Hi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

SEJARAH DAN FAKTA MENARIK MASJID


MATARAM KOTAGEDE

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Caroline Gendis S G/10
2. Maya Keysha R/28
3. Muhammad Fachri D N/29
4. Muhammad Romy Z/30
5. Risya Nienta K S/32
6. Farrel Riski F/36

SMA N 1 BANGUNTAPAN
2023/2024
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua yang berada di
wilayah Yogyakarta, dan merupakan masjid peninggalan Kerajaan Mataram. Di daerah
Kotagede Yogyakarta masih terdapat peninggalan bersejarah yang menyimpan informasi
masa Kerajaan Mataram. Salah satu tempat bersejarah di Kotagede adalah Masjid Gedhe
Mataram yang dibangun pada zaman Kerajaan Mataram pada tahun 1640. Masjid Gedhe
Mataram dibangun oleh Sultan Agung yang bergotong-royong dengan masyarakat yang
masih menganut agama Hindu dan Buddha (Adrisijanti, 2000:56).

Masjid Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta menjadi simbol keberadaan kerajaan


Mataram Islam. Masjid ini terletak di selatan pasar Kotagede dan berada di sebelah kampung
alun-alun. Masjid ini satu komplek dengan Pesarean Agung (pemakaman besar) Kotagede
yang dikelilingi oleh pagar batas setinggi 2,5m dalam struktur tata ruang pusat Kerajaan
Islam di Jawa. Menurut Adrisijanti (2000:13) yang membahas mengenahi arkeologi Mataram
Islam, Masjid Gedhe Mataram Kotagede dibangun berdasarkan konsep kosmologi Jawa yang
bertumpu pada harmoni mikro kosmos dan makro kosmos. Hal itu tercermin dalam dalam
perencanaan poros tata kota Catur Gatra Tunggal. Dalam Perdais DIY nomor 2 tahun 2017
disebutkan bahwa filosofi Catur Gatra Tunggal meliputi empat elemen pembentuk identitas
kota, yang terdiri atas Keraton sebagai pusat pemerintahan, Alun-alun sebagai pusat kegiatan
social budaya, Masjid sebagai pusat kegiatan spiritual dan, pasar sebagai pusat kegiatan
ekonomi.

Bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, pada awal mulanya berupa langgar.
Pada masa Panembahan Senopati (1575-1601 M) bangunan langgar kemudian dipindah
menjadi cungkup makam. Di lokasi yang tidak jauh dari cungkup didirikan sebuah masjid
yang merupakan cikal bakal berdirinya Masjid Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta.
Pembangunan tersebut terjadi pada tahun 1587 M. Dalam Babad Momana disebutkan bahwa
masjid ini selesai dibangun pada tahun 1511 J atau 1589 M (Adisijanti, 2000: 56)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Kapan Masjid Mataram Kotagede dibangun?


2. Siapa yang membangun Masjid Mataram Kota Gedhe?
3. Apa saja fakta menarik atau keunikan yang terkait dengan arsitektur atau
budaya Masjid Mataram Kotagede?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Menelusuri sejarah Masjid Mataram Kotagede untuk memahami peran dan
perkembangannya dalam konteks sejarah lokal.

2. Mengidentifikasi dan mengumpulkan fakta menarik terkait Masjid Mataram


Kotagede yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat umum.

3. Memberikan rekomendasi untuk pelestarian dan pengembangan lebih lanjut


terhadap Masjid Mataram Kotagede agar dapat tetap menjadi bagian integral dari
warisan sejarah dan budaya.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Menyediakan informasi sejarah dan fakta


menarik tentang Masjid Mataram Kotagede untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap warisan budaya dan sejarah lokal.

2. Pelestarian Warisan Budaya: Memberikan kontribusi pada upaya pelestarian


Masjid Mataram Kotagede sebagai bagian penting dari warisan budaya, membantu mencegah
pengabaian dan kerusakan.

3. Pengembangan Pariwisata Berbasis Sejarah: Menyajikan potensi pariwisata


berbasis sejarah dengan menyoroti aspek menarik Masjid Mataram Kotagede, yang dapat
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal.

4. Peningkatan Pendidikan: Menyediakan sumber daya tambahan bagi pendidikan


sejarah lokal, membantu siswa dan masyarakat dalam memahami konteks sejarah daerah
mereka.

5. Mendorong Rasa Identitas dan Kebersamaan: Memperkuat rasa identitas


masyarakat setempat dengan memahami akar sejarah dan keunikan Masjid Mataram
Kotagede, yang dapat membangun kebersamaan di komunitas
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), situs merupakan daerah temuan
benda-benda purbakala. Sehingga menurut KBBI, situs lokal merupakan tempat di setiap
daerah yang menjadi tempat ditemukannya situs purbakala.

Situs adalah lokasi suatu kejadian (sejarah), struktur, objek, atau hal lain, baik aktual,
virtual, lampau, atau direncanakan. Situs sejarah tersebut disebut juga dengan situs
lokal.Situs lokal adalah istilah yang merujuk pada tempat tertentu yang memiliki nilai
tersendiri. Tempat ini bisa berkaitan dengan sejarah yang dapat berupa peninggalan-
peninggalan zaman terdahulu.

Situs lokal menjadi fungsi untuk melestarikan peninggalan - peninggalan bersejarah.


Menambah kekhasan budaya bangsa Indonesia, menambah pendapatan negara melalui
kegiatan wisata, sebagai bukti nyata peristiwa sejarah yang dapat di amati zaman sekarang,
menambah wawasan dan pengetahuan menjadi fungsi dari situs lokal.

Setiap daerah memiliki sejarahnya sendiri-sendiri dan ada beberapa tempat yang
menjadi bukti dari sebuah sejarah. Tempat-tempat tersebut akan disebut dengan situs sejarah,
namun karena lokasinya, tidak jarang tempat itu disebut dengan nama situs lokal.

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Masjid Mataram Kotagede pada masa Dulu dan Kini:

1. Arsitektur dan Bangunan:


Masa Dulu: Pada masa pendiriannya tahun 1773, masjid ini dibangun dengan
arsitektur khas Jawa yang megah dan penuh dengan detail artistik.
Masa Kini: Meskipun bangunan inti masjid tetap utuh, mungkin ada perubahan atau
renovasi kecil untuk pemeliharaan atau penyesuaian dengan kebutuhan modern.
2. Fungsi dan Penggunaan:
Masa Dulu: Masjid ini digunakan sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan
keagamaan.
Masa Kini: Fungsi utama masjid tetap sebagai tempat ibadah, tetapi mungkin juga
digunakan untuk kegiatan sosial, pendidikan, atau budaya sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini.
3. Pemeliharaan dan Restorasi:
Masa Dulu: Seiring waktu, mungkin ada perubahan atau kerusakan yang
memerlukan pemeliharaan atau restorasi.
Masa Kini: Upaya pelestarian dan restorasi kemungkinan dilakukan untuk menjaga
keaslian dan keindahan masjid sebagai warisan budaya.

BAB III METODOLOGI

3.1 JENIS PENELITIAN


mengindikasikan bahwa penelitian tersebut termasuk dalam jenis penelitian sejarah
dan deskriptif. Penelitian ini menggali informasi historis tentang Masjid Mataram Kotagede
dan menyajikan fakta menarik terkait sejarahnya secara deskriptif. Pendekatan sejarah
melibatkan penelusuran sumber-sumber historis untuk memahami perkembangan masjid
tersebut dari waktu ke waktu.

3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Observasi, pengumpulan data secara langsung dimana peneliti atau pembantu
peneliti langsung mengamati gejala-gejala yang diteliti dari suatu objek penelitian
menggunakan atau tanpa instrumen penelitian yang sudah dirancang.

2. Wawancara, pengumpulan data yang dilakukan melalui tatp muka dan tanya jawab
secara langsung.

3.3 TEKNIK ANALISIS DATA


Menggunakan Teknik analisis interaktif untuk meningkatkan keterlibatan dan
keterlibatan pengguna. Ini memungkinkan pertukaran informasi yang lebih dinamis dan
memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi atau
pembelajaran.

3.4 UJI VALIDITAS


Untuk menguji validasi menggunakan teknik Triangulasi dalam konteks uji validasi
sering kali merujuk pada penggunaan beberapa metode atau sumber data untuk
memverifikasi temuan atau hasil penelitian. Ini dapat meningkatkan keandalan dan validitas
suatu studi.
BAB IV PEMBAHASAN

Mataram Kotagede, sebuah kawasan bersejarah yang terletak di Yogyakarta,


Indonesia, memiliki akar sejarah yang dalam dan kaya. Berikut adalah sejarah
perkembangan Mataram Kotagede:

1. Pemukiman Awal

Pada awalnya, Mataram Kotagede merupakan pemukiman kecil yang tumbuh di sekitar
kerajaan Mataram pada abad ke-16. Pemukiman ini berkembang pesat karena lokasinya
yang strategis sebagai pusat politik dan ekonomi.

2. Pusat Politik Mataram

Mataram Kotagede menjadi pusat politik Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1645). Pada masa ini, Mataram Kotagede menjadi ibu kota
Mataram yang kuat dan berkembang menjadi pusat kekuasaan yang penting di Pulau Jawa.

3. Perkembangan Ekonomi

Selain sebagai pusat politik, Mataram Kotagede juga menjadi pusat ekonomi yang maju.
Perdagangan dan kerajinan tumbuh pesat, menciptakan kekayaan dan kemakmuran di
wilayah ini.

4. Keruntuhan Kota

Pada abad ke-18, Mataram Kotagede mengalami penurunan kejayaan akibat serangan dan
konflik internal. Sejumlah keruntuhan terjadi, dan pusat kekuasaan Mataram beralih ke
Kraton Yogyakarta.

5. Pemugaran dan Pemeliharaan

Pada abad ke-20, upaya pemugaran dan pemeliharaan dilakukan untuk melestarikan
warisan sejarah Mataram Kotagede. Banyak bangunan bersejarah yang direstorasi untuk
menjaga keasliannya.
6. Pariwisata dan Kearifan Lokal

Sastra dan seni tradisional tetap hidup di Mataram Kotagede, mencerminkan kearifan lokal
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kawasan ini juga menjadi daya tarik pariwisata
dengan keindahan arsitektur dan kisah sejarahnya.

7. Penetapan sebagai Kawasan Cagar Budaya

Mataram Kotagede diakui sebagai kawasan cagar budaya dan warisan nasional oleh
pemerintah Indonesia. Langkah-langkah pemeliharaan terus dilakukan untuk memastikan
kelangsungan dan keberlanjutan warisan sejarah ini.

Mataram Kotagede tetap menjadi saksi bisu perkembangan sejarah dan


kekayaan budaya Jawa. Melalui upaya pemeliharaan dan keberlanjutan,
Mataram Kotagede terus menjadi titik penting dalam mosaik sejarah
Yogyakarta dan Indonesia secara keseluruhan.
Fakta Menarik tentang masjid Mataram Kotagede:
1. Arsitektur Tradisional: Masjid Mataram Kotagede mencerminkan
arsitektur tradisional Jawa dengan detail artistik dan elemen-elemen arsitektural
khas, seperti joglo dan tumpang sari.

2. Sejarah Kerajaan Mataram: Dibangun pada abad ke-16, masjid ini terkait
erat dengan sejarah Kerajaan Mataram, khususnya masa pemerintahan Sultan
Agung.

3. Makam Keluarga Kerajaan: Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga
terhubung dengan kompleks makam keluarga kerajaan Mataram, menambahkan
dimensi sejarah dan keagamaan.

4. Bentuk Tumpang Sari: Ciri khas arsitektural masjid ini adalah bentuk
tumpang sari, struktur bertingkat yang memberikan daya tarik estetika dan nilai
historis.
5. Ukiran Kayu Halus: Masjid ini dihiasi dengan ukiran kayu halus yang
menggambarkan keindahan seni tradisional Jawa, menciptakan atmosfer yang
indah dan mempesona.

6. Pelestarian Budaya: Sebagai situs bersejarah, Masjid Mataram Kotagede


menjadi simbol pelestarian budaya Jawa dan menarik banyak wisatawan dan
sejarawan yang tertarik pada warisan sejarah Indonesia.

7. Berperan dalam Ritual Keagamaan: Masjid ini masih berfungsi sebagai


tempat ibadah aktif, menjadi saksi hidup dari tradisi keagamaan yang terus
berlanjut dari generasi ke generasi.
BAB V KESIMPULAN

Masjid Gede Mataram merupakan Masjid tertua di Yogyakarta dan

menjadi salah satu cagar budaya dan destinasi wisata religi. Banyak

wisatawan yang berkunjung ke Kompleks Masjid Gede Mataram untuk

beribadah, ziarah kubur dengan menggunakan baju lurik untuk pria dan

kemben untuk wanita, melakukan ritual mandi dan berswafoto di Komplek

Masjid Gede Mataram. Dengan bangunan yang terlihat kuno, tiang-tiang dari

jati dan kesan klasik menjadikan salah satu motivasi wisatawan untuk

berkunjung ke Kompleks Masjid Gede Mataram.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan, banyak faktor yang

mendorong wisatawan untuk berkunjung ke Kompleks Masjid Gede

Mataram, antara lain faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor yang

mendorong wisatawan mengunjungi masjid :

1) Mengunjungi tempat baru, seperti wisatawan yang menjadi masjid sebagai spot
fotografi dibangunan kuno, sehingga menjadi lebih estetik

2) Belajar dan mengalami hal baru, wisatawan berkunjung dikarenakan menjadi


destinasi yang didalamnya terdapat edukasi dalam bidang sejarah, agama dan
budaya

3) Meningkatkan nilai spiritual, wisatawan berkunjung ke masjid menjadi lebih kuat


beribadahdengan melihat sejarah perjuangan kerajaan dulu dan melihat
peninggalanpeninggalan kerajaannya

4) mencoba tantangan dan petualangan, beberapa

wisatawan yang berkunjung kekompleks masjid merasa tertantang dengan

mental yang kuat ketika mengunjungi makam yang berada di area masjid,

dengan daerah yang dianggap sakral dan memiliki aturan yang cukup ketat.
BAB VI SARAN
Adapun saran dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan pihak pengelola lebih meningkatkan perawatan agar

peninggalan bersejarah ini tetap terjaga.

2. Diharapkan pihak pengelola mengadakan event tahunan dalam skala besar

agar terciptanya nilai jual yang tinggi.

3. Diharapkan pihak pengelola lebih mempromosikan dalam meningkatkan

kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Anda mungkin juga menyukai