Kel. 10 Skoliosis
Kel. 10 Skoliosis
Kel. 10 Skoliosis
Oleh
Kelompok 10
Nama Anggota:
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Makalah Konsep
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Skoliosis” dan agar dapat memberi manfaat bagi
para pembaca. Shalawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membebaskan kita dari jaman
jahiliyah.
Penulis berharap setelah para pembaca membaca makalah ini dapat mengetahui dan
memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Skoliosis serta
pengetahuan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis menerima berbagai kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain bungkuk atau kifosis, salah satu kelainan tulang belakang yang banyak dijumpai
adalah skoliosis. Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan kelainan pada
rangka tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal. Berdasarakan
data WHO, prebalensi penderita skoliosis semakin meningkat dan sudah menyerang 3
persen masyarakat dunia. Sedang di Indonesia, pasien skoliosis mencapai 4-5 persen dari
total penduduk. Skoliosis dapat terjadi pada siapa saja. Namun, pada banyak kasus,
skoliosis lebih banyak menimpa anak-anak dan perempuan. Sebanyak 75-85% kasus
skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan
karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down,
dan penyakit lainnya. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar
tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu skoliosis?
2. Apa saja klasifikasi dari scoliosis?
3. Apa etiologi dari skoliosis?
4. Bagaimana manifestasi klinik skoliosis?
5. Bagaimana patofisiologi dari skoliosis?
6. Bagaimana pathway dari scoliosis?
7. Apa saja komplikasi dari scoliosis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang daei skoliosis
9. Bagaimana penatalaksanaan medis skoliosis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan skoliosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari scoliosis pada anak
2. Untuk mengetahui klasifikasi scoliosis pada anak
3. Untuk mengetahui penyebab scoliosis pada anak
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala scoliosis pada anak
5. Untuk mengetahui patofisiologi scoliosis pada anak
6. Untuk mengetahui pathway scoliosis pada anak
7. Untuk mengetahui komplikasi scoliosis pada anak
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang scoliosis pada anak
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan scoliosis pada anak.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan skoliosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Skoliosis yang merupakan kelengkungan lateral pada vertebrata bisa disebabkan
sejumlah abnormalitas pada vertebrata sendiri (struktural) atau karena vertebrata
tergantung miring (postural). Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan
kelainan pada rangka tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal
atau berbentuk huruf S.
B. Klasifikasi
Skoliosis dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni
1. Skoliosis congenital (bawaan)
Biasanya berhubungan dengan suatu kelainan pembentukan tulang belakang atau
tulang rusuk yang menyatu.
2. Skoliosis neuromuskuler
Biasanya terjadi karena pengendalian otot yang buruk atau kelemahan/
kelumpuhan akibat beberapa penyakit yakni
a. Cerebral palsy (Kelumpuhan Otak) adalah suatu gangguan atau kelainan yang
terjadi pada waktu perkembangan anak, kerusakan yang mengenai sel-sel
motorik di dalam suatu susunan saraf pusat, bersifat kronis sehingga
menyebabkan cacat otak.
b. Distrofi otot adalah penyakit otot turunan dimana serat otot sangat rentan
terhadap kerusakan, secara progresif serat otot menjadi lebih lemah serat otot
sering digantikan oleh jaringan lemak dan jaringan ikat pada tahap akhir
distrofi otot.
c. Polio adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang dapat menyerang
seluruh tubuh termasuk otot serta saraf dan juga bisa menyebabkan kelemahan
otot yang sifatnya permanen.
d. Osteoporosis juvenile adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Skoliosis Idiopatik
Scoliosis idiopatik merupakan scoliosis yang banyak terjadi. Penyebabnya tidak
diketahui secara pasti namun dapat diperoleh melalui beberapa ciri genetik,
dimana skoliosis idiopatik dapat bertambah parah selama masa pertumbuhan.
Skoliosis jenis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu bisa
berasal dari lingkungan terdekatnya ataupun ketidaktahuan tentang sikap tubuh
yang optimal dan diperburuk oleh gaya hidup seperti postur tubuh yang tidak baik
contohnya ketika duduk,menulis dll.
C. Etiologi
Penyebab seseorang dapat mengalami skoliosis tidak dapat diketahui secara pasti
(idiopatik). Penyebab skoliosis 70-90 % belum dapat diketahui (idiopatik) sebagian kecil
yang penyebabnya sudah diketahui dikelompokan pada: Kelainan tulang dan sendi,
kelainan pada otot (miopati). Kelainan pada syaraf (neuropati) infeksi, trauma dan lain-
lain.
Selain itu ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya lain selain
idiopatik seperti :
1. Faktor genetic
Faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan skoliosis, terjadi
peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan skoliosis idiopatik dibandingkan
dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit skoliosis.
2. Faktor hormonal
Defisiensi melatonin diajukan sebagai penyebab skoliosis. Sekresi melatonin
pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas skoliosis dibandingkan
dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai
peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada
umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
3. Perkembangan spinal dan teori biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan
penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan
dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.
4. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang
belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau diskus) sebagai penyebab skoliosis.
Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan
(gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia
fibrosa pada tulang.
D. Manifestasi Klinis
Gejala skoliosis dapat berbeda, sesuai tingkat keparahan kondisinya. Gejala yang
umumnya timbul antara lain:
1. Tubuh penderita skoliosis condong ke satu sisi.
2. Salah satu bahu lebih tinggi.
3. Salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
4. Tinggi pinggang tidak rata.
5. Nyeri punggung jangka panjang yang biasanya dialami oleh orang dewasa yang saat
kecil sudah mengidap kondisi skoliosis.
6. Gangguan pada jantung dan paru-paru.
E. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf –
syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas – ruas tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang bentuk nya
seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring,
membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan,
maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas
tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau
seperti huruf “S” ataupun huruf “C”. Dari 4% populasi terdapat 10-15 tahun yang kebanyakan
perempuan bentuk normal dari tulang belakang dilihat dari belakang berbentuk lurus dari atas
sampai os coccygeus. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal
dengan komponen lateral, anterior posterior dan rotasional (Rosadi, 2008).
Gambaran patologi anatomi skoliosis non-idhiopatik sangat berhubungan dengan penyebab
(etiologi). Pada skoliosis idiopatik, terdapat gambaran yang khas yang dapat diikuti. Pada skoliosis
idiopatik, kurva struktural dimulai sebagai kurva nonstruktural (fungsional). Tidak semua kurva
non-struktural akan menjadi struktural akan terjadi perubahan struktur jaringan lunak sebagai
berikut:
1. Kapsul sendi intervertebralis memendek pada sisi cekung (konkaf), terjadi komperesi
pada sendi facet
2. Pemendekan ligamen-ligamen pada sisi cekung (konkaf)
a. ligamen longitudinal anterior
b. ligamen longitudinal posterior
c. ligamen interspinosus
3. Pada otot-otot juga terjadi suatu perubahan seperti kontraktur (pemendekan) otot-otot
sisi konkaf yaitu:
a. otot erector spine
b. otot kuadratus lumborum
c. otot psoas mayor dan minor
d. otot latisimus dorsi
e. otot perut obeliqus abdominis, kecuali otot multifidus dikatakan lebih pendek disisi
konveks akibat kurva kelateral bersama rotasi vertebra.
Apabila sudah terjadi ”mal aligement” posisi struktur berubah kolumna vertebralis
terjadi rotasi korpus vertebra kearah konveks.
Perbedaan tekanan antara kedua sisi vertebra menyebabkan perbedaan kepadatan dan
kesempatan bertumbuh. Terjadi kondisi asimetris dimana sisi konkaf cekung menjadi lebih
pendek. Diskus intervertebralis sisi konkaf menipis. Vertebra yang mengalami gaya tekan
terbesar akan terdorong lebih menjauh dari gaya kompresi tersebut akan menjadi apex
puncak vertebra dari skoliosis. Ruas vertebra torakalis menyebabkan tulang-tulang iga pada
sisi konveks tergeser kearah posterior, akan timbul tonjolan iga rib hump ke posterior. Tulang-
tulang iga sisi konkaf bergeser ke anterior, sehingga rongga thorak bebentuk oval. Pada anak
wanita akan tampak buah dada (mammae) sisi konvek lebih kecil.
F. Pathway
Ditandai GANGGUAN ETIOLOGI
dengan BB NUTRISI ETIOLOGI
SKOLIOSIS
dispnea Ansietas
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skoliosis yang merupakan kelengkungan lateral pada vertebrata bisa disebabkan
sejumlah abnormalitas pada vertebrata sendiri (struktural) atau karena vertebrata
tergantung miring (postural). Berbeda dengan bungkuk, penyakit skoliosis merupakan
kelainan pada rangka tulang belakang yang melengkuk ke samping secara tidak normal
atau berbentuk huruf S.
Tanda gejala dari scoliosis adalah Tubuh penderita skoliosis condong ke satu sisi ,
salah satu bahu lebih tinggi, salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol, tinggi
pinggang tidak rata.
B. Saran
1. Bagi kita sebagai seorang pelajar dan generasi mendatang sudah sepantasnya untuk
mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
skoliosis
2. Bagi para pembaca, jika ingin mengetahui tentang materi ini yang lebih lengkap dan relevan
bisa membaca buku atau jurnal yang membahas tentang konsep asuhan keperawatan pada
anak dengan gangguan skoliosis
3. Bagi tenaga kesehatan diharapkan bisa meningkatkan upaya penyuluhan terutama bagi ibu
untuk memperluas wawasan dan pemahaman masyarakat terkait pencegahan skoliosis pada
anak sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Andung Maheswara Rakasiwi. 2009. Hubungan Sikap Duduk Salah dengan Terjadinya
Skoliosis Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri Jetis 1 Juwiring
Irianto, Komang Agung. Yazid, Hizbillah. 2019. “Congenital Scoliosis: An Article Review”:
Journal Orthopaedi And Traumatology Volume 8 No.1. Surabaya: Faculty of
Medicine Universitas Airlangga.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Nazhira, Parida, dkk. 2020. Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan skoliosis.
Tanjung karang : DIII keperawatan politeknik kesehatan tanjung karang
Suriani Sari. 2013. Tesis Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak Terbukti Lebih Baik
dalam Memperkecil Derajat Skolisis Idiopatik daripada Klapp Exercise dan Koreksi
Postur pada Anak Usia 11 – 13 Tahun
Suyono, Slamet KE. dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid ll. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI