0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan79 halaman

Modul Kisah2 Teladan

Diunggah oleh

Agus Wira Permana
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan79 halaman

Modul Kisah2 Teladan

Diunggah oleh

Agus Wira Permana
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 79

i

Modul AKIDAH AKHLAK 4 Pendidikan Profesi Guru

MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Penulis:
Cecep Anwar
Hasan Basri
Made Saihu

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Kementerian Agama Republik Indonesia

ii
MODUL 4 KISAH-KISAH TELADAN
PENANGGUNG JAWAB
Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani (Dirjen Pendidikan Islam)
Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag (Direktur Pendidikan Tinggi
Keagamaan Islam)
Dr. Muhammad Zain, M. Ag (Direktur GTK Madrasah)
Drs. H. Amrullah, M. Si (Direktur Pendidikan Agama Islam)

Penulis: Cecep Anwar|Hasan Basri| Made Saihu

Penyunting: -

Reviewer: Muhammad Zain |Anis Masykhur|M. Munir|Mustofa Fahmi |


Fatkhu Yasik

Hak cipta dilindungi undang-undang


All right reserved

Cetakan I, Agustus 2019


Cetakan II, Agustus 2021 (Edisi Revisi 1)
Cetakan III, April 2023 (Edisi Revisi 2)

Desain sampul: Miftahul Abshor & Ali Rahman Hakim

Tata letak: M. Syamsul Ma’arif |Didik Priyanto| Istna Zakia Iriana|Achmad


Zukhruf Al-Faruqi|Ikram Reskiandi

ISBN: -

Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Lantai VII dan VIII Gedung Kementerian Agama
Jalan Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Website: https://kemenag.go.id | https://pendis.kemenag.go.id

iii
SAMBUTAN
PANITIA NASIONAL PPG DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA RI

Kualitas penyelenggaraan sebuah pendidikan berkaitan erat dengan ketersediaan


bahan ajar atau sumber belajar. Sebuah proses pendidikan juga akan terlihat maksimal
hasilnya jika didasari dengan ketercukupan dalam mengakses referensi. Begitulah kira-
kira yang dapat dijadikan alasan mengapa Direktorat Jenderal pendidikan Islam
berkepentingan untuk menyediakan modul Pendidikan Profesi Guru.
Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa peraturan perundang-undang
memang mengamanatkan bahwa guru sebagai pendidik wajib tersertifikasi, disamping
harus sudah memenuhi kualifikasi, memiliki kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional. Sertifikat pendidik diperoleh
melalui mekanisme pendidikan profesi. Pendidikan profesi juga sekaligus juga menjadi
media meningkatkan kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sejak tahun 2017, proses sertifikasi guru tidak lagi ditempuh melalui jalur
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Seluruh guru diwajibkan mengikuti
sertifikasi melalui jalur pendidikan profesi, yang selanjutnya dikenal dengan istilah
pendidikan profesi guru—disingkat PPG.
Untuk mendukung pelaksanaan PPG ini, sumber belajar seperti halnya modul-
modul untuk pengayaan kompetensi professional dan pedagogik serta perangkat
pembelajaran harus disediakan.
Jumlah keseluruhan modul yang dibutuhkan untuk penguatan konten keagamaan
pada guru PAI dan madrasah sebanyak 48 (empatpuluh delapan) dari 8 (delapan) mata
pelajaran, yakni; PAI, Fiqh, Quran-Hadis, Akidah Akhlak, SKI, Bahasa Arab, Guru Kelas
MI dan Guru Kelas RA. Dalam setiap mata pelajaran disediakan 6 modul. Keberadaan 6
(enam) modul tersebut menggambarkan ketuntasan kajian setiap mapel.
Saya menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang membantu dalam
penyelesaian modul, termasuk bagi para penyunting yang memeriksa dan mengoreksi
beberapa kesalahan kecil dalam modul-modul tersebut yang tentu perlu masukan dan
saran untuk perbaikan yang lebih baik pada edisi berikutnya.

iv
Kita semua berharap semua modul tersebut dapat mewakili keseluruhan materi
yang dibutuhkan dan dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa peserta PPG.

Jakarta, Mei 2023

ttd

Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag.

v
Kata Sambutan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Program Pendidikan Profesi Guru—selanjutnya disebut PPG—memiliki tujuan


untuk menghasilkan guru-guru profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki
seperangkat kompetensi meliputi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Melalui guru-guru professional ini diharapkan proses pendidikan di madrasah dan
sekolah dapat berjalan secara inovatif dan bermakna, sehingga peserta didik tidak hanya
dapat memperoleh pengetahuan teoritik semata, tapi juga memiliki kemampuan dalam
mengaktualisasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tangan-tangan
guru professional ini, ekosistem pendidikan di madrasah dan sekolah dapat mendukung
tumbuh kembang peserta didik secara optimal sesuai dengan amanat konstitusi.
Penulisan modul pembelajaran PPG ini menambah koleksi karya yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Aktifitas ini juga
menunjukkan bahwa kita sebagai regulator dan juga sebagai instansi pembina para guru
agama dapat mengambil peran dalam penyediaan sumber belajar bagi masyarakat.
Keberadaan Modul PPG ini sangat penting karena menjadi salah satu sumber
belajar mahasiswa PPG di Kementerian Agama RI. Terlebih lagi, modul ini tentunya
harus disesuaikan dengan perkembangan mutakhir kebijakan pendidikan, yakni
paradigma merdeka belajar.
Melalui modul ini para mahasiswa Program PPG dapat melakukan reskilling
(melatih kembali) atau bahkan upskilling (meningkatkan kemampuan) sehingga
memenuhi syarat untuk menjadi guru profesional.
Modul ini juga sudah direview dan disunting oleh para pakar di bidangnya. Dan
untuk tahun ini adalah review yang ketiga.
Saya menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan dan penyuntingan Modul PPG di lingkungan Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam. Semoga Modul PPG ini bermanfaat bagi Lembaga Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dan dapat digunakan sebagai rujukan bagi dosen dan
mahasiswa Program PPG yang berada dalam pembinaan Kementerian Agama.

Jakarta, April 2023


ttd

Muhammad Ali Ramdhani

vi
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL


PENDIDIKAN ISLAM
SAMBUTAN PANITIA NASIONAL PPG DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA RI
PENDAHULUAN
Peta Konsep
Rasional
Deskripsi Singkat
Relevansi
Petunjuk Belajar
KEGIATAN BELAJAR 1 : KISAH KETELADANAN
NABI SULAIMAN DAN UMATNYA .......................................................... 1
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................... 1
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................. 1
Uraian Materi............................................................................................. 1
Kontekstualisasi Materi Akidah Islam
dengan moderasi beragama .................................................................... 8
Latihan ........................................................................................................ 9
Referensi Tambahan ................................................................................ 9
KEGIATAN BELAJAR 2 : KISAH KETELADANAN DARI
ASHABUL KAHFI ............................................................................................ 10
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................... 10
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................. 10
Uraian Materi............................................................................................. 10
Kontekstualisasi Materi Akidah Islam
dengan moderasi beragama .................................................................... 21

vii
Latihan ........................................................................................................ 22
Referensi Tambahan ................................................................................ 22
KEGIATAN BELAJAR 3 : KISAH KETELADANAN NABI
YUNUS A.S DAN NABI AYUB A.S ............................................................. 23
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................... 23
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................. 23
Uraian Materi............................................................................................. 23
Kontekstualisasi Materi Akidah Islam
dengan moderasi beragama .................................................................... 34
Latihan ........................................................................................................ 35
Referensi Tambahan ................................................................................. 36
KEGIATAN BELAJAR 4 : KISAH KETELADANAN
KHULAFAUR RASYIDIN............................................................................... 37
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ................................................... 37
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................. 37
Uraian Materi............................................................................................. 37
Kontekstualisasi Materi Akidah Islam
dengan moderasi beragama ................................................................... 60
Latihan ........................................................................................................ 61
Referensi Tambahan ................................................................................. 62

ANALISIS MATERI AJAR (PBL/PjBL) ........................................................ 63


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 64

viii
PENDAHULUAN

A. Peta Konsep

1. Kisah Nabi Sulaiman as dalam Al-


Quran
2. Biografi Nabi Sulaiman a.s.
Kisah Nabi Sulaiman dan 3. Umat Nabi Sulaiman a.s.
Umatnya 4. Hikmah Kisah Nabi Sulaiman a.s.
dan umatnya
5. Hikmah Kisah Nabi Sulaiman as dan
Umatnya

1. Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-


Quran
Kisah Ashabul Kahfi 2. Biografi Ashabul Kahfi
3. Keteladanan Kisah Ashabul Kahfi
4. Keteladanan Kisah Ashabul Kahfi
Kisah-Kisah
Teladan
1. Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s.
dalam Al-Quran
Kisah Nabi Yunus a.s. dan 2. Kisah Keteladanan Nabi Ayyub a.s.
Nabi Ayyub a.s. dalam Al-Quran
3. Hikmah dari kisah Nabi Yunus a.s.
4. Hikmah dari kisah Nabi Ayyub a.s.

1. Kisah Keteladanan Abu Bakar


Shidiq
2. Kisah Keteladanan Umar bin
Kisah Keteladanan Khattab
Khulafaur Rasyidin 3. Kisah Keteladanan Utsman bin
Affan
4. Kisah Keteladanan Ali bin Abi
Tholib

viii
B. Rasional
Dalam Modul 4 ini anda kami ajak untuk mempelajari tentang; sumber-sumber
keteladanan yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari agar
mampu berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya contoh teladan ada
untuk menginspirasi, mengajar, dan memberi contoh baik. Harus disadari bahwa
sikap dan perbuatan kita dapat memberikan dampak bagi sekitarnya. Teladan yang
sempurna mampu memberikan dampak yang lebih baik bagi peningkatan kualitas
dalam kehidupan. Ipmlementasi Teladan tidak mesti sempurna, tetapi harus tetap
menunjukkan bahwa semua orang bisa saja melakukan kesalahan dan mesti
dipertanggungjawabkan.
C. Deskripsi Singkat
Madul 4 ini membahas berbagi sumber keteladan berakhlak mulia dalam
berbabagi sektor kehidupan. Sumber keteladan ini melalui:
1. Kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s dan umatnya sebagai bentuk akhlak mulia.
2. Kisah keteladanan Ashabul Kahfi sebagai bentuk akhlak mulia.
3. Kisah keteladanan Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayub a.s dalam kontek kajian Akhlak
mulia.
4. Kisah keteladanan khulafaur Rasyidin dalam kontek kajian Akhlak mulia.
D. Relevansi
Dalam kajian Akhlak, keteladan merupakan perkara penting, karena ini
berkaitan tentang penguatan pondasi keimanan dan ketauhidan kepada Allah Swt.
serta berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Semestinya kita sadar bahwa sikap
dan perbuatan kita yang dilakukan dapat memberikan dampak bagi lingkungan
sekitar. Teladan tidak mesti sempurna, tetapi harus tetap menunjukkan bahwa semua
orang bisa saja melakukan kesalahan dan mesti dipertanggungjawabkan. Dengan
mempelajari sikap keteladan dari para Nabi dan sahabatnya dapat menjadi teladan

ix
yang memberi inspirasi saat kita berada di sekitar orang-orang yang memandang kita
sebagai panutan.
E. Petunjuk Belajar
Selanjutnya untuk mempermudah dan membantu Anda mempelajari dan
memahami isi modul, berikut ini diberikan beberapa petunjuk, yaitu sebagai berikut.
1. Bacalah isi pendahuluan modul ini dengan baik, sehingga Anda mengetahui isi
modul ini, manfaat yang akan Anda peroleh serta bagaimana cara mengkaji isi
modul ini;
2. Bacalah modul ini secara keseluruhan secara sepintas;
3. Temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap sukar atau baru bagi
Anda. Carilah arti kata-kata tersebut dalam kamus;
4. Baca isi modul ini dengan cermat bagian perbagian;
5. Upayakan Anda benar-benar memahaminya dengan cara berdiskusi dengan
teman sejawat maupun melalui pemahaman Anda sendiri;
6. Kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia dengan sungguh-sungguh dan
upayakan untuk tidak melihat petunjuk jawaban latihan dan kunci jawaban
sebelum Anda selesai mengerjakannya;
7. Manfaatkan kegiatan tutorial dengan menanyakan hal-hal yang belum Anda
pahami pada tutor;
8. Akhirnya selamat belajar dan semoga sukses!

x
KEGIATAN BELAJAR 1
KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN AS DAN UMATNYA

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Memahami kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s dan umatnya sebagai bentuk
akhlak mulia.,
2. Memahami hikmah dari keteladanan Nabi Sulaiman a.s dan umatnya.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mahasiswa mampu mendeteksi konsep keteladanan Nabi Sulaiman a.s dalam Al-
Quran.,
2. Mahasiswa mampu memerinci Biografi Nabi Sulaiman a.s.,
3. Mahasiswa mampu menyeleksi hikmah dari kisah Nabi sulaiman dan umatnya.,
4. Mahasiswa mampu menguraikan keteladanan kisah Nabi sulaiman dan umatnya.,

C. Uraian Materi
1. Kisah Nabi Sulaiman a.s dalam Al-Qur’an
Kisah Nabi Sulaiman a.s banyak disebut dalam Al-Qur’an. Kisah Nabi Sulaiman
a.s dikenal dengan kerajaan dan kemampuannya dalam mengendalikan angin,
berbicara dengan binatang, bahkan memiliki bala tentara dari dari golongan jin dan
manusia, serta binatang. Selain itu, kisah Nabi Sulaiman a.s dan Ratu Bilqis (Negeri
Saba‘) juga memberikan pengalaman yang menarik untuk dicontoh agar manusia
tidak menyombongkan jabatan (kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt dan
menggunakan kenikmatan tersebut untuk menyembah-Nya.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain (2007: 2011) menjelaskan bahwa kisah
Nabi Sulaiman a.s disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 16 kali yang tersebar dalam
tujuh surat, yaitu (1) Q.S. al-Baqarah [2]: 102, (2) Q.S. an-Nisa [4]: 163, Q.S. Al-An‘am

1
[6]: 84, Q.S. Al- Anbiya‘ [21]: 78-82, Q.S. An-Naml [27]: 15-44, Q.S. Saba‘ [34]: 12, dan
Q.S. S}ad [38]: 30-40. Berdasarkan sumber-sumber Naqli dari Al-Qur’an ini dapat
disimpulkan bahwa kisah Nabi Sulaiman a.s adalah benar-benar nyata dari
diberitakan secara langsung oleh Allah Swt.

2. Biografi Nabi Sulaiman a.s


Muhammad Basam Rusydi Az-Zain (2007: 211-2014) menceritakan biografi
Nabi Sulaiman a.s berdasarkan dari ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini:
a. Nabi Sulaiman A.S Putra Nabi Dawud A.S
Nabi Sulaiman a.s. adalah anak dari nabi Allah SWT. Dawud a.s. Lengkapnya
Sulaiman bin Dawud bin Aysya bin Uwaid bin Abir bin Salmun bin Nakhsyun
bin Umaina Adab bin Iram bin Hashrun bin Farish bin Yahudza bin Ya’qub bin
Ishaq. sebagaimana yang dijelaskan Allah Swt. di dalam firman-Nya
َ ٗ َّ ُ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ
٣٠ َۗ‫َۗان ٓٗه اَّواب‬ ْ َ ْٰ ُ ٗ َ َ
ِ ‫ووهبنا لِداود سليمنَۗ ِنعم العبد‬

Artinya: “ Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia
adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (Q.S. Shâd [38]:
30)
b. Nabi Sulaiman a.s seorang Nabi yang disucikan sejarah kehidupannya oleh
Allah Swt
Allah Swt telah mensucikan sejarah kehidupan Nabi Sulaiman a.s dan
mensucikan namanya. Beliau beriman kepada Allah Swt bukan termasuk
golongan orang kafir yang mengajarkan tentang sihir. Kemampuannya
merupakan anugerah (mukjizat) yang diberikan oleh Allah Swt. kepadanya.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.

2
ْ ‫م‬ َّ َ ْ ُ ‫َ َّ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َّ ٰ ْ ُ َ ٰ ُ ْ ُ َ ْ ٰ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ٰ ُ َ ٰ َّ َّ ٰ ْ َ َ َ ُ ْ ُ َ م‬
َ ‫الن‬
‫السح َر‬ ِ ‫اس‬ ‫ك سليمنۚ وما كفر سليمن ول ِكن الشي ِطين كفروا يع ِلمون‬ ِ ‫واتبعوا ما تتلوا الشي ِطين على مل‬

١ ...

Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir kepada manusia… (Q.S Al-Baqarah: [2]: 102).
c. Nabi Sulaiman a.s adalah Nabi Allah Swt.
Allah Swt memilih Sulaiman sebagai nabi-Nya dan menurunkan wahyu
kepadanya, sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada nabi-nabi selain
dirinya.
ُ ْ َ ٰ َ ٰٓ َ ْ َ َ ْ َ َّ ُ ٰ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ
‫ِانآٗ ا ْوحينآٗ ِال ْيك كمآٗ ا ْوحينآٗ ِالى ن ْو ٍح َّوالن ِب ّٖ مين ِم ْنْۢ َبع ِد ّٖهۚ َوا ْوحينآٗ ِالى ِا ْب ٰر ِه ْي َم َواِ ْس ٰم ِع ْيل َواِ ْسحق َو َيعُ ْو َب‬

َ َ ٗ َ َ ْ َ ٰ َ َ ٰ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ٰ َ َ ُ ْ ُ َ َ ْ ُّ َ َ ٰ ْ َ َ َْْ َ
١٦٣ ۚ‫اود ز ُب ْو ًرا‬ ‫اط و ِعيسى وايوب ويونس وهرون وسليمنۚواتينا د‬ ِ ‫والاسب‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana


Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah
mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub,
Yunus , Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.”
(QS An-Nisa: [4]: 163).
Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi Sulaiman a.s
termasuk Nabi Allah Swt. yang mendapatkan wahyu secara langsung untuk
disampaikan kepada umat pada zamannya agar menyembah kepada Allah Swt.
d. Nabi Sulaiman a.s adalah seorang Raja
Nabi Sulaiman a.s. mewarisi kerajaan yang megah dari ayahandanya,
Dawud a.s. Allah Swt. Berfirman
َ ٗ َ ُ َْٰ ُ َ َ َ
١٦ ... ‫اود‬ ‫وو ِرث سليمن د‬

3
Artinya: “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud…” (Q.S. an-Naml [27]: 16
Kerajaan Nabi Sulaiman a.s tidak ada seorangpun (setelah dia) yang
bisa menandinginya. Yaitu mewarisi kenabian dan kekuasan, bukan mewarisi
harta benda, karena Dawud a.s memiliki anak selain Sulaiman a.s, sehingga tidak
patut bagi Dawud a.s menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk Sulaiman
a.s saja. Selain itu dalam Hadis Bukhori disebutkan bahwa Rasulullah Saw
bersabda “Kami (para nabi) tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah
sedekah”
Di ayat lain Allah Swt berfirman:
ْ َ َ َّ ْ ْ َ ْ ‫َ َ م‬ ْ َّ ً ْ ْ َ َ
ُ ‫ك ا ْن َت ال َوَّه‬
٣٥ ‫اب‬
َ
‫قال َر ِ مب اغ ِف ْر ِل ْي َوه ْب ِل ْي ُملكا لا َين ْۢ َب ِغ ْي ِلاح ٍد ِمنْۢ بع ِديۚ ِان‬

Artinya: “Dia berkata, Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku


kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha
Pemberi.” (QS. Sad: [38]: 35)
Kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Sulaiman a.s
tidak membuatnya sombong, tapi beliau mensyukurinya. Sebagaimana do’a
yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. berikut ini:
ً َ َ َْ ْ َ َ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ً َ َ َّ َ َ َ
‫احكا ِمم ْن ق ْو ِل َها َوقال َر ِ مب ا ْو ِزع ِن ْ ٓٗي ان اشك َر ِنع َمتك ال ِت ْ ٓٗي انع ْمت علَّي َوعلى َوا ِلد َّي َوان اع َمل َ ِاًِا‬
ِ ‫فتبسم ض‬

َ ّٰ َ َ ْ ْ َْ ُ ٰ َ
١٩ ‫ت ْرضىه َواد ِخل ِن ْي ِب َرح َم ِتك ِف ْي ِع َب ِادك الص ِل ِح ْين‬

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-
Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar
aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu
ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml: [27]: 19).
Sulaiman a.s memohon kepada Allah Swt untuk menuntunnya agar selalu
bersyukur atas segala nikmat yang ia karuniakan padanya, juga keistimewaan
yang hanya ia berikan kepadanya, memohon agar diberi kemudahan

4
menjalankan amal saleh. Selanjutnya kedua orang tua Nabi Sulaiman a.s adalah
Nabi Dawud a.s dan Ibunya. Ibu Sulaiman a.s merupakan seorang ahli ibadah
dan salehah, hal ini didasarkan pada hadis Nabi Saw “Ibunda Sulaiman bin
Dawud berkata: Wahai anakku! Jangan terlalu banyak tidur di malam hari,
karena banyak tidur di malam hari menjadikan seorang hamba fakir di hari
kiamat” (HR. Ibn Majah)
3. Mukjizat (Kelebihan) Nabi Sulaiman a.s
a. Menundukkan Angin Kencang
Allah Swt menganugerahkan kemampuan (mukjizat) kepada Nabi Sulaiman
a.s dapat menundukkan angin kencang. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah
Swt dalam Q.S. al-Anbiya‘ [21]: 81
َ ْ ٰ ْ َ ‫َّ ْ ٰ َ ْ َ ْ َ َ َُّ ُ م‬ َْ َ َ ْ َ ً َ َ َ ْ‫َ ُ َْٰ َ م‬
٨١ ‫اَفة تج ِر ْي ِبا ْم ِر ّٖ ٓٗه ِالى الا ْر ِض ال ِتي بركنا ِفيهاَۗ وكنا ِبك ِل شي ٍء ع ِل ِمين‬ ِ ‫الريح ع‬
ِ ‫و ِلسليمن‬

Artinya: Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah
padanya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dalam kitab Qishasul Anbiya, karangan Ibn Katsir diceritakan bahwa angin
merupakan kendaran Nabi Sulaiman a.s. Ketika Sulaiman a.s sering
meninggalkan kuda-kudanya demi mencari ridho Allah, Allah Swt
menggantinya dengan angin yang jalannya lebi cepat, lebih kuat, lebih besar, dan
tidak perlu menguras tenaga. Sulaiman a.s. memiliki hamparan yang terbuat dari
papa, memuat apapu yang diperlukan, mulai dari rumah, istana tenda,
perabotan, kuda, alat-alat berat, pasukan dari golongan jin dan manusia, juga
hewan dan burung. Saat hendak bepergian, rekreasi atau memerangi raja
maupun musuh di negeri manapun, Sulaiman a.s membawa semua itu diatas
hamparan papan lebar. Angin kemudian menyelinap kebawah papan dan
mengangkatnya. Setelah berada di angkasa, Sulaiman a.s memerintahkan angin

5
membawanya dengan cepat, dimana ketika Sulaiman a.s pergi pada pagi hari
dari Baitul Maqdis, angin membawanya terbang hingga ke Istakhar (sebuah
negeri di persia) yang jika ditempuh dengan perjalanan memakan waktu satu
bulan (Katsir, 2009).
b. Memahami bahasa hewan
Allah Swt juga menganugerahkan kepada Nabi Sulaiman a.s dapat
memahami bahasa hewan (binatang). Salah satu kisahnya bagaimana Nabi
Sulaiman a.s berdialog dengan burung Hud-Hud, dan semut, bahkan
didokumentasikan kisah ini dalam Q.S. an-Naml yang artinya semut‖ Firman
Allah Swt dalam Q.S. an-Naml [27]: 16, 18, dan 19.
ُ ْ ُ ْ َْ َ َ ٰ َّ َ ‫ُم‬ َْ ُ َّ َ ْ َ ‫َ َ َ ُ َ ْ ٰ ُ َ ٗ َ َ َ َ ٰٓ َ ُّ َ َّ ُ ُ م‬
١٦‫اس ع ِل ْمنا َمن ِطق الط ْي ِر َوا ْوتِينا ِم ْن ك ِل ش ْيءٍَۗ ِان هذا ل ُه َو الفضل ال ُم ِب ْين‬ ‫وو ِرث سليمن داود وقال يايها الن‬

Artinya: Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, Wahai
manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh,
(semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
َ ُ ُ ُ ُ َ ُ َّ ْ َ َ ُ َ ُ ُ ْ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ َ َّ ٰ َ َ َ َ ّٰ َ
‫حت ٓٗى ِاذآٗ ات ْوا على َو ِاد الن ْم ِلِۙ قالت ن ْملة ّٰٓيايُّها الن ْمل ادخل ْوا َم ٰس ِكنك ْمۚ لا يً ِط َمنك ْم ُسل ْي ٰم ُن َوجن ْود ٗهِۙ َوه ْم لا‬

َ ُ َْ
١٨ ‫يشع ُر ْون‬

Artinya: “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut,
Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
َ َْ ْ َ َ ٰ َ َ َ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ً َ َ َّ َ َ َ
‫احكا ِمم ْن ق ْو ِل َها َوقال َر ِ مب ا ْو ِزع ِن ْ ٓٗي ان اشك َر ِنع َمتك ال ِت ْ ٓٗي انع ْمت علَّي َوعلى َوالِد َّي َوان اع َمل‬
ِ ‫فتبسم ض‬

َ ّٰ َ َ ْ ْ َْ ُ ٰ َ ً َ
١٩ ‫َ ِاًِا ت ْرضىه َواد ِخل ِن ْي ِب َرح َم ِتك ِف ْي ِع َب ِادك الص ِل ِح ْين‬

Artinya: “Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan
semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap

6
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua
orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam go-longan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Nabi Sulaiman a.s. memahami bahasa hewan dan menerjemahkannya untuk
manusia. Dituliskan oleh Ibn Katsir dalam kitabnya Qishasul Anbiya, suatu hari
ketika sulaiman melintasi seekor burung pipit jantan terbang mengelilingi seekor
burung pipit betina. Sulaiman a.s berkat kepada para sahabatnya bahwa burung
pipit jantan meminang burung pipit betina dengan menjanjikan kamar-kamar
Damaskus manapun yang disukai burung pipit betina. Dan banyak lagi kisah
tentang dialog Nabi Sulaiman a.s dengan hewan-hewan (Katsir, 2009)
c. Memiliki tentara dari golongan Jin dan umatnya yang berilmu tinggi
Dari sekian banyak pasukan tentara Sulaiman a.s., ada juga pasukan tentara
yang berasal dari golongan jin. Allah berfirman:
َ
َّ ‫غ م ْن ُه ْم َع ْن ا ْمر َنا ُنذ ْق ُه م ْن َع َذاب‬ْ َّ ْ َ َ ‫َ َ ْ م َ ْ َّ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ م‬
١٢ ‫الس ِع ْي ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اِج ِن من يعمل بين يدي ِه ِب ِاذ ِن ر ِب ّٖهَۗ ومن ي ِز‬
ِ ‫و ِمن‬

Artinya: “…Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara
mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya
menyala-nyala.” (Q.S. Saba‘ [34]: 12).
Bahkan, ada salah satu umat Nabi Sulaiman a.s yaitu orang yang
mempunyai ilmu dari Kitab dapat membawa singgasana Ratu Bilqis sebelum
mata berkedip. Sebelumnya Jin ‗Ifrit juga menyampaikan kepada Nabi Sulaiman
a.s bahwa dia dapat membawa istana Ratu Bilqis sebelum Nabi Sulaiman a.s
berdiri dari tempat duduk. Kisah ini terekam dalam Q.S. an-Naml [27]: 38-44.
Dituliskan oleh Ibn Katsir bahwa sidang Nabi Sulaiman a.s tentang
pemindahan istana Ratu Balqis itu dilaksanakan pada pagi hari hingga
pertengahan siang. Menurut pendapat yang masyur yang memindahkan istana

7
Ratu Balqis itu adalah dari golongan jin mukmin yang konon menghafal nama
Allah Swrt yang paling agung. Pendapat lain menyatakan dia bernama Ashif bin
Barkhaya. Maka ketika Nabi Sulaiman melihat singgasana itu terletak
dihadapannya dalam rentang waktu ayng amat singkat dari Yaman ke Baitul
Maqdis dia pun berkata “ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah
aku bersyukur atau mengingkari nikmatnya”, yaitu ini adalah karunia yang
Allah berikan kepadaku karunia yang ia berikan kepada para hamba-Nya sebagai
ujian, apakah mereka bersyukur atau sebaliknya (Katsir, 2009).
4. Hikmah dan Keteladanan Nabi Sulaiman as dan umatnya
Dari kisah Nabi Sulaiman dengan umatnya dapat diambil hikmah
dan keteladanan sebagai berikut:
a. Berdialog dengan rakyat kecil. Nabi Sulaiman senang berkomunikasi dengan
rakyatnya, walaupun rakyatnya (hanya) beberapa ekor semut dan burung
Hud-Hud. (Q.S. an-Naml [27]: 16, 18, dan 19).,
b. Pandai bersyukur atas nikmat Allah Swt. Nabi Sulaiman termasuk sebagian
nabi yang paling pandai bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh
Allah Swt kepadanya. (QS An-Naml: [27]: 19) (Kemenag, 2014: 56).,
c. Pemimpin yang perhatian dan menerapkan hukum yang jelas terhadap
anak buahnya. Nabi Sulaiman a.s adalah pemimpin yang memberikan
perhatian kepada orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya (Djalaluddin,
2014: 42-49). Beliau mengetahui siapa yang hadir dan yang tidak hadir.
Contohnya dalam kisah Nabi Sulaiman a.s dengan burung Hud-Hud yang
terlambat hadir di barisan karena sedang mencari informasi tentang kondisi
kerajaan Ratu Saba‘ (Q.S.An-Naml [27]: 20-30).

8
D. Kontekstualisasi Materi Kisah Teladan Nabi Sulaiman a.s. dengan Nilai Moderasi
Beragama
Saudara mahasiswa, apakah pelajaran dan nilai moderasi beragama yang
anda dapatkan setelah mempelajari seluruh materi di atas pada KB ini yang dapat
saudara aplikasikan pada pembelajaran Akidah Akhlak? Salah satu hikmah yang
dapat dipelajari pada kisah teladan Nabi Sulaiman adalah berdialog dengan rakyat
kecil. Nabi Sulaiman senang berkomunikasi dengan rakyatnya, walaupun rakyatnya
(hanya) beberapa ekor semut dan burung Hud-Hud. (Q.S. an-Naml [27]: 16, 18, dan
19). Hal ini mengindikasikan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan
beliau tidak memandang rendah bawahannya. Komunikasi dua arah ini
menggambarkan proses saling memberi menandakan ada nilai moderasi beragama
yakni Syura.
Melalui musyawarah setiap masalah yang menyangkut kepentingan umum
dan kepentingan rakyat dapat ditemukan dalam satu jalan keluar yang sebaik-
baiknya setelah semua pihak mengemukakan pandangan dan pikir mereka wajib
terdengan oleh pemegang negara supaya ia dalam membuat suatu keputusan dapat
mencerminkan pertimbangan-pertimngandan bijak sna untuk kepentingan umum.
Bapak/Ibu mahasiswa selanjutnya temukan nilai-nilai moderasi beragama
dari materi kisah teladan nabi Sulaiman a.s.

E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 tentang Kisah
Keteladanan Nabi Sulaiman a.s dan umatnya. Agar Anda dapat lebih memahami
materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 1, buatlah tabel yang menjelaskan tentang
hikmah (pelajaran) dari kisah Nabi Sulaiman a.s disertai dalilnya Sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh

9
lima hikmah yang dapat dipetik dari kisah Nabi Sulaiman a.s tersebut. Berikut ini
contohnya:

TABEL. 1
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN
UMATNYA
No Tema Kisah Dalil Hikmah yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
1 Nabi Sulaiman Q.S. An- Tidak menyombongkan jabatan
dengan Ratu Naml (kekuasaan) yang diberikan oleh Allah Swt
Bilqis [27]: 42-44 dan menggunakan kenikmatan tersebut
untuk menyembah-Nya

2
3
4
5

F. Referensi Tambahan
Kepemimpinan Nabi Sulaiman Dalam Al-Qur’an https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/tafse/article/view/13101/pdf

10
KEGIATAN BELAJAR 2
KISAH KETELADANAN DARI ASHABUL KAHFI

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Memahami kisah keteladanan dari ashabul kahfi sebagai bentuk akhlak mulia.
2. Mengidentifikasi hikmah dan keteladanan kisah ashabul kahfi sebagai bentuk
akhlak mulia.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mahasiswa mampu menguraikan kisah konsep ashabul kahfi dalam Al-Qur’an;
2. Mahasiswa mampu memerinci biografi ashabul kahfi
3. Mahasiswa mampu menyeleksi hikmah kisah ashabul kahfi
4. Mahasiswa mampu menguraikan keteladanan kisah ashabul kahfi

C. Uraian Materi
1. Kisah Ashabul Kahfi dalam Al-Qur’an
Kisah Ashabul Kahfi ini diabadikan oleh Allah Swt dalam Q.S. Al-Kahfi.
Menurut M. Quraish Shihab, surah ini dinamakan “al-Kahf” yang berarti “Gua”.
Surah ini juga dinamakan dengan Ashhâbul Kahfi artinya “Penghuni-penghuni
Gua”, diambil dari kisah surah ini pada ayat 9 sampai 26. Kisah Ashabul Kahfi
menjelaskan sekelompok pemuda menyingkir dari gangguan penguasa
zamannya, lalu tertidur di dalam gua selama tiga ratus tahun lebih. Nama tersebut
dikenal sejak masa Rasul saw, bahkan beliau sendiri menamai demikian. Beliau
bersabda, “Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surah al-Kahfi maka dia
terpelihara dari fitnah ad-Dajjal” (HR Muslim dan Abu Daud melalui Abu ad-
Darda‘) (Shihab, 2017: 221-223)

11
2. Biografi Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan
beriman kepada Allah Swt., yang menyelamatkan iman dan tauhid kepada
Allah Swt dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja
Dikyanus/Daqyaniyus/Decius yang memaksa untuk menyembah berhala di
lingkungan istananya. Al-Maududi menguraikan bahwa dahulu penduduk Kota
Ephesus menyembah satu sesembahan utama bernama Diana, dia dianggap
sebegai Dewi Bulan. Mereka menyembah berhala ini didalam kuil yang mereka
bangun bernama Kuil Diana (Temple of Diana). Banguna ini kemudian oleh PBB
dijadikan salah satu dari 7 keajaiban dunia.
Kisah para pemuda yang tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun
didasarkan pada beberapa bukti-bukti arkeologi yang mendukung bahwa
Ashhabul kahfi terjadi di kota Epheshus (Arab: Afsus) abad ke-3 di zaman Romawi
Kuno yaitu di tahun 249-251 M, di Izmir Turki. Setidaknya ada 33 lokasi yang
diklaim sebegai gua tempat persembunyian Ashabul Khafi. Lokasi yang paling
disrotoi adalah gua terdapat di Yordania perkampungan Al-Rahib atau dalam Al-
Quran di sebut Al-Raqeem (2017:224), yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A‘landa
dekat kota Amman Yordania. Muhammad Wahib, seorang arkeolog berpendapat
bahwa situs bersejarah Ar-Raqeem merupakan tempat Ashabul Kahfi
bersembunyi. Gua Kahaf Ar-Raqeem atau Kahaf Ar-Rajeeb di Yordania
tampaknya menjadi kandidat kuat sebagai gua tempat para pemuda beriman itu
tertidur.
Gua Ar-Raqeem ini seakan muncul dengan corak “islamisasi” kisah Seven
Sleepers itu sendiri. Pintu gua itu mengarah kea rah selatan atau Kota Mekah. Situs
ini memiliki corak arsitektur Byzantium. Di dinding-dinding luar gua terdapat
pahatan dan ukiran ayng menunjukkan karakter zaman di wilayah itu. Gua itu
asalnya alami namun ada bekas konstruksi manusia. Dahulu di situs ini terdapat

12
satu gereja yang kemudian diibah menjadi masjid tua yang berada diatas gua itu.
Mungkin inilah isyarat Al-Qur’an Q.S. [18]: 21. Raja Abdullah ke- 2 (Raja
Yordania) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi masjid
dan ma‘had yang diberi nama Masjid Ashabul Kahfi. Terkait dengan nama dan
jumkah para pemuda Ashabul Kahfi, para ulama, ilmuan, bahkan sejarawan
berbeda-beda menuliskan nama dan jumlah mereka. Hal ini sesuai dengan Surat
Al-Kahfi ayat 22:
ْ ُ َْ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َْ ْ َْ َ َ ُ ُ َْ ُ َ َٰ َ ُ ُ
‫سَ ََيُ ْول ْون ثلثةَّر ِابع ُه ْم كل ُب ُه ْمۚ َو َيُ ْول ْون خ ْم َسة َس ِاد ُس ُه ْم كل ُب ُه ْم َرج ًماْۢ ِبالغي ِبۚ َو َيُ ْول ْون َس ْبعة َّوث ِامن ُه ْم كل ُب ُه ْمَۗقل‬

ً ََ ْ ْ َ َ َ َّ ً َ ً َ َّ ْ ْ َ ُ َ َ َ َّ َ ْ َّ َ ْ َ ‫م‬
ࣖ‫ۖولا ت ْستف ِت ِف ْي ِه ْم ِممن ُه ْم احدا‬
‫اهرا‬ ‫َّر ِب ْيٓٗ اعل ُم ِب ِعد ِت ِه ْم َّما َيعل ُم ُه ْم ِالا ق ِل ْيل ە‬
ِ ‫َۗ فلا تم ِار ِفي ِهم ِالا ِمراۤء ظ‬

Artinya: “Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang
ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang),
yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi)
mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.”
Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang
mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad)
berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau
menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun”.
Table dibawah ini setidaknya gambaran dari perbedaan nama dan jumlah
pemuda Ashabul kahfi yang berasal dari berbagai sumber:

Manuskrip Manuskrip Versi Latin Mikhail As- Versi Imam Ath- Ibn Katsir
Pseudo NSS4 St. (Gloria Suryani Koptik Thabari (Versi abad 13
Zachariah Petersburg Martyrum) (Michael the 8 pemuda) M
(abad 5) (abad 6) Syrian) Abad 9 M
Maximiliano Mahsimilinina
Akelides Lamliko Malchus Ikilos Aršellītīs Yamliha Yamlikha
Diomedes Martholos Martinianus Dinonisios diōmetios Marthus Martunus
Eugenios Dinosios Constantinus Istifanos Sabbastios Kasythusy Kastunus
Estephanos Ioannis Dionysius Fruqtis Probatios Pirunus Bairunus
Probatios Serapion Johannes Sebastos Avhenios Dinamus Danimus

13
Sabbatios Exaqustodianus Serapion Qiryaqos Stafanos Bathunus Yatbunus
Qurianos Antoninos Kafašţaţayūš Kīriakos Qalush Qalusy
(Ksōţōnos)

Selain dari apa yang tertera diatas terdapat beberapa pandangan lain terkait
nama dan jumlah Ashabul kahfi, misalnya ada pendapat yang mengatakan bahwa
nama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu,
Danimus, Yathbunus dan Thamlika adapun anjingnya bernama Qitmir. Allah
berirman dalam surah al-Kahfi [18]: 13-14: (Kemenag, 2014: 109)
َ ُّ ُ َ َ َ ْ ُُ ٰ َ َ ْ ً ُ ُ ْٰ ‫م‬ ُ ٰ ْ ُ َّ ‫ْ َ م‬ ُ َ َ َ َ َ َ ُّ ُ َ ْ َ
‫ َّو َر َبطنا على قل ْو ِب ِه ْم ِاذ ق ُام ْوا فُال ْوا َربنا‬١٣ ۖ‫نً ُن نُص عل ْيك نباه ْم ِباًِ ِقَۗ ِانه ْم ِفت َية ا َمن ْوا ِب َر ِب ِه ْم َو ِزدنه ْم هدى‬

ً َ َ ً َ ْ ُ ْ َ َّ ٰ ُ ۟ ُ ْ َّ َ َْ
١٤ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِض ل ْن ندع َوا ِم ْن د ْو ِن ّٖ ٓٗه ِال ًها لُد قلنآٗ ِاذا شططا‬
َّ ‫َر ُّب‬

Artinya:“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.


Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami
tambahkan petunjuk kepada mereka (13) Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri
63 lalu mereka berkata, Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan
selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang
sangat jauh dari kebenaran.” (Al-Asyari, 2014: 294)

3. Ashabul Kahfi dan Raja Dikyanus/Daqyaniyus/Decius


Dikyanus/Daqyaniyus/Decius adalah penyembah berhala yang sangat
fanatik. Menurut manuskrip Pseudo Zacharia Rhetor, Dikyniyus naik tahta
setelah membunuh Kaisar Philip. Dikyniyus mengalahkan pasukan Kaisar
Philip di dekat Verona Italia pada tahun 249 M dan sejak saat itu Dikyanius
menjadi Kisar Romawi.
Nama lengkap Dikyanius adalah Gaius Messius Quintus Traianus Decius.
Pemerintahahnya tidak berlangusng lama yaitu hanya 2 tahun antara tahun
249-251 M. di tahun 250 M Dikyanius mengeluarkan dekrit untuk menindak
tegas yang enggan melakukan ritual Pagan. Ia menjadi Ia menyebar mata-mata

14
ke seluruh negeri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah
berhala. Jika mereka ditemukan maka akan diseret ke hadapan Dikyanus
kemudian di seret ke alun-alun untuk dipenggal. Dikyanus adalah manusia
berhati batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga korban dan
disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan
bahwa dia sangat senang dengan kepemimpinan Dikyanus, Dikyanus segera
menggelar pesta besar (Kemenag, 2014: 109).
Suatu hari Dikyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Dia mengundang
seluruh rakyatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan
agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti
nanti itu pun tiba. Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi
sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara
itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Dikyanus dan
mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan. Dikyanus
kemudian duduk dengan khusyuk di hadapan berhala yang berada di tengah-
tengah istana. Suasana menjadi senyap.
Dikyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan
lalu kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Dia kemudian
duduk dalam singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih
berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Dikyanus terlihat gugup dan gelisah, dan
berkata: “Menteri, mana Martius dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martius dan
Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal. Martius dan Nairawis
adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martius pulang ke rumahnya
ia langsung berhadapan dengan ayahnya denga wajah merah padam.
Martius segera menghindar namun ayahnya menarik ke arah bajunya dan
memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di
istana. Martius kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis tersedu-sedu.

15
Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri
yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang menteri dari Dikyanus.
Sedangkan, Nairawis ialah anak dari menteri kepercayaan Dikyanus yaitu
Kaludius. Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa
as, yang sangat tidak suka dengan pemerintahan Dikyanus tiba-tiba rumahnya
diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martius,
sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru
saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan
orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu. Tidak lama mereka bercakap-
cakap. Pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan
Dainamus. Dainamus ialah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam
ketidakadilan oleh para pedagang besar orang-orang Romawi. Mereka berempat
terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan
untuk lari dari kota yang penuh dengan kenistaan dan jauh dari Tuhan
(Kemenag, 2014: 110).
Keesokan harinya terdengar kabar bahwa putra dari Dikyanus tewas terbunuh
di sungai. Pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As.
Ia segera ditangkap dan disiksa di hadapan Dikyanus. Ketika sedang mengawasi
penyiksaan ini, mata-mata Dikyanus mengatakan kepada Dikyanus, “Tuan, aku
pernah melihat pemuda ini bersama Martius dan Nairawis beserta para pemuda
lainnya. Aku khawatir mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini.
Mereka menyebarkan bahwa tuan adalah orang sesat kerena menyembah
berhala. Mereka juga mengatakan bahwa Anda kejam dan sewenang-wenang. Aku
khawatir mereka berusaha menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini”.
Mendengar perkataan ini, Dikyanus geram. “Pergi dan tangkap mereka sekarang
juga, jangan kembali jika kau tidak berhasil menangkapnya! Di antara para pejabat
Dikyanus, ada yang simpati terhadap nasib Martius dan Nairawis. Kabar ini pun

16
tersampaikan ke telinga Martius. Mereka berenam sepakat untuk melarikan diri
ke negeri terdekat ar-Raqim. Di sinilah cikal bakal pelarian pemuda Ashabul Kahfi.
Dalam pelarian mereka kemudian beristirahat dalam sebuah gua. Mereka tidak
henti-hentinya meminta perlindungan kepada Allah Swt. Allah Swt. menjadikan
gua ini tampak menyeramkan sehingga siapa pun yang medekati gua ini, akan
terbesit ketakutan dan tak berani memasukinya. Ketujuh pemuda dan seeokor
anjing ini akhirnya tertidur selama 309 tahun dengan izin Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-Kahfi [18]: 25:
ً ُ َ ْ َ َ َ َٰ َ ُ َ
٢٥ ‫َول ِبث ْوا ِف ْي ك ْه ِف ِه ْم ثلث ِمائ ٍة ِس ِن ْين َوازداد ْوا ِت ْسعا‬

Artinya: “Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.”
300 tahun berlalu dengan pemimpin yang silih berganti dan semuanya
ialah orang yang amat kejam. Hingga akhirnya Allah Swt menunjukkan jalan.
Negeri Syam kini dipimpin oleh seorang pengikut Nabi Isa as yang
memerintahkan rakyatnya agar menyembah Allah Swt. dan menghancurkan
berhala. Dia juga berlaku adil dan sangat bijaksan. Negeri Syam kini menjadi
negeri yang makmur dan rakyatnya terhindar dari kemiskinan (Kemenag, 2014:
111)

4. Kisah Ashabul Kahfi dalam Tafsir Al-Misbah


Pengarang tafsir al-Muntakhab terdiri dari sekelompok ulama dan pakar Mesir
berusaha mengungkap tempat dan waktunya melalui isyarat-isyarat Al-Qur’an.
Berangkat dari sana, mereka menyatakan bahwa Ashhâb al-Kahf adalah
sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah Swt. yang tengah mengalami
penindasan agama sehingga mereka mengasingkan diri ke dalam gua yang
tersembunyi. Sementara itu, sejarah kuno mencatat adanya beberapa masa
penindasan agama di kawasan Timur kuno yang terjadi dalam kurun waktu

17
yang berbeda. Dari beberapa peristiwa penindasan agama itu hanya ada dua
masa yang mereka anggap penting, dan yang salah satunya mereka nilai dapat
mempunyai kaitan dengan kisah Penghuni Gua ini.
Peristiwa pertama, terjadi pada masa kekuasaan raja-raja Saluqi saat
kerajaan itu diperintah oleh Raja Antiogos IV yang bergelar Nabivanes (tahun 176-
84 SM). Pada saat penaklukan singgasana Suriah, Antiogos yang juga dikenal
sangat fanatik terhadap kebudayaan dan peradaban Yunani Kuno mewajibkan
kepada seluruh penganut Yahudi di Palestina, yang telah masuk dalam wilayah
kekuasaan Suriah sejak 198 SM., untuk meninggalkan agama Yahudi dan
menganut agama Yunani Kuno. Antiogos mengotori tempat peribadatan Yahudi
dengan meletakkan patung Zeus, tuhan Yunani terbesar, di atas sebuah altar dan
pada waktu-waktu tertentu mempersembahkan kurban berupa babi bagi Zeus.
Terakhir, Antiogos membakar habis naskah Taurat tanpa ada yang tersisa.
Berdasarkan bukti historis ini, dapat disimpulkan bahwa pemuda-pemuda itu
adalah penganut agama Yahudi yang bertempat tinggal di Palestina, atau tepatnya
di kota Yerusalem. Dapat diperkirakan pula bahwa peristiwa bangunnya mereka
dari tidur panjang itu terjadi pada 126 M. setelah Romawi menguasai wilayah
Timur, atau 445 tahun sebelum masa kelahiran Rasulullah Saw. tahun 571 M.
Peristiwa kedua terjadi pada zaman imperium Romawi saat Kaisar Hadrianus
berkuasa (tahun 117-138 M) Kaisar itu memperlakukan orang- orang Yahudi
sama persis seperti apa yang pernah dilakukan oleh Antiogos. Pada 132 M., para
pembesar Yahudi mengeluarkan ultimatum bahwa seluruh rakyat Yahudi akan
berontak melawan kekaisaran Romawi. Mereka memukul mundur garnisun-
garnisun Romawi di perbatasan dan berhasil merebut Yerusalem. Peristiwa
bersejarah ini diabadikan oleh orang-orang yahudi dalam mata uang resmi
mereka. Selama tiga tahun penuh mereka dapat bertahan. Terakhir, Hadrianus
bergerak bersama pasukannya menumpas pemberontak- pemberontak Yahudi.

18
Palestina jatuh dan Yerusalem dapat direbut kembali. Etnis Yahudi pun dibasmi
dan para pemimpin mereka dibunuh. Orang-orang Yahudi yang masih hidup
dijual di pasar-pasar sebagai budak. Simbol-simbol agama Yahudi dihancurkan,
ajaran dan hukum Yahudi dihapus. Dari penuturan sejarah ini, didapati
kesimpulan yang sama bahwa para pemuda itu adalah penganut ajaran Yahudi.
Tempat tinggal mereka bisa jadi berada di kawasan Timur Kuno atau di Yerusalem
sendiri. Masih mengikuti alur sejarah ini, mereka diperkirakan bangun dari
tidur panjang itu kurang lebih pada 435 M. 30 tahun menjelang kelahiran
Rasulullah saw. Tampaknya, peristiwa pertama lebih mempunyai kaitan dengan
kisah Ashhâb al-Kahf karena penindasan mereka lebih sadis. Adapun penindasan
umat Kristiani tidak sesuai dengan kelahiran Nabi Muhammad saw. dalam tafsir
al-Muntakhab.
T h a b a t h a b a ‘i menyebut lima tempat di mana terdapat gua yang diduga
orang sebagai Gua Ashhâb al-Kahf. Pertama di Episus atau Epsus, satu kota
tua di Turki sekitar 73 km dari kota Izmir dan berapa di suatu gunung di desa
Ayasuluk. Gua ini berukuran sekitar satu kilometre. Ini popular sebagai gua
Ashhâb al-Kahf di kalangan umat Nasrani dan sebagian umat Islam. Tetapi, tidak
ada bekas masjid atau rumah peribadatan sekitarnya, padahal Al-Qur’an
menjelaskan bahwa sebuah masjid di bangun di lokasi itu. Arahnya pun tidak
sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an melukiskan bahwa
matahari bersinar pada saat terbitnya di arah kanan gua dan ketika terbenam di
arah kirinya, dan ini berarti pintu gua harus berada di arah selatan, padahal pintu
gua tersebut tidak demikian. Kedua, gua di Qasium dekat kota ash-
Shalihiyyah di Damaskus. Ketiga, Gua al-Batra’ di Palestina. Keempat, gua yang
katanya ditemukan di salah satu wilayah di Skandinavia.
Konon, disana ditemukan tujuh mayat manusia yang tidak rusak bercirikan
orang- orang Romawi dan diduga merekalah Ashhâb al-Kahf. Kelima, Gua Rajib,

19
yang berlokasi sekitar delapan kilometer dari kota ‘Amman ibu kota dari kerjaan
Jordania, di satu desa bernama Rajib. Gua itu berada di suatu bukit, di mana
ditemukan satu batu besar yang berlubang pada puncak selata bukit itu.
Pinggirnya dibagian timur dan barat terbuka sehingga cahaya matahari dapat
masuk ke dalam gua. Pintu gua berhadapan dengan arah selatan. Di dalam
gua terdapat batu sebagai peti mayat yang digunakan orang Nasrani dengan ciri
masa Byantium, jumlahya delapan atau tujuh buah. Juga terdapat gambar
berwarna merah dari seekor anjing serta beberapa gambar lainnya. Di atas gua itu
terdapat runah peribaatan ala Byzantium dan mata uang serta peningglan-
peninggalan yang menunjukan bahwa tempat itu dibajun pada masa Justiunus
(418-427 M.) dan beberapa peninggalan lain. Tempat peribadatan itu diubah dan
dialihkan menjadi masjid dengan menara dan mihrab ketika kaum muslimin
menguasai daerah itu. Di lokasi depan pintu gua, ada juga bekas- bekas bangunan
masjid yang kelihatanya dibangun oleh kaum muslimin pada awal Islam, dan
yang terus menerus dipelihara dan direnovasi dari saat ke saat. Masjid ini
dibangun di atas puling-puing gereja Romawi, sebagaimana halnya masjid yang
berada di atas gua.
Gua ini ditemukan pada 1963. Peneliti dan pakar purbakala, Rafîq Wafa ad-
Dâjâni, menulis hasil penelitiannya dalam sebuah buku yang ia namai “Iktisya fi
Kahf Ashhâb al-Kahf/ Penemuan Gua Ashhâb al-Kahf” yang terbit pada 1964, di mana
ia menguraikan jerih payah yang dideritanya dalam rangka penelitian itu serta
ciri-ciri gua tersebut dan peninggalan- peninggalan yang ditemukan di sana.
Semua itu mengantar kepada keyakinan bahwa gua itulah Gua Ashhâb al-Kahf yang
disebut dalam Al-Qur’an. Gua itulah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebut
dalam Al-Qur’an, bukan yang terdapat di Epsus, atau Skandinavia, atau tempat-
tempat lain.

20
Penindasan yang dilakukan oleh penguasa zaman pemuda-pemuda itu
diperkirakan terjadi pada masa Tarajan (98-117 M), dan penguasa yang
memerintah pada saat pemuda-pemuda itu bangun dari tidurnya adalah
Theodosius (408-450 M) yang disepakati oleh pakar-pakar sejarah, baik muslim
maupun Kristen, sebagai raja yang bijaksana. Nah, kalau kita menjadikan
pertengahan masa pemerintahan Theodosius sebagai akhir masa tidur Penghuni
Gua itu, katakanlah pada 421 M., dan dikurangi 309 tahun, yaitu masa tertidur
pemuda-pemuda itu, itu berarti mereka mulai tertidur sekitar tahun 112 M., yaitu
sekitar pertengahan masa pemerintahan Tarajan yang pada tahun yang sama
menetapkan bahwa setiap orang Kristen yang menolak menyembah dewa-dewa,
dinilai sebagai penghianat dan diancam hukuman mati. Demikian kesimpulan
Thabathaba‘i.
Tahun dan tempat serta nama-nama Penghuni Gua tidak sepenting
mengetahui serta menarik pelajaran dari peristiwa ini. Pakar dan sejarahwan
dipersilakan mengemukakan aneka pendapat. Namun yang pasti, peristiwa
tersebut pernah terjadi, dan dari peristiwa itu kita harus mengambil pelajaran
berharga, antara lain tentang betapa kuasa Allah menghidupkan yang telah mati.
Bukankah “tidur” saudaranya “mati”? Sayyid Quthub menulis bahwa banyak
sekali riwayat dan banyak pula pendapat menyangkut kisah ini. Dalam buku-
buku lama ditemukan uraian, demikian juga dalam mitos yang beraneka ragam.
Kita hendaknya berhenti pada uraian Al-Qur’an karena kitab suci ini yang
merupakan sumber keyakinan. Kita hendaknya mengabaikan riwayat-riwayat
dan mitos-mitos yang masuk dalam aneka tafsir Al-Qur’an tanpa di dukung
satu pun sanad dan dalil yang kuat. Lebih-lebih karena Al-Qur’an al-Karim telah
melarang untuk bertanya tentang hal ini selain kepada wahyu Al-Qur’an dan juga
melarang berdiskusi dan bertengkar atau menerka-nerka (Shihab, 2017-245-247).

21
5. Hikmah dan Keteladanan Kisah Ashabul Kahfi
Berdasarkan pada kisah Ashabul Kahfi dapat diambil hikmah dan
keteladanan sebagai berikut:
a. Menyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa atas segala-galanya, seperti
menidurkan Ashabul Kahfi selama tiga ratus tahun lebih di dalam gua
kemudian membangunkan kembali. Begitu pun Allah Swt Maha Kuasa untuk
menghidupkan yang telah mati.
b. Beriman kepada Allah Swt dan mempertahankan keimanannya walaupun
dalam ancaman penguasa yang zalim.
c. Bertawakal dan berdoa kepada Allah Swt untuk minta perlindungan
dari ancaman orang-orang yang berbuat zalim
d. Allah Swt akan memberikan perlindungan bagi orang-orang yang beriman
dan bertawakal kepada-Nya.

D. Kontekstualisasi Materi Kisah Teladan Ashabul Kahfi dengan Moderasi


Beragama
S a u d a r a mahasiswa, apakah pelajaran dan nilai yang anda dapatkan
setelah mempelajari seluruh materi di atas pada KB ini yang dapat saudara
aplikasikan pada pembelajaran Akidah Akhlak?
Berdasarkan hikmah kisah ashabul kahfi adalah beriman kepada Allah Swt
dan mempertahankan keimanannya walaupun dalam ancaman penguasa yang
zalim. Dalam kontek nilai moderasi beragama adalah Qudwah, yakni keteladanan
yang patut ditiru oleh umat Islam dalam mempertahankan prinsip yang dipegang.
Memegang teguh kebenaran menandakan menandakan keimanan yang kuat.
Perilaku ashabul kahfi ini juga salah satu upaya menghindari konflik agar tidak
terjadi persoalan yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini menggambarkan sikap

22
moderat dari ashabul kahfi dalam kehidupan yang dapat diteladani oleh umat
muslim.
Keteladanan merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang
dalam proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru
(modeling). Namun yang dikehendaki dengan metode keteladanan dijadikan sebagai
alat pendidikan Islam dipandang keteladanan merupakan bentuk prilaku individu
yang bertanggung jawab yang bertumpu pada praktek secara langsung. Dengan
menggunakan metode praktek secara langsung akan memberikan hasil yang efektif
dan maksimal. Qudwah berarti melakukan kepeloporan dalam prakarsa-prakarsa
kebaikan demi kemaslahatan hidup manusia (common good and well-being) dan dengan
demikian umat Islam yang mengamalkan wasathiyyah bisa memberikan kesaksian
(syahadah)
Bapak/Ibu mahasiswa selanjutnya temukan nilai-nilai moderasi beragama
dari materi kisah teladan Ashabul Kahfi!

E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 2 tentang Kisah
Keteladanan Ashabul Kahfi. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang terdapat
pada Kegiatan Belajar 2, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran)
dari Keteladanan Ashabul Kahfi disertai dalilnya sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang
dapat dipetik dari Keteladanan Ashabul Kahfi tersebut. Berikut ini contohnya:

TABEL 2

HIKMAH KISAH KETELADANAN ASHABUL KAHFI

23
Hikmah yang dapat
No Tema Kisah Dalil diterapkan dalam

1 Ashabul Kahfi Q.S. Al-Kahfi [18]: 9-26 kehidupan


Menjaga sehari-hari
keimanan kepada
Allah
2
3 Swt dalam kondisi
4
5 apapun

F. Referensi Tambahan
Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qashas fi Al-Qur‟an al-Karim, cet. 1 (Qahirah,
Mathba‟ah Amanah, 2003

24
KEGIATAN BELAJAR 3
KISAH TELADAN NABI YUNUS A.S DAN NABI AYUB A.S

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menelaah kisah keteladanan nabi Yunus a.s dan Nabi Ayub a.s
2. Menelaah hikmah dan keteladanan kisah nabi Yunus a.s dan Nabi Ayub a.s

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mahasiswa mampu menguraikan kisah keteladanan Nabi Yunus a.s dalam Al-
Quran;
2. Mahasiswa mampu menguraikan kisah keteladanan Nabi Ayub a.s dalam Al-
Quran;
3. Mahasiswa mampu menguraikan hikmah dari kisah keteladanan Nabi Yunus a.s;
4. Mahasiswa mampu menguraikan hikmah dari kisah keteladanan Nabi Yunus a.s.

C. Uraian Materi
1. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s dalam Al-Qur’an
Nama Nabi Yunus a.s disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak empat kali,
dan disebutkan dengan nama gelarnya dua kali. Lihat pada Q.S An-Nisâ’ [4]: 163,
Q.S Al-An‘am [6]: 86, Q.S Yunus [10]: 98, Q.S An-Nisâ‘ [21]: 87-88, Q.S Ash-Shaffât
[37]: 139-148, dan Q.S Al-Qalam [68]: 48-50. Sedangkan Nabi Ayyub a.s diceritakan
dalam Q.S An-Nisâ‘ [4]: 163, Q.S. Al-An‘am [6]: 84, Q.S. Al- Anbiya’ [21]: 87-88,
dan Q.S. Sad [38]: 41-44. (Az-Zain, 2007: 271-279)

2. Biografi Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s


Nama lengkapnya adalah Nabi Yunus bin Matta dari keturunan Benyamin bin
Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (Kemenag, 2014: 60). Yunus a.s adalah salah seorang

25
nabi yang dinisbatkan kepada Bani Israel. Karena ia meninggalkan tempat
kenabiannya maka atas perintah Allah swt menjadi umpan ikan paus (Nun).
Tempat pengutusan Yunus terletak di daerah Nainawa kuno di utara negri Irak.
Setelah pembangkangan penduduk Nainawa dan ancaman azab Allah, ia
meninggalkan kaumnya.
Setelah Yunus tahu tentang diangkatnya azab Ilahi dari penduduk Nainawa,
supaya ia tidak dituduh pembohong oleh kaumnya, ia menjauh dari Nainawa dan
pergi ke laut serta menaiki kapal. Karena kapal itu dalam bahaya serangan ikan
paus, maka para penumpangnya mengambil keputusan supaya salah seorang
diantara mereka menjadi umpan ikan tersebut. Setelah Yunus terpilih dalam
undian sebagai umpan ikan paus, atas perintah Allah swt ikan itu menelannya ke
dalam perutnya. Di dalam perut ikan, Yunus as bertaubat kepada Allah swt.
Dengan meyakini bahwa dirinya telah berbuat zalim, ia memohon ampunan dari
Allah swt. Atas perintah Allah swt, ikan paus melepaskan Yunus di laut dan
mendamparkannya disebuah pantai. Alquran telah mengisahkan tentang
dicabutnya azab Ilahi dari kaum Yunus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi
kepadanya setelah keluar dari Nainawa.
Nama Yunus disebutkan empat kali di dalam Al-Qur’an dan Surah Yunus
dalam Al-Qur’an dinamai dengan namanya. Yunus diyakini sebagai cucu dari
Nabi Ya'qub as. Masa kenabian Yunus datang setelah jarak panjang setelah periode
Nabi Sulaiman as. Berdasarkan catatan sejarah dan hadis Nabi Muhammad saw
dalam dialognya dengan Addas seorang kristen, kepribadian Yunus dipuji.
Dikatakan bahwa makam Yunus as terletak di Nainawa bagian utara negara Irak
atau di dekat Al-Kahlil di Palestina. Doa Nabi Yunus as untuk keselamatan dirinya
dari dalam perut ikan terkenal dengan Zikir Yunusiyah.
Dikatakan bahwa tempat tinggal dan pengutusan Yunus a.s pada 780 tahun
sebelum Masehi adalah di Nainawa, sebuah kota di dekat Mosul. Nainawa adalah

26
sebuah kota tua yang dahulu kala merupakan salah satu desa di Mosul. Sungai
Dijlah adalah pemisah antara Nainawa dan Mosul. M. Quraish Shihab dalam
Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa Yunus Ibn Matta lahir di Gats Aifar,
Palestina. Masyarakatnya menolak ajakannya sehingga beliau menuju ke Yafa,
satu pelabuhan di Palestina, dan melaut menuju tempat yang dinamai Tasyisy,
satu kota di sebelah barat Palestina atau selain itu, lalu beliau diturunkan ke tengah
laut sehingga ditelan oleh ikan besar. Beliau diutus sekitar awal abad VIII SM dan
dikuburkan di Jaljun, satu desa yang terletak diantara Qudus di Palestina dan al-
Khalil yang terletek di tepi barat Laut Mati. Kaum Yunus hidup di kota Nainawa,
salah satu kota di kerajaan ‘Asyur yang terletak di tepi sebelah kiri sungai Tigris di
Irak dan dibangun pada 2229 SM. Konon, Nabi Yunus a.s setelah sekian lama
mengajak kaumnya ke jalan kebenaran tetapi terus membangkang, akhirnya
meninggalkan mereka sambil mengancam jatuhnya siksaan Allah setelah empat
puluh hari. Namun, beberapa sebelum berakhirnya masa itu, mereka melihat
tanda-tandanya (Shihab, 2017: 511).
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain menceritakan biografi Nabi Yunus a.s
dan Nabi Ayyub a.s didasarkan yang dikisahkan oleh Al-Qur’an sebagai berikut:
Di dalam hadis, Nabi Yunus a.s disebutkan nama dan nasab (garis keturunan)
melalui sabda Rasulullah Saw., “Tidak dibenarkan seorang hamba mengatakan:
“Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta‘. Allah Swt. Telah menjadikan Nabi
Yunus a.s. sebagai salah seorang dari Rasul-rasul-Nya, sebagaimana yang terdapat
di dalam firman Allah Swt., “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul”
(Q.S As-Saffat [37]: 139). Al-Qur’an mengenalkan Yunus a.s dengan dua gelar:
Pertama, Sahib al-Hut, ―Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan
Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan
ketika dia berdoa dengan hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48). Kedua, Zun Nun, “Dan
(ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia

27
menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang
sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk
orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Anbiya>‘[21]: 87). (Az-Zain, 2007: 271-272)
Nabi Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishak bin Ibrahim. Nabi Ayyub a.s adalah
seorang yang kaya raya. Istrinya banyak, anaknya banyak, hartanya melimpah
ruah, dan ternaknya tak terbilang jumlahnya. Dia hidup makmur dan sejahtera.
Walau demikian dia tetap tekun beribadah. Segala nikmat dan kesenangan yang
dikaruniakan kepadanya tak sampai melupakannya kepada Allah. Dia gemar
berbuat kebajikan, suka menolong orang yang menderita terlebih dari golongan
fakir miskin (Kemenag, 2014-62).
Nabi Ayyub a.s berasal dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. sebagaimana yang
diisyaratkan Al-Qur’an di dalam firman-Nya yang berbunyi, « …dan kepada
sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan
Harun…‖ (QS Al-An‘am: [6]: 84). Makna dari kata Nabi Ayyub a.s adalah Syadid al-Ub
yang berarti banyak bertasbih kepada Allah Swt sebagaimana panggilan Allah Swt
pada gunung-gunung “…Ya Jibalu Awwibi Ma‘ahu…” (Wahai gunung-gunung dan
burung-burung! Bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud…,) (Q.S. As-Saba’
[34]: 10). Nabi Ayyub a.s termasuk sebaik-baik hamba, firman-Nya
“…Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (Q.S. Sad [38]: 44. (Az-Zain, 2007:
279-280)

3. Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya
a. Kisah Nabi Yunus a.s
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain dalam bukunya Madrasatul Anbiya‟: Ibar
wal Adhwa‟ kisah Nabi Yunus a.s berikut ini (Az-Zain, 2007: 273-277):

28
Allah Swt. Mengutus Nabi Yunus a.s. kepada penduduk Nainawa yang
terletak di bumi Irak. Disebutkan di dalam Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi) bahwa
Rasulullah di hari ketika beliau hijrah ke Thaif dan diusir oleh penduduknya.
Beliau berteduh di bawah sebuah pohon milik dua orang anak Rabi‘ah. Keduanya
pun mengirim Rasul sepiring anggur, melalui pekerja mereka berdua yang
bernama ‘Udas‘. Terjadilah percakapan antara Rasulullah Saw. dengan Udas,
kamu berasal dari negeri mana?” Tanya Rasul. “Dari Nainawa” jawab Udas.
Rasulullah Saw. bertanya kembali, “Dari negeri seorang laki-laki shaleh yang
bernama Yunus bin Matta?” Udas menjawab,” “Apakah engkau mengetahui
tentang Yunus bin Matta?” Rasul menjawab, Ia adalah seorang Nabi, dan aku pun
seorang Nabi.‖ Akhirnya Udas pun masuk Islam.
Nabi Yunus a.s bin Matta pergi menemui penduduk Nainawa. Mengajak
mereka untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan hikmah serta nasihat yang
baik. Namun mereka mendustainya, memberontak, dan tetap bersikeras kepada
kekafiran mereka. Beliau mengingatkan mereka akan neraka yang menyala-nyala,
serta mengancam mereka dengan azab jika mereka tetap tidak mau beriman, lalu
beliau pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, “Dan (ingatlah kisah)
Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah…,” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 87).
Kepergian beliau dari Nainawa adalah salah satu pelarian dari kewajiban
(berdakwah), putus asa dengan jawaban kaumnya. “(Ingatlah) ketika dia lari, ke kapal
yang penuh muatan,” (Q.S. As}-Saffat [37]: 140). (Al-Asy’ari, 2014: 451)
Setelah Nabi Yunus a.s. meninggalkan Nainawa dalam keadaan marah, Allah
Swt. membersitkan di dalam hati kaumnya untuk kembali dan bertobat kepada
Allah Swt. Mereka pun menyesali perbuatan mereka yang telah mendustai Nabi
Yunus a.s. Mereka memakai pakaian karung goni, memisahkan hewan ternak
dengan anaknya, kemudian mereka menjerit- jerit sambal menangis dan bersujud
kepada Allah Swt., Para wanita dan laki-laki menangis terisak-isak, hewan berlari

29
kocar-kacir dengan suara yang meninggi. Ini merupakan pemandangan yang
menengangkan lagi maha dahsyat.
Dengan rahmat-Nya Allah Swt. pun menghilangkan azab tersebut dari
mereka, dan memberikan mereka kenikamatan sampai pada batas waktu tertentu.
Allah Swt. berfirman, “Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang
beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka
(kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang meng-hinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (Q.S.
Yunus [10]: 98).
Tapi, sayangnya Nabi Yunus a.s. tidak mengetahui apa yang terjadi pada
kaumnya, yakni mereka taat dan tunduk kepada Allah Swt., serta rahmat dan
mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Nabi Yunus a.s tetap melanjutkan
perjalanannya, menumpang di salah satu kapal, firman Allah Swt., « Dan sungguh,
Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul (139), (ingatlah) ketika dia lari ke kapal
yang penuh muatan.” (140). (Q.S. As-Saffa>t [37]: 139-140).
Saat beliau berada di tengah-tengah para penumpang, tiba-tiba ombak
lautan mengganas. Kapal pun menjadi oleng dan terombang ambing dengan
penumpang di dalamnya. Muatan kapal pun menjadi semakin berat. Para
penumpang telah sepakat untuk mengurangi muatan kapal, dengan melempar
sebagian penumpangnya ke dalam air demi keselamatan penumpang lainnya.
Lalu diundilah nama-nama yang akan dilemparkan ke laut, keluarlah nama lelaki
shaleh ini, Nabi Yunus a.s, “kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-
orang yang kalah (dalam undian).” (Q.S. As-Saffat [37]: 141). Telah menjadi nasib
bahwa dia akan dilempar ke laut. Para penumpang pun merasa heran yang
keluar namanya dari undian tersebut adalah orang shaleh seperti Nabi Yunus a.s.
(Al-Asy’ari, 2014: 451)

30
Nabi Yunus a.s. sama sekali tidak merasa ragu dengan hasil undian,
dengan cepat dia melepaskan pakaian, dan menceburkan tubuhnya ke dasar laut.
Allah Swt. mengirimkan seekor ikan Paus yang menelan beliau tanpa
memakan. Allah Swt. mewahyukan kepada ikan Paus untuk tidak memakan
dan tidak meremukan tulang-tulang Nabi Yunus a.s. “Maka dia ditelan oleh ikan
besar dalam keadaan tercela. (Q.S. As-Saffat [37]: 142) (Al-Asy’ari, 2014: 451). Karena
kisah inilah Nabi Yunus a.s dikenal dengan gelar Sahib al-Hut (orang yang berada
dalam perut ikan Paus) “.…janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam
(perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.” (QS Al-Qalam [68]: 48) (Shihab, 2017:
304)
Ikan Paus ini berkeliling menjelajahi dasar lautan dengan Nabi Yunus a.s di
dalam perutnya. Nabi Yunus a.s pun mendengar ikan Paus bertasbih dan memuji
Ar- Rahman (Yang Mahapengasih). Dia juga mendengar tasbih batu-batu karang
untuk sang Pencipta bumi, serta mendengar tetesan air yang mengagungkan Sang
Pencipta Langit. Allah berfiman, ―Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepa-da Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun,
Maha Pengampun. » (Q.S. Al-Isra‘: [17]: 44). Hati Yunus pun tersentuh, dia pun
turut bertasbih dengan mereka yang bertasbih, “Maka sekiranya dia tidak termasuk
orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah.” (Q.S. As-Saffat [37]: 143)
Nabi Yunus a.s menetap di dalam perut ikan beberapa hari lamanya, beliau
berkata: “Wahai Tuhan, aku membuatkan masjid untukmu di tempat di mana tidak ada
seorang pun yang menyembah engkau di tempat seperti ini.” Dia pun menyeru dalam
kegelapan laut dan kedalaman dasarnya, mengakui bahwa dia telah menzalimi
dirinya sendiri. Dia pun meminta Allah Swt. untuk menyelamatkannya dari
kesusahan yang dideritanya, “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi
dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka

31
dia ber-doa dalam keadaan yang sangat gelap,”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci
Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 87)
Dengan izin Allah Swt., malaikat pun mendengar suara tasbih beliau,
dan berkata, “Wahai Tuhan kami mendengar suara yang samar- samar datang dari
sebuah tempat yang asing.” Allah Swt. berfirman, “Ini adalah hamba-Ku Yunus, dia
berlari (meninggalkan kaumnya) maka Aku pun mengurungnya di dalam kegelapan”.
Dengan izin Tuhan, Malaikat pun memberikan syafaatnya kepada Yunus,
Allah Swt. Mengabulkan doa nabi Yunus a.s. (Kemenag, 2014: 61) Akhirnya, dia
diselamatkan dari kesusahan yang dideritanya, ―Maka sekiranya dia tidak
termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah (143) niscaya dia akan
tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari Berbangkit.” (144). (Q.S. As-Saffat [37]: 143-
144).
Allah Swt. lalu mewahyukan kepada ikan Paus untuk memuntahkan apa
yang ada di dalam perutnya ke daratan tandus, “Kemudian Kami lemparkan dia ke
daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit.” (Q.S. As-Saffat [37]: 145). Yunus
keluar dari perut ikan dalam keadaan sakit. Allah Swt. menumbuhkan untuknya
sebuah pohon dari jenis labu, agar dia bisa berteduh di bawah kerindangan
tangkainya, “Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.” (Q.S.
As-Saffat [37]: 146). Pohon labu memiliki ciri khas yakni daun pohonnya yang
sangat rimbun, banyak, dan sangat lebat. Tidak satu pun lalat atau hewan melata
lainnya yang mendekati atau memakan buahnya sejak dari awal tumbuh sampai
ia masak dan matang di dalam batang pohonnya. Semua sifat dari pohon ini
adalah nikmat dari Allah Swt. di mana Nabi Yunus a.s dapat berteduh di bawah
pohonnya dari sengatan matahari, “Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari
Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.” (Q.S. Al-
Qalam [69]: 49).

32
Setelah Allah Swt. menyelamatkannya dari kesulitan. Dia pun mencobanya
dan menjadikannya termasuk diantara orang-orang yang saleh. Allah Swt.
mengutusnya kepada sebuah umat untuk melaksanakan kewajiban dakwah, “Lalu
Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh.” (Q.S. Al-Qalam
[69]: 50). “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih.” (Q.S. As-Saffat [37]:
147). Nabi Yunus a.s. melaksanakan kewajibannya menyampaikan risalah. Allah
Swt. memuliakannya dengan menjadikan semua umatnya beriman kepada Allah
Swt. “Sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada
mereka hingga waktu tertentu.” (Q.S. As-Shaffât [37]: 148).
b. Kisah Nabi Ayyub a.s.
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain (2007: 280-284) dalam bukunya
Madrasatul Anbiya‟: Ibar wal Adhwa‟ kisah Nabi Ayyub a.s berikut ini:
Nabi Ayyub a.s. adalah sosok laki-laki yang banyak harta. Beliau memiliki
banyak hewan-hewan ternak, menguasai tanah yang luas serta anak-anak dan
keluarga yang besar. Dalam waktu singkat hartanya menjadi ludes, anak-
anaknya meninggal dunia, dan tanamannya rusak. Semua itu terjadi ketika Allah
Swt. memberikan penyakit kepada anak-anaknya hingga mereka pun meninggal
satu demi satu dan mengirimkan hama pada ladang dan tanamannya hingga rusak
semua. Sedangkan Nabi Ayyub a.s. setiap kali datang musibah, beliau tidak
henti-hentinya bertasbih, bertahmid dan bersabar atas cobaan yang menimpanya.
Cobaan Nabi Ayyub a.s tidak berhenti sampai disitu, Allah Swt. pun
mendatangkan penyakit ke atas tubuhnya, hingga tubuhnya menjadi lemah. Tidak
ada seorang pun yang berada di sampingnya kecuali istrinya yang salehah. Setelah
dia jatuh miskin, mereka pun menjauhinya dan lidah mereka pun tidak akan
pernah lagi menyebutnya.
Penyakit Nabi Ayyub a.s. tidak lekas sembuh, hingga kondisi keuangan dan
istri pun melemah. Hartanya pun semakin sedikit, istrinya datang ke rumah-

33
rumah kaumnya untuk bekerja dan gajinya dia gunakan untuk memenuhi
kebutuhan suami dan dirinya sendiri. Dia sadar dan menerima keadaan suaminya
yang dahulu kaya sekarang miskin, yang dahulu sehat sekarang sakit, yang
dahulu kuat sekarang terbaring lemah. Dia tidak berkata hal lain selain, innâ lillâhi
wa innâ ilaihi râji‟ûn (Sesungguhnya kami ini milik Allah Swt. dan kepada-Nya
kami kembali)‖. Suatu hari dia berkata kepada suaminya, “Wahai Nabi Ayyub a.s.
andai engkau berdoa kepada Tuhanmu, niscaya Dia akan meringankan
bebanmu” Nabi Ayyub a.s. menjawab, “Aku hidup sehat dan bahagia selama 70
tahun lamanya, apakah sedikit bagi Allah Swt. jika aku bersabar untuk-Nya selama
70 tahun?”.
Keadaan semakin lama semakin sulit bagi istri Nabi Ayyub a.s. Orang-orang
menutup pintu mereka di hadapannya. Tidak mau menerimanya bekerja lagi
dengan mereka, mereka beranggapan dia akan menularkan penyakit yang ada
pada suaminya ke dalam rumah mereka. Karena tidak ada lagi yang bisa
dilakukan, sang istri pun menggunting habis rambutnya, dan menjual rambut
tersebut dengan beberapa potong makanan. Namun dia terlambat dari waktu
yang dia biasanya memberikan obat untuk sang suami, sang suami pun marah dan
berjanji akan memukulnya. Sang istri pulang, dengan membawa beberapa potong
makanan, dia bertanya kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkan semua ini”
Sang istri pun membuka penutup kepalanya, hati Nabi Ayyub a.s. pun tersentuh
melihat pengorbanan dan kesetiaan sang istri.
Nabi Ayyub a.s. pun berdoa kepada Allah Swt. supaya dia dibebaskan dari
bala‘nya ini. “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya,“(Ya
Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha
Penyayang dari semua yang penyayang.” (Q.S. Al-Anbiyâ [21]:83. Dalam daoanya ini ia
menisbahkan penyakitnya ini kepada setan, sebagaimana firman Allah Swt., “Dan

34
ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu
setan engan penderitaan dan bencana.” (Q.S Shad [38]: 41).
Allah Swt. mendengarkan doa Nabi Ayyub a.s. dan mengabulkan doanya,
bala‘ dan penyakitnya pun diangkat darinya, “Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu
Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya
kepadanya…” (Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 84). Walaupun begitu Allah Swt. tetap
memerintahkan untuk mengambil berobat hingga sakitnya menjadi sembuh,
firman-Nya,” (Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi
dan untuk minum.” (Q.S S}ad [38]: 42). Allah Swt. mengajarinya bahwa Dia
meletakkan rahasia kesembuhan dari penyakitnya adalah dengan
menghentakkan kakinya, yakni berolah raga badan, dan mandi dengan air mata
yang sejuk dan meminum darinya. Nabi Ayyub a.s. pun melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Tuhan-Nya, dengan izin Allah Swt. sakitnya pun menjadi
sembuh dan ia kembali seperti sedia kala.
Untuk menunaikan sumpahnya kepada istrinya yang tulus, maka Allah
Swt. telah mengajarkan Nabi Ayyub a.s., untuk memebebaskannya dari
sumpahnya dengan memukulnya tanpa rasa menyakiti. Dengan mengumpulkan
seikat rumput yang lembut, lalu memukulkannya kepadanya layaknya pukulan
kekasih untuk kekasihnya, “Dan ambillahn seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu
pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah…” (Q.S Sad [38]: 44)
Allah Swt. menggantikan untuk beliau keluarga yang lebih baik dari
keluarganya yang telah meninggal dahulu, dan melipatgandakan hartanya.
Dua ayat berikut ini menjelaskannya:
ْٰ ْ َ ْ ً ْ َ َْ ٗ َ ْ َ ُ ٰ ْ َٰ
٨٤ ۚ‫َّواتينه اهله َو ِمثل ُه ْم َّمع ُه ْم َرح َمة ِمم ْن ِعن ِدنا َو ِذك ٰرى ِللع ِب ِد ْي َن‬

35
Artinya: “…dan kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan
jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi
semua yang menyembah Kami.” (Q.S. Al- Anbiya’ [21]: 84)
ْ َ
٤٣ ‫اب‬ َ ‫َو َو َه ْب َنا ل ٗ ٓٗه َا ْهلَ ٗه َوم ْث َل ُه ْم َّم َع ُه ْم َر ْح َم ًة ممَّنا َوذك ٰرى ل ُاولى ْال َا ْل‬
‫ب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ

Artinya: “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
Kami lipatgandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-
orang yang berpikiran sehat”. (Q.S S}ad [38]: 43).

4. Hikmah dan Keteladanan Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s
a. Bersikap sabar dan tidak mudah putus asa dalam berdakwah
untuk menyampaikan ajaran Islam kepada manusia. (Kisah Nabi Yunus a.s)
b. Menyegerakan tobat dan meminta ampunan kepada Allah Swt ketika
melakukan dosa. (Kisah Nabi Yunus a.s)
c. Bersikap Sabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari Allah Swt.
(Kisah Nabi Ayyub a.s)
d. Tetap istikamah taat kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi sakit atau
mendapatkan ujian (musibah). (Kisah Nabi Ayyub a.s)

D. Kontekstualisasi Materi Hikmah dan Keteladanan Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi
Ayyub a.s dengan Moderasi Beragama
Saudara mahasiswa, apakah pelajaran dan nilai moderasi beragama yang
anda dapatkan setelah mempelajari seluruh materi di atas pada KB ini yang dapat
saudara aplikasikan pada pembelajaran Akidah Akhlak?
Berdasarkan kisah nabi Ayyub a.s terdapat hikmah dan keteladanan yakni
Tetap istikamah taat kepada Allah Swt walaupun dalam kondisi sakit atau
mendapatkan ujian (musibah). Sikap istikamah ini mengambarkan nilai moderasi

36
beragama I’tidal, yakni sikap ini pada intinya memiliki arti menjunjung tinggi
keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat atau
kehidupan bersama. Kesimpulannya, dengan sikap I’tidal ini kita akan selalu
menjadi bagian kelompok yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat
membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang condong pada
paham-paham ekstrim.
I’tidal bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. I’tidal merupakan bagian dari
penerapan keadilan dan etika bagi setiap muslim. Tanpa mengusung keadilan, nilai-
nilai agama terasa kering dan tiada bermakna, karena keadilan menyentuh hajat
hidup orang banyak. Karena itu, moderasi beragama juga harus mendorong upaya
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama (al mashlahah al-‘ammah)
Bapak/Ibu mahasiswa selanjutnya temukan nilai-nilai moderasi beragama
dari materi Hikmah dan Keteladanan Kisah Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s!

E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 3 tentang Kisah
Keteladanan Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya. Agar Anda dapat
lebih memahami materi yang terdapat pada Kegiatan Belajar 3, buatlah tabel
yang menjelaskan tentang hikmah (pelajaran) dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s
dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan contoh lima hikmah yang dapat dipetik
dari Kisah Keteladanan Nabi Yunus a.s dan Nabi Ayyub a.s serta umatnya tersebut.
Berikut ini contohnya

37
TABEL. 3
HIKMAH KISAH KETELADANAN NABI SULAIMAN A.S DAN UMATNYA

N
Tema Kisah Dalil Cara mengimani sifat-sifat Allah
No Swt tersebut
1 Ayyub a.s Q.S An-Nisa‘
Nabi Ketika mendapatkan musibah atau ujian
[4]: 163, dari Allah Swt, kita tepat bertasbih dan
Q.S. Al-An‘am beribadah kepada Allah Swt serta
[6]: 84, memohon kepada- Nya agar diberikan
Q.S. AlAnbiya‘ pertolongan.

2 [21]: 87-88

3
dan
seterusnya…

F. Referensi Tambahan
Pikiran Positif Ala Nabi Ayyub As
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/proyeksi/article/view/7572/4218

38
KEGIATAN BELAJAR 4
KISAH KETELADANAN KHULAFAUR RASYIDIN

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Memahami kisah keteladanan Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Shidiq,
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dalam kontek kajian
Akhlak mulia.
B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Mahasiswa mampu menganalisis Keteladanan dari kisah Abu Bakar Shidiq;
2. Mahasiswa mampu menganalisis Keteladanan dari kisah Umar bin Khattab;
3. Mahasiswa mampu menganalisis Keteladanan dari kisah Utsman bin Affan;
4. Mahasiswa mampu menganalisis Keteladanan dari kisah Ali bin Abi Thalib;

C. Uraian Materi
Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang
cendekiawan. Adapun pencetus nama Al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-
orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa
demikian, karena mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang
yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam
menjalankan tugas (Syukur, 2011).
Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan Rasulullah
Saw dalam mengatur kehidupan kaum muslimin. Jika tugas Rasulullah Saw terdiri
dari dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin
bertugas menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan
yaitu sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama.
Adapun tugas kerosulan tidak dapat digantikan oleh Khulafaur Rasyidin karena

39
Rasulullah adalah Nabi dan Rosul yang terakhir. Setelah Beliau tidak ada lagi Nabi
dan Rosul lagi.
Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah mengatur kehidupan
rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa.
Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bila terjadi perselisihan
pendapat maka kholifah yang berhak mengambil keputusan (Syaefuddin, 2013)
Meskipun demikian Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya selalu
mengutamakan musyawarah bersama, sehingga setiap kebijakan yang diambil
tidak bertentangan dengan kaum muslimin. yang terpilih, maka sahabat yang lain
memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada dua cara
dalam pemilihan khalifah ini, yaitu: pertama, secara musyawarah oleh para
sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya.
Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat
pasca Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para
sahabat melalui mekanisme yang demokratis.
1. Kisah Keteladanan Abu Bakar Shidiq
a. Biografi Abu Bakar Shidiq
Nama aslinya Abdullah. Anak dari ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka‘ab bin
Sa‘ad bin Taim bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu‘ai bin Ghalib bin Fihr. Fihr ini tidak
lain adalah Quraisyi (Ma’rifatus Shahabah karya Abu Nu‘aim 1/150). Bapak beliau
‘Utsman bin ‘Amir, akrab dipanggil Abu Quhafah. Ibu beliau adalah Ummul
Khair yaitu Salman binti Shahr bin ‘Amir. Berarti sang ibu adalah putri pamannya
alias sepupu dari garis bapak.
Abu Bakar lahir dua tahun setelah kelahiran Rasulullah Muhammad. Awalnya
ketika zaman jahiliyyah bernama ‘Abdul Ka‘bah atau ‘Abdul ‘Uzza. Setelah
masuk Islam berganti nama menjadi ‘Abdullah bin ‘Utsaman. ‘Utsman adalah

40
nama ayahnya yang lebih dikenal dengan Abu Quhafah. Abu Bakar dikenal
sebagai “Al-‘Atiq” (orang yang ganteng) karena bagusnya wajah beliau di kala
jahiliyyah, terambil dari kata “Al- Itaqah” yang artinya bagus pada setiap perkara.
Setelah masuk Islam, beliau dikenal “Al-“Atiq” (orang yang terbebas) karena
beliau adalah orang pertama yang diberi kabar gembira berupa dibebaskan dari
siksa neraka. Beliau tidak pernah merasa lebih tinggi derajatnya daripada orang
lain baik ketika masa jahiliyyah maupun setelah Islam. Jika ada yang memujinya,
maka pujian itu akan menjadikannya semakin tawadhu’ dan beliau mengatakan,
“Ya Allah, sungguh Engkau adalah lebih mengetahui tentang diriku daripada diriku
sendiri.” (Tarikh al-Khulafa‘i r- Rasyidin. Hal.8 Mamlakah al-Arabiyyah).
b. Keteladan Abu Bakar Ash-Shidiq
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. adalah tidak asing lagi bagi sekalian umat
Islam, baik dahulu maupun sekarang. Dialah manusia yang dianggap paling
agung dalam sejarah Islam sesudah Rasulullah Saw. Kemuliaan akhlaknya,
kemurahan hatinya dalam mengorbankan harta benda dan kekayaannya,
kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah umat, ketenangannya dalam
menghadapi kesukaran, kerendahan hatinya ketika berkuasa serta tutur
bahasanya yang lembut lagi menarik adalah sukar dicari bandingannya baik
dahulu maupun sekarang. Dialah tokoh sahabat terbilang yang paling akrab dan
paling disayangi oleh Rasulullah Saw. Karena besarnya pengorbanan beliau itulah
Rasulullah Saw. pernah mengatakan: “Islam telah tegak di atas harta Siti Khadijah
dan pengorbanan Abu Bakar.”
Dalam kepemimpinannya, Abu Bakar melaksanakan kekuasaannya
sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislative,
eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan Khalifah. Meskipun demikian, khalifah
juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad,

41
Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah (Yatim,
2004)
Berikut ini keteladanan dan Keutamaan Abu Bakar Ash-Shidiq:
1) Teguh iman. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika ditimbang iman Abu Bakar Ash-
Shiddiq dengan iman sekalian umat maka lebih berat iman Abu Bakar”.
Mengapa demikian, di antara jawabannya adalah karena beliau tidak
mencintai dunia ini, cintanya pada Allah dan rasulnya melebihi apapun. Dan
yang kedua adalah karena rasa takutnya pada yaumul Hisab atau
pengadilan Allah Swt: suatu ketika beliau berkata: alangkah beruntung jikalau
diriku tercipta hanya seperti selembar daun Mubasysyiroh-Al-Atsariyah,
Keutamaan Khulafa‟ur Rasyidin, Arief Mustaqim, (ed.), (2017-9-10), yang tidak
dihisab pada hari kiamat nanti. Dua keadaan inilah yang menyebabkan Nabi
bersabda bahwa imannya adalah paling berat dibanding iman umat Islam
semuanya.,
2) Suka berinfaq dan memerdekakan budak. Setelah masuk Islam, Abu Bakar telah
menginfaqkan empat puluh ribu dinar untuk kepentingan sadaqah dan
memerdekakan budak. Dalam perang Tabuk Rasulullah saw. telah meminta
kepada sekalian kaum Muslimin agar mengorbankan hartanya pada jalan
Allah. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar ra. membawa seluruh harta bendanya
lalu meletakkannya di antara dua tangan baginda Rasul. Melihat banyaknya
harta yang dibawa oleh sahabat Abu Bakar ra. bagi tujuan jihad itu, maka
Rasulullah saw. menjadi terkejut lalu berkata kepadanya: “Hai sahabatku
yang budiman, kalau sudah semua harta bendamu kau korbankan apa lagi
yang akan engkau tinggalkan buat anak-anak dan isterimu?” Pertanyaan
Rasulullah saw. itu dijawab oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dengan tenang sambil
tersenyum, ujarnya. “Saya tinggalkan buat mereka Allah dan Rasul-Nya.”

42
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari Umar Ibnul Khattab berkata, “Rasulullah
Saw. memerintahkan kita untuk bersedekah, saat itu aku memiliki harta maka
aku berkata, “Pada hari inilah aku akan mengungguli Abu Bakar, semoga aku
mengunggulinya pada hari ini”. Maka akupun mengambil setengah hartaku,
maka Rasulullah Saw. bersabda, “Apa yang engkau tinggalkan untuk
keluargamu? Aku menjawab: Sejumlah yang aku sadaqahkan (50 %)”. Lalu
Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya dan Rasulullah Saw.
bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?
Dia menjawab: Aku meninggalkan Allah dan Rasul-Nya. Lalu Umar berkata:
Demi Allah aku tidak bisa mengungguli Abu Bakar dalam kebaikan untuk
selamanya”. [Sunan At-Tirmdzi No: 3675).,
3) Ilmu yang mendalam. Kedalaman ilmu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Terhadap
hadis Nabi Saw., sehingga ilmu itupun terserap dengan cepat ke dalam hatinya
dan membuat air matanya meleleh. Kecintaan kepada akhirat dan
kerinduan untuk bertemu dengan Allah jauh lebih beliau utamakan daripada
kesenangan dunia. Beliau sangat menyadari bahwa kehadiran Rasulullah Saw.
di tengah-tengah para sahabat laksana lentera yang menerangi perjalanan
hidup mereka. Nikmat hidayah yang dicurahkan kepada mereka melalui
bimbingan Nabi Saw. adalah di atas segala-galanya.,
4) Dijamin masuk surga. Nabi bersabda: “Allah mengutusku kepada kalian
kemudian kaliang mengatakan, “Engkau (Muhammad) dusta! namun Abu
Bakar berkata, “Ia (Muhammad) benar”. Ia telah melindungiku dengan diri
dan hartanya. Bisakah kalian membiarkan shabatku ini bersamaku?‘
(Maksudnya tidak melukai hatinya). Beliau mengatkan dua kali. Setelah
kejadian tersebut Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi.” (HR. Bukhari, no.
3661). Siapa saja yang menginfakkan dua barang yang berjenis sama di jalan
Allah akan dipanggil dari beberapa pintu surga, “Wahai hamba Allah, inilah

43
kebaikan (yang dijanjiakan Allah)”. Barangsiapa yang gemar mengerjakan
shalat akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa yang gemar bersedekah
akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang gemar berpuasa akan
dipanggil dari pintu puasa dan pintu Rayyam. Abu Bakar berkata, “Tidak
terlalu mengherankan jika orang-orang itu dipanggil dari masing-masing
pintu tersebut. Wahai Rasul apakah ada orang yang dipanggil dari semua
pintu itu?” Beliau menjawab, “Ya, ada? Aku berharap engkau termasuk di
antara mereka, wahai Abu Bakar.” (HR. Bukhari, no. 3666 dan Muslim, no.
1027).,
5) Setia menemani rasulullah saat hijrah. Abu Bakar bercerita, “Ketika bersama Nabi
Muhammad di gua Tsur aku mengangkat kepalaku. Ternyata, berada dekat
sekali dengan telapak kaki orang-orang Quraisy. Aku pun berkata, “Wahai
utusan Allah, andaikata sebagian mereka menengok ke bawah, niscaya mereka
melihat kita. Mendengar kecemasan sahabatnya ini beliau Muhammad
menghiburnya, “Tenanglah wahai Abu Bakar. Apakah kamu mengira kita
hanya berdua padahal ada Allah yang ketiganya.” (HR. Bukhari, No. 3992 dan
Muslim, No. 2381).,
6) Paling dicintai oleh rasulullah. “Amr bin al-Ash menceritakan bahwa Nabi
Muhammad mengutusnya bersama pasukan (dalam perang Dzatus Salasi).
‘Amr bertutur, “Aku datang menemui beliau Muhammad, lalu bertanya
“Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, ‘Aisyah. Aku
bertanya lagi, ‗Yang dari kaum laki- laki? Beliau menjawab, ‘Ayahnya.’ Aku
bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Abu Bakar. Setelah itu
beliau menyebut beberapa nama lain.” (HR. Bukhari, no. 3662 dan Muslim, no.
2384).,
7) Pernah menjadi imam masjid untuk menggantikan Nabi. Abu Musa al-Asy’ari
menuturkan, “Ketika Nabi sakit dan penyakitnya bertambah parah, beliau

44
berkata, “Perintahkanlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjamaah.” Aisyah
berkata Abu Bakar adalah laki-laki yang halus perasaanya. Jika dia
menggantikan engkau maka dia tidak akan bisa mengimami shalat berjamaah.‘
Beliau berkata lagi, “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat
berjamaah.‟ ‘Aisyah kembali mengulangi perkataanya. Untuk terakhir kalinya
beliau berkata, “Hai Aisyah, Perintahkanlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat
berjamaah.” Kalian ini (kaum wanita) seperti perempuan- perempuan dalam kisah
yusuf saja!” Lalu utusan beliau mendatangi dan menyuruh Abu Bakar untuk
menjadi imam shalat berjamaah, dan dia pun melaksanakanya ketika itu
Rasulullah masih hidup.‖ (HR. Bukhari, no. 678 dan Muslim, no. 420).,
8) Menjadi khalifah pertama yang dikehendaki Allah, rasul, dan umat Islam.
‘Aisyah bertutur, “Rasulullah berkata kepadaku ketika sedang sakit,
“Panggilkan untukku Abu Bakar, ayahmu dan saudara laki-lakimu,
‘Abdurrahman. Aku ingin menulis sebuah wasiat, khawatir ada orang yang
nanti berharap-harap dan berseru, “Aku lebih berhak”, padahal Allah dan
kaum mukminin hanya menghendaki Abu Bakar.” (HR. Bukhari, No. 5666 dan
Muslim, No. 2387).,
9) Cepat melakukan kebaikan. Rasulullah Saw. suatu hari seusai shalat subuh
bertanya, “Siapakah yang pagi ini melakukan ibadah puasa?‟ Abu Bakar
menjawab, ‗Saya wahai Rasulullah, tadi malam saya membisikan (meniatkan)
pada diriku untuk melakukan puasa pada pagi ini. Lalu aku pun berpuasa.‘
Kemudian Rasulullah bertanya, “Siapakah yang pada hari ini telah menjenguk
orang sakit?‟ Umar menjawab, “Sesungguhnya kita baru saja shalat subuh dan
belum meninggalkan (masjid ini), lantas bagaimana kita bisa menjenguk orang
sakit? Abu bakar menjawab, “Saya wahai Rasulullah, orang-orang
mengabarka kepadaku bahwa saudaraku ‘Abdurrahman bin‘Auf sendang
menderita sakit. Lalu saya sengaja melewati rumahnya dan bertanya tentang

45
keadaanya, dalam keadaan saya menuju masjid.‘ Kemudian Rasulullah
bertanya, “Siapakah diantara kalian yang sudah mengeluarkan sedekah?”
Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, kami masih bersama Anda sejak
semenjak shalat, lantas bagaimana mungkin kami bersedekah?‘ Abu Bakar
menjawab, ‗Saya wahai Rasulullah, ketika saya masuk masjid ada seorang
yang meminta sedekah. Sedangkan anaknya ‘Abdurrahman bin Abu Bakar
(cucu Abu Bakar) membaw sepotong roti. Lalu saya pun mengambilnya dan
kuberikan kepada pengemis itu.‘ Nabi pun kemudia bersabda dalam keadaan
wajahnya berseri-seri karena bahagia, “Wahai Abu Bakar bergembiralah
dengan surga!” (HR. Muslim, no. 1027)
Al-Imam asy-Sya‘bi berkata, “Allah memberikan kekhususan kepada
Abu Bakar dengan empath al yang tidak dimiliki oleh seorang pun: (a) Dia
ash-Shiddiq dan sebelumnya belum ada orang yang bernama demikian, (b)
Dia adalah sahabat Rasulullah di dalam gua, (c) Dia adalah teman Rasulullah
saat melakukan hijrah, (d) Rasulullah memerintahkannya untuk menjadi
imam shalat saat Rasulullah masih hidup.”

2. Kisah Keteladanan Umar bin Khattab


a. Biografi Umar bin Khattab
Lahir pada tahun 581 M ayahnya bernama Khattab bin Nufail dan ibunya
bernama Khantamah binti Hasyim. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin
Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin Rizzah bin Adi bin
Ka‘ab. Umar bin Kattab masuk Islam pada tahun 608 M dalam usia 27 tahun. Masa
pemerintahan Umar bin Khattab disebut Futuhut Islamiyah. Umar bin Khattab
meninggal pada 1 Muharram 232 H karena di bunuh oleh Abu Lu‘luah (budak dari
Persia).
Menjadi khalifah pada tahun 13 H–23 H (634 M-644 M). Julukannya adalah:
Abu Faiz (orang yang memiliki kecerdasan), (b) Abu Hafaas (tegas dalam pendirian),

46
(c) Singa gurun pasir (The Lion of The Dessert) / Asadullah, dan (d) Al-Faruq
(pembeda). Beliau digelari “Al-Faruq” karena beliaulah yang berani menunjukkan
keislamannya saat masih di Makkah, dan dengannya Allah menampakkan secara jelas
antara kekufuran dan kebathilan. Sahabat Ibnu Abbas mengatakan Islam di Makkah
adalah Umar bin Khaththab.
Umar dikenal seseorang yang pandai dalam menciptakan peraturan, karena
tidak hanya memperbaiki bahkan mengkaji ulang terhadap kebijakan yang telah ada.
Khalifah umar juga telah juga menerapkan prinsip demokratis dalam kekuasaan yaitu
dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga Negara. Khalifah Umar terkenal
seorang yang sederhana bahkan ia membiarkan tanah dari negeri jajahan untuk
dikelola oleh pemiliknya bahkan melarang kaum muslimin memilikinya, sedangkan
para prajurit menerima tunjangan dari Baitul Mal, yaitu dihasilkan dari pajak
(Syukur, 2011)

b. Keteladanan dan Keutamaan Umar bin Khattab


1) Hidup sederhana. Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. diangkat menjadi
Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan
kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar ra. Pada suatu saat, harga-harga
barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti Usman,
Ali, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara
mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada
Umar agar tunjangan hidup untuk beliau dinaikkan. Jika Umar menerima
usulan ini, kami akan menaikkan tunjangan hidup beliau.‖ Ali kemudian
berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-
waktu yang telah lalu.” Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah Umar.
Namun, Utsman menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan
langsung disampaikan kepada Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih
dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, Umar akan murka

47
kepada kita.” Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah
seraya memintanya untuk bertanya kepada Umar, yakni tentang bagaimana
pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai
penambahan tunjangan bagi Khalifah Umar. “Apabila beliau menyetujuinya,
barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami
meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara
kami,” demikian kata mereka. Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada
Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk
menanyakan usulan ini?” Hafshah menjawab, “Saya tidak akan
memberitahukan nama mereka sebelum ayah memberitahukan pendapat Ayah
tentang usulan itu‖. Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah swt, andaikata
aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan
memukul wajah orang itu.” Setelah itu, Umar balik bertanya kepada Hafshah,
istri Nabi Saw., “Demi Allah swt, ketika Rasulullah saw. masih hidup,
bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?” Hafshah
menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai
untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.” Umar
bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?” Hafshah
menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.”
Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”
Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang
dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya
kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alas tidur.”
Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada
mereka, bahwa Rasulullah Saw. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya
selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku
gunakan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatkuyaitu

48
Rasulullah dan Abu Bakar adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah
seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang
kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga
pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya
yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya
itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua kawannya
yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak
akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.” (Sumber: Tarikh ath-
Thabari, jilid I, hlm. 164).,
2) Dijamin masuk surga. Rasulullah bersabda, “Abu Bakar di surga, Umar di
surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubai di surga, Abdur
Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga, Sa‘id bin Zaid di surga,
Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748,
Ibnu Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al- Albani di dalam Shahih al-Jami‘
ash- Shabhir: 4010).,
3) Sahabat yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad setelah Abu Bakar. ‗Amr bin
al-Ash menceritakan bahwa Nabi Muhammad mengutusnya bersama
pasukan (dalam perang Dzatus Salasi). Amr bertutur, “Aku datang menemui
beliau, lalu bertanya, “Aku datang menemui beliau, lalu bertanya, ‘Siapakah
orang yang paling engkau cintai?‘ beliau menjawab ‘Aisyah.‘ AKu bertanya
lagi ‘Yang dari kaum laki-laki?‘ Beliau menjawab, ‘Ayahnya’ AKu bertanya
lagi, ‘Kemudian siapa lagi?‘ Beliau menjawab, ‘Umar bin al-Khaththab.‘
Setelah itu dia menyebut nama beberapa orang lagi.‖ (HR. Bukhari, no. 3662
dan muslim, no. 2384).,
4) Kepemimpinannya dipuji dan diridhai oleh kaum muslimin. Abdullah bin Umar
berkata, “Kami diperintahkan memilih orang-orang di zaman Rasulullah, lalu

49
kami memilih Abu Bakar, lalu kami mamilih Umar, kemudian Utsman.” (HR.
Bukhari no 3655).,
5) Sahabat yang pendapatnya sering disepakati dan disetejui oleh Allah. Umar
bin Khaththab menyarankan, “Ada tiga sikapku yang bertepatan dengan
ketetapan Rabbku. Pertama, aku bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana jika
kita menjadikan Maqam Ibrahim (tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika
membangun Ka‘bah) sebagai tempat shalat? Maka turunlah ayat yang artinya,
“…Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu tempat shalat…” (QS. Al-Baqarah:
125). Kedua, ayat hijab. Aku berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana jika
engkau memerintahkan istri- istri engkau untuk berhijab? Karea orang yang
baik dan orang yang jahat berbicara dengan mereka. “Maka turunlah ayat
yang artinya “…Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-
istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka…” (QS. Al-Ahzab: 53). Ketiga, ketika istri-istri Nabi
berkumpul karena cemburu terhadap beliau, aku berkata, Jika Nabi
menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya akan memberikan ganti dengan istr-
istri yang lebih baik dari kalian.‘ Maka turunlah ayat yang artinya: “Jika dia
(Nabi) menceraikan kamu boleh jadi Rabb akan meberi ganti kepadanya
dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu…” (QS. At-Tahrim: 5). (HR.
Bukhari no. 402 dan Muslim no. 2399). Selain itu, berikut ini Keteladanan
Umar bin Khattab, yaitu: (a) berani dan rela berkorban dalam membela
kebenaran, (b) bersikap adil dalam memutuskan perkara hukum, (c) berjiwa
besar dan dapat menghormati hak orang lain, (d) tegas dalam menentukan
perkara yang hak dan batil, (e) sayang terhadap semua rakyatnya, dan
(f) rendah hati dan mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup, dan
(g) bersikap jujur dan amanah.

50
3. Kisah Keteladanan Utsman bin Affan
a. Biografi Ustman bin Affan
Beliau adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin
Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakek
ke empat yaitu Abdu Manaf. Di mana jahiliyyah beliau dipanggil Abu Amr, namun
tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti Rasulullah terlahir seorang anak laki-
laki yang diberi nama Abdullah beliau pun berganti menjadi Abu Abdillah. Beliau
masyur dengan julukan dzun-nurain (pemilik dua cahaya).
Beliau lahir di kota Thaif lima tahun setelah Rasulullah lahir. Beliau tumbuh
di tengah keluarga yang mendapat kelapangan hidup (kaya raya). Ayah beliau dalah
saudagar besar. Kafilah dagangannya senantiasa pulang dan pergi dari negeri Arab
ke negeri Syam. Ketika ayahnya meninggal Utsman kemudian mengembangkan
peninggalan perdagangan milik ayahnya yang banyak. Hingga harta itu semakin
berkembang dan bertambah banyak, yang pada suatu saat akan menjadi bekalnya
dalam berjihad dan melakukan sekian amalan kebajikan.
Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman
al-Khulafa’ ar-Rasyidin yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa
kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah
membagi masa pemerintahan Ustman ibn Affan menjadi dua periode, enam tahun
pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah
merupakan masa pemerintahan yang buruk (Syukur, 2011). Salah satu faktor yang
menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Ustman adalah
kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting
diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan
pemerintahan, sedangkan Ustman hanya menyandang gelar Khalifah. Meskipun
demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang
penting. Ustman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang

51
besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan,
jembatan-jembatan, masjid-masjid, dan memperluas masjid di Madinah (Yatim,
2004).
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali al-
Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh
Khafsoh binti Umar. Manfaat dibukukan al-Qur`an pada masa Ustman adalah: 1)
Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya; 2) Menyatukan bacaan, kendatipun masih ada perbedaannya, namun
harus tidak berlawanan dengan ejaan mushaf Ustmani; 3) Menyatukan tertib susunan
surat-surat menurut tertib urut yang kelihatan pada mushaf sekarang ini.
Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin mencekam dan
timbul pemberontakan- pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Ustman.
Ustman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/
655 M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh
Ustman saat membaca al-Quran. Persis seperti yang disampaikan Rasulullah perihal
kematian Ustman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi di
Madinah (Syulur, 2011)
b. Keteladanan dan Keutamaan Ustman bin Affan
1) Berakhlak mulia. Usman bin Affan adalah salah satu sahabat terbaik Nabi
Muhammad saw. Beliau tumbuh menjadi pribadi yang lembut kepada sesama
mukmin. Hatinya sering tersentuh menyaksikan keadaan mereka. Ia selalu
berusaha membantu kesulitan rakyat dan menghilangkan kesedihan mereka,
rajin menyambung silaturrahim, memuliakan tamu, memberi pekerjaan
kepada orang fakir, membantu yang lemah dan berusaha menghindarkan
kesulitan mereka. Ia dikenal penyabar, ramah, dan murah hati, selalu
memaafkan kesalahan orang lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah
Rasulullah saw. Ia mencontoh perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi saw.

52
Ada banyak peristiwa yang menunjukkan kesabaran dan ketabahan jiwanya.
Dalam setiap kesempatan, ia selalu mendahulukan sikap santun dan maaf,
murah hati dan tidak bergantung pada dunia. Alih-alih diperbudak dunia, ia
menjadikan dunia sebagai sarana untuk mengamalkan akhlak mulia, terutama
sikap mengutamakan orang lain di atas kepentingan sendiri. Ia tidak dikuasai
dunia sehingga ia tidak menjadi orang yang egois yang mengutamakan
kepentingan pribadi dan mengorbankan kepentingan orang lain.
2) Dermawan (suka memberi). Materi dunia yang melimpah tak mampu mengikat
atau membelenggu Usman bin Affan untuk mencintai dunia. Ia selalu
menempatkan Allah swt dan Rasul-Nya di urutan yang paling tinggi. Hatinya
tak pernah terikat kepada dunia sehingga ia dapat setiap saat melepaskan
semua miliknya demi kepentingan Allah swt dan Rasul-Nya. Karena itu, ia
termasuk orang yang paling berhak atas apa yang Allah swt firmankan dalam
Al-Qur’an: “dan barang siapa terjaga dari sikap kikir, mereka itulah orang-orang
yang beruntung” (Q.S. At- Taghabun).
Tentu saja ia berhak mendapatkan balasan yang mulia itu karena ia terbiasa
membebaskan seorang budak setiap Jumat. Suatu hari Thalhah menyusul
Usman sekeluarnya dari masjid. Thalhah berkata, “Aku sudah punya lima puluh
ribu dirham yang kupinjam darimu. Aku akan mengutus seseorang untuk
menyerahkannya kepadamu.” Usman menjawab, “Biarlah semua itu kuberikan
kepadamu, karena kebaikan akhlakmu.”
Dikisahkan bahwa sebelum Nabi datang ke Madinah, di sana ada sumur
yang disebut sumur Rawmah. Air sumur itu sangat segar. Setiap orang yang
ingin minum dari sumur itu harus membelinya. Sumur itu milik seorang
Yahudi. Ketika umat Islam semakin berat dihimpit kesulitan, Rasulullah
menyerukan tawaran, “Barang siapa membeli sumur Rawmah, baginya surga.”

53
Mendengar pernyataan itu, Usman bergegas ingin mendapatkan surga. Ia
memberanikan diri membeli sumur itu seharga 35.000 dirham. Ia
menggratiskan siapa saja untuk memanfaatkan air sumur itu, baik yang kaya,
miskin, atau pun para musafir. Ini terjadi ada masa pemerintahan Al-Faruq, di
mana kaum muslim dilanda paceklik. Karena beratnya kehidupan yang harus
dihadapi, tahun itu disebut tahun kelabu. Ketika nestapa semakin memuncak,
orang-orang menghadap Umar ra. dan berkata, “Wahai Khalifah, langit tak
menurunkan hujan dan enggan menumbuhkan tanaman. Kita hampir binasa. Apa
yang harus kita lakukan?” Umar memandangi mereka dengan wajah pilu. Ia
berkata, “Sabar dan bertahanlah. Aku berharap Allah swt memberikan jalan keluar
dari keadaan ini sebelum malam tiba.” Sore harinya terdengar kabar bahwa
kafilah dagang Usman bin Affan telah kembali dari Syria dan akan tiba di
Madinah esok pagi. Usai shalat Subuh, orang-orang menyambut kafilah itu.
Seribu unta membawa gandum, minyak samin, dan kismis. Seluruh
rombongan kafilah dan kendaraannya berkumpul di depan rumah Usman bin
Affan ra. Ketika para buruh sibuk menurunkan barang dagangan, para
pedagang bergegas menemui Usman. Mereka berkata, “Kami akan membeli
semua yang engkau bawa, wahai Abu Amr.” Usman menjawab, “Dengan senang hati
dan aku merasa terhormat. Tetapi, berapa kalian akan memberiku keuntungan?”
Mereka berkata, “Untuk satu dirham yang engkau beli, kami memberimu dua dirham.”
“Aku bisa mendapat lebih dari itu”, jawab Usman. Lalu mereka kembali menaikkan
harga. Usman berkata, “Aku masih bisa mendapat lebih dari yang kalian tawarkan.”
Mereka menaikkan harga lagi. Usman berkata, “Aku masih bisa mendapatkan lebih
dari itu.” Mereka berkata, “Wahai Abu Amr, siapakah yang berani memberimu
keuntungan lebih dari tawaran kami?”Usman menjawab: “Allah swt. Memberiku
keuntungan sepuluh kali lipat dari setiap dirham yang kubelanjakan. Adakah diantara
kalian yang berani memberiku keuntungan lebih dari itu?” “Tidak, wahai Abu Amr.”

54
“Aku bersaksi kepada Allah swt, semua yang dibawa kafilah ini kusedekahkan kepada
fakir miskin di kalangan umat Islam. Aku tidak mengharapkan bayaran sepeser pun.
Kulakukan semua itu semata-mata mengharapkan pahala dan keridhoan Allah swt”.
Inilah karakter Usman bin Affan yang termaktub dalam firman Allah swt:
“Dan mereka mendahulukan kepentingan orang lain (rakyat) di atas kepentingan
mereka sendiri. Dan barang siapa yang terjaga dari kekikiran dirinya, maka dialah
orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Hasyr: 9)
3) Dijamin masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda (artinya), “Abu Bakar di surga,
Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubai di surga,
Abdur Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga, Sa‟id bin Zaid di surga,
Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu
Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al- Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash-
Shaghir: 4010)
4) Meninggal dalam keadaan syahid. Anas bin Malik menuturkan bahwasanya Nabi,
Abu Bakar, Umar, Utsman naik ke atas gunung uhud. Tiba-tiba tanah di
gunung Uhud itu bergetar. Kemudian Nabi Muhammad bersabda (artinya),
“Tenanglah wahai Uhud! Sesungguhnya, diastasmu ada seorang Nabi, seorang
Shiddiq, dan dua orang syahid. (HR. Bukhari no. 3675 dan Muslim no. 2417)
5) Menggunakan hartanya untuk kepentingan di jalan Allah. Rasulullah Saw.
bersabda (artinya), “Barang siapa memberli sumur dan menjadikan gayung
meiliknya bersama dengan gayung milik kaum muslimin maka kelak ia disurga.” (HR.
Tirmidzi no. 3703). Imam Ahmad berkata, “Orang yang paling penyayang di
antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama
Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling
mengetahui tentang hala dan haram adalah Mu‘adz bin Jabal, yang paling hafal
Al- Qur‘an adalah Ubai bin Ka‘ab, dan Zaid bin Tsabit adalah yang paling
mengetahui ilmu waris. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan

55
orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah al-Jarrah.”
(HR. Ahmad dalam Musnad-nya, 3/184).

4. Kisah Keteladanan Ali bin Abi Tholib


a. Biografi Ali bin Abi Thalib
Beliau dijuluki Abul Hasan al-Quraisy al-Hasyimi. Namanya sendiri adalah
Ali. Anak dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf, Amirul
Mukminin penutup khulafa‘ur-rasyidin. Ali adalah sepupu dan sekaligus menantu
Nabi, menikahi putri beliau, Fathimah binti Rasulullah. Beliau adalah salah satu
sahabat yang diberi kabar gembira dengan surga.
Ibu beliau adalah Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi manaf
al- Hasyimiyyah. Fathimah adalah putri paman Abu Thalib (berarti Fathimah adalah
sepupu Abu Thalib), baliau meninggal dunia tatkala Nabi masih hidup. Beliau lahir
sepuluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Abu Thalib, seorang yang
sedikit hartanya sedangkan keluarga yang ditanggungnya berjumlah besar. Nabi
Muhammad berkeinginan meringankan beban yang ditanggungnya. Nabi
Muhammad meminta kepada pamanya untuk menyerahkan Ali agar dididik
dirumahnya. Abu Thalib meluluskan permintaan Nabi, sehingga Ali semenjak kecil
tumbuh di bawah pengawasan dan perhatian Nabi, Ali senantiasa mengambil
contoh, arahan, dan akhlak Nabi, serta beradab dengan adab-adabnya. Beliau
memiliki kecintaan yang sangat kepada Rasulullah dan senantias
mengaguminya.
Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi Ali
adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan
mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman dan mereka menuntut

56
bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan secara zalim. Bersamaan
dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan
dari gubernur di Damaskus. Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat
tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan (Yatim, 2004).
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara
kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin,
sehingga perang ini disebut sebagai perang Siffin. Pada saat Mu’awiyah dan
tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat Mu’awiyah yang dikenal
cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah memerintahkan
pasukannya mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai isyarat
berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar
dari kekalahan total.
Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk
berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka
berdua, Abu Musa menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai khalifah
dan menyerahkan urusan penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika
tiba giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali
dan menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash
menyalahi kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya
dalam peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak keputusan tahkim
tersebut, dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua
bagian, dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai kelompok
Khawarij (orang-orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika Ali sedang dalam
perjalanan menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya.
Pedang tersebut yang mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut
kelompok Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam

57
atas kematian keluarga seorang wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan
(Hitti, 1979)
b. Keteladanan dan Keutamaan Ali bin Abi Thalib
1) Dijamin masuk surga. Rasulullah Saw. bersabda (artinya), “Abu Bakar di surga,
Umar di surga, Ustman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubai di surga, Abdur
Rahman bin Auf di surga, Said bin Waqqash di surga, Sa‟id bin Zaid di surga, Abu
Ubaidah bin Jarrah di surga.” (HR. Abu Dwaud: 4649, Tirmidzi 3748, Ibnu
Majah 134, Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ ash-
Shaghir: 4010)Zaid bin Arqam ditanya. “Siapakah Ahlu Bait beliau?” Zaid
menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak boleh menerima
sedekah. Mereka adalah keluarga Ali, keluarga ja‘far, keluarga Aqil, dan
keluarga Abbas.” Zaid ditanya lagi. “Apakah mereka semua tindak boleh
menerima sedekah?” Zaid menjawab, Ya, tidak boleh.‖ (HR. Muslim no.2408)
2) Sahabat yang merupakan bagian dari Nabi Muhammad. Rasulullah Saw. bersabda
(artinya), “Ali adalah bagian dariku dan aku bagian dari dirinya.” (HR.
Tirmidzi no. 3719)
3) Berilmu luas. Beliau adalah salah satu–selain Abu Bakar, Umar, dan Usman, di
antara 10 sahabat yang dijamin masuk surga sebagaimana sabda Rasulullah
saw. Beliau adalah lulusan terbaik dari madrasah nubuwwah, yang dididik
semenjak kecil oleh Rasulullah saw. Di antara keistimewaan beliau adalah
Allah swt menganugerahkan kecerdasan di atas rata-rata. Sampai-sampai
Rasulullah bersabda “aku adalah kotanya ilmu, sedangkan Ali adalah
pintunya.”
Di antara kisahnya adalah perselisihan beberapa sahabat tentang ilmu
berhitung. Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Di suatu
tempat, mereka berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah masing-
masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti,

58
sedang orang yang kedua membawa lima potong roti. Ketika keduanya telah
siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang dan
duduk bersama mereka. “Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan
siang,” kata salah seorang dari dua orang tadi. “Aduh…saya tidak membawa
bekal,” jawab musafir itu. Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti
bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi meletakkan uang delapan dirham
di hadapan dua orang tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini sebagai
pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi mendapat jawaban dari
pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk melanjutkan perjalanannya
lebih dahulu. Sepeninggal musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan
membagi uang yang diberikan. “Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si
empunya lima roti. “Aku setuju” jawab sahabatnya. “Karena aku membawa
lima roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga
dirham. ―Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan apa-
apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.” “Itu tidak adil. Aku
membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat bagian lebih banyak.”
Alhasil, kedua orang itu saling berbantah. Mereka tidak berhasil mencapai
kesepakatan tentang pembagian tersebut. Maka, mereka bermaksud
menghadap sahabat Ali bin Abi Thalib ra. untuk meminta pendapat. Di
hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi.
Imam Ali mendengarkannya dengan seksama. Setelah orang itu selesai
berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang mempunyai tiga
roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu yang tiga dirham itu!‖ ―Tidak!
Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang
seadiladilnya,” Jawab orang itu. “Kalau engkau bermaksud membaginya
secara benar, maka bagianmu hanya satu dirham!” kata Imam Ali lagi.
“Hah…? Bagaimana engkau ini, kiranya. Sahabatku ini akan memberikan

59
tiga dirham dan aku menolaknya. Tetapi kini engkau berkata bahwa hak-ku
hanya satu dirham?” “Bukankah engkau menginginkan penyelesaian yang
adil dan benar? Kalau begitu, bagianmu" adalah satu dirham!”. “Bagaimana
bisa begitu?” Orang itu bertanya. Imam Ali menggeser duduknya. Sejenak
kemudian ia berkata: “Mari kita lihat. Engkau membawa tiga potong roti dan
sahabatmu ini membawa lima potong roti.” “Benar, jawab keduanya. “Kalian
makan roti bertiga, dengan si musafir.” Benar”. “Adakah kalian tahu, siapa
yang makan lebih banyak?”. “Tidak”. “Kalau begitu, kita anggap bahwa
setiap orang makan dalam jumlah yang sama banyak”. “Setuju”, jawab
keduanya serempak. “Roti kalian yang delapan potong itu, masing-masingnya
kita bagi menjadi tiga bagian. Dengan demikian, kita mempunyai dua puluh
empat potong roti, bukan?” Tanya Imam Ali. “Benar,” jawab keduanya.
“Masing-masing dari kalian makan sama banyak, sehingga setiap orang
berarti telah makan sebanyak delapan potong, karena kalian bertiga.”
“Benar.” “Nah… orang yang membawa lima roti, telah dipotong menjadi tiga
bagian mempunyai lima belas potong roti, sedang yang membawa tiga roti
berarti mempunyai sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian,
bukankah begitu?” “Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak. “Si
empunya lima belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga
ia mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang
belakangan. Sedang si empunya sembilan potong roti, maka delapan potong
untuk dirinya, sedang yang satu potong dimakan oleh musafir tersebut.
Dengan begitu, si musafir pun tepat makan delapan potong roti sebagaimana
kalian berdua, bukan?”
Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak
sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka
berkata: “Benar, kami mengerti.” “Nah, uang yang diberikan oleh di musafir

60
adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya lima roti sebab
si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu dirham untuk si
empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu potong roti dari milik
orang itu”. “Alhamdulillah…Allahu Akbar,”kedua orang itu berucap hampir
bersamaan. Mereka sangat mengagumi cara Imam Ali menyelesaikan masalah
tersebut, sekaligus mengagumi dan mengakui keluasan ilmunya. ”Demi Allah
swt, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil lebih dari hak-ku,
yakni satu dirham,‖ kata orang yang mengadukan hal tersebut, yakni si
empunya tiga roti. Kedua orang yang mengadu itu pun sama-sama merasa
puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil mendapatkan pemecahan
secara benar, dan mendapat tambahan ilmu yang sangat berharga dari Imam
Ali bin Abi Thalib ra.

Islam pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin mengalami kemajuan yang sangat


pesat. Dari segi antropologi para al-Khulafa’ ar-Rasyidin juga bisa memasukkan
budaya bangsa luar arab ke bangsa arab dengan prinsip tidak ada pertentangan
dan perbedaan antar mereka. Dilihat dari segi sosiologis bahwa bahwa pemimpin-
pemimpin pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin adalah bukan pemimpin yang
otoritas, melainkan masyarakat yang menghimbau bukan kekuasaan untuk
memerintah. Masa al-Khulafa’ ar-Rasyidin adalah masa yang sangat pantas ditiru
dalam pribadinya, karena mereka adalah seorang pemimpin yang adil, bijaksana,
sederhana dan sebgainya. Mereka juga seorang pemimpin pemerintahan yang
ideal dan sejati yang harus dijadikan contoh.
Masa pemerintahan al-Khulafa’ ar-Rasyidin banyak mengalami kemajuan
yang tinggi yakni terbukti dengan luas kekuasaan islam pada masa ini dan adanya
usaha pembukuan al-Quran yaitu masa Ustman. Jadi masa ini adalah masa yang
cemerlang (Syukur, 2011) Pengembangan agama Islam yang dilakukan

61
pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah
membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Ekspansi ke negri-negri yang sangat
jauh dari pusat kekusaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan
kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah
memiliki pengalaman politik yang memadai. Beberapa faktor yang menyebabkan
ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai berikut: 1) Islam, di samping
merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama
yang mementingkan soal pembentukan masyarakat; 2) Dalam dada para sahabat
Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban menyerukan
ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia; 3) Dertentangan aliran
agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama
bagi rakyat; 4) Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap
simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan
masuk Islam; 5) Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir
memandang bangsa Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang
merintah mereka; 6) Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya.
Kekayaan intu membantu pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah
yang lebih jauh (Amin, 2009).

D. Kontekstualisasi Materi Kisah teladan Khulafaur Rasyidin dalam Moderasi


beragama
Saudara mahasiswa, apakah pelajaran dan nilai moderasi beragama yang
anda dapatkan setelah mempelajari seluruh materi di atas pada KB ini yang dapat
saudara aplikasikan pada pembelajaran Akidah Akhlak?
Salah satu kisah teladan masa pemerintahan Umar, beliau menerapkan sikap
toleransi kepada kaum non muslim. Umar bin Khattab adalah salah seorang
Khulafaur Rasyidin yang dikenal sangat tegas, namun juga memiliki sikap toleransi

62
yang baik. Umar pernah terlibat dalam perjanjian Aelia dengan umat Nasrani di
Yerusalem. Saat itu, wilayah Aelia atau Yerusalem sudah berada di tangan muslim.
Penyerahan kunci kota dari Patriarch Sophorinous kepada Umar dilakukan dengan
upaya diplomasi dan tanpa paksaan. Untuk membalas niat baik pemuka agama
Kristen Ortodoks, Umar menawarkan perjanjian damai. Perjanjian berisi jaminan
yang diberikan Umar untuk menjaga keamanan, hak hidup, hak milik harta,
bangunan-bangunan gereja, salib-salib mereka, dan orang-orang lemah, orang-orang
yang sehat, dan semua pemeluk agama. Sikap tolerasi ini dalam moderasi beragama
adalah tasāmuh. Dengan sikap toleransi dan tasāmuh yang luas dan terbuka, maka
akan terbentuk suatu masyarakat yang saling menghargai, menghormati, dan
terjalinlah kehidupan yang harmonis antar anggota masyarakat, bangsa, negara,
maupun dalam kehidupan secara umum. Kemudian masyarakat yang harmonis
cenderung akan menghasilkan karya-karya yang besar yang bermanfaat bagi
manusia.
Bapak/Ibu mahasiswa selanjutnya temukan nilai-nilai moderasi beragama
dari materi Kisah teladan Khulafaur Rasyidin!

E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang Kisah
Keteladanan Khulafaur Rosyidin. Agar Anda dapat lebih memahami materi yang
terdapat pada Kegiatan Belajar 4, buatlah tabel yang menjelaskan tentang hikmah
(pelajaran) dari Kisah Keteladanan Khulafaur Rosyidin. a.s disertai dalilnya Sehingga
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa minimal memberikan
contoh lima hikmah yang dapat dipetik dari Keteladanan Khulafaur Rosyidin.
tersebut. Berikut ini contohnya:

63
TABEL. 4
HIKMAH KISAH KETELADANAN KHULAFAUR ROSYIDIN
No Tema Kisah Hikmah yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
1 Abu Bakar Ash- Bersikap jujur dan semangat untuk bersedekah untuk
Shidiq memperjuangkan agama Islam di
2
3
4
5

F. Referensi Tambahan
Tarikh Al-Khulafaur Rasyidin Penerbit Mamlakah Al Arabiyah
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5 (Wahana
Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 2019)
Musthafa Murad, Kisah Hidup Umar Ibn Khattab, (Jakarta: Penerbit Zaman,
2007)
WahabAbd, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan
Khulafaur Rasyidin dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014- 2019), Vol. 5.
Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman.

64
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)
Bapak Ibu yang yang baik hati, untuk memberikan pemahaman dan
implementasi pembelajaran berbasis masalah (PBL), pada bagian ini Bapak Ibu
diminta untuk merancang dan melaksanakan PBL tersebut. Langkah-langkah yang
harus dijalankan adalah:
1. Temukan satu masalah yang dipandang menggelisahkan Bapak Ibu dalam
kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan masalah-masalah keimanan!
2. Jelaskan factor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah tersebut, baik
secara internal maupun eksternal!
3. Jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah di atas,
ditinjau dari dimensi teoretik dan langkah-langkah kongkrit dan rinci yang jelas
dan tuntas sampai masalah di atas dapat diselesaikan dengan baik!
Selamat Bekerja, Semoga Berhasil

65
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asy‘ari, Abdurrahman, (2014)Al-Qur‟an dan Terjemahnya Dilengkapi Metode
Tahfidz(QTA), Terjemah Per Kata, Asbabun Nuzul, Hukum Tajwid, dan Indeks Ayat,
Wonosobo: Yayasan Al-Asy‘ariyah.
Al-Azizi, Abdul Syukur, (2017) Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, Yogyakarta: Noktah.
Amin, Samsul Munir. (2009). Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta: Amzah.
An-Nadwi, Abu al-Hasan Ali (1998) The Message of Surah Al-Kahfi, Lucknow: Academic of
Islamic Research and Publication.
Antonio, Muhammad Syafii, (2009) Muhammad Saw. The Super Leader SuperManager,
Jakarta: ProLM Centre & Tazkia Publishing.
Ath-Thabari, (2009) Tafsir Ath-Thabari Jilid 17. Jakarta: Pustaka Azzam
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, (2007) Sekolah Para Nabi 1 Membuka Pintu
KehadiranIlahi, Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi (2007), Sekolah Para Nabi 2 Menabur Kasih Sayang
di Bumi, (terj.) oleh Fadhilah Ulfa & Ismail Jalili, (Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Djalaluddin, Ahmad, (2 014 ) Manajemen Qur‟ani Menerjemahkan Idarah Ilahiyah dalam
Kehidupan Insaniyah (Seri Integrasi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2014).
Hitti, Philip K., (1979), Islam and The West: A Historical Cultural Survey, New York: Robert
K. Krieger Publishing Company.
Katsir, Ibn, (2009) Kisah Shahih Para Nabi, Jakarta: Pustaka Imam Syafii
Kementerian Agama Republik Indonesia, ( 2 0 1 4 ) Buku Siswa Akidah Akhlak
Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII,
Jakarta: Kementerian Agama.
Kertanegara, Mulyadhi, (2017) Lentera Kehidupan Panduan Memahami Tuhan, Alam, dan
Manusia, Bandung: Mizan Pustaka.
McDermott, William C. (1949) The Seven Sleeper of Ephesus: in Gregory of Tour: Selection from
the Minor Works 78-87, Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

66
Mustaqim Arief, ( 2 0 1 7 ) Mubasysyiroh-Al-Atsariyah, Keutamaan Khulaf’ur Rasyidin,
(ed.), Yogyakarta: Maktabah al-Hanif.
Munawwir, Ahmad Warson, (1997) Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progressif.
Prabowo, Wisnu Tanggap, (2022) Naskah Laut Mati dan Ashabul Kahfi: Telaah Sejarah
Berdasarkan Manuskrip Kuno dan Kitab Suci. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Shihab, M. Quraish, (2014) Membumikan Al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakarat, Bandung: PT Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish, (2017) Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Volume
1, Edisi 2017, Tangerang: PT Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish, (2017) Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Volume
5, Edisi 2017, Tangerang: PT Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish, (2017) Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Volume
7, Edisi 2017, Tangerang: PT Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish, (2017) Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, Volume
11, Edisi 2017, Tangerang: PT Lentera Hati.
Sjadzali, Munawir, (1993) Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah, dan pemikiran, edisi 5,
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Syaefuddin, Machfu. (2013), Perdaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Syukur, Fatah. (2011) Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Tasmara, Toto, (2006) Spiritual Centered Leadership (Kepemimpinan Berbasis Spiritual),
(Jakarta: Gema Insani Press.
Tisdall, Clair (1911), The Original Sources of The Qur’an, New York: Society for Promoting
Cristian Knowliedge.
Yasid, Abu dalam kata pengantarnya buku Afifuddin Muhajir, (2017) Fiqh Tata Negara,
Yogyakarta: iRCiSod.

67
Yatim, Badri. (2004) Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Raja Grafindo
Persada

68

Anda mungkin juga menyukai