Hi
Hi
Hi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Caroline Gendis S G/10
2. Maya Keysha R/28
3. Muhammad Fachri D N/29
4. Muhammad Romy Z/30
5. Risya Nienta K S/32
6. Farrel Riski F/36
SMA N 1 BANGUNTAPAN
2023/2024
BAB I PENDAHULUAN
Bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede, pada awal mulanya berupa langgar.
Pada masa Panembahan Senopati (1575-1601 M) bangunan langgar kemudian dipindah
menjadi cungkup makam. Di lokasi yang tidak jauh dari cungkup didirikan sebuah masjid
yang merupakan cikal bakal berdirinya Masjid Gedhe Mataram Kotagede Yogyakarta.
Pembangunan tersebut terjadi pada tahun 1587 M. Dalam Babad Momana disebutkan bahwa
masjid ini selesai dibangun pada tahun 1511 J atau 1589 M (Adisijanti, 2000: 56)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Situs adalah lokasi suatu kejadian (sejarah), struktur, objek, atau hal lain, baik aktual,
virtual, lampau, atau direncanakan. Situs sejarah tersebut disebut juga dengan situs
lokal.Situs lokal adalah istilah yang merujuk pada tempat tertentu yang memiliki nilai
tersendiri. Tempat ini bisa berkaitan dengan sejarah yang dapat berupa peninggalan-
peninggalan zaman terdahulu.
Setiap daerah memiliki sejarahnya sendiri-sendiri dan ada beberapa tempat yang
menjadi bukti dari sebuah sejarah. Tempat-tempat tersebut akan disebut dengan situs sejarah,
namun karena lokasinya, tidak jarang tempat itu disebut dengan nama situs lokal.
2. Wawancara, pengumpulan data yang dilakukan melalui tatp muka dan tanya jawab
secara langsung.
1. Pemukiman Awal
Pada awalnya, Mataram Kotagede merupakan pemukiman kecil yang tumbuh di sekitar
kerajaan Mataram pada abad ke-16. Pemukiman ini berkembang pesat karena lokasinya
yang strategis sebagai pusat politik dan ekonomi.
Mataram Kotagede menjadi pusat politik Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyokrokusumo (1613-1645). Pada masa ini, Mataram Kotagede menjadi ibu kota
Mataram yang kuat dan berkembang menjadi pusat kekuasaan yang penting di Pulau Jawa.
3. Perkembangan Ekonomi
Selain sebagai pusat politik, Mataram Kotagede juga menjadi pusat ekonomi yang maju.
Perdagangan dan kerajinan tumbuh pesat, menciptakan kekayaan dan kemakmuran di
wilayah ini.
4. Keruntuhan Kota
Pada abad ke-18, Mataram Kotagede mengalami penurunan kejayaan akibat serangan dan
konflik internal. Sejumlah keruntuhan terjadi, dan pusat kekuasaan Mataram beralih ke
Kraton Yogyakarta.
Pada abad ke-20, upaya pemugaran dan pemeliharaan dilakukan untuk melestarikan
warisan sejarah Mataram Kotagede. Banyak bangunan bersejarah yang direstorasi untuk
menjaga keasliannya.
6. Pariwisata dan Kearifan Lokal
Sastra dan seni tradisional tetap hidup di Mataram Kotagede, mencerminkan kearifan lokal
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kawasan ini juga menjadi daya tarik pariwisata
dengan keindahan arsitektur dan kisah sejarahnya.
Mataram Kotagede diakui sebagai kawasan cagar budaya dan warisan nasional oleh
pemerintah Indonesia. Langkah-langkah pemeliharaan terus dilakukan untuk memastikan
kelangsungan dan keberlanjutan warisan sejarah ini.
2. Sejarah Kerajaan Mataram: Dibangun pada abad ke-16, masjid ini terkait
erat dengan sejarah Kerajaan Mataram, khususnya masa pemerintahan Sultan
Agung.
3. Makam Keluarga Kerajaan: Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga
terhubung dengan kompleks makam keluarga kerajaan Mataram, menambahkan
dimensi sejarah dan keagamaan.
4. Bentuk Tumpang Sari: Ciri khas arsitektural masjid ini adalah bentuk
tumpang sari, struktur bertingkat yang memberikan daya tarik estetika dan nilai
historis.
5. Ukiran Kayu Halus: Masjid ini dihiasi dengan ukiran kayu halus yang
menggambarkan keindahan seni tradisional Jawa, menciptakan atmosfer yang
indah dan mempesona.
menjadi salah satu cagar budaya dan destinasi wisata religi. Banyak
beribadah, ziarah kubur dengan menggunakan baju lurik untuk pria dan
Masjid Gede Mataram. Dengan bangunan yang terlihat kuno, tiang-tiang dari
jati dan kesan klasik menjadikan salah satu motivasi wisatawan untuk
Mataram, antara lain faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor yang
1) Mengunjungi tempat baru, seperti wisatawan yang menjadi masjid sebagai spot
fotografi dibangunan kuno, sehingga menjadi lebih estetik
mental yang kuat ketika mengunjungi makam yang berada di area masjid,
dengan daerah yang dianggap sakral dan memiliki aturan yang cukup ketat.
BAB VI SARAN
Adapun saran dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan pihak pengelola lebih meningkatkan perawatan agar