Makalah Pengembangan Kurikulum
Makalah Pengembangan Kurikulum
Makalah Pengembangan Kurikulum
Disusun Oleh:
Rahmad 21160211434
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan. Kurikulum merupakan
bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kurikulum
sangat menentukan proses dan hasil suatu sistem pendidikan. Kurikulum juga bisa
berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan.
Indonesia telah banyak mengalami perubahan kurikulum. Perubahan
kurikulum sering dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendidikan masa depan perlu
dirancang guna menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari
pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
Keberadaan kurikulum memberi pengaruh yang signifikan bagi kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis
menganggap penting untuk mengetahui perubahan kurikulum pendidikan Indonseia
dari periode ke periode.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi latar belakang perubahan pada suatu kurikulum?
2. Bagaimana sejarah perubahan kurikulum di Indonesia?
3. Bagaimana dengan kurikulum terbaru yang ada sekarang?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui hal yang menjadi latar belakang berubahnya suatu kurikulum.
2. Mengetahui sejarah perubahan kurikulum di Indonesia.
3. Mengetahui secara garis besar tentang kurikulum terbaru yang ada sekarang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Raudhah: Jurnal Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan. hlm. 50.
2
Ibid. hlm. 51.
2
ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi
kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.
Ketiga faktor di atas itulah yang secara umum banyak mempengaruhi
timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa ini. Perkembangan
kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang
lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
B. Sejarah Perubahan Kurikulum di Indonesia
Selama 78 tahun Indonesia merdeka, telah mengalami 11 kali perubahan
kurikulum. Rinciannya adalah sebagai berikut:3
Pada zaman Orde Lama (Orla) atau zaman Presiden Soekarno berkuasa, pernah
terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu: (Kurikulum) Rencana Pelajaran tahun
1947, (Kurikulum) Rencana Pendidikan Sekolah dasar tahun 1964 dan Kurikulum
Sekolah Dasar tahun 1968.
Pada zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi
5 kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum 1973, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1994 pada tahun 1997.
Usai zaman Orba berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi 4 kali
perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun
2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan Kurikulum 2013,
kemudian kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Merdeka 2022.
3
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Raudhah: Jurnal Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan. hlm. 52.
3
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar
mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-garis besar
pengajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia
masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan
Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak
menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.4
b. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964” Usai tahun 1952,
menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik,
keprigelan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana
berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
4
Alhamudin. (2014). Sejarah Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Nur El-Islam. hlm. 49-50.
4
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.5
c. Kurikulum 1968 Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis,
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum
1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini
tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan
dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi
9 pokok. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.6
5
Ibid. hlm. 50-51.
6
Alhamudin. (2014). Sejarah Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Nur El-Islam. hlm. 51.
5
lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi:
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional
khusus. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa
setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang
kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.7
b. Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum
1973 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai
berikut: 1). Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam
hal daya dan waktu. 2). Menganut pendekatan sistem
instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah
kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dipengaruhi
psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih
banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang
keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan
stimulus dari luar, yaitu sekolah dan guru.8
c. Kurikulum 1984 Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: 1). Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada
siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus
dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa. 2).
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui
cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
7
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Raudhah: Jurnal Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan. hlm. 55.
8
Ibid.
6
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal. 3). Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan
pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan
dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan
keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan. 4). Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum
diberikan latihan. Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus
didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan
setelah mengerti. 5). Materi disajikan berdasarkan tingkat
kesiapan atau kematangan siswa. Dari yang mudah menuju ke
sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks. 6).
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan
proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara
efektif dan efesien dalam mencapai tujuan.9
d. Kurikulum 1994 merupakan perpaduan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984.
Pengembangan ini adalah bagian dari upaya penyempurnaan
dan penyesuaian Kurikulum 1984 dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
dengan peraturan pelaksanaannya yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor: 27 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Prasekolah, Peraturan Pemerintah Nomor: 28 Tahun 1990
Tentang Pendidikan Dasar; dan Peraturan Pemerintah Nomor:
29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah. Beberapa
karakteristik Kurikulum 1994 ini yang membedakannya dengan
Kurikulum 1984 dia antaranya: (1) berorientasi pada
pencapaian kompetensi siswa secara individual maupun
9
Ibid. hlm. 56.
7
klasikal, (2) menekankan pencapaian hasil belajar dengan
melihat keberagaman siswa, (3) penggunaan metode bervariasi,
(4) mengenalkan berbagai sumber belajar selain guru dan
mengurangi penggunaan metode ceramah, (5) penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar untuk memastikan
pencapaian suatu kompetensi, (6) tersedia pernyataan tujuan,
visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar,
kalender pendidikan hingga silabusnya, (7) mengganti sistem
semester menjadi caturwulan, (8) menekankan konten materi
pelajaran yang cukup padat, (9) bersifat populis dengan
memberlakukan satu sistem kurikulum nasional untuk semua
siswa di seluruh Indonesia, dilengkapi dengan kurikulum
daerah yang secara khusus dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan, (10) mengembangkan sistem belajar yang disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) di mana guru memilih
menggunakan strategi melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik fisik maupun mental dan mengurangi penggunaan metode
ceramah satu arah dan mengedepankan mastery learning.10
Perubahan struktur dengan menambah jumlah mata pelajaran
dikritik oleh masyarakat karena beban belajar siswa menjadi
terlalu berat. Hal ini karena adanya penambahan muatan lokal
yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, termasuk
kesenian, bahasa daerah, ketrampilan, dan sebagainya. Dengan
penambahan ini, serta desakan-desakan untuk memasukkan isu-
isu tertentu ke dalam kurikulum, Kurikulum 1994 ini dianggap
sebagai kurikulum super padat.11
10
Suparjan, Edy. (2020). Perubahan Kurikulum Pendidikan Sejarah Di SMA (1994-2013). Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan. hlm. 572.
11
Sugiyono. Tanpa Tahun. Peta Jalan Pendidikan Indonesia. hlm. 124.
8
3. Kurikulum Zaman Reformasi
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, KBK telah
dilaksanakan sejak 2001 di sekolah-sekolah piloting sebelum
akhirnya diterapkan secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini diimplementasikan pada masa pemerintah telah
mulai melaksanakan sistem pendidikan desentralistik, sehingga
memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan
kurikulumkurikulum sebelumnya yang diwarnai oleh sistem
pemerintahan sentralistik.12 Beberapa Keunggulan KBK
adalah: 1). KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil
dan kompetenasi Paradigma pembelajaran versi UNESCO:
learning to know, learning to do, learning to live together, dan
learning to be. 2). Silabus ditentukan secara seragam, peran
serta guru dan siswa dalam proses pembelajaran, silabus
menjadi kewenangan guru. 3). Jumlah jam pelajaran 40 jam per
minggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum bisa dikurangi. 4).
Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan
metode pembelajaran PAKEM dan CTL. 5). Sistem penilaian
Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif,
dengan penekanan penilaian berbasis kelas. 6). KBK memiliki
empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar
(KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS).
KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi
siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai
usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara
seimbang di tiga ranah, dengan menggunakan instrumen tes dan
non tes, yang berupa portofolio, produk, kinerja, dan pencil test.
KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun
makna atau pemahaman, guru tidak bertindak sebagai satu-
12
Syaharuddin dan Heri Susanto,. Sejarah Pendidikan Indonesia. hlm. 123.
9
satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara penuh dan optimal.13
b. Kurikulum 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Dengan terbitnya UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pelaksanaan sistem
pendidikan di Indonesia memasuki era baru yang
mengedepankan kebebasan otonomi daerah dalam
mengintegrasikan kebutuhan-kebutuhan yang unik sesuai
dengan karakteristik daerah ke dalam semua aspek
penyelengaraan pendidikan. Secara lebih teknis
penyelenggaraan pendidikan ini diatur di dalam
kebijakankebijakan lainnya seperti PP Nomor 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas Nomor 22 tentang
Standar Isi Kurikulum dan Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kelulusan yang membawa pemikiran baru
dalam pengelolaan sistem pendidikan di Indonesia dengan
mengarahkan pada berkembangnya otonomi pengelolaan
pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai
dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan
dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat
yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di
bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan
wilayah setempat.14
13
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Raudhah: Jurnal Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan. hlm. 58.
14
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
10
c. Kurikulum 2013 Sebelumnya Pemerintah sudah melakukan
pemetaan kurikulum berbasis kompetensi dan pernah
melakukan uji coba pada tahun 2004 (competencybased
curriculum), namun dengan beberapa tantangan perubahan dari
sentralistik menuju desentralistik pada saat itu kurikulum
berbasis kompetensi belum sepenuhnya dapat diterima. Dalam
model kurikulum ini kompetensi menjadi acuan pelaksanaan
pendidikan dan menjadi pedoman bagi pihak sekolah untuk
mengembangkan pembelajaran sehingga terpenuhi kebutuhan
kompetensi pada ketiga ranah pendidikan; pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pada Tahun 2013 dasar berfikir ini
dimunculkan kembali dalam perubahan kurikulum 2006
(KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum ini beberapa kali
mengalami perubahan struktur (susunan mata pelajaran, beban
belajar dan rumusan kompetensi) hingga pada akhirnya pada
Tahun 2017 mendapatkan revisi. Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang
beragam, dengan bertemakan citacita pendidikan Indonesia
untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
dan inovatif.15
15
Jingga, Anisa Astra. (2018). Pendekatan Dan Penilaian Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Revisi 2017
Yang Mendukung Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika. hlm. 286-299.
11
Karakteristik Kurikulum Merdeka: Pengembangan soft skills dan karakter,
fokus pada materi esensial, pembelajaran yang fleksibel.
Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan
berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak
diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak
terikat pada konten mata pelajaran.
Kurikulum Merdeka atau Merdeka belajar merupakan bagian dari kebijakan
baru yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI). Menurut Nadiem Makarim, bahwa kebijakan
kurikulum terkait merdeka belajar harus dilakukan penerobosan awal terlebih dahulu
kepada para pendidik sebelum hal tersebut disampaikan atau diterapkan kepada
peserta didik. Selain itu, Nadiem Makarim juga mengatakan terkait kompetensi
Penerapan sistem pembelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter
peserta didik maka bentuk penilaian yang terjadi juga tidak hanya sebatas akademik,
namun lebih menekankan bagaimana karakteristik peserta didik masing-masing.
Dengan demikian sistem kebijakan baru terkait dengan kurikulum merdeka ini
diharapkan dapat membentuk peserta didik yang memiliki kecakapan hidup yang
dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Kebijakan
pengembangan Kurikulum 2013 Revisi ke Kurikulum Merdeka didasarkan pada
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 56/M/2022 tertanggal 10 Februari 2022 tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Keputusan dari
Kemendikbud Ristek di atas menjadi dasar dan payung hukum serta rujukan dalam
pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada sekolah-sekolah, madrasah-
madrasah, serta institusi-institusi atau lembaga-lembaga pendidikan yang berada di
Indonesia.16
16
Cholilah,Mulik., dkk. (2023). Pengembangan Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Serta
Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Abad 21. Jurnal Sanskara Pendidikan dan
Pengajaran. hlm. 64.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan
kurikulum langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kurikulum sangat
menentukan proses dan hasil suatu sistem pendidikan. Kurikulum juga bisa berfungsi
sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan.
Pergantian dan perkembangan kurikulum Indonesia yang ada dilaksanakan
dengan maksut untuk memperbaiki system pendidikan yang ada dan sekaligus
mengikuti perkembangan zaman. Namun dalam setiap pelaksanaannya masih belum
optimal.
Harapan kita semua bahwa kurikulum yang ada mampu memberikan
pencerahan terhadap perubahan paradigma berpikir para pelaksana di lapangan, serta
mampu memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi peserta didik
sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional dengan
bangsa-bangsa yang lain.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammedi. (2016). Perubahan Kurikulum di Indonesia. Jurnal Raudhah:
Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatra Utara, Medan. Vol.
4, No. 1. (hlm. 50).
Alhamudin. (2014). Sejarah Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Nur El-Islam. Vol.
1, No. 2. (hlm. 49-50)..
Suparjan, Edy. (2020). Perubahan Kurikulum Pendidikan Sejarah Di SMA
(1994-2013). Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Vol. 4. No. 3. (hlm. 572).
Sugiyono. Tanpa Tahun. Peta Jalan Pendidikan Indonesia. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Syaharuddin dan Heri Susanto. Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra
Kolonialisme Sampai Reformasi). Banjarmasin, 2019 : Prodi Pendidikan
Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Jingga, Anisa Astra. (2018). Pendekatan Dan Penilaian Pembelajaran Pada
Kurikulum 2013 Revisi 2017 Yang Mendukung Peningkatan Kemampuan
Koneksi Matematis Siswa. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika
Vol. 5, No. 3. (hlm. 286-299).
Cholilah,Mulik., dkk. (2023). Pengembangan Kurikulum Merdeka Dalam
Satuan Pendidikan Serta Implementasi Kurikulum Merdeka Pada
Pembelajaran Abad 21. Jurnal Sanskara Pendidikan dan Pengajaran. Vol.
01, No. 02. (hlm. 64).
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/
14