagai hasil suatu unit

pengetahuan yang telah diberikan. Adapun tingkat pengetahuan tersebut adalah :


a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang telah

diterima.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kala kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang yang dipelajari

antara lain mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagaibagian dari suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek dan diketahui dan dapat menginterpestasikan materi

tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan

meramalkan terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau gangguan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dalam konteks atau situasi yang lain.


d. Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu strutur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedahkan,

mengelompokan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syentesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan untuk meletakkan

suatu bentuk keseluruhan yang baru.dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun, formulasi baru misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meningkatkan, dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian dari suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang telah ada.

3. Factor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2018) ada beberapa factor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:
a. Factor internal

1) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2018), usia adalah umur individu

yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Hurlok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan jadi sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju arah cita-cita tertentu yang yang menentukan manusia untuk

membuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB

Mantra yang dikutip Notoadmojo (2018), pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2017) pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.


3) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Notoadmodjo (2018), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafka yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktubekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan

bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengtahuan, hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 2018).

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Notoatmodjo (2018)


Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembamgan dan perilaku orang atau

kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap

dalam menerima informasi.Sosial budaya mempunyai pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam

hubungannya dengan orang lain seseorang mengalami suatu proses belajar dan

memperoleh suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2018).

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo cara memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang

sejarah, dapat dekelompokan menjadi dua yaitu :

a. Cara tradisional

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain:

1) Cara coba-coba

Ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinantersebut tidak berhasil

dicoba kemungkinan yang lama.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas tradisi otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan.


3) Berdasarkan pengalaman

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengelaman yang diproleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu

(Notoadmodjo, 2018).

b. Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuan.

1) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah, cara ini tersebut dengan metode penelitian ilmiah

atau lebih populer lagi metodologi penelitian (Notoatmodjo, 2018).

5. Mengukur pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2018) pengetahuan dapat dibagi menjadi dua tingkat

yaitu : tinggi dan rendah, sesuai dengan kriteri tingkat pengetahuan yaitu :

Tinggi : Jika pertanyaan dijawab dengan benar > 50 %

Rendah : jika pertanyaan dijawab dengan benar <50 %

6. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau

responden. Keadaan pengetahuanya itu :


a. Melalui pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal maupun pendidikan non

formal.Pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal yaitu melalui bangku

sekolah dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi sedangkan pengetahuan

dari pendidikan non formal yaitu misalnya melalui kursus pelatihan dan seminar.

b. Melalui media cetak dan elektronik

Semakin majunya teknologi, banyak informasi yang disebarkan melalui media

massa. Seseorang bisa memoeroleh pengetahuan dari Koran, majalah, radio,

televisi dan media lainnya.

c. Petugas kesehatan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kesehatan jg dapat diperoleh

langsung melalui petugas kesehatan. Proses ini umumnya dilakukan dengan

bertanya langsung pada petugas kesehatan maupun mengikuti kegiatan promosi

kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan seperti mengikuti kegiatan

penyuluhan kesehatan.

d. Melalui teman

Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga bisa diperoleh temannya. Merasakan

manfaat dari suatu ide bagi dirinya maka seeorang akan menyebarkan ide tersebut

pada orang lain.


B. Lansia

1. Pengertian Lansia

Menurut WHO (2012) lansia secara perlahan akan mengalami

penurunan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan normalnya,

sehingga lansia sering beresiko terserang penyakit. Penurunan daya tahan

tubuh lansia akibat dari faktor usia maka dari itu lansia mudah terserang

infeksi dan gangguan dari luar. Menjadi tua adalah dimana proses hilangnya

kemampuan jaringan secara perlahan untuk menganti dan mempertahnkan fungsi

normalnya sehingga usia –usia itu rentan sekali terhada infeksi (Mujahidullah

2012).

2. Batasan usia lanjut

a. Menurut ( Al amin 2017)

Kelompok usia lanjut adalah kelompok yang berusia 60 tahun keatas

penggolongan usia lanjut ada 3 yaitu ,

1) Kelompok lansia dini (45 sampai < 60 tahun) merupakan kelompok

yang baru memasuki lansia atau pralansia .

2) Kelompok lansia (60-70 tahun )

3) Kelompok yang beresiko tinggi yaitu lansia yang lebih berusia 70 tahun

b. Menurut WHO ( 2013 )

Pembagian usia menjadi empat bagian yaitu


1) Usia pertengahan (middle age) 45- 54 tahun ;

2) Lansia (erdly) 55-65 tahun

3) Lansia muda ( young old ) 66-74 tahun

4) Lansia tua (o l d ) (75-90)

C. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan

tubuh. (Kaplan, 2012). Berdasarkan beberapa teori, yang dimaksud dengan hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas

normal. Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah secara tetap khususnya, tekanan diastoliknya melebihi 90 mmHg dan

sistolik lebih dari 140 mmHg (Wade, 2016). Tekanan maksimal arteri berhubungan

dengan kontraksi ventrikel kiri yang disebut tekanan sistolik. Tekanan minimal, yang

terjadi saat jantung berada pada kondisi relaksasi maksimal disebut tekanan diastolik

2. Etiologi Hipertensi

Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain :

a. Kelelahan

b. Keturunan
c. Stress

d. Proses Penuaan

e. Diet yang tidak seimbang

f. Sosial Budaya.

Tekanan darah tinggi berkepanjangan bisa merusak sistem kardiovaskular

jantung dan pembuluh darah. System ini ibarat sebuah pohon. Arteri terbesar aorta

adalah batangnya. Aorta membawa darah dari jantung untuk diangkut oleh cabang

arteri ke seluruh bagian tubuh. Dinding arteriol normalnya lentur, tetapi pada tekanan

darah tinggi yang berkepanjangan, dinding tersebut mengeras dan kehilangan

kelenturannya. Kondisi ini bisa terjadi secara alami seiring bertambahnya usia.

Namun, tekanan darah tinggi mempercepat proses tersebut. Untuk mengatasi

pengerasan dinding ini, jantung memompa lebih keras, dan seiring waktu, kehilangan

kemampuannya untuk mengimbangi tuntutan yang terus meningkat. Pengerasan arteri

juga meningkatkan kemungkinan gangguan bekuan darah terhadap aliran darah

normal ke jantung, otak, ginjal, atau organ lain. Akibatnya, salah satu komplikasi

yang melumpuhkan dan seringkali mematikan dari tekanan darah tinggi serangan

jantung, stroke, atau gagal ginjal (Wade, 2016).


3. Faktor Resiko Hipertensi

Para ahli membagi dua kelompok faktor risiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu

yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol yaitu :

1) Faktor yang tidak dapat dikontrol

Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain sebagai berikut :

a. Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi

di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua

orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga

banyak dijumpai pada penderita yang kembar onozigot (satu telur) apabila

salah satunya menderita hipertensi. Dugaan menyokong bahwa faktor

genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.

b. Jenis kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dari pada perempuan.

Hal itu kemungkinan kaum laki-laki banyak memiliki faktor pendorong

terjadinya hipertensi seperti stress, kelelahan, dan makan tidak terkontrol,

adapun hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa

menopause (sekitar 45 tahun).


c. Umur

Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31 tahun

sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause) (Wade,

2016).

2) Faktor yang dikontrol

Beberapa faktor yang dapat dikontrol antara lain sebagai berikut :

a. Kegemukan

Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

hipertensi. Telah dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat

dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat

dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi

penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi

volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal

b. Konsumsi garam berlebih

Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan

dengan sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Sebaiknya hindari

pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan.hal itu tidak

berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalam makanan.

Namun, sebaiknya penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.


c. Kurang olahraga

Olahraga isotonic seperti bersepeda, jogging dan aerobik yang teratur

dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan

darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung

mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah

obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan

keluar dari dalam tubuh bersama keringat.

d. Merokok dan konsumsi alkohol

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang

dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu,

nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding

pembuluh darah. Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi

karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang dalam jumlah

besar dapat memicu kenaikan tekanan darah (Wade, 2016)

4. Patofisiologi

Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan

perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya

terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini

disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos


pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan

dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa

penebelan tunika interna dan hipertropi tunika medika. Dengan adanya hipertropi

dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi

sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya

sclerosis koroner.

5. Tanda dan Gejala

a. Sakit Kepala

b. Mual Muntah

c. Vertigo

d. Kesemutan pada kaki dan tangan

e. Perubahan Penglihatan

f. Pola Makan

g. Sesak nafas

h. Nyeri dada

6. Pencegahan

a. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain : tekanan darah di atas rata-rata, adanya

hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardia, obesitas dan

konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk :


a) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak

terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.

b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c) Mengubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d) Melakukan olahraga untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan Sekunder

a) Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa :

1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer

2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara

normal dan stabil mungkin.

3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemic yang lain harus

dikontrol.

4) Batasi aktivitas (Mujahidullah, 2012).

D. Pola Makan

1. Pengertian Pola Makan

Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi keadaan

gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman
yang dikonsumsi akan mempengaruhi gizi sehingga akan mempengaruhi

kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk

pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak,

serta seluruh kelompok umur (Permenkes RI No.14 dalam Kadir, 2019).

Pola makan adalah menu makanan yang dimakan sehari-hari. Pola makan

yang sehat tercemin pada pemilihan menu makanan atau menu diet yang

seimbang (Sistikawati, dkk 2021).

Sedangkan menurut (Hidayat dalam Anisah and Soleha, 2018), pola makan

yaitu perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang meliputi

sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan dan pemilihan

makanan.

Faktor makanan yang merupakan penentu dari tingginya tekanan darah adalah

kelebihan lemak dalam tubuh, intake garam yang tinggi dan konsumsi alkohol yang

berlebihan, sedangkan salah satu faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan yaitu

usia. Seiring dengan bertambahnya usia, tekanan darah sistolik biasanya menurun,

akan tetapi tekanan darah diastolic umumnya meningkat (Permenkes RI No.14

dalam Kadir, 2019)

a. Faktor Gizi

Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang

akan merawat manula merupakan pencegahan yang amat penting. Direktorat Bina
Gizi Masyarakat Depkes RI (2010) telah membuat buku petunjuk menyusun

menu bagi usia lanjut yang isinya dapat disaring sebagai berikut :

1) Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan

yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari Hidrat

Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayur-sayuran, kacang-

kacangan, biji-bijian).

3) Jumlah lemak dalam makanan dibatasi yang 25-30% dari total kalori

4) Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori

5) Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber

pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang

bertahap.

6) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium seperti susu nonfat,

yoghurt, ikan

7) Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar seperti kacang-

kacangan, hati, daging, bayam atau sayuran hijau)

8) Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung

garam seperti adanya monosodium glutamate, sodium bikarbonat, sodium

citrate.

9) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang

segar dan mudah dicerna.


10) Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.

11) Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.

12) Menciptakan pola makan yang baik untuk kemudian bersahabat dengannya.

Menciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan dengan jalan

membuat makanan semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan selera.

Jika perlu ajak orang lain makan bersama.

b. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Banyaknya tiap-tiap zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan sehari-

hari untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, berat badan, aktifitas fisik, dan keadaan fisik dan keadaan fisiologis.

Angka kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan

seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat.

Rincian Anjuran Kecukupan Zat Gizi bagi Lansia

a) Kebutuhan energi akan mulai menurun pada usia 40-49 tahun sekitar 5%, dan

pada usia 50-69% tahun menurun 10%, sehingga jumlah makanan yang

dikonsumsi berkurang. Oleh karena itu, sebaiknya lansia mengkonsumsi jenis

karbohidrat kompleks 60-65% karena banyak mengandung vitamin, mineral,

dan serat.

b) Sebaiknya lansia mengkonsumsi lemak nabati daripada lemak hewani, untuk

mencegah penumpukan lemak tubuh.


c) Tingkatkan asupan makanan sumber vitamin A,D, dan E untuk mencegah

penyakit degenerative, serta vitamin B12, asam folat, vitamin B1 dan vitamin

C.

d) Tingkatkan asupan zat gizi mikro : fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), dan

magnesium (Mg) untuk metabolism dalam tubuh.

e) Perbanyak minum air putih minimal 8 gelas per hari untuk melancarkan

proses metabolism tubuh.

c. Kiat Sehat Lansia

Berikut ini diberikan sejumlah kiat untuk mencapai lansia yang sehat.

a) Buatlah masakan dengan bumbu yang tidak merangsang seperti pedas atau

asam karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.

b) Kurangilah pemakaian garam yaitu tidak lebih dari 4 gram per hari, hal ini

ditujukan untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi.

c) Kurangilah asupan santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol

darah tidak naik, karena santan kelapa dan daging berlemak mengandung

kolesterol yang tinggi.

d) Perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang berkalsium tinggi seperti susu

dan ikan, karena pada lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause sangat

perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi keropos tulang

e) Perbanyak mengkonsumsi makanan berserat dan sayuran mentah agar

pencernaan lancer dan tidak sembelit.


f) Kurangilah mengkonsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat

tinggi agar gula darahnya normal, khususnya bagi penderita kencing manis

supaya tidak terjadi komplikasi lain.

g) Buatlah masakan agar lunak dan mudah dikunyah, sehingga kesehatan gigi

terjaga.

2. Indikator Pola Makan

Menurut (Anisah and Soleha, 2018) indikator pola makan dibagi menjadi jenis

makanan, frekuensi makanan dan porsi makanan.

a. Jenis makanan

Jenis makanan yaitu makanan yang dimakan setiap hari dan menjadi makanan

utama. Jenis makanan terdiri dari lauk, sayur-sayuran dan buah untuk di

konsumsi. Beberapa bahan makanan yang di makan, dicerna, diserap dan akan

menghasilkan satu macam nutrien menurut (Anisah and Soleha, 2018).

Sedangkan menurut Andry, Saryono dan Arif Setyo Upoyo dalam

(Karuniawati, 2018) menjelaskan jenis makanan yang bersumber dari hewani

mempunyai kandungan yang tinggi akan purin seperti jeroan (hati, limpa,

babat), ternak (daging sapi, daging kambing, dan daging kuda), dalam bentuk

olahan (kornet, sarden, keju dan dendeng), unggas (daging ayam, daging

bebek, kalkun, dan daging angsa), dan seafood (kepiting, udang, dan kerang).

Makanan yang mengandung garam yang tinggi seperti ikan asin, makanan

awetan (kornet, sosis) dan sayur asin bisa mengakibatkan terjadinya


hipertensi. Untuk mencegah terjadinya hipertensi dengan melakukan pola

makan rendah garam. Pola makan rendah garam ini dapat dilakukan dengan

mengurangi jumlah garam dalam masakan.

Ada tiga tingkat diet rendah garam berdasarkan jumlah garam yang

dikonsumsi dalam sehari-hari.

Tabel 2.1
Tingkat diet rendah garam berdasarkan jumlah garam yang dikonsumsi dalam
sehari-hari.

Diet Porsi (g/hari) Kandungan Na

Diet rendah garam 1 Tidak ditambah garam 200 – 400


dapur
Diet rendah garam 2 600 – 800
Diet rendah garam 3 1.000 – 1.200

Sumber : Instalasi Gizi Perjalanan Dr. RS Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi

Dietisen Indonesi, 2014

Tabel 2.2
Jenis-jenis Makanan Hipertensi

Sumber Bahan Makanan yang diperbolehkan Makanan yang tidak


Makanan diperbolehkan

Protein nabati Tahu tempe, kacang hijau, Keju, kacang asin, tauco,
kacang kedelai, kacang tolo, tahu asin
kacang tanah, kacang kapri,
dan kacang lain yang segar
Lemak Santen encer, minyak mentega Mentega, margarine,
tanpa garam lemak hewan
Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang diawetkan
dan sayuran dalam kaleng
Ada beberapa makanan yang dianjurkan dan makanan yang tidak dianjurkan untuk

hipertensi menurut DASH :

Tabel 2.3
Makanan Yang Dianjurkan Untuk Hipertensi

Zat Gizi Bahan Makanan

Kalium Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel, pisang, jeruk,


anggur, manga,melon, stroberi, semangka, nanas, susu, dan
youghurt.

Kalsium Tempe, tahu, sarden, bandeng presto, ikan teri, kacang-


kacangan, susu, yogurt, dan keju rendah lemak

Magnesium Beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel,


sayuran berwarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan, seafood,
dan daging ayam tanpa kulit

Serat Beras merah, roti, whole, wheat, oats, kacang-kacangan,


sayuran, kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing.

Protein Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan, daging ayam tanpa


kulit,susu, yogurt, dan keju rendah lemak

Lainnya Bawang Putih, seledri, lalapan hijau.


Tabel 2.4
Makanan Yang Tidak Dianjurkan Untuk Hipertensi

Zat Gizi Bahan Makanan

Mineral Garam meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis,
tauco, MSG, soda kue/baking powder, pengawet makanan
yang mengandung benzoate, dan pemanis buatan yang
mengandung natrium siklamat

Glukosa Sirup, cake, soft drink, dan permen

Lemak jenuh Gajuh, daging berlemak, mentega, margarin, santan kental,


gulai, gorengan dari minyak bekas, makanan yang digoreng
berulang kali, dan makanan yang digoreng dengan suhu
tinggi (berlemak trans)

Kolesterol Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan daging berlemak


.
Lainnya Kopi, soda, minuman beralkohol

3. Frekuensi makan

Frekuensi makan dilakukan dengan cara mengatur jadwal makan (makan

pagi, makan siang, makan malam). Sarapan pagi dilakukan setiap pagi hari.

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dilakukan sebelum

memulai aktivitas sehari-hari. Tubuh membutuhkan sarapan untuk mengisi

lambung yang kosong selama 8-10 jam dan mempunyai manfaat untuk

meningkatkan konsentrasi dan kemampuan fisik. Untuk pemilihan menu perlu

diperhatian kandungan karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang cukup untuk

proses penyerapan gizi (Banowati and Adiyaksa, 2020).


4. Porsi Makan

Menurut Word Helth Organization (WHO) porsi makanan yang baik

mengkonsumsi buah dan sayur 400 gram per hari. Menurut American Heart

Association porsi makan 50% atau 4,5 mangkok dari berbgai jenis buah dan sayur

per hari. Menurut Kementrian Kesehatan melalui Pedoman Gizi Seimbang

konsumsi 3-5 porsi sayur dan 2-3 porsi buah per hari (Teologi et al., 2021).

Tabel 2.2
Kandungan Natrium Beberapa Bahan Makanan (mg/100)

Bahan Makanan Kandungan Bahan Makanan Kandungan


Natrium (mg) Natrium (mg)
Daging sapi 93 Bihun goreng 928
instan
Hati sapi 110 Mentega 780
Ginjal sapi 200 Margarin 950
Telur bebek 191 Roti coklat 500
Ikan ekor kunis 59 Roti putih 530
Sarden 131 Jambu monyet 26
Udang segar 185 Pisang 18
Teri kering 885 Mangga manalagi 70
Susu sapi 36 Teh 50
Cakalang 230 Ragi 610

Sumber : Tabel komposisi pangan Indonesia, 2013


Tabel 2.3
Kandungan makanan tinggi lemak

Bahan Makanan Berat URT

Ayam dengan kulit 55 gr 1 ptg sdg

Bebek 45 gr 1 ptg sdg

Corned beef 45 gr 3 sdm

Daging babi 50 gr 1 ptg sdg

Kuning telur 45 gr 4 btr

Ayam 50 gr ½ ptg

Sosis 50 gr ½ ptg sdg

5. Faktor yang mempengaruhi pola makan

Pola makan terbentuk karena kebiasaan makan seseorang. Pola makan

menunjukkan salah satu masalah serius yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari

dan mengganggu kesehatan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

yaitu usia, pendidikan, budaya, lingkungan, faktor ekonomi, dan agama (Anisah and

Soleha, 2018).

a. Usia

Pola makan pada dapat mempengaruhi usia seperti, porsi makan pada usia balita

akan berbeda dengan porsi makan pada usia dewasa. Semakin bertambahnya usia
kebutuhan makan atau kebutuhan gizi manusia akan lebih rendah untuk tiap

kilogram berat badan pada usia.

b. Pendidikan

Faktor pendidikan pada pola makan menjadi salah satu pengetahuan yang dapat

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan gizi.

c. Budaya

Faktor budaya merupakan faktor yang mempengaruhi jenis makanan yang akan di

konsumsi. Perkembangan zaman akan terus menerus merubah pola makan dan

konsumsi makanan. Kebudayaan di masyarakat memiliki cara yang berbeda untuk

mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. Dalam budaya mempunyai cara

sendiri untuk membentuk macam-macam pola makan seperti bagaimana

pengolahannya, persiapan, penyajian dan cara untuk dimakan.

d. Lingkungan

Faktor lingkungan dalam pola makan dapat mempengaruhi terhadap pembentukan

perilaku makan, lingkungan yang mendukung seperti keluarga, adanya promosi,

media elektronik dan media cetak.

e. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi dapat mempengaruhi pola makan, jenis makanan dan kualitas

makanan. Pendapatan yang tinggi dapat menarik daya beli makanan seperti

makanan cepat saji, tinggi natrium, daging, sayuran dan buah-buahan yang mahal.
Sedangkan untuk yang pendapatan rendah kurang mampu untuk membeli

makanan-makanan yang mahal. Semakin tinggi pendapatan pada masyarakat

dapat menyebabkan perubahan pada pola makan.

f. Agama

Agama memiliki cara dan bentuk untuk memulai makan dan minum dengan baik

dan benar. Seperti sebelum dan sesudah makan diawali dengan berdoa, makan

menggunakan tangan kanan. Setiap agama mempunyai aturan yang berbeda

dalam berbagai aspek kehidupan.

6. Pola makan sehat

Menurut (Nurauliani, dkk 2019) makanan sehat yaitu makanan yang

sesungguhnya bisa dinikmati. Makanan sehat atau makanan utama yang biasa

dikenal dengan istilah 4 sehat 5 sempurna. Makanan 4 sehat terdiri dari makanan

pokok, sayur, buah, dan lauk, sedangkan 5 sempurna yaitu susu yang merupakan

tambahan nutrisi. Dengan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi

garam secara berlebihan, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok

dapat meminimalisir terjadinya kejadian hipertensi.

Menurut (Suarni, 2017) pola makan sehat adalah cara atau usaha dalam

pengaturan jumlah makanan dan jenis makanan seperti mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, dan mencegah terjadinya penyakit.


Menurut (Gizi Dalam Kehidupan, 2017) makanan yang sehat diatur dalam

jumlah makan seperti daging ayam 50 gr (1 potong), daging sapi 35gr (1 potong),

telur ayam 55gr (1 butir), kuning telur 45gr (4 butir), otak 56gr (1 potong besar),

udang 35gr (4 ekor sedang), hati sapi 35gr (1 potong sedang), ayam dengan kulit

55gr (1 potong sedang), ayam tanpa kulit 40gr (1 potong sedang), mie instan 80gr

(1 bungkus), sarden 150gr (1 kaleng), sosis 50gr (1/2 potong sedang), roti tawar

30gr ( 2 potong/iris), biskuit 20gr (2 potong), garam 15gr (3 sdt), msg 3gr (1 sdt),

kecap 14gr (1 sdm).

7. Pola makan tidak sehat

Pola makan yang tidak sehat adalah kebiasaan makan yang tidak teratur,

sering terlaambat untuk makan, menyukai makanan pedas, mudah tertarik pada

produk makanan yang baru dan suka mengkonsumsi makanan cepat saji, padahal

makan tersebut belum tentu memiliki kandungan gizi yang baik (Y.f diliyana,

2020).

Pola makan yang tidak sehat bagi penderita hipertensi yang perlu di

hindari yaitu makanan yang berkadar lemak tinggi, makanan yang diolah

menggunakan garam yang tinggi, makanan dan minuman olahan dalam kaleng,

makanan yang diawetkan, dan makanan penutup yang manis (Firdaus and

Suryaningrat, 2020).
E. Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan mendukung penelitian

ini di antaranya yaitu :

1. Nur Azmi (2021) Hubungan Pengetahuan Dan Kebiasaan Makan Dengan

Kejadian Hipertensi Di Poskesdes Juku Eja Kusan Hilir Kabupaten Tanah

Bumbu TAHUN 2021 Hasil penelitian menunjukkan :Responden yang paling

banyak yaitu dengan kategori hipertensi sebanyak 28 orang

(52,8%),Responden dengan pengetahuan yang paling banyak yaitu dengan

kategori Cukup sebanyak 28 orang (52,8%),Responden dengan kebiasaan

makan yang paling banyak yaitu yang masuk dalam kategori baik sebanyak 31

orang (58,5%),Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kejadian Hipertensi di Poskesdes juku Eja Tahun 2021 (0,000 < 0,005)dan

Ada hubungan yang signifikan antara Kebiasaan Makan terhadap kejadian

Hipertensi di Poskesdes juku Eja Tahun 2021(0,000 < 0,005)

2. Ruth Ayu Wulandari (2015) “Gaya Hidup, Konsumsi Pangan, Dan

Hubungannya Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Anggota Posbindu” Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek (64,1%) mempunyai

hipertensi. Tidak terdapat hubungan yang signifkan antara gaya hidup

(merokok, konsumsi kopi, dan olahraga) dengan tekanan darah (p>0,05).

Terdapat hubungan signifkan negatif antara pangan pencegah (brokoli dan biji
bunga matahari) dan pangan pemicu (crackers dan ikan asin) dengan tekanan

darah sistolik (p<0,05). Terdapat hubungan signifkan positif antara pangan

pemicu (ikan pindang) dengan tekanandarah sistolik (p<0,05).

3. Isiqamah (2021) hubungan pengetahuan dan pola makan dengan kejadian

hipertensi pada pra lansia Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Marabahan

Kabupaten Barito Kuala Tahun 2021 Hasil dari penelitian ini di ketahui

bahwa sebagian besar responden mengalami hipertensi sebanyak 51,8%

responden, sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak

49,4% responden, sebagian besar responden memiliki pola makan kurang baik

sebanyak 54,1% responden. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Chi

Square, ada hubungan pengetahuan (p-value = 0,001) dan pola makan (p-

value = 0,001) dengan kejadian hipertensi.


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu kerangka berfikir yang

menghubungkan teori dengan berbagai faktor yang mempengaruhi atau

menghubungkan variabel bebas (Independen) dengan variabel terikat (Dependen).

Variabel tingkat pengetahuan dan pencegahan adalah sebagai variabel independen

yang mempengaruhi sedangkan variabel pola makan merupakan variabel dependen

atau variabel yang dipengaruhi

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan

Pola Makan

Pencegahan
B. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional
1. Pengetahuan Pernyataan tentang Kuesioner Ordinal Kurang baik <
penderita pengetahuan 50%
hipertensi responden terhadap Baik > 50%
defenisi, etiologi,
dan pencegahan
hipertensi.

2. Upaya Pernyataan tentang Kueisoner Ordinal Tidak dilakukan


pencegahan perlakuan < mean
hipertensi responden untuk Dilakukan >
mencegah mean
hipertensi

3 Pola Makan Pola makan Kueisoner Ordinal Buruk < mean


merupakan susunan
makanan yang biasa Baik > mean
dimakan terdiri dari (Sirajuddin,
jenis makanan, Sumati, dan Astuti,
frekuensi dan porsi 2018).
makanan yang
dikonsumsi oleh
seseorang dalam
jangka waktu
tertentu

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan fakta-fakta, rumusan tujuan dan rumusan masalah yang sudah

ada maka di dapatkan lah hasil hipotesis penelitian ini adalah

Ha : ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pola makan

Ha : ada hubungan pencegahan hipertensi dengan pola makan


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain

penelitian yang digunakan adalah corss sectional yaitu variabel independen yang

dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoadmojo, 2018)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus 2023 di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Sungai Piring Tahun 2023.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoadmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang datang

berkunjung ke Posyandu Lansia Sungai Pirang Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Piring sebanyak 558 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,2018).


N
n= 2
1+ N (d)

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d2 = presisi yang ditetapkan 0,12 = 0,01

jadi jumlah sampel yang didapatkan yaitu :

N
n= 2
1+ N ( d )

n = 558

1+558(0,01)
n = 84,8 = 85

Dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Bersedia menjadi responden dan mengisi informet cosent.

b. Berada di tempat pada waktu penelitian

c. Dapat berkomunasi dengan baik

d. Lansia yang menderita hipertensi.

Dengan kriteria eksklusi sebagai berikut :


a. Pasien yang tidak keoperatif

D. Jenis dan Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data dan penelitian ini, terdiri dari dua jenis data yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah di peroleh langsung dari responden

dengan mengisi kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lapangan dimana dilakukan

peneitian, data skunder di peroleh dari Sungai Pirang.

E. Pengolah Data

Pengolah data dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1. Memeriksa Data (Editing)

Editing adalah memeriksa kelengkapan data meliputi nama, umur, jenis

kelamin berdasarkan kuesioner.

2. Mengkode Data (Coding)

Memberikan kode pada setiap lembar kuesioner sesuai dengan nomor urut

responden untuk memudahkan pengolahan data.


3. Memasukkan Data (Entri)

Memindahkan hasil lembar kuesioner ke dalam master tabel dengan cara

memasukkan no responden, inisial, umur, jenis kelamin.

4. Membersihkan Data (Cleaning)

Melakukan pengecekan ulang ke lembar kuesioner.

F. Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis bivariate.Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berkolerasi atau berhubungan.(Notoadmojo, 2018).

1. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Pada

umumnya pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel (Notoadmodjo, 2018),

2. Analisa bivariate

Analisa bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi (Notoadmodjo, 2018).Yaitu hubungan tingkat pengetahuan lansia

dengan pencegahan hipertensi terhadap pola makan yang teratur. Untuk


mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikan atau tidak dengan

kemaknaan 0,05 dengan menggunakan Uji Chi-Square dengan sofewere SPSS.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2020). Psikologi Keluarga Penderita Gangguan Jiwa.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Ambari, P.K. M. (2018). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Keberfungsian Sosial Pada Pasien Skizofrenia Pasca Perawatan di Rumah
Sakit. Naskah Publikasi.

Aaziz Alimul Hidayat 2017. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta, Salemba Medika.

Asmila 2011. Dukungan Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Pasien


Skizofernia di RSJ Aceh. Jurnal

Bintoro, D. (2017). Manajemen Penilaian Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gava


Media.

Boeree, C. George. (2013). General Phsychology: Psikologi Kepribadian, Presepsi,


kognisi, Emosi, dan Perilaku. Yogyakarta.

Chandra, V. (2019).Health and behavior advisor.WHO-Shouth East Asia Region


(SEAR).Regional health forum.Volume 5.Number 1. New Delhi.

Dalami.(2015). Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Ilmu Kedokteran FK-Unika


Admajaya.
Damayanti, R. (2015). Pengaruh Motivasi Kerja Karyawan terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan CV. Bening Natural Furniture di Semarang. Naskah
Publikasi.

Dharma.(2020). Produktivitas dan Pengukuran. Jakarta: LP3S. Djamaludin.(2010).


Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Faktor-Faktor Pendukung Pemulihan Pada
Penderita Gangguan Bipolar. Naskah Publikasi.

Fithriyah, I. (2018). Empowering Self Esteem Orang Dengan Gangguan Jiwa melalui
Griya Mandiri sebagai Program Rehabilitasi Sosial. Surabaya.

Friedman, Marilyn M. 2013. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 5,


Jakarta: EGC.

Friedman. (2017). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Hartanto, D. (2014). Gambaran Sikap dan Dukungan terhadap Keluarga

Hasibuan, M. S. P. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).

Jakarta. Salemba Medika. Eni, K. Y.& Herdiyanto, Y. K. (2018).Dukungan Sosial


Keluarga Terhadap Pemulihan Orang Dengan Skizofrenia (ODS) di Bali.

Jurnal Psikologi Udayana, 5(3), 486-499. Fauziah, N. N. (2018). Penderita Gangguan


Jiwa di Kecamatan Kartasura. Naskah Publikasi.

Kurniawan 2018. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan


Pasien Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
Jurnal

Nursalam. 2018. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Edisi 2.
Jakarta, Salemba Medika.
Rasmun.2019. Keperawatan Keluarga Medikal Psikiatri dengan Keluarga. CV.
Sagung Seto. Jakarta.

Syafyu f. (2017).Dukungan keluarga dengan kekambuhan pada pasien


Skizofrenia.Sumbar : Balitbang Sumatera Barat

Sugiono 2018.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta

Suliswati. 2015. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit Buku Ajar
Kedokteran EGC. Jakarta.

Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Ajar Kedokteran EGC.
Jakarta.

Stuart, Sundeen. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.EGC. Jakarta.

Vadebeck, Sheila C. 2018. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku

Ajar Kedokteran EGC.Jakarta .

Williams, Lippinactt. 20018. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Ajar
Kedokteran EGC. Jakarta.
Lampiran 1

KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN
PENCEGAHAN HIPERTENSI TERHADAP POLA MAKAN
YANG TERATUR DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS SUNGAI PIRING
TAHUN 2023

Petunjuk pengisian

Isilah data berikut ini dengan benar :

1. Nama (Inisial) :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

A. Pengetahuan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda !

No Pertanyaan Benar Salah


Hipertensi dan darah tinggi punya arti yang sama
Pusing, susah tidur dan mata berkunang-kunang itu
merupakan gejala dari hipertensi
Merokok dan minum-minuman beralkohol merupakan
faktor mendorong terjadinya hipertensi
Penderita hipertensi tidak diperbolehkan mengkonsumsi
daging kambing
Penderita hipertensi perlu mengurangi konsumsi garam
Buah semangka, melon dan mentimun adalah buah yang
dapat menurunkan hipertensi
Buah nanas dan durian adalah buah yang harus dihindari
oleh penderita hipertensi
Orang yang mengalami obesitas (kegemukan) berisiko
tinggi terserang penyakit hipertensi
Melakukan olah raga secara teratur merupakan salah
satu upaya untuk mengendalikan hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan darah yang tidak
menetap.

B. Pencegahan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda !

No Pernyataan Dilakukan Tidak


Dilakukan
1 Saya mengatur porsi makan setiap hari
2 Saya berolahraga rutin dan teratur
3 Saya melakukan pemeriksaan rutin terhadap
tekanan
darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat
4 Saya mengurangi makanan yang mengandung
garam
tinggi
5 Saya tidak merokok
6 Saya mengontrol emosi saya jika sedang
marah/banyak
pikiran
7 Saya selalu mengontrol tekanan darah setiap
bulannya
8 Saya tidak mengkonsumsi minuman keras
9 Saya tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi seperti daging
merah dan gorengan
10 Saya mnegkonsumsi buah-buahan yang bisa
menurunkan
tekanan darah

C. Pola makan
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda !

No Pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1 Saya mengkonsumsi
makanan yang banyak
mengandung garam (15
gram atau 3 sendok
teh)
2 Saya mengkonsumsi
makanan yang
mengandung MSG
(micin) (3 gram atau 1
sendok teh)
3 Saya mengkonsumsi
makanan dengan
campuran atau olahan
kecap asin (14 gram
atau 1 sdm)
4 Saya mengkonsumsi
ikan asin (1000mg atau
1 potong sedang)
5 Saya mengkonsumsi
ikan teri kering
(15gram atau 1sdm)
6 Saya mengkonsumsi
olahan daging sapi (35
gram atau 1 potong)

7 Saya mengkonsumsi
olahan daging ayam
tanpa kulit (50 gram
atau 1 potong)
8 Saya mengkonsumsi
olahan daging ayam
dengan kulit yang
digoreng secara
berlebihan (55 gram
atau 1 potong)
9 Saya mengkonsumsi
makanan seperti
udang, kepiting dan
cumi (35 gram atau 4
ekor sedang)
10 Saya suka
mengkonsumsi
makanan olahan buah
alpukat (50gram atau ½
buah besar)

Anda mungkin juga menyukai