100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan376 halaman

Modul Tot Keswa

Diunggah oleh

putra
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan376 halaman

Modul Tot Keswa

Diunggah oleh

putra
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 376

MODUL

PELATIHAN PELATIH
(TRAINING OF TRAINER / TOT)
UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KESEHATAN JIWA

Direktorat Kesehatan Jiwa Direktorat


Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan, RI
Tahun 2023

i Modul Pelatihan Pelatih (Training of


Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
MATA PELATIHAN DASAR : KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA DALAM TRANSFORMASI
SISTEM KESEHATAN.........................................................................................................................4
Materi Pokok 1: Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa..............................Error! Bookmark not defined.
Materi Pokok 2: Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa........................... Error! Bookmark not defined.2
Materi Pokok 3: Upaya Kesehatan Jiwa Dalam Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer Yang
Mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif...............................................................................166
MATA PELATIHAN INTI 1: KONSEP DASAR UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS...........................................................................................222
Materi Pokok 1: Kesehatan Jiwa dan Permasalahannya .................... Error! Bookmark not defined.7
Materi Pokok 2: Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas......................................................36
Materi Pokok 3: Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas......................................................45
LAMPIRAN A..................................................................................................................................54
LAMPIRAN B..................................................................................................................................81
MATA PELATIHAN INTI 2: KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KIPK DALAM UPAYA
PROMOTIF DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS....................................86
Materi Pokok 1: Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa Di Puskesmas 9Error!
Bookmark not defined.
Materi Pokok 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam Upaya Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas .......................................................... Error! Bookmark not
defined.57
MATA PELATIHAN INTI 3: KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS.........................................................182
Materi Pokok 1: Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif-
Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas..........................................................................................187
Materi Pokok 2: Identifikasi Jenis dan Dukungan Mitra Potensial Dalam Implementasi Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa Di Puskesmas..........................................................................198
Materi Pokok 3: Penerapan Kemitraan Pada Keluarga, Institusi Pendidikan, Tempat Kerja, dan
Kelompok Potensial Lainnya Dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa Di
Puskesmas ........................................................................................ Error! Bookmark not
defined.05
MATA PELATIHAN INTI 4: PEMBERDAYAAN KELUARGA, KELOMPOK, DAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT........................23535
Materi Pokok 1: Konsep Dasar Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat Dalam Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa......................................................Error! Bookmark not
defined.
Materi Pokok 2: Pemberdayaan Keluarga Dalam Melakukan Pola Asuh Yang Mendukung
Pertumbuhan dan Perkembangan Kesehatan Jiwa........................... Error! Bookmark not defined.65
Materi Pokok 3: Pemberdayaan Kelompok dan Masyarakat Dalam Pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM).................................................................281

ii Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Materi Pokok 4: Praktik Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Dalam
Pengembangan UKJBM........................................................................Error! Bookmark not
defined.
MATA PELATIHAN PENUNJANG: RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)........................34848
Materi Pokok 1: Pengertian dan Ruang Lingkup RTL Jiwa ............ Error! Bookmark not
defined.52 Materi Pokok 2: Langkah-Langkah Penyusunan RTL..................... Error! Bookmark
not defined.55 Materi Pokok 3: Penyusunan RTL.....................................................................35759

iii Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN DASAR :
KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA DALAM
TRANSFORMASI SISTEM KESEHATAN

4 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

5 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang Kebijakan Kesehatan Jiwa dalam


Transformasi Sistem Kesehatan

TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu
menjelaskan Kebijakan Kesehatan Jiwa dalam Transformasi Sistem Kesehatan

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu
menjelaskan:
1. Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa
2. Kebijakan Transformasi Sistem Kesehatan
3. Upaya Kesehatan Jiwa dalam Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer yang
mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif

MATERI POKOK

1. Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa

2. Kebijakan transformasi sistem kesehatan

3. Upaya Kesehatan Jiwa dalam dalam Transformasi Pelayanan


Kesehatan Primer yang mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif

6 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

7 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 1
KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN JIWA
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan kebijakan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Dalam revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Bidang Kesehatan 2020-2024, Kementerian Kesehatan menetapkan transformasi
sistem kesehatan untuk menjawab tantangan yang makin kompleks pada permasalahan
kesehatan jiwa.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta ToT mampu:
Menjelaskan Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa.

8 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
………………………………………………..…………………………………
URAIAN MATERI POKOK 1
KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN JIWA
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang kebijakan kesehatan jiwa dan transformasi
sistem kesehatan, apa yang Saudara ketahui tentang permasalahan kesehatan jiwa secara
global dan nasional dan apa upaya pemerintah untuk mengatasinya?

Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang permasalahan kesehatan jiwa dan
kebijakan transformasi kesehatan termasuk pada upaya kesehatan jiwa

1. KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN JIWA

Permasalahan kesehatan jiwa global

Pada tahun 2019, sebelum pandemi diperkirakan 970 juta orang di dunia hidup dengan
gangguan jiwa. Sebanyak 31% mengalami gangguan kecemasan dan 28,9% mengalami
gangguan depresif (WHO, 2022). Selain itu, menurut berbagai perkiraan, 283 juta orang
mengalami gangguan penggunaan alkohol pada tahun 2016 dan 36 juta orang mengalami
gangguan penggunaan NAPZA pada tahun 2019.

Sebanyak 82% penderita gangguan jiwa terdapat di negara dengan tingkat pendapatan
menengah dan rendah, namun terdapat kesenjangan pengobatan yang tinggi yaitu hanya 25%
menerima terapi.

9 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Dalam laporan terbaru tahun 2022, World Health Organization (WHO)
memperkirakan, secara global satu dari delapan orang mengalami gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan penyebab utama bertahun-tahun hidup dengan
kecacatan. Bunuh diri sebagai salah satu gangguan
jiwa bahkan menjadi penyebab utama kematian
secara global.

Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018


menemukan hampir 1 dari 10 orang atau 20 juta
lebih usia 15 tahun ke atas mengalami masalah
kesehatan jiwa (dalam Riskesdas 2018 disebut
sebagai gangguan mental emosional). Prevalensi
gangguan depresi 6,1% atau 12 juta lebih dan
gangguan psikotik hampir 2 kasus dari 1000
keluarga (0,18 per mil) atau
495 ribu lebih. Selain itu, sebanyak hampir 3,7 juta jiwa penduduk melakukan
penyalahgunaan narkoba.

Kesenjangan pengobatan juga terjadi di Indonesia yaitu masih ada 15,1% penderita
skizofrenia yang tidak mendapat pengobatan. Pasien skizofrenia yang rutin berobat pun
masih kurang dari setengah. Pada orang yang terdiagnosis gangguan depresi, juga hanya 9%
yang berobat (Riskesdas, 2018).

10 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Sistem pelayanan kesehatan jiwa masih mengalami kesenjangan dalam tata kelola, akses,
informasi, teknologi dan sumber daya. Jumlah tenaga profesional kesehatan jiwa masih jauh
dari cukup untuk melayani seluruh penduduk Indonesia yang membutuhkan. Puskesmas yang
menyediakan layanan kesehatan jiwa dasar hanya berjumlah 44,4% dan masih ada provinsi
yang tidak memiliki rumah sakit jiwa sebagai layanan rujukan masalah kejiwaan.

Dampak kesehatan terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa dirasakan secara
langsung oleh orang yang mengalami dan orang-orang terdekatnya. Mereka mengalami
penderitaan tidak hanya secara fisik dan psikologis namun juga secara sosial karena masih
ada stigma yang tinggi dan diskriminasi. Gangguan jiwa merupakan penyebab utama tahun
hidup dengan disabilitas (Years Lived with Disabilities – YLDs). Di Indonesia, YLD paling
besar yaitu 13,4% karena gangguan jiwa (Global Disease Burden, 2017).

Konsekuensi dari masalah dan gangguan jiwa juga berdampak luas pada kehidupan
sosial ekonomi yaitu penderitanya kehilangan waktu produktif, memerlukan biaya
pengobatan dan perawatan. Secara ekonomi, kehilangan ini melebihi biaya langsung
perawatan, apalagi bila penderita adalah pencari nafkah utama keluarga. Dapat diduga,
keluarganya terancam mengalami kemiskinan karena selama perawatan, produktivitas
penderita berkurang atau hilang.

Dasar Hukum Pembangunan Kesehatan Jiwa Nasional

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan berupaya mengatasi permasalahan dan


kesenjangan pelayanan kesehatan jiwa seperti disebutkan di atas. Berikut adalah beberapa
peraturan perundangan yang menjadi dasar pembangunan kesehatan jiwa di Indonesia:

 UU RI tentang Kesehatan Tahun 2023


 PP No. 25/2011 tentang Wajib Lapor Pecandu Narkotika
 Permenkes No. 4/2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib
Lapor
 Permenkes No.57/2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan
Metadon
 Inpres No.2/2020 tentang Rencana Aksi Nasional P4GN, Permendagri No. 12/2019
tentang Fasilitasi P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika)
 Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2020-2024.

11 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
………………………………………………..…………………………………
MATERI POKOK 2
KEBIJAKAN UPAYA KESEHATAN JIWA
………………………………………………………………………………….
Pendahuluan
Kementerian Kesehatan mencanangkan lima Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan enam pilar transformasi sistem kesehatan. Transformasi sistem
kesehatan merupakan suatu upaya untuk mengubah sistem kesehatan yang sudah ada agar
dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan:

Kebijakan transformasi sistem kesehatan

Sub Materi Pokok


a. Transformasi Sistem Kesehatan
b. Indikator Kesehatan Jiwa

12 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 2:
KEBIJAKAN TRANSFORMASI SISTEM KESEHATAN
……………………………………………………………………………………
Setelah Saudara memahami kebijakan upaya kesehatan jiwa, apa yang Saudara ketahui
tentang kebijakan transformasi sistem kesehatan?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang kebijakan transformasi sistem
kesehatan, selamat menyimak.

KEBIJAKAN TRANSFORMASI SISTEM KESEHATAN


Kementerian Kesehatan mencanangkan lima Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan enam pilar transformasi sistem kesehatan. Transformasi sistem
kesehatan merupakan suatu upaya untuk mengubah sistem kesehatan yang sudah ada agar
dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memperluas aksesibilitas, dan mengurangi disparitas
dalam kesehatan antar wilayah.

13 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
a) Transformasi Sistem Kesehatan
Menteri Kesehatan menetapkan ada enam pilar transformasi yang akan dilakukan, yaitu:
i. Transformasi Layanan Primer meliputi edukasi penduduk, pencegahan primer,
pencegahan sekunder serta meningkatkan kapasitas dan kapabilitas layanan primer.
ii. Transformasi Layanan Rujukan berupaya meningkatkan akses dan mutu layanan
sekunder serta tersier.
iii. Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan berupaya meningkatkan ketahanan
sektor farmasi dan sektor kesehatan serta memperkuat ketahanan tanggap darurat.
iv. Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan berupaya mengatur pembiayaan
kesehatan dengan tiga tujuan: tersedia cukup, dan berkelanjutan, alokasi yang adil
dan pemanfaatan yang efektif dan efisien.
v. Transformasi Sumber Daya Manusia Kesehatan berupaya melakukan penambahan
kuota mahasiswa, bea siswa dalam dan luar negeri, kemudahan penyetaraan nakes
lulusan luar negeri.
vi. Transformasi Teknologi Kesehatan berupaya melakukan pengembangan dan
pemanfaatan teknologi digitalisasi dan bioteknologi di sektor kesehatan.

Transformasi Kesehatan pada Program Kesehatan Jiwa

Transformasi sistem kesehatan juga mengubah program kesehatan jiwa menjadi lebih
berfokus pada upaya promotif preventif. Adapun tujuan program adalah mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal sesuai siklus kehidupan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Kebijakan Kesehatan Jiwa

1. Upaya promotif preventif semua rentang usia


2. Terwujudnya masyarakat peduli kesehatan jiwa
3. Terwujudnya pelayanan jiwa & NAPZA yang komprehensif
4. Terwujudnya upaya kesehatan jiwa dan NAPZA berbasis masyarakat
5. Diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

14 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Strategi
1. Penguatan regulasi kesehatan jiwa dan NAPZA.
2. Advokasi dan sosialisasi program kesehatan jiwa dan NAPZA
3. Peningkatan jejaring kemitraan kesehatan jiwa dan NAPZA dengan lintas
program dan lintas sektor.
4. Penguatan pelayanan kesehatan jiwa dan NAPZA di pelayanan kesehatan primer.
5. Program kesehatan jiwa dan NAPZA sesuai siklus kehidupan.
6. Pengembangan dan penguatan deteksi dini dan surveilans dengan optimalisasi
teknologi informasi.
7. Peningkatan peran serta komunitas, masyarakat, mitra dan multi sektor lainnya
dalam peningkatan kesehatan jiwa dan NAPZA.
8. Peningkatan kapasitas dan mutu sumber daya kesehatan jiwa dan NAPZA.

b) Indikator Kesehatan Jiwa dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-


2024
Keberhasilan kebijakan dan strategi program kesehatan jiwa diukur dengan suatu
indikator. Berikut ini adalah indikator kinerja kegiatan kesehatan jiwa dalam Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2024.
Indikator Kinerja 2022 2023 2024
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah 30% 60% 90%
kesehatan jiwa yang mendapat skrining
Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh 30% 60% 90%
layanan di Fasyankes
Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan 10.500 11.000 11.500
rehabiltasi medis

15 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 3
UPAYA KESEHATAN JIWA DALAM TRANSFORMASI PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER YANG MENGUTAMAKAN UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF
……………………………………………………………………………………

Pendahuluan
Puskesmas merupakan layanan kesehatan primer yang memegang peranan penting terjadinya
transformasi Upaya kesehatan jiwa yang mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif
melalui pendekatan klaster.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan:
Upaya Kesehatan Jiwa dalam Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif

Sub Materi Pokok


a. Pengertian Upaya Promotif dan Preventif
b. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

16 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 3:
UPAYA KESEHATAN JIWA DALAM TRANSFORMASI PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER YANG MENGUTAMAKAN UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF
……………………………………………………………………………………
Setelah Saudara memahami kebijakan transformasi sistem kesehatan, apa yang
Saudara ketahui tentang upaya kesehatan jiwa dalam transformasi pelayanan kesehatan
primer yang mengutamakan upaya promotif dan preventif?

Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang upaya kesehatan jiwa dalam
transformasi pelayanan kesehatan primer yang mengutamakan upaya promotif dan preventif,
selamat menyimak.

UPAYA KESEHATAN JIWA DALAM TRANSFORMASI PELAYANAN KESEHATAN


PRIMER YANG MENGUTAMAKAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
Puskesmas merupakan salah satu bentuk layanan kesehatan primer yang disediakan oleh
pemerintah. Dalam transformasi sistem kesehatan, puskesmas memegang peranan penting
terjadinya transformasi. Upaya kesehatan jiwa dalam transformasi layanan kesehatan primer
tidak lagi hanya berbasis pada penyakit/program, tetapi melalui pendekatan klaster yang
diintervensi oleh semua program.
a) Pengertian Upaya Promotif dan Preventif
Pengertian upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa dapat dilihat pada tujuannya
yaitu Upaya promotif kesehatan jiwa yaitu upaya untuk:
i. mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
ii. menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) sebagai bagian dari masyarakat
iii. meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa
iv. meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa.

Upaya promotif dilakukan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan dengan


upaya promotif kesehatan lain.

17 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Upaya preventif kesehatan jiwa yaitu upaya untuk:
i. mencegah terjadinya masalah kejiwaan
ii. mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
iii. mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau
perorangan
iv. mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.

b) Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif


melalui klaster 1 manajemen puskesmas, klaster 2 ibu, anak dan remaja serta klaster 3 usia
produktif dan lanjut usia.

i. Sasaran Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Sasaran upaya kesehatan jiwa di puskesmas adalah seluruh masyarakat berdasarkan


siklus hidup yaitu anak, remaja, usia produktif dan lanjut usia; serta untuk berbagai
kondisi kejiwaan yaitu sehat jiwa, orang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan
gangguan jiwa.

ii. Strategi Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Upaya kesehatan jiwa di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Upaya yang dilakukan:

 Upaya promotif preventif tersedia untuk semua orang berupa edukasi, kampanye,
dan skrining/deteksi dini.
 Orang dengan masalah kesehatan jiwa dapat menjalani kehidupan yang bermakna di
masyarakat dan mengoptimalkan potensinya.
 Upaya kesehatan jiwa terintegrasi dengan kesehatan secara keseluruhan dan
pemanfaatan teknologi informasi.

iii. Implementasi Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Upaya promotif

Implementasi upaya promotif dilakukan pada seluruh kelompok masyarakat dengan


cara meningkatkan literasi kesehatan jiwa melalui komunikasi, informasi, dan edukasi

18 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
(KIE) terkait kesehatan jiwa termasuk pemahaman tentang pengasuhan positif dan
dukungan psikologis awal.

Upaya promotif dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan


advokasi pada pemangku kepentingan.

Upaya preventif

Implementasi upaya preventif dilakukan pada kelompok berisiko yaitu melalui


skrining masalah kesehatan jiwa dan tindak lanjut pasca skrining. Tahapan tindak lanjut
dapat berupa komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal untuk perubahan
perilaku sehat jiwa, konseling mengenai hasil skrining, pengendalian faktor risiko dan
dilanjutkan dengan merujuk jika perbaikan kondisi kejiwaan tidak membaik.

Upaya promotif dan preventif dilakukan dengan cara:

 Pendekatan siklus kehidupan dan kelompok risiko.


 Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan (nakes) dan non nakes yang telah
mendapat pelatihan atau orientasi antara lain kader, guru dan lainnya.
 Terintegrasi dengan lintas program dan lintas sektor antara lain program
pemeriksaan kehamilan (antenatal care), Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK), penjaringan kesehatan anak sekolah,
kampus sehat, pemeriksaan calon pengantin,
 Dilakukan di berbagai tatanan antara lain fasilitas pelayanan kesehatan,
posyandu, lingkungan pendidikan, tempat kerja, tempat ibadah, lembaga
pemasyarakatan (lapas/rutan).

Upaya kuratif dan rehabilitatif

Upaya kuratif kesehatan jiwa ditujukan untuk penyembuhan atau pemulihan,


pengurangan penderitaan, pengendalian disabilitas dan pengendalian gejala penyakit.

Implementasi upaya kuratif yaitu menegakkan diagnosis gangguan jiwa dan


memberikan tata laksana. Tata laksana terdiri dari farmakologi dan non farmakologi.

 Tata laksana farmakologi dengan memberikan obat-obatan psikofarmaka.


 Tata laksana non farmakologi dilakukan antara lain dengan kunjungan rumah
(home visit/home care), terapi suportif/konseling, psikoedukasi, modifikasi
lingkungan, kegiatan bersama (terapi aktivitas kelompok)

19 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Implementasi upaya rehabilitatif dilakukan dengan melibatkan multi sektor sebagai
berikut:

 Rehabilitasi psikososial dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor antara
lain pemerintah daerah, dinas-dinas terkait (dinas sosial, agama, tenaga kerja dan
lainnya), swasta dan masyarakat.
 Rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dengan melibatkan BNN, dinas sosial, dan
lintas sektor terkait.

Upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan oleh nakes (dokter, perawat, psikolog
klinis) sesuai dengan kompetensinya serta melibatkan keluarga dan masyarakat untuk
kepatuhan pengobatan dan mengurangi stigma

20 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
REFERENSI

 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


 UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
 Permenkes No.74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit
 Permenkes No. 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas
 Permenkes No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas
 Permenkes No. 8 tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat bidang Kesehatan
 Permenkes No. 13 tahun 2022 tentang Renstra Kemenkes RI tahun 2022-2024
 Kemenkes RI, Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama: 2020
 KemenDPDTK, Panduan Fasilitasi Desa Peduli Kesehatan: 2022

21 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN INTI 1:
KONSEP DASAR UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

22 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

23 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang kesehatan jiwa dan permasalahannya serta
upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa di puskesmas. Adapun ruang
lingkup mata pelatihan ini meliputi kesehatan jiwa beserta permasalahannya,
upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa di puskesmas. Mata pelatihan ini
juga membahas tentang konsep dan faktor determinan kesehatan jiwa.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu
menjelaskan Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
1) Mengidentifikasi Kesehatan jiwa dan permasalahannya,
2) Menjelaskan Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas,
3) Menjelaskan Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelajaran ini adalah:
1) Kesehatan jiwa dan permasalahannya
2) Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
3) Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas

WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 5 JPL yang meliputi 3 JPL teori, 2
JPL Penugasan.

24 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

25 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 1:
KESEHATAN JIWA DAN PERMASALAHANNYA
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (ToT) ini, peserta mampu:
mengidentifikasi kesehatan jiwa dan permasalahannya

Sub Materi Pokok


a) Masalah kesehatan jiwa pada siklus kehidupan dan faktor risiko
b) Masalah kesehatan jiwa pada populasi khusus
c) Mekanisme layanan kesehatan jiwa di puskesmas

26 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 1:
KESEHATAN JIWA DAN PERMASALAHANNYA
……………………………………………………………………………………………..
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang kesehatan jiwa dan permasalahannya,
apa yang Saudara ketahui tentang definisi kesehatan jiwa dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang kesehatan jiwa dan
permasalahannya pada populasi khusus dan mekanisme layanan kesehatan jiwa di
puskesmas.

Kesehatan Jiwa dan Permasalahannya


Kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
jiwa, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Jadi, kesehatan jiwa bukan hanya tidak adanya penyakit/ gangguan jiwa.
Seseorang dikatakan sehat jiwa antara lain jika mampu menggunakan potensi dirinya
untuk berkontribusi dan menjalankan fungsi sehari-hari. Jika dia seorang guru, maka dia
dapat mengajar dengan baik. Jika dia seorang ibu rumah tangga, maka dia dapat menjalankan
perannya mengurus rumah tangga. Jika dia seorang murid, dia dapat belajar dengan optimal.
Kesehatan jiwa tidak ditentukan oleh ada tidaknya gangguan jiwa. Meskipun orang
dengan gangguan jiwa lebih cenderung mengalami tingkat kesejahteraan jiwa yang lebih
rendah, namun hal ini tidak selalu terjadi. Sebagaimana seseorang dapat memiliki penyakit
fisik (misal diabetes, asma) dan dapat tetap bugar secara fisik, demikian pula orang dapat
hidup dengan gangguan jiwa dan tetap memiliki tingkat kesejahteraan jiwa yang tinggi.
Mari kita renungkan hal-hal berikut ini:
 Seorang pekerja mengalami stress karena beban kerja yang tinggi hingga sering marah-
marah pada keluarganya. Apakah dia sehat jiwa? Apakah dia menderita penyakit jiwa?
 Seorang yang mengalami depresi telah melakukan pengobatan sehingga tidak lagi
mengurung diri di kamar dan dapat kembali bekerja. Dia pun rajin kontrol, minum obat
dan memantau kesehatannya. Apakah dia menderita penyakit jiwa? Apakah dia sehat jiwa
atau tidak?

27 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambar Hubungan Antara Kesehatan Jiwa Dan Gejala Masalah Kejiwaan

Gambar di atas memperlihatkan konsep yang dikenal sebagai model “dual-continuum”


yang melihat kondisi kesehatan jiwa dari dua continuum (kontinum/rangkaian) yaitu:
kontinum gejala masalah kejiwaan/gangguan jiwa dan kontinum kesehatan jiwa (WHO,
2022)
 Garis mendatar (horizontal) adalah kontinum masalah kejiwaan/gangguan jiwa,
pada ujung sebelah kiri menggambarkan tidak ada gejala masalah kejiwaan/gangguan
jiwa dan di ujung sebelah kanan ada gejala masalah kejiwaan yang parah.
 Garis tegak (vertikal) adalah kontinum kesehatan jiwa, pada bagian atas
menggambarkan kondisi kesehatan jiwa yang optimal (flourishing) dan pada bagian
bawah kondisi kesehatan jiwa yang buruk (languishing).
Kondisi dua kontinum pada diri seseorang bersifat dinamis, artinya dapat berubah dari waktu
ke waktu, dipengaruhi berbagai faktor determinan yang terjadi pada diri seseorang.
Pada konsep tersebut, kita dapat melihat berbagai keadaan kesehatan jiwa yang tergambar
dalam empat kuadran sebagai berikut:
i. Seseorang tanpa masalah kejiwaan cenderung mengalami kesehatan jiwa yang optimal
ii. Seseorang tanpa masalah kejiwaan dapat mengalami kesehatan jiwa yang buruk
iii. Seseorang dengan masalah kejiwaan masih dapat mengalami kesehatan jiwa yang
optimal.
iv. Seseorang dengan masalah kejiwaan dapat mengalami kesehatan jiwa yang buruk

28 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pada kenyataannya, banyak orang dengan gangguan jiwa dapat tetap bekerja dan
berkarya dan banyak juga orang yang tidak memiliki gangguan jiwa namun berjuang agar
tetap sehat jiwa karena sedang mengalami masalah kehidupan.
Model ini mengingatkan agar kita tidak menempatkan kesehatan jiwa sebagai lawan dari
penyakit/gangguan jiwa. Pemahaman tentang empat kuadran dapat mencegah stigma dengan
menyadari setiap orang pada satu waktu dapat berada pada salah satu dari keempat kuadran
sebagai respon kita pada perubahan situasi kehidupan. Dengan demikian, setiap orang perlu
mempunyai pemahaman (literasi) tentang kesehatan jiwa sepanjang rentang kehidupan,
memahami gejala masalah kejiwaan dan cara mengatasinya.

a) Masalah Kesehatan Jiwa Pada Siklus Kehidupan Dan Faktor Risiko


Kesehatan jiwa ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara berbagai determinan yaitu
faktor risiko dan faktor protektif pada tingkat individu, keluarga dan komunitas serta
struktural (WHO, 2022). Faktor-faktor ini saling berkaitan dan bervariasi dari waktu ke
waktu serta dialami secara berbeda dari orang ke orang.
Determinan Kesehatan Jiwa
Faktor protektif Faktor risiko
(meningkatkan kesehatan jiwa) (mengancam kesehatan jiwa)
Individu
Biologis: Biologis:
 Faktor genetik  Faktor genetik
 Kesehatan fisik yang baik  Penggunaan NAPZA
 Aktivitas fisik  Nutrisi yang tidak sehat
Psikologis:  Penyakit kronis
 Ketrampilan sosial dan emosional  Komplikasi saat kelahiran
 Rasa keberhargaan dan penguasaan  Kekurangan vitamin D
diri Psikologis:
 Tingkat pendidikan rendah
 Ketidakpuasan pada tubuh
 Regulasi emosi, penguasaan diri
Keluarga dan Komunitas
 Nutrisi kehamilan yang baik  Kekerasan dan pelecehan seksual
 Pengasuhan yang baik  Pola asuh keras

29 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Komunikasi dalam keluarga  Penelantaran
 Keamanan dan keselamatan fisik  Bullying
 Jejaring sosial, dukungan sosial yang  Kehilangan orang yang dicintai
kuat  Beban kerja tinggi
 Jejaring sosial, dukungan sosial yang
lemah
Struktural
 Keamanan ekonomi/penghasilan  Krisis iklim, polusi dan penurunan
 Infrastruktur yang berkualitas baik kualitas lingkungan
 Pemerataan akses pada pelayanan  Infrastruktur yang buruk
 Lingkungan alami yang berkualitas  Akses pada pelayanan yang buruk
 Integrasi dan keadilan sosial  Ketidakadilan, diskriminasi sosial,
 Perlindungan sosial dan penghasilan pengasingan

 Kondisi sosial dan gender yang ekual  Ketidaksetaraan kondisi sosial,


ekonomi dan gender
 Konflik dan pemindahan paksa
 Kedaruratan kesehatan

Determinan pada tingkat individu


Kerentanan seseorang terhadap masalah kejiwaan dipengaruhi oleh faktor biologis
dan psikologis.
 Faktor biologis, antara lain genetika, penggunaan NAPZA, faktor penyulit saat
kelahiran dan menderita penyakit kronis. Kesehatan otak sangat penting karena
banyak mempengaruhi faktor risiko atau protektif.
 Faktor psikologis, antara lain kognitif (misal: konsep diri, cara problem solving)
dan interpersonal (misal: kemampuan regulasi emosi, ketrampilan
hidup/ketrampilan sosial).
Determinan pada tingkat keluarga/komunitas
Keluarga dan komunitas merupakan lingkungan terdekat seseorang, tempat
seseorang berinteraksi dengan orang lain dan mempunyai aktivitas bersama antara lain
kehidupan keluarga, bersekolah atau bekerja. Keluarga dan komunitas dapat menjadi
faktor protektif atau faktor risiko pada kesehatan jiwa.

30 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Dalam keluarga, perilaku dan sikap orang tua, termasuk kondisi kejiwaannya, sangat
berpengaruh pada anak-anaknya sejak masa bayi hingga remaja. Pola asuh yang keras
dan hukuman fisik diketahui merusak kesehatan jiwa anak dan dapat menimbulkan
masalah perilaku. Sebaliknya pola asuh yang moderat memungkinkan tumbuh kembang
anak secara optimal.
Di komunitas sekolah, kampus, tempat kerja dan lingkungan perumahan terjadinya
situasi sosial yang saling mendukung, berempati, rasa keadilan dan tidak ada ancaman
kekerasan akan mendukung kesehatan jiwa anggota komunitas tersebut. Sebaliknya, jika
tidak ada atau kurang rasa empati dan dukungan sosial, atau bahkan terjadinya
kekerasan, maka komunitas menjadi faktor risiko pada kesehatan jiwa. Menurut Global
Burden of Diseases, Injuries and Risk Factors Study (2019), bullying, merupakan salah
satu bentuk kekerasan, merupakan faktor risiko utama terjadinya masalah kesehatan jiwa.
Determinan struktural
Faktor struktural berkaitan dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, seperti
infrastruktur, ketimpangan, stabilitas sosial, dan kualitas lingkungan. Akses pada layanan
dan ketersediaan kebutuhan makanan, air, tempat tinggal yang aman sangat penting
mempengaruhi kesehatan jiwa. Kebijakan sosial dan ekonomi dapat berdampak pada
kondisi kesehatan jiwa masyarakat melalui terjadinya stress, depresi dan kecemasan.
Faktor-faktor individu, keluarga/komunitas dan struktural secara bersama-sama
menentukan kesehatan jiwa kita. Faktor-faktor penentu ini berinteraksi satu sama lain
secara dinamis dan mempengaruhi kemampuan seseorang mengatasi tekanan kehidupan
(stress) yang dialaminya yang berkontribusi pada kondisi kesehatan jiwa. Jadi, jiwa yang
sehat tidak hanya terbentuk karena seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan
kondisi fisik yang sehat, namun memerlukan rasa aman karena tercukupi kebutuhan
pribadi dan sosialnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh interaksi antar faktor determinan:
 Seorang anak yang berasal dari keluarga harmonis, mendapatkan pengasuhan yang
sehat, mempunyai kesehatan yang baik, ketika di sekolah mendapat kekerasan dari
teman-temannya berupa bullying; atau malah dari gurunya berupa kata-kata dan
perilaku kasar, maka kondisi kejiwaan si anak dapat terpengaruh.
 Seorang pekerja menyadari bahwa pekerjaannya menguras tenaga dan pikiran
sehingga dirinya dapat mengalami stress. Pekerja tersebut melakukan upaya
mengelola stress sehingga tidak sampai berdampak pada kesehatan jiwa.

31 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Suatu perguruan tinggi membuat kebijakan setiap mahasiswa baru harus mengikuti
kuliah tentang softskill manajemen waktu dan cara mengelola stress karena
akademik dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengatasi stress dan terhindar dari
munculnya gejala masalah kejiwaan.
 Pemerintah menyediakan layanan transportasi umum murah dan nyaman, agar
masyarakat tidak resah dengan biaya transportasi yang terus meningkat.
 Pemerintah membuka balai pelatihan kerja dan menyediakan lapangan pekerjaan.
 Keluarga memberikan dukungan psikologis dan finansial untuk berobat pada
seorang yang didiagnosis bipolar

b) Masalah kesehatan jiwa pada populasi khusus


Kondisi jiwa yang sehat dibutuhkan dalam setiap tahap kehidupan manusia, sejak
dalam kandungan hingga lanjut usia. Seorang janin bisa mendapat dampak dari kondisi
ibunya yang sedang stress atau kurang nutrisi. Seorang bayi dan balita bisa merasakan
jika kebutuhan makannya kurang atau ketika orang-orang di sekelilingnya kurang
memberikan perhatian.
Populasi khusus merupakan kelompok yang menjadi sasaran upaya kesehatan jiwa
sesuai dengan siklus hidup. Setiap kelompok mempunyai karakteristik tersendiri yang
mempengaruhi masalah kesehatan jiwa yang dapat dialaminya.

32 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Contoh Masalah Kesehatan Jiwa Berdasarkan Siklus Hidup
Siklus Hidup Masalah Kesehatan Jiwa
Ibu hamil Stress kehamilan
Gejala depresi
Bayi dan balita Masalah pertumbuhan dan perkembangan

Anak sekolah dan remaja Masalah pertumbuhan dan perkembangan


Trauma sebagai korban kekerasan di rumah/sekolah
Gejala depresi dan kecemasan – pemikiran bunuh diri
Penggunaan internet berlebihan
Penyalahgunaan NAPZA
Dewasa (usia produktif) Stress kerja
Trauma sebagai korban kekerasan di rumah/tempat
kerja
Gejala depresi dan kecemasan – pemikiran bunuh diri
Penggunaan internet berlebihan
Penyalahgunaan NAPZA
Lansia Stress
Gejala depresi dan kecemasan -- pemikiran bunuh
diri

c) Mekanisme layanan kesehatan jiwa di puskesmas


Seperti telah dijelaskan pada MPD 1, pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas merupakan
implementasi dari transformasi sistem kesehatan pada pelayanan kesehatan primer.
Pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas dilakukan melalui klaster 1 manajemen
puskesmas, klaster 2 ibu, anak dan remaja serta klaster 3 usia produktif dan lanjut usia.
Di tiap klaster dilakukan berbagai program/kegiatan secara terintegrasi dan komprehensif
termasuk kesehatan jiwa. Indikator kinerja kegiatan kesehatan jiwa adalah tercapainya
target skrining yang mana kegiatan skrining dapat dilakukan bersama dengan
kegiatan/program lain yang sesuai (lihat Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa)

33 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Contoh Klaster dan Program di Puskesmas
Klaster Program di Puskesmas
Klaster 2  Program Kesehatan Jiwa: edukasi sesuai sasaran,
Ibu, anak, remaja skrining kesehatan jiwa dan pengobatan
 Program Kesehatan Ibu Anak: antenatal care (ANC);
imunisasi ibu hamil, bayi, anak, remaja; SDIDTK,
UKD dan UKGS
 Program Gizi: pemberian vitamin A dosis tinggi, tablet
tambah darah, makanan tambahan
 Program Pencegahan dan Panggulangan Penyakit:
Upaya pencegahan dan pengobatan penyakit menular
dan tidak menular
 Dan seterusnya
Klaster 3  Program Kesehatan Jiwa: skrining, edukasi dan
Usia produktif dan pengobatan
lanjut usia  Program Penanggulangan Penyakit: pengobatan
penyakit menular dan tidak menular
 Program Kesehatan Kerja: pemeriksaan kesehatan
pekerja
 Dan seterusnya

Dari tabel di atas terlihat bahwa saat ini program di puskesmas berfokus pada sasaran
sesuai siklus hidup sehingga tiap program dapat dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi,
tidak terpisah-pisah.
Berikut ini adalah contoh pelaksanaan kegiatan secara terpadu:
 Pelayananan di puskesmas:
 pasien ibu hamil yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kehamilannya, dapat juga diberikan edukasi dan dilakukan skrining kesehatan
jiwa serta informasi tentang gejala dan penularan penyakit tuberkulosis.
 Pasien hipertensi yang kontrol diberikan pengobatan dan edukasi serta
skrining kesehatan jiwa
 Pelayanan di sekolah/pesantren: kegiatan imunisasi di sekolah dapat disertai dengan
edukasi dan skrining kesehatan jiwa untuk anak/remaja

34 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Pelayanan di posyandu: kegiatan pemantauan berat badan anak balita dapat disertai
dengan edukasi tentang pola asuh yang akomodatif dan cara stimulasi perkembangan
pada anak balita

SEKARANG SAYA TAHU

1) Konsep dan determinan kesehatan jiwa


2) Masalah kesehatan jiwa pada populasi khusus
3) Mekanisme layanan kesehatan jiwa di puskesmas

Menarik bukan penjelasan tentang konsep kesehatan jiwa dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya serta permasalahan kesehatan jiwa berdasar siklus hidup. Materi
berikutnya adalah upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas. Bersiaplah untuk menyimak
materi berikut ini.

35 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………
MATERI POKOK 2:
UPAYA PROMOTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………
Pendahuluan
Berdasarkan Riskesdas 2018, diketahui bahwa masalah kesehatan jiwa meningkat di
masyarakat. Kementerian Kesehatan menindaklanjuti temuan tersebut dengan melakukan
transformasi layanan primer kesehatan jiwa antara lain melalui program skrining kesehatan
jiwa pada berbagai sasaran sesuai siklus hidup. Salah satu kegiatan yang dilakukan
mengiringi atau setelah proses skrining adalah melakukan upaya promotif kesehatan jiwa.
Materi ini menguraikan tentang upaya promotif kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di
puskesmas dan masyarakat.

Indikator Hasil Belajar


Peserta mampu menjelaskan upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas

Sub Materi Pokok


a) Konsep Dasar Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
b) Strategi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
c) Implementasi Intervensi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa

36 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 2:
UPAYA PROMOTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang upaya promotif kesehatan jiwa di
puskesmas, apa yang Saudara ketahui tentang konsep dasar upaya promotif kesehatan jiwa
dan intervensi yang dapat dilakukan?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang konsep dasar upaya promotif
kesehatan jiwa, strategi dan implementasi intervensi yang dapat dilakukan.

a) Konsep Dasar Upaya Promotif Kesehatan Jiwa


Upaya promotif merupakan bagian dari upaya kesehatan jiwa secara menyeluruh berupa
suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan bagi
individu maupun kelompok masyarakat yang sehat agar tetap sehat, bahkan menjadi semakin
sehat.
Tujuan upaya promotif kesehatan jiwa adalah:
i. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
ii. Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi odgj sebagai bagian dari
masyarakat
iii. Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa
iv. Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa.
Upaya promotif kesehatan jiwa dapat dilakukan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan dengan upaya promotif kesehatan lainnya. Upaya promotif kesehatan jiwa
sebagai pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan upaya preventif yang dilakukan dengan
prinsip promosi kesehatan.
Promosi kesehatan adalah proses untuk memberdayakan masyarakat melalui kegiatan
menginformasikan, memengaruhi, dan membantu masyarakat agar berperan aktif untuk
mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan
menuju derajat kesehatan yang optimal (Kementerian Kesehatan, 2015). Mengacu pada
pengertian tentang promosi kesehatan tersebut, maka upaya promotif kesehatan jiwa
dilaksanakan dalam bentuk:

37 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
i. Pengembangan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan agar para penentu
kebijakan dalam menetapkan kebijakan mempertimbangkan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat.
ii. Penciptaan lingkungan yang kondusif agar semua pihak mewujudkan lingkungan fisik
dan sosial yang mendukung terciptanya derajat kesehatan yang optimal.
iii. Penguatan gerakan masyarakat agar semua pihak memberikan dukungan terhadap
kegiatan masyarakat untuk mengendalikan faktor yang mempengaruhi kesehatan.
iv. Pengembangan kemampuan individu agar setiap individu tahu, mau, dan mampu
membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara, meningkatkan, dan
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
v. Penataan kembali arah pelayanan kesehatan untuk mengubah pola pikir serta sistem
pelayanan kesehatan masyarakat agar lebih mengutamakan aspek promotif dan preventif,
tanpa mengesampingkan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Promosi kesehatan jiwa dilakukan untuk meningkatkan faktor protektif kesehatan jiwa
pada setiap tingkatan, oleh karena itu perlu dilakukan pada individu, kelompok masyarakat,
dan juga pada pemangku kepentingan yang berwenang menetapkan kebijakan yang
berdampak pada kesehatan jiwa masyarakat.

b) Strategi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa


Strategi upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa, mengacu pada strategi promosi
kesehatan yaitu:
a. Pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran
dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya
kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui
pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial
budaya setempat (Kementerian Kesehatan, 2019).
Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kepedulian dan peran aktif
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM).
Bentuk kegiatan pemberdayaan antara lain: penyuluhan/edukasi kesehatan jiwa di
puskesmas/masyarakat, kampanye, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dibahas lebih lanjut pada Mata Pelajaran Inti 5 pada
pelatihan ini.
38 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
b. Peningkatan kemitraan
Kemitraan di bidang kesehatan jiwa adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk mencapai tujuan bersama, di mana masing-masing pihak memiliki hak dan tanggung
jawab sesuai dengan kesepakatan. Kemitraan dilaksanakan untuk mendukung pemberdayaan
masyarakat dan advokasi dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Kemitraan dapat dilakukan antara puskesmas dengan institusi-institusi lain yang berpotensi
mendukung program kesehatan jiwa, antara lain: sekolah, pesantren, tempat kerja
(pemerintah dan swasta).
Peningkatan kemitraan dibahas lebih lanjut pada Mata Pelajaran Inti 3 pada pelatihan
ini.

c. Peningkatan advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik agar mendukung upaya
kesehatan jiwa. Advokasi dilakukan kepada para penentu kebijakan dan pemangku
kepentingan guna mendapatkan dukungan dalam bentuk kebijakan dan sumber daya yang
diperlukan. Advokasi dilakukan pada tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional. Hasil advokasi di setiap jenjang pemerintahan dapat diinformasikan
dan dijadikan bahan advokasi ke jenjang pemerintahan yang lain secara timbal balik.
d. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif
Strategi pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan advokasi dapat dilakukan apabila
terdapat KIE yang efektif tentang kesehatan jiwa pada masyarakat. Pembahasan tentang KIE
yang efektif dilakukan pada Mata Pelajaran Inti 2 pada pelatihan ini.
e. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan jiwa
Penyelenggaraan promosi kesehatan harus didukung dengan metode dan media yang
tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal termasuk sumber
daya manusia yang memahami tentang strategi dan intervensinya. Pada pembahasan
sebelumnya diketahui bahwa tenaga profesional kesehatan jiwa sangat terbatas dibandingkan
kebutuhan masyarakat. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang ideal adalah
meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang direkrut, namun kondisi ideal sering kali sulit
dilakukan. Jadi, sumber daya manusia yang bagaimana?
Gambar berikut ini menunjukkan tingkatan pelayanan kesehatan jiwa berdasarkan
jumlah dan frekuensi kebutuhan serta biaya. Terlihat bahwa kebutuhan layanan yang paling
banyak seharusnya adalah manajemen perawatan diri (self care) dan layanan kesehatan jiwa
komunitas informal. Kebutuhan selanjutnya adalah layanan kesehatan jiwa di fasyankes
primer oleh tenaga kesehatan, diikuti oleh layanan psikiatri yang berbasis di rumah sakit
umum dan
39 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kebutuhan terakhir adalah layanan kesehatan mental spesialis (World Health Organization,
2003).

Tingkatan Kebutuhan Layanan Kesehatan Jiwa Berdasarkan Frekuensi


Kebutuhan dan Biaya (WHO, 2003)
 Pada tingkat paling bawah dari piramid, upaya kesehatan jiwa paling dasar dapat
dilakukan oleh tiap individu dengan self-care atau memelihara kesehatan jiwa sendiri.
Kondisi ini dapat terjadi jika masyarakat telah menyadari dan memahami pentingnya
kesehatan jiwa sehingga melakukan perilaku menjaga kesehatan jiwa diri sendiri dan
keluarganya.
 Tingkat selanjutnya adalah pelayanan oleh tenaga informal yang telah dilatih untuk
memberikan edukasi pada komunitasnya sehingga mampu melakukan self-care.
Kemampuan lebih lanjut tenaga informal adalah memberikan dukungan psikologis awal
pada individu yang mengalami kondisi/gejala masalah kejiwaan. Tenaga informal antara
lain kader posyandu, kader pos UKK, guru dan tokoh masyarakat. Tenaga informal ini
biasanya bersifat sukarela sehingga perlu dipastikan kesediaannya mendapat pelatihan
dan memberikan dukungan psikologis awal.
 Tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas dan klinik. Sumber daya manusia yang melakukan pelayanan adalah tenaga
kesehatan sesuai dengan kompetensinya. Sebagian besar puskesmas telah menyediakan
layanan pengobatan masalah kejiwaan.
 Tingkat keempat adalah pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum sebagai rujukan
dari puskesmas

40 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Tingkat kelima adalah pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa.
Berdasarkan keterangan gambar piramid tersebut, terlihat bahwa upaya promotif dan
preventif kesehatan jiwa lebih banyak dilakukan pada tingkat dasar sampai tingkat ketiga
sehingga pemenuhan sumber daya manusia untuk promosi kesehatan dilakukan melalui
pelatihan pada tenaga kesehatan (dokter, psikolog, perawat, tenaga kesehatan
masyarakat/promotor kesehatan) dan non kesehatan (a.l. kader posyandu, kader pos UKK,
guru, tokoh masyarakat).

c) Implementasi Intervensi Upaya Promotif Kesehatan Jiwa


Implementasi intervensi upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas dan masyarakat
dapat dilakukan sebagai kegiatan yang berdiri sendiri atau sebagai tindak lanjut skrining
kesehatan jiwa. Upaya promotif kesehatan jiwa sebagai tindak lanjut skrining diberikan pada
sasaran skrining dengan hasil “normal” (pada instrument SDQ-Strenght Difficulties
Questionnaire) atau skor kurang dari 6 (pada SRQ-Self Report Questionnaire) yang pada
alur skrining diwarnai dengan kotak biru muda.

Alur Skrining Kesehatan Jiwa

Sebelum melakukan intervensi, pelaksana perlu memahami permasalahan kesehatan


jiwa pada setiap kelompok usia beserta faktor protektif dan faktor risiko yang menyertainya
(lihat materi sebelumnya “Faktor Determinan Kesehatan Jiwa” dan “Contoh Masalah
Kesehatan Jiwa Berdasarkan Siklus Hidup”).

41 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Berikut ini adalah daftar materi intervensi untuk individu, keluarga/komunitas dan
struktural yang dapat disampaikan oleh pelaksana. Implementasi upaya promotif dilakukan
dengan menerapkan strategi promosi kesehatan melalui pemberian KIE untuk pemberdayaan
masyarakat, peningkatan kemitraan dan advokasi pada pemangku kepentingan. Sebagian
besar materi intervensi telah tersedia di lampiran modul pelatihan ini.

Materi Intervensi Upaya Promotif pada Individu/Komunitas Berdasarkan Kelompok


Usia
Sasaran Materi Intervensi pada Individu/Komunitas
Kelompok Usia
Ibu hamil • Manajemen stress : coping
(untuk kesehatan jiwa ibu dan dukungan sosial
dan janin dalam • Relaksasi
kandungan) • Teknik grounding
Bayi, balita, anak (untuk • Tahap perkembangan dan
kesehatan jiwa anak; stimulasi
dengan sasaran pada orang • Kelekatan
tua) • Pola asuh positif
• Pencegahan kekerasan anak
Remaja • Tahap perkembangan dan
(untuk kesehatan jiwa • Perilaku hidup sehat:
stimulasi
remaja; dengan sasaran • Pola asuh positif kecukupan gizi, tidur
pada remaja dan orang tua) • Manajemen stress: coping
cukup, olahraga teratur
dan dukungan sosial
• Relaksasi • Interaksi sosial yang
• Pencegahan kecanduan
sehat
internet/media sosial
• Ketrampilan hidup • Literasi kesehatan jiwa
Usia produktif (dewasa) • Tahap dan tugas
• Pemahaman gejala
perkembangan dewasa
• Manajemen stress: coping masalah kejiwaan
dan dukungan sosial
• Pemahaman tentang
• Relaksasi
• Teknik grounding stigma
• Pencegahan kecanduan
internet/media sosial
• Ketrampilan hidup
Lansia • Tahap perkembangan dan
stimulasi
• Manajemen stress: coping
dan dukungan sosial
• Relaksasi
• Penerimaan diri
(Mindfulness)

42 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Materi Intervensi Upaya Promotif pada Komunitas dan Struktural
Sasaran Materi Intervensi pada Komunitas dan Struktural
Komunitas: rukun tetangga, • Literasi kesehatan jiwa
sekolah, pesantren, tempat kerja • Pemahaman gejala masalah kejiwaan
• Pemahaman tentang stigma
• Pencegahan kekerasan
• Pemahaman tentang empati dan dukungan sosial
• Penguatan komunitas
Struktural Kebijakan publik yang mendukung kesehatan jiwa
masyarakat, antara lain:
• Keamanan dan kenyamanan
• Fasilitas publik
• Pengentasan kemiskinan
• Akses pada pendidikan dan jaminan sosial

Penjelasan tentang materi intervensi berikut ini dapat dilihat di lampiran


i. Manajemen Stress: informasi tentang stress dan cara beradaptasi dengan coping dan
dukungan sosial
ii. Relaksasi dengan pernafasan dalam (deep breathing): cara bernafas secara perlahan,
mendalam dan penuh konsentrasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
iii. Hipnotik lima jari: upaya memusatkan pikiran yang melompat-lompat karena
resah/cemas dengan berfokus pada pengalaman positif diri sendiri. Upaya ini dapat
dikombinasikan dengan pernafasan dalam.
iv. Perkembangan manusia (kognitif dan sosioemosional): informasi tentang tahap
perkembangan dan tugas perkembangan. Cara penyampaiannya dapat dipilih sesuai
kelompok sasaran.
v. Kelekatan – attachment: informasi tentang kelekatan dan cara melakukannya.
vi. Pola asuh positif: informasi tentang jenis-jenis pola asuh dan pola asuh yang
mendukung perkembangan anak/remaja.
vii. Dampak adiksi internet: informasi tentang adiksi internet dan cara mengatasinya
viii. Pencegahan bunuh diri: informasi tentang pencegahan bunuh diri sebagai tindak lanjut
skrining
ix. Stigma: informasi tentang stigma dan cara menghindari perilaku stigma
x. Self care pada nakes dan pendamping gangguan jiwa: informasi tentang cara melakukan
perawatan diri agar terhindar dari burn-out
xi. Dukungan psikologis awal: informasi awal tentang dukungan psikologis awal
(psychological first aid/PFA)

43 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU
1. Konsep dasar upaya promotif kesehatan jiwa
2. Strategi upaya promotif kesehatan jiwa
3. Implementasi upaya promotif kesehatan jiwa

Menarik bukan penjelasan tentang konsep, strategi dan implementasi upaya promotif
kesehatan jiwa. Materi berikutnya adalah upaya preventif kesehatan jiwa di
puskesmas. Bersiaplah untuk menyimak materi berikut ini.

44 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………
MATERI POKOK 3:
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………
Pendahuluan
Upaya promotif kesehatan jiwa perlu dilanjutkan dengan upaya preventif apabila
masyarakat merasakan gejala-gejala masalah kejiwaan. Upaya yang dilakukan adalah
mengurangi faktor risiko dan melakukan penanganan awal agar masyarakat tetap
sehat atau mencegah masalah kejiwaan menjadi makin berat. Materi ini menguraikan
tentang kegiatan preventif kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di puskesmas dan
masyarakat.

Indikator Hasil Belajar


Peserta mampu menjelaskan upaya preventif kesehatan jiwa di puskesmas

Sub Materi Pokok


a) Konsep Dasar Upaya Preventif Kesehatan Jiwa
b) Strategi Upaya Preventif Kesehatan Jiwa
c) Implementasi Intervensi Upaya Preventif Kesehatan Jiwa

45 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 3:
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang upaya preventif kesehatan jiwa di
puskesmas, apa yang Saudara ketahui tentang konsep dasar upaya preventif kesehatan
jiwa dan intervensi yang dapat dilakukan?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang konsep dasar upaya preventif
kesehatan jiwa dan intervensi yang dapat dilakukan.

a) Konsep Dasar Upaya Preventif Kesehatan Jiwa


Upaya preventif merupakan bagian dari upaya kesehatan jiwa secara menyeluruh berupa
suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan jiwa yang ditujukan pada
individu maupun kelompok masyarakat yang berisiko mengalami masalah kejiwaan.
Pelaksanaan upaya preventif kesehatan jiwa dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk menghindari dampak buruk akibat masalah kejiwaan.
Tujuan upaya preventif kesehatan jiwa adalah:
i. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
ii. Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
iii. Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum atau
perorangan
iv. Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
Ada tiga kategori kegiatan pencegahan kesehatan jiwa (Barry, 2007) yaitu:
• Universal – menargetkan populasi umum
• Selektif – menargetkan kelompok berisiko tinggi
• Terindikasi – menargetkan individu atau kelompok berisiko tinggi dengan tanda atau
gejala gangguan jiwa yang minimal namun dapat dideteksi.
Upaya preventif universal pada dasarnya adalah melakukan promosi kesehatan jiwa.
Upaya preventif selektif misalnya melakukan skrining kesehatan jiwa yang dilanjutkan
dengan intervensi sesuai hasil skrining. Upaya preventif terindikasi antara lain melakukan
intervensi upaya preventif pada hasil skrining yang mengindikasikan adanya masalah
kejiwaan. Intervensinya bersifat khusus sesuai gejala dan masalah kejiwaan yang
dirasakan. Upaya

46 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
preventif harus didukung dengan kegiatan surveilans kesehatan jiwa agar dapat menentukan
kategori selektif dan terindikasi.
Upaya preventif kesehatan jiwa diselenggarakan melalui kegiatan yang meliputi
(Kementerian Kesehatan, 2015):
i. Pengendalian faktor risiko kesehatan jiwa pada individu, keluarga/komunitas dan
struktural. Upaya yang dilakukan antara lain perubahan perilaku masyarakat dan
kebijakan yang mendukung upaya kesehatan jiwa.
ii. Deteksi dini atau skrining kesehatan jiwa dilakukan untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami masalah kejiwaan.
Skrining dilakukan pada individu yang berisiko memiliki permasalahan kesehatan jiwa.
Kegiatan ini diharapkan dapat menentukan langkah yang tepat dalam penanganan berikutnya
dan mengurangi risiko lanjut dari suatu penyakit atau permasalahan terkait kesehatan jiwa.
(lihat Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa pada lampiran)
Kegiatan skrining merupakan salah satu indikator kinerja kegiatan kesehatan jiwa pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Skrining penting
dilaksanakan untuk menemukan masalah kejiwaan secara dini sehingga risiko gangguan jiwa
dapat terdeteksi lebih awal dan mendapat penanganan/pengobatan.

b) Strategi Upaya Preventif Kesehatan Jiwa


Seperti telah dikemukakan pada sub materi pokok 2, upaya preventif kesehatan jiwa
berkaitan erat dengan upaya promotif sehingga kedua upaya ini menggunakan strategi yang
sama (lihat kembali sub materi 2 tentang strategi upaya promotif kesehatan jiwa).

c) Implementasi Intervensi Upaya Preventif Kesehatan Jiwa


Implementasi intervensi upaya preventif kesehatan jiwa di puskesmas dan masyarakat
dapat dilakukan secara mandiri atau sebagai tindak lanjut skrining kesehatan jiwa.
Berikut ini adalah daftar materi intervensi untuk pencegahan selektif dan terindikasi yang
dapat disampaikan oleh pelaksana. Implementasi upaya preventif dilakukan dengan
menerapkan strategi promosi kesehatan melalui pemberian KIE untuk pemberdayaan
masyarakat, peningkatan kemitraan dan advokasi pada pemangku kepentingan.

Jenis Upaya Preventif, Sasaran dan Materi Intervensi


47 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Upaya Sasaran Materi Intervensi Pelaksanaan
Preventif
Universal Seluruh masyarakat Materi intervensi upaya Dilakukan secara
promotif kesehatan jiwa berkelompok berupa
seluruh siklus hidup edukasi/KIE

Selektif Kelompok risiko  Materi intervensi  Dilakukan secara


sebagai sasaran upaya promotif individual berupa
skrining (lihat Buku  Materi intervensi KIP dan/atau
Pedoman Skrining upaya preventif konseling
Kesehatan Jiwa pada sesuai faktor risiko  Dilakukan secara
lampiran) berkelompok berupa
edukasi/KIE
Terindikasi Sasaran skrining Materi intervensi upaya Sebaiknya dilakukan
dengan hasil preventif sesuai faktor secara individual,
“borderline” dan risiko dan tanda gejala namun dapat juga
“abnormal” (pada berkelompok dengan
SDQ) atau skor 6 ke faktor risiko yang sama;
atas (pada SRQ). Pada berupa konseling
alur skrining diwarnai individu atau
dengan kotak merah. kelompok/keluarga/pasa
ngan

Intervensi upaya preventif dilakukan untuk 1) mengurangi faktor risiko serta 2) mengatasi
tanda dan gejala masalah kejiwaan (lihat Buku Petunjuk Teknis Pencegahan dan Penanganan
Gangguan Mental Emosional pada lampiran)
1) Mengurangi faktor risiko
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa faktor risiko masalah kejiwaan
meliputi individu, keluarga/komunitas dan struktural. Intervensi upaya preventif dalam
modul ini berfokus mengurangi faktor risiko pada tingkat individu.
i. Faktor risiko biologis/fisik
Faktor risiko biologis/fisik Intervensi preventif mengurangi faktor
risiko
Riwayat kesehatan jiwa keluarga dan Jika ditemukan ada anggota keluarga yang
kerentanan genetik terhadap kondisi mengalami gangguan jiwa, maka segera
gangguan jiwa dilakukan perawatan dan pengobatan
sampai pulih
Edukasi/KIE tentang perilaku hidup sehat,
manajemen stress dan gejala masalah
kejiwaan
Menderita penyakit fisik kronis Pengobatan dan pemantauan secara rutin
(lihat tabel di bawah)
Kelompok khusus: ibu hamil, ibu nifas dan Pemeriksaan kesehatan secara rutin
lansia.

48 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Riwayat penyalahgunaan NAPZA Skrining dengan ASSIST dilanjutkan
penanganan
Riwayat kelahiran dan perkembangan, luka Konsultasi pada professional kesehatan
jejas otak, permasalahan neurologis Iain jiwa

Cara mengatasi Penyakit Fisik Kronis


Penyakit Cara Mengatasi
Hipertensi Kontrol tekanan darah secara rutin, berobat secara rutin ke
Puskesmas. Minum obat anti hipertensi secara teratur,
Melakukan pola makan dan hidup sehat, menghindari konsumsi
kafein dan garam yang berlebihan, Melakukan manajemen
stres, Melakukan aktifitas: berjalan, bersepeda dan olah raga.
Tuberkulosis (TBC) Kontrol dan berobat secara rutin ke puskesmas sampai selesai
program pengobatan. Mengembangkan gaya hidup sehat
seperti: mengkomsumsi makanan bergizi, membuka jendela
rumah agar cahaya dan udara segar dapat masuk, menjemur
kasur agar tidak lembab, olahraga teratur dan tidak merokok.
Pengendalian infeksi: menutup mulut dengan masker/tisue saat
batuk/bersin, jangan membuang ludah dan dahak di sembarang
tempat
Diabetes Mellitus Kontrol dan berobat secara rutin ke puskesmas. Diet sesuai
dengan anjuran pemberi pelayanan kesehatan khusus nya
mengurangi karbohidrat, Istirahat cukup, manajemen stress.
Rutin bergerak dan berolah raga.
Kanker Kontrol dan berobat secara rutin ke puskesmas atau pelayanan
sekunder. Melakukan pola hidup sehat.

ii. Faktor risiko psikologis


Faktor risiko psikologis Cara mengatasi
Kemampuan regulasi emosi a)
Melatih kemampuan mengenali emosi diri
rendah b)
Melatih kemampuan mengekspresikan emosi
c)
Melakukan relaksasi atau meditasi
d)
Berolahraga secara teratur, misal jalan kaki, yoga,
dll
e) Menulis jurnal harian, misal jurnal kebersyukuran,
catatan harian, dll berbagi pikiran dan perasaan
dengan orang terdekat yang dipercaya
Kemampuan regulasi diri rendah a) Melatih keterampilan manajemen stres dan
yang termanifestasikan dalam manajemen konflik
kontrol perilaku yang buruk b) Melatih fleksibilitas dalam berpikir dan
keterampilan pengambilan keputusan
c) Menumbuhkan kebermaknaan hidup, penerimaan
diri, kebersyukuran
d) Menentukan prioritas tugas dan melatih manajemen
waktu berbagi pikiran dan perasaan dengan orang

49 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Faktor risiko psikologis Cara mengatasi
terdekat yang dipercaya serta melakukan refleksi
diri
e) Melatih keterampilan komunikasi asertif
Konsep diri negatif a) Mengidentifikasi kekuatan/kelebihan dan
keterbatasan diri
b) Latihan berpikir positif, terkait identitas diri,
citra tubuh, dsb
c) Melakukan positive self-talk / dialog diri positif.
Latihan dilakukan dengan memberi pujian bagi diri
sendiri terhadap aspek positif yang dimiliki
kemudian dilanjutkan dengan afirmasi.
d) Membuat jurnal kebersyukuran
e) Mengoptimalkan dukungan keluarga dan
lingkungan sosial. Latih keluarga memberikan
dukungan yaitu memberi pujian dan motivasi.
Ciptakan lingkungan keluarga yang tidak
merendahkan penderita
Efikasi diri rendah a) Mengidentifikasi kekuatan/kelebihan diri
b) Mengidentifikasi harapan, cita-cita atau keinginan
c) Membuat perencanaan/target jangka pendek dan
jangka panjang
d) Menghargai pencapaian kemajuan atau prestasi
yang dicapai, maupun upaya dan proses yang telah
dilakukan
e) Melakukan positive self-talk/dialog diri positif
Membuat jurnal kebersyukuran
f) Mengoptimalkan dukungan keluarga dan
lingkungan sosial
Resiliensi diri rendah a) Melatih keterampilan manajemen stres
b) Melatih fleksibilitas dalam berpikir dan
keterampilan pengambilan keputusan
c) Melatih keterampilan manajemen konflik

2) Mengatasi tanda dan gejala masalah kejiwaan


Mengatasi tanda dan gejala merupakan tindakan preventif terindikasi melalui hasil
skrining SRQ dan SDQ. Beberapa cara untuk mengatasi tanda dan gejala masalah
kejiwaan dapat dilihat pada lampiran.

50 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Penugasan

MPI1 Konsep Dasar Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Waktu: 5 JPL (T = 3, P = 2, PL = 0)

Tujuan:
Peserta mampu mengidentifikasi kondisi kesehatan jiwa di masyarakat dan memilih upaya
promotif dan preventif yang sesuai.

Langkah-langkah:
1. Pelatih/Fasilitator membagi peserta menjadi 4 atau 5 kelompok (6-7 orang per
kelompok)
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan kasus yang berbeda dengan tugas:
a) Mengidentifikasi kondisi kesehatan jiwa sasaran berdasarkan kasus
b) Mengidentifikasi faktor protektif dan faktor risiko kesehatan jiwa pada kasus
c) Memilih upaya promotif-preventif yang sesuai untuk tiap sasaran DAN institusi
terkait
d) Tindak lanjut yang akan dilakukan
3. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi
4. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi

Skenario kasus

1. Pada sekolah X dengan jumlah siswa 200 orang, setelah dilakukan skrining keswa
dengan SDQ, didapatkan hasil 40 orang borderline, 5 orang abnormal dan selebihnya
skor normal. Sekolah meminta adanya tindak lanjut hasil skrining.
2. Hasil skrining dengan SRQ pada suatu tempat kerja dengan jumlah pekerja 100
orang didapatkan hasil 40% dengan skor di atas 5 dan 5% memiliki kecenderungan
bunuh diri.
3. Hasil skrining dengan SRQ pada lansia di masyarakat (tingkat RW atau
kelurahan), didapatkan hasil 30% mempunyai skor di atas 5 dan 40% skor 3 dan 4

51 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Pada suatu sekolah dengan jumlah siswa 300 orang, baru saja ada kejadian seorang
siswa melakukan percobaan bunuh diri di sekolah dengan cara melompat dari lantai
tiga. Sekolah meminta bantuan puskesmas untuk menindaklanjuti dampak
peristiwa tersebut pada siswa lainnya.
5. Suatu pesantren ingin puskesmas memberikan kesadaran bahaya bullying pada
para santri yang berjumlah 400 orang.

52 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Daftar Pustaka
Barry, M.M. & Jenkins, R. (2007). Implementing mental health promotion.
Indonesia. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2022). Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa.
Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian
Gangguan Mental Emosional.
Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Laporan Nasional
RKD2018 FINAL.pdf. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (p. 674).
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasion
al_RKD2018_FINAL.pdf
Institute for Health Metrics and Evaluations. (2021). Global Burden of Disease : Mental
disorders – Level 2 cause. http://www.
healthdata.org/results/gbd_summaries/2019/mental-disorders-level-2-cause
Kementerian Kesehatan. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2015 tentang
Upaya Peningkatan Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit.
Kementerian Kesehatan. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan No.08 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
World Health Organization. (WHO). (2003). Organization of services for mental health
(Mental Health Policy and Service Guidance Package).
World Health Organization. (WHO). (2022). World Mental Health Report: Transforming
mental health for all

53 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
LAMPIRAN A
Intervensi Upaya Promosi Kesehatan Jiwa

1. Manajemen Stress
2. Bernafas dalam (deep breathing)
3. Hipnotik lima jari
4. Perkembangan manusia (kognitif)
5. Kelekatan – attachment
6. Pola asuh
7. Dampak adiksi internet
8. Pencegahan bunuh diri
9. Self care pada nakes dan pendamping ODGJ
10. Dukungan psikologis awal
11. Permasalahan stigma

Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang implementasi upaya promotif


kesehatan jiwa.

54 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MANAJEMEN STRESS

Pada dewasa ini seseorang cenderung lebih mudah mengalami stress karena berbagai macam
faktor yang dialami, maka kita perlu mengetahui apa definisi stress adalah pengalaman
emosional yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, kognitif dan perilaku yang
dapat diprediksi, perubahan diarahkan untuk mengubah peristiwa stress atau mengakomodasi
efeknya atau berlebih (Taylor,2016).

Pemicunya disebut stressor yang berasal dari lingkungan rumah, tempat kerja, sekolah, diri
sendiri. Suatu kondisi dapat dipandang sebagai stress yang negatif ketika individu yang
mengalaminya yakin bahwa kemampuan/sumber dayanya tidak cukup untuk mengatasi
kondisi tersebut. Contoh sumber daya:waktu, dana, energi. Reaksi Stress terbagi menjadi dua
ada reaksi fisik antara lain : jentung berdebar debar, keringat berlebihan, otot otot tegang,
sakit kepala, sakit perut, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan tidur tidak nyenyak. Reaksi
Psikologis atau perilaku antara lain: cemas, khawatir berlebihan, mudah tersinggung, sulit
untuk memusatkan perhatian/ konsentrasi.

Efek stress jangka panjang pada kesehatan (Baum, 1994):

1. Berefek langsung pada fisik antara lain meningkatnya tekanan darah/ aktivitas
hormon, berkurangnya daya imunitas, efek pada fisikberkaitan dengan efek pada
perilaku/ kebiasaan sehat.
2. Berefek pada perilaku sehat antara lain berkurangnya kualitas nutrisi, kurang tidur,
banyak merokok/ alkohol/ obat. Efek pada kebiasaan atau perilaku sehat berkaitan
pada efek fisik, misalnya kurangnya perilaku sehat beresiko menurunkan kondisi fisik
. Perilaku sehat juga berdampak pada pencarian pengobatan . Orang yang sedang
stress cenderung menunda pergi berobat.
3. Berefek pada pencarian pengobatan : Berkurangnya kepatuhan pada pengobatan,
menunda berobat.

Upaya yang bisa dilakukan untuk melakukan penyesuaian diri pada stress, individu terlebih
dahulu perlu mengenali gejala stress dan melakukan upaya penyesuaian diri dengan coping
dan dukungan sosial.

Coping adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi atau mentoleransiatau
meminimalkan stress yang dirasakan melampui kemampuan individu. Coping berasal dari
kata ”cope”+ing.

55 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Jenis jenis Coping:

1. Problem Solving focused coping: Upaya yang konstruktif untuk mengatasi kondisi
yang stressful yang terjadi. Misal stress karena ujian, diatasi dengan belajar.
Kemampuan ini berkembang sejak masa kanak kanak.
2. Emotion focused coping: upaya mengatur emosi / perasaan kita menghadapi situasi
stress. Kemampuan ini berkembang di akhir masa kanak kanak atau awal remaja.
Misal:stres karena ujian diatasi dengan relaksasi. Pengunaannya dapat dilakukan
secara bersamaan atau tergantung dari kondisi stress yang dihadapi. Misal masalah
kesehatan menggunakan emotion focused, masalah pekerjaan / studi menggunakan
problem solvinng.

Cara sehat yang bisa dilakukan untuk santai (dapat juga sebagai emotion focused coping)
yaitu beribadah, jalan kaki, melihat alam, menelpon atau bertemu teman akrab, berolahraga,
menulis buku harian, aromaterapi, memelihara binatang,berekbun, pijat, membaca buku yang
baik dan menyenangkan.

Upaya mengurangi dampak stress antara lain:

1. Fisik rileks dengan melakukan latihan deep breathing dan latihan relaksasi otot
progresif.
2. Emosi positif dengan menimbulkan emosi positif pada diri sendiri.
3. pikiran positif, berbicara pada diri sendiri tentang hal yang positif(positive self
talk), penghentian pikiran negatif(saat muncul, jangan biarkan berlama-lama
langsung katakan ”stop”).
4. Perilaku positif:perilaku positif dihasilkan dari pikiran positifdan emosi positif,
diwujudkan pada diri sendiri, keluarga, orang laindan lingkungan antara lain dengan
berolah raga, minum air putih.
5. Hubungan sosial yang positif dengan cara meningkatkan ikatan emosi dalam
keluarga dan kelompok; memberi kata kata positif yang jujur, menghindari diskusi
yang mengarah negatif.
6. Spiritual Positif dengan rutin melakukan ibadah, bersyukur dan berdoa

56 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Upaya Preventif dari stress

Jika individu sudah merasakan gejala dari dampak psikososial, upaya preventif yg dapat
dilakukan antara lain:

1. Mengurangi/mengatur paparan stressor, misal: berita yg meresahkan, cara bekerja


& beban pekerjaan.
2. Jika mampu, ubah keadaan yg dapat diubah → bergerak unt memperbaiki situasi.
3. Jika tidak mampu, terimalah pikiran & perasaan tsb → a.l. lakukan teknik
grounding (WHO, 2020)

57 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PERNAFASAN DALAM
Latihan pernafasan mengatasi stress
Ikuti langkah-langkah berikut ini:
a) Duduk dengan posisi santai dan nyaman, bayangkan hal yang menyenangkan dengan
mata terpejam.
b) Tarik napas dari hidung dalam 3 detik, rasakan perut menggembung.
c) Tahan nafas 3-5 detik
d) Hembuskan napas dari mulut dalam 3 detik, sambil membayangkan seolah-olah
beban pikiran dilepaskan.
e) Tahan selama 3 detik sebelum ambil napas lagi. Ulangi selama 5 – 10 menit.
f) Mensyukuri nikmat dari Tuhan YME, ikhlas dan sabar.

58 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
HIPNOTIK 5 JARI
Duduklah dng nyaman, lakukan pernafasan dalam, mata terpejam, kemudian
1. satukan jempol & telunjuk sambil membayangkan kondisi tubuh yg sehat,
2. jempol & jari tengah sambil membayangkan bersama orang-orang yg sayang &
perhatian,
3. jempol & jari manis sambil membayang mendapat penghargaan atau pujian yg
pernah dialami & rasa senang yg dirasakan
4. jempol & kelingking sambil membayangkan tempat yg indah (nyaman) yg pernah
dikunjungi sambil membayangkan keindahannya.
Lakukan secara perlahan, seiring “bernafas dalam”

59 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PERKEMBANGAN MANUSIA
Tahapan kehidupan manusia memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui, harapannya
adalah setiap orang dapat melalui tugas perkembangannya dengan baik.
a. Tahap Sensori Motorik (0-2 tahun)
pada tahap yang paling awal ini, organ tubuh manusia dipergunakan untuk bisa
menangkap rangsang rangsang dari luar (melalui inderanya) dan bereaksi terhadap
rangsang rangsang tersebut (melalui alat alat motorik). Refleks refleks dikembangkan
dengan dukungan perkembangan sistem persyarafan yang makin sempurna sehingga
anak bisa mencapai kemampuan persepsi yang sempurna
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada masa ini anak sudah bisa membuat simbol simbol untuk mewakili berbagai
macam objek . Kata pensil dimengerti oleh anak sebagai wakil dari benda yang
termaksud walaupun benda benda itu pada saat tersebut berada di tempat anak berada.
Anak dapat melakukan asosiasi sederhana antara simbol simbol tersebut.
c. Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun)
Pada tahapan ini anak sudah mampu membuat hubungan hubungan yang lebih rumit
melalui kegiatan mentalnya, misalnya memahami hubungan timbal balik anak bisa
menghitung dengan benar walaupun posisi benda benda yang dihitung diubah ubah,
anak sudah mampu mengenal proses dari suatu peristiwa yang terjadi. Misalnya ia
tetap bisa mengenali minumannya yang dituangkan dari botol ke cangkir dan mau
minum dari cangkir.
d. Tahap formal Operasional (11 tahun-Dewasa)
Ini adalah tahap puncak, dimana anak anak mencapai kemampuan untuk berfikir
sistematis terhadap hal hal yang abstrak

60 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
KELEKATAN – ATTACHMENT

Terlepas dari perkembangan terdapat Pola hubungan orang tua-anak pada masa bayi sangat
menentukan model kepribadian dan hubungan interpersonal di masa dewasa. Pola hubungan
ini adalah sumber daya emosional dan kognitif yang dapat di berikan. Beri anak kesempatan
untuk mengeksplorasi lingkungan dan kehidupan sosial. Hubungan awal ini dimulai ketika
seorang anak lahir di dunia ini, sebenarnya dimulai saat janin berada di dalam kandungan.

Attachment adalah hubungan atau hubungan emosional. Ada kasih sayang antara satu orang
dengan orang lain memiliki arti khusus, hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan
memberikan rasa aman, bahkan jika kita tidak dapat melihat gambar di dalamnya sudut
pandang anak

Kelekatan pada manusia sangat bervariasi dan dapat tampak pada semua anak. Variasi
kelekatan tersebut dalam dua bentuk sebagai berikut :

Signaling Behavior

Efek dari perilaku ini adalah ibu semakin dekat dengan anak. Perilaku ini sebenarnya
diharapkan oleh anak-anak dan meningkatkan keintiman dengan ibu. Kondisi anak dan
dampaknyaTentang perilaku ibu. Berbeda misalnya Ibu akan datang ketika anak menangis
membawa anak tersebut dan ditenangkan oleh sang ibu.

Ada beberapa bentuk perilaku termasuk perilaku Signaling Behavior, antara lain :

Alasan menangis berbeda, dan intensitasnya juga berbeda dan ritme. McCorby mengatakan
ada tiga jenis tangisan, yaitu menangis ketakutan, tangisan kelaparan, dan tangisan penyakit.
Saat ketakutan datang, Saat bayi menarik napas, suaranya keras, dan kemudian ada
keheningan yang lama. Menangis sakit biasanya terjadi tiba-tiba, dan itu terjadi di banyak
anak-anak. Ketika anak merasa lapar, akan ada tangisan kelaparan,. Mulailah dengan tangisan
normal yang berlangsung sekitar 0,6 detik, dan kemudian Keheningan singkat selama sekitar
0,2 detik, suara napas pendek selama 0,1-0,2 detik. Kemudian ada istirahat sejenak.

Tersenyum dan meraba-raba, perilaku ini benar. Perilaku ibu setelah bayi berusia 4 minggu.
perilaku ini muncul saat bayi bangun dan sadar serta merasa senang, yang artinya bayi tidak
penyakit, kelaparan dan kesepian. Reaksi ibu terhadap reaksi anak Respon ibu terhadap
respon anak biasanya tersenyum kembali, berbicara, membelai, menepuk, mengangkat dan
menunjukkan kebahagiaan diantara mereka. Tingkah laku ini disebut maternal loving
behavior dan merupakan salah satu bentuk tingkah laku bertujuan pada anak, Adapun
tujuannya adalah

61 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
mendapatkan reaksi dari ibu, dalam hubungannya dengan tingkah laku lekat tujuannya adalah
agar kelekatan anak dengan figur lekat semakin besar dan dapat dipertahankan

Gerakan mengangkat lengan, kemampuan bayi angkat tangannya saat ibu di sisinya, bayi
muncul saat dia tua Enam bulan. Anak selalu membaca isyarat ibu dengan mengangkatnya
Biarkan anak mengangkat tangannya. Angkat tangan Hal ini dimaknai oleh ibu sebagai anak
yang ingin diadopsi dan ditanggapi Ambil anak-anak. Sikap ini banyak dimanifestasikan pada
anak-anak yang telah mampu melakukannya

Merangkak atau belajar berjalan.

Berusaha menarik perhatian, perilaku ini dapat dilihat sebagai Pernyataan kedekatan
hubungan antara anak dan ibu. Hasil penelitian Shirley Menunjukkan bahwa setengah dari
bayi yang diteliti dipamerkan Pada 32 minggu perilaku ini, bayi lain 34 minggu. Anak-anak
di bawah batas usia ini biasanya selalu Cobalah untuk menarik perhatian sampai mereka puas
mengerti

Approaching behavior

Tingkah laku ini menyebabkan anak mendekat pada ibu, hal ini membuktikan bahwa
seseorang itu mempunyai kecenderungan untuk selalu dekat dengan orang lain.Tingkah laku
ini dinamakan tingkah laku lekat jika bayi hanya menujukan perilaku inipada orang-orang
tertentu dan tidak pada orang lain. Ada beberapa kategori tingkah laku yang termasuk dalam
approaching behavior yaitu:

Mendekat dan mengikuti. Perilaku ini muncul saat bayi berusia delapan bulan, yaitu pada saat
timbulnyakemampuan lokomosi pada bayi. Anak akan berusaha menyesuaikan gerakannya
dengan figur lekat dalam rangka mencari atau mempertahankan kedekatan dengan figur
lekatnya.

Tingkah laku ini berupa gerakan memeluk ibu apabila terjadi kontak yang sangat dekat dan
sangat kuat pada anak yang berusia empat tahun, pada saat tingkah laku lekat memuncak
karena adanya tanda bahaya atau reunion setelah perpisahan singkat

Fase dan Tahapan Kelekatan


Perkembangan kelekatan pada setiap individu dipengaruhi oleh tingkatan usia. Pada masa
perkembangan anak, kelekatan dibagi menjadi beberapa fase atau tahapan, yaitu (Ervika,
2005):

1. Indiscriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia di bawah dua bulan. Bayi
menggunakan tangisan untuk menarik perhatian orang dewasa, menghisap dan

62 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
menggenggam, tersenyum dan berceloteh digunakan untuk menarik perhatian orang
dewasa agar mendekat padanya.

2. Discriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia dua hingga tujuh bulan.
Pada fase ini bayi mulai dapat membedakan objek lekatnya, mengingat orang yang
memberikan perhatian dan menunjukkan pilihannya pada orang tersebut.

3. Spesific Attachment. Terjadi pada anak yang berusia tujuh bulan hingga dua tahun.
Bayi mulai menunjukkan kelekatannya pada figur tertentu. Fase ini merupakan fase
munculnya intensional behavior dan independent locomosib yang bersifat permanen.
Anak untuk pertama kalinya menyatakan protes ketika figure lekat pergi. Anak sudah
tahu orang-orang yang diinginkan dan memilih orang-orang yang sudah dikenal.
Mereka mulai mendekatkan diri pada objek lekat. Anak mulai menggunakan
kemampuan motorik untuk mempengaruhi orang lain.

4. Partnership. Terjadi pada usia dua sampai empat tahun. Memasuki usia dua tahun
anak mulai mengerti bahwa orang lain memiliki perbedaan keinginan dan kebutuhan
yang mulai diperhitungkannya. Kemampuan berbahasa membantu anak bernegosiasi
dengan ibu atau objek lekatnya. Kelekatan membuat anak menjadi lebih matang
dalam hubungan sosial.

Jenis-jenis Kelekatan
Menurut Eavest (2007), terdapat empat model kelekatan pada seseorang, yaitu sebagai
berikut:

a. Secure attachment (kelakatan aman)


Ditunjukkan oleh adanya pandangan positif terhadap diri sendiri dan pandangan positif
terhadap orang lain. Sehingga dalam interaksinya individu tersebut akan merasa nyaman
terhadap keakraban dan merasa aman dengan diri sendiri. Mereka cenderung memandang diri
mudah menyayangi dan percaya bahwa orang lain responsif dan menerima keberadaan
mereka. Individu dengan kelekatan aman mampu mempertahankan persahabatan akrab dalam
waktu lama tanpa takut untuk menjadi independen dan sendirian.
b. Preoccupied attachment (kelekatan terikat)
Ditunjukkan oleh adanya pandangan negatif terhadap diri tetapi pandangan positif
terhadap orang lain. Sehingga dalam interaksinya individu tersebut sangat tergantung pada
hubungan dengan orang lain. Kombinasi pandangan tersebut membuat individu dengan pola
lekat terikat cenderung lebih terikat pada hubungan dan mereka menggunakan hubungan
untuk

63 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
meningkatkan rasa berharga dalam diri mereka dengan cara mencari nilai dan pendapat orang
lain terhadap diri.

c. Dismissing attachment (kelekatan lepas)

Ditunjukkan oleh adanya pandangan positif terhadap diri tetapi berpandangan negatif
terhadap orang lain sehingga dalam interaksinya individu tersebut akan menghindari
keakraban dan menjadi tidak tergantung pada hubungan dengan orang lain. Dengan
demikian, mereka cenderung menghindari hubungan dekat dengan orang lain dan
mempertahankan kebebasan mereka

d. Fearful attachment (kelekatan cemas)

Ditunjukkan oleh adanya pandangan negatif terhadap diri sendiri dan pandangan negatif
pula terhadap orang lain. Sehingga dalam interaksinya individu tersebut akan merasa cemas
terhadap keakraban dan menghindar secara sosial. Individu ini tidak merasa dicintai dan
yakin bahwa orang lain memberikan penolakan dan tidak dapat dipercaya. Dengan
menghindari hubungan dekat dengan orang lain, maka gaya kelekatan ini memungkinkan
individu untuk melindungi diri dari penolakan orang lain yang sudah diantisipasi.

Manfaat Kelekatan

Menurut Rini (2002), kelekatan memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan mental anak
dan remaja, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan
keyakinan bahwa diri remaja berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian
orang tua yang stabil, membuat remaja belajar percaya pada orang lain.

2. Kemampuan membina hubungan yang hangat. Hubungan yang diperoleh remaja


dari orang tua, menjadi pelajaran bagi remaja untuk kelak diterapkan dalam
kehidupannya setelah dewasa. Kelekatan yang hangat, menjadi tolak ukur dalam
membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang
buruk, menjadi pengalaman yang traumatis bagi remaja, sehingga menghalangi
kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.

3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam
hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang
tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dan
kebutuhan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.

64 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Disiplin. Kelekatan membantu orang tua untuk dapat dengan lebih mudah memahami
remaja, sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih proporsional, empatik,
penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Remaja juga akan belajar
mengembangkan kesadaran diri dari sikap orang tua yang menghargai remaja untuk
mematuhi peraturan dengan disiplin karena sikap menghukum akan menyakiti harga
diri remaja dan tidak mendorong kesadaran diri.

5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Bentuk kelekatan yang terjalin
mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta perkembangan
psikologis individu.

Faktor yang Mempengaruhi Kelekatan

Menurut Baradja (2005), terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat
kelekatan pada anak dan remaja, yaitu:

1. Adanya rasa puas seorang anak pada pada pemberian figur lekat. Misalnya ketika
anak membutuhkan sesuatu, maka figur lekatnya mampu untuk memenuhi kebutuhan
itu.

2. Terjadi reaksi atau merespon setiap tingkah laku yang menunjukkan perhatian.
Misalnya seorang anak melakukan tingkah laku untuk mencari perhatian guru, dan
guru bereaksi atau meresponnya, maka anak akan memberikan kelekatannya pada
guru tersebut.

3. Seringnya figur lekat melakukan proses interaksi dengan anak, maka anak akan
memberikan kelekatan padanya. Misalnya, seorang guru yang selalu berinteraksi
dengan anak yang tinggal di asrama pesantren. Semakin sering ia berinteraksi dan
mendengarkan keluhan si anak, maka anak akan memberikan kelekatan padanya.

Selain itu, menurut Moss dkk (2009), beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap kelekatan
adalah:

1. Faktor Kesusahan. Masa kanak-kanak menengah merupakan waktu yang aktif


dalam mencari kelekatan terhadap seseorang yang dapat mengurangi kesusahannya.
Hal ini dapat terlihat pula ketika seorang anak Taman Kanak-Kanak yang mendekat
dan mempercayai gurunya karena mereka merasa gurunya dapat membantu
kesulitannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

65 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Faktor Keamanan. Meskipun kelekatan antara anak dan orang tua tidak bias
digantikan dengan yang lain, tapi tidak menutup kemungkinan jika model internal
dalam pengaturan diri lebih adaptif jika anak merasa tidak aman. Misalnya,
seorang anak yang menunjukkan kelekatan kepada kakaknya. Hal tersebut dapat
terjadi jika anak mendapatkan rasa aman dari kakaknya.

3. Faktor mengandalkan. Kanak-kanak cenderung mengandalkan kelekatan pada


figur yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Misalnya, anak mungkin perlu
bergantung pada orang lain, seperti teman, saudara, atau guru untuk memenuhi
kebutuhan kelekatan mereka ketika mereka tidak mendapat akses kepada figur lekat
mereka yang utama.

66 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
POLA ASUH
Pola asuh juga memberikan dampak yang sangat penting bagi perkembangan anak, kita akan
membahas terkait dengan Tipe pola asuh didefinisikan oleh Baumrind sebagai sikap orang
tua terhadap pengasuhan anak serta bagaimana orang tua menerapkannya sebagai upaya
untuk mensosialisasikan anak-anak mereka (Estlein, 2016)
1. Otoriter, Orang tua memberikan aturan-aturan sebagai bentuk pengontrolan dan
pembatasan dengan harapan anak akan patuh dan tidak melanggar aturan yang ada.
orang tua dengan tipe pola asuh otoriter cenderung tidak menerima perbedaan atau
pertentangan, yang berujung pada sedikitnya penggunaan kalimat yang mendukung
anak serta cenderung memberikan respon yang mengecilkan hati.
Penelitian yang dilakukan oleh Lavrič & Naterer (2020) menunjukkan bahwa
penerapan tipe pengasuhan otoriter saja tanpa dikombinasikan dengan tipe pengasuhan
otoritatif memberikan dampak negatif bagi anak dan terbawa hingga mereka dewasa.
Hal ini dibuktikan dengan rendahnya kepuasan hidup (Lavrič & Naterer, 2020), harga
diri yang rendah dan psychological maladjustment atau ketidaksesuaian psikologis yang
buruk (Perez-Gramaje dkk., 2019)
2. Permisif, Tipe pengasuhan permisif berupa pola asuh yang mana orang tua memberikan
dorongan agar anak mandiri, dengan memberikan kebebasan dan otoritas sepenuhnya
kepada anak, tanpa adanya aturan, kontrol dan hukuman. Orang tua dengan pengasuhan
ini melakukan konfrontasi terhadap perilaku yang dilakukan sang anak.Memberikan
kebebasan kepada anak tanpa aturan, kontrol maupun hukuman dapat memberikan efek
buruk dalam tumbuh kembang mereka. Berdasarkan literature review dilakukan Becona
dkk. (2011) diketahui bahwa pola asuh permisif cenderung membawa dampak seperti
meningkatkan risiko gangguan penyalahgunaan obat, ketergantungan rokok dan
minuman beralkohol
3. Authoritative parenting atau tipe pola asuh otoritatif merupakan tipe pengasuhan yang
mengkombinasikan kontrol dan dukungan emosional orang tua terhadap anak dengan
seimbang (Estlein, 2016). Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak juga
terbilang baik karena menerapkan komunikasi dua arah yang supportive dan
memungkinkan anak untuk melakukan diskusi dengan orang tuanya.
Lavrič dan Naterer (2020) melalui penelitiannya menemukan bahwa anak pada keluarga yang
menerapkan tipe pola asuh otoritatif atau demokratis memberikan dampak positif di masa

67 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
depan. Dampak positif tersebut berupa adanya kepuasan hidup yang baik ketika anak dengan
pola asuh otoritatif ini beranjak dewasa.

68 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DAMPAK ADIKSI INTERNET – DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
Kecanduan internet (internet addiction) adalah sebuah sindrom atau gangguan obsesif
kompulsif yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu secara berlebihan atau tidak
terkontrol dalam penggunaan internet yang menimbulkan gejala ketergantungan sehingga
menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan. Adiksi Internet menjadi
masalah serius yang saat ini kita alami. Internet addiction pertama kali dikenalkan oleh Ivan
Goldberg pada tahun 1995. Adiksi internet digambarkan sebagai suatu keadaan patologis atau
gangguan karena terlalu sering menggunakan internet termasuk berbagai perilaku dan
pengendalian impuls dalam menggunakan internet.
Kecanduan internet merupakan keinginan yang tidak bisa terkendali untuk online, disertai
dengan waktu yang dihabiskan delam jaringan, kegugupan dan agresi dalam situasi di mana
Internet tidak dapat diakses, dan gangguan progresif keluarga dan kehidupan sosial. Menurut
American Psychiatric Association (APA), definisi adiksi internet adalah ketidakmampuan
untuk mengendalikan penggunaan internet yang menyebabkan konsekuensi negatif dalam
kehidupan sehari-hari.
Berikut definisi dan pengertian kecanduan internet (internet addiction) dari beberapa sumber
buku:
 Menurut Young (2010), kecanduan internet adalah sebuah sindrom yang ditandai
dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan
internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat sedang online.
 Menurut Shaw dan Black (2008), kecanduan internet adalah gangguan kejiwaan yang
ditandai dengan keasyikan yang berlebihan atau tidak terkontrol, mendesak atau
perilaku tentang penggunaan komputer dan akses internet yang menyebabkan
gangguan atau distres.
 Menurut Salicetia (2015), kecanduan internet adalah suatu keadaan patologis atau
gangguan karena terlalu sering menggunakan internet termasuk berbagai perilaku dan
pengendalian impuls dalam menggunakan internet yang ditandai dengan pre-okupasi
yang berlebihan atau kurangnya kontrol, keinginan, dan/atau perilaku penggunaan
internet yang mengakibatkan gangguan atau tekanan di beberapa kehidupan penting.
 Menurut Pontes dkk (2015), kecanduan internet adalah spektrum gangguan obsesif
kompulsif yang melibatkan pola penggunaan komputer secara daring maupun luring
secara berlebihan yang menimbulkan gejala ketergantungan, toleransi dan dampak
negatif.

69 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Menurut Davis (2001), kecanduan internet adalah ketidakmampuan individu untuk
mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah
psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut.
Aspek-Aspek Kecanduan Internet
Menurut Young (2010), aspek-aspek kecanduan internet adalah sebagai berikut:
1. Ciri khas (salience). Biasanya dikaitkan dengan pikiran-pikiran yang berlebihan
secara mencolok terhadap internet, berkhayal atau berfantasi mengenai internet.
2. Penggunaan yang berlebihan (excessive use). Penggunaan internet yang terlalu
berlebihan biasanya dikaitkan dengan hilangnya pengertian tentang penggunaan
waktu atau pengabaian kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Individu
biasanya menyembunyikan waktu online (waktu yang digunakan untuk mengakses
internet) dari keluarga atau orang terdekat.
3. Pengabaian pekerjaan (neglect to work). Individu mengabaikan pekerjaannya
karena aktivitas internet, sehingga produktivitas dan kinerjanya menurun karena
berinternet.
4. Antisipasi (anticipation). Internet digunakan sebagai strategi coping dari masalah,
yaitu sarana untuk melarikan diri atau mengabaikan permasalahan yang terjadi di
kehidupan nyata. Akibatnya, lama kelamaan aktivitas internet menjadi aktivitas yang
paling penting dalam hidup sehingga mendominasi pikiran, perasaan, dan perilaku.
5. Ketidakmampuan mengontrol diri (lack of control). Ketidakmampuan dalam
mengontrol diri sendiri mengakibatkan bertambahnya waktu yang digunakan untuk
melakukan aktivitas dengan internet, baik dalam bentuk frekuensi maupun durasi
waktu.
6. Mengabaikan kehidupan sosial (neglect to social life). Individu mengabaikan
kehidupan sosialnya, yaitu sengaja mengurangi kegiatan sosial atau rekreasi demi
mengakses internet. Individu yang banyak menggunakan waktunya untuk melakukan
aktivitas yang ada kaitannya dengan internet, akan mengurangi aktivitasnya di luar
aktivitas yang berkaitan dengan internet.
Sedangkan menurut Kuss dan Griffiths (2015), adiksi internet ditandai dengan
beberapa aspek atau karakteristik sebagai berikut:
1. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling
penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu, perasaan (merasa
sangat butuh) dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan
selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet.

70 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang
menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping.
3. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah
penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.
4. Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang
terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya mudah
marah, cemas atau tubuh bergoyang).
5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan
lingkungan sekitarnya (konflik inter-personal), konflik dalam tugas lainnya
(pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang terjadi dalam dirinya
sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena
terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.
6. Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan
internet setelah adanya kontrol.
Klasifikasi Kecanduan Internet
Menurut Salicetia (2015), kecanduan internet dapat diklasifikasikan dalam beberapa
jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Cybersexual Addiction. Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah
individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa,
melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan
terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang
dewasa.
2. Cyber-Relationship Addiction. Cyber-relationship addiction mengacu pada individu
yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi
kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan sering kali menjadi terlalu-terlibat
dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.
3. Net compulsions. Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian
online, belanja online, dan perdagangan online.
4. Information Overload. Information overload mengacu pada web surfing yang
bersifat kompulsif juga dikenal sebagai kecanduan informasi yang berlebihan.
Banyaknya informasi di internet menciptakan perilaku kompulsif baru yang terkait
dengan berselancar web atau pencarian basis data. Orang kecanduan menggunakan
lebih banyak waktu untuk mencari dan mengatur data. Kecenderungan obsesif-
kompulsif dan pengurangan produktivitas kerja yang terkait dengan jenis kecanduan.
71 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
5. Computer Addiction. Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain
game komputer yang bersifat obsesif. Di tahun 80-an, permainan komputer seperti
Solitaire dan Minesweeper yang diprogram ke dalam komputer dan peneliti
menemukan bahwa perilaku obsesif permainan komputer menjadi bermasalah dalam
organisasi
Dampak Kecanduan Internet
Menurut Young (1996), kecanduan internet atau internet addiction dampak atau efek
tidak baik bagi kehidupan seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Akademik. Pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk
menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan di
malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar menyebabkan
menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah.
2. Hubungan inter personal. Hubungan seperti pernikahan, hubungan orang tua
dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat
penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap
akan mengurangi waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga
dijumpai adanya kelalaian dalam menjaga anaknya.
3. Finansial. Masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang
berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan
pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang
dikeluarkan.
4. Pekerjaan. Pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk
mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja
tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
5. Fisik. Pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan
keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan
internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri
pinggang, dan carpal tunnel syndrome.
Faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Internet
Menurut Young (2010) dan Montag dan Reuter (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kecanduan internet pada seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Gender
Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut
mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game

72 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami
kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online.
b. Kondisi Ekonomi
Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan
internet dibandingkan individu yang belum bekerja. Hal ini didukung bahwa individu yang
telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang
memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga di tempat
tinggalnya.
c. Faktor Sosial
Kesulitan dalam melakukan komunikasi inter personal atau individu yang mengalami
permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet yang berlebih. Hal tersebut
disebabkan individu merasa kesulitan dalam melakukan komunikasi melalui face to face,
sehingga individu akan lebih memilih menggunakan internet untuk melakukan komunikasi
karena dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to face.
Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri yang
menyebabkan mengisolasi diri yang kemudian mengarah dalam permasalahan dalam hidup
seperti kecanduan pada internet.
d. Faktor Psikologis
Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami permasalahan
psikologis, seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive disorder (OCD),
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan beberapa sindrom yang berkaitan dengan
gangguan psikologis. Internet memungkinkan individu untuk melarikan diri dari kenyataan,
menerima hiburan atau rasa senang dari internet. Hal ini akan menyebabkan individu
terdorong untuk lebih sering menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan membuat
kecanduan.
e. Faktor Biologis
Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan menggunakan functional
magnetic resonance image (Fmri) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara
individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami
kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat,
kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan kepribadian depresi.

73 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Langkah Pencegahan Adiksi Internet:
1. Detoksifikasi Digital. Bisa dilakukan dengan mematikan notifikasi, Puasa bermain
gim selama 1 hari per minggu serta mencari kegiatan lain yang bisa dilakukan
bersama- sama
2. Batasi waktu penggunaan internet
3. Mengatur waktu dan jenis gim yang dimainkan
4. Kenali gejala dan deteksi dini setiap 6 bulan

74 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PENCEGAHAN BUNUH DIRI
Faktor Resiko Bunuh diri :
1. Faktor Komunitas; antara lain bencana/perang/ konflik sosial, pengungsian dengan
penyesuaian budaya dan lokasi yang berbeda,diskriminasi, Trauma atau perundungan
2. Faktor Lingkungan dan sosial;Akses terhadap alat atau fasilitas yang dipakai untuk
bunuh diri, Pelaporan kejadian bunuh diri oleh media dengan cara yang tidak
tepat,Stigma terhadap upaya pencarian pertolongan
3. Faktor sistem kesehatan; hambatan untuk menjangkau fasilitas kesehatan,
keterbatasan kapasitas sistem kesehatan untuk mengenali faktor resiko, mencegah dan
menangani kasus bunuh diri.
4. Faktor Hubungan dengan orang lain; merasa terisolasi, tidak/ kurang memiliki
dukungan sosial, kehilangan relasi terdekat , konflik dalam relasi
5. Faktor individu;masalah kesehatan jiwa, penggunaan alkohol, kehilangan pekerjaan/
kesulitan keuangan, ktidakberdayaan, rasa sakit kronis, riwayat percobaan bunuh diri
sebelumnya, riwayat keluarga dengan bunuh diri, faktor genetik dan biologis.
Faktor proteksi adalah faktor yang melindungi seseorang dari perilaku bunuh diri,faktor
pelindung ini meningkatkan daya tahan diri atau komunitas dan rasa terhubung dengan
lingkungan terdekat yang dapat mencegah pada perilaku bunuh diri.antara lain ketahanan diri,
gaya hidup sehat, agama dan kepercayaan.

75 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SELF CARE PADA NAKES DAN KELUARGA/ PENDAMPING
ODGJ/ODMK
Self care dapat membantu kita dalam mengatasi stres, kecemasan bahkan mengontrol
kemarahan.
1. Fisik, bisa dilakukan dengan tidur yang cukup, jalan santai, berolahraga, mengkonsumsi
makanan yang sehat, serta beristirahat sejenak
2. Emosional, dengan melakukan manajemen stress, memaafkan, Menumbuhkan rasa kasih
sayang serta melakukan apresiasi diri
3. Spiritual, menyediakan waktu berkualitas untuk diri sendiri, meditasi, yoga, menikmati
alam dan menulis buku harian
4. Sosial bisa dilakukan dengan mencari dukungan, akses media sosial yang sifatnya
positif, dapat mengaksesbantuan profesional jika dibutuhkan, luangkan waktu bersama
orang lain.

76 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL
Psychological First Aid (PFA) adalah intervensi tanggap bencana awal dengan tujuan untuk
mempromosikan keselamatan, menstabilkan korban bencana dan menghubungkan individu
untuk membantu dan sumber daya. PFA diberikan kepada individu yang terkena dampak oleh
profesional kesehatan mental dan responden pertama lainnya. Tujuan PFA adalah untuk
menilai kekhawatiran dan kebutuhan langsung seseorang setelah bencana, dan bukan untuk
memberikan terapi di tempat.
Tujuan Psychological First Aid (PFA) adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
lingkungan yang:
1. Keamanan
2. Tenang & Nyaman
3. Keterhubungan
4. Pemberdayaan Diri, dan
5. Harapan
Psychological First Aid (PFA) membahas kebutuhan dasar dan mengurangi tekanan
psikologis dengan memberikan kehadiran yang menghibur dan penuh perhatian, dan
pendidikan tentang reaksi stres yang umum. Ini memberdayakan individu dengan
mendukung kekuatan dan mendorong keterampilan koping yang ada. Ini juga menyediakan
koneksi ke jaringan dukungan alami, dan rujukan ke layanan profesional bila diperlukan.
Prinsip Psychological First Aid (PFA)
1) Siapkan (Prepare)
 Pelajari tentang peristiwa krisis
 Pelajari tentang layanan yang tersedia
 Pelajari tentang masalah keselamatan dan keamanan
(2) Lihat (Look)
 Periksa keamanannya
 Periksa orang-orang dengan kebutuhan dasar mendesak yang jelas
 Periksa orang-orang dengan reaksi kesusahan yang serius.
(3) Dengarkan (Listen)
 Dekati orang yang mungkin membutuhkan dukungan
 Tanyakan tentang kebutuhan dan kekhawatiran orang-orang
 Dengarkan orang dan bantu mereka merasa tenang.
(4) Tautan (Link)

77 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Bantu orang memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses layanan
 Membantu orang mengatasi masalah
 Beri informasi
 Hubungkan orang-orang dengan orang-orang terkasih dan dukungan
sosial Delapan Tindakan Inti PFA meliputi:
1. Kontak dan Keterlibatan: Untuk menanggapi kontak yang diprakarsai oleh para
penyintas, atau untuk memulai kontak dengan cara yang tidak mengganggu, penuh
kasih, dan membantu.
2. Keamanan dan Kenyamanan: Untuk meningkatkan keamanan segera dan
berkelanjutan, dan memberikan kenyamanan fisik dan emosional.
3. Stabilisasi (jika diperlukan): Untuk menenangkan dan mengarahkan korban yang
kewalahan secara emosional atau mengalami disorientasi.
4. Pengumpulan Informasi tentang Kebutuhan dan Kekhawatiran Saat Ini: Untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan kekhawatiran mendesak, mengumpulkan informasi
tambahan, dan menyesuaikan intervensi Pertolongan Pertama Psikologis.
5. Bantuan Praktis: Untuk menawarkan bantuan praktis kepada para penyintas dalam
mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran yang mendesak.
6. Koneksi dengan Dukungan Sosial: Untuk membantu menjalin kontak singkat atau
berkelanjutan dengan orang-orang pendukung utama dan sumber dukungan lainnya,
termasuk anggota keluarga, teman, dan sumber daya bantuan komunitas.
7. Informasi tentang koping: Untuk memberikan informasi tentang reaksi stres dan
koping untuk mengurangi distres dan meningkatkan fungsi adaptif.
8. Keterkaitan dengan Layanan Kolaboratif: Untuk menghubungkan para penyintas
dengan layanan yang tersedia yang dibutuhkan pada saat itu atau di masa depan.

78 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PERMASALAHAN STIGMA DAN UPAYA MENGATASINYA
Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh
lingkungannya. Pada dasarnya, stigma adalah ketidaksetaraan sosial dan kontrol sosial, yang
menciptakan hierarki yang merendahkan nilai orang lain yang terstigmatisasi. Terbentuknya
stigma pada seseorang dengan masalah kejiwaan/gangguan jiwa disebabkan karena
pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa masih kurang. Oleh sebab itu, upaya
mengatasi stigma di masyarakat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan atau literasi
tentang masalah kesehatan jiwa.
Secara umum ada lima tipe stigma yaitu:
1) Public Stigma yaitu munculnya reaksi negatif masyarakat terhadap suatu hal.
2) Struktural stigma adalah tindakan sebuah institusi, hukum, atau perusahaan yang
menolak suatu hal karena berpandangan negatif terhadap hal tersebut.
3) Self-stigma adalah menurunnya harga dan kepercayaan diri seseorang. Contohnya,
pasien HIV+ atau gangguan jiwa yang merasa dirinya tidak berharga karena orang-
orang di sekitarnya menjauhi dirinya.
4) Felt or Perceived Stigma merupakan suatu keadaan dimana seseorang dapat merasakan
adanya stigma yang melekat pada dirinya sehingga takut berada di lingkungan
komunitasnya.
5) Experienced Stigma adalah seseorang pernah mengalami pengalaman diskriminasi dari
orang lain. Misalnya: stigmanisasi dan perilaku diskriminasi pada perempuan bertato,
pasien gangguan jiwa dan lainnya.
Secara khusus, tipe stigma yang sering ada di masyarakat adalah Self Stigma dan Public
Stigma. Cara mengatasi stigma tersebut:
1) Untuk mengatasi selfstigma yaitu dengan meningkatkan literasi kesehatan jiwa,
membantu restrukturisasi kognitif, dan memberdayakan individu, memiliki dukungan
dari teman dan keluarga, serta mencari peer group support.
2) Untuk mengatasi public stigma yaitu dengan melakukan edukasi dan meningkatkan
literasi, menciptakan kontak sosial, dan advokasi untuk mengatasi permasalahan terkait
kesehatan jiwa di masyarakat.
Perilaku stigma yaitu:
1) Pemberian label atau cap negatif yang ditujukan kepada seseorang atau sekelompok
orang, yang dianggap memiliki kekurangan mental, fisik, perbedaan suku, ras dan
agama.

79 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Prasangka stigma yaitu anggapan negatif terhadap seseorang yang belum tentu atau tidak
dapat dibuktikan kebenarannya.
3) Stereotip adalah stigma berbentuk penilaian negatif terhadap seseorang atau sekelompok
orang karena penampilan atau latar belakangnya.
4) Diskriminasi stigma adalah perlakuan yang tidak seimbang dan tidak adil terhadap
seseorang atau kelompok orang karena adanya perbedaan ras, suku, agama dan golongan.
5) Pengucilan stigma merupakan tindakan yang membuat seseorang merasa terasing,
ditolak dan dijauhi dari pergaulan, sehingga mereka merasa tidak diterima oleh orang-
orang sekitarnya.
Efek stigma pada orang yang mengalami masalah/gangguan jiwa:
1) Stigma secara serius mempengaruhi kesejahteraan mereka yang mengalaminya,
merasa tak berharga, malu dan putus asa.
2) Stigma mempengaruhi saat seseorang mengalami masalah kejiwaan, saat dalam
perawatan, saat telah sembuh dan bahkan saat masalah kesehatan jiwa sudah tidak
ada.
3) Stigma sangat mengubah perasaan orang tentang diri mereka sendiri dan cara orang
lain memandang mereka.
4) Stigma dapat menghalangi seseorang mencari bantuan dan mendapat pemeriksaan dan
pengobatan.
Beberapa cara agar terhindar dari perilaku stigma:
1. Ketahui fakta yang benar tentang masalah/gangguan jiwa. Edukasi diri sendiri tentang
penyakit jiwa, pemicunya dan cara memberikan dukungan
2. Periksa kembali sikap dan perilaku diri sendiri : Apakah ada pemikiran negatif dan
menghakimi? Apakah terbentuk dari pengasuhan dan pendapat masyarakat?
3. Saat membicarakan tentang masalah/gangguan jiwa, buatlah pilihan kata yang bijak,
karena cara kita berbicara dapat mempengaruhi sikap orang lain.
4. Memberikan edukasi ke orang lain. Sampaikan fakta yang benar dan sikap positif. Jika
diperlukan kita dapat menantang mitos dan stereotip yang ada.
5. Berfokus pada hal positif yang dimiliki siapapun. Hindari memberikan label/cap negatif
pada siapapun. Jika seseorang sedang mengalami masalah/gangguan jiwa, itu hanyalah
sebagian dari gambaran diri seseorang.
6. Memberikan dukungan dan semangat pada orang dengan masalah/gangguan jiwa.
Perlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dengan memberikan dukungan
dan semangat pada orang dengan masalah/gangguan jiwa.
7. Melibatkan semua orang. Mengajak semua orang untuk melakukan hal-hal tersebut di atas.
80 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
LAMPIRAN B

Tabel Cara Mengatasi Tanda Dan Gejala GME (SRQ dan SDQ)

Tanda dan Gejala Cara Mengatasi


pada SRQ
1. Sering sakit kepala  Istirahat
 Relaksasi,
 Hindari jatuh
 Minum cukup
 Rutin berolah raga (ringan)
2. Kehilangan nafsu  Minum air hangat sebelum makan.
makan  Makanan hangat dengan porsi kecil dan sering.
 Ciptakan suasana yang nyaman dan gembira saat makan.
3. Tidur tidak nyenyak  Satu jam sebelum tidur hindari terpapar layar gadget
dan/atau sulit tidur (handphone, laptop dan televisi).
 Hindari minum kopi
 Segera naik ke tempat tidur jika telah mengantuk.
Mematikan/redupkan lampu saat tidur.
 Relaksasi
 Berdoa
4. Mudah merasa takut  Duduk dengan tenang, tarik nafas dalam, hindari sumber rasa
takut, usahakan ada yang mendampingi.
 Latihan berpikir positif
 Contoh: Berlatih “menghentikan pikiran negatif”, menuliskan
pikiran alternatif untuk menggantikan pikiran negatif yang
muncul, menuliskan kalimat positif dan diucapkan sebagai
bentuk afirmasi seperti "Aku tenang..." "Aku mampu...",
melakukan reality testing yaitu membuktikan bahwa apa yang
dicemaskan belum tentu terjadi.
 Menumbuhkan keberanian untuk mencoba melakukan
berbagai kegiatan dan situasi yang beragam sehingga tedatih
untuk dapat beradaptasi dengan situasi yang tak terduga
(“coba saja dulu….”)
5. Tangan gemetar  Lakukan relaksasi Otot progresif
 Hindari atau kurangi menkonsumsi makanan/zat yang dapat
menyebabkan tremor, seperti kopi.
 Latihan untuk meningkatkan fungsi otot.
6. Merasa cemas,  Lakukan manajemen stres
tegang atau  Melakukan relaksasi dan/atau meditasi
khawatir  Berolahraga secara teratur, misalnya jalan kaki, joging,
yoga, dll
 Menulis jurnal harian, misalnya jurnal kebersyukuran yang
dapat berisi hal-hal positif yang ada pada diri dan orang orang
terdekat, pencapaian positif, atau peristiwa baik yang pernah
dialami

81 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tanda dan Gejala Cara Mengatasi
pada SRQ
7. Mengalami  Jika sering sembelit, makan makanan tinggi serat
gangguan  Tidur dan istirahat yang cukup
pencernaan  Manajemen stres
 Lakukan relaksasi bernafas dalam/meditasi/yoga
 Hentikan kebiasaan merokok
8. Merasa sulit  Mengubah sudut pandang akan permasalahan atau situasi
berpikir jernih menantang dalam hidupnya, sekalğus cara ia bereaksi
terhadap permasalahan tersebut.
 Berbagi pikiran dan perasaan dengan orang terdekat yang
dipercaya, bertukar ide/gagasan untuk melihat dari berbagai
sudut pandang dan mempertimbangkan peluang dan
kesempatan yang ada.
9. Merasa tidak  Bersyukur, fokus pada apa yang kita punya dan bisa kita
bahagia lakukan,
 Mengungkapkan perasaan secara asertif, tersenyum dan
tertawa,
 Sediakan waktu untuk diri sendiri (”me time”) seperti jalan-
jalan, nonton film, belanja, atau membaca buku,
mendengarkan music, dan aktivitas lain yang membuat
nyaman dan bahagia,
 Berdamai dengan kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
 Menulis jurnal harian, misalnya jurnal kebersyukuran yang
dapat berisi hal-hal positif yang ada pada diri dan orang-orang
terdekat, pencapaian positif, atau peristiwa baik yang pernah
dialami
10. Lebih sering  Mencurahkan perasaan pada orang yang dipercaya dapat
menangis membantu meringankan perasaan
 Mengelola stres
 Menerima kenyataan mengenai apa yang telah terjadi dan
menepis prasangka buruk yang hadir
 Memusatkan pada kegiatan dan suasana yang positif
 Olahraga dengan teratur, istirahat yang cukup dan pola tidur
baik.
11. Merasa sulit  Pilih kegiatan yang disukai yang menimbulkan kegembiraan
menikmati kegiatan dan rasa puas.
sehari-hari  Lakukan afirmasi (penegasan yang positif) terkait dengan
semua kegiatan yang menimbulkan kegembiraan.
12. Mengalami  Mengembangkan sikap mental responsif yaitu: duduk tenang,
kesulitan mengambil rileks, mencari informasi yang terukur, melakukan tindakan
keputusan yang tepat dan mengevaluasi hasilnya.
 Menguatkan diri saat menentukan pilihan sulit dan
menyiapkan diri menerima konsekuensinya
13. Pekerjaan sehari-  Membuat jadwal menyelesaikan pekerjaan.
hari terbengkalai  Mengerjakan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu.
 Mengerjakan secara bertahap.

82 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tanda dan Gejala Cara Mengatasi
pada SRQ
 Setiap selesai melakukan pekerjaan lakukan self-
reinforcement/positive self-talk “terima kasih diriku,
akhirnya aku bisa menyelesaikannya”
 Mengucap syukur
14. Merasa tidak  Mengupayakan untuk berpikir, berkata dan berperilaku positif
mampu berperan  Memikirkan kegiatan yang berguna dan melakukannya.
dalam kehidupan Menawarkan diri untuk menolong orang lain dengan dengan
(merasa tidak hal-hal sederhana.
bermanfaat)  Latihan mengucapkan “apa yang bisa saya bantu" disertai
ketulusan
15. Kehilangan minat  Bersosialisasi dan interaksi dengan keluarga, teman dan
terhadap banyak hal orang lain yang dekat/nyaman
 Terlibat dalam kegiatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
16. Merasa tidak  Mengingat kembali pengalaman keberhasilan, peristiwa
berharga menyenangkan yang dialami, dan menuliskan atau
menceritakannya pada orang lain
 Menuliskan semua hal positif yang dimiliki, dilanjutkan
positive self-talk.
 Lakukan self-reinforcement jika berhasil melakukan kegiatan.
17. Adanya pikiran  Curhat dan meminta untuk ditemani oleh orang yang
untuk mengakhiri dipercaya
hidup  Mengingat orang yang disayangi, menuliskan tujuan/cita cita
kehidupan
 Relaksasi
 Konsultasi dengan professional kesehatan jiwa
18. Merasa lelah  Olah raga secara rutin, latihan fisik dimulai dari yang ringan
sepanjang waktu dan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan fisik.
 Melakukan relaksasi dan manajemen stress
 Mengkomsumsi makanan sehat sesuai kebutuhan
 Istirahat tidur yang cukup (6-7 jam)
19. Merasa tidak enak  Minum air hangat, hindari makanan yang merangsang seperti:
di perut pedas, asam, berminyak dan kafein.
20. Mudah lelah  Melakukan kegiatan yang ringan dalam waktu singkat
diselingi dengan istirahat.
 Lakukan relaksasi dan manajemen stres.
21. Mudah marah dan  Latihan mengelola amarah dengan cara yang adaptif, tanpa
sulit meredakan menyakiti diri maupun orang Iain.
ledakan amarah  Mengenali tanda emosi marah dan hal yang memicu,
 Melakukan teknik menenangkan diri seperti relaksasi nafas
dalam dan relaksasi otot progresif,
 Mengekspresikan emosi melalui kata-kata (self-talk),
menulis, melukis, dll dengan tujuan mengalirkan emosi
 Melakukan problem solving

83 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tanda dan Gejala Cara Mengatasi
pada SRQ
22. Sering berbohong,  Melakukan problem solving
berbuat curang,  Mengembangkan perilaku pro-sosial dengan terlibat pada
berkelahi, mencuri kegiatan membantu orang Iain atau kelompok masyarakat
yang kurang beruntung (contoh: mengikuti ekskul yg bersifat
membantu orang lain)
 Bekerja sama dengan orang tua untuk menemukan dan
mengendalikan faktor-faktor dalam keluarga yang dapat
memicu munculnya permasalahan perilaku. Contoh: pola asuh
yang bersifat otoriter, adanya hukuman yang mengandung
unsur kekerasan, pengabaian, dll)
 Mengembangkan hubungan yang bersifat hangat dan saling
menghargai antara orang tua dengan anak: tetap menerapkan
aturan yang jelas dan realistis, memberikan penguatan positif
untuk perilaku positif yang dilakukan remaja, memberikan
konsekuensi yang bersifat logis jika remaja melakukan
perilaku negatif serta tidak menggunakan hukuman yang
mengandung unsur kekerasan
23. Perilaku inatensi  Latihan mengelola aktivitas dengan membuat jadwal, checklist
dan/atau tugas dan kegiatan, dll.
hiperaktivitas:  Menyiapkan setting yang mendukung saat belajar atau
mengerjakan tugas. Contoh: menyingkirkan benda yang dapat
a. gelisah, terlalu mengganggu perhatian, memilih tempat yang sepi,
aktif, tidak dapat memastikan posisi düdük nyaman, dil
diam lama;  Latihan menunda keinginan dan perilaku impulsif dengan
b. terus bergerak prinsip "berhenti, lihat, dengar, dan pikirkan (apa manfaatnya
dengan resah; bagiku)" sebelum melakukan sesuatu
c. perhatian mudah  Mengenali tekanan atau emosi tertentu yang dapat
teralih, meningkatkan kemunculan perilaku hiperaktif, impulsif, dan
konsentrasi buyar; terganggunya perhatian.
d. bertindak tanpa  Berlatih menyikapinya dengan menerapkan teknik relaksasi,
pemikiran yang positive self-talk, dan berbagai cara lainnya untuk
matang; menenangkan diri.
e. tidak mampu  Menyalurkan energi melalui aktivitas fisik dan aktivitas
menyelesaikan sosial yang positif seperti misalnya berolah raga.
tugas şampai
selesai
24. Permasalahan  Mengidentifikasi situasi atau interaksi sosial yang dihindari
dengan teman serta faktor yang melatarbelakangi.
sebaya:  Latihan keterampilan sosial seperti bagaimana menyapa,
memperkenalkan diri, membangun percakapan, cara
a. cenderung menanggapi orang lain dengan cara role play
menyendiri;  Latihan membela diri dan bersikap asertif, yatu berani
b. sulit menjalin menyatakan pendapat secara jujur dan tegas dan dilakukan
persahabatan dengan cara yang positif
dengan  Mengenali kelebihan diri dan mengembangkan hobi atau
sebaya/tidak minat untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri
punya teman baik; Menumbuhkan motivasi untuk terlibat dalam aktivitas

84 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tanda dan Gejala Cara Mengatasi
pada SRQ
c. tidak disukai kelompok yang positif seperti ekstrakurikuler, klub, atau
dan/atau diganggu kelompok hobi sehingga jalinan pertemanan menjadi lebih
remaja lain luas

85 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN INTI 2:

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KIPK DALAM UPAYA


PROMOTIF DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS

86 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

87 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang implementasi komunikasi efektif dan KIP-K
dalam Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas meliputi konsep
dasar komunikasi efektif, pengembangan strategi komunikasi efektif, serta penerapan
metode dan teknik KIP-K dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas.

Mengacu pada hal tersebut diatas, maka ruang lingkup materi inti II dalam modul
pelatihan bagi pelatih (TOT) ini meliputi: 1) Konsep dasar komunikasi efektif dalam
upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas; 2) Penyusunan dan penerapan strategi
komunikasi efektif upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas; 3) Penerapan Metode
dan Teknik KIP&K dalam upaya preventif kesehatan jiwa di puskesmas.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu melakukan
komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa dan KIP-K dalam upaya
preventif kesehatan jiwa di masyarakat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta pelatihan pelatih (TOT) dapat:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar penerapan komunikasi efektif dalam upaya promotif
kesehatan jiwa di puskesmas.
2. Menyusun strategi komunikasi efektif sesuai dengan arah dan tujuan upaya promotif
kesehatan jiwa di puskesmas.
3. Melakukan strategi komunikasi efektif kesehatan jiwa dalam peningkatan upaya
promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
4. Menerapkan metode dan teknik KIP&K dalam upaya preventif pelayanan kesehatan
jiwa di puskesmas.
5. Menerapkan KIP&K dalam upaya preventif pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas.

88 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelajaran ini adalah:
Materi Pokok 1: Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa Di Puskesmas

Materi Pokok 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam Upaya Promotif
Kesehatan Jiwa Di Puskesmas.

WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 8 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 4 JPL
Penugasan. 2 JPL Praktik Lapangan

89 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

90 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
…………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 1:
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM UPAYA PROMOTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
…………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Komunikasi efektif serta Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam
pelayanan kesehatan jiwa, merupakan intervensi strategis, terutama dalam peningkatan akses
masyarakat terhadap upaya promotif maupun preventif kesehatan jiwa di puskesmas.
Peningkatan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan jiwa, merupakan salah satu
indikator kinerja puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer di era transformasi
sistem kesehatan nasional.
Komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas diarahkan
untuk : 1) mendapatkan dukungan kebijakan serta sumberdaya dari para pengambil
keputusan/ penentu kebijakan maupun pimpinan lintas sektor dan dunia usaha, agar upaya
kesehatan jiwa masyarakat dapat diselenggarakan lebih luas di berbagai tatanan potensial; 2)
mendapat dukungan peran serta lintas sector, organisasi kemasyarakatan serta tokoh
masyarakat untuk mau terlibat aktif dalam menciptakan lingkungan kehidupan yang kondusif
di masyarakat (penerimaan terhadap kegiatan dalam upaya promotif kesehatan jiwa yang
diselenggarakan di suatu wilayah kerja puskesmas); 3) memobilisasi potensi (penguatan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dan peningkatan peran masyarakat dalam pengembangan
UKBM/UKJBM yang terkait dengan kegiatan promotif- preventif kesehatan jiwa di
masyarakat; 4). meningkatkan kemampuan individu dalam melakukan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial; 5) meningkatkan berbagai jenis upaya
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang bersifat promotif.
Selanjutnya, Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) lebih diarahkan pada
upaya preventif kesehatan jiwa, yang dilakukan di tatanan potensial secara personal/ individu
maupun kelompok kecil. Layanan KIP&K kesehatan jiwa di puskesmas dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dengan layanan kesehatan lainnya (mengacu tatakelola transformasi
layanan kesehatan primer di puskesmas atau manajemen puskesmas) yaitu layanan yang
komprehensif dan berdasarkan siklus hidup. Dapat juga mendukung layanan kesehatan jiwa
yang diselenggarakan di Posyandu secara terintegrasi dengan layanan kesehatan lainnya.
Selain itu,

91 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
juga mendukung upaya preventif layanan kesehatan jiwa di sekolah, tempat kerja, pondok
pesantren, di tempat ibadah dan tatanan potensial lainnya.
Secara umum, gambaran permasalahan kesehatan jiwa yang terbanyak di Indonesia
adalah kecemasan, bullying, tindak kekerasan, depresi, penggunaan NAPZA dan lainnya
(lihat permasalahan kesehatan jiwa yang telah diuraikan pada Materi Pelatihan Inti 1),
dimana masalah ini sering kali menimbulkan kekacauan atau ketidakharmonisan lingkungan
kehidupan bermasyarakat di Indonesia, diantaranya adalah meningkatnya kejadian tawuran
anak sekolah, tawuran antar kelompok masyarakat, kekerasan pada anak/anak sekolah, KDRT
serta peningkatan tindakan kriminal lainnya.
Untuk mengantisipasi permasalahan kesehatan jiwa tersebut, tidak bisa diselesaikan
melalui upaya kesehatan jiwa yang dilakukan oleh sektor kesehatan saja, melainkan perlu
peran aktif lintas sektor dan semua komponen masyarakat, serta mendapat dukungan
kebijakan dari pengambil keputusan. Sehubungan dengan itu, maka petugas puskesmas
diharapkan mempunyai kemampuan di bidang komunikasi efektif serta Komunikasi
Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam upaya preventif (terutama deteksi dini dan
intervensi) kesehatan jiwa di institusi/ lembaga serta masyarakat yang ada di wilayah
kerjanya.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat menjelaskan konsep dasar
komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, kemudian mengembangkan dan
menjelaskan penerapan strategi komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan jiwa yang
diselenggarakan oleh puskesmas.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
1. Pengertian, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan prinsip Komunikasi Efektif
2. Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif
3. Penerapan Strategi Komunikasi Efektif

92 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 1:
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM UPAYA PROMOTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
…………………………………………………………………………………..
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang Komunikasi Efektif Dalam Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa, apa yang Saudara ketahui tentang pengertian, tujuan
serta ruang lingkup dari materi inti 1 tersebut.
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang Konsep Dasar serta Implementasi
Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.

Pengertian, Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup Komunikasi Efektif Dalam Upaya
Promotif Kesehatan Jiwa.

1. Pengertian Komunikasi Efektif


Komunikasi merupakan proses pengalihan ide dari satu sumber ke satu penerima atau
lebih dengan tujuan agar mengubah tingkah laku (Everett M. Rogers). Selanjutnya, beberapa
ahli mengemukakan arti komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (baik verbal,
non- verbal maupun emosional) dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
media tertentu sehingga terjadi kesamaan pemahaman, yang dapat memberikan efek/
pengaruh (terhadap pemahaman, sikap, perilaku) tertentu pada komunikan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan oleh komunikator.
Mengacu pada pengertian komunikasi tersebut, maka komunikasi efektif dapat diartikan
sebagai kegiatan komunikasi yang dapat meningkatkan pengetahuan, membangun sikap
yang positif, terjalin hubungan yang baik antara komunikator dengan komunikan dan
tidak terjadi salah persepsi, sehingga tujuan komunikasi tersebut dapat tercapai.
Dengan demikian, komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, merupakan
suatu proses komunikasi yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan, kepedulian, peran
serta atau pemberian dukungan, terjalin hubungan kemitraan serta pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan secara terintegrasi, holistik (terkait dengan nilai-nilai), komprehensif
(bersama- sama) dan berkesinambungan oleh sector kesehatan maupun lintas sector
(stakeholders), untuk mencapai target kinerja kesehatan jiwa yang telah ditetapkan.

93 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Tujuan Komunikasi Efektif
Tujuan komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas, mengacu
pada penjelasan Materi Pelatihan Inti 1, meliputi:
a. Mendapatkan dukungan kebijakan serta sumberdaya dari para pengambil keputusan
maupun pimpinan lintas sector dan dunia usaha, agar upaya kesehatan jiwa
masyarakat dapat diselenggarakan lebih luas di berbagai tatanan potensial, untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal;
b. Menghilangkan stigma dan diskriminasi serta pelanggaran hak asasi ODMK, sehingga
terwujud lingkungan kehidupan yang kondusif di masyarakat.
c. Memobilisasi potensi mitra dan peran lintas sector, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, tokoh masyarakat serta masyarakat umum dalam penyelenggaraan
upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan di wilayah kerja puskesmas sesuai
kewenangannya.
d. Menggerakan peran serta masyarakat untuk mengembangkan Upaya Kesehatan Jiwa
Berbasis Masyarakat (UKJBM).
e. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan skrining/deteksi dini serta
layanan intervensi kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan puskesmas.
f. Meningkatkan pemberdayaan individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
melakukan pola asuh yang sehat, deteksi dini serta mencari layanan kesehatan jiwa
yang dibutuhkan secara mandiri.

3. Sasaran Komunikasi Efektif


a. Sasaran primer
Adalah individu, keluarga, kelompok masyarakat serta lembaga yang menjadi sasaran
utama upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
b. Sasaran sekunder.
Adalah lintas sektor, petugas kesehatan, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, TP.PKK, tokoh agama/masyarakat/ kader/ relawan, serta dunia
usaha/ pihak swasta, yang mempunyai potensi untuk mendukung atau melakukan
intervensi upaya promotif kesehatan jiwa pada sasaran primer dan tersier.

94 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
c. Sasaran tersier
Adalah sasaran yang mempunyai potensi serta kewenangan dalam memberikan
dukungan kebijakan serta sumberdaya dalam penyelenggaraan upaya promotif dan
preventif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.

4. Ruang Lingkup Komunikasi Efektif


Ruang lingkup komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas,
meliputi:
a. Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
b. Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa .
c. Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (institusi/lembaga, rumah tangga, dll)
d. Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).

5. Prinsip Komunikasi Efektif


Ada beberapa prinsip penerapan komunikasi efektif yang harus dipahami oleh petugas
puskesmas agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, yaitu:
a. Keberhasilan komunikasi efektif ditentukan oleh niat baik yang ada di dalam diri
petugas /komunikator (soft-sklill) serta kemampuan dalam membangun hubungan
yang baik dengan sasaran (komunikan), melalui penerapan metode dan teknik
komunikasi yang sesuai meliputi verbal, non-verbal dan emosional (emotional touch)
serta penggunaan media komunikasi yang efektif.
b. Komunikator harus mengenali karakteristik komunikan, termasuk nilai-nilai,
sosial budayanya, kemampuannya, termasuk apa yang disukai dan tidak disukai, dll,
sehingga pesan (ide/ gagasan/ inovasi) yang disampaikan dapat diterima bahkan
mendapat dukungan yang berdampak pada pencapaian tujuan.
c. Petugas Kesehatan tidak selalu bisa dipandang sebagai komunikator yang efektif
oleh komunikan, sehubungan dengan itu petugas kesehatan harus dapat didampingi
oleh komunikator lain, yang mempunyai hubungan yang terdekat dan pengaruh yang
terkuat dengan komunikan/ sasaran, misalnya: tokoh masyarakat, tokoh agama, guru,
tokoh remaja, pejabat publik, dll. Dengan demikian komunikasi efektif dapat berjalan
dengan baik, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
d. Komunikator diharapkan dapat melakukan kegiatan komunikasi efektif sesuai
dengan tahapan atau strategi komunikasi efektif agar tujuan upaya promotif-
95 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
preventif kesehatan jiwa dapat tercapai, sesuai dengan ruang lingkup yang telah
ditetapkan.
e. Status petugas kesehatan (komunikator) adalah sebagai katalisator, motivator,
fasilitator, sedangkan komunikan adalah sebagai subyek dan bukan obyek semata.
Oleh sebab itu, petugas kesehatan harus mampu melakukan perannya sebagai
katalisator, motivator dan fasilitator tersebut.

Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di


Puskesmas.

Pengembangan strategi komunikasi efektif tersebut, mengacu pada pencapaian tujuan


serta ruang lingkup kegiatan yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya, pengembangan strategi
komunikasi efektif meliputi:
a. Kegiatan Pokok
b. Tujuan
c. Sasaran
d. Pesan kunci
e. Pendekatan komunikasi (Metode dan Teknik Komunikasi)
f. Saluran / Media Komunikasi
g. Desain materi komunikasi
h. Pelaksana
Pengembangan strategi komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, mengacu
pada ruang lingkup kegiatan komunikasi efektif tersebut, yaitu:
1. Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Kegiatan Advokasi upaya promotif
kesehatan jiwa.
a. Pengertian advokas
Secara umum pengertian advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif (JHU, 1999). Mengacu pada
pengertian umum tersebut, maka advokasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
merupakan serangkaian kegiatan komunikasi efektif untuk mempengaruhi pengambil
keputusan dengan cara: menyampaikan dan meyakinkan adanya permasalahan
kesehatan jiwa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, menyampaikan ide
tentang pentingnya melakukan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di masyarakat,
value

96 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
serta dukungan yang diharapkan untuk meningkatkan status kesehatan jiwa masyarakat
yang ada di wilayah kerjanya.

b. Tujuan advokasi
1) Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya melakukan upaya promotif dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat.
2) Meningkatkan pemahaman tentang peran dan tanggung jawabnya dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat secara optimal.
3) Meningkatkan pemahaman tentang adanya permasalahan kesehatan jiwa di
masyarakat yang ada di wilayah kerjanya yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya untuk diatasi.
4) Tertarik/ terdorong untuk menjadikan upaya promotif kesehatan jiwa tersebut
menjadi agenda kegiatan prioritas.
5) Bertindak memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
melakukan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerjanya, terutama
mendukung pencapaian indikator kinerja kesehatan jiwa sesuai tugas tanggung
jawab, potensi dan kewenangannya.

c. Sasaran
1) Penentu Kebijakan/ Pengambil Keputusan.
 Camat
 Kepala Desa/ Lurah
 Ketua TP.PKK
 Kepala Institusi/ Dinas/ Lintas Sektor terkait
 Pimpinan Perusahaan/ Tempat Kerja
 Ketua / Pimpinan Pondok Pesantren
 Ketua Majelis Tempat Ibadah

2) Mitra potensial pendukung kegiatan advokasi.


 Pengurus TP.PKK/ Organisasi Kemasyarakatan, Kelompok Peduli, Organisasi
Profesi-PGRI, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Media Komunikasi Massa,
dll
 Tim Pembina UKS/Madrasah

97 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Tim Pembina Posyandu (Tim Pokjanal Posyandu Tk Kecamatan / Tim Pokja
Posyandu Tingkat Desa/Kelurahan).

d. Pesan Kunci
1) Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2) Bahwa gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara;
3) Dalam lagu kebangsaaan Indonesia Raya, dinyatakan bahwa yang utama adalah
bangunlah jiwanya, baru kemudian bangunlah badannya. Artinya, kesehatan jiwa
mempengaruhi kesehatan badan/fisik.
4) Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa lebih efektif dan efisien, dibanding
kuratif-rehabilitatif.
5) Gangguan kesehatan fisik pasti disertai dengan gangguan kesehatan jiwa, oleh
sebab itu pelayanan kesehatan jiwa perlu dilakukan secara terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan umum/fisik.
6) Peningkatan kejadian Tawuran, Bullying, Tindak Kekerasan, penggunaan Napza,
tindakan kriminal, dll menunjukan adanya peningkatan Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK), harus dilakukan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa,
yang diawali dengan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
7) Permasalahan kesehatan jiwa/ODMK mengganggu kenyamanan dan situasi
keamanan lingkungan kehidupan di suatu wilayah.
8) Status kesehatan jiwa masyarakat menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah
pusat dan daerah (Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah serta
Semua Komponen Masyarakat).
9) Pencapaian Target Cakupan Skrining/Deteksi Dini serta Layanan Intervensi
Kesehatan Jiwa, di suatu wilayah kerja tertentu, memerlukan dukungan kebijakan
serta sumberdaya dari pihak pengambil keputusan di wilayah kerja setempat.

98 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
e. Tahapan melakukan advokasi
Ada beberapa tahapan dalam kegiatan advokasi, agar tujuan dapat tercapai. John
Hopkins University–Center for Communication Program (JHU–CCP), 1988
mengembangkan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan advokasi yang dikenal
sebagai bagan “A” (A Frame) yang terdiri dari 6 (enam) tahapan. Selain itu,
pengembangan penerapan Health in All Policy (HiAP) ditetapkan berdasarkan Helsinki
Statement the 8 th Global Converence on Health Promotion di Finlandia pada Juni
2013 juga menetapkan 6 (enam) tahapan yang bisa diselaraskan, yaitu :

“A” frame

3
Mobilisasi

2 4
Strategi Tindakan/ Aksi
6

5
1
Evaluasi
Analisis

Tahap 1: Analisis
 Analisis isu atau masalah
o Melakukan identifikasi isu atau besarnya permasalahan kesehatan jiwa yang ada
di wilayah kerja puskesmas, berdasarkan data yang akurat (laporan puskesmas
tentang hasil skrining /deteksi masalah kejiwaan, pencatatan kejadian tindakan
kekerasan/ kriminal / penggunaan Napza/ dari instansi lain yang ada di wilayah
kerja puskesmas).
o Melakukan identifikasi upaya mengatasi permasalahan tersebut, apakah sudah
memadai atau belum.
o Melakukan analisis pentingnya mengatasi permasalahan kesehatan jiwa tersebut
melalui upaya promotif kesehatan jiwa yang lebih efektif dan efisien dibanding
dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.

 Analisis publik
o Melakukan identifikasi instansi/ lintas sektor, unsur organisasi kemasyarakatan,
pihak swasta/ dunia usaha maupun kelompok komponen masyarakat yang
merasakan atau mengalami adanya permasalahan kesehatan jiwa.

99 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
o Melakukan identifikasi keuntungan/ value yang diperoleh dari instansi/ lintas
sektor, unsur organisasi kemasyarakatan, pihak swasta/ dunia usaha maupun
kelompok komponen masyarakat, apabila mendukung penyelenggaraan upaya
promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas, sesuai dengan potensi dan
kewenangannya.
o Melakukan identifikasi penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa yang
bisa dintegrasikan dengan kegiatan / upaya yang sudah ada (misalnya dengan
kegiatan UKS/Madrasah, HRD di Perusahaan, Pengembangan Perilaku
Organisasi, dll).

 Analisis kebijakan
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya kebijakan terkait dengan
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya dukungan sumberdaya untuk
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya usulan bentuk kebijakan (Surat
Keputusan/ Surat Edaran, dll) serta dukungan sumberdaya (dana, sarana, tenaga,
dll) guna meningkatkan penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa
masyarakat, di wilayah kerja Puskesmas.

 Analisis sumberdaya
o Melakukan identifikasi ada / tidaknya dukungan anggaran atau dana
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa.
o Melakukan identifikasi kebutuhan serta adanya potensi sumberdana yang dapat
dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan upaya promotif kesehatan
jiwa
o Melakukan identifikasi kebutuhan sarana-prasarana untuk penyelenggaraan
upaya promotif kesehatan jiwa.

Tahap 2: Pengembangan Strategi Advokasi


 Melakukan identifikasi sektor-sektor utama atau berbagai pihak yang
berpengaruh/ potensial terhadap pelaksanaan kegiatan advokasi.
 Membangun kemitraan dan membentuk Tim Advokasi terkait dengan pelaksanaan
kegiatan advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan sumberdaya dalam

100 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial
(mis: di sekolah, pabrik, tempat kerja, tempat ibadah, pondok pesantren, rumah
tangga, dll) yang ada di wilayah kerja puskesmas.
 Mengembangkan strategi pelaksanaan advokasi, meliputi penetapan jenis
kegiatan, tujuan, sasaran, pesan kunci dan media, pendekatan komunikasi, pihak
yang terlibat, kebutuhan sumberdaya serta hasil yang diharapkan.
 Membuat berbagai jenis media advokasi yang berisi pesan kunci dan value/
manfaat bila upaya promotif kesehatan jiwa dilaksanakan.
 Dalam strategi tersebut, ada upaya penggerakan dan pengorganisasian potensi
mitra potensial yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan advokasi tersebut.

Tahap 3: Mobilisasi
 Melakukan workshop/ temu kerja Tim Advokasi untuk merancang /
mempersiapkan dukungan kebijakan dan sumberdaya agar upaya promotif dan
preventif dapat dilaksanakan di berbagai tatanan potensial.
 Menyusun draf kebijakan yang mendukung penyelenggaraan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa, misalnya: Draf Surat Keputusan Tim Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan; Draf Kebijakan
misalnya dalam bentuk surat edaran, dll tentang Penyelenggaraan Upaya Promotif
Kesehatan Jiwa yang ditetapkan oleh Pimpinan Lintas Sektor/ Pimpinan
Perusahaan/ Pimpinan Tempat Kerja/ Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan/
Penanggung Jawab Tembat Ibadah, dll.
 Penetapan / penandatangan draf dukungan kebijakan tersebut.
 Sosialisasi kebijakan yang telah ditetapkan, untuk dilaksanakan (masih pada tahap
ujicoba).

Tahap 4: Tindakan Aksi


 Tiap tatanan potensial menyusun Rencana Aksi Penyelenggaraan Upaya Promotif-
Preventif sesuai dengan potensi, kewenangan serta ketersediaan sumberdaya.
 Melaksanakan Rencana Aksi tersebut serta membuat dokumentasi kegiatan. Pada
kegiatan ini sector kesehatan diharapkan dapat melakukan pemantauan atau
fasilitasi agar kegiatan yang direncanakan bisa berjalan dengan lancar dan dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan.

101 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tahap 5: Evaluasi
 Melakukan persiapan kegiatan evaluasi, dengan menetapkan indikator input-
proses dan output terkait dengan penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa
di berbagai tatanan atau yang sudah dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas.
 Menyusun instrument atau pedoman evaluasi
 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan evaluasi
 Menyelenggarakan pertemuan evaluasi penerapan kebijakan pelaksanaan kegiatan
upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan (walaupun tatanan garapan
masih terbatas).
 Menyusun rekomendasi penyempurnaan / perbaikan/ peningkatan kegiatan upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa di setiap tatanan, sebagai bahan untuk
menyusun rencana kegiatan yang akan datang.

Tahap 6: Kesinambungan
 Melaksanakan kajian sederhana tentang ujicoba penerapan kebijakan dalam
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di tatanan yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
 Menyelenggarakan pertemuan untuk membahas rekomendasi hasil evaluasi,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana tindak lanjut.

Merancang Kegiatan Advokasi:


1. Jenis Advokasi Kesehatan
a. Advokasi reaktif terjadi apabila sasaran advokasi sudah merasakan adanya
masalah penting yang harus diatasi.
b. Advokasi pro-aktif apabila masalah telah terjadi, namun sasaran advokasi belum
memahami bahwa hal itu merupakan suatu masalahnya dan belum ada
kepedulian. Petugas advokasi harus melakukan kegiatan advokasi secara pro-aktif
Kegunaan mengetahui jenis advokasi ini adalah untuk merancang dan menentukan pesan
atau bahan advokasi yang sesuai agar tujuan advokasi dapat mencapai harapan atau tujuan
yang diinginkan.

102 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Lembar Kerja Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Advokasi Upaya Promotif Keswa
di: Kecamatan atau Desa/Kelurahan
Isu strategis Tuliskan isu strategis berdasarkan hasil analisa situasi.

Tujuan advokasi Jelaskan dukungan apa yang diperlukan dari pejabat


publik dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa
mengacu pada isu strategis tersebut (dukungan kebijakan
atau sumberdaya/dana)

Sasaran advokasi Jelaskan siapa sasaran advokasi, ada di mana. Misalnya:


Camat, Kepala Desa/Lurah, Kepala Sekolah, Pimpinan
Tempat Kerja, dll di … Kec/ Desa/Kelurahan….., dll
Jelaskan pula kewenangan atau potensi yang dimiliki
oleh pejabat publik tersebut dalam
mengatasi masalah kesehatan jiwa atau
isu strategis tersebut.
Pemosisian pesan Buatlah pemosisian pesan yang dapat membangun atau
meningkatkan citra/value pejabat publik tersebut.

Metode dan teknik Tetapkan dan siapkan dengan baik metode dan teknik
advokasi advokasi, terkait dengan penggunaan media advokasi.

Pesan janji Tetapkan serta jelaskan kerugian dan keuntungan yang


diperoleh pejabat publik apabila memberikan dukungan
kebijakan/ sumberdaya dalam mengatasi masalah
kesehatanjiwa tersebut.

Pernyataan pendukung Alasan-alasan pendukung tentang pentingnya upaya


promotif-preventif kesehatan jiwa dalam meningkatkan
kualitas SDM, Produktifitas, Keamanan Lingkungan, dll
misalnya dari hasil penelitian, fakta-fakta yang ada,
pengakuan / testimoni, kisah sukses, ilustrasi, anjuran
orang terkenal, grafik, gambar, dll
Misalnya: Kab. K upaya promotif kesehatan jiwa dapat
mempercepat penurunan stunting, penyakit menular dan
PTM, sehingga dapat dapat menghemat dana Jamkesda
untuk penanganan kasus / penderita PTM, Penyakit
Menular, dll

Respon yang diinginkan Merupakan tindakan spesifik yang diharapkan dilakukan


oleh Pejabat Publik untuk memberikan dukungan
kebijakan (Surat Instruksi/ Edaran, SK Tim, Instruksi
Pengembangan UKJBM, Layanan Skrining Keswa,
Menyelenggarakan Layanan KIPK Keswa, dll) untuk
mencegah dan mengendalikan masalah kesehatan jiwa
yang ada di masyarakat. Kemudian, memberikan
dukungan dana/anggaran untuk kegiatan promotif
kesehatan jiwa di masyarakat .

103 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Nada penyampaian Himbauan, emosional, mengajak, meneladani, rasa
bangga, dll

Media yang digunakan Tetapkan jenis media yang akan dipergunakan untuk
menempatkan pesan tersebut. Jenis media bisa lebih dari
satu (fact-sheet/ Lembar Fakta, standing banner, giant
banner, video, media komunikasi massa, media social,
dll).

Pembagian peran dan Tetapkan serta rinci secara jelas peran setiap anggota
tanggung jawab dari Tim Tim Advokasi (anggota kelompok) dalam pelaksanaan
Advokasi (Kelompok kegiatan advokasi, misalnya:
Pelatihan) 1. Penanggung jawab kegiatan Advokasi.
2. Penyusun skenario dan rundown kegiatan advokasi.
3. Menjadi MC atau pembawa acara
4. Penerima tamu, yang mempersilahkan tamu
undangan duduk pada tempat yang telah disediakan.
5. Penyiapan bahan presentasi
6. Penyaji materi
7. Moderator
8. Pembaca testimony bila ada
9. Tim yang menjawab pertanyaan/ verifikasi dari
sasaran advokasi
10. Penulis kesepakatan atau hal-hal penting pada papan
flipchart atau komputer.
11. Notulen dan pembaca kesimpulan hasil advokasi.
12. Penyiapan, pemasangan dan pembagian media
(termasuk pemberian lembar fakta kepada
sasaran advokasi)
13. Perlengkapan yang memastikan fungsi sound sistem,
LCD, Laptop, meja, kursi, papan flipchart, konsumsi,
akomodasi,dll
14. Pemantau waktu pelaksanaan advokasi.
15. Dokumentasi kegiatan advokasi.
16. dll

Tetapkan rincian acara Rinci dan tetapkan rincian acara serta alokasi waktu
kegiatan advokasi yang dibutuhkan (rundown), misalnya:
1. Penerimaan tamu
2. Pemutaran radio spot atau filer kesehatan jiwa
3. Ucapan selamat datang serta pembacaan rincian
acara
4. Pembukaan , perkenalan serta penyampaian tujuan
pertemuan
5. Doa
6. Penyajian materi advokasi
7. Pembagian media advokasi kepada peserta
8. Pembacaan testimoni
9. Lobi atau negosiasi
10. Diskusi dan tanya jawab

104 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
11. Penyampaian kesimpulan (hasil notulen) serta
komitmen hasil advokasi
12. Sambutan penutup
13. Doa penutup

Laporan pelaksanaan Jelaskan secara rinci proses serta hasil pelaksanaan


kegiatan advokasi advokasi, termasuk permasalahan yang dihadapi.

 Mempersiapkan sarana dan media advokasi yang diperlukan.


 Mempersiapkan bahan atau materi presentasi, serta menguasai substansi yang
dibahas dalam kegiatan advokasi.
 Mempersiapkan keterampilan diri, dengan melakukan latihan sesuai peran dan
tanggung jawabnya, seperti yang tertera dalam lembar kerja.

105 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pengembangan Strategi Komunikasi Advokasi dalam Peningkatan Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas

No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Analisa Situasi  Kajian data Diperolehnya  Camat Lihat diatas  Kajian laporan Media advokasi:  Laporan  Petugas
Masalah Keswa informasi yang akurat  Kades/Lurah  WPD  Meia cetak kegiatan Puskesmas
 Upaya yang tentang:  Ketua TP.PKK  FGD : Fact-sheet,  Media sosial dibantu
dilakukan  Masalah Keswa.  Komite dll Poster, petugas
 Kebijakan yang  Upaya yang Sekolah/Kepala Standing Lintas
ada dilakukan Sekolah banner, dll Sektor/
 Kebijakan yang  Kebijakan/  Pimpinan Perusahaan/  Media relawan
diusulkan dukungan yang ada. Tempat Kerja elektronik :
 Dukungan  Kebijakan/dukungan  Pimpinan Pondok video, dll
sumberdaya yang yang diharapkan Pesantren  Media
diusulkan  Pimpinan presentasi
Innstansi ASN  Media sosial
 Pimpinan Lapas
Dll yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
2. Pembentukan  Identifikasi  Diperolehnya  Tim PKK Lihat diatas  Komunikasi  Media  Komunikasi Petugas
Tim Advokasi mitra potensial informasi tentang  Organisasi langsung : elektronik : tatap muka Puskesmas
 Melakukan mitra potensial yang Kemasyarakatan lobi, video, dll  Komunikasi
pendekatan mendukung upaya  Organisasi Profesi presentasi  Media Sosial
kemitraan advokasi keswa.  Lintas Sektor dalam presentasi
 Pembentukan  Adanya kesamaan  Tokoh seminar, rapat  Media sosial
Tim Advokasi pemahaman Masyarakat kerja, dll
tentang Peduli Keswa  Komunikasi
pentingnya upaya tidak langsung
promotif keswa.
 Adanya
kesepakatan
memberi dukungan
terhadap kegiatan
advokasi keswa
 Adanya kesediaan
menjadi Tim
Advokasi
Modul Pelatihan
106Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
3 Pengembangan Melakukan  Adanya penetapan Mendukung kegiatan Tageline  Mendukung idem  Komunikasi Tim Media
media advokasi identifikasi media beberapa jenis advokasi di : Slogan Komunikasi tatap muka
advokasi keswa media advokasi  Kecamatan, Gambar langsung :  Komunikasi
yang dibutuhkan  Dibuatnya Desa/Kelurahan Kata-kata yang lobi, Sosial
desain media  Sekolah mengarah pada presentasi
Mengembangkan advokasi  Pondok Pesantren tujuan advokasi dalam
desain media  Digandakannya  Tempat kerja seminar, rapat
berbagai jenis media  LAPAS, dll kerja, dll
advokasi  Komunikasi
tidak langsung

4 Pertemuan Pembahasan Adanya kesepakatan Petugas  Dukungan Pertemuan Fact-sheet Media Kepala
persiapan kegiatan advokasi tentang : Puskesmas Lintas Lintas Sektor Lintas Sektor/ Media presentasi komunikasi tatap Puskesmas
 Tujuan advokasi Sektor menentukan Lokmin muka beserta staf.
 Sasaran advokasi Tim Advokasi keberhasilan
 Petugas/ Tim advokasi
pelaksana Advokasi keswa
 Prosedur  Kejelasan
pelaksanaan Agenda
advokasi. kegiatan
 Rencana dan Jadwal Advokasi,
pelaksanaan memperjelas
kegiatan advokasi memperlancar
pelaksanaan
kegiatannya.

Modul Pelatihan
107Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
5 Pelasanaan Kegiatan Advokasi  Adanya kesamaan Camat  Permasalahan  Presentasi  Lembar Media Kepala
kegiatan melalui pertemuan pemahaman Lintas Sektor Tk. Keswa  Diskusi Komitmen komunikasi tatap Puskesmas
advokasi di: tentang Kecamatan  Pentingnya  Pendekatan muka beserta staf.
 Kecamatan pentingnya upaya Ketua TP.PKK Kec Upaya Pribadi: lobi  Penandatangan
 Desa/Kelurahan promotif dalam preventif-  Penggalangan Kesepakatan Media Lintas sector
 Sekolah dengan meningkatkan Kepala Sekolah SLTA/ promotif komitmen/ dukungan komunikasi dan tokoh
Komite/Kepala derajat keswa di Sederajat keswa Kesepakatan kebijakan serta sosial. masyarakat
Sekolah SLTA/ masyarakat. Komite Sekolah  Dukungan sumberdaya
Madrasah. kebijakan dan  Penggunaan dalam
 Pondok  Adanya komitmen/ Kepala Desa/Lurah dukungan berbagai pelaksanaan
Pesantren, kesepakatan untuk Ketua TP.PKK Desa/ sumberdaya media upaya
 Instansi ASN mendukung upaya Kelurahan. dalam advokasi promotif-
 Tempat Kerja/ promotif keswa BPD/LKD pencapaian (cetak- preventif keswa
Perusahaan/ dalam mengatasi target elektronik- di wilayah kerja
Pabrik masalah keswa serta Pimpinan Pondok deteksi dini medos) puskesmas.
 dll meningkatkan Pesantren dan
cakupan deteksi dini Tokoh Agama intervensi
dan layanan PB. NU layanan keswa  Draf kegiatan
intervensi keswa. Pimpinan Tempat Ibadah di tatanan / upaya
(penandatanganan lembaga. promotif-
pemberian Pimpinan Tempat Kerja/ preventif keswa
dukungan). Pabrik di wilayah kerja
puskesmas.

Modul Pelatihan
108Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
6 Melakukan Pertemuan  Upaya promotif idem Upaya Promotif-  Rapat kerja  Dukungan  Surat Edaran Kepala
pemantauan Musrenbang keswa masuk dalam Preventif  Lokakarya kebijakan atau Surat Puskesmas
dan evaluasi Tingkat Kecamatan/ agenda program Kesehatan Jiwa  Wawancara (Surat Edaran, Keputusan beserta staf.
kegiatan Desa/ Kelurahan prioritas, baik di ditetapkan Mendalam Surat
advokasi tingkat kecamatan sebagai program  Diskusi Keputusan, dll)  Petunjuk Lintas sector
maupun prioritas yang Interaktif Teknis RAN- dan tokoh
Desa/Kelurahan. didukung oleh  Rencana Aksi RAB kegiatan masyarakat
 Adanya dukungan lintas sector dan dan RAB promotif dan
kebijakan, dana/ diselenggarakan kegiatan dilaksanakan di
anggaran atau di tatanan promotif Keswa tatanan
sumberdaya lainnya potensial yang akan potensial
untuk kegiatan dilaksanakan di
promotif keswa di Semua berbagai  Petunjuk
tatanan potensial di instansi/ tatanan Teknis Program
wilayah kerja lembaga/ potensial. Keswa
puskesmas. komponen terintegrasi
 Kesehatan Jiwa masyarakat dengan
masuk dalam harus Pengembangan
program mendukung Desa Peduli
Pengembangan upaya promotif Kesehatan
Desa Peduli kesehatan jiwa (SDGs).
Kesehatan di wilayah
kecamatan
sehingga target
kinerja yang
ditetapkan
dapat tercapai.

Modul Pelatihan
109Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
7 Menyusun Lokakarya atau Peningkatan Pelaksana Kegiatan Program kerja  Rapat kerja  RAN-RAB Petunjuk Teknis Petugas
kegiatan tindak workshop tentang pelaksanaan kegiatan Promotif di berbagai (RAN-RAB)  Wawancara kegiatan yang RAN-RAB Puskesmas
lanjut. Implementasi promotif keswa di tatanan potensial: kegiatan Mendalam/ sedang berjalan bersama
Kebijakan tentang tatanan potensial Sekolah, Ponpes, Tempat promotif keswa Diskusi  Dokumentasi Lintas Sektor
Pelaksanaan Upaya (mengacu pada Kerja, Tempat Ibadah, dll di tatanan yang kegiatan
Promotif Keswa Di penerapan kebijakan, ada di wilayah  Laporan
Tatanan Potensial penggunaan anggaran kerja kegiatan
yang tersedia, Puskesmas.  Dokumentasi
komitmen dari Lintas kegiatan tindak
Sektor) lanjut

Modul Pelatihan
110Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Kegiatan Sosialisasi dan Kampanye
Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
Pengembangan strategi komunikasi efektif ini diarahkan untuk mendukung upaya
menghilangkan stigma, diskriminasi serta pelanggaran hak asasi ODMK, menciptakan
lingkungan kehidupan sosial masyarakat yang kondusif untuk pertumbuhan dan
perkembangan jiwa yang sehat, penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai
kesehatan jiwa, pencegahan, skrining/deteksi dini dan penanganan rujukan.

a. Pengertian Sosialisasi dan Kampanye


Sosialisasi merupakan proses penyampaian sesuatu pesan yang bersifat inovatif, ide serta
gagasan yang bersifat sosial kepada publik/ khalayak masyarakat, baik dilakukan secara
langsung maupun secara tidak langsung, untuk membangun opini, mengubah tingkah laku,
dan kebiasan sasaran agar bersedia melakukan atau memberikan dukungan terhadap tujuan
yang diharapkan (Gunawan, 2012:198).
Kampanye pada dasarnya juga merupakan serangkaian usaha dan
tindakan komunikasi yang terencana, dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan komunikasi
dalam kurun waktu tertentu, dan secara berkelanjutan, untuk membangun opini, mengubah
tingkah laku publik/masyarakat agar mendapatkan dukungan sosial dari sejumlah besar
khalayak, baik perorangan, kelompok maupun massa, sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai (Rogers E. M. dan Storey J. D).
Mengacu pada pengertian tersebut, maka sosialisasi dan kampanye upaya promotif
kesehatan jiwa merupakan serangkaian kegiatan komunikasi yang dilakukan secara
terencana, terorganisir, berkesinambungan, melalui berbagai bentuk komunikasi secara
persuasif, dalam kurun waktu tertentu, untuk meningkatkan pengetahuan, membangun
opini/ sikap yang positif serta perilaku khalayak atau masyarakat sehingga mau memberikan
dukungan sosial terhadap pencapaian tujuan upaya promotif kesehatan jiwa yang ditetapkan.

b. Fungsi sosialisasi dan kampanye


Secara umum, fungsi sosialisasi dan kampanye adalah sebagai upaya penyebarluasan
informasi / idea atau gagasan yang bersifat sosial, agar masyarakat lebih tanggap terhadap isu
penting dalam meningkatkan status sosialnya. Fungsi lainnya, adalah:
1) Sebagai sarana penyebarluasan informasi yang dapat mengubah pola pikir dan
mempengaruhi tata kehidupan sosial masyarakat.

111 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Sebagai kegiatan komunikasi efektif yang dapat menggugah kesadaran dan
opini/pendapat masyarakat tentang pentingnya melakukan ide atau gagasan yang
bersifat sosial termasuk upaya promotif kesehatan jiwa.
3) Untuk membangun citra positif layanan sosial yang dipasarkan, yaitu layanan
skrining/deteksi dini maupun layanan intervensi kesehatan jiwa yang diselenggarakan
puskesmas atau lembaga institusi yang ada di wilayah kerja puskesmas.
4) Menjadikan individu, kelompok dan masyarakat menyukai isu/ produk layanan sosial
yang disampaikan, simpati, perduli, atau mau akses dalam pelayanan promotif
kesehatan jiwa yang diselenggarakan puskesmas.
5) Sebagai upaya meningkatkan atau menggerakan demand khalayak untuk membeli
produk layanan sosial yang dipasarkan, contohnya: layanan deteksi dini serta layanan
intervensi kesehatan jiwa.
6) Mengatasi adanya stigma tentang masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat.
7) Mencegah dan mengatasi adanya diskriminasi dan pelanggaran hak asasi ODMK serta
menciptakan lingkungan kehidupan sosial masyarakat yang kondusif untuk
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.

c. Tujuan sosialisasi dan kampanye


1) Meningkatkan pengetahuan, sikap yang positif/ kesadaran dan perilaku tentang
pentingnya menciptakan lingkungan kehidupan sosial di masyarakat yang kondusif
untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat, serta melakukan pencegahan
deteksi dini/ skrining dan akses dalam layanan intervensi kesehatan jiwa.
2) Meningkatkan pemahaman yang benar tentang kesehatan jiwa beserta
permasalahannya (termasuk ODMK), sebagai upaya mengatasi stigma dan
diskriminasi serta pelanggaran hak asasi manusia pada ODMK.

d. Sasaran
1) Sasaran primer adalah: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat umum.
2) Sasaran sekunder/ sebagai pelaksana kegiatan adalah:
a. Lintas sektor, petugas kesehatan, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, TP.PKK, tokoh agama/masyarakat/ kader/ relawan, serta
dunia usaha/ pihak swasta, serta media komunikasi massa yang mempunyai
potensi melakukan sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa
pada sasaran primer.

112 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
e. Pesan kunci
1) Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
2) Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah
fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup
sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
3) ODMK bukan orang gila yang harus dikucilkan, dia adalah orang yang normal dan
tetap produktif, apabila mendapatkan penanganan yang adekuat sedini mungkin.
4) Setiap orang mempunyai risiko mengalami masalah kejiwaan, terutama pada saat
mengalami sakit fisik, gangguan kehidupan sosial, dll. Melalui deteksi dini masalah
kesehatan jiwa pada diri seseorang dapat diketahui.
5) Pelayanan kesehatan fisik seyogyanya disertai dengan pelayanan kesehatan jiwa
secara terintegrasi.
6) ODMK seharusnya harus mendapatkan layanan intervensi kesehatan jiwa sedini
mungkin, secara inten serta tidak diskriminasi. Sehingga dapat segera pulih, sehat dan
menjadi tetap produktif.
7) Mengenali dan mengendalikan faktor risiko masalah kejiwaan, merupakan upaya
promotif kesehatan jiwa yang dapat dilakukan secara mandiri.
8) Mengenali masalah kesehatan jiwa melalui skrining/deteksi dini serta mendapatkan
intervensi layanan yang adekuat, merupakan upaya preventif kesehatan jiwa yang
harus dipahami oleh seluruh masyarakat.
9) Upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa merupakan tindakan yang efektif,
efisien serta strategis dalam mendukung upaya meningkatkan derajat kesehatan jiwa
masyarakat secara optimal.

f. Tahapan kegiatan sosialisasi dan kampanye


Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa ini pada dasarnya adalah
membangun nilai-nilai kehidupan sosial yang sehat, bebas dari stigma dan diskriminasi,
sehingga individu, keluarga dan masyarakat dapat menjalani kehidupannya dengan aman,
tentram, damai dan produktif. Namun, saat ini nilai-nilai, norma, seta keadaan kehidupan
sosial mengalami berbagai permasalahan sehingga menjadi faktor risiko meningkatnya
masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Melalui kegiatan sosialisasi dan kampanye upaya
promotif

113 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kesehatan jiwa ini, dapat diatasi. Ada beberapa tahapan dalam mengembangkan kegiatan
sosialisasi dan kampanye tersebut, yaitu:
1) Tahap persiapan
Kegiatan yang dilaksanakan, adalah:
a) Analisis situasi: melakukan identifikasi:
o Sosial budaya masyarakat yang akan menjadi target sasaran, meliputi: nilai-
nilai kehidupan, norma, adat istiadat, kepercayaan, dll
o Permasalahan kesehatan jiwa termasuk adanya stigma dan tindakan diskrimiasi.
o Menemukenali faktor risiko terjadinya masalah kesehatan jiwa tersebut
o Potensi kehidupan sosial yang mendukung upaya mengatasi masalah,
termasuk adanya aktifitas kehidupan sosial masyarakat, tokoh masyarakat
yang merupakan faktor pendukung.

b) Penetapan sasaran
o Sasaran utama adalah individu, keluarga dan kelompok yang rentan
mengalami masalah kesehatan jiwa (pemberian labelling/ stigma dan
diskriminasi).
o Sasaran potensial pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan
jiwa di suatu wilayah tersebut.
o Penetapan sasaran juga dapat dilakukan segementasi berdasarkan lingkungan
demografi, lingkungan sosial budaya, dll

c) Penetapan tujuan
o Meningkatkan literasi kesehatan jiwa di masyarakat
o Mencegah dan mengatasi stigma serta diskriminasi masalah kesehatan jiwa
lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas.

d) Menentukan pesan dan media


o Merancang pesan (ide, gagasan, nilai-nilai/ norma kehidupan sosial) yang
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
o Menetapkan berbagai jenis media mendukung kegiatan sosialisasi dan
kampanye agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, meliputi: saluran
penyampai pesan (forum komunikasi masyarakat, tokoh masyarakat, aktifitas
komunikasi di Lembaga/institusi, Lingkungan keluarga, tempat tinggal,
sekolah

114 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
serta tempat kerja merupakan media sosialisasi yang cukup kuat, dan efektif
dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Selain itu ada media cetak, media elektronik, media sosial, dll, dengan
menggunakan bauran media atau berbagai jenis media agar lebih efektif.

2) Pengembangan strategi kegiatan sosialisasi dan kampanye


a) Pre-event, Event dan Post Event
o Pre-event diarahkan ke social awareness sebagai pemicu daya tarik agar target
audiens mau berpartisipasi dalam kampanye. Social awareness ini berisi pesan
visual tentang penghapusan stigma yang menempel pada masing-masing etnis,
berupa self explanation. Salah satu poin penting dari proses pre-event ini
adalah melakukan diskusi, melalui komunikasi secara langsung/ tatap muka
atau menggunakan berbagai jenis media termasuk media komunikasi sosial,
agar sesama participant dapat saling mengenal dan berbagi pengalaman secara
terbuka tentang pemahaman yang benar tentang kesehatan jiwa.
o Event, kegiatan sosialisasi dan kampanye diarahkan pada penerimaan norma
sosial yang terkait dengan penghapusan stigma. Pada tahap ini, sasaran
potensial sebagai pelaksana kegiatan (yang telah mempynyau pemahaman
yang benar tentang kesehatan jiwa), diharapkan berperan aktif dalam
mengembangkan rencana kegiatan serta melaksanakan berbagai jenis kegiatan
sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa sesuai dengan potensi, kewenangan
serta value kelompok sasarannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
o Post-Event
Tahap ini kegiatan sosialisasi dan kampanye mulai mengekpose experience
target audiens yang berpatisipasi dalam meyakinkan sasaran terhadap
pembudayaan sosial hidup sehat (bebas dari stigma), melalui penyampaian
testimoni, secara langsung maupun media komunikasi. Upaya ini merupakan
participatory public art communication yang menyampaikan refleksi kondisi
sosial budaya target audiens yang mewakili karakteristik sasaran kegiatan
sosialisasi dan kampanye.
b) Formal dan Informal
Kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa dapat dilakukan secara formal
(yaitu oleh Lembaga/ Institusi) maupun secara in-formal yaitu melalui berbagai
aktifitas yang ada di masyarakat termasuk pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
115 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
seperti pertemuan / hangout dengan teman, sahabat, sesama anggota klub, dan
kelompok- kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

3) Penetapan durasi atau skala waktu kegiatan sosialisasi dan kampanye.


Kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa, juga harus ditetapkan durasi
atau skala waktunya, bisa dibuat berdasarkan bulan kalender, berdasarkan event
tertentu misalnya: pada Hari Kesehatan Jiwa Nasional/ Sedunia, Bulan Februari
(bulan kasih sayang), atau Hari Kesehatan Nasional, Hari Kemerdekaan Indonesia,
terintegrasi dengan Hari TB Sedunia, Hari P2 HIV-AIDS, dll.
Penetapan skala waktu bertujuan untuk membatasi dan mengefektifkan
ketersediaan sumberdaya serta memudahkan untuk melakukan pemantauan dan
penilaian terhadap proses pelaksanaan kegiatan serta efek yang ditimbulkan/ terjadi di
masyarakat.

4) Penetapan kebutuhan sumberdaya yang dibutuhkan.


Kebutuhan sumberdaya dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye
Kesehatan jiwa di puskesmas, meliputi: sumberdaya manusia yang terlibat dalam
kegiatan ini, anggaran/ dana pembuatan dan penggandaan media, pertemuan,
penayangan pesan melalui berbagai jenis media dan bentuk komunikasi, kegiatan
pemantauan dan penilaian, dokumentasi, review dan penyempurnaan serta
penyusunan rencana kegiatan tindak lanjut.

5) Mobilisasi potensi, penguatan dan pengorganisasian peran mitra dalam kegiatan


sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa di masyarakat. Dukungan peran serta mitra
dalam kegiatan ini, merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Kita semua pasti sudah memahamai potensi yang dimiliki mitra
dalam mendukung kegiatan sosialisasi dan kampanye di bidang kesehatan di
masyarakat, bukan saja dana, tenaga, waktu, saja, melainkan juga pengaruh, teknik
pendekatan, membangun jaringan saluran komunikasi, value, kepercayaan sasaran,
dan lain sebagainya. Untuk mengoptimalkan tatakelola kegiatan sosilaisasi dan
kampanye kesehatan jiwa ini, dilakukan pengorganisasian peran mitra berdasar pada
potensi dan kewenangan yang dimiliki oleh setiap mitra. Bentuk pengorganisasian
bisa dilakukan secara formal (ada kelompok kerja/seksi-seksi) atau informal dengan
mengutamakan

116 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
peran/tugas dan tanggung jawab setiap mitra. Pengorganisasian dilakukan berdasarkan
kesepakatan dan komitmen.

6) Penyusunan rencana dan jadwal kegiatan termasuk penetapan peran dan tanggung
jawab setiap mitra yang terlibat. Penyusunan rencana kegiatan mengacu pada hasil
pengorganisasian, dimana setiap kelompok kerja/ seksi atau mitra, membuat rencana
kegiatan sosialisasi dan kampanye dalam kurun waktu tertentu.

7) Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye yang dilaksanakan oleh sector


kesehatan bersama dengan mitra, mengacu pada rencana yang telah dibuat. Sebelum
melaksanakan kegiatan tentunya semua pihak membuat rencana pelaksaaan kegiatan
yang lebih operasional/ lebih konkrit serta menyiapkan sumberdaya/ dana/ sarana dll
yang dibutuhkan. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan dilakukan secara terkoordinasi
sesuai rencana yang telah ditetapkan dan disepakati.

8) Melaksanakan pemantauan dan penilaian kegiatan sosialisasi dan kampanye.


a) Pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan
jiwa, bertujuan untuk mengetahui:
o Proses pelaksanaan kegiatan, apakah ada permasalahan atau tidak, apabila ada
permasalahan akan segera ditanggulangi secepatnya.
o Penggunaan sumberdaya terutama anggaran atau dana, apakah sudah sesuai
dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam perencanaan.
o Efektifitas penggunaan media komunikasi
o Jangkauan kegiatan sosialisasi dan kampanye, di wilayah kerja puskeszmas
baik secara demografi maupun tatanan kehidupan sosial tertentu.
o Peran serta institusi/ mitra maupun Lembaga yang terlibat dalam kegiatan
sosialisasi dan kampanye kesehatan jiwa di masyarakat ini, terutama dalam
mengatasi stigma dan diskriminasi.
b) Penilaian ditujukan untuk:
o Mengetahui adanya peningkatan pengetahuan tentang masalah kesehatan jiwa,
mengenal faktor risiko, upaya pencegahan, pentingnya melakukan upaya
mengatasi stigma dan diskriminasi, agar dapat berdampak pada peningkatkan
akses masyarakat terhadap upaya kesehatan jiwa, mulai dari skrining, deteksi

117 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dini, serta akses dalam layanan intervensi kesehatan jiwa lainnya yang
diselenggarakan puskesmas.
o Terbangunnya sikap dan perilaku yang mendukung upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
o Mengetahui peningkatan demand dan akses masyarakat terhadap layanan
skrining, deteksi dini serta intervensi layanan kesehatan jiwa lainnya dalam
upaya meningkatkan status kesehatan jiwa di keluarga,
kelompok/lembaga/institusi.
o Meningkatnya kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam mencegah
dan mengatasi stigma serta diskriminasi masalah kesehatan jiwa di
masyarakat.

9) Review dan penyempurnaan kegiatan yang tertuang dalam penyusunan rencana tindak
lanjut.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye masalah kesehatan jiwa di
masyarakat dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan, melalui beberapa
skala/periode waktu tertentu, demikian pula dengan kegiatan pemantauan dan
evaluasi. Hasil pemantauan dan penilaian tersebut, dipergunakan sebagai dasar untuk
menyusun rencana kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi. Sehubungan dengan itu,
kegiatan review dan penyempurnaan harus selalu dilakukan, setiap selesai
melaksanakan kegiatan dalam satu tahapan / periode waktu tertentu. Demikian
selanjutnya, sampai tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Ingat, pelaksanaan
kegiatan sosialisasi dan kampanye dalam mengatasi stigma dan diskriminasi, harus
dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melibat aktifkan lintas sector dan tokoh
masyarakat.
118 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Kegiatan Sosialisasi dan Kampanye
dalam Peningkatan Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

No Kegiatan Pokok Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Analisa Situasi Melakukan kajian tentang: Diperolehnya informasi  Sasaran primer Lihat diatas  Kajian laporan  Pedoman /  Kegiatan/  Petugas
 Sosial budaya masyarakat yang akurat tentang:  Sasaran sekunder  WPD juknis aktifitas Puskesmas
yang akan menjadi target  Sosial budaya sebagai pelaksana  FGD  Instrumen sosial / dibantu
sasaran, meliputi: nilai-nilai masyarakat yang akan kegiatan potensial dll  Sarana komunikasi petugas
kehidupan, norma, adat menjadi target sasaran, yang ada di dokumentasi yang ada di Lintas
istiadat, kepercayaan, dll meliputi: nilai-nilai wilayah kerja  Format masyarakat Sektor/
 Permasalahan kesehatan kehidupan, norma, adat puskesmas. pencatatan dan  Media sosial relawan
jiwa istiadat, kepercayaan, pelaporan/
 Faktor risiko terjadinya dll hasil kegiatan
masalah kesehatan jiwa  Permasalahan kajian.
tersebut kesehatan jiwa
 Adanya stigma dan  Faktor risiko terjadinya
tindakan diskriminasi. masalah kesehatan jiwa
 Potensi kehidupan sosial tersebut
yang mendukung upaya  Adanya stigma serta
mengatasi masalah, Tindakan diskriminasi
termasuk adanya aktifitas yang terkait dengan
kehidupan sosial masalah kesehatan jiwa.
masyarakat, tokoh  Potensi kehidupan
masyarakat yang sosial yang mendukung
merupakan faktor upaya mengatasi
pendukung. masalah, termasuk
adanya aktifitas
kehidupan sosial
masyarakat, tokoh
masyarakat yang
merupakan faktor
pendukung
2 Penetapan Pertemuan Adanya kesepakatan/ Sasaran sekunder/ Pentingnya  Rapat kerja  Bahan  Forum Idem
sasaran dan ditetapkannya sasaran dan pelaksana kegiatan pelaksanaan  Diskusi tanya presentasi komunikasi
tujuan kegiatan tujuan kegiatan sosialisasi adalah : kegiatan jawab  Lembar
sosialisasi dan  Lobi - persuasif komitmen

Modul Pelatihan
119Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
sosialisasi dan dan kampanye keswa di  Lintas sektor, kampanye keswa
kampanye puskesmas, meliputi: petugas dalam:
 Sasaran utama adalah kesehatan,  Mengantisipasi
individu, keluarga dan organisasi profesi, permasalahan
kelompok yang rentan organisasi yang harus
mengalami masalah kemasyarakatan, diatasi dalam
keswa (pemberian TP.PKK, tokoh meningkatkan
labelling/ stigma dan agama/masy/ status keswa di
diskriminasi). kader/ relawan, masy
 Sasaran potensial serta dunia usaha/  Pencapaian
pelaksanaan kegiatan pihak swasta, tujuan upaya
sosialisasi dan  serta media prom-prev
kampanye Keswa di komunikasi massa keswa
suatu wilayah tersebut.  Menekankan
 Penetapan sasaran tentang
berdasarkan pentingnya
berdasarkan lokasi dukungan dan
lingkungan demografi, peran serta dari
lingkungan sosial stake holders
budaya, dll  Melaksanakan
 Meningkatkan literasi setiap Tahapan
kesehatan jiwa di kegiatan
masyarakat sosialisasi dan
 Mencegah dan kampanye
mengatasi stigma dan keswa
diskriminasi serta
masalah kesehatan jiwa
lainnya yang ada di
wilayah kerja
puskesmas.
3. Mobilisasi  Pertemuan/ rapat kerja  Diperolehnya kejelasan Sasaran sekunder Lihat pesan  Metoda dan  Idem / sda  Rapat kerja/ idem
potensi,  Forum komunikasi baik adanya dukungan mitra yaitu mitra potensial kunci Teknik Forum
penguatan dan formal-informal dalam kegiatan yang terlibat dalam advokasi ( lobi, komunikasi
pengorganisasian sosialisasi dan kegiatan sosialisasi komunikasi  Media Sosial
peran mitra kampanye keswa, dan kampanye persuasive, dll)
dalam kegiatan sesuai dengan potensi keswa.  Forum
sosialisasi dan dan kewenangannya. komunikasi
kampanye  Adanya kejelasan peran yang inten,
kesehatan jiwa setiap mitra dalam baik yang
kegiatan sosilisasi dan dilakukan
kampanye keswa. secara
langsung,

Modul Pelatihan
120Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Mengorganisir kegiatan maupuan tidak
sosialisasi dan langsung.
kampanye keswa agar
lebih terKIS
(koordinasi, integasi
dan sinkronisasi).
4. Penyusunan  Pertemuan/ rapat kerja  Tersusunya rencana Sasaran sekunder idem idem  Bahan  Rapat kerja/ idem
rencana dan penyusunan rencana kegiatan sosialisasi dan yaitu mitra potensial presentasi Forum
jadwal kegiatan kegiatan kampanye keswa yang yang terlibat dalam  Format Komunikasi
 Forum komunikasi baik dilakukan di wilayah kegiatan sosialisasi Penyusunan baik langsung
formal-informal kerja puskesmas. dan kampanye RUK maupun tidak
 Adanya kejelasan peran keswa. langsung
serta / dukungan mitra  Media social
dalam kegiatan (WA, Google
sosilisasi dan kampanye Form, dll)
keswa.
 Adanya kejelasan
tentang kebutuhan
sumberdaya
pelaksanaan kegiatan
sosialisasi dan
kampanye keswa.

5 Pengembangan  Merancang pesan (ide,  Merancang pesan (ide, idem Pesan kunci  Rapat kerja  Bahan  Presentasi Idem
dan penetapan gagasan, nilai-nilai/ norma gagasan, nilai-nilai/ Berbagai jenis  Pengembangan presentasi  FGD
pesan dan media kehidupan sosial) yang norma kehidupan media potensial pesan (P-  Pedoman FGD  Ujicoba dan
diarahkan untuk mencapai sosial) yang diarahkan Proses)  Prototipe pembahasan
tujuan yang ditetapkan. untuk mencapai tujuan  FGD media media
 Menetapkan media yang ditetapkan
mendukung kegiatan  Menetapkan media
sosialisasi dan kampanye mendukung kegiatan
agar tujuan yang ditetapkan sosialisasi dan
dapat tercapai, meliputi: kampanye agar tujuan
saluran penyampai pesan yang ditetapkan dapat
(forum komunikasi tercapai, meliputi:
masyarakat, tokoh saluran penyampai
masyarakat, aktifitas pesan (forum
komunikasi di komunikasi masy, toma,
Lembaga/institusi, aktifitas komunikasi di
Lingkungan keluarga, Lembaga/institusi,
tempat tinggal, sekolah Lingkungan keluarga,
serta tempat kerja tempat tinggal, sekolah
merupakan media serta tempat kerja

Modul Pelatihan
121Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
sosialisasi yang cukup kuat,  Penetapan media cetak,
dan efektif dapat media elektronik, media
mempengaruhi sosial, dll, yang
pembentukan kepribadian potensial yang
seseorang. dipergunakan sebagai
 Selain itu ada media cetak, kriteria bauran media
media elektronik, media sosialisasi dan
sosial, dll, dengan kampanye.
menggunakan bauran
media atau berbagai jenis
media agar lebih efektif.

6 Pengembangan  Pertemuan/ forum  Menyusun Rencana idem  Pesan kunci.  FGD  Pedoman  Forum Petugas
strategi komunikasi/ lokakarya Aksi Kegiatan  Rencana Aksi  Rapat kerja umum, Juknis Komunikasi Puskesmas
pelaksanaan Sosialisasi dan Mitra Dalam  Berbagai jenis  Berbagai bersama
kegiatan Kampanye Keswa. Mendukung media saluran Lintas
sosialisasi dan (mengacu pada RUK Kegiatan kampanye baik komunikasi, Sektor,
kampanye yang telah dibuat) Sosialisasi dan cetak, baik formal- Ormas, dll
Kampanye dari elektronik, informal, mitra
Pembahasan berbagai media social, langsung- potensia
penetapan institusi/ dll tidak yang
alokasi waktu lembaga/  Berbagai jenis langsung terlibat.
kelompok saluran dengan
Kebutuhan masyarakat. komunikasi menggunakan
sumberdaya  Pelaksanaan  Pelaksanaan baik langsung berbagai jenis
kegiatan kegiatan maupun tidak media
Sosialisasi dan sosialisasi dan langsung. (bauran
Kampanye kampanye media/ media
Keswa berdasar keswa melalui mix)
pada Rencana berbagai
Aksi yang telah saluran media
dibuat. komunikasi.
7 Monev  Pertemuan  Mencapai tujuan idem  Pedoman /  Diskusi  Laporan  Forum Tim Monev
 Peninjauan lapangan pemantauan dan Juknis kegiatan  Peninjauan kegiatan komunikasi
penilaian sda lapangan  PKL
8 Review dan  Pertemuan/ Rapat kerja  Mencapai tujuan review idem  Laporan hasil  Diskusi  Hasil Monev  Forum Puskesmas
Penyusunan RTL dan penyusunan RTL monev  Format Komunikasi berdama
penyusunan lintas sektor
RTL

Modul Pelatihan
122Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3. Pengembangan Strategi Komunikasi Penggalangan Kemitraan dalam peningkatan
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial
Komunikasi efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan penggalangan
kemitraan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun tujuan yang diharapkan
pada kegiatan ini adalah para mitra atau stakeholders memahami pentingnya memberikan
dukungan dan berperan aktif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal, sehingga menjadikan
masyarakat lebih produktif. Hal itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Th.
2022 tentang Renstra Kementerian 2020-2024, mengamanatkan tentang peningkatan peran
serta masyarakat dalam upaya promotif kesehatan termasuk kesehtan jiwa baik di keluarga,
Lembaga/ institusi pendidikan/institusi pemerintah (ASN), tempat kerja (pabrik, perusahaan,
dll/pihak swasta), tempat ibadah, dll.

a. Pengertian, unsur dan jenis komunikasi efektif dalam kemitraan.


Secara umum, pengertian komunikasi efektif dalam membangun kemitraan, adalah
proses berbagi informasi secara persuasif, dalam bentuk ide, gagasan, program serta
inovasi antara leading sector dengan stakeholders atau mitra potensial yang saling
mempunyai keuntungan, dan tertuang dalam nota kesepakatan/ kesepahaman, baik yang
bersifat formal atau tertulis dalam sebuah dokumen, maupun in-formal yang tertuang
dalam bentuk dukungan kegiatan pada saat menyusun rencana aksi.
Komunikasi efektif dalam menjalin kemitraan termasuk katagori ilmu komunikasi
terapan, karena diarahkan untuk membangun kesamaan pemahaman, pencapaian
kesepakatan, mendapatkan dukungan dan peran serta, untuk mencapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan/ disepakati.
Mengacu pada pengertian tersebut, maka komunikasi efektif dalam kemitraan upaya
promotif kesehatan jiwa adalah proses komunikasi persuasive untuk mendapatkan
dukungan dan peran serta mitra potensial/ stakeholders dalam meningkatkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal pada individu, kelompok atau masyarakat yang menjadi
tanggung jawabnya, agar mereka dapat lebih produktif, hidup dalam lingkungan sosial
yang sehat dan aman, bebas dari masalah kesehatan jiwa, sehingga mengalami
peningkatan kinerjanya (kinerja institusi/ Lembaga atau bermasyarakat).
Ada beberapa unsur dalam komunikasi efektif dalam kemitraan tersebut yang harus
dipahami, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, yaitu:

123 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
1) Ada penetapan tujuan program yang jelas, yang mempunyai nilai / value serta
keuntungan yang dapat diperoleh mitra apabila berperan aktif atau mendukung
upaya promotif kesehatan jiwa, di tempat kerjanya.
2) Ada kejelasan tentang mekanisme penyampaian informasi sebagai proses saling
bertukar pikiran, pendapat, opini, gagasan, fakta-fakta serta program kerja upaya
promotif kesehatan jiwa, dan juga ada kejelasan tentang bentuk dukungan atau
peran serta mitra yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, sesuai
potensi dan kewenangannya.
3) Ada kejelasan tentang pembagian peran dan tanggung jawab antara leading sector
dengan mitra, dalam pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan jiwa yang tertuang
dalam dokumen kesepakatan.
4) Ada kejelasan dan kesepakatan antara leading sector dan mitra tentang ruang
lingkup, tahapan serta mekanisme penyelenggaraan kegiatan promotif-preventif
kesehatan jiwa yang tertuang dalam rencana aksi.
5) Ada kejelasan tentang saluran / forum komunikasi/ tim kerja yang disepakati
untuk dipergunakan dalam melakukan interaksi komunikasi antara leading sector
dengan mitra.
6) Ada media komunikasi yang dapat memperlancar peran mitra dalam
melaksanakan kegiatannya, misalnya: Juknis, dll.
7) Adanya kejelasan tentang indikator hasil kerja pelaksanaan kegiatan promotif-
preventif kesehatan jiwa, yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Indikator
tersebut, meliputi input, proses, out-put yang dapat meningkatkan kinerja
pelayanan Kesehatan jiwa di masyarakat.

Ada beberapa jenis komunikasi efektif dalam kemitraan, yaitu:


1) Komunikasi kemitraan antar sesama lembaga/ institusi.
2) Komunikasi kemitraan dari lembaga/ institusi ke masyarakat- organisasi
kemasyarakatan.
3) Komunikasi kemitraan antar organisasi kemasyarakatan.

Komunikasi efektif dalam kemitraan harus memperhatikan:


1) Kemampuan komunikator, yaitu harus menguasai gagasan atau program tentang
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang akan dibahas dengan para mitra/
stakeholders.
124 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Kredibilitas komunikator dalam menguasai permasalahan kesehatan jiwa yang
didukung oleh data atau kebijakan yang akurat, sehingga apa yang disampaikan
dapat dipercaya oleh mitra.
3) Komunikator harus dapat memprediksi kemampuan daya tangkap/persepsi
mitra sebagai komunikan, terhadap pesan yang disampaikan atau dibahas,
sehingga dapat dengan mudah dipahami dan diterima.
4) Komunikator diharapkan mempunyai kemampuan untuk menggunakan
teknologi informasi dan media komunikasi, pada saat melakukan kegiatan
komunikasi dengan mitra. Pada era teknologi digital seperti sekarang teknologi
komunikasi memgang peranan penting dan mempunyai pengaruh yang besar
dalam menentukan efektivitas kegiatan komunikasi dengan mitra.
5) Komunikator dapat menetapkan kapan waktu atau kondisi yang tepat dalam
melakukan kegiatan komunikasi tentang kesehatan jiwa dengan para mitra,
sehingga dapat berhasil dan berdaya guna.
6) Komunikator mampu mengendalikan proses komunikasi terutama pada saat
berdiskusi, yaitu focus pada topik serta tujuan dari komunikasi, menjaga agar saat
diskusi tidak keluar dari topik yang dibahas, tidak terjadi konflik, semua
komunikan aktif menyampaikan pendapatnya, dll. Sehingga proses komunikasi
dapat berjalan efektif, efisien dan tujuan dapat tercapai.
7) Komunikator sebagai leading sector harus mempunyai kemampuan
membangun relationship sehingga terbangun hubungan baik, saling percaya,
saling terbuka, dll harus tetap dijaga. Untuk itu Aristoteles menyebutkan ada
beberapa karakter komunikator sebagai ethos kerja yang harus dimiliki, yaitu
pikiran baik (good sense), akhlak yang baik (good moral character) dan maksud
yang baik (good will).
8) Komunikator diharapkan juga mempunyai kemampuan berkomunikasi
dengan baik, meliputi: mempresentasikan program kerja/ gagasan/ ide dengan
baik (public speaking); melakukan motivasi, negosiasi, menjual ide, dll melalui
proses komunikasi persuasive yang menyenangkan; mendengar secara aktif,
bertanya dan memberikan jawaban, membangun kesepakatan, dll.

b. Tujuan
1) Membangun jalur komunikasi dan membangun hubungan kerja yang baik dengan
mitra.
125 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Membangun kerjasama dalam peningkatan upaya promotif- preventif kesehatan
jiwa di masyarakat, yang saling menguntungkan dan saling kepercayaan, melalui
penyampaian informasi yang ber-value dan akurat/ meyakinkan.
3) Mempromosikan ide atau gagasan/ inisiatif-inisiatif tentang pentingnya upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa yang dapat memberikan keuntungan ke dua
belah pihak.
4) Menemukenali potensi yang dimiliki oleh mitra serta berupaya meningkatkan
kepeduliannya agar bersedia memberi dukungan dan berperan aktif melakukan
upaya promotif kesehatan jiwa di masyarakat sesuai potensi dan kewenangannya.
5) Meningkatkan demand dan supply terhadap layanan promotif-preventif kesehatan
jiwa yang diselenggarakan di institusi/ Lembaga dan masyarakat oleh mitra
potensial.
6) Meningkatnya cakupan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
7) Meningkatnya upaya mengatasi stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa
di masyarakat.

c. Sasaran
1) Lintas sektor/ instansi/lembaga, organisasi kemasyarakatan, TP.PKK, organisasi
profesi, tokoh agama/masyarakat/ kader/ relawan.
2) Dunia usaha/ pihak swasta.
3) Media komunikasi massa yang mempunyai potensi melakukan sosialisasi dan
kampanye upaya promotif kesehatan jiwa.
4) Leading sektor adalah sektor kesehatan pemerintah-swasta/ puskesmas/ organisasi
profesi di bidang Kesehatan.

d. Pesan kunci
1) Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sehat, merupakan tugas tanggung jawab semua pihak.
2) Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Jumlah kasus ODMK
di Indonesia, setiap tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan, untuk
itu
126 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
perlu dukungan dan peran serta mitra atau stakeholders potensial dalam
peningkatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang diselenggarakan di
institusi, lembaga, dan masyarakat.
3) ODMK bukan orang gila yang harus dikucilkan, dia adalah orang yang normal
dan tetap produktif, apabila mendapatkan penanganan yang adekuat sedini
mungkin. Peran mitra atau stakeholders adalah mengatasi adanya diskriminasi dan
stigma tentang Kesehatan jiwa.
4) Setiap orang mempunyai risiko mengalami masalah kejiwaan, pada saat
mengalami sakit fisik, gangguan kehidupan sosial, dll. Melalui deteksi dini
masalah kesehatan jiwa pada diri seseorang dapat diketahui, apabila terdeteksi
mengalami masalah kejiwaan dapat segera diberikan layanan intervensinya.
5) Pelayanan kesehatan fisik seyogyanya disertai dengan pelayanan kesehatan jiwa
secara terintegrasi.
6) ODMK seharusnya harus mendapatkan layanan intervensi kesehatan jiwa sedini
mungkin, secara inten serta tidak diskriminasi. Sehingga dapat segera pulih, sehat
dan produktif.
7) Mengenali dan mengendalikan faktor risiko masalah kejiwaan, merupakan upaya
promotif kesehatan jiwa yang dapat dilakukan secara mandiri.
8) Mengenali masalah kesehatan jiwa melalui skrining dan deteksi dini serta
mendapatkan intervensi layanan yang adekuat, merupakan upaya preventif
kesehatan jiwa yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat.
9) Upaya promotif kesehatan jiwa merupakan tindakan yang efektif, efisien serta
strategis dalam mendukung upaya meningkatkan derajad kesehatan jiwa
masyarakat secara optimal.
10) Mitra Peduli Kesehatan Jiwa adalah Mitra yang memberikan dukungan dan
berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan promotif sesuai potensi dan
kewenangannya, sebagai upaya meningkatkan status kesehatan jiwa masyarakat
secara holistik, yang berdampak pada peningkatan produktifitas masyarakat.
11) Dukungan mitra / stakeholders potensial adalah meningkatkan pencapaian target
cakupan layanan skrining/deteksi dini serta akses dalam intervensi layanan
kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas.

127 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
e. Tahapan kegiatan
1) Persiapan
a) Data masalah kesehatan jiwa beserta faktor risiko yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
b) Pembuatan proposal atau program kerja upaya promotif kesehatan jiwa di
wilayah kerja puskesmas.
c) Mengidentifikasi jenis kegiatan atau program kerja upaya promotif
kesehatan jiwa yang memerlukan dukungan atau peran serta mitra/
stakeholders.
d) Melakukan iventarisasi mitra potensial yang menjadi sasaran dari kegiatan
kemitraan ini. Melakukan identifikasi potensi/ sumberdaya atau kewenangan
dari mitra potensial yang dapat memberikan dukungan terhadap kegiatan
promotif kesehatan jiwa, di wilayah kerja puskesmas.
e) Membuat media presentasi, pedoman petunjuk teknis, leaflet, dll untuk
mendukung kegiatan penggalangan kemitraan.
f) Menyusun rencana kegiatan penggalangan kemitraan kesehatan jiwa di
puskesmas, meliputi: jenis kegiatan, tujuan, sasaran, waktu, tempat/lokasi,
pelaksana, media yang dibutuhkan, anggaran/dana yang dibutuhkan, beserta
sumberdananya.
2) Penggalangan kemitraan
3) Memobilisasi potensi dan peran serta mitra dalam upaya promotif kesehatan jiwa.
4) Peningkatan upaya promotif kesehatan jiwa di masyarakat bersama mitra

128 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Kemitraan Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas

No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Persiapan  Menyusun  Tersusunnya  Petugas Lihat diatas  Kajian  Pedoman  Forum  Petugas Keswa ,
rencana program puskesmas laporan / juknis komunikasi TU dan Promkes
kegiatan kerja/ rencana  Wawancara  Instrumen puskesmas
kemitraan kegiatan Mendalam  Media
upaya kemitraan  FGD presentasi
promotif upaya dll
keswa di promotif
puskesmas. keswa di
puskesmas
. yang
didukung oleh
data tentang
masalah
kesehatan
jiwa, faktor
risiko, mitra
potensial,
potensi mitra,
media,
ketersediaan
dana/
sumberdaya,
dll.

2 Penggalangan  Pertemuan  Adanya  Mitra potensial idem  Pendekatan  Proposal  Forum komunikasi  Kepala dan
kemitraan / Forum kesamaan tersebut diatas langsung-  Juknis  Orientasi Petugas
Komunikasi pemahaman tidak  Bahan –  Peninjauan lapangan Puskesmas
 Orientasi tentang langsung Media
 Peninjauan pentingnya  Komunikasi presentasi
lapangan upaya persuasif-  Lembar
kesepakatan

Modul Pelatihan
129Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
promotif negosiasi,
keswa dan lobi.
 Meningkatnya  Peninjauan
kepedulian lapangan
terhadap
upaya
promotif
keswa di
puskesmas.
 Diperolehnya,
komitmen
dukungan/
peran serta
mitra dalam
upaya
promotif
keswa di
puskesmas.
3 Memobilisasi  Pertemuan  Adanya  Mitra potensial Mitra Peduli  Presentasi,  Matrik /  Upaya promotif  Petugas
potensi dan  Advokasi kejelasan tersebut diatas Keswa, diskusi Juknis POA preventif keswa puskesmas dan
peran serta  Lokakarya/ dukungan Pejuang  Penyusunan Upaya di instansi, mitra potensial.
mitra workshop sumberdaya Kemanusiaan POA Promotif lembaga, tempat
atau peran Sejati.  Pelaksanaan Keswa Oleh kerja,
serta setiap kegiatan Mitra perusahan,
mitra dalam sesuai POA  Format masyarakat/posyandu,
upaya pencatatan dll
promotif dan
keswa di pelaporan
puskesmas.  Dokumentasi
 Tersusunnya kegiatan
POA yang
dibuat setiap
mitra tentang
kegiatan
promotif
keswa yang

Modul Pelatihan
130Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dilakukan di
tatanan
potensial
(institusi,
lembaga,
tempat kerja,
perusahaan,
masyarakat,
dll)
 Terlaksananya
kegiatan
Promotif
keswa oleh
mitra
potensial di
wilayah kerja
puskesmas
(sesuai POA
yang telah
ditetapkan)
4 Peningkatan  Pelaksanaan  Terlaksananya  Instansi/ Peningkatan  Komunikasi  POA/ RUK  Upaya promotif  Petugas
upaya upaya upaya lembaga Upaya Persuasif/  RPK preventif keswa puskesmas
promotif- promotif- promotif  Posyandu/UKBM promotif  Deteksi dini.  Anggaran di instansi,  mitra potensial
prventif preventif keswa di di Masy Keswa,  Layanan  Juknis lembaga, tempat  Pihak
keswa oleh oleh atau sekolah, sebagai intervensi deteksi dini kerja, institusi/Lembaga/
mitra ponpes, intervensi melalui  Pencatatan- perusahan, UKBM.
potensial di bersama pabrik, yang efektif Konseling/ pelaporan masyarakat/posyandu,
wilayah kerja mitra di tempat kerja, dan efisien atau rujukan dll
puskesmas tatanan posyandu, dll dalam
potensial  Terlaksananya meningkatkan
upaya derajat
komunikasi Kesehatan
efektif dalam Jiwa di
mengatasi Masyarakat.
stigma dan
diskriminasi

Modul Pelatihan
131Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terhadap Mitra Peduli
ODMK di Keswa
wilayah kerja Pejuang
puskesmas. Kemanusiaan
Sejati.
5 Pemantauan,  Pertemuan/ Diperolehnya  Mitra potensial idem  Presentasi  Dokumentasi  Forum komunikasi  Petugas
Penilaian dan Forum informasi  Diskusi kegiatan Puskesmas
penyusunan Komunikasi tentang : interaktif  Pencatatan
RTL  Workshop  upaya kegiatan
 Peninjauan promotif-  POA RTL
lapangan preventif
keswa yang
dilakukan
mitra (proses,
hasil dan
permasalahan
nya)
 peningkatan
cakupan
deteksi dini
dan intervensi
keswa.
 Kesepakatan
RTL
kegiatan

Modul Pelatihan
132Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Komunikatif Efektif Dalam Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat

a. Pengertian UKJBM
Permenkes No. 8 Th. 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
menyatakan bahwa salah satu bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan adalah
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan
sektor kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Syarat pembentukan UKBM (Ps 15) harus:
a) memiliki struktur kepengurusan;
b) memiliki Kader sebagai pengelola/pelaksana kegiatan UKBM;
c) memiliki sumber daya.
Struktur organisasi/ kepengurusan serta Kader UKBM ditetapkan oleh
pemerintah desa/kelurahan atau pemangku kepentingan sesuai tatanan
UKBM.
Penyelenggaraan UKBM ditetapkan oleh peraturan desa/kelurahan, juga harus
didukung dengan pembinaan teknis kesehatan dan kelembagaan yaitu puskesmas.
Pembinaan kelembagaan dilakukan/ ditetapkan oleh pemerintah desa/kelurahan atau
pemangku kepentingan sesuai tatanan UKBM.
Selanjutnya pada kebijakan tersebut (Ps 4) dinyatakan bahwa kesehatan jiwa
merupakan salah satu jenis kegiatan atau layanan kesehatan yang diselenggarakan olehi
UKBM, dengan demikian maka peningkatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
masyarakat dikembangkan menjadi salah satu jenis layanan kesehatan yang
diselenggarakan UKBM (menjadi UKJBM).
Mengacu pada kebijakan tersebut, maka pengertian UKJBM adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan jiwa yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan sektor
kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya, untuk
menggerakkan demand masyarakat terhadap layanan kesehatan jiwa
(skrining/deteksi dini dan Komunikasi Interpersonal/Konseling).

133 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKJBM merupakan wahana peran serta individu, kelompok dan masyarakat untuk
saling berinteraksi menyatukan potensi yang dimiliki, melakukan pengorganisasian dalam
pengembangan upaya kesehatan jiwa di masyarakat (Community Organisation and
Community Development/ COCD) yang didukung dengan pembinaan teknis kesehatan
dan kelembagaan. Pembinaan teknis dilakukan oleh puskesmas. Pembinaan kelembagaan
dilakukan/ ditetapkan oleh pemerintah desa/kelurahan atau pemangku kepentingan sesuai
tatanan UKBM

b. Pengembangan UKJBM dapat dilakukan melalui penyelenggaraan layanan


kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan layanan kesehatan yang sudah
dilakukan di UKBM saat ini.
Salah satu target kinerja utama upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di puskesmas
adalah peningkatan cakupan layanan skrining /deteksi dini kesehatan jiwa pada ibu hamil
dan lansia. Posyandu Aktif merupakan salah satu UKBM potensial yang dapat menjadi
tempat untuk menyelenggarakan layanan skrining/deteksi dini pada sasaran posyandu
(bumil, ibu menyusui, lansia, dll) atau keluarga binaan. Selain Posyandu, UKBM
potensial lainnya adalah Poskestren, Pos UKK, Pos TB Desa, Pos-KB Desa, dll.
Komunikasi efektif, merupakan unsur penting dalam memobilisasi, menggerakan peran
serta dan memberdayakan masyarakat agar tahu, mau dan mampu mengembangkan
Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM). Penerapan metoda dan teknik
komunikasi efektif, terutama diarahkan untuk memberdayakan kader kesehatan/ Kader
Posyandu, agar mampu menjadi penggerak demand layanan skrining/deteksi dini serta
komunikasi interpersonal/KIE kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan layanan kesehatan
lainnya yang diselenggarakan di Posyandu/UKBM lainnya.
Dalam pengembangan UKJBM, petugas puskesmas atau stakeholders lainnya
berperan atau bertindak sebagai petugas pendamping pemberdayaan masyarakat atau
sering disebut dengan tenaga pendamping yang berperan:
 Membimbing dan membantu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
masyarakat termasuk mengadopsi inovasi di bidang kesehatan jiwa.
 Sebagai katalisator, mediator dan fasilitator kegiatan pengembangan UKJBM
mulai dari proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
penilaian serta penyusunan kegiatan tindak lanjut, yang dilakukan oleh
masyarakat dalam mencegah/mengatasi masalah kesehatan jiwa secara
berkesinambungan.

134 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
c. Komunikasi Efektif dalam pengembangan UKJBM
Petugas puskesmas dalam pengembangan UKJBM berperan sebagai sebagai
pendamping masyarakat, dalam hal ini masyarakat sebagai subyek, sehubungan dengan
itu, petugas puskesmas diharapkan mempunyai kemampuan melakukan komunikasi
efektif dalam pengembangan UKJBM, yaitu sebagai:
1) Katalisator
Peran petugas puskesmas sebagai katalisator, meliputi:
 Sebagai agen pembaruan/ agen perubahan dalam mengendalikan faktor
risiko permasalahan kesehatan jiwa, melalui pengembangan UKJBM.
 Membangun dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan UKJBM
 Menjadi motivator dan dinamisator, agar masyarakat (tokoh masyarakat,
organisasi kemasyarakatan dan masyarakat umum lainnya), mau
mengembangkan UKJBM yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM yang
ada di wilayah kerja puskesmas.
 Menjadi pengusul program kesehatan jiwa yang inovatif untuk mewujudkan
tatanan masyarakat yang lebih baik di berbagai aspek kehidupan, termasuk
kesehatan jiwa masyarakat.
 Merespon berbagai keluhan terkait dengan permasalahan kesehatan jiwa
yang dihadapi masyarakat.
 Melakukan koordinasi dan mediasi dengan berbagai pihak terkait, dalam
pengembangan UKJBM.
 Melakukan interaksi secara aktif dengan masyarakat, melalui kegiatan:
pendampingan, fasilitasi, asistensi / pembinaan serta memberikan kontribusi
yang positif dan mengarahkan masyarakat agar mandiri dan mampu
mengorganisir UKJBM sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang
kuat.

Sebagai agen pebaharuan maka seorang katalisator, diharapkan mempunyai


karakteristik:
 Mempunyai pandangan yang positif dan konstruktif, tentang pentingnya
masyarakat berperan aktif dalam pengembangan UKJBM.

135 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Memusatkan perhatian pada kebutuhan orang lain, masyarakat dan bukan
pada dirinya sendiri, mampu menginisiasi, memotifasi serta menjadi
penggerak terjadinya perubahan yang positif dan inovatif.
 Melihat masalah kesehatan jiwa di masyarakat sebagai tantangan yang
harus diatasi, dengan menggunakan potensi yang ada, dan dimulai dari yang
kecil/ yang mudah tetapi mempunyai dampak yang besar. Ia bekerja tidak
menunggu arahan tetapi memiliki inisiatif.
 Memiliki growth mindset dan fixed mindset. Growth mindset adalah
memiliki ide/ gagasan yang bisa langsung di ujicoba, bila ada kekurangan
bisa dilakukan upaya pengembangan untuk penyempurnaan.
Sedangkan fixed mindset adalah upaya mengatasi masalah melalui tahapan
analisis yang cermat, yang pada akhirnya mengasilkan ide/ gagasan
pemecahan masalah.
 Suka belajar secara konsisten dan selalu ingin berkembang.

2) Fasilitator
Secara umum fasilitator kesehatan jiwa adalah seseorang yang membantu
sekelompok orang/ masyarakat untuk menemukenali permasalahan kesehatan jiwa
yang ada beserta adanya faktor risiko, menetapkan tujuan untuk mengatasi masalah
tersebut, mendampingi membuat rencana pengembangan UKJBM sesuai tujuan yang
telah ditetapkan, tanpa mengambil posisi tertentu dalam proses berinteraksi dengan
masyarakat.
Peran fasilitator dalam pengembangan UKJBM, adalah:
 Mendampingi masyarakat melakukan serangkaian proses pengembangan
UKJBM dengan menerapkan pendekatan edukatif dan partisipatif (fasilitasi),
mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian serta
pelestariannya.
 Mendorong dan memotivasi untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan
(motivasi)
 Memfasilitasi berbagai kegiatan UKJBM yang dilakukan masyarakat
(Fasilitasi)
 Menyampaikan semua informasi yang lengkap dan jelas tentang upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa sebagai bagian integral dalam pelayanan
kesehatan secara umum (Komunikasi)
136 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Memberikan nasehat dan pertimbangan mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan dalam penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa (deteksi dini,
konseling) melalui UKJBM yang terintegrasi dengan layanan Kesehatan
lainnya (konsultasi).
 Menghubungkan / mendekatkan layanan kesehatan jiwa masyarakat dengan
institusi pemerintah: Puskesmas, Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, dll
(Mediasi)
 Meningkatkan kapasitas kader serta berbagai pihak terkait dalam pengelolaan
UKJBM (asistensi)
 Mendampingi/ membimbing, membantu dan melatih kader, tokoh masyarakat
serta petugas /pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan UKJBM (asistensi)
 Memfasilitasi berbagai kegiatan UKJBM yang dilakukan masyarakat (fasilitasi)
 Membantu mencari solusi terhadap permasalahan dalam pengembangan
UKJBM (pemberian solusi)
 Melakukan komunikasi efektif untuk mencegah-mengatasi konflik,
memberikan inisiatif/gagasan dan sebagai penggerak masyarakat dalam
pengembangan UKJBM.

3) Transfer of knowledge dalam upaya meningkatkan kapasitas Kader UKBM


sehingga menjadi tau, mau dan mampu melakukan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa, menggerakkan individu, keluarga, kelompok masyarakat agar
berpartisipasi dalam upaya peningkatan layanan kesehatan jiwa di lingkungan
kehidupannya (menjadi Kader UKJBM).

4) Mobilisator dan dinamisator melalui penerapan/ interaksi komunikasi aktif


dengan berbagai pihak baik secara formal (melalui rapat, forum komunikasi,
dialog, advokasi, sosialisasi, orientasi/ pelatihan, dll) maupun informal
(dilaksanakan melalui komunikasi antar personal, secara inten baik langsung /
tatap muka maupun tidak langsung melalui saluran/ media komunikasi, secara
individu (tokoh masyarakat) atau kelompok.

Dalam melakukan komunikasi efektif, fasilitator diharapkan dapat membangun


kedekatan (proximity) dan kesamaan pemahaman (enclosure), hal ini sangat
penting dalam berinteraksi dengan masyarakat. Kedekatan yang dimaksud dapat

137 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
berdimensi fisik maupun psikologi. Berdimensi fisik artinya fasilitator
bertempat tinggal di wilayah yang sama/ berdekatan dengan masyarakat sasaran,
sehingga lebih mudah melakukan komunikasi secara inten.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan membangun kedekatan psikologi adalah


kemampuan fasilitator dapat memahami kondisi sosial- budaya atau adat
istiadat, norma-nilai-nilai kehidupan, status ekonomi, juga politik serta tatacara
upaya pengembangan persepsi positif dan mengarahkan penerimaan terhadap
pengembangan UKJBM di tatanan kehidupan suatu kelompok masyarakat. “Hal
ini termasuk upaya mengatasi/ menghilangkan stigma apabila ada anggapan
bahwa UKJBM merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk orang
gila”.

5) Komunikator yang mampu menerapkan metoda dan teknik komunikasi efektif


yang dapat diterapkan dalam dalam pengembangan UKJBM / dalam
pemberdayaan masyarakat, diantaranya adalah:
 Metode dan teknik seminar, yakni suatu kegiatan forum komunikasi yang
dilakukan oleh beberapa orang untuk membahas atau mengupas tentang
masalah-masalah peningkatan layanan kesehatan jiwa/ UKJBM, dalam rangka
mencari/ menetapkan tatakelola pelaksanaannya.
 Metode dan teknik presentasi dan diskusi interaktif (tanya jawab), dengan
menggunakan alat bantu/ media komunikasi. Metode ini ditujukan untuk
melatih kemampuan menganalisis suatu persoalan dan mengasah kemampuan
berargumentasi dan memecahkan terhadap suatu permasalahan berdasarkan
data atau fakta yang relevan.
 Metode dan teknik kerja kelompok, yakni suatu metode untuk melakukan
upaya penggerakan dan pengorganisasian masyarakat dalam penyelenggaraan
UKJBM di suatu wilayah.
 Metode dan teknik dalam kegiatan kerja lapangan, yakni metode dan teknik
fasilitasi yang dilaksanakan dengan cara mengajak kader berkunjung menuju
ke suatu tempat, dengan tujuan tidak hanya sekedar melakukan observasi
semata, namun juga dapat langsung berpartisipasi secara aktif melakukan
aktifitas dalam meningkatkan keterampilan atau pengalaman seseorang.
 Metode dan teknik eksperimental, yakni suatu metode yang dilakukan dengan
cara kader/ tokoh masyarakat diajak melakukan uji coba atau mengamati
138 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terhadap penyelenggaraan / kegiatan UKJBM sebagai bahan pembelajaran
yang hasilnya dapat dipergunakan sebagai bahan perbaikan UKJBM di
wilayahnya.
 Metode dan teknik bermain peran (role playing) dan simulasi, yakni suatu
metode yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan inter-personal
kader dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam pemberian layanan
kesehatan jiwa yang diselenggarakan melalui UKJBM. Melalui penerapan
metode ini, kader akan memperoleh pengalaman belajar yang dapat mendekati
sesuatu yang nyata dengan peran/ tugasnya.
 Metode dan teknik pemecahan masalah (problem solving), ialah metode yang
merangsang kemampuan berpikir peserta dalam mengidentifikasi dan
memecahkan suatu masalah.

d. Tujuan
Tujuan penerapan komunikasi efektif dalam pengembangan UKJBM, mengacu pada
penjelasan tersebut diatas, adalah meningkatnya:
1. Kemampuan/ kapasitas petugas puskesmas sebagai katalisator dan fasilitator
dalam pengembangan UKJBM di wilayah kerjanya.
2. Interaksi komunikasi antara petugas puskesmas, Kepala Desa/ Lurah, tokoh
masyarakat, Pengelola dan Kader UKBM serta berbagai pihak terkait dalam
pengembangan UKJBM di wilayah kerja puskesmas.
3. Kemampuan / kapasitas petugas puskesmas dalam memberdayakan kader/
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang terintegrasi
dengan kegiatan UKJBM.
4. Akses serta cakupan individu, keluarga dan masyarakat terhadap layanan
kesehatan jiwa di puskesmas melalui kegiatan UKJBM.

e. Sasaran
Sasaran primer adalah: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat umum. Sasaran
sekunder/ pelaksana kegiatan adalah:
1. Petugas puskesmas
2. Organisasi kemasyarakatan, TP.PKK
3. Kader UKBM/ Posyandu Aktif/ Pos-TB, Pos-KB, dll
4. Tim Pembina Posyandu Tingkat Kecamatan (Pokjanal Posyandu Kecamatan) dan
Tingkat Desa/Kelurahan (Pokja Posyandu Desa/Kelurahan).
139 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
f. Pesan kunci
1. Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat, merupakan tugas tanggung jawab semua pihak.
2. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
3. Salah satu bentuk ODMK adalah kenakalan anak remaja, tindak KDRT,
Penganiayaan orangtua kepada anaknya, kasus bullying, tawuran anak sekolah,
dll. Selain itu ODMK juga dialami oleh penderita penyakit fisik, lansia, ibu hamil,
dll. Keadaan ini harus diatasi melalui layanan deteksi dini dan KIP-konseling
kesehatan jiwa baik yang dilakukan oleh puskesmas, institusi pendidikan, tempat
kerja maupun UKBM.
4. Posyandu Aktif, Pos-TB Desa, Pos-KB desa, dll merupakan UKBM potensial
yang dapat dikembangkan menjadi UKJBM yang memberikan layanan deteksi
dini dan konseling kesehatan jiwa secara terintegrasi.
5. Jumlah kasus ODMK di Indonesia, setiap tahun terus mengalami peningkatan
yang signifikan, untuk itu perlu dukungan dan peran aktif kader dan masyarakat
serta stakeholders potensial dalam peningkatan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa melalui pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan layanan
Kesehatan di UKBM.
6. Layanan deteksi dini dan KIP/konseling kesehatan jiwa bukan layanan kesehatan
bagi orang gila, melainkan ODMK.
7. ODMK bukan orang gila yang harus dikucilkan, dia adalah orang yang normal
dan tetap produktif, apabila mendapatkan penanganan yang adekuat sedini
mungkin. Peran mitra atau stakeholders adalah mengatasi adanya diskriminasi dan
stigma tentang Kesehatan jiwa.
8. Setiap orang mempunyai risiko mengalami masalah kejiwaan, pada saat
mengalami sakit fisik, gangguan kehidupan sosial, dll. Melalui deteksi dini
masalah kesehatan jiwa pada diri seseorang dapat diketahui, apabila terdeteksi
mengalami masalah kejiwaan dapat segera diberikan layanan intervensinya.

140 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
9. Pelayanan kesehatan fisik seyogyanya disertai dengan pelayanan kesehatan jiwa
secara terintegrasi.
10. ODMK seharusnya harus mendapatkan layanan intervensi kesehatan jiwa sedini
mungkin, secara inten serta tidak diskriminasi. Sehingga dapat segera pulih, sehat
dan produktif.
11. Kader, Tokoh Masyarakat dan Tim Pembina Posyandu, potensial dalam
memberdayakan masyarakat untuk mengenali dan mengendalikan faktor risiko
masalah kejiwaan yang ada di wilayah kerja puskesmas.
12. Pentingnya mengenali masalah kesehatan jiwa melalui deteksi dini serta
mendapatkan intervensi layanan konseling yang adekuat, merupakan upaya
preventif kesehatan jiwa yang harus didukung oleh peran serta aktif masyarakat,
melalui UKJBM.
13. UKJBM merupakan gerakan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan
upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa yang potensial, efektif, efisien dan
strategis dalam mendukung upaya meningkatkan derajad kesehatan jiwa
masyarakat secara optimal (meningkatkan cakupan layanan deteksi dini dan KIP-
konseling kesehatan jiwa yang menjadi salah satu indikator kinerja puskesmas).

g. Tahapan kegiatan
1. Tahap Persiapan
 Internal Puskesmas
a) Membangun kesepakatan dengan Lintas Program tentang pengembangan
UKJBM, yang terintegrasi dengan UKBM.
b) Penetapan kebijakan pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan
UKBM oleh Kepala Puskesmas.
c) Peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan layanan Kesehatan di UKBM (Posyandu Aktif,
Posbindu, Posyandu Remaja, Poskestren, Pos UKK, Pos-TB Desa, Pos-KB
Desa, dll).
d) Penyusunan rencana kegiatan intern puskesmas pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan UKBM oelh petugas puskesmas yang disetujui
oleh Kepala Puskesmas.
e) Pembuatan media KIE, buku saku petunjuk teknis tentang UKJBM untuk
Tim Pembina Posyandu, Kader, dll.
141 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Eksternal Puskesmas
a) Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada Camat, Kepala Desa/Lurah,
Pokjanal Posyandu Tk Kecamatan, Pokja Posyandu Tk Desa/Kelurahan,
Ketua RW/RT, dan berbagai pihak potensial lainnya. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mendapatkan persamaan pemahamandan kesepakatan tentang
pentingnya layanan Kesehatan jiwa di masyarakat, selanjutnya
mendapatkan persetujuan dan dukungan tentang pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
b) Adanya surat edaran dari Kepala Desa/ Lurah tentang kegiatan
pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
c) Membuat perencanaan terpadu tentang kegiatan pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
d) Peningkatan kapasitas Pokjanal Posyandu Kecamatan, Pokja Posyandu
Desa/Kelurahan, TP.PKK, Kader Kesehatan serta Kader UKBM lainnya
tentang penyelenggaraan/ tatakelola layanan Kesehatan jiwa (deteksi dini
dan konseling) melalui pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan
layanan Kesehatan di UKBM (Posyandu Prima, Posyandu Aktif,
Posbindu, Posyandu Remaja, Pos-TB Desa, Pos-KB Desa, dll).
e) Penyiapan sarana-prasarana serta mekanisme penyelenggaraan layanan
Kesehatan jiwa (deteksi dini dan konseling, rujukan) yang terintegrasi
dengan kegiatan UKBM.
f) Melakukan kampanye atau promosi UKJBM ((deteksi dini dan konseling
Kesehatan jiwa) di masyarakat/ warga binaan UKBM yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
g) Setiap UKBM (Posyandu Aktif, Posbindu, Posyandu Remaja, Pos-TB
Desa, Pos-KB Desa) membuat rencana kegiatan layanan Kesehatan jiwa
(deteksi dini, konseling, rujukan) yang terintegrasi dengan layanan
Kesehatan yang ada.

2. Tahap Pengembangan UKJBM


 Ujicoba layanan promotif-preventif kesehatan jiwa yang terintergrasi dengan
kegiatan UKBM, pada sasaran terbatas: yaitu ibu hamil, ibu nifas dan lansia.

142 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Peningkatan atau pengembangan layanan promotif-preventif kesehatan jiwa
melalui UKJBM yang terintegrasi dengan layanan UKBM: berdasarkan
peningkatan sasaran ibu hamil, Ibu nifas, lansia, remaja, Ibu yang punya anak
balita, PUS, dll; kemudian jenis kegiatannya: kunjungan rumah, rujukan, dll.
Pengembangan model UKJBM berdasarkan kemauan atau kebutuhan serta
situasi dan potensi masyarakat setempat (lokal spesifik/ sesuai dengan kearifan
lokal).
 Pembinaan tatalaksana dan mekanisme layanan kesehatan jiwa (UKJBM)
yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM, meliputi: pencatatan, pelaporan,
mekanisme rujukan, dll
 Pelestarian adalah pemantapan model layanan promotif-preventif kesehatan
jiwa melalui UKJBM yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM yang sudah
ada.

143 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Pengembangan UKJBM Di Puskesmas.

No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Persiapan  Pertemuan  Adanya  Kepala Lihat diatas  Persentasi  Pedoman /  Forum  Petugas
Internal Lintas Program kesamaan Puskesmas dan dialog juknis Upaya komunikasi Keswa, TU
Puskesmas pemahaman dan  Lintas Program interaktif Promotif puskesmas atau dan Promkes
kesepakatan puskesmas Keswa rapat kerja
tentang  Instrumen
pentingnya  Media
pengembang-an presentasi
UKJBM yang
terintegrasi
dengan UKBM.

 Advokasi  Kapuskesmas  Kapuskes Pentingnya  Pendekatan  Idem  Dialog  Idem


tentang menetapkan Pengembangan individu.  Draf surat
Pengembangan kebijakan UKJBM di edaran
UKJBM Pengembangan wilayah kerja
UKJBM yang puskesmas
terintegrasi
dengan UKBM
 Peningkatan Adanya kesamaan  Lintas program  Pentingnya  Orientasi  Media  Tatap muka/  Idem
kapasitas pemahaman puskesmas pengembangan  Presentasi, presentasi  Zoom Online
petugas tentang: (pengelola UKJBM diskusi  Juknis
puskesmas  Pentingnya layanan  Peluang interaktif pengembanga
dalam pengembangan UKBM) pengembangan  Penugasan n UKJBM
pengembangan UKJBM UKJBM  Lembar
UKJBM di  Adanya peluang  Langkang- penugasan
wilayah kerja pengembangan langkah
puskesmas UKJBM yang pengembangan
dapat dilakukan UKJBM yang
secara terintegrasi

Modul Pelatihan
144Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terintegrasi dengan
dengan UKBM UKBM.

 Langkang-
langkah
pengembangan
UKJBM
Yang terintegrasi
dengan layanan
kes di Posyandu
Aktif, Posbindu,
Posyandu
Remaja,
Poskestren, Pos
UKK, Pos-TB
Desa, Pos-KB
Desa, dll

 Penyusunan  Adanya rencana  Lintas program Ruang lingkup  Presentasi,  Media  Forum  Idem
rencana kegiatan intern puskesmas dan tatakelola  Diskusi presentasi komunikasi/
kegiatan puskesmas (pengelola penyelenggaraan inetraktif  Juknis rapat kerja
pengembangan dalam layanan UKJBM yang  Diskusi pengembanga
UKJBM di pengembangan UKBM) terintegrasi kelompok n UKJBM
puskesmas UKJBM yang dengan UKBM  Pedoman/
terintegrasi Format
dengan UKBM penyusunan
yang disetujui Rencana
oleh Kepala Kegiatan
Puskesmas.

 Pembuatan  Adanya media  Tim Pembina Layanan kesswa  Komunikasi  Lembar balik,  Pengembangan  Idem dan
media KIE, KIE, buku saku Posyandu, : deteksi dini, melalui  Buku saku desain grafis petugas
buku saku petunjuk teknis  Kader, dll. konseling, media KIE  Leaflet desain media
petunjuk teknis tentang UKJBM rujukan dalam (cetak dan  Poster
tentang UKJBM kegiatan sosial)
UKJBM

Modul Pelatihan
145Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Persiapan  Sosialisasi dan  Adanya  Camat, Kepala  Pentingnya  Presentasi  Bahan  Forum  Kapuskes
ekternal advokasi kesamaan Desa/Lurah. pengembangan  Dialog presentasi komunikasi/  Lintas
tentang pemahaman  Pokjanal UKJBM interaktif  Media  Rapat kerja program
Pengembangan  Diperolehnya Posyandu Tk  Peluang  Lobi advokasi  Dialog , lobi puskesmas
UKJBM kesepakatan dan Kecamatan, pengembangan  Pendekatan dan pendekatan
persetujuan serta  Pokja UKJBM personal . personal
dukungan untuk Posyandu Tk  Langkang-
kegiatan Desa/Keluraha langkah
pengembangan n, pengembangan
UKJBM yang  Ketua RW/RT, UKJBM yang
bisa dilaksanakan  Pihak potensial terintegrasi
secara dengan
terintegrasi UKBM.
dengan UKBM  Bentuk
dukungan yang
diharapkan.

 idem  Adanya surat  Kepala Desa/  Draf Surat  Pendekatan  Draf surat  Pendekatan  Petugas
edaran / Lurah edaran / personal edaran/ personal Keswa-
rekomendasi dari  LKMD rekomendasi  Proses rekomendasi Promkes
Kepala Desa/  BPMD tentang birokrasi pengambanga Puskesmas
Lurah tentang Pentingnya dan n UKJBM  Petugas
kegiatan pengembangan administrasi Desa/Kelurah
pengembangan UKJBM yang an
UKJBM di terintegrasi
wilayah kerjanya. dengan
Posyandu
Prima,
Posyandu
Aktif,
Posbindu, Pos-
TB, Pos-KB,
dll

 Pertemuan  Adanya rencana  Lintas Program Pengembangan  Presentasi  Juknis  Rapat kerja/  Petugas
perencanaan kegiatan Puskesmas UKJBM yang dan dialog pengembanga workshop puskesmas
terpadu kegiatan pengembangan  Pokja terintegrasi interaktif n UKBM
pengembangan UKJBM secara Posyandu dengan

Modul Pelatihan
146Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKJBM di terpadu di setiap  Pengelola Posyandu Aktif,  Diskusi  Juknis
wilayah kerja Desa/Kelurahan ( UKBM Posbindu, Pos- kelompok Pengembanga
puskesmas. sebagai tindak TB, Pos-KB, dll n Posyandu
lanjut dari surat Prima,
edaran/ Posyandu
rekomendasi Aktif, dan
Kades/ Lurah) UKBM
lainnya
 Peningkatan  Peningkatan  Pokjanal Pentingnya  Presentasi  idem  Orientasi  idem
kapasitas pihak pemahaman dan Posyandu UKJBM dan dialog  Forum
terkait dalam kemampuan Kecamatan, Peningkatan interaktif komunikasi
pengembangan peserta  Pokja akses masyarakat  Diskusi
UKJBM pertemuan dalam Posyandu terhadap layanan kelompok
penyelenggaraan/ Desa/Keluraha keswa (deteksi
tatakelola n dini, konseling ,
UKJBM serta  TP.PKK, rujukan)
layanan  Kader
Kesehatan jiwa Kesehatan
(deteksi dini dan serta Kader
konseling, UKBM
rujukan) yang
dilakukan secara
terintegrasi di
Posyandu Aktif,
Posbindu,
Posyandu
Remaja, Pos-TB
Desa, Pos-KB
Desa, dll.

 Pertemuan  Identifikasi  Pokjanal Jenis bauran  Presentasi  idem  Forum  idem


pembahasan kebutuhan sarana Posyandu media KIE dan dialog komunikasi
kebutuhan -prasaran untuk Kecamatan, Keswa interaktif
sarana-prasarana layanan keswa  Pokja mendukung
 Diperolehnya Posyandu UKJBM
informasi tentang Desa/Keluraha
sumber dana n
 TP.PKK,

Modul Pelatihan
147Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
untuk pengadaan  Pengelola
sara tersebut UKBM

 Pengadaan  Adanya sarana-  Puskesmas Media cetak,  pengadaan - -  Puskesmas/


sarana-prasarana prasarana untuk  Pengelola elektronik dan pihak ke-tiga
layanan keswa di UKBM Sosial
UKJBM.
 Kampanye atau  Penggerakan  Pengelola Pentingnya  KIE  Media/  Pendekatan  Petugas
promosi demand UKBM layanan keswa individu, Saluran individu, Puskesmas
UKJBM di masyarakat  Keluarga bagi masyarakat kelompok Komunikasi kelompok dan  Kader UKBM
masyarakat terhadap layanan binaan (deteksi dini, dan massa massa/ sosial
keswa ((deteksi  Kelompok konseling,  KIE secara
dini dan masyarakat rujukan) melalui langsung,
konseling  Masyarakat UKJBM yang atau tidak
Kesehatan jiwa) umum terintegrasi langsung
yang dilakukan dengan kegiatan melalui
melalui UKJBM UKBM media/
yang terintegrasi saluran.
dengan UKBM
 Penyusunan  Adanya rencana  Pengelola Tatakelola/  Presentasi  Juknis  Forum  idem
rencana kegiatan layanan Posyandu mekanisme  Diskusi UKJBM komunikaswi
kegiatan keswa Prima, penyelenggaraan kelompok  Juknis  Rapat kerja
layanan keswa (UKJBM) di Posyandu layanan keswa UKBM
terintegrasi. setiap UKBM Aktif, (UKJBM) yang
Posbindu, terintegrasi
Posyandu dengan UKBM.
Remaja, Pos-
TB Desa, Pos-
KB Desa, dll
2 Pengembangan  Ujicoba layanan  Dilakukannya  Pengelola Tatakelola/ Komunikasi  Idem  Kegiatan  idem
UKJBM kesehatan jiwa layanan keswa Posyandu mekanisme efektif  Instrumen UKJBM
yang (skrining/deteksi Prima, penyelenggaraan terintegrasi deteksi dini (layanan
terintergrasi dini, konseling, Posyandu layanan keswa dengan  Pencatatan- keswa)
dengan kegiatan rujukan) Aktif, bagi Bumil dan layanan pelaporan terintegrasi
UKBM pada Posbindu Lansia yang  Skrining/
sasaran terbatas  Layanan keswa terintegrasi  Deteksi dini
bagi Ibu hamil dengan kegiatan  Interpretasi
dan Lansia Posyandu Prima,

Modul Pelatihan
148Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Posyandu Aktif,  KIP/Konseli
Posbindu. ng
 Rujukan
 Peningkatan  Peningkatan  berdasarkan Layanan keswa  idem  idem  idem  idem
atau jangkauan peningkatan (UKJBM) yang  Instrumen
pengembangan layanan UKJBM jenis sasaran terintegrasi deteksi dini
UKJBM yang yang terintegrasi ibu hamil, dengan layanan  Pencatatan-
terintegrasi dengan layanan lansia, remaja, Kesehatan ibu pelaporan
dengan layanan UKBM Ibu yang punya hamil, lansia,
UKBM di  Dikembangkanny anak balita, remaja, Ibu yang
wilayah kerja a model UKJBM PUS, dll; punya anak
puskesmas berdasarkan  berdasarkan balita, PUS, dll;
kemauan atau jenis
kebutuhan serta kegiatannya:
situasi kunjungan
masyarakat rumah,
setempat (local rujukan, dll.
spesifik/ sesuai
dengan kearifan
local).

 Pembinaan  Adanya kejelasan  Pengelola Sistem  Dialog  Juknis  Forum  idem


tatalaksana tentang i: Posyandu Pencatatan dan interaktif Pencatatan komunikasi
layanan pencatatan, Prima, pelaporan Mekanisme Pelaporan  Kunjungan
Kesehatan jiwa pelaporan, Posyandu UKJBM Pencatatan  SIM/E-
(UKJBM) mekanisme Aktif, dan Posyandu
rujukan, dll Posbindu, Pelaporan Dialog
layanan keswa Posyandu Kegiatan interaktif
dalam kegiatan Remaja, Pos- UKJBM di Mekanisme
UKJBM TB Desa, Pos- Puskesmas Pencatatan
KB Desa, dll  SIM / E- dan
Posyandu Pelaporan
Kegiatan
UKJBM di
Puskesmas
 SIM / E-
Posyandu

Modul Pelatihan
149Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Pelestarian  Layanan keswa  Pengelola UKJBM terpadu  Layanan  kegiatan  Layanan Keswa  idem
UKJBM berjalan secara individu, Pentingnya Keswa UKJBM terpadu dengan
terintegrasi keluarga peningkatan terpadu terintegrasi UKBM
dengan layanan binaan, akses masy dengan dengan
UKBM Posyandu terhadap layanan UKBM UKBM
 Layanan keswa Aktif, keswa di wilayah
diterima dan Posbindu, kerja puskesmas
menjadi Posyandu
kebutuhan Remaja, Pos-
masyarakat. TB Desa, Pos-
KB Desa, dll

Modul Pelatihan
150Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3. Penerapan Strategi Komunikasi Efektif dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas.
Penerapan strategi komunikasi efektif dalam Kesehatan jiwa yang sudah dibuat atau
dikembangkan, harus ditindak lanjuti dengan upaya penerapannya yang dituangkan dalam
bentuk perencanaan kegiatan. Pembuatan rencana kegiatan kesehatan jiwa di puskesmas,
harus mengacu pada ketentuan manajemen puskesmas (Permenkes No. 44 Th. 2016 tentang
Manajemen Puskesmas), yaitu menyusun RUK (Rencana Usulan Kegiatan), setelah dibahas
dan disetujui jenis kegiatan yang diusulkan beserta ketersediaan anggarannya, maka petugas
pengelola program puskemas ybs, membuat rencana pelaksanaan kegiatan (RPK). Dalam
RPK sudah ada kejelasan jenis kegiatan dan lain sebagainya sesuai RUK, serta alokasi dana
serta waktu / jadwal pelaksanaannya.
Ada beberapa tahapan dalam membuat RUK penerapan strategi komunikasi efektif upaya
promotif-preventif Kesehatan jiwa di puskesmas, yaitu:

1) Persiapan
 Petugas kesehatan jiwa puskesmas atau petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas
sebagai pengelola Kesehatan jiwa puskesmas, melakukan analisis masalah
kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas. Data tentang permasalahan
kesehatan jiwa tersebut dapat diperoleh dari :
o Data PIS-PK yang ada di puskemas dari indikator ODGJ yang ada di wilayah
kerja puskemas (baik yang sudah mendapat pengobatan maupun yang belum).
o Data masalah kesehatan jiwa (ODMK) yang ada di Institusi Pendidikan
(sekolah), Lembaga Pemasyarakatan (bila ada), Kantor Pemerintah ASN,
Tempat Kerja Swasta, Tempat Ibadah, Pondok Pesantren, Keluarga, Pasien
Puskesmas (pasien umum maupun pasien kesehatan jiwa).
o Data ODMK dari masyarakat (misalnya: hasil skrining, atau hasil Survelans
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat, laporan masyarakat dll)
o Data dukungan kebijakan dan anggaran/ dana dari pihak pemerintah terhadap
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di puskesmas (bukan termasuk biaya
pengobatan ODGJ).
o Dukungan / peran mitra potensial dalam pelaksanaan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di institusi pendidikan/ sekolah, pondok pesantren, tempat kerja
ASN dan swasta, lapas, dll.

151 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
o Peran masyarakat/ kader dalam pelaksanaan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa dalam terintegrasi dengan UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos-
TB, Pos KB, dll) terkait dengan pengembangan UKJBM di wilayah kerja
puskesmas.
 Petugas Kesehatan Jiwa, Puskesmas menyampaikan hasil analisis masalah tersebut
kepada Kepala Puskesmas dan Tim Manajemen Puskesmas. Tujuannya agar
mendapat dukungan menjadi salah satu program prioritas yang masuk dalam RUK
Puskemas (RUK lima/ tiga tahunan atau satu tahunan).

2) Penetapan masalah kesehatan jiwa


Kepala Puskesmas, Tim Manajemen/ Lintas Program Puskesmas bersama berbagai
pihak terkait membahas permasalahan kesehatan jiwa yang perlu mendapat perhatian,
termasuk tugas dan target pelayanan kesehatan jiwa yang harus dicapai
puskesmas: hasil surveilans kesehatan jiwa atau hasil cakupan skrining/deteksi
dini pada anak sekolah, ASN, ibu hamil, ibu nifas, lansia, Napi, pekerja, dll serta
target cakupan institusi/ Lembaga yang melaksanakan intervensi layanan
kesehatan jiwa (minimal : KIP/ konseling).

3) Penetapan prioritas masalah kesehatan jiwa


Dari beberapa masalah kesehatan jiwa yang ditetapkan tersebut, tahap selanjutnya
adalah menetapkan prioritas masalah. Dalam manajemen puskesmas, metode yang
dipergunakan adalah sistim skoring, dengan mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:
a) Tingkat urgency/urgensinya (U), yakni apakah masalah kesehatan jiwa tersebut
penting untuk segera diatasi.
b) Keseriusannya/ seriousness (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah
c) Potensi perkembangannya/ growth (G), yakni apakah masalah tersebut akan
berkembang menjadi besar dan/ atau berpotensi menimbulkan masalah baru
lainnya/ menjalar.
d) Kemudahan / kelayakan untuk mengatasinya/ feasibility (F), yakni apakah
masalah tersebut mudah diatasi, mengacukepada kemampuan serta potensi yang
ada di Puskesmas.
Masing-masing faktor diberi nilai 1 – 5 berdasarkan skala likert (5 = sangat besar, 4 =
besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil) dan nilai total tersebut diperoleh dari
rumus: T= U+S+G+F. Pemberian skoring untuk satu masalah merupakan
perbandingan dengan masalah lainya, contoh: untuk tingkat urgency-nya (U) masalah
A dibanding
152 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
masalah B dan dibanding masalah C. Sehingga tidak ada nilai yang sama dalam
pemberian scoring dalam satu kolom untuk masalah A= 5; B= 3; C=2 dilihat dari
urgency-nya demikian untuk pemberian scoring untuk tingkat S, G dan F. Apabila
jumlah masalah yang akan di prioritaskan lebih dari 5, maka penetapan nilai skoring
adalah 1-7 atau 1-10.

Format Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Jiwa


Di Puskesmas…………………… Tahun………………

No. Masalah Keswa Nilai U Nilai S Nilai G Nilai F Nilai Prioritas


Total
1
2
3
4

Dari hasil skoring tersebut, maka dapat diketahui prioritas masalah yang akan diatasi.

4) Identifikasi penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas


Melakukan identifikasi penyebab masalah prioritas kesehatan jiwa yang telah
ditetapkan. Metode yang dipergunakan fishbone, tetapi secara sederhana ada beberapa
faktor penyebab masalah terkait dengan peningkatan upaya promotif Kesehatan jiwa di
puskesmas, diantaranya: a) kurang dukungan kebijakan dan anggaran; kurangnya peran
mitra dan masyarakat; c) belum didukung dengan kapasitas SDM yang memadai; dll.

5) Penetapan upaya mengatasi penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas


mengacu pada strategi komunikasi efektif yang telah dikembangkan.
Pengembangan strategi komunikasi efektif, mempermudah petugas dalam menetapkan
upaya mengatasi penyebab masalah kesehatan jiwa yang akan dituangkan dalam RUK.
Perlu dipahami bahwa strategi komunikasi tersebut masih bersifat umum, oleh sebab itu
petugas puskesmas harus memilih dan menetapkan strategi komunikasi efektif yang
sesuai untuk mengatasi masalah yang ada. Selain itu, jenis kegiatan apa saja yang harus
dilakukan dan mendapat dukungan anggaran (ingat anggaran puskemas terbatas),
sehingga ada upaya

153 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
lain yang bisa dilakukan untuk memenuhi anggaran tersebut, misalnya: melalui kegiatan
advokasi, penggalangan kemitraan, dll.

6) Menyusun dan membahas RUK yang mengacu pada Strategi Komunikasi serta
ketentuan manajemen puskesmas, dengan menggunakan format RUK sbb:

7) Menyusun dan membahas RPK yang mengacu pada RUK serta sudah melalui
proses administrasi dengan menggunakan format RPK sbb:

154 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Format Penyusunan RUK Penerapan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
Di Puskesmas……………………… Tahun…………………………………..

No. Kegiatan Jennis Tujuan Sasaran Penanggung Mitra Rencana Kebutuhan Indikator Sumber
Pokok Kegiatan Jawab Kerja Waktu anggaran Kinerja Pembiayaan
Pelaksanaan

Format Penyusunan RPK Penerapan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
Di Puskesmas……………………… Tahun…………………………………..

No. Kegiatan Jennis Kegiatan Tujuan Sasaran Penanggung Volume Jadwal Rincian Lokasi Ket
Pokok Jawab Kegiatan Pelaksanaan Anggaran/ Pelaksanaan
kegiatan Biaya

Modul Pelatihan
155Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

Tentang Implementasi Komunikasi Efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa di


puskesmas, meliputi:
1. Konsep dasar penerapan komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa di
puskesmas.
2. Implementasi komunikasi efektif dalam melakukan advokasi kesehatan jiwa pada penentu
kebijakan atau pengambil keputusan.
3. Implementasi komunikasi efektif dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan kampanye
kesehatan jiwa untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi.
4. Implementasi komunikasi efektif dalam melakukan kegiatan kemitraan untuk
meningkatkan peran aktif mitra potensial pada upaya promotif kesehatan jiwa sesuai
potensi dan kewenangannya.
5. Implementasi komunikasi efektif dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
pada upaya preventif kesehatan jiwa, agar terselenggara pelayanan kesehatan jiwa yang
terintegrasi dengan UKBM di wilayah kerja puskesmas.
6. Pengembangan strategi komunikasi efektif terkait dengan kegiatan advokasi, sosialisasi
dan kampanye, kemitraan serta pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan jiwa di
masyarakat.

156 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 2:
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING (KIP&K)
DALAM UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Th. 2020-2024, mengamanatkan bahwa dalam Trasformasi
Pelayanan Kesehatan Primer yang diselenggarakan oleh Puskesmas maupun Posyandu Aktif,
layanan KIE/Edukasi/Konseling merupakan paket pelayanan kesehatan komprekensif yang
dilakukan puskesmas serta merupakan paket pelayanan kesehatan yang terintegrasi yang
diselenggarakan Posyandu Aktif.
Konseling merupakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yang
merupakan salah satu persyaratan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas
atau bermutu yang dirasakan oleh klien/ pasien. Mengapa demikian? Mari kita renungkan
pernyataan ini, bahwa secara sederhana kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
institusi kesehatan ditentukan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu kualitas pelayanan kesehatan
secara teknis medis dan kualitas pelayanan komunikasi saat berinteraksi dengan klien/ pasien.
Pada saat seseorang itu menderita gangguan kesehatan secara fisik, secara sadar ataupun tidak
dia juga mengalami masalah kejiwaan, tindakan teknis medis sesuai dengan SOP/ Protap
apabila tidak disertai dengan tindakan komunikasi yang baik saat berinteraksi dengan
klien/pasien, pasti akan terbangun image pelayanan kesehatan yang kurang bagus dimata
klien. Sebaliknya, apabila tindakan pelayanan teknis medis kurang bagus, walaupun
pelayanan komunikasinya bagus, akan menghasilkan image pelayanan kesehatan tersebut
kurang bagus. Komunikasi interpersonal dan konseling dalam pelayanan kesehatan
merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dengan kualitas pelayanan kesehatan di
bidang teknis medis.
Oleh sebab itu, pelayanan komunikasi interpersonal/ komunikasi antar personal dan
konseling merupakan paket pelayanan kesehatan komprehensif (transformasi layanan
Kesehatan primer/ TLP) yang disepenggarakan puskesmas serta paket integrasi layanan
kesehatan primer (ILP) yang diselenggarakan Posyandu. Konseling kesehatan jiwa yang
dilakukan di puskesmas maupun di posyandu atau institusi/ Lembaga pemerintah/ swasta
yang
157 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
ada di wilayah kerja puskesmas, merupakan target cakupan/ kinerja puskesmas dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang harus dicapai.
Sehubungan dengan itu, pada sub pokok bahasan Materi TOT Inti 2, ini akan dibahas
tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP-K) dalam upaya preventif kesehatan
jiwa di puskesmas. Pelayanan KIPK dalam pelayanan kesehatan jiwa ini sebagai bentuk
layanan intervensi bagi klien/ pasien yang telah terdeteksi mengalami masalah kejiwaan
(ODMK).

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok TOT ini, peserta dapat menjelaskan konsep dasar
komunikasi interpersonal dan konseling (KIP-K) dalam upaya preventif kesehatan jiwa, serta
penerapannya dalam layanan kesehatan jiwa yang diselenggarakan secara terintegrasi di
puskesmas maupun di posyandu.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
1. Pengertian, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan teknik KIP-K
2. KIPK dalam Layanan Kesehatan Jiwa yang terintegrasi dengan Layanan Kesehatan di
Puskesmas.
3. KIPK dalam pemberdayaan individu, keluarga serta kelompok masyarakat dalam mencari
layanan kesehatan jiwa sebagai tindak lanjut skrining/ hasil deteksi dini, secara mandiri
sesuai dengan kebutuhannya.

158 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………….…
URAIAN MATERI POKOK 2:
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING (KIP-K) DALAM
UPAYA PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
…………………………………………………………………………………..
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling
(KIP-K) dalam Upaya Preventif Kesehatan Jiwa, apa yang Saudara ketahui tentang
pengertian, perbedaan antara komunikasi interpersonal dan konseling serta tujuan dari KIP-
K Kesehatan Jiwa tersebut.
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang Konsep Dasar KIP-K serta
Implementasi KIP-K dalam Upaya Preventif Kesehatan Jiwa.

Pengertian, Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup dan Teknik KIP-K Dalam Upaya Preventif
Kesehatan Jiwa.

1. Pengertian KIPK
Secara umum pengertian komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi (KAP)
menurut Joseph A.Devito (1998) dalam bukunya The Interpersonal Communication , adalah
komunikasi antara dua orang atau dengan kelompok kecil, melalui kontak langsung dalam
bentuk percakapan verbal maupun non-verbal/emosional, yang dilakukan secara langsung
berhadapan muka (face to face) atau melalui media seperti telepon/Hp. Ciri khas komunikasi
interpersonal adalah terjadi interaksi dua arah atau timbal balik.
Selanjutnya, secara etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya
“dengan” atau bersama” / “menerima atau “memahami”. APGA (American Personal
Guidance Association), Pietrofesa dan Winkell (2005), mengatakan konseling adalah
pertemuan tatap muka dalam bentuk bimbingan atau pemberian bantuan antara petugas
konseling dengan klien (konseli), yang bersifat rahasia, saling menerima dan memberi antara
keduanya untuk mengidentifikasi masalah, upaya memecahkan masalah serta
memberdayakan klien dapat mengambil/ menetapkan keputusannya yang terbaik bagi dirinya
atas dasar tanggung jawab terhadap bebagai persoalan yang dihadapinya.
Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling adalah bentuk komunikasi antar pribadi
antara petugas konseling dengan individu atau dengan kelompok kecil sebagai klien,
sehingga terbangun hubungan persahabatan, dimana klien dapat merasakan kenyamanan,
dapat mengungkapkan prasaannya secara bebas tanpa ada rasa dihakimi. Interaksi
antara

159 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
petugas konseling dengan klien berlangsung secara terbuka sehingga klien dengan bantuan
petugas konseling dapat menemukan permasalahan yang dihadapi, faktor penyebab,
mengidentifikasi upaya mengatasi masalahnya, serta menetapkan keputusan yang
terbaik bagi dirinya dalam mengatasi masalahnya. Dengan demikian, melalui konseling,
klien terbantu dapat mengalami pemulihan pribadi (self-healing).
Mengacu pada pengertian tersebut, maka pengertian komunikasi interpersonal dalam
pelayanan kesehatan jiwa merupakan komunikasi tatap muka dari petugas ke individu (klien)
atau dari petugas dengan kelompok kecil, bersifat interaktif/dua arah, pesan yang
disampaikan dalam bentuk verbal, non verbal/emosional. Kedua belah pihak saling berbagi
informasi, pikiran, pendapat serta perasaan tentang permasalahan kesehatan jiwa oleh klien.
Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan dari petugas konseling kepada
klien-nya, melalui pertemuan tatap muka dengan menyampaikan informasi yang tidak
memihak serta memberikan dukungan emosi, agar klien mampu mengenali keadaan dirinya
dan masalah yang dihadapinya sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap
bagi dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Atas
dasar tersebut, kemudian klien bisa bertindak sesuai dengan keputusan yang telah dipilihnya
secara mantap karena memahami alasan dan tujuannya. Dasar dari pengertian konseling
adalah pemberian informasi yang tujuan akhirnya adalah klien dapat membuat keputusan
untuk mengatasi masalahnya.
Melalui konseling dalam pelayanan kesehatan jiwa, terjadi proses peningkatan
kemampuan klien dalam:
 Mengenali keadaan dirinya/ permasalahan kesehatan jiwa yang dirasakan/dialaminya
 Menemukan faktor risiko penyebab terjadinya masalah kesehatan jiwa
 Meningkatkan kemampuan klien untuk mampu berpikiran positif dan optimis
 Menganalisis serta memahami upaya untuk mengatasi faktor risiko tersebut. termasuk
konsekuensi dan keuntungan terhadap beberapa alternatif pemecahan masalah yang
telah dipikirkan.
 Memilih serta membuat/menetapkan keputusan tentang tindakan yang terbaik bagi
dirinya untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa yang dialaminya.

Secara umum bentuk kegiatan KIP-K kesehatan jiwa dapat dilakukan dalam bentuk
promosi kesehatan jiwa, pemberian bimbingan, nasehat, motivasi, edukasi (peer group
education).

160 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Dalam melakukan KIP-K Pelayanan Kesehatan Jiwa, petugas kesehatan atau kader terlebih
dahulu harus memiliki soft-skill tentang metoda dan teknik KIP-K.

2. Tujuan
Secara umum tujuan KIP-K adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak potensial di wilayah kerja Puskesmas, sebagai intervensi
tindak lanjut hasil skrining/ deteksi dini yang telah dilakukan pada target sasaran.
Selanjutnya, tujuan khusus komunikasi interpersonal adalah:
 Meningkatkan pengetahuan yang benar tentang masalah kesehatan jiwa pada klien.
 Membangun interaksi yang positif dengan klien, sehingga terjalin hubungan
komunikasi yang menyenangkan/ menimbulkan rasa simpati, memberikan dorongan
atau motivasi berupa penyampaian gagasan inspiratif yang dapat menggugah klien
menjadi percaya diri, dan semangat untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa yang
dialami
 Menjadikan klien mau mencoba atau berusaha melakukan upaya mengatasi
masalahnya, agar menjadi sehat dan pulih.

Sedangkan tujuan khusus konseling dalam pelayanan kesehatan jiwa, adalah:


 Meningkatkan hubungan antara petugas konseling dengan klien
 Meningkatkan kemampuan klien untuk mengenal masalahnya, mengidentifikasi
alternatif pemecahan masalahnya, menetapkan prioritas alternatif pemecahan
masalah, menganalisis / melakukan kajian sejauhmana konsekuensi dan keuntungan
terhadap pilihan pemecahan masalah yang akan ditetapkan.
 Meningkatkan kemampuan untuk memutuskan upaya yang terbaik bagi dirinya dan
bertindak berdasarkan kesadarannya, potensi serta tanggung jawabnya untuk hidup
lebih baik atau lebih sehat.
 Membantu klien untuk dapat mengurangi ketegangannya dan meningkatkan
kemampuannya untuk berpikiran positif dan optimis dalam melakukan upaya
mengatasi masalah yang telah ditetapkannya (perubahan perilaku).
 Meningkatkan kapasitas/ potensi seseorang untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa
yang dirasakan/dialaminya.

161 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3. Sasaran
Sasaran KIP-K dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa, adalah:
a. Sasaran utama adalah individu, keluarga dan kelompok-kelompok kecil potensial
(peer group education), misalnya: Kelompok Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
yang terdiri dari Kelompok Ibu Hamil; Kelompok Ibu Menyusui, Kelompok Ibu yang
Punya Anak Balita, selian itu ada pula Kelompok Remaja Sehat/ Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR); Kelompok Santriwati/ Santri, dll.
b. Sasaran pelaksana pelayanan KIP-K Kesehatan Jiwa di wilayah kerja puskesmas,
mengacu pada tempat/ institusi penyelenggaraan pelayanan KIP-K Kesehatan Jiwa,
yaitu:
 Kader Posyandu Aktif/ Posbindu/ Posyandu Lansia/Posyandu Remaja/
Poskestren/Pos UKK/Pos TB/Pos KB.
 Petugas Kesehatan di Puskesmas
 Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Sekolah SLTP dan SLTA atau sederajat.
 Petugas Pembina Kualitas SDM di Kantor ASN atau HRD (Human Resources
Department) untuk Kantor/ Tempat Kerja Swasta.
 Relawan Potensial / termasuk tokoh agama dikalangan Jemaah, dll.
Dalam menetapkan petugas KIP-konseling pelayanan kesehatan jiwa, hendaknya harus
memperhatikan faktor kepercayaan klien terhadap petugas konseling tersebut dalam
mempengaruhi dan memberikan bantuan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi klien.
Secara umum petugas KIP-Konseling yang potensial adalah individu yang mempunyai
hubungan terkuat atau terdekat dengan sasaran/ klien. Contoh: tidak selalu orang tua bisa
menjadi petugas KIP-Konseling bagi putra/putrinya; Teman terkadang juga bisa menjadi
petugas KIP-Konseling yang dipercaya oleh kliennya (baik dikalangan remaja, ibu-ibu muda,
pegawai ASN/swasta, dll)
Oleh sebab itu, petugas kesehatan jiwa puskesmas, harus bisa memilih/ menetapkan
petugas KIP-Konseling yang sesuai/potensial dalam mengembangkan pelayanan KIP-
Konseling kesehatan jiwa di wilayah kerjanya. Apa yang harus dilakukan oleh petugas
puskesmas tersebut?
 Pertama (sisi supply) yaitu pihak penyelenggara layanan KIP-K: yaitu melakukan
identifikasi petugas KIP-Konseling yang mempunyai kemampuan/ berkompeten
melakukan konseling dengan menerapkan teknik KIP-Konseling yang benar;
mempunyai kepribadian yang bijak, rendah hati, sabar, sopan, mempunyai waktu

162 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
serta bersedia berperan aktif dalam penyelenggaraan pelayanan KIP-Konseling
Kesehatan Jiwa. Selanjutnya, mengembangkan layanan KIP-K layanan Keswa
sesuai dengan kebutuhan / harapan klien, baik dari sisi gender, tempat layanan,
waktu layanan, dll
 Kedua (sisi demand): yaitu melakukan identifikasi petugas KIP-Konseling yang
disukai atau dipilih oleh klien, misalnya dengan menyebarkan angket atau
kuesioner, dll.
 Ketiga: melakukan peningkatan kapasitas petugas KIP-Konseling terpilih dalam
penerapan teknik KIP-Konseling serta pengetahuan dalam penanganan berbagai
masalah kejiwaan, untuk memenuhi kebutuhan/harapan klien.
 Keempat: menyelenggarakan layanan KIP-K Keswa di setiap tatanan potensial
sesuai dengan kondisi serta kebutuhan/harapan klien

4. Ciri-ciri / Prinsip Komunikasi Interpersonal / Komunikasi Antar Personal adalah


adanya:
a. Keterbukaan (openness/responsiveness and happiness), sikap menanggapi informasi
dengan hati yang gembira saat berinteraksi dalam hubungan antar pribadi.
b. Empati (empathy), situasi dimana klien turut merasakan apa yang dirasa oleh orang lain.
c. Dukungan (supportiveness), situasi terbuka untuk mendukung memberikan bantuan /
solusi bagi orang lain dengan melakukan komunikasi yang efektif.
d. Rasa positif (positivenes), perasaan positif dalam diri turut mendorong orang lain
untuk aktif berpartisipasi dan menciptakan suasana komunikasi yang kondusif.
e. Kesetaraan (equality), pengakuan tersembunyi dalam diri kedua belah pihak untuk
saling menghargai.
5. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan KIP-Konseling Kesehatan Jiwa, meliputi:
a. Berdasarkan tatanan
1) Layanan KIP-K Keswa menangani tatanan rumah tangga atau keluarga
2) Layanan KIP-K Keswa menangani tatanan institusi pendidikan
3) Layanan KIP-K Keswa menangani tatanan tempat kerja pemerintah/swasta
4) Layanan KIP-K Keswa menangani tatanan institusi kesehatan/ Lembaga Khusus
5) Layanan KIP-K Keswa menangani tatanan masyarakat umum

163 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
b. Berdasarkan jenis pelayanan kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan:
1) Paket pelayanan kesehatan komprehensif yang diselenggarakan di dalam gedung
puskesmas.
2) Paket pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Posyandu Aktif/ Posbindu/
Posyandu Remaja, Pos UKK, dll.
3) Program Usaha Kesehatan di Sekolah/ Madrasah.
4) Program Pondok Pesantren Sehat.
5) Program Kampus Sehat.
6) Program Pembinaan SDM/HRD di tempat kerja ASN/Swasta.
7) Program Pembinaan Napi di Lapas
8) Program pelayanan jamaah di tempat-tempat ibadah.
9) Program pelayanan KIP-K Kesehatan Jiwa khusus yang diselenggarakan oleh
pihak swasta/ atau relawan.

6. Teknik Komunikasi Interpersonal dan Konseling


Secara umum ada beberapa teknik KIP-K merupakan “soft skill” yang harus dimiliki oleh
petugas konseling, yaitu:
a. Membangun hubungan baik dengan klien
 Menyambut klien dengan salam dan saling berkenalan dengan menyebutkan
namanya.
 Bersikap ramah dan penuh penerimaan terhadap klien dan keluarga (menerima
klien apa adanya).
 Memperlakukan klien dan keluarganya secara terhormat
 Menghargai hak-hak klien dan keluarga (hak mendapatkan informasi, akses dalam
pelayanan, memilih, privasi dalam pelayanan, kerahasiaan, harkat martabat dalam
pelayanan kesehatan, mendapatkan kenyamanan dalam pelayanan kesehatan,
berpendapat, dll)
 Menghargai budaya serta harkat dan martabat klien
 Menghormati dan memahami perasaan dan pikiran klien serta tidak memaksakan
kehendaknya sendiri.
 Menumbuhkan rasa percaya diri klien sehingga klien berani berbicara, membahas,
berpendapat, dan mengambil keputusan sendiri sesuai keadaan, kebutuhan, dan
keinginannya.

164 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Memberikan dukungan emosi, rasa aman serta meyakinkan pada klien untuk
merahasiakan apa yang disampaikan klien

b. Membangun komunikasi dengan baik


 Menyampaikan pesan dengan jelas, sederhana, bertahap, sisitematis, dengan
menggunakan media KIE.
 Peka dan tanggap terhadap sikap klien tentang pengertian pesan yang disampaikan
 Mengulangi pesan yang penting dan perlu ditindak lanjuti oleh klien
 Memberi contoh-contoh nyata yang memudahkan klien untuk bisa memahaminya
 Mengemukakan pesan yang dianggap penting terlebih dahulu, jangan larut dalam
hal-hal yang sifatnya rinci, namun tidak begitu penting
 Hindari gangguan komunikasi karena adanya perbedaan persepsi, pemakaian
media yang kurang tepat, isi pesan yang terlalu banyak dan suasana yang kurang
mendukung
 Waktu untuk berkomunikasi dengan klien jangan sampai berlarut-larut, kelola
waktu secara efektif dan efisien.

c. Menggunakan media KIE


Tujuan menggunakan media KIE adalah : memperjelas pesan serta membantu klien
untuk memahami informasi yang disampaikan; menumbuhkan daya tarik; membantu
petugas untuk memfokuskan pembicaraan. Teknik penggunaan media KIE tergantung
pada jenis media-nya misalnya: lembar balik, poster, model, dll. Namun secara prinsip
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas yaitu:
 Ajak klien untuk memperhatikan media KIE tersebut
 Fokuskan pembicaraan sesuai dengan informasi (kata-kata maupun gambar) yang
ada pada media yang sedang dipergunakan.
 Tekankan bahwa informasi yang ada di dalam media ini penting
 Lakukan pengecekan pemahaman klien terhadap informasi yang dibahas dengan
menggunakan media KIE tersebut. Apabila klien sudah mempunyai pemahaman
yang baik berikan pujian dan lanjutkan dengan informasi lainnya. Tetapi apabila
klien masih kurang paham ulangi dan beri penekanan pada hal-hal yang penting.

165 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
d. Menjadi pendengar aktif, dengan cara:
 Berhenti berbicara dan membiarkan klien berbicara dengan enak. Membantu agar
klien merasa bebas berbicara
 Tunjukkan pada klien bahwa anda ingin mendengarkan. Mendengarkan untuk
mengerti dan bukan untuk menentang
 Ciptakan situasi aman dan nyaman agar klien dapat berbicara dengan bebas.
 Memberikan perhatian dan simpati saat klien berbicara
 Bersabar untuk tidak memotong pembicaraan
 Mampu menguasai emosi diri, saat ingin berbicara.
 Bersikap tenang dalam melakukan argumentasi serta menerima kritik
 Mengajukan pertanyaan terbuka, pertanyaan hendaknya relevan dengan masalah
klien
 Menyampaikan tanggapan yang sesuai dan tidak bertele-tele, gunakan bahasa
yang sopan dan mudah dipahami.

e. Teknik mengajukan pertanyaan, dilakukan dengan menggunakan jenis


pertanyaan terbuka.
Pertanyaan terbuka, adalah jenis pertanyaan yang dijawab dengan uraian penjelasan.
Misalnya: Coba ceritakan apa yang ibu rasakan ...? Apakah ibu berkenan
menceritakan mengapa hal itu terjadi… ?
Jenis pertanyaan yang diupayakan untuk dihindari oleh petugas konseling adalah
pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang dapat dijawab “ya” atau “tidak” oleh klien.
Misalnya: Apakah ibu merasa sedih/ cemas?, jawaban pasti “ya” atau “tidak”
Selain itu juga jenis pertanyaan yang mengarahkan atau menyudutkan keadaan klien,
contoh: Apakah benar ibu mendapatkan perlakuan ini, karena ibu sering keluar
rumah..?

f. Melakukan observasi (self disclosure / keterbukaan), dilakukan dengan cara:


Melihat dan mendengar” apa yang dikatakan klien serta sikap klien, apakah ada
kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan keadaan kejadian sesungguhnya. Dengan
melakukan observasi yang baik, petugas konseling dapat:
 Memperoleh informasi yang benar tentang keadaan klien
 Mengetahui sikap dan perilaku yang positif dan negatif klien
 Menghindarkan penilaian yang salah terhadap klien

166 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Mengatasi adanya kesejangan antara tingkah laku verbal dan non verbal atau apa
yang dikatakan klien dengan yang dilakukan klien
Hasil observasi tersebut, sangat diperlukan untuk menetapkan alternatif pemecahan
masalah serta tindakan selanjutnya.

g. Melakukan refleksi dan memberikan perhatian/simpati, dilakukan dengan cara:


Pada saat berkomunikasi dengan klien, petugas perlu melakukan refleksi untuk
mencegah adanya salah pengertian atau salah menafsirkan ungkapan klien. Refleksi ada
dua macam yaitu refleksi isi (pharaphrasing) dan refleksi perasaan.
Cara melakukan refleksi adalah petugas kesehatan mengatakan kembali kata-kata atau
perasaan klien dengan menggunakan bahasanya sendiri.

h. Membantu klien mengambil keputusan dengan rumusan secara sederhana “4 K”


 K1: Kondisi yaitu membantu klien dalam mengenali masalah kesehatan jiwa,
mengenali faktor risiko, dan lainnya.
 K2: Kehendak yaitu membantu klien untuk menyampaikan keinginan atau situasi
yang diharapkan agar masalah yang dihadapi bisa terselesaikan atau menjadi lebih
baik.
 K3: Konsekuensi yaitu membantu klien untuk melakukan analisis / identifikasi
upaya mengatasi masalah kesehatan jiwa atau faktor risiko, dan membantu
melakukan penilaian atau menimbang-nimbang setiap upaya untuk mengatasi
masalah yang dialami klien dari segi keuntungan/ kebaikan/positif atau
konskuensi dari segi kekurangannya/negatif yang harus dialami.
 K4: Keputusan, yaitu membantu klien untuk menetapkan upaya terbaik untuk
mengatasi masalah kesehatan jiwa/ faktor risiko, sebagai keputusan terbaik bagi
dirinya yang ditetapkan tanpa ada unsur paksanaan dari pihak petugas konseling.
Hal ini selaras dengan pendapat Glasser dan Wubbolding (Corey, 1996) yang
menyebutkan bahwa teknik/ prosedur membantu klien dalam konseling, dengan
melakukan empat langkah WDEP, yaitu wants, direction and doing, evaluation, dan
planning. Teknik WDEP merupakan akronim dari Wants (keinginan), Direction (Arahan),
Evaluation (penilaian), dan Planning (perencanaan). Teknik WDEP dalam konseling
merupakan teknik untuk membantu konseli / klien dalam mengenali keadaannya
serta keinginan yang akan dilakukannya, kemudian melakukan penilaian terkait

167 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
konsekuensi, kesulitan serta keuntungan alternatif tindakan untuk mengatasi
masalahnya, sebelum merumuskan atau menetapkan upaya yang akan
dilakukan (Fauziah, 2013)

i. Strategi Menangani Klien Pada Saat Kontak


1. Begitu melihat klien datang, jangan sekali-kali bersifat masa bodoh, acuh atau
melalaikan dia. Sambutlah dia, ucapkan terimakasih atas kedatangannya.
2. Usahakan untuk segera memberikan pelayanan dan bersikaplah sopan terhadap
klien. Bila klien melakukan kontak melalui telepon usahakan segera dijawab
dengan baik dan sopan.
3. Jika seorang klien telah berjanji pada jam yang tertentu untuk menemui anda,
maka usahakan untuk siap tepat waktu.
4. Lakukan persiapan agar sebelum klien bertanya anda telah mengetahui
jawabannya. Klien akan menghargai anda apabila anda mampu membantu klien
dalam mencari alternatif pemecahan masalah.
5. Bila mungkin lakukan persiapan pendahuluan dalam menyambut setiap klien.
6. Usahakan agar anda tetap menjaga penampilan
7. Untuk membantu klien, ketahui terlebih dahulu kebutuhan, keinginan dan masalah
yang dihadapi klien. Ajukan beberapa pertanyaan yang tepat dan sopan.
8. Dengarkanlah dengan cermat seluruh perkataan klien, jadilah pendengar yang baik.
9. Sesuaikan upaya pemecayahan yang anda ajukan dengan masalah klien.
10. Buatlah klien merasa senang karena menjadi klien anda.

j. Upaya mengatasi situasi sulit pada saat berinteraksi dengan klien


 Menghadapi klien diam, tidak mau berbicara
Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini biasanya terjadi pada
klien – klien yang merasa cemas atau marah. Apabila hal ini terjadi pada awal
pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya petugas konseling memperhatikan hal ini
dengan mengatakan misalnya : “Saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan
(Refleksi perasaan). Biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa
begitu (Validasi). Apakah ibu merasa cemas?” . Atau alternatif lain apabila klien diam
karena marah (misalnya, klien berpaling muka dari petugas konseling). Sebagai
petugas konseling anda dapat berkata : “Bagaimana perasaan ibu karena berada di sini
sekarang?” . Pertanyaan-pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama
168 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
beberapa saat, pada saat ini petugas konseling memandang klien dan memperlihatkan
sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
Kadang-kadang keadaan klien tidak mau bicara atau diam ini terjadi pada
pertengahan pertemuan. Dalam situasi seperti ini petugas konseling harus
memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Mungkin
hal tersebut terjadi karena klien merasa berat menceritakan hal-hal yang pribadi atau
suatu rahasia tentang dirinya, atau ia tidak senang dengan sikap petugas konseling.
Pada umumnya, lebih baik menunggu beberapa saat, memberi kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun petugas konseling
merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Kadang-kadang klien diam karena
sedang bderpikir atau memperhatikan dengan seksama. Dalam hal ini tidak perlu
berusaha memecahkan kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak
menerima.
Upaya :
Katakan “Ya saya mengerti kalau hal ini tidak enak untuk dibicarakan (Refleksi).
Atau katakan : “Apa ibu merasa cemas ?” (Refleksi perasaan – tunjukkan dengan
sikap tubuh yang penuh perhatian)

 Menghadapi klien yang menangis terus


Klien yang menangis tersedu-sedu membuat petugas konseling merasa tidak
nyaman. Reaksi yang wajar yang dapat kita lakukan adalah berusaha menenangkan,
tetapi hal ini tidak selalu menguntungkan dalam konseling. Menangis bisa disebabkan
karena beberapa alasan. Ada kemungkinan untuk melepaskan emosi, dalam hal ini
yang dapat dilakukan petugas konseling adalah menunggu beberapa saat, dan apabila
masih terus menangis, katakan bahwa tidak apa-apa kalau ingin menangis, adalah
wajar apabila merasa sedih kita menangis. Biasanya tangisan mereda sendiri setelah
beberapa lama. Bagaimanapun, kadang-kadang menangis dilakukan untuk menarik
perhatian atau menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik lebih lanjut.
Tangisan juga mungkin merupakan cara klien memanipulasi petugas konseling. Sekali
lagi, cara terbaik adalah memberikan kesempatan kepada klien untuk menangis.
Untuk klien yang memanipulatifpun pada akhirnya akan menyadari bahwa petugas
konseling tidak bisa dimanipulasi. Petugas kkonseling dari latar belakang budaya
tertentu mungkin dapat menenangkan klien dengan menyentuh badan (misalnya :
menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien), menenangkan harus dilakukan
dengan hati-hati. Disamping itu, hal ini memerlukan perhatian khusus. Alasannya,
apabila kesulitan klien ada
169 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
hubungannya dengan masalah seks, menyentuh klien, meskipun sentuhan itu tanda
perhatian, hal tersebut dapat disalahartikan dan akan menimbulkan ketakutan pada diri
klien. Faktor budaya, usia dan jenis kelamin dari petugas konseling maupun klien
perlu diperhatikan. Yang penting, adalah bahwa hubungan profesional (bukan sosial)
antara petugas konseling dan klien harus tetap dijaga.
Upaya :
Berusaha menenangkan, menunggu beberapa saat dan katakan “Tidak apa – apa,
menangislah kalau ingin menangis”.
 Menghadapi klien yang menolak untuk konseling
o Mengantisipasi keberatan dan menangani sebelum klien mengungkapkannya.
o Jangan sampai klien melihat anda gugup
o Terjemahkan keunggulan pelayanan menjadi manfaat yang bisa dinikmati klien.

 Menghadapi klien yang berbicara terus


Situasi ini kebalikan dari situasi di mana klien tidak mau berbicara, tetapi sama-
sama menimbulkan kecemasan dan kesulitan bicara bagi petugas konseling. Apabila
klien terus menerus mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong
pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, ibu, apakah ibu tegang
atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu menyatakan suatu hal yang sama
berulang-ulang, apakah ada yang sulit disampaikan ?.” Pertanyaan semacam ini akan
membantu klien menfokuskan kembali percakapan.
Upaya :
Fokuskan pembicaraan klien dengan cara memotong secara halus misalnya
dengan mengatakan “Maaf Bu, apakah ibu mencemaskan sesuatu ? Ibu
mengatakan hal yang sama berulang – ulang, apakah ada kesulitan untuk
menceritakannya ?”
 Menghadapi klien yang tidak bisa menetapkan pilihannya
o Jangan memberikan banyak pilihan pemecahan masalah.
o Tanya dan dengar sebelum membuat rekomendasi.
o Pastikan bahwa klien mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan.
o Usahakan agar suara anda bernada peduli, percaya diri dan mantap.
 Menghadapi klien yang marah atau tersinggung.
Seorang klien yang marah sebenarnya sedang menghadapi dua masalah yaitu :
perasaannya dan masalahnya. Pertama anda harus menangani perasaannya kemudian

170 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
barulah berusaha menangani masalah yang membuatnya marah. Jika anda menangani
masalah penyebab kemarahannya tanpa berusaha meredakan kemarahannya maka
kemungkinan klien tersebut tidak akan kembali lagi. Oleh sebab itu :
o Jagalah agar hati anda tetap dingin.
o Dengarkanlah dengan sikap simpati dan carilah fakta
o Ambilah tindakan untuk memecahkan masalah klien
o Giringlah penyebab kemarahan itu ke penyelesaian yang ramah

7. Penerapan layanan KIP-K Kesehatan Jiwa


a. Komunikasi Interpersonal (KIP)
Secara sederhana ada beberapa tahapan dalam melakukan Komunikasi Interpersonal
(KIP) yaitu: “SAJI”
S : salam/sapa
A : ajak bicara
J : jelaskan/bantu
I : ingatkan

b. Konseling
Demikian pula dengan pelaksanaan konseling, secara sederhana ada beberapa tahapan
dalam melakukan konseling, yaitu: “SATU TUJU”
SA : beri salam kepada klien (menciptakan hubungan). Sambut kedatangannya
dan berikan perhatian.
T : Tanyakan kepada klien untuk menjajagi pengetahuan, perasaan dan
kebutuhan klien tentang permasalahan kesehatan jiwa yang dialami/
dirasakan.
U : Uraikan informasi yang relevan / terkait dengan masalah klien
TU : Bantu klien untuk memahami masalah serta alternatif pemecahan masalah
J : Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap alternatif
pemecahan masalah.
U : Kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.

171 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
8. Penerapan KIP-K Kesehatan Jiwa yang terintegrasi dengan Layanan Kesehatan
Lainnya.
Kita ketahui bersama, bahwa gangguan kesehatan secara fisik, sangat berkaitan atau
selaras dengan gangguan mental atau kejiwaan seseorang. Mengacu pada kebijakan tentang
Transformasi Layanan Kesehatan Primer yang tertuang dalam Permenkes No 13 Tahun 2022,
tentang Renstra Kemenkes Th. 2020-2024, menyatakan layanan Kosneling di Puskesmas/
Layanan Kesehatan Primer, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari layanan kesehatan
lainnya dan ditetapkan sebagai layanan kesehatan yang komprehensif. Setiap pasien
puskesmas, wajib mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif tersebut.
Sehubungan dengan itu, intervensi KIP-K Kesehatan Jiwa di Puskesmas maupun di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer lainnya wajib dilakukan, tentunya secara terintegrasi
dengan pelayanan kesehatan lainnya.
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan intervensi KIP-K Kesehatan Jiwa yang terintegrasi dengan
layanan kesehatan lainnya atau layanan kesehatan fisik, artinya setiap pasien /
pengunjung puskesmas dilakukan layanan kesehatan jiwa mulai dari skrining,
selanjutnya deteksi dini dan dilanjutkan dengan memberikan konseling sesuai dengan
gangguan kejiwaan yang dialami pasien/pengunkung/keluarga pasien terkait dengan
gangguan fisik yang dialaminya.

b. Tujuan
 Pasien mendapat pelayanan yang komptehensif di Puskesmas/Fasyankes Primer
 Meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang komprehensif di puskesmas/
Fasyankes Primer.
 Mendukung percepatan pemulihan pasien yang mengalami gangguan kesehatan
fisik.
 Meningkatkan kualitas kesembuhan pasien menjadi sehat fisik dan mental.
 Membantu keluarga pasien dalam mengatasi masalah gangguan kejiwaan, akibat
anggota keluarganya yang sakit.
 Memberdayakan keluarga yang sehat untuk mampu memberikan upaya mengatasi
gangguan kejiwaan pada anggota keluarganya yang sakit.

172 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
c. Sasaran
 Sasaran utama adalah pasien/ keluarga pasien serta pengunjung puskesmas/
fasyankes primer.
 Sasaran pelaksana adalah petugas puskesmas/ fasyankes primer yang berinteaksi
dengan pasien/ keluarga pasien/pengunjung.

d. Pesan kunci
 Setiap Pasien Puskesmas/ Fasyankes Primer wajib mendapatkan pelayanan
kesehatan komprehensif yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa dalam
bentuk konseling yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan fisik.
 Pelayanan Konseling Kesehatan Jiwa yang diberikan pada pasien dapat
mempercepat pemulihan atau kesembuhan, sehingga pasien akan menjadi sehat
secara fisik dan mental/jiwanya.
 Pelayanan Konseling Kesehatan Jiwa yang diberikan pada pasien dan keluarganya
dapat menjadikan tenang dan berdaya mengatasi gangguan kejiwaan, bila pasien
mengalami hal tersebut saat ada dirumah.

e. Tahapan kegiatan
 Meningkatkan kompetensi petugas puskesmas/ fasyankes primer lainnya yang
meangani pasien untuk tau dan mampu melakukan konseling kesehatan jiwa,
sesuai dengan keadaan / masalah kesehatan jiwa yang dialami pasien.
 Menetapkan Standar Operasional Prosedur/ SOP/Protap pelayanan kesehatan jiwa
pada pasien/ keluarga pasien yang terintergrasi (pelayanan kesehatan yang
komprehensif).
 Menerapkan SOP/Protab tersebut, mulai dari melakukan skrining, deteksi dini dan
pemberian intervensi layanan kesehatan jiwa melalui pemberian konseling Keswa.
 Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap penyelenggaraan layanan keswa
yang terintegrasi tersebut, baik dari sisi lamanya waktu pelayanan, kemampuan
petugas pelayanan, respon pasien/ keluarga pasien dll serta dampak layanan
Konseling Kesehatan Jiwa tersebut terhadap percepatan kesembuhan/ pemulihan
pasien- ketenangan pasien/ keluarga pasien, dll.

173 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

Tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling dalam upaya preventif kesehatan jiwa di di
masyarakat, meliputi:
1. Pengertian, tujuan, sasaran, ciri-ciri/ prinsip, ruang lingkup dan teknik KIP-K
2. Penerapan KIP-K kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan Layanan Kesehatan lainnya di
Puskesmas dan merupakan pelayanan komprehensif yang wajib diberikan pada setiap
pasien/keluarga pasien/pengunjung.
3. Penerapan KIP dalam dengan pemberdayaan individu, keluarga serta kelompok
masyarakat agar tau, mau dan mampu melakukan pola asuh sehat jiwa, serta meningkat
demandnya untuk mencari layanan kesehatan jiwa sebagai tindak lanjut skrining/ hasil
deteksi dini, secara mandiri sesuai permasalahan/ kebutuhannya.

174 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Lampiran MPI 2
KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN
KONSELING (KIP-K) DALAM UPAYA PROMOTIF KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS

LEMBAR PENUGASAN A
DISKUSI KELOMPOK KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM UPAYA PROMOTIF
KESEHATAN JIWA BAGI PETUGAS PUSKESMAS

1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu menerapkan komunikasi efektif pada
kegiatan:
 Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
 Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
 Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
 Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).

2. Waktu: 1 JPL (45 menit)

3. Bahan Penugasan
 Bahan tayang
 Laptop
 LCD
 Panduan latihan

4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8-9 orang)
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dari setiap ruang lingkup
kegiatan komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, meliputi:
 Pengertian
 Tujuan

175 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Sasaran
 Tahapan kegiatan
c. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
 Kelompok A: melakukan diskusi kelompok tentang kegiatan advokasi upaya
promotif kesehatan jiwa.
 Kelompok B: melakukan diskusi kelompok tentang kegiatan sosialisasi dan
kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
 Kelompok C: melakukan diskusi kelompok tentang kegiatan penggalangan
kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di
berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan Tinggi, Tempat
Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
 Kelompok D: melakukan diskusi kelompok tentang kegiatan pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).
d. Kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya.
e. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi

Selamat berdiskusi

176 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
LEMBAR PENUGASAN B
DISKUSI KELOMPOK PENGEMBANGAN STRATEGI KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM UPAYA PROMOTIF KESEHATAN JIWA

1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu untuk mengembangkan strategi
komunikasi efektif pada kegiatan:
 Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
 Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
 Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
 Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).

2. Waktu: 1 JPL (45 menit)

3. Bahan
Penugasan
 Bahan tayang
 Laptop
 LCD
 Panduan latihan

4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok seperti pada kelompok sebelumnya.
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk mengkritisi setiap
strategi komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa yang telah ada di
materi Modul TOT ini, meliputi :
 Kegiatan pokok
 Jenis kegiatan
 Tujuan
 Sasaran
 Pesan kunci
 Pendekatan komunikasi (metode dan teknik)

177 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Desain materi
 Saluran/Media komunikasi
 Pelaksana
c. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
 Kelompok A: melakukan diskusi kelompok mengkritisi strategi komunikasi efektif
tentang kegiatan advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
 Kelompok B: melakukan diskusi kelompok mengkritisi strategi komunikasi efektif
tentang kegiatan sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah
kerja Puskesmas.
 Kelompok C: melakukan diskusi kelompok mengkritisi strategi komunikasi efektif
tentang kegiatan penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan
upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga:
Sekolah/ Perguruan Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah
Tangga)
 Kelompok D: melakukan diskusi kelompok mengkritisi strategi komunikasi efektif
tentang kegiatan pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat
(UKJBM).
d. Setiap kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya.
e. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi

Selamat berdiskusi

178 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
LEMBAR PENUGASAN C
DISKUSI KELOMPOK PENYUSUNAN RENCANA USULAN KEGIATAN UPAYA
PROMOTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS (SEBAGAI PENERAPAN
STRATEGI KOMUNIKASI YANG ADA)

1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu menyusun Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) yang terintegrasi dengan program lainnya berdasarkan Strategi Komunikasi upaya
promotif kesehatan jiwa di Puskesmas yang telah disusun. Pembuatan RUK harus sesuai
dengan Manajemen Puskesmas. RUK yang dibuat meliputi kegiatan:
 Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
 Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
 Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
 Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).

2. Waktu: 2 JPL (90 menit)

3. Bahan
Penugasan
 Bahan tayang
 Laptop
 LCD
 Panduan latihan

4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok seperti pada kelompok sebelumnya.
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk menyusun RUK
sebagai bentuk penerapan strategi komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan
jiwa yang telah ada di materi Modul TOT ini, meliputi :
 Kegiatan pokok
 Jenis kegiatan
 Tujuan

179 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Sasaran
 Pelaksana
 Sumber dana
c. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
 Kelompok A: melakukan diskusi kelompok menyusun RUK advokasi upaya
promotif kesehatan jiwa.
 Kelompok B: melakukan diskusi kelompok menyusun RUK sosialisasi dan
kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
 Kelompok C: melakukan diskusi kelompok menyusun RUK penggalangan
kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di
berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan Tinggi, Tempat
Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
 Kelompok D: melakukan diskusi kelompok menyusun RUK pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).
d. Setiap kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya
e. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi

Selamat berdiskusi

180 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
REFERENSI
 Andrew A, Omede, And S, Tenimu. (2013). Counselling Persons with Visual Impairment
for Effective CareerChoice: Implication for National Development. Journal of Emerging
Trends in Educational Research and Policy Studies (JETERAPS) , Vol 4(2): 345-349
 Downing, Lester N. 1986. Guidance and Counseling Services An Introduction. New York:
McGraw – Hill Book Company
 Nelson, Richard C. 1972 Guidance and Counseling in the Elementary School. New York:
HaltRinehart and Wiston. Inc.
 United State ofAmerica: John Wiley & Sons Burks.HM & Steffire, B, 1979. Theories of
Councelling, New York: MCGraw-Hill Book Company.
 Charlesworth, J.R. & Jackson, C.M. 2004. Solution-Focused Brief Counseling: An
Approach for Professional School Counselors. Dalam Erford, B.T. (ed.). Professional
School Counseling: A Handbook of Theories, Programs and Practices. Austin, TX: Caps
Press.
 Capuzzi, D. & Gross, D.R. 2009. Introduction to the Counseling Profession Columbus,
Ohio: Pearson. Cartwright, C.A. & Cartwright, G.P. 1984. Developing Observation Skills.
New York: Mc Graw-Hill Book Company.
 Corey, G. 2012. Theory and Practice of Group Counseling. Belmont, CA: Brooks/Cole.
 Corey, G. 2013. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy . Belmont,
California: Brooks/Cole Publishing Company.
 Palmer, Stephen Palmer, Konseling dan Psikoterapi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
Rahmat, Dede. dan Herdi, Bimbingan Konseling: Kesehatan Mental di Sekolah, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013
 Syarifuddin Dahlan. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Yogyakarta: Graha Ilmu: 2014)
 Habsy, B. A. (2018). Konseling Rasional Emotif Perilaku: Sebuah Tinjauan Filosofis.
Indonesian Journal Of Educational Counseling, 2(1), 13-30.
 Sofyan S.Willis. Konseling Individual, Teori dan Parktek. Bandung: Alfhabeta JPI, Vol. 2,
No. 5, September 2022

181 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN INTI 3:
KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

182 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

183 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan ini membahas tentang pengertian, tujuan dan manfaat kemitraan,
termasuk identifikasi jenis, peran dan dukungan mitra potensial serta menerapkan
kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di keluarga,
institusi pendidikan, tempat kerja, dan kelompok potensial lainnya.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu melakukan
kemitraan dalam implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat kemitraan dalam implementasi
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.
2. Mengidentifikasi jenis, peran, dan dukungan mitra potensial dalam
implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas
3. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja, dan kelompok
potensial lainnya

WAKTU PEMBELAJARAN

Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 8 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 4
JPL penugasan (dapat berupa diskusi kelompok, latihan, dan lain-lain), dan 2 JPL
praktik lapangan. WAKTU: 8 JPL (T = 2 JPL, P = 4 JPL, PL = 2 JPL).

184 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATERI POKOK

Materi Pokok pada pelatihan pelatih (TOT) ini adalah:


1. Pengertian, tujuan dan manfaat kemitraan
2. Identifikasi jenis, peran, dan dukungan mitra potensial
3. Penerapan kemitraan di keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja, dan
kelompok potensial lainnya.

185 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

186 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
…………………………………………………………………………………..
MATERI POKOK 1:
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT KEMITRAAN DALAM
IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS
………………………………………………………………………………….
Pendahuluan
Kesehatan Jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari Kesehatan dan
unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
Untuk Kepentingan Pekerjaan atau Jabatan Tertentu, menyatakan bahwa Kesehatan Jiwa
sebagai kondisi seorang individu yang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Ps1). Untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan upaya kesehatan jiwa dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pendekatan tersebut
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat serta sektor diluar kesehatan yang
terkait.
Upaya kesehatan jiwa tersebut bertujuan untuk:
1) Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa;
2) Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan;
3) Memberikan pelindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi Orang
Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
berdasarkan hak asasi manusia;
4) Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi
ODMK dan ODGJ;
5) Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa;
6) Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan

187 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
7) Memberikah kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh haknya
sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).
Yang dimaksud dengan ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,
sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko
mengalami gangguan jiwa. Sementara itu, ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala
dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.Gambaran masalah kesehatan
jiwa di Indonesia saat ini, yang menduduki peringkat pertama adalah Gangguan Mental
Emosional (GME) dengan angka prevalensi 9,8%, Gangguan Depresi 6,1 %, Ketergantugan
NAPZA 2,8
%, Gangguan Psikotik 0,8%. Angka kejadian bunuh diri mencatatat 1.800 kematian per
tahun. Angka ini tidak termasuk percobaan bunuh diri. Tidak ada masalah kesehatan jiwa yang
muncul hanya karena satu penyebab saja. Banyak faktor yang berkontribusi, antara lain
pengalaman hidup yang tidak menyenangkan dimasa kecil, seperti trauma atau riwayat
kekerasan (misalnya kekerasan pada anak, pelecehan seksual, saksi kekerasan, dll.); pengalaman
yang berhubungan dengan kondisi medis kronis, seperti kanker atau diabetes; faktor biologis
atau ketidak seimbangan struktur kimiawi di otak; penggunaan alkohol atau narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan rasa kesepian atau terisolasi. Selain itu
faktor sosial, budaya, ekonomi, politik dan lingkungan seperti: kebijakan nasional, perlindungan
sosial, dan dukungan komunitas juga berkontribusi terhadap terjadinya gangguan jiwa. Survei
terbaru tentang masalah kesehatan jiwa pada remaja menunjukkan bahwa, pada kelompok
remaja ODMK, diketahui bahwa 83,9% mengalami gangguan fungsi pada ranah keluarga,
62,1% mengalami gangguan fungsi pada ranah teman sebaya, 58,1% mengalami gangguan
fungsi pada ranah sekolah atau pekerjaan dan 46% mengalami distress personal (I-NAMHS,
2022). Masalah kesehatan jiwa terjadi pada seluruh kelompok usia mulai dari anak sampai
lanjut usia. Sepanjang siklus kehidupan manusia. Sebesar 50% gangguan jiwa berawal dari
usia 14 tahun namun sebagian besar tidak terdeteksi dan diobati.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2018 mencatat bahwa
prevalensi skizoprenia/psikosis adalah 6,7%. Angka tersebut meningkat hampir empat kali
lipat dari hasil Riskesdas 2013 (1,7%). Selanjutnya, data dari Global Burden of Disease
(2019) menjelaskan bahwa angka gangguan kesehatan jiwa di Indonesia terus meningkat
dalam 30 tahun terakhir. Perempuan dan usia produktif merupakan kelompok yang memiliki
peningkatan kasus yang lebih tinggi. Selain itu, survei kesehatan mental pada remaja di
Indonesia (The Indonesia-national adolescent mental health survey – I-NAMHS) yang
dilakukan pada tahun
188 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja (usia 10 -17 tahun) memiliki masalah kesehatan
mental dalam 12 bulan terakhir. Artinya sepertiga remaja Indonesia termasuk dalam kategori
ODMK. Selain itu, survei tersebut juga menunjukkan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia
terdiagnosis memiliki gangguan jiwa. Dengan kata lain, sekitar 5,5% remaja Indonesia
termasuk dalam kategori ODGJ. Sayangnya, hanya 3,4% orangtua remaja tersebut yang
menyadari bahwa anaknya perlu bantuan dan hanya 2,6% remaja yang mengalami masalah
kesehatan mental tersebut mengakses bantuan (konseling).
Upaya promotif dan preventif dalam kesehatan jiwa, ditujukan untuk mencegah atau
mengatasi permasalahan kesehatan jiwa atau lebih banyak berfokus pada orang-orang yang
sehat dan kelompok ODMK. Sementara itu, upaya kuratif dan rehabilitatif lebih diarahkan
pada ODGJ. Kelompok ODGJ tersebut memerlukan penanganan /tindakan medis yang lebih
bersifat spesialistik.
Seiring dengan peningkatan berbagai masalah kesehatan jiwa dan untuk antisipasi
masalah kesehatan jiwa yang semakin kompleks dibutuhkan percepatan pembangunan
kesehatan jiwa. Dalam rangka penyesuaian dengan kebijakan transformasi serta perubahan
sruktur organisasi maka Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang
menyebutkan bahwa kegiatan pembinaan Kesehatan Jiwa dengan sasaran: Meningkatnya
upaya kesehatan jiwa masyarakat merupakan bagian dari program kesehatan masyarakat
dengan unit pengampu adalah Direktorat Kesehatan Jiwa dan Napza, Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Pembangunan masyarakat sehat jiwa
diupayakan melalui pemberdayaan masyarakat, pengembangan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang disertai pendampingan dan diharapkan akan
memampukan dan memandirikan masyarakat.
Untuk mencapai sasaran meningkatnya upaya kesehatan jiwa masyarakat tersebut telah
ditetapkan target kinerja sebagai berikut:
1) Pada akhir tahun 2024: Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini
masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza sebanyak 514 kabupaten/kota;
2) Pada Tahun 2023: Presentase deteksi dini pada peserta didik tingkat SLTA Sederajat;
Mahasiswa; Santri di Pesantren; Penghuni Lapas; Pekerja ASN; Ibu hamil; Ibu
memiliki anak balita serta Lansia > 65 th, masing-masing (25 %); Ditindak lanjuti
kegiatan intervensi di Sekolah (20%); Kampus (20%); Pondok Pesantren (15%);
LAPAS (75%); Posyandu (50%) serta Kantor Pemerintah Pusat dan Daerah (30%).

189 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3) Pada tahun 2024: Presentase deteksi dini pada peserta didik tingkat SLTA Sederajat;
Mahasiswa; Santri di Pesantren; Penghuni Lapas; Pekerja ASN; Ibu hamil; Ibu
memiliki anak balita serta Lansia > 65 th, masing-masing (25 %); ditindak lanjuti
kegiatan intervensi di Sekolah (20%); Kampus (20%); Pondok Pesantren (15%);
LAPAS (75%); Posyandu (50%) serta Kantor Pemerintah Pusat dan Daerah (30%).
Sistem pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari pelayanan Kesehatan Jiwa dasar dan
pelayanan Kesehatan Jiwa rujukan yang dilaksanakan secara berjenjang dan komprehensif.
Puskesmas sebagai Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota merupakan
fasilitas kesehatan primer yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa dasar kepada
masyarakat. Upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa saat ini lebih diutamakan melalui
pendekatan siklus kehidupan dimulai dari saat pra nikah dan konsepsi hingga pendekatan di
masa tumbuh kembang anak remaja, usia produktif, lansia sehingga menjadi sangat penting
upaya mengenali faktor risiko masalah kejiwaan, pencegahan secara eksplisit, memperbaiki
konsekuensi akibat kesulitan dan kerentanan kesehatan jiwa sejak dini yang diharapkan dapat
mencegah morbiditas dan mortalitas akibat gangguan jiwa.
Melihat kompleksnya masalah kesehatan jiwa maka untuk mencapai target kinerja yang
telah ditetapkan, tidak mungkin dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja namun mutlak
memerlukan kemitraan dengan sektor terkait. Oleh karena itu kemitraan merupakan upaya
strategis dalam pencapaian kinerja terutama penggalangan kemitraan dengan sektor terkait
dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas. Penggalangan
kemitraan tersebut diharapkan dapat memobilisasi sumberdaya yang diperlukan guna
mempercepat pencapaian tujuan upaya kesehatan jiwa hingga berdampak pada peningkatan
status kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan / Puskesmas.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu:
Menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat kemitraan dalam implementasi upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.

Sub Materi Pokok


1. Pengertian kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
Puskesmas.

190 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Tujuan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
Puskesmas.
3. Manfaat kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
Puskesmas.

191 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 1:
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT KEMITRAAN DALAM
IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang kemitraan dalam implementasi upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas, apa yang Saudara ketahui tentang
pengertian, tujuan, dan manfaat kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di Puskesmas?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang pengertian, tujuan, dan manfaat
kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.

1. Pengertian, Tujuan, Manfaat Kemitraan dalam Implementasi Upaya


Promotif- Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
a. Pengertian Kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Batasan kemitraan secara universal adalah “Partnership is an alliance in
which individual, groups or organizations agree to: work together to fulfill on
obligation; Undertake a specific task or meet a shared obyective; Shared the risks as
well as the benefits; Review the relationship regularly; and Revise their agreement as
necessary”. Successful partnerships are underpinned by three core principle: Equity –
Transparency – Mutual Benefit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 Tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit menjelaskan bahwa kemitraan
adalah salah satu strategi promosi kesehatan. Kemitraan merupakan kerjasama antara
2 (dua) pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama, yang masing-masing pihak
tersebut memiliki hak dan tanggungjawab sesuai dengan kesepakatan. Kemitraan
tersebut dilaksanakan dengan prinsip kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan,
kesetaraan kedudukan dan transparansi di bidang kesehatan.
Kemitraan dalam Implementasi Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas
adalah kerjasama antara 2 (dua) pihak atau lebih yang dapat diikat dalam aturan hukum

192 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of understanding) yang
dilandasi prinsip dasar kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan
dan transparansi dalam implementasi upaya kesehatan jiwa di Puskesmas. Pihak-pihak
yang dapat dijadikan sebagai mitra tidak terbatas pada sektor kesehatan saja.

Prinsip-prinsip dasar menggalang kemitraan adalah:


1) Kesamaan Tujuan/Kepentingan dan Saling menguntungkan
Setiap mitra mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama dalam upaya kesehatan
jiwa akan mendapat keuntungan dan manfaat. Meskipun mitra yang bekerjasama
tersebut berasal dari lembaga yang berbeda, namun disatukan dengan kesamaan
kepentingan terkait upaya kesehatan jiwa. Ikatan yang kuat antara satu pihak dengan
pihak lainnya adalah berupa kesamaan kepentingan (common interest) yaitu suatu
visi atau misi yang dapat menyatukan atau setidak-tidaknya merangkai visi atau misi
dari masing-masing pihak. Perumusan visi dan misi bersama merupakan sesuatu
yang sangat penting karena dengan inilah masing-masing pihak menjadi terikat
untuk bersatu dan bahu-membahu. Kesamaan kepentingan juga akan menciptakan
rasa memiliki dan komitmen yang kuat terkait inplementasi upaya kesehatan jiwa di
Puskesmas. Selain itu, dalam bermitra juga diupayakan untuk dapat saling
memberikan keuntungan.
2) Kesetaraan Kedudukan
Kesetaraan kedudukan akan memperkuat rasa kebersamaan, sehingga tercipta
perasaan sama-sama bertanggungjawab dan sama-sama menanggung risiko serta
menghadapi tantangan yang muncul dalam upaya kesehatan jiwa yang dilakukan di
tingkat kecamatan/Puskesmas. Azas demokrasi harus benar-benar dipegang dalam
menyelenggarakan kemitraan. Pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis,
musyawarah dan mufakat tanpa ada satu pihak pun yang memaksakan kehendak.
Masing-masing pihak saling menghargai dan menghormati.
3) Transparansi
Tidak ada hal-hal yang disembunyikan dalam kerjasama apabila dikehendaki
berlangsungnya kemitraan yang lestari. Melakukan kegiatan kemitraan secara
terbuka dan bertindak proaktif untuk membahas kemajuan dan permasalahan
kesehatan jiwa yang ada di tingkat kecamatan / Puskesmas. Setiap kesepakatan yang
telah dibuat dapat diimplementasikan secara transparan, jujur, dan tidak saling
merahasiakan. Informasi tentang apapun (termasuk tentang hambatan, kelemahan
atau kegagalan)
193 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
harus dibagi (shared) diantara pihak-pihak yang bekerjasama agar dapat diambil
keputusan bersama secara cepat. Hal ini berarti perlu dikembangkan sistem
pencatatan dan pelaporan yang terkoordinasi serta forum pemantauan dan evaluasi
bersama dalam upaya kesehatan jiwa di Puskesmas.

b. Tujuan kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan


Jiwa di Puskesmas
Kemitraan merupakan salah satu strategi promosi kesehatan yang
diselenggarakan untuk mendukung keberhasilan upaya promotif preventif kesehatan
jiwa yang merupakan pelaksanaan fungsi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di
Puskesmas. Upaya promotif preventif kesehatan jiwa dilaksanakan di lingkungan: a.
keluarga; b. lembaga pendidikan;
c. tempat kerja; d. masyarakat; e. fasilitas pelayanan kesehatan; f. media massa; g.
lembaga keagamaan dan tempat ibadah; h. lembaga pemasyarakatan dan rumah
tahanan. Area lingkungan tersebut merupakan kewenangan lintas sektor diluar
kesehatan. Oleh karena itu kemitraan mutlak diperlukan dan berperan penting karena:
1) Upaya kesehatan jiwa juga merupakan tanggung jawab bersama, 2) Kesehatan jiwa
yang merupakan bagian integral kesehatan adalah modal dasar bagi keberhasilan
pembangunan sektor lain,
3) Untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat dalam upaya
promotif dan preventif kesehatan jiwa, dan 4) Merupakan peluang sumberdaya dari
mitra potensial.
Tujuan kemitraan dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
di Puskesmas adalah:
a) Meningkatkan kepedulian dan membangun kerjasama dengan para mitra agar
bersedia memberi dukungan dan berperan aktif melakukan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di masyarakat.
b) Memperoleh dukungan sumberdaya dari para mitra dalam meningkatkan upaya
promotif- preventif kesehatan jiwa
c) Membangun mekanisme kerja yang lebih efektif dan efisien dalam upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa
d) Meningkatnya cakupan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
e) Meningkatnya upaya mengatasi stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa di
masyarakat
f) Mempercepat dan memperluas jangkauan wilayah
g) Meningkatkan kualitas upaya kesehatan jiwa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
194 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Dengan demikian kemitraan bersama sektor terkait / seluruh komponen
masyarakat ini akan memberikan kontribusi bermakna dalam percepatan pencapaian
tujuan upaya kesehatan jiwa, sebagaimana telah ditetapkan dalam target kinerja yang
harus dicapai pada tahun 2023 dan tahun 2024.

c. Manfaat kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan


Jiwa di Puskesmas
Manfaat kemitraan dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang bermitra terutama
kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan merupakan modal dasar dari
keberhasilan pembangunan yang mempunyai kontribusi dalam mencapai visi masing-
masing mitra.
Manfaat kemitraan dalam implementasi upaya promotif preventif kesehatan jiwa
di Puskesmas adalah:
a) Meningkatnya solidaritas, kekompakan, keselarasan kerjasama serta berbagi peran
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan upaya promotif-preventif kesehatan
jiwa di wilayah kerja kecamatan / puskesmas
b) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumberdaya yang ada dalam
upaya promotif- preventif kesehatan jiwa di wilayah kerja kecamatan / puskesmas
c) Meningkatnya tanggung jawab sektor terkait/mitra dalam upaya promotif- preventif
kesehatan jiwa terutama dalam upaya cakupan deteksi dini/skrining, mengatasi
stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa di masyarakat di wilayah kerja
kecamatan / puskesmas
d) Penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas dapat diselenggarakan secara
optimal, mempercepat dan memperluas jangkauan wilayah dan berkualitas dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan.

195 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

 Bahwa dalam implementasi upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas penting dilakukan


kemitraan yang berarti:
“Kerjasama antara 2 (dua) pihak atau lebih yang dapat diikat dalam aturan hukum
berbentuk perjanjian, nota kesepahaman (memorandum of understanding) yang dilandasi
prinsip dasar kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan
transparansi dalam implementasi upaya kesehatan jiwa di Puskesmas.

 Tujuan kemitraan adalah:


a) Meningkatkan kepedulian dan membangun kerjasama agar bersedia memberi
dukungan dan berperan aktif melakukan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
masyarakat.
b) Memperoleh dukungan sumberdaya dalam meningkatkan upaya promotif- preventif
kesehatan jiwa
c) Membangun mekanisme kerja yang lebih efektif dan efisien dalam upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa
d) Meningkatnya cakupan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
e) Meningkatnya upaya mengatasi stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa di
masyarakat
f) Mempercepat dan memperluas jangkauan wilayah
g) Meningkatkan kualitas upaya kesehatan jiwa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan

 Manfaat yang diperoleh melakukan kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan


jiwa di Puskesmas adalah:
a) Meningkatnya solidaritas, kekompakan, keselarasan kerjasama serta berbagi peran
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan upaya promotif-preventif kesehatan
jiwa di wilayah kerja kecamatan / puskesmas
b) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumberdaya yang ada dalam
upaya promotif- preventif kesehatan jiwa di wilayah kerja kecamatan / puskesmas
c) Meningkatnya tanggung jawab sektor terkait/mitra dalam upaya promotif- preventif
kesehatan jiwa terutama dalam upaya cakupan deteksi dini/skrinning, mengatasi

196 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa di masyarakat di wilayah kerja
kecamatan / puskesmas
d) Penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas dapat diselenggarakan secara
optimal, mempercepat dan memperluas jangkauan wilayah dan berkualitas dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan.

Selamat, Anda telah dapat menjelaskan dengan baik tentang arti kemitraan, tujuan, dan
manfaat kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa di Puskesmas. Semoga makin
semangat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mempelajari lebih lanjut
dan menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan jiwa sebagai bagian
pelaksanaan fungsi UKM di Puskesmas dan sekaligus meningkatkan kinerja Puskesmas
dalam upaya kesehatan jiwa.

197 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 2:
IDENTIFIKASI JENIS DAN DUKUNGAN MITRA POTENSIAL
DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Mitra potensial yang diperlukan tidak akan datang dengan sendirinya. Menggalang
mitra sejatinya merupakan proses untuk membuka akses dan peluang menuju kemandirian
masyarakat yang peduli dan berperan aktif dalam upaya promotif preventif kesehatan jiwa.
Oleh karena itu dibutuhkan mitra yang tanggap dan peduli terhadap masalah dan
penyelesaian masalah kesehatan jiwa. Terutama mitra potensial yang mempunyai
kewenangan pada sasaran
/ area: keluarga; masyarakat; lembaga pendidikan; tempat kerja; fasilitas pelayanan
kesehatan; media massa; lembaga keagamaan dan tempat ibadah; lembaga pemasyarakatan
dan rumah tahanan sebagaimana disebutkan pada pasal 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Puskesmas yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan upaya kesehatan jiwa
digarda terdepan harus mendukung pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan. Untuk itu
harus mampu mengidentifikasi mitra potensial di tingkat kecamatan wilayah kerjanya yang
peduli, tanggap dan bersedia mendukung dan berperan aktif dalam upaya kesehatan jiwa
sehingga implementasi upaya promotif preventif kesehatan jiwa di Puskesmas dapat
dilakukan secara efektif efisien, komprehensif, berkesinambungan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu:
Mengindentifikasi jenis dan dukungan mitra potensial dalam implementasi upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.

Sub Materi Pokok


a. Identifikasi jenis mitra potensial dalam implementasi upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di Puskesmas.
b. Dukungan mitra potesial dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
di Puskesmas.

198 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 2:
IDENTIFIKASI JENIS DAN DUKUNGAN MITRA POTENSIAL
DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang dukungan mitra potensial dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa di Puskesmas, apa yang Saudara ketahui tentang jenis
dan dukungan yang dapat diperankan oleh mitra potensial dalam implementasi upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang jenis dan dukungan yang dapat
diperankan oleh mitra potensial dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan
jiwa di Puskesmas.

1. Identifikasi Jenis dan Dukungan Mitra Potensial dalam Implementasi Upaya


Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
a. Identifikasi Jenis Mitra Potensial dalam Implementasi Upaya Keshatan Jiwa di
Puskesmas
Identifikasi jenis mitra potensial ini bertujuan untuk mengenali dan menetapkan
pihak- pihak yang sesuai diajak bermitra dalam implementasi upaya promotif preventif
kesehatan jiwa di puskesmas yaitu dengan meningkatkan pemahaman dan peran serta
masyarakat dalam upaya promotif kesehatan jiwa baik di keluarga, Lembaga/ institusi,
tempat kerja, tempat ibadah, dan lain lain.
Mitra potensial yang dipilih sebaiknya:
1) Peduli terhadap masalah kesehatan jiwa yang dihadapi dan pemecahan masalah
tersebut melalui gagasan bermitra.
2) Bersedia mengembangkan komunikasi dua arah.
3) Memiliki pemikiran dan cara kerja yang sistimatis.
4) Secara internal memiliki pembagian kerja dan koordinasi yang baik.
5) Memiliki kesediaan yang tulus untuk membantu kegiatan upaya kesehatan jiwa
melalui kemitraan.

199 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
6) Siap memberikan saran-saran yang yang konstruktif dan dukungan bagi
terlaksananya gagasan kemitraan.
7) Fleksibel, informal dan mudah dihubungi.
8) Bersedia dan dapat menyediakan waktu, tenaga dan sumber daya lain untuk
kepentingan kemitraan dalam upaya kesehatan jiwa di puskesmas.
9) Mengetahui cara-cara bermitra, lebih baik lagi jika memiliki pengalaman bermitra
dalam kesehatan khususnya dalam upaya kesehatan jiwa.
10) Bersedia dan dapat memberikan kontribusi untuk gagasan atau “proyek
kemitraaan” sesuai dengan kesepakatan.
11) Memiliki atau bersedia membangun kedekatan (setidaknya secara sosial
psikologis) dan kesiapan akses.
12) Dalam tim yang kompak, satu konsep dan satu bahasa.
13) Kontribusinya berkelanjutan dan taat kepada kesepakatan yang telah dirumuskan
bersama dalam kemitraan upaya kesehatan jiwa.

Mengacu pada lingkungan sasaran upaya promotif preventif kesehatan jiwa dan
target kinerja kesehatan jiwa maka jenis Mitra Potensial dalam Upaya Kesehatan
Jiwa di Puskesmas mitra potensial dapat diidentifikasi sebagai berikut:
 Lintas sektor tingkat kecamatan: institusi pemerintah, terkait dengan upaya
kesehatan jiwa seperti Sekretaris Kecamatan, Sie Kesra, perwakilan dari
institusi pemerintah lainnya seperti kepolisian sektor (polsek), komando
rayon militer (koramil), Kantor Urusan Agama (KUA), kantor cabang Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain.
 Akademisi: Apabila pada wilayah kecamatan lokasi Puskesmas terdapat
institusi pendidikan seperti Poltekkes ataupun perguruan tinggi lainnya yang
memungkinkan menggandeng akademisi bidang kesehatan, psikologi, dan
sosial kemasyarakatan.
 Organisasi profesi kesehatan: IDI, PPNI, IBI, PPPKMI, HAKLI dan lain-lain.
 Organisasi kemasyarakatan (ormas): bisa dalam kelompok ormas keagamaan
seperti NU, Muhammadiyah, PGI, PHDI, Walubi atau ormas non
keagamaan. Pada umumnya ormas dimaksud mengemban misi yang sama
dalam memberdayakan masyarakat dan kesehatan jiwa merupakan modal
dasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai misi masing-
masing

200 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
ormas yang bermitra tersebut. Akan lebih baik bila ormas tersebut telah
bermitra dengan Kementerian Kesehatan atau setidaknya dinas kesehatan
yang diperkuat dengan MoU. Dengan demikian, kemitraan ditingkat
Puskesmas lebih operasional implementasi dalam upaya kesehatan jiwa.
 Tim Penggerak PKK (TP-PKK ) Tingkat Kecamatan
 Dunia Usaha Dunia industri dan ketenagakerjaan / sektor swasta
 Saka Bakti Husada (SBH) di Tingkat Kecamatan
 Tokoh Masyarakat
 Tokoh Agama
 Kader kesehatan (Kader Posyandu, Posbindu, Pos UKK dan lain lain)

b. Dukungan Mitra Potensial dalam Implementasi Upaya Kesehatan Jiwa di


Puskesmas
Kemitraan dalam upaya kesehatan jiwa mempunyai nilai kerja partisipatif dan
menghubungkan sumberdaya antara para mitra. Kemitraan yang dikelola dengan baik
harus mengarah pada sinergi dan menghasilkan nilai tambah yang besar bagi yang
bermitra. Untuk itu para mitra diharapkan dapat menyampaikan potensi dan kewenangan
masing-masing untuk mendukung keberhasilan upaya kesehatan jiwa di Puskesmas. Tabel
1 berikut memperlihatkan potensi dan peran mitra yang dapat memberikan kontribusi
dalam upaya kesehatan jiwa di Puskesmas.

Tabel 1
POTENSI DAN PERAN MITRA DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
No. Jenis Mitra Potensi Peran dan Kontribusi
1. Tingkat Kecamatan:
Lintas Sektor (Polsek,  Pembentukan Forum  Inisiator
koramil, KUA, dll) Kemitraan Keswa tingkat  Katalisator
Kecamatan  Donatur
 Penetapan prioritas dan  Pendukung sumber
alokasi anggaran daya
 Penyediaan
kebijakan/aturan yang
mendukung implementasi
upaya Keswa di
Puskesmas
Puskesmas  Memiliki tim Keswa /  Inisiator
Tenaga Layanan Keswa  Motivator

201 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Pedoman  Perencana program
Penyelenggaraan / Teknis  Pembimbing Teknis
Keswa  Meningkatkan
 Penetapan prioritas dan kapasitas mitra.
alokasi anggaran  Melakukan
 Sumber daya yang ada di pemberdayaan kader
wilayah kerja puskesmas kesehatan / kader
posyandu
 Melakukan orientasi
tim lintas sector dan
kader ormas
masyarakat untuk
pelaksanaan program
kemitraan
 Melakukan
pemantauan dan
evaluasi program
kemitraan di wilayah
kerjanya
2 Akademsi  Tenaga ahli  Fasilitator
 Penelitian  Pengembangan
 Pengabdian kepada inovasi
masyarakat (PkM)
 Penguatan Kapasitas
 Pendamping sektor
pemerintah
Organisasi Profesi  Tenaga Profesi  Fasilitator
Kesehatan  Penguatan Kapasitas
 Pendamping sektor
pemerintah
3 Organisasi  Kader  Melakukan edukasi
Kemasyarakatan  Fasilitator kepada masyarakat
 Penggerak Masyarakat tentang petingnya
upaya kesehatan jiwa
 Komunikator
4 TP-PKK  Kader  Fasilitator
 Penggerak
Masyarakat
5 Dunia Usaha / Sektor  Karyawan  Donatur
Swasta  Regulator internal
6 Saka Bakti Husada  Jenjang Pramuka  Motivator
(SBH)  Kompetensi  Fasilitator
 Sumber Daya  Donatur
 Penggerak
Masyarakat
7 Tokoh Masyarakat  Panutan Masyarakat /  Motivator
Public Figurer  Penggerak
Masyarakat

202 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
8 Tokoh Agama  Panutan Masyarakat /  Motivator
Public Figurer  Penggerak
Masyarakat
9 Kader Kesehatan  Kompetensi  Motivator
 Tugas Pokok / Supporting  Penggerak
Tugas Puskesmas Masyarakat
10 Media Massa  Penyedia Informasi  Menyebarluaskan
 Public Opini informasi tentang
keswa
 Mendukung
penerapan kebijakan
pemerintah terkait
upaya keswa
 Komunikator

Keberhasilan dalam melakukan penggalangan kemitraan dalam upaya promotif-


preventif kesehatan jiwa di Puskesmas sangat didukung Komunikasi Efektif. Komunikasi
efektif yang dimaksud adalah proses komunikasi persuasif untuk membangun kesamaan
pemahaman, pencapaian kesepakatan, sehingga para mitra memahami pentingnya
berperan aktif dan memberikan dukungan dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa,
sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
Beberapa unsur komunikasi efektif yang harus dipahami dan diperhatikan agar tujuan
kemitraan yang diharapkan dapat tercapai, adalah:
1) Tujuan program kemitraan yang jelas. Saling memberikan manfaat / keuntungan
bagi masing-masing mitra apabila berperan aktif dalam mendukung upaya
promotif-preventif keswa.
2) Mekanisme kemitraan / forum komunikasi yang jelas sesuai kesepakatan guna
melakukan interaksi, penyampaian informasi sebagai proses saling bertukar
pikiran, pendapat, opini, gagasan, fakta-fakta serta program kerja upaya promotif-
preventif keswa.
3) Kejelasan bentuk dukungan atau peran serta mitra yang diharapkan yang sesuai
potensi dan kewenangannya.
4) Pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas antara kesehatan/Puskesmas
dengan mitra, dalam pelaksanaan upaya kesehatan jiwa yang tertuang dalam
dokumen kesepakatan.
5) Ada kejelasan dan kesepakatan antara leading sector dan mitra tentang ruang
lingkup, tahapan serta mekanisme penyelenggaraan kegiatan promoti-preventif
keswa yang tertuang dalam rencana aksi.

203 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
6) Adanya media komunikasi yang dapat memperlancar peran mitra dalam
melaksanakan kegiatannya, misalnya: Juknis, booklet/buku saku, infografis, video
instrukesional dll terkait dengan upaya keswa.
7) Indikator hasil kerja pelaksanaan kegiatan promotif-preventif kesehatan jiwa yang
jelas sesuai kesepakatan oleh kedua belah pihak mitra. Indikator tersebut dapat
meningkatkan kinerja pelayanan Keswa di masyarakat.
8)
SEKARANG SAYA TAHU
 Mitra Potensial dalam Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas adalah:
 Lintas sektor tingkat kecamatan: institusi pemerintah, terkait dengan upaya
kesehatan jiwa seperti Sekretaris Kecamatan, Sie Kesra, perwakilan dari
institusi pemerintah lainnya seperti kepolisian sektor (polsek), komando
rayon militer (koramil), Kantor Urusan Agama (KUA), kantor cabang Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain.
 Organisasi profesi kesehatan: IDI, PPNI, IBI, PPPKMI, HAKLI dan lain-lain.
 Organisasi kemasyarakatan (ormas)
 Tim Penggerak PKK (TP-PKK) Tingkat Kecamatan
 Dunia Usaha Dunia industry dan ketenagakerjaan/ sektor swasta
 Saka Bakti Husada (SBH) di Tingkat Kecamatan
 Tokoh Masyarakat
 Tokoh Agama
 Kader kesehatan (Kader Posyandu, Posbindu, Pos UKK dan lain lain).

 Potensi, Peran dan Kontribusi Mitra Potensial dalam Upaya Kesehatan Jiwa
di Puskesmas adalah:

Selamat, Anda telah dapat mengindentifikasi mitra potensial yang dibutuhkan dan
menjelaskan potensi, peran serta kontribusi yang dapat diberikan mitra dalam implementasi
upaya promotif- preventif kesehatan jiwa di Puskesmas Semoga lebih lanjut makin semangat
dan menggalang kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan jiwa sehingga meringkatkan
kinerja Puskesmas dalam upaya kesehatan jiwa.

204 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 3:
PENERAPAN KEMITRAAN PADA KELUARGA, INSTITUSI
PENDIDIKAN, TEMPAT KERJA, DAN KELOMPOK POTENSIAL
LAINNYA DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Penerapan kemitraan dalam upaya promotif preventif kesehatan jiwa di Puskesmas
membutuhkan komitmen yang kuat para mitra dan ketersediaan sumberdaya yang cukup
secara berkesinambungan. Oleh karena itu perlu ditempuh langkah kemitraan yang sistematis.
Peran promotor kesehatan dalam menginisiasi jejaring dan juga merawat dan menguatkan
jejaring yang telah terbentuk sangat penting untuk implementasi kemitraan dalam upata
promotif preventif kesehatan jiwa di puskesmas.
Kesehatan jiwa masyarakat dapat diwujudkan melalui Kerjasama dan sinergi
berbbagai pihak. Di tingkat wilayah kecamatan, puskesmas menjadi leading sektor untuk
mewujudkan Kesehatan jiwa masyarakat tersebut. Di samping itu, keterlibatan secara aktif
dari berbagai stakeholders dalam mewujudkan Kesehatan jiwa masyarakat adalah hal yang
tidak dapat ditawar. Sebagai leading sektor, puskesmas sangat perlu untuk mengidentifikasi
potensi peran dari masing-masing stakeholders tersebut dan mendorong optimalisasi peran
tersebut. Selanjutnya penerapan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di Puskesmas harus memperhatikan karakteristik potensi jenis mitra yang
mempunyai area garapan keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja dan kelompok potensial
lainnya.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu:
1. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada keluarga
2. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada institusi Pendidikan
3. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada tempat kerja
205 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada kelompok potensial lainnya.

Sub Materi Pokok


Sub materi pokok 3 adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada keluarga,
b. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada institusi pendidikan,
c. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada institusi tempat kerja, dan
d. Menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
pada kelompok potensial lainnya.

206 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 3:
PENERAPAN KEMITRAAN PADA KELUARGA, INSTITUSI
PENDIDIKAN, TEMPAT KERJA, DAN KELOMPOK POTENSIAL
LAINNYA DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang penerapan kemitraan dalam implementasi
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas, apa yang Saudara ketahui tentang
penerapan kemitraan dengan beberapa jenis mitra potensial dalam implementasi upaya
kesehatan jiwa di Puskesmas?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang penerapan kemitraan pada
keluarga, institusi pendidikan, tempat kerja, dan kelompok khusus dalam implementasi
upaya kesehatan jiwa di Puskesmas.

1. Menerapkan Kemitraan pada Keluarga, Institusi Pendidikan, Tempat Kerja,


Kelompok Potensial Lainnya dalam Implementasi Upaya Promotif dan Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
Kemitraan multi sektor merupakan langkah strategis yang diperlukan dalam implementasi
upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa di Puskesmas. Upaya menggalang kemitraan
harus dilaksanakan dengan langkah-langkah yang sistematis.
Langkah-langkah kegiatan menggalang kemitraan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan data tentang masalah kesehatan jiwa prioritas, penyebab serta upaya
mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut oleh Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas
b) Mengidentifikasi mitra beserta potensinya untuk mendukung upaya kesehatan jiwa
bersama dengan petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas
c) Mengidentifikasi dan mengemas pesan yang mampu mendorong dan meningkatkan
peran mitra dari multi sektor
d) Melakukan pendekatan serta menyelenggarakan pertemuan kemitraan bersama
dengan petugas Promosi Kesehatan di Puskesmas.
e) Membangun kesepakatan Kerjasama melalui kemitraan/lembar komitmen
f) Menyusun perencanaan kegiatan kemitraan dalam upaya kesehatan jiwa bersama
dengan Petugas Promosi Kesehatan yang melibatkan peran serta setiap mitra

207 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
g) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi para mitra terkait dengan
Upaya Kesehatan Jiwa
h) Melakukan komunikasi dan koordinasi secara terus menerus dengan para mitra dalam
pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan jiwa
i) Pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam Upaya Kesehatan Jiwa
j) Melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan kemitraan dalam Upaya Kesehatan Jiwa

a. Menerapkan Kemitraan pada Keluarga dalam Implementasi Upaya Promotif dan


Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Keluarga merupakan stakeholder penting dalam Upaya mewujudkan Kesehatan jiwa di
masyarakat. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang banyak memberikan
pengaruh pada karakter dan tingkat resiliensi individu, sebagai anggota keluarga. Masalah
Kesehatan jiwa terjadi sebagai interaksi antara hadirnya tekanan dalam hidup dengan
tingkat kerentanan seorang individu. Tingkat kerentanan setiap individu berbeda-beda.
Pada dasarnya, tekanan hidup sehari-hari tidak akan menimbulkan masalah Kesehatan
jiwa jika individu tersebut memiliki daya lenting (resiliensi) yang bagus. Sebaliknya, jika
individu tersebut memiliki daya lenting yang rendah (rentan), maka tekanan hidup tersebut
dapat memicu terjadinya masalah Kesehatan jiwa, seperti yang sudah dijelaskan pada MI
1.
Tingkat resiliensi ataupun kerentanan seorang individu terbentuk dalam keluarga. Sejak
dalam kandungan hingga 5 tahun pertama kehidupan seorang individu, lingkungan
keluarga menjadi lingkungan yang akan sangat mewarnai dan menentukan tingkat
kerentanan individu. Bagaimana individu tersebut diperlakukan oleh keluarga saat berada
dalam kandungan dan juga pada 5 tahun pertama kehidupannya, akan berpengaruh pada
tingkat kerentanan yang dimilikinya. Oleh karenanya, keluarga menjadi stakeholder yang
sangat penting untuk mewujudkan sehat jiwa.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sikap dan respon keluarga juga dapat
menentukan peluang terjadinya kekambuhan pada ODGJ. Keluarga dan masyarakat
sekitarnya, akan menentukan apakah proses penyembuhan ODGJ dapat berjalan dengan
baik atau sebaliknya, justru memicu kekambuhan hingga meningkatkan keparahan.
Literasi Kesehatan jiwa bagi keluarga dan masyarakat menjadi sangat penting untuk
diwujudkan. Literasi yang dimaksud tidak hanya sebatas pengetahuan tentang Kesehatan
jiwa, namun meliputi kemampuan untuk mengakses informasi tentang Kesehatan jiwa
yang dapat dipercaya (kredible), memahami, menganalisis hingga akhirnya mengambil
keputusan yang paling tepat terkait dengan Kesehatan jiwa.

208 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Berkaitan dengan adanya berbagai stigma tersebut maka keluarga memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya kesehatan jiwa. Peran strategis keluarga tersebut dimulai dari
usaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan memungkinkan setiap individu
anggota keluarganya sehat jiwa, peran untuk deteksi dini dan melakukan upaya-upaya
yang tepat agar masalah kesehatan jiwa tidak semakin parah, upaya pengawalan pada fase
pengobatan dan penyembuhan, serta rehabilitasi; seperti Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Potensi peran keluarga sebagai mitra dalam mewujudkan masyarakat


sehat jiwa
Gambar 2 tersebut sebenarnya sejalan dengan prinsip pencegahan dari Leavell & Clark
(1960) yang menjelaskan tentang 5 level pencegahan. Pencegahan perlu dilakukan sejak
seorang individu belum terkena penyakit atau masih dalam keadaan sehat yang semestinya
dilakukan dengan promosi kesehatan, hingga pencegahan pada tahap terakhir yaitu pada
fase rehabilitasi.
Masalah kesehatan jiwa dapat terjadi Ketika adanya tekanan hidup yang bertemu
dengan kerentanan sehingga memicu terjadinya krisis. Krisis itu sendiri terjadi tidak
selamanya karena besarnya tekanan, namun lebih sering karena tingkat kerentanan yang
dimiliki oleh itu sendiri. Bahkan tidak jarang, krisis itu terjadi karena cara pandang atau
cara menyikapi tekanan. Di satu sisi, keluarga memiliki potensi yang sangat besar sebagai
mitra dalam implementasi program promotif preventif kesehatan jiwa di masyarakat.
Namun di sisi lain, keluarga juga memiliki titik atau fase rawan yang berpotensi terjadinya
krisis pada individu (anggota keluarga). Menurut Teori Perkembangan Keluarga (Duvall,
1962), terdapat beberapa titik rawan terjadinya krisis dalam keluarga. Titik rawan tersebut
mengacu pada siklus hidup keluarga. Selain titik-titik rawan, Duvall juga menjelaskan hal-
hal yang dapat

209 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dilakukan agar setiap anggota keluarga tetap dapat sehat jiwa, meskipun terjadi tekanan
hidup dalam keluarganya; seperti yang terangkum pada Tabel 4.

Tabel 4. Titik rawan dan solusi yang dapat dilakukan keluarga agar tetap sehat jiwa
No. Siklus keluarga Potensi rawan krisis Solusi yang dapat
dilakukan
1. Pasangan yang baru saja Fase ini merupakan titik  Membangun
menikah (belum punya rawan karena “pola pernikahan yang saling
anak). kehidupan baru” yang mengerti dan
memerlukan banyak proses memberikan
adaptasi untuk menyesuaikan kebahagiaan
dengan pasangan dan  Mempersiapkan
keluarga besar, serta ritme kehamilan, sehingga
kehidupan yang baru. siap untuk hamil dan
punya anak serta dapat
terhindar dari baby
blues maupun berbagai
masalah kesehatan ibu
dan bayi
 Berusaha bergabung
dengan keluarga besar
2. Fase kelahiran anak Kehadiran bayi pada Perlu komunitasi yang
pertama kelahiran anak pertama akan tuntas antara suami istri
membawa banyak perubahan terkait dengan proses
ritme kehidupan keluarga. adaptasi yang dilakukan
Kehadiran bayi yang belum dengan kehadiran bayi,
mampu melakukan aktivitas serta tentang pola asuh
sendiri akan menyedot yang akan diterapkan
banyak perhatian dan energi pada bayinya
dari anggota keluarga,
terutama sang ibu. Jika tidak
terkelola dengan baik, hal ini
juga berpotensi untuk
hadirnya krisis.
3. Keluarga dengan anak Anak usia pra sekolah  Orangtua perlu adaptasi
usia pra sekolah memiliki kebutuhan yang dengan kebutuhan anak
berbeda dengan bayi. pra sekolah
Pendidikan awal bagi anak  Orangtua perlu
perlu dilakukan oleh mekanisme koping
orangtuanya, meskipun di dengan energi yang
Indonesia belum banyak semakin menipis dan
mengembangkan “sekolah berkurangnya privasi
untuk orangtua”, sehingga sebagai orangtua
orangtua selain menjalankan
aktivitas rutin juga harus
berjuang untuk menjadi
orangtua.

210 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Keluarga dengan anak  Kebutuhan keluarga akan  Beradaptasi dengan
usia sekolah semakin meningkat, dan masyarakat sekitar
hal ini berpotensi memicu  Berusaha mencari
terjadinya krisis sekolah yang tepat bagi
 Anak mulai terpengaruh anak-anaknya
oleh lingkungan sekitar,  Mendorong anak-
baik di masyarakat anaknya untuk
maupun di sekolah, yang memiliki capaian-
terkadang berbeda capaian tertentu
dengan nilai yang selama (capaian yang dimaksud
ini ditanamkan dalam tidak selamanya bersifat
keluarga. akademik) dan tetap
seha.
5. Keluarga dengan anak Remaja mulai lebih kuat  Orangtua perlu
remaja ikatannya dengan teman dan menyeimbangkan
circle-nya, demikian juga antara memberikan
dengan perilaku remaja yang kebebasan pada anak
banyak terpengaruh oleh dan penanaman
teman-temannya. Hal tanggungjawab,
tersebut berpotensi memicu sehingga anak-anak
hadirnya krisis pada akan mampu
keluarga, terlebih jika bertanggungjawab pada
remajanya tersebut terjebak perbuatannya
pada perilaku yang tidak  Orangtua perlu
sehat. membangun kebiasaan
baru dan beradaptasi
6. Masa menikahkan anak Ketika anak menikah, maka  Komunikasi yang tuntas
hak orangtua terhadap anak dan sehat antara suami,
dan kewajiban anak terhadap istri dan anak tentang
orangtua akan mengalami berbagai perubahan
perubahan. Jika tidak dalam siklus keluarga
dipersiapkan dengan baik,  Keluarga
masa ini juga berpotensi mempersiapkan sistem
terjadinya krisis keluarga yang dapat mendukung
anak-anaknya untuk
lebih sukses dalam
membentuk rumah
tangga baru
7 Masa memiliki cucu Kehidupan keluarga akan  Perlu penguatan
Kembali berubah dengan hubungan antara suami
kehadiran cucu. Jika tidak dan istri yang sering
dipersiapkan dengan baik, hal kali juga masa ini
ini juga berpotensi memicu merupakan masa
krisis puncak karir dengan
berbagai dinamikanya
 Komunikasi yang sehat
dan tuntas antara anak,
anak menantu dengan
orangtua sangat
diperlukan, termasuk

211 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dalam hal pengasuhan
cucu
8 Masa lansia Masa ini sering beriringan  Perlu dukungan sosial
dengan masa pensiun atau keluarga besar
berubahnya aktivitas utama  Perlu system dalam
anggota keluarga, dan keluarga agar anak-anak
berubahnya kondisi fisik yang telah menikah
yang semakin menua. Bahkan tetap memikirkan
Sebagian keluarga di fase ini orangtuanya
juga mengalami kehilangan
pasangan. Fase ini sangat
berpotensi terjadinya krisis,
termasuk post-power
syndrome, kesepian,
penurunan kemampuan
melakukan aktivitas sehari-
hari dan sebagainya

Tabel 4 tersebut menjelaskan berbagai potensi terjadinya krisis hidup yang dapat
berdampak pada kesehatan jiwa seorang individu. Keluarga dan kesiapan keluarga untuk
memasuki setiap fase tersebut akan sangat membantu individu untuk tetap sehat jiwa. Satu
hal yang perlu disadari adalah bahwa setiap transisi dari satu fase ke fase selanjutnya
adalah titik rawan. Proses adaptasi untuk memasuki setiap fase baru sangat penting dan
merupakan tantangan tersendiri. Penyesuaian diri dan adaptasi terhadap peran baru dan
situasi baru yang dihadapi tersebut sangat penting. Dan tentu, komunikasi dengan setiap
anggota keluarga secara tuntas dan komunikasi yang sehat sangat diperlukan agar mampu
melewati setiap siklus hidup keluarga tersebut dengan tetap sehat jiwa. Untuk dapat
melalui titik rawan dalam keluarga dengan baik dan sukses, tentunya kita harus
mempersiapkan diri dan keluarga kita dengan baik. Bersama-sama belajar apa saja yang
akan mereka hadapi bersama, memusyawarahkan solusi atas permasalahan yang
kemungkinan muncul, dan berkomitmen untuk bekerja sama melewati masa-masa
menantang bersama-sama. Komunikasi yang tuntas dan efektif menjadi kunci keberhasilan
keluarga dalam mewujudkan keluarga sehat jiwa.
Kusumawati & Supriyati (2019) menjelaskan bahwa masa kehamilan merupakan masa
yang berpontensi terjadinya stress pada wanita hamil. Oleh karenanya, dukungan keluarga
baik dari suami maupun keluarga besar, serta dukungan masyarakat sekitar sangat
diperlukan agar ibu hamil dapat menjalani kehamilannya dengan tetap sehat jiwa raga dan
melahirkan bayi yang sehat. Selanjutnya, Sucipto et al (2023) menjelaskan bahwa pola
pengasuhan anak pada keluarga pekerja migran Indonesia (baik suami maupun istri yang

212 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
bekerja sebagai pekerja migran di luar negeri) berpotensi memicu terjadinya masalah
kesehatan jiwa pada anak. Masalah kesehatan jiwa tersebut seperti pola tidur, pola makan
dan asupan makan yang tidak adekuat, paparan gawai pada anak yang berlebihan, serta
kelekatan anak dan orangtua yang merenggang. Keluarga besar memberikan peran
strategis untuk menguatkan keluarga inti dalam pola pengasuhan anak, agar anak-anak
ablita tersebut dapat tetap tumbuh dan berkembang secara optimal.
Kajian artikel yang dilakukan oleh Alifianti et al (2022) membuktikan bahwa
komunitas lanjut usia akan mengalami beberapa hal yang dapat memicu munculkan
masalah kesehatan jiwa. Spiritualitas dan religiositas sangat diperlukan bagi lansia sebagai
sarana koping agar tetap bisa sehat jiwa dan bersemangat untuk menjalani hari-harinya
dengan bahagia. Berbagai aktivitas keagamaan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi
lansia karena aktivitas-aktivitas tersebut biasanya dilakukan bersama dengan komunitas
lansia lainnya, sehingga mengurangi perasaan kesepian dan kesedihan.
Lantas, bagaimana peran petugas puskesmas agar hal tersebut dapat terjadi. Kesadaran
akan pentingnya aspek keluarga dalam pembangunan kesehatan jiwa menjadi salah satu
modal awal bagi petugas puskesmas dalam membangun kemitraan dengan keluarga dalam
implementasi promosi dan prevensi kesehatan jiwa masyarakat. Dalam proses membangun
kemitraan dengan keluarga, petugas puskesmas juga perlu menggandeng tokoh
masyarakat dan tokoh agama setempat, karena keluarga juga tidak terlepas dari pengaruh
sistem yang ada dalam masyarakat.
Sebelumnya, puskesmas-puskesmas di Indonesia telah melakukan pendataan program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS-PK). Salah satu tema dari PIS-PK
adalah tentang kesehatan jiwa. Selain itu, masalah kesehatan fisik dan masalah kesehatan
jiwa juga dapat saling berkaitan. Data PIS-PK tersebut dapat menjadi data awal sebagai
dasar dalam merancang program dan membangun kemitraan dengan keluarga. Masalah
yang ditemukan pada hasil survei PIS-PK tersebut menjadi tema dalam proses kemitraan
dengan keluarga dan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam membuat program, dengan
mempertimbangkan materi-materi yang telah dituliskan pada bagian ini.

Implementasi Kemitraan dalam Peningkatan Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa


Pada Keluarga.
Mengacu pada langkah-langkah kegiatan penggalangan kemitraan yang telah
disampaikan, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas adalah:

213 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
1) Melakukan identifikasi mitra potensial yang mempunyai akses / mempunyai
interaksi secara aktif dengan keluarga. Contoh:
 Kader Posyandu/ Kader Jumantik/ Kader Gizi/ Kader PKK
 Pengurus Majelis Taklim
 Pengurus Arisan RT
 Pengurus Senam di RT/RW, dll

2) Melakukan pendekatan / advokasi kepada Pimpinan Mitra Potensial


Sasaran: Pengelola Posyandu/Pembina Kader, Pimpinan Majelis Taklim, Ketua RT
dan RW.
Tujuannya:
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pentingnya melakukan upaya
promotif- preventif kesehatan jiwa
 Mendapat dukungan untuk melakukan upaya promotif-preventif kesehatan
jiwa di keluarga
Materi:
 Permasalahan kesehatan jiwa
 Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di keluarga

3) Menyelenggarakan pertemuan kemitraan


Sasaran:
 Pengelola Posyandu/ Pembina Kader, Pimpinan Majelis Taklim, Ketua RT
dan RW.
 Kader Posyandu/ Kader Jumantik/ Kader Gizi/ Kader PKK
 Pengurus Majelis Taklim
 Pengurus Arisan RT
 Pengurus Senam di RT/RW, dll
Tujuannya:
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pentingnya melakukan upaya
promotif- preventif kesehatan jiwa
 Tahapan kegiatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di keluarga.
 Persiapan pelaksanaan skrining kesehatan jiwa
 Tersusunnya rencana kegiatan skrining kesehatan jiwa

214 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Materi:
 Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di keluarga
 Skrining kesehatan jiwa

4) Pelaksanaan skrining kesehatan jiwa di keluarga


Sasaran:
 Ibu, Suami, Anak Remaja, Lansia yang ada di
keluarga Pelaksana :
 Kader Posyandu/ Kader Jumantik/ Kader Gizi/ Kader PKK
 Pengurus Majelis Taklim
 Pengurus Arisan RT
 Pengurus Senam di RT/RW, dll
Didampingi oleh Petugas Puskesmas

5) Pengolahan, Analisa dan Intepretasi hasil skrining oleh Petugas Puskesmas atau
Petugas Profesional Kesehatan Jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas (jejaring
layanan keswa puskesmas).

6) Intervensi Upaya Promotif dan Preventif


Sasaran:
a. Pertemuan Advokasi dalam
Kemitraan Sasaran:
 Pokja Posyandu
 Ketua TP.PKK Kecamatan dan Desa/ Kelurahan
 Pengelola Posyandu/ Pembina Kader, Pimpinan Majelis Taklim, Ketua RT
dan RW.
 Kader Posyandu/ Kader Jumantik/ Kader Gizi/ Kader PKK
 Pengurus Majelis Taklim
 Pengurus Arisan RT
 Pengurus Senam di RT/RW, dll

215 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tujuan
 Adanya kesamaan pemahaman tentang permasalahan kesehatan jiwa
berdasarkan hasil skrining.
 Diperolehnya komitmen / dukungan untuk melakukan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa
 Adanya pokok-pokok kegiatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
 Tersusunnya pengorganisasian/ seksi-2 dalam pelaksanaan kegiatan
promotif-preventif kesehatan jiwa (sesuia dengan potensi serta
kewenangan mitra)
 Tersusunnya rencana usulan kegiatan promotif-preventif kesehatan jiwa
 Yang telah dibuat oleh setiap seksi

Materi
 Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
 Hasil skrining kesehatan jiwa
 Format pengorganisasian mitra dalam kegiatan promotif-preventif-keswa
 Format RUK kegiatan Promotif-Preventif Keswa
No Kegiatan Pokok Promotif-Preventif Sasaran PJ/ Pelaksana/
Keswa Pada keluarga Kegiatan Pihak yang
Terlibat
1 Upaya Promotif
 …………………………………
 ………………………………..
 ………………………………..
2 Upaya Preventif
 …………………………………
 ………………………………..
 ………………………………..

7) Pemantauan/ Pembinaan / penilaian

b. Menerapkan Kemitraan pada Institusi Pendidikan dalam Implementasi


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas

216 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Institusi pendidikan yang ada di tingkat kecamatan atau puskesmas mulai
dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, menengah dan atas. Bahkan pada
beberapa daerah, di tingkat kecamatan atau wilayah puskesmas juga terdapat
perguruan tinggi. Selain itu, pesantren juga dapat dimasukkan sebagai kelompok
institusi Pendidikan. Semua institusi pendidikan dari berbagai level tersebut
berpotensi untuk menjadi mitra puskesmas dalam implementasi upaya promotif
dan preventif untuk kesehatan kesehatan jiwa.

Upaya promotif untuk kesehatan jiwa yang dapat dilakukan di institusi


Pendidikan adalah:
 Menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa
 Menanamkan dan menguatkan keterampilan hidup yang terkait dengan
kesehatan jiwa bagi peserta didik yang sesuai dengan tahap perkembangannya

Institusi Pendidikan merupakan Lembaga yang berusaha untuk


menanamkan dan menginternalisasi berbagai nilai dan keterampilan yang akan
menjadi bekal bagi individu dalam menjalani kehidupan pada fase berikutnya.
Oleh karenanya, institusi Pendidikan sangat strategis sebagai mitra dalam upaya
pengembangan dan penguatan kesehatan jiwa. Tentu, proses penggalangan
kemitraan tersebut perlu mempertimbangkan karakter masing-masing institusi
Pendidikan tersebut. Mitra potensial dan kegiatan yang memungkinkan dilakukan
beragam, sesuai dengan karakter masing-masing Lembaga. Tabel 5 berikut
menguraikan mitra potensial puskesmas untuk implementasi program promotif
dan preventif di institusi Pendidikan.

Tabel 5. Mitra Potensial di Institusi Pendidikan dan Contoh Kegiatan Bersama


No. Jenis institusi Mitra potensial Contoh kegiatan
pendidikan Bersama
1. Pendidikan anak usia Penanggungjawab “Bahagia di PAUD”
dini (PAUD) PAUD, Guru PAUD, (PAUD sebagai sarana
orangtua siswa PAUD sosialisasi dan edukasi
yang tetap memberikan
kesempatan kepada
siswanya untuk
menikmati masa anak

217 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
usia dini untuk dapat
belajar sambil bermain)
2. Sekolah dasar Kepala sekolah, wakil Melalui program UKS
kepala sekolah bagian atau sekolah sehat
kurikulum, guru, dengan penekanan pada
komite sekolah pesan:
- Sekolah bebas
bullying
- Aktivitas fisik sebagai
upaya kesehatan jiwa
- Peningkatan literasi
teknologi informasi
- Sekolah dengan
Bahagia
- Peningkatan literasi
kesehatan jiwa
2. SMP Kepala sekolah, wakil Kegiatan dapat
kepala sekolah bagian berkoordinasi dengan
kurikulum, guru, program UKS untuk:
komite sekolah, OSIS, - Peningkatan literasi
pramuka kesehatan jiwa
- Deteksi dini dan
treatment yang tepat
- Pencegahan berbagai
potensi masalah
kesehatan jiwa,
seperti bullying, pola
hidup yang tidak
sehat (pola makan
tidak sehat, aktivitas
fisik yang kurang,
perilaku merokok,
pola tidur)
3. SMA Kepala sekolah, wakil Program dapat
kepala sekolah bagian berkoordinasi dengan
kurikulum, komite program UKS untuk:
sekolah, OSIS, - Peningkatan literasi
Pramuka, guru BK, kesehatan jiwa
guru olahraga - Bijak dalam
berselancar di dunia
maya
- Deteksi dini dan
treatment yang tepat
- Pencegahan berbagai
potensi masalah
kesehatan jiwa,
seperti bullying, pola
hidup yang tidak
sehat (pola makan
tidak sehat, aktivitas

218 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
fisik yang kurang,
perilaku merokok,
pola tidur)
4. Perguruan tinggi Dosen, pengelola Kerjasama dengan
program studi, unit dosen dapat dilakukan
yang berkaitan melalui kegiatan
dengan tridarma
kesehatan seperti K3, perguruan tinggi
health promoting (Pendidikan, penelitian
university (program dan pengabdian
kampus sehat), masyarakat) untuk
pengelola SDM, BEM melakukan peningkatan
dan organisasi literasi kesehatan jiwa
mahasiswa lainnya. pada sivitas kampus
(dosen, tenaga
kependidikan,
mahasiswa), skrining
masalah kesehatan jiwa,
pengembangan program
peer conselor ataupun
mental health first aider,
serta berbagai program
perilaku hidup sehat
yang dapat menjadi
faktor protektif untuk
kesehatan jiwa.
5. Pesantren Pemilik / pengelola Pengembangan program
pondok pesantren/ kader santri sehat,
ustadz / pak Kyai/ santri penguatan poskestren
(pos kesehatan
pesantren), peer
konselor

Institusi pendidikan merupakan Lembaga yang sangat strategis sebagai


mitra dalam implementasi upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa di
Puskesmas. Apabila Kerjasama dengan institusi ini berhasil, maka upaya
mewujudkan kesehatan jiwa tersebut dapat melembaga dan berlangsung secara
terus menerus. Hal ini tentu akan sangat membantu puskesmas, karena institusi
Pendidikan sejatinya merupakan tempat untuk membentuk kebiasaan / pola hidup.
Upaya untuk menggandeng institusi Pendidikan, selain bermitra langsung dengan
komunitas sekolah atau komunitas kampus atau komunitas pesantren, juga perlu
bermitra dengan unit Pendidikan yang ada di tingkat kecamatan (cabang dari dinas
Pendidikan, pemuda dan olahraga). Untuk sekolah swasta, tentu saja Yayasan
menjadi mitra potensial untuk digandeng.

219 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Usaha kesehatan sekolah (UKS) sebenarnya merupakan kegiatan yang
fokus pada upaya promotif dan preventif. Sayangnya, selama ini UKS cenderung
diposisikan sebagai unit kegiatan kuratif seperti untuk memberikan pertolongan
pertama jika terdapat siswa yang sakit, atau sebagai tempat istirahat bagi siswa
yang tidak enak badan selama proses pembelajaran di sekolah. Oleh karenanya,
perlu upaya untuk mengembalikan fungsi UKS sebagai program yang lebih
banyak bermuatan preventif dan promotif termasuk untuk mewujudkan kesehatan
jiwa pada seluruh sivitas sekolah. Pada dasarnya, UKS memiliki tiga fungsi
utama (Trias UKS), yaitu:
1. Menyelenggarakan Pendidikan kesehatan
2. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, dan
3. Menyelenggaraan pelayanan kesehatan
Melalui Trias UKS tersebut, program kesehatan jiwa di sekolah dapat
dikembangkan. Selain itu, lomba sekolah sehat juga telah menjadi kegiatan rutin
yang diselenggarakan. Sayangnya lomba sekolah sehat tersebut hanya menjadi
even tahunan yang akan berhenti sampai terpilihnya pemenang lomba. Program
lomba sekolah sehat ini, sejatinya merupakan modal penting untuk mewujudkan
sivitas sekolah yang sehat, termasuk sehat jiwa. Oleh karenanya, monitoring dan
evaluasi serta pembinaan sekolah sehat pasca lomba menjadi sangat penting
dilakukan. Program lomba sekolah sehat ini juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk sosialisasi bahwa lingkungan (fisik dan sosial) sekolah yang sehat akan
berkontribusi pada terwujudnya kesehatan jiwa sivitas sekolah.
Saat ini, semakin banyak kampus yang menerapkan program health
promoting university (program kampus sehat). Health Promoting University
(HPU) merupakan pendekatan untuk menciptakan lingkungan dan budaya belajar
yang memungkinkan seluruh sivitas kampus untuk tetap sehat dan semakin
sejahtera. Di ASEAN, telah direkomendasikan agar semua perguruan tinggi
mengadopsi health promoting university. Tentu hal tersebut menjadi angin segar
untuk pengembangan program kesehatan jiwa di kampus. Selain itu, kampus
menjadi Lembaga yang sangat strategis untuk berkolaborasi karena upaya
kesehatan jiwa sangat dapat dilakukan oleh dosen melalui tri darma perguruan
tinggi (utamanya adalah penelitian dan pengabdian masyarakat) yang dapat
dilakukan pada masyarakat sekitar kampus. Dengan demikian, jika kemitraan
dengan kampus dapat digalang,

220 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
maka kegiatannya tidak hanya terbatas pada masyarakat kampus saja, namun juga
menyasar masyarakat luas di wilayah puskesmas.

c. Menerapkan Kemitraan pada Institusi Tempat Kerja dalam


Implementasi Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas
Institusi tempat kerja terdiri dari tempat kerja pemerintah dan swasta. Saat
ini, terus berkembang berbagai UMKM yang memperkerjakan orang lain,
meskipun dengan karyawan yang tidak terlalu banyak. Semua itu menjadi mitra
potensial puskesmas dalam implementasi kesehatan jiwa.
Seorang individu akan menghabiskan waktu yang relatif lama di tempat
kerja. Kehidupan individu di tempat kerja tidak dapat dipisahkan secara tegas dari
kehidupannya di keluarga dan masyarakat. Hal-hal yang terjadi di tempat kerja,
seringkali akan berdampak pada kehidupan keluarga. Terlebih setelah pandemic
Covid-19 yang mengenalkan dan meningkatkan peluang terjadinya “work from
home” (WFH). Satu sisi, WFH memberikan peluang kepada individu untuk dapat
bekerja dan tetap dekat dengan anggota keluarga lainnya. Namun disisi lain,
WFH ini implementasinya cukup sulit menggunakan aturan jam kerja. Waktu
kerja karyawan terkadang tidak hanya 8 jam per hari. Hal tersebut tentu menjadi
potensi hadirnya masalah kesehatan jiwa tersendiri pada tenaga kerja. Selain itu,
tempat kerja juga seringkali menjadi sumber terjadinya masalah kesehatan jiwa
seperti burn out (kelelahan), adanya bullying, konflik dengan rekan kerja dan
lain-lain. Adanya beban berlebih atau kelelahan tersebut akan berdampak pada
gangguan pola tidur dan pola makan yang merupakan salah satu indikator
masalah kesehatan jiwa. Hal tersebut bahkan akan dapat berpengaruh pada
kehidupan keluarga individu tersebut. Stress atau tekanan yang terjadi ditempat
dapat memicu munculnya kemarahan pada anggota keluarga yang lain tanpa
dengan sebab yang jelas. Pada gilirannya, kejadian tersebut dapat menyebabkan
ketidakharmonisan keluarga. Jika tidak ada upaya yang serius, maka hal tersebut
akan berdampak pada munculnya masalah kesehatan jiwa pada keluarga dan
masyarakat. Oleh karenanya work-life balance merupakan salah satu program
kesehatan jiwa yang sangat penting dilakukan di tempat kerja. Kesadaran tenaga
kerja tentang pentingnya work-life balance ini menjadi hal yang sangat penting,
sehingga individu yang bekerja dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan,
membahagiakan, dan menyejahterakan anggota keluarganya tetap dapat tercapai.
Jangan sampai terjadi
221 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
yang sebaliknya, dengan bekerja justru membuat keluarga tidak bahagia dan
sejahtera karena yang terjadi adalah dari pekerjaannya memunculkan tekanan-
tekanan dan krisis dalam keluarganya.
Center for disease control and prevention (CDC) menjelaskan bahwa
masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan jiwa akan dapat berdampak pada
produktivitas kerja. Tenaga kerja yang sehat (fisik, mental, sosial) akan lebih
produktif dalam bekerja. Sebaliknya, tenaga kerja yang tidak sehat akan menjadi
kurang produktif dan bahkan memerlukan biaya (atau pengeluaran) tambahan
dari tempat kerja untuk menyelesaikan masalah kesehatannya, seperti biaya
pengobatan dan lain-lain. Oleh karenanya CDC merekomendasikan agar program
kesehatan menjadi kegiatan yang melekat pada setiap tempat kerja. Program
kesehatan tersebut dilakukan secara sistematis dan melibatkan banyak pihak
seperti pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Model program kesehatan di tempat kerja menurut CDC

Pada Gambar 4 tersebut, CDC juga menekankan tentang faktor konteks


yang meliputi ukuran perusahaan (tempat kerja), sector tempat kerja
(pemerintah / swasta), dan lain-lain. Karakter setiap tempat kerja kaitannya
dengan kesiapan bekerjasama untuk upaya kesehatan jiwa berbeda-beda. Oleh
karenanya kegiatan

222 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
yang dilakukan juga tidak dapat diseragamkan. Meskipun demikian, pada
prinsipnya pemimpin di tempat kerja menjadi mitra potensial untuk bersinergi.
Selain itu, organisasi yang mewadahi para pekerja sangat penting untuk
digandeng sebagai mitra.
Upaya untuk mewujudkan kesehatan jiwa di tempat kerja dapat dilakukan
dengan bersinergi dengan pimpinan dari dunia usaha dunia industri (DUDI),
tenaga kerjanya, organisasi yang mewadahi para tenaga kerja, serta Lembaga
yang menaungi tempat kerja tersebut (jika ada), seperti Gambar 5 berikut.

Gambar 5. Unsur mitra dari tempat kerja

Upaya menggalang kemitraan perlu dilakukan dengan menerapkan


berbagai prinsip kemitraan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kemitraan akan lebih optimal jika didasarkan pada data sehingga proses
meyakinkan mitra dan pembagian peran lebih sesuai dengan kondisi mitra, seperti
Gambar 6 berikut.

223 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambar 6. Tahapan penggalangan kemitraan di tempat kerja

Upaya kesehatan jiwa yang dilakukan di tempat kerja akan memberikan


beberapa manfaat seperti:
1. Meningkatkan produktivitas kerja
2. Mengurangi biaya pengobatan
3. Mengurangi jumlah absen (ketidakhadiran) tenaga kerja
4. Menurunkan potensi risiko kecelakaan kerja
5. Mengurangi alokasi dana untuk rekruitmen tenaga kerja baru dan pelatihan
6. Meningkatkan reputasi tempat kerja dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Mengacu pada berbagai pembahasan tersebut, maka upaya kemitraan di
tempat kerja dapat dilakukan untuk mengembangkan intervensi promosi
kesehatan jiwa di tempat kerja seperti:
 Work-life balance
 Mekanisme koping
 Komunikasi efektif termasuk keterampilan asertivitas
 Manajemen waktu
 Mindfulness
 Gerakan penerapan gaya hidup sehat (pola makan sehat, pola tidur cukup dan
berkualitas, pengendalian perilaku merokok, peningkatan aktivitas fisik dan
olahraga)
 Pengembangan peer counselor
Melalui berbagai kegiatan kemitraan untuk mewujudkan kesehatan jiwa di
tempat kerja tersebut, diharapkan tenaga kerja lebih sehat jiwa dan lebih
produktif. Tenaga kerja yang lebih sehat jiwa akan Kembali ke keluarganya
dengan bahagia

224 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dan membuat anggota keluarga lain lebih sehat. Salah satu indikator sehat jiwa
adalah mampu berkontribusi pada masyarakatnya, sehingga tenaga kerja yang
sehat jiwa juga akan lebih banyak berkontribusi pada masyarakat sekitar. Upaya
promotif kesehatan jiwa tersebut semestinya tidak hanya terbatas pada
penyuluhan dan KIE saja, namun lebih ke proses rekayasa lingkungan yang
memungkinkan terbentuknya lingkungan dan budaya kerja yang sehat jiwa,
dengan melibatkan berbagai stakeholders dan juga memberdayakan tenaga kerja.

d. Menerapkan Kemitraan pada Kelompok Potensial Lainnya dalam


Implementasi Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa, pada prinsipnya dapat
diterapkan di berbagai tatanan. Selain pada keluarga, masyarakat, tempat
Pendidikan dan tempat kerja, kegiatan tersebut juga dapat diterapkan di fasilitas
layanan kesehatan, organisasi dan juga media massa. Upaya promotif kesehatan
jiwa di media massa dapat dilakukan dalam bentuk:
 Penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai kesehatan jiwa,
pencegahan dan penanganan gangguan jiwa di masyarakat serta informasi
layanan kesehatan jiwa
 Peningkatan literasi kesehatan jiwa masyarakat
 Pemahaman yang benar mengenai kesehatan jiwa, masalah kesehatan jiwa,
gangguan jiwa dan ODGJ
 pembuatan pemberitaan, penyiaraan, artikel dan penyebarluasan materi yang
kondusif untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat serta menghidari
pembuatan pemberitaan, penyiaraan, artikel dan penyebarluasan materi yang
berpotensi menimbulkan stigma tentang kesehatan jiwa, ODGJ dan sejenisnya
Peran media massa dalam mewarnai pikiran masyarakat sangat besar. Hal-
hal yang ditulis atau diberitakan oleh media massa termasuk sosial media akan
membentuk perilaku masyarakat. Oleh karenanya kemitraan dengan media massa
ini menjadi hal yang esensial untuk dilakukan.
Era sekarang, masyarakat telah menjadikan informasi di media massa dan
sosial media sebagai “guru” atau panutan dalam berperilaku. Kemudahan akses
internet dan akses informasi di sosial media membuat alur informasi berseliweran
tanpa dapat dibendung. Setiap individu, bahkan dapat membuat berita dan atau

225 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
menyebarkan berita yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Sayangnya, sesuatu yang viral (banyak beredar dan diakses
masyarakat) seringkali dianggap sebagai sesuatu yang baik dan akan diikuti oleh
masyarakat. Dengan demikian, pengendalian konten media massa dan media
sosial menjadi hal yang sangat penting, namun saat ini sangat sulit dilakukan.
Program kemitraan yang dapat dilakukan adalah bekerjasama dengan
berbagai pemilik konten atau bahkan influencer agar mereka lebih banyak
menyebarkan konten yang mendukung sehat jiwa. Sebagai contoh, inahealth.id
yang banyak memproduksi konten-konten kesehatan yang terpercaya, saat ini
bermitra dengan youtube Indonesia untuk menyebarkan konten kesehatan.
Tempat pelayanan kesehatan juga merupakan mitra potensial untuk upaya
pengembangan kesehatan jiwa masyarakat. Ottawa Charter dan juga peraturan
Menteri Kesehatan no 74 tahun 2015 telah menjelaskan bahwa kemitraan
merupakan salah satu strategi promosi kesehatan yang dilakukan diberbagai
tatanan. Selain itu, terdapat lima area aksi utama promosi kesehatan yang dapat
diadopsi untuk upaya pengembangan kesehatan jiwa. Kelima area aksi utama
tersebut adalah:
1. Pengembangan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
2. Penciptaan lingkungan yang kondusif
3. Penguatan Gerakan masyarakat
4. Pengembangan kemampuan individu
5. Reorientasi layanan kesehatan
Masalah kesehatan jiwa masih memiliki banyak stigma, demikian juga
dengan layanannya. Oleh karenanya reorientasi layanan kesehatan jiwa di tempat
layanan kesehatan merupakan salah satu tema potensial untuk kegiatan kemitraan
dalam mewujudkan masyarakat yang sehat jiwa. Pada satu wilayah puskesmas,
banyak daerah yang memiliki tempat layanan kesehatan lain selain puskesmas.
Kemitraan dengan berbagai tempat layanan kesehatan tersebut perlu diwujudkan.

226 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

Penggalangan kemitraan untuk upaya pengembangan kesehatan jiwa di puskesmas perlu


dilakukan secara komprehsif sejak dari keluarga, masyarakat, tempat Pendidikan, tempat
kerja dan berbagai tatanan lainnya yang potensial termasuk media massa dan media sosial.

227 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PANDUAN PENUGASAN

Lampiran MPI 3
KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

LEMBAR PENUGASAN A
DISKUSI KELOMPOK IDENTIFIKASI MITRA POTENSIAL DAN
MEMPERSIAPKAN PELAKSANAAN KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI
UPAYA PROMOTIF PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu mengidenifikasi mitra potensial dan
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi upaya promotif
preventif kesehatan jiwa di Puskesmas

2. Waktu: 45 menit (diskusi = 25 menit, presentasi = 20 menit)

3. Bahan Penugasan
 Bahan tayang
 Laptop
 LCD

4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8 - 9 orang)
b. Setiap kelompok memilih Ketua dan Sekretaris
c. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa
d. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
 Kelompok A: Diskusi kelompok Identifikasi Mitra Potensial dalam implementasi
upaya kesehatan jiwa di Puskesmas
 Kelompok B: Diskusi kelompok mempersiapkan Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan
dalam implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Sekolah

228 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Kelompok C: Diskusi kelompok mempersiapkan Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan
dalam implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Pondok Pesantren
 Kelompok D: Diskusi kelompok mempersiapkan Pelaksanaan Kegiatan
Kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan jiwa dengan institusi tempat
kerja/ institusi kantor pemerintah
e. Kelompok A diskusi kelompok dengan menggunakan/ mengisi lembar kerja A,
sebagai berikut:

Lembar Kerja A:
Identifikasi Mitra potensial dalam upaya kesehatan jiwa
di Puskesmas..............................................................................................
Mitra Potensi Peran dan Kontribusi
Tuliskan mitra potensial Potensi yang dimiliki Tuliskan peran dan kontribusi
yang dapat bekerjasama mitra yang dapat diberikan mitra
dalam upaya kesehatan jiwa potensial dalam upaya
di Puskesmas kesehatan jiwa di Puskesmas

f. Kelompok B, C, dan D diskusi kelompok dengan menggunakan/ mengisi lembar kerja


B, sebagai berikut:
Lembar Kerja b: Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa di Puskesmas...............................
dengan Institusi Pendidikan/ Pondok Pesantren....................................
dengan Tempat Kerja/ institusi kantor pemerintah.................................
di: ...............................................................................

Isu strategis Tuliskan isu strategis atau masalah kesehatan jiwa


prioritas yang dihadapi Puskesmas lembar kasus/ lokus
Praktek Lapangan (PL)
Tujuan kegiatan Jelaskan tujuan kemitraan yang diharapkan dalam
kemitraan mendukung implementasi upaya kesehatan jiwa untuk
mengatasi masalah kesehatan jiwa/ isu strategis tersebut.
Sasaran kemitraan Jelaskan secara jelas siapa saja peserta pertemuan/ kegiatan
kemitraan
Pemosisian pesan Buatlah pemosisian pesan yang dapat membangun atau
meningkatkan citra/ value para mitra yang terlibat dalam
kegiatan kemitraan tersebut.

229 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Metode dan teknik Tetapkan dan siapkan dengan baik metode dan teknik
kemitraan komunikasi yang akan digunakan pada saat pertemuan
kemitraan berlangsung.
Pesan janji Tetapkan serta jelaskan kerugian dan keuntungan yang
diperoleh mitra apabila memberikan dukungan/ berperan
serta dalam implementasi upaya kesehatan jiwa
Pernyataan pendukung Alasan-alasan pendukung terhadap pentingnya
pelaksanaan upaya kesehatan jiwa dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat/ produktifitas, misalnya dari
hasil penelitian, fakta-fakta yang ada, pengakuan/
testimoni, kisah sukses, ilustrasi, anjuran orang terkenal,
grafik, gambar, dll.
Ekspose: peran aktif para mitra dalam kegiatan upaya
kesehatan jiwa
Respon yang diinginkan Merupakan tindakan spesifik yang diharapkan dilakukan
oleh para mitra untuk mendukung implementasi upaya
kesehatan jiwa.
Catatan: mengacu pada potensi para mitra dalam upaya
kesehatan jiwa
Nada penyampaian Himbauan, emosional, mengajak, meneladani, rasa
bangga, dll.
Media yang digunakan Tetapkan jenis media yang akan dipergunakan untuk
menempatkan pesan tersebut. Jenis media bisa lebih dari
satu.
Waktu dan tempat Isi dengan tanggal, dari pukul berapa mulai dan berakhir,
pelaksanaan kegiatan dan tempat pelaksanaan kegiatan kemitraan.
kemitraan
Pembagian peran dan Tetapkan secara rinci serta jelas peran setiap peserta/
tanggung jawab dari anggota kelompok kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan
Kelompok Kemitraan kemitraan, misalnya:
(Peserta Pelatihan 1. Penanggung jawab kegiatan kemitraan
Pelatih) 2. Penyusun skenario dan rundown kegiatan kemitraan
3. Menjadi MC atau pembawa acara
4. Penerima tamu, yang mempersilahkan tamu undangan
duduk pada tempat yang telah disediakan.
5. Penyiapan bahan presentasi
6. Penyaji materi
7. Moderator
8. Tim yang menjawab pertanyaan/ verifikasi dari
peserta pertemuan
9. Penulis kesepakatan atau hal-hal penting pada papan
flipchart atau computer
10. Notulen dan pembaca kesimpulan hasil kegiatan
11. Penyiapan, pemasangan dan pembagian media KIE
yang mendukung pelaksanaan kegiatan kemitraan
12. Perlengkapan yang memastikan fungsi sound sistem,
LCD, Laptop, meja, kursi, papan flipchart, konsumsi,
akomodasi,dll
13. Pemantau waktu pelaksanaan kegiatan kemitraan
14. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan kemitraan

230 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tetapkan rincian acara Tetapkan rincian acara serta alokasi waktu yang
pelaksanaan kegiatan dibutuhkan (rundown), misalnya:
kemitraan 1. Penerimaan tamu
2. Pemutaran radio spot atau filer kesehatan
3. Ucapan selamat datang serta pembacaan rincian acara
4. Pembukaan, perkenalan serta penyampaian tujuan
pertemuan
5. Doa
6. Penyajian materi
7. Pembagian media KIE kepada peserta
8. Diskusi dan tanya jawab
9. Penyampaian kesimpulan (hasil notulen) serta
komitmen hasil pertemuan kemitraan
10. Kesepakatan hasil pertemuan
11. Sambutan penutup
12. Doa penutup.

g. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas flipchart atau diketik computer dan
diserahkan ke fasilitator
h. Kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya.
i. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi

Selamat berdiskusi

231 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
LEMBAR PENUGASAN B
MENYUSUN SKENARIO DAN BERMAIN PERAN KEMITRAAN DALAM
IMPLEMENTASI UPAYA KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu untuk menjadi fasilitator dalam
pelaksanaan kegiatan kemitraan di Kantor Kecamatan dan Tatanan/ Institusi/ Lembaga
Potensial di wilayah kerja Puskesmas

2. Waktu: 135 menit (susun skenario=20 menit, bermain peran @25 menit, tanggapan=15
menit)

3. Bahan Penugasan
 Bahan tayang
 Laptop
 LCD

4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8-9 orang)
b. Setiap kelompok memilih Ketua dan Sekretaris
c. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa
d. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
 Kelompok A: Menyusun skenario pelaksanaan kegiatan penggalangan kemitraan
dalam upaya kesehatan jiwa di Puskesmas:
- Setting kegiatan misalnya pertemuan di kantor Puskesmas atau kantor kecamatan
- Tujuan
- Sasaran
- Susunan acara dan
- Pembagian peran
- Dukungan yang diinginkan
 Kelompok B: Menyusun skenario Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Institusi Pendidikan/ Pondok Pesatren
- Setting kegiatan misalnya pertemuan di sekolah/ pondok pesantren,
- Tujuan pertemuan

232 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
- Sasaran/peserta pertemuan
- Susunan acara pertemuan dan
- Pembagian peran sesuai dengan pembagian peran dalam kemitraan dengan
institusi pendidikan/ pondok pesantren
- Dukungan yang diinginkan
 Kelompok C: Menyusun skenario Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa dengan institusi tempat kerja / institusi kantor
pemerintah
- Setting kegiatan misalnya pertemuan di tempat kerja / institusi kantor pemerintah,
- Tujuan pertemuan,
- Sasaran/peserta pertemuan
- Susunan acara pertemuan dan
- Pembagian peran sesuai dengan pembagian peran dalam kemitraan dengan
institusi tempat kerja / institusi kantor pemerintahan.
 Kelompok D: Menyusun skenario Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Tim Pembina UKBM/ Posyandu
(Pokjanal Posyandu Tk Kecamatan dan Pokja Posyandu Tk Desa/Kelurahan)
- Setting kegiatan misalnya pertemuan pembinaan Posyandu Tingkat Kec dan
Desa/ Kelurahan bertempat di Ruang Pertemuan Kantor Kecamatan,
- Tujuan pertemuan,
- Sasaran/peserta pertemuan
- Susunan acara pertemuan dan
- Pembagian peran sesuai dengan pembagian peran dalam kemitraan dengan
institusi tempat kerja / institusi kantor pemerintahan.
e. Hasil diskusi ditulis pada kertas lembar balik/flipchart atau diketik di komputer dan
diserahkan kepada fasilitator. Waktu diskusi kelompok menyusun skenario 20 menit
f. Masing-masing kelompok bermain peran sesuai penugasan pada butir 4d, Setiap selesai
bermain peran kelompok lainnya menanggapi.
g. Selesai semua kelompok bermain peran, fasilitator memberikan tanggapan dan
merangkum hasil permainan peran

Selamat berdiskusi

233 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
REFERENSI
1. Alifianti A., Probosuseno, Supriyati. Hubungan Spiritualitas dan Religiusitas Dengan
Kualitas Hidup Kelompok Usia Lanjut. Health Promotion and Community Engagement
Journal. 2022. Vol. 1 No. 1 p 33-43
2. Defrain J., 2012. Families across the lifespan: the normal, to be expected, satisfactions
and challenges couples and families experience. Getting connected, staying connected.
Univ Nebrasca
3. Kusumawati & Supriyati. Social capital and self efficacy of pregnant women. Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD Vol. 13 No. 2 Th. 2019. P 84-91. DOI:
http://dx.doi.org/10.12928/kesmas.v13i2.12049
4. Undang-undang Kesehatan RI, Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
5. Undang-undang RI Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2015 Tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
7. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Panduan Kemitraan Multipihak untuk Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia, 2019
8. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan
RI, Panduan Menggalang Kemitraan di Bidang Kesehatan, 2019
9. Diektorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, Modul Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu, 2022
10. Sulaeman, S. Endang., Kemitraan dalam Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan: 2017
11. Sucipto H., Nurhadi, Supriyati. 2023. Pola pengasuhan balita stunting pada keluarga
pekerja migran Indonesia. Tesis. Universitas Gadjah Mada

234 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN INTI 4:
PEMBERDAYAAN KELUARGA, KELOMPOK DAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA KESHATAN JIWA DI
MASYARAKAT

235 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

236 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT
Pemberdayaan keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan tujuan utama
dalam pembangunan kesehatan, terutama dalam peningkatan peran serta dan
kemandiriannya pada upaya promotif dan preventif. Demikian juga, pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan jiwa, terutama dalam upaya promotif-preventif,
melalui pendekatan edukatif dan partisipatif sangat strategis, yaitu menjadikan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat umum sebagai subjek dan bukan
objek dalam meningkatkan status kesehatan jiwanya. Mereka aktif membuat
rencana kegiatan, melaksanakan dan melakukan pengembangan yang didampingi
oleh petugas kesehatan atau lintas sektor.
Petugas kesehatan maupun lintas sektor dalam pemberdayaan masyarakat,
berperan sebagai fasilitator, katalisator maupun motivator yang membantu,
mendampingi serta membimbing masyarakat agar menjadi tahu, mau, dan mampu
mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat (UKJBM) dengan
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya masyarakat itu
mempunyai potensi yang besar, yang dapat dimobilisasi untuk mengembangkan
UKJBM tersebut, tentunya sesuai dengan kebutuhannya, sosial budaya masyarakat
setempat atau bersifat lokal spesifik.
Mengacu pada hal tersebut, maka ruang lingkup materi inti IV dalam modul
pelatihan bagi pelatih (TOT) ini meliputi: 1) Konsep dasar pemberdayaan keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa.; 2)
Pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa; 3) Pemberdayaan kelompok dan
masyarakat dalam pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya
Masyarakat (UKJBM); 4) Praktik pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis
masyarakat

TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu menjelaskan
dan mempraktikkan upaya pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam kesehatan jiwa.

237 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa.
2. Mempraktikkan pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa.
3. Mempraktikkan pemberdayaan kelompok dan masyarakat dalam pelaksanaan
surveilans berbasis masyarakat serta pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa
Bersumberdaya Masyarakat (UKBJM)

WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 9 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 5
JPL penugasan (dapat berupa diskusi kelompok, latihan, dan lain-lain), dan 2 JPL
praktik lapangan. Waktu: 9 JPL (T = 2 JPL, P = 5 JPL, PL = 2 JPL).

MATERI POKOK

Materi Pokok pada pelatihan pelatih (TOT) ini adalah:


1. Konsep dasar pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.
2. Pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa.
3. Pemberdayaan kelompok dan masyarakat dalam pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM)
4. Praktik pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
5. Pencatatan dan pelaporan kader kesehatan jiwa

238 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

239 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 1:
KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN KELUARGA, KELOMPOK, DAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Pemberdayaan di bidang kesehatan dimaksudkan untuk menumbuhkan partisipasi aktif
dan rasa memiliki kelompok sasaran terhadap pembangunan kesehatan yang dilakukan.
Dalam modul ini, sasaran yang dimaksudkan adalah keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Partisipasi tersebut akan mendorong peluang terjadinya keberlangsungan program yang
dilakukan. Deklarasi Alma Ata menjelaskan bahwa partisipasi di bidang kesehatan
merupakan hak sekaligus kewajiban masyarakat.
Partisipasi masyarakat dan keberlangsungan program menjadi indikator penting dari
kesuksesan program-program promotif-preventif, yang memungkinkan terbentuknya
kemandirian masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat menjadi cerminan dari tata kelola yang
bagus (good governance) dari program kesehatan yang dilakukan. Kesehatan bukan hanya
menjadi tanggungjawab pemerintah saja, namun kesehatan adalah tanggungjawab bersama
dari berbagai stakeholders, baik pemerintah, swasta, dan masyarakat. Terlebih, kenyataan
bahwa kesehatan itu berkaitan dengan banyak aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial,
dan budaya. Oleh karenanya, keterlibatan berbagai sektor dan stakeholders dalam
pembangunan kesehatan, termasuk pembangunan kesehatan jiwa, sangat diperlukan.
Sayangnya, belum semua pihak menyadari perlunya berpartipasi dan sebagian yang lain
belum mengetahui tentang cara yang tepat untuk berpartisipasi dalam upaya kesehatan jiwa di
masyarakat. Pemberdayaan merupakan strategi untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan,
dan kemampuan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam implementasi kesehatan
jiwa masyarakat.
Materi ini merupakan bagian awal dari materi inti 4, yang akan dilanjutkan dengan
penjelasan materi tentang Pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa; Pemberdayaan kelompok dan
masyarakat dalam pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat
(UKJBM); serta materi tentang Praktik pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis
masyarakat.

240 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu
menjelaskan konsep dasar pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.

Sub Materi Pokok


1. Konsep dasar pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.
2. Kapasitas Masyarakat dan Domain Pemberdayaan dalam Implementasi Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
3. Langkah-langkah Melakukan Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat
dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas

241 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
………………………………………………………………………………………………….
URAIAN MATERI POKOK 1:
KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN KELUARGA, KELOMPOK, DAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF KESEHATAN JIWA
………………………………………………………………………………………………….
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang konsep dasar pemberdayaan dalam
implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas, apa yang Saudara
ketahui tentang pemberdayaan masyarakat? Mengapa kita perlu melakukan
pemberdayaan?
Apa saja prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat? Bagaimana langkah-langkah melakukan
pemberdayaan?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang berbagai konsep yang terkait
dengan pemberdayaan masyarakat sebagai dasar dalam melakukan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di Puskesmas.

1. Konsep Dasar Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat dalam


upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Puskesmas.
a. Pendahuluan
Pemberdayaan merupakan proses bersama antara petugas kesehatan yang menjadi
fasilitator pemberdayaan dengan masyarakat sasaran. Pada modul ini, kelompok sasaran
adalah keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pada awalnya, masyarakat didefinisikan
sebagai komunitas yang disatukan oleh wilayah geografis tertentu. Saat ini, masyarakat
didefinisikan lebih luas. Masyarakat tidak hanya kumpulkan individu yang disatukan oleh
wilayah geografis, namun dapat berupa sekelompok individu yang disatukan oleh
kesamaan kepentingan (Glanz et al., 2008).
Pada aktivitas pemberdayaan, terjadi kerjasama antara fasilitator (dalam tema ini,
petugas kesehatan) dengan masyarakat. Terdapat tiga model kerjasama dengan masyarakat
(Kemm & Close, 1995). Ketiga model tersebut adalah Knowledge, Attitude, and Behavior
(KAB) Model; empowerment model, dan community action model. Tabel 1 berikut
menjelaskan tentang ketiga model tersebut.

242 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tabel 1. Model Kerjasama dengan Masyarakat
No. Model kerjasama Peran petugas kesehatan Peran masyarakat sasaran
1. KAB Model Petugas kesehatan sebagai Masyarakat berpartisipasi
penentu kebutuhan dalam kegiatan sebagai
masyarakat, penentu bentuk “pengguna layanan” yang
kegiatan dan pelaksana disediakan oleh petugas
kegiatan. Proses kesehatan
pengambilan keputusan
mutlak berada ditangan
petugas kesehatan.
2 Empowerment Petugas kesehatan sebagai Masyarakat dengan
model fasilitator, bukan penentu difasilitasi oleh petugas
program. Penentu program kesehatan, berusaha
adalah masyarakat sasaran. mengidentifikasi
Petugas kesehatan kebutuhannya,
melakukan upaya mengidentifkasi
peningkatan kapasitas sumberdaya yang
individu, kelompok, atau dimilikinya. masyarakat
masyarakat yang dapat mendapat kesempatan untuk
membuat mereka mampu berpartisipasi secara aktif
mengontrol dan dalam program sejak
meningkatkan status menekenali masalah,
kesehatan mereka. merancang program,
mengimplementasikan
hingga mengevaluasi.
Proses pengambilan
keputusan dilakukan
masyarakat dengan
difasilitasi petugas
kesehatan.
3 Community action Petugas kesehatan Masyarakat sasaran
model memotivasi individu atau menentukan / memutuskan
kelompok masyarakat untuk kegiatan-kegiatan yang
melakukan tindakan perlu dilakukan bersama-
bersama sebagai masyarakat sama dalam melakukan
dalam mengubah rekayasa lingkungan agar
lingkungan menjadi lebih lebih memungkinkan untuk
sehat dan lebih hidup lebih sehat.
memungkinkan masyarakat
untuk hidup lebih sehat.

Jika diterapkan pada program yang terkait kesehatan jiwa, maka partisipasi masyarakat
pada model pertama dilakukan dengan hadir pada saat ada penyuluhan atau KIE tentang
kesehatan jiwa, sesuai dengan undangan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Masyarakat tidak ikut menentukan kapan sebaiknya penyuluhan atau KIE tentang
kesehatan jiwa

243 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
tersebut dilakukan, di mana tempatnya, kapan waktunya, atau fokus topik yang diberikan
apa. Semua ditentukan / diputuskan oleh petugas kesehatan. Misalnya saja, penyuluhan
/KIE tersebut dilakukan pada jam 09.00-12.00 pagi (pada jam kerja di hari kerja). Padahal
mayoritas masyarakat sasaran adalah usia produktif, yang pada jam tersebut sedang berada
di sekolah, di kampus ataupun di tempat kerja. Dengan demikian, yang hadir memenuhi
undangan tersebut adalah lebih banyak lansia. Isi penyuluhan/KIE tersebut adalah
penjelasan tentang “apa itu kesehatan jiwa, siapa yang berpotensi mengalami masalah
kesehatan jiwa, bagaimana mencegahnya, dan apa yang harus dilakukan jika mengalami
masalah kesehatan jiwa”. Pada sesi tanya jawab, peserta tidak banyak yang bertanya
karena masih memiliki persepsi bahwa sehat jiwa adalah tidak sakit jiwa. Dengan
demikian, mereka merasa materi yang disampaikan hanya sebagai pengetahuan saja.
Setelah mengikuti kegiatan tersebut, peserta pulang, dan selesai tidak ada kegiatan
lanjutan.
Pada model kedua, Penyuluhan /KIE dilakukan pada Hari Sabtu pukul 09.00 – 12.00,
dengan memilih tema yang telah disepakati oleh masyarakat sasaran, yaitu tips untuk
meningkatkan kualitas tidur. Tema tersebut dipilih karena banyak masyarakat sasaran yang
mengalami imsomnia, belum bisa tidur sebelum jam 02.00 dinihari, sehingga berdampak
pada terlambat bangun pagi dan menjadi masalah di sekolah atau di tempat kerja, karena
pada siang hari sering merasa mengantuk. Mayoritas masyarakat sasaran hadir mengikuti
kegiatan karena jadwalnya sesuai dan juga temanya dianggap sesuai dengan kebutuhan
mereka. Pada saat acara, peserta sangat antusias mengikuti dan mengajukan pertanyaan
sesuai dengan yang dialaminya. Di akhir acara, mereka bersepakat untuk melanjutkan
diskusi tentang topik yang dibahas melalui WAG yang telah ada. Mereka juga berharap
agar petugas puskesmas mau memfasilitasi mereka lagi untuk membahas tentang masalah
kesehatan jiwa lainnya.
Pada model yang ketiga, masyarakat sasaran telah menyepakati dan memilih topik
tentang tips tidur yang berkualitas dengan waktu pada hari Sabtu pukul 09.00 – 12.00.
Setelah mengikuti penyuluhan/KIE, masyarakat sasaran bersepakat untuk membuat
Gerakan untuk olahraga bersama untuk meningkatkan kebugaran dan meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu mereka juga membuat Gerakan tidur jam 22.00, dan mereka
bersepakat untuk membahas perkembangannya di WAG mereka. Secara proaktif, mereka
juga berusaha mencari informasi-informasi lain yang berkaitan dengan upaya peningkatan
kualitas tidur, termasuk membuat Gerakan “no gadget” pada jam 23.00 – 03.00.
Harapannya Gerakan tersebut dapat membatasi interaksi mereka dengan gadged sehingga
lebih mudah untuk tidur lebih awal dan berkualitas.
244 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Model kerjasama dengan masyarakat yang kita gunakan akan menentukan respon
masyarakat terhadap program yang kita lakukan. Untuk model pertama, kemungkinan
keberlangsungan programnya relatif rendah dan petugas puskesmas menjadi lebih banyak
bebannya, meskipun pada awalnya terkesan lebih mudah dilakukan. Model pemberdayaan
akan lebih memungkinkan masyarakat berpartisipasi secara aktif dan lebih memungkinkan
keberlangsungan program.
Bentuk partisipasi masyarakat itu beragam. Partisipasi yang paling awal adalah berupa
kesiapan masyarakat untuk terlibat (Laverack, 2007). Kesiapan masyarakat untuk terlibat
itu akan terus berkembang dan meningkat seiring dengan upaya pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan. Apabila petugas kesehatan terus berupaya untuk memberikan otorita
kepada masyarakat sasaran dan memberikan peluang untuk pengembangan program secara
bottom up, maka masyarakat pun akan semakin aktif hingga dapat mengembangkan ide-
ide program dan melakukan aksi bersama (community action). Sebaliknya, jika petugas
lebih banyak “mendikte” dan kurang memberikan otorita kepada masyarakat sasaran untuk
berkreasi menyampaikan ide kegiatan, maka masyarakat sasaran “hanya” akan menjadi
“pengguna” layanan atau program yang dilakukan petugas kesehatan.

b. Mengapa kita perlu melakukan pemberdayaan keluarga, kelompok dan masyarakat


dalam implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas?
Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat. Pola dan perilaku yang terdapat dalam
keluarga akan membentuk pola dan perilaku masyarakat. Selain itu, berbagai kebiasaan
yang dilakukan keluarga akan sangat membentuk perilaku individu. Apabila menilik pada
teori Socio-ecological model, maka status kesehatan seorang individu, termasuk status
kesehatan jiwa, tidak pernah dapat dilepaskan dari pengaruh keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang melingkupinya, termasuk berbagai sistem dan lingkungan di sekitar
individu tersebut (Gambar 1).

245 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambar 1. Socio-ecological model
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keluarga dapat menjadi faktor protektif
ataupun faktor risiko kesehatan jiwa. Keluarga memiliki banyak potensi yang dapat
dioptimalkan untuk membentuk dan meningkatkan kesehatan jiwa individu. Oleh
karenanya, upaya untuk mewujudkan kesehatan jiwa juga perlu dilakukan melalui
pemberdayaan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Kesehatan jiwa, hingga saat ini masih sering terabaikan. Perhatian terhadap kesehatan
jiwa masih setengah hati. Meskipun angkanya dari waktu ke waktu meningkat signifikan,
namun sejatinya angka tersebut masih belum menunjukkan angka yang sesungguhnya.
Masalah kesehatan jiwa adalah fenomena gunung es, karena angka yang selama ini
dituliskan masih lebih kecil dari realita di lapangan.
Berbagai upaya peningkatan literasi kesehatan jiwa telah meningkatkan kesadaran
stakeholders termasuk masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa. Sayangnya,
besarnya stigma yang terkait dengan masalah kesehatan jiwa ini sering menjadi
penghalang upaya pencapaian target-target pembangunan kesehatan jiwa.
Seiring dengan menguatnya penggunaan teknologi informasi, proses penyebaran
informasi terkait kesehatan melalui sosial media meningkat tajam. Satu sisi, hal tersebut
adalah satu hal yang positif karena akan mempercepat proses peningkatan informasi
kesehatan termasuk informasi kesehatan jiwa. Di sisi lain, era digital ini setiap individu
memiliki kesempatan untuk memproduksi dan atau menyebarkan informasi tanpa dapat

246 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dikendalikan validitas dan kredibilitas dari informasi tersebut. Berbagai berita yang
berseliweran di sosial media tentang tindakan menyakiti diri sendiri (self-harm) hingga
bunuh diri pun dapat menjadi pemicu semakin rumitnya masalah yang terkait dengan
kesehatan jiwa. Oleh karenanya, upaya peningkatan literasi kesehatan jiwa perlu dilakukan
secara masif, agar individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat semakin cerdas dalam
mengambil keputusan yang lebih sehat jiwa. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan literasi kesehatan secara masif tersebut adalah dengan pemberdayaan.
Beberapa manfaat dari pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa adalah:
• Menjangkau sasaran secara lebih luas dan meningkatkan keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan ini sangat penting karena masalah kesehatan jiwa lebih sulit
diselesaikan jika hanya mengandalkan pemerintah saja. Jumlah penduduk
Indonesia yang cukup besar memerlukan keterlibatan masyarakat yang lebih luas
• Mengurangi beban pemerintah. Semakin meningkatkan masalah dan gangguan
kesehatan jiwa memerlukan alokasi sumber daya manusia dan anggaran yang
terus meningkat. Saat ini rasio petugas kesehatan jiwa dengan jumlah penduduk
Indonesia masih belum berimbang. Oleh karenanya, keterlibatan masyarakat akan
mengurangi beban pemerintah untuk penanganan masalah kesehatan jiwa ataupun
gangguan jiwa.
• Meningkatkan literasi kesehatan jiwa secara lebih luas
Satu hal yang perlu diyakini terlepas dari meningkatnya jumlah ODMK dan PDGJ
adalah bahwa masyarakat yang sehat jiwa jauh lebih banyak. Mayoritas masyarakat adalah
termasuk kelompok masyarakat yang sehat jiwa, yang tidak memiliki tekanan jiwa, tidak
memiliki masalah kesehatan jiwa dan tidak memiliki gangguan kesehatan jiwa. Sementara
itu, proporsi anggota masyarakat yang memiliki gangguan jiwa adalah kelompok yang
paling kecil. Kelompok yang paling kecil tersebut (kelompok dengan gangguan jiwa) perlu
memperoleh pertolongan dari para profesional. Sementara itu, perlu upaya yang lebih
serius untuk menjaga agar individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang tidak
memiliki tekanan mental, tidak memiliki masalah kesehatan jiwa dan tidak memiliki
gangguan jiwa tetap sehat jiwa. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaganya adalah
dengan pemberdayaan yang ditujukan untuk meningkatkan literasi kesehatan jiwa
masyarakat.
Pemberdayaan tersebut dapat meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat dalam mengakses informasi tentang kesehatan jiwa yang dapat dipercaya,
sehingga juga mampu mengikis stigma. Selain itu, pemberdayaan tersebut juga berpotensi
247 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
meningatkan daya resiliensi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
menghadapi tekanan hidup, sehingga tidak mudah mengalami masalah kesehatan jiwa.
Bahkan setelah literasi kesehatan meningkat dengan proses pemberdayaan,
memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan program-program seperti
phychological first aid (PFA) yang akan membantu sebayanya dalam menghadapi
tekanan-tekanan hidup. Dengan demikian, jumlah individu, keluarga atau kelompok yang
mengalami masalah kesehatan jiwa tidak semakin bertambah.
• Meningkatkan rasa memiliki terhadap program. Proses pemberdayaan yang
dilakukan akan meningkatkan rasa memiliki dari individu, keluarga dan kelompok
sasaran terhadap program yang dilakukan. Rasa memiliki tersebut akan memicu
kesiapan untuk berkontribusi.
• Berpotensi terjadinya keberlangsungan program. Adanya rasa memiliki tersebut
program dan kontribusi yang dilakukan akan meningkatkan potensi terjadinya
keberlangsungan program yang dilakukan. Tentu hal tersebut menjadi salah satu
pertanda kesuksesan program yang dijalankan.

c. Definisi dan Tujuan Pemberdayaan untuk Kesehatan Jiwa


Pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata “empower” yang artinya:
(1) to give power or authority to (mengalihkan kekuatan atau kekuasaan/otoritas
kepada pihak lain)
(2) to give ability to enable (upaya memberi kemampuan atau keberdayaan).
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberi kemampuan atau keberdayaan
kepada masyarakat melalui pelimpahan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau
mendelegasikan otoritas. Secara umum, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan
sebagai upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Di bidang kesehatan, pemberdayaan
masyarakat diartikan sebagai upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Kementerian kesehatan mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
fasilitasi yang bersifat noninstruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan,
dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan sumberdaya dan fasilitas
yang ada,

248 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
baik dari instansi lintas sektoral, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan Tokoh
Masyarakat.
Tujuan Pemberdayaan di bidang kesehatan adalah:
a. Meningkatkan literasi kesehatan (kemampuan mengakses informasi yang dapat
dipercaya, memahami, menganalisis dan mengambil keputusan hidup yang lebih
sehat)
b. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya hidup sehat, serta menguatkan
kemauan dan kehendak untuk hidup sehat
c. Meningkatkan kemampuan individu, kelompok, dan masyarakat dalam
menjalankan hidup sehat
Pemberdayaan dalam upaya kesehatan jiwa dimaksudkan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan jiwa serta
menumbuhkan kesadaran pentingnya kesehatan jiwa
b. Menumbuhkan kemauan dan kehendak untuk hidup sehat jiwa
c. Meningkatkan kemampuan individu, kelompok dan masyarakat untuk menjalani
kehidupan sehari-hari secara sehat jiwa. Terdapat banyak stigma terkait dengan
masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman
tentang kesehatan jiwa secara perlahan akan mengikis stigma yang berkembang.
Pada gilirannya, pemberdayaan tersebut akan meningkatkan kemandirian sasaran
dalam hal kesehatan jiwa.
Pemberdayaan dalam upaya kesehatan jiwa dilakukan dengan target terbentuknya
kemandirian masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Masyarakat dianggap mandiri terkait
dengan kesehatan jiwa ketika:
a. Mampu mengenali masalah kesehatan jiwa di lingkungannya beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah-masalah kesehatan jiwa tersebut
b. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan
jiwa beserta faktor-faktor risikonya secara mandiri (tidak tergantung pada
hadirnya bantuan dari luar komunitasnya)
c. Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individu, kelompok atau
masyarakat dari berbagai potensi ancaman masalah kesehatan jiwa
d. Mampu meningkatkan kesehatan jiwa setiap individu dan kelompok dalam
masyarakat tersebut.
Semakin banyak masyarakat yang mandiri terkait dengan kesehatan jiwa, maka
individu, keluarga, kelompok dan anggota masyarakat lainnya akan semakin tangguh dan
sehat jiwa.
249 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Keluarga-keluarga yang tangguh, akan melahirkan generasi yang tangguh, yang mampu
menghadapi tekanan hidup sehari-hari, atau yang dikenal dengan individu yang sehat jiwa.

d. Prinsip-prinsip Pemberdayaan dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif


Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Asumsi dasar yang harus dimiliki oleh petugas puskesmas dalam melakukan
pemberdayaan adalah bahwa setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
memiliki potensi. Tak ada satupun individu, kelompok, ataupun masyarakat yang tidak
memiliki potensi. Hanya saja, terkadang potensi tersebut tidak dapat langsung terlihat oleh
pihak luar, sehingga diperlukan need assessment terlebih dahulu. Kegiatan need
assessment tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan juga
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat sasaran. Informasi mengenai kebutuhan dan
sumberdaya yang dimiliki masyarakat sasaran tersebut sangat diperlukan dalam proses
merancang program pemberdayaan yang dilakukan.
Pada program pengkajian kebutuhan masyarakat, sangat perlu untuk mengidentifikasi
kebutuhan masyarakat yang meliputi:
1. Normative needs (kebutuhan normatif), yaitu kebutuhan yang didefinisikan
mengacu pada justifikasi ahli, referensi, hasil penelitian, buku panduan, ataupun
regulasi. Misalnya saja, ketika membaca referensi tentang pentingnya mental health
first aider, maka di puskesmas kita program yang dibuat adalah pengembangan
mental health first aider.
2. Comparative needs (kebutuhan komparatif), yaitu kebutuhan masyarakat yang
ditentukan dengan membandingkan pada kelompok lain. Misalnya di puskesmas A
telah menyediakan psikolog untuk layanan konseling kesehatan jiwa di puskesmas,
pada di puskesmas B juga berusaha menyediakan psikolog untuk layanan konseling
kesehatan jiwa di puskesmas.
3. Expressed needs (Kebutuhan yang terekspresikan), yaitu kebutuhan masyarakat
yang ditentukan dengan mengacu pada berbagai indikator yang dapat diamati.
Misalnya tingginya jumlah pasien yang mengikuti konseling dengan psikolog,
sehingga layanan konseling tersebut selalu dengan antrian panjang. Setelah
dicermati lebih lanjut sebenarnya tidak semua pasien tersebut perlu bertemu dan
mengikuti konseling dengan psikolog puskesmas, namun mereka ingin bercerita dan
ingin didengarkan. Mencermati indikator tersebut, maka kemudian dikembangkan
program mental health

250 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
first aider sebagai solusi. Jumlah mental health first aider bisa lebih banyak dan
lebih fleksibel untuk menjangkau masyarakat yang memerlukan.
4. Felt need (Kebutuhan yang dirasakan), yaitu kebutuhan yang memang dirasakan
oleh masyarakat sasaran, dan biasanya kebutuhan itulah yang disampaikan.
Mengidentifikasi felt need sangat penting, karena masyarakat sasaran akan sangat
bahagia jika felt need nya terpenuhi.
Mengacu pada keempat kebutuhan tersebut, maka petugas kesehatan harus mampu
mengidentifkasi felt needs masyarakat sasaran. Meskipun pada awal kedatangannya
membawa normative need, ataupun comparative need atau bahkan menemukan expressed
need, namun masyarakat akan jauh lebih mudah menerima jika kebutuhan-kebutuhan
tersebut “dikemas” sesuai dengan felt need mereka. Petugas kesehatan diharapkan dapat
mengemas kegiatan yang didasarkan pada justifikasi ahli tersebut sesuai dengan perspektif
/ kebutuhan sasaran dengan mengoptimalkan sumber daya yang telah ada di masyarakat.

Terdapat beberapa prinsip dalam melakukan pemberdayaan, yaitu:


1. Menumbuhkembangkan potensi sasaran. Seperti yang telah disampaikan
sebelumnya bahwa setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat pasti
memiliki potensi, meskipun seringkali potensi tersebut masih perlu digali/dieksplor
terlebih dulu. Upaya pemberdayaan harus berusaha untuk mengembangkan potensi-
potensi yang dimiliki oleh keluarga, kelompok dan masyarakat tersebut. Jangan
sampai yang terjadi adalah sebaliknya, proses yang kita lakukan justru memastikan
potensi yang mereka miliki. Jika sampai proses yang kita lakukan adalah mematikan
potensi sasaran, maka sesungguhnya yang kita lakukan adalah mengkerdilkan
mereka atau “memperdaya” mereka, bukan memberdayakan mereka.

251 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Menguatkan modal sosial (social capital) yang dimiliki sasaran. Modal sosial
merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat yang dapat meningkatkan kemampuan dan akses berbagai
sumberdaya dalam proses memenuhi kebutuhan mereka. Modal sosial tersebut
seperti derajat kohesivitas dan kerukunan masyarakat, kepercayaan,
kepemimpinan, jejaring, norma dan sebagainya yang dapat didayagunakan untuk
optimalisasi akses berbagai sumberdaya yang diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan.
3. Menggali partisipasi sasaran. Dalam proses pemberdayaan, kontribusi atau
partisipasi sasaran merupakan unsur yang sangat penting. Tanpa adanya
kontribusi tersebut, maka kegiatan yang dilakukan hanya akan menghabiskan
waktu dan tenaga petugas kesehatan, dan tidak memungkinkan terjadinya
keberlangsungan program. Oleh karenanya sangat penting untuk menggali dan
mengoptimalkan partisipasi sasaran, dalam hal ini keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi aktif, bukan
hanya sekedar partisipasi sebagai pengguna layanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Upaya menggali dan mengoptimalkan partisipasi sasaran tersebut
dapat dilakukan dengan cara mengenali potensi sasaran dan menguatkan modal
sosial yang dimilikinya, sehingga mereka menjadi lebih bersemangat
berkontribusi, sesuai dengan potensi dan modal sosial yang dimilikinya tersebut.
4. Menjalin Kemitraan. Upaya untuk mewujudkan kesehatan jiwa, tidak dapat
dilakukan sendirian. Oeh karenanya, bermitra dengan pihak lain menjadi hal
yang sangat penting, agar upaya pemberdayaan kesehatan jiwa dapat lebih
optimal.
5. Desentralisasi. Upaya pemberdayaan kesehatan jiwa perlu dilakukan dengan
prinsip desentralisasi. Hal ini mengingat bahwa masalah kesehatan dan
kebutuhan untuk setiap kelompok sasaran itu berbeda-beda, sehingga sebelum
melakukan pemberdayaan pelru dilakukan kajian kebutuhan (need assessment)
terlebih dulu. Sumberdaya, potensi dan modal sosial yang dimiliki juga berbeda-
beda antar kelompok masyarakat. Oleh karenanya program pemberdayaan yang
dikembangkan tidak bisa disamaratakan untuk semua sasaran. Masing-masing
kelompok masyarakat memerlukan pendekatan dan model pemberdayaan yang

252 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
berbeda-beda sesuai dengan permasalahan, kebutuhan, potensi dan modal sosial
yang dimilikinya.

Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat tidak mudah dilakukan.


Diperlukan strategi pendekatan yang tepat untuk menumbuhkan dan menguatkan
partisipasi masyarakat, agar partisipasi yang terjadi adalah partisipasi aktif masyarakat.
Realitas di masyarakat menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi karena
beberapa alasan, seperti:
(1) paksaan
(2) imbalan
(3) identifikasi atau ingin meniru
(4) kesadaran
(5) karena tuntutan hak asasi dan tanggung jawab.

Petugas kesehatan, sangat perlu untuk mengidentifikasi tokoh lokal yang mampu
menjadi pemimpin dan penggerak partisipasi masyarakat. Individu yang mampu
memimpin dan menggerakkan masyarakat tersebut merupakan salah satu modal sosial
masyarakat sasaran yang perlu didekati dan dioptimalkan perannya sebagai pemimpin dan
penggerak masyarakat.

2. Kapasitas Masyarakat dan Domain Pemberdayaan dalam Implementasi Upaya


Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Kapasitas masyarakat merupakan modal dalam proses pemberdayaan. Pemberdayaan
seringkali disebut juga sebagai upaya peningkatan kapasitas masyarakat. Upaya peningkatan
kapasitas masyarakat tersebut akan meningkatkan peluang keberhasilan pemberdayaan yang
dilakukan. Peningkatan kapasitas akan memberikan beberapa keuntungan, seperti:
 Menguatkan solidaritas masyarakat
 Meningkatkan peluang kontribusi masyarakat
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berbagi ide
 Meningkatkan kompetensi
 Meningkatkan perhatian pada sumberdaya yang terbatas

253 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Kapasitas masyarakat yang dimaksud meliputi 9 domain yang penting untuk
diperhatikan dalam proses pemberdayaan yang dilakukan (Laverack, 2006). Kesembilan
domain tersebut adalah:
a. Partisipasi. Partisipasi merupakan hal yang sangat esensi dalam pemberdayaan.
Partisipasi, baik pada kelompok kecil maupun kelompok besar, dapat diidentifikasi dan
dianalisis untuk merancang penguatan partisipasi pada kelompok yang lebih luas.
Upaya pencapaian tujuan menjadi lebih mudah dengan adanya partisipasi.
b. Kepemimpinan. Partisipasi dan kepemimpinan sangat berkaitan. Partisipasi
memerlukan kepempinan yang kuat. Partisipasi dan kepemimpinan sangat diperlukan
dalam proses pengorganisasian masyarakat.
c. Kapasitas dalam melakukan penilaian masalah/pengkajian kebutuhan.
Kemampuan untuk melakukan penilaian masalah/pengkajian kebutuhan merupakan hal
yang snagat penting dalam pemberdayaan, karena proses pemberdayaan itu sendiri
berawal dari adanya kebutuhan yang dirasakan. Oleh karenanya, sangat penting bagi
masyarakat untuk mampu menentukan kebutuhannya atau masalah yang ingin
diselesaikan dan juga hal tersebut akan mendorong pada upaya penetapan tujuan dari
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan.
d. Struktur organisasi. Struktur organisasi yang dimaksud adalah berbagai struktur
organisasi yang ada pada masyarakat sasaran yang memungkinkan anggota
masyarakatnya melakukan aktivitas bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh
struktur organisasi yang biasanya dimiliki oleh masyarakat di Indonesia adalah PKK,
RT, RW, Karangtaruna, organisasi keagamaan dan lain-lain.
e. Mobilisasi sumber daya. Setiap individu, kelompok, maupun masyarakat memiliki
potensi ataupun sumber daya. Berbagai sumberdaya yang dimiliki tersebut perlu untuk
dimobilisasi untuk mendukung kesuksesan program pemberdayaan yang dilakukan.
Tentu saja, akan terjadi proses negosiasi dalam proses mobilisasi sumberdaya tersebut.
f. Kemampuan untuk lebih aktif terlibat dan kritis (ask why). Kesehatan tidak
terlepas dari berbagai aspek kehidupan lainnya seperti sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Oleh karenanya pemberdayaan di bidang kesehatan juga mensyaratkan
kemampuan masyarakat untuk mengenali, mengidentifkasi dan menganalisis berbagai
aspek
254 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kehidupan tersebut dan kaitannya dengan masalah kesehatan jiwa di masyarakat yang
pelu diselesaikan melalui kegiatan pemberdayaan. Penilaian masalah atau pengkajian
kebutuhan merupakan langkah pertama yang penting dilakukan sebelum merancang
program. Terkadang, permasalahan yang sebenarnya dapat tertutup oleh faktor
personal, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Oleh karenanya keterampilan untuk
kritis diperlukan, sehingga mampu menggali permasalahan atau kebutuhan yang
sesungguhnya (felt need).
g. Manajemen program. Manajemen program diperlukan untuk dapat mendefinisikan
tentang kebutuhan, berbagi peran dan tanggung jawab dan berbagai hal yang terkait
dengan pengelolaan masyarakat dalam pemberdayaan
h. Hubungan dengan pihak eksternal. Jejaring yang dimiliki dengan berbagai
pihak/kelompok di luar komunitasnya dapat menjadi modal yang dapat didayagunakan
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
i. Agen perubahan. Proses pemberdayaan memerlukan adanya agen-agen perubahan
agar masyarakat mampu melakukan Gerakan, berubah menjadi lebih sehat jiwa. Agen
perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi motor penggerak masyarakat yang lebih
luas.
Kesembilan domain tersebut dapat menjadi sarana evaluasi pemberdayaan yang dilakukan
dengan melakukan penilaian dan melakukan skoring yang membentuk jaring laba-laba
(spider web) seperti Gambar 2. Evaluasi yang dimaksud dapat dilakukan di awal (sebelum
proses pemberdayaan dilakukan) sebagai bahan assessment profil masyarakat, sehingga dapat
fokus untuk proses penguatannya. Selain itu, assessment juga dapat dilakukan setelah
kegiatan pemberdayaan selesai dilakukan.

255 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambar 2. Contoh Spiderweb visualisasi hasil penilaian profil masyarakat yang terkait
pemberdayaan

Apabila hasil assessment tersebut menunjukkan nilai yang belum optimal, maka intervensi
yang dilakukan adalah:
 Meningkatkan partisipasi stakeholders
 Meningkatkan kapasitas dalam melakukan penilaian masalah
 Membangun kepemimpinan lokal. Pemimpin lokal ini dapat dipilih berdasarkan
kedekatan masyarakat dan kepercayaan. Orang-orang yang memiliki pengarah,
memiliki reputasi yang baik dan siap melayani masyarakat merupakan kandidat
pemimpin lokal yang potensial.
 Membangun struktur organisasi dengan prinsip pemberdayaan
 Meningkatkan mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang dimaksudkan tidak hanya
terbatas pada sumber dana saja, namun juga dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan dan berbagai bentuk modal sosial lainnya.
 Meningkatkan kemampuan stakeholders untuk lebih aktif terlibat dan kritis (ask why).
Asking why merupakan kemampuan komunitas untuk mengakses secara kritis penyebab
kontekstual dari ketidakberdayaan dan kondisi kesehatan jiwa yang buruk.

256 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Meningkatkan kontrol stakeholders dalam manajemen program. Peran Manajemen
program dan stakeholder adalah agar tumbuh rasa memiliki masyarakat terhadap
program sehingga lebih siap untuk berpartisipasi
 Melakukan identifikasi jejaring dan menguatkannya
 Mengidentifikasi agen-agen perubahan yang dapat menggerakkan masyarakat
Penilaian terhadap kapasitas masyarakat dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat tersebut menunjukkan bahwa dalam proses
pemberdayaan masyarakat juga terjadi proses pemberdayaan individu dan kelompok. Sebagai
contoh adalah individu-individu yang berpotensi untuk menjadi pemimpin lokal, atau
kelompok masyarakat yang nantinya akan menjadi tim kerja kegiatan pemberdayaan
kesehatan jiwa. Melalui berbagai upaya tersebut, diharapkan bahwa kapasitas masyarakat
dapat meningkat dan proses pemberdayaan yang dilakukan lebih optimal.

3. Langkah-langkah Melakukan Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat


dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
a. Persiapan pemberdayaan individu, kelompok, dan masyarakat
Pemberdayaan perlu dilakukan dengan persiapan yang baik. Persiapan tersebut penting
untuk dilakukan agar proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan optimal dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Persiapan yang dimaksud meliputi persiapan dari sisi petugas
puskesmas yang akan melakukan pemberdayaan dan juga persiapan dari kelompok sasaran
yang akan diberdayakan, baik individu, kelompok ataupun masyarakat.
Persiapan dari sisi petugas kesehatan yang akan melakukan pemberdayaan meliputi:
 Memahami dan menerapkan perspektif pemberdayaan
Pertama, kita meyakini bahwa setiap keluarga, kelompok ataupun masyarakat
memiliki potensi. Artinya, kita sebagai petugas kesehatan harus selalu optimis
bahwa sasaran program kita akan dapat kita berdayakan. Jangan memandang
remeh kepada kelompok sasaran. Sikap optimis ini akan mendorong tumbuhnya
motivasi dan semangat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan. Kedua, kita
harus menetapkan bahwa tujuan akhir dari kegiatan pemberdayaan adalah
kemandirian keluarga, kelompok, ataupun masyarakat yang menjadi sasaran
pemberdayaan. Dengan demikian, partisipasi aktif sasaran sangat penting untuk
diupayakan. Hal tersebut akan membawa pada perspektif Ketiga, yaitu bahwa
sumber daya dari luar bukanlah yang utama. Keempat, masalah kesehatan itu
tidak tunggal dan tidak

257 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terlepas dari berbagai aspek kehidupan lainnya. Oleh karenanya, dalam proses
pemberdayaan kita tidak bisa mengabaikan aspek sosial, ekonomi dan budaya dari
keluarga, kelompok, atau masyarakat yang menjadi sasaran program.
 Memahami dan menerapkan strategi kerjasama dengan masyarakat yang
mampu membuat masyarakat lebih berdaya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (konsep dasar pemberdayaan
masyarakat), bahwa terdapat beberapa model kerjasama dengan masyarakat.
Meskipun selama ini banyak program kesehatan yang dilakukan dengan model
knowledge, attitude and behavior (KAP model), namun model kerjasama dengan
masyarakat model KAP tersebut kurang mampu mengembangkan potensi
masyarakat. Model tersebut terkesan lebih mudah dilakukan pada tahap awal,
namun sebenarnya memberikan beban yang lebih banyak pada petugas kesehatan.
Oleh karenanya, model kerjasama yang semestinya diterapkan adalah
empowerment model atau community action model.
 Menyadari dan melakukan peran sebagai fasilitator
Dalam proses pemberdayaan, peran petugas kesehatan adalah sebagai fasilitator.
Artinya, petugas kesehatan bukanlah penentu semuanya dan juga bukan pengambil
keputusan tunggal. Pelibatan sasaran dan pemberian wewenang kepada sasaran
untuk dapat berkontribusi dan mengambil keputusan sangat penting untuk
dilakukan. Meskipun demikian, bukan berarti petugas kesehatannya menyerahkan
sepenuhnya, namun petugas kesehatan tetap perlu mengarahkan dan memberikan
bekal melalui berbagai program peningkatan kapasitas agar kelompok sasaran
dapat mengambil keputusan dan berpartisipasi secara tepat.

Dalam menjalankan peran sebagai fasilitator, tentu keterampilan komunikasi menjadi


sangat penting. Keterampilan komunikasi ini menjadi salah satu modal penting untuk
keberhasilan pemberdayaan. Sebagai fasilitator, maka strategi komunikasi yang
semestinya diterapkan adalah komunikasi yang setara dengan sasaran, bukan komunikasi
yang bersifat atau terkesan menggurui sasaran pemberdayaan. Selain itu, fasilitator juga
perlu memiliki sikap jujur, antusias, menjaga toleransi, sabar dan ulet. Selain sebagai
fasilitator, petugas kesehatan juga berperan sebagai motivator dan katalisator dalam proses
pemberdayaan.

258 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Melakukan analisis sasaran
Analisis sasaran merupakan hal esensial yang perlu dilakukan dalam persiapan
kegiatan pemberdayaan. Analisis sasaran yang perlu dilakukan meliputi:
Siapa sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan?
Siapa saja yang dekat dengan sasaran tersebut?
Apa hubungan sasaran dengan permasalahan kesehatan yang akan
diselesaikan melalui kegiatan pemberdayaan?

 Melakukan analisis kebutuhan


Analisis kebutuhan merupakan salah satu tahapan penting dalam melakukan
promosi kesehatan, termasuk dalam pemberdayaan. Dalam proses analisis
kebutuhan (need assessment), hal yang dilakukan meliputi meliputi pengkajian
kebutuhan masyarakat dan sumber daya yang dimiliki sasaran. Proses pengkajian
kebutuhan perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan yang benar-benar
dirasakan oleh masyarakat sasaran (felt need) dan juga kebutuhan berdasarkan
justifikasi ahli (normative need). Selain itu, penting juga dilakukan identifikasi
terhadap sumber daya yang tersedia pada masyarakat tersebut. Harapannya,
petugas kesehatan yang merupakan fasilitator dapat mengemas kegiatan yang
didasarkan pada justifikasi ahli tersebut sesuai dengan perspektif / kebutuhan
sasaran dengan mengoptimalkan sumber daya yang telah ada di masyarakat. Upaya
untuk melakukan pengkajian kebutuhan dapat dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif maupun kualitatif.

Berbagai persiapan tersebut sangat perlu dipahami dan dilakukan oleh petugas
kesehatan yang akan menjadi fasilitator pemberdayaan.

b. Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat


Beberapa hal penting yang perlu dilakukan petugas kesehatan sebagai fasilitator dalam
pemberdayaan adalah:
 Membangun kepercayaan:
Proses membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan menjelaskan tujuan
kedatangan (tujuan kedatangan fasilitator/petugas kesehatan adalah untuk
membantu masyarakat memecahkan masalah dengan kearifan lokal, bukan untuk
memberikan dana). Selanjutnya, fasilitator juga perlu untuk meyakinkan sasaran
tentang manfaat
259 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kegiatan dan juga manfaat yang akan diperoleh ketika mereka berpartisipasi.
Manfaat yang dimaksudkan bukan manfaat financial, namun keuntungan yang
akan mereka peroleh dalam jangka pendek dan jangka panjang, terkait kesehatan
jiwa.
 Menumbuhkan kesadaran
Hal yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya
kesehatan jiwa dan perlunya melakukan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan
kesehatan jiwa adalah dengan mengajak warga mengenali masalah yang ada terkait
dengan kesehatan jiwa. Terdapat kemungkinan warga berasumsi bahwa fasilitator
(kita) yang akan bekerja memecahkan masalah dan juga menyediakan sumber daya
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan asumsi tersebut, warga hanya akan
berpartipasi dalam bentuk menggunakan layanan. Oleh karenanya dari awal perlu
kita menyamakan persepsi warga masyarakat bahwa Kehadiran kita adalah untuk
membantu saja, agar masyarakat dapat menyelesaikan masalahnya. Jadi yang akan
aktif menyelesaikan masalah adalah warga sedangkan kita/fasilitator akan berperan
untuk meningkatkan kapasitas mereka agar lebih mampu menyelesaikan masalah,
termasuk dengan mengidentifikasi berbabgai potensi dan mengoptimalkannya.
 Membangun kekompakan
Setelah membangun kepercayaan dan menumbuhkan kesadaran, maka tahap yang
selanjutnya yang mestinya dilakukan oleh petugas kesehatan dalam rangka menjadi
fasilitator pemberdayaan adalah membangun kekompakan masyarakat sasaran.
Berkaitan dengan proses membangun kekompakan tersebut, maka fasilitator perlu
menjadi pihak yang netral. Dalam suatu kelompok masyarakat, tidak jarang terjadi
konflik atau potensi konflik, maka kita harus menjadi pihak yang netral.
Selanjutnya, kita perlu mendorong dan motivasi warga untuk menghadiri berbagai
pertemuan yang ada. Dalam berbagai pertemuan tersebut, beberapa penjelasan
disampaikan dan juga peningkatan kapasitas dilakukan. Satu hal yang penting
dalam proses membangun kekompakan ini adalah, kita menjadikan dialog warga
sebagai alat utama dalam membuat kesepakatan atau keputusan. Keputusan terkait
kegiatan yang akan dilakukan, bentuk kegiatan, waktunya, medianya dan
sebagainya.
Dalam hal ini, bukan berarti bahwa fasilitator melepaskan semuanya kepada
masyarakat, namun dalam hal ini adalah seni berkomunikasi. Sebenarnya, fasilitator telah
mengetahui prioritas masalah yang akan diintervensi, telah mengidentifikasi sumber daya
potensialnya, dan telah membuat rancangan kegiatan. Namun kemudian dalam proses
menumbuhkan dan
260 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
meningkatkan keterlibatan warga masyarakat sasaran, maka fasilitator mengajak
berembug, berdialog dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengarahkan
keputusan warga.
 Melibatkan sasaran (keluarga, kelompok, masyarakat)
Tahap selanjutnya adalah melibatkan sasaran. Pada tahap ini, fasilitator mengajak
sasaran menentukan setiap tahap kegiatan. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindari ketergantungan keluarga, kelompok atau masyarakat kepada fasilitator
(petugas kesehatan). Aktivitas yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah:
(a) merencanakan aksi atau kegiatan, sehingga masyarakat lebih bersemangat
untuk terlibat dalam aktivitas yang mereka rancang sendiri
(b) menata atau mengelola agar aksi atau kegiatan yang dirancang tersebut
dapat berhasil dengan baik.
Pada tahap ini, berbagai upaya peningkatan kapasitas sasaran dapat dilakukan.
Peningkatan kapasitas sasaran melalui berbagai cara mampu meningkatkan
keterlibatan mereka dalam program pemberdayaan.
 Mengorganisasi masyarakat
Proses pengorganisasian masyarakat dilakukan dengan cara:
(1) membentuk tim kerja dalam masyarakat
(2) menilai kondisi.
Tim kerja yang dibentuk ini akan menjadi embrio penangungjawab utama kegiatan
dan mengawal keberlangsungan program. Oleh karenanya, tim kerja sebaiknya
dipilih oleh warga secara demokratis, dipilih individu yang dapat dipercaya oleh
warganya dan yang menunjukkan rasa memiliki terhadap komunitasnya. Rasa
memiliki tersebut akan mendorongnya untuk lebih peduli dan berkontribusi lebih
untuk perbaikan komunitasnya. Sementara itu, proses menilai kondisi dapat
dilakukan dengan cara meminta tim kerja untuk:
Menilai situasi lingkungannya
Mengidentifikasi masalah dan alternatif pemecahannya
Mengidentifikasi Sumber daya yang dimiliki dan hambatan yang ada
Menyusun rancangan kegiatan
Melakukan pembagian peran
Mengawal pelaksanaan kegiatan

261 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Untuk melakukan berbagai kegiatan tersebut, tentunya diperlukan interaksi dan
komunikasi yang intensif antara petugas puskesmas (fasilitator) dengan
masyarakat sasaran. Pemberdayaan masyarakat diharapkan menghasilkan kegiatan
yang berkelanjutan.

c. Tindak Lanjut Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat


Pemberdayaan dilakukan salah satunya agar kegiatan yang dilakukan berkelanjutan.
Oleh karenanya, perlu ada usaha khusus untuk menyiapkan keberlangsungan program.
Keberlangsungan program ini akan meningkatkan potensi kemandirian masyarakat.

Dalam proses penyiapan keberlangsungan program, fasilitator perlu memperhatikan


perbedaan tujuan kelangsungan program menurut warga dan menurut fasilitator.
Selanjutnya perlu dilakukan penyamaan persepsi, agar tujuan kelangsungan program
antara masyarakat dan fasilitator sejalan.

Persiapan lain yang perlu dilakukan adalah mengurangi bantuak dalam proses aksi/
kegiatan yang selam aini dilakukan. Jika pada tahap selanjutnya telah terpilih tim kerja,
maka pada fase ini perlu dicermati kembali individu yang potensial untuk menjadi
fasilitator, menggantikan peran fasilitator yang selama ini berasal dari petugas
puskesmas.

Dengan cara-cara tersebut, proses pengorganisasian masyarakat akan dapat berjalan


dengan lebih lancar dan tidak terjadi “kekagetan” masyarakat ketika pada akhirnya
fasilitator tidak mendampingi masyarakat secara aktif lagi. Pada fase ini fungsi modal
sosial yang berupa kepemimpinan lokal, kepercayaan dan jejaring sangat diperlukan.
Berbagai modal sosial tersebut akan sangat membantu masyarakat dalam mengakses
sumber daya, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah diinisiasi dapat terus berlanjut dan
mendorong setiap individu menjalani aktivitas hidup sehari-hari secara sehat jiwa.

262 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

 Bahwa dalam implementasi upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas penting


dilakukan pemberdayaan yang akan memungkinkan setiap individu, kelompok
dan masyarakat menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari secara sehat jiwa.
Pemberdayaan yang dimaksudkan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan individu,
kelompok dan masyarakat dalam mengenali kebutuhan dan masalah
yang terkait dengan kesehatan jiwa, serta dalam mengatasi, memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan tersebut merupakan proses memberikan otorita atau
kewenangan kepada masayrakat sasaran agar mampu mengambil
keputusan yang terkait dengan kesehatan jiwa.

 Terdapat 3 model kerjasama dengan masyarakat, dan untuk melakukan


pemberdayaan maka semestinya model kerjasama yang dilakukan adalah
empowerment model.

 Lima prinsip pemberdayaan meliputi:


h) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat
i) Menguatkan modal sosial masyarakat
j) Menggali partisipasi aktif masyarakat
k) Menggandeng kemitraan
l) Disentralisasi

 Kapasitas masyarakat dapat ditengarai dari 9 domain yaitu:


e) Partisipasi
f) Kepemimpinan
g) Pengkajian kebutuhan
h) Struktur organisasi
i) Manajemen organisasi
j) Kemampuan untuk penilaian dan asking why
k) Memberdayakan sumber daya

263 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
l) Agen perubahan
m) Hubungan dengan pihak luar (jejaring)

 Langkah-langkah dalam pemberdayaan meliputi:


a. Persiapan
b. Pelaksanaan, pada tahap pelaksanaan ini perlu dilakukan proses untuk
membangun kepercayaan, membangun kesadaran, memabngun
kekompakan dan melibatkan masyarakat serta mengorganisasi masyarakat
c. Tindak lanjut yang merupakan proses untuk mempersiapkan
keberlangsungan program.

Selamat, Anda telah dapat menjelaskan dengan baik tentang arti pemberdayaan, tujuan, dan
manfaat pemberdayaan dalam implementasi kesehatan jiwa di Puskesmas. Selain itu, Anda
juga telah mengenal domain kapasitas masyarakat yang perlu dipahami dalam kegiatan
pemberdayaan, prinsip-prinsip pemberdayaan serta langkah-langkah dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat. Semoga makin semangat dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta mempelajari lebih lanjut dan menerapkan pemberdayaan terkait upaya
kesehatan jiwa sebagai bagian pelaksanaan fungsi UKM di Puskesmas dan sekaligus
meningkatkan kinerja Puskesmas dalam upaya kesehatan jiwa.

264 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 2:
PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN POLA ASUH YANG
MENDUKUNG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KESEHATAN JIWA

……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami,
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Peraturan Pemerintah No 87
tahun 2014). Keluarga merupakan sarana pertama dan utama dalam mendidik, mengasuh, dan
memperkenalkan anak pada lingkungan sekitarnya, serta dalam mengembangkan kemampuan
seluruh anggota keluarganya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik.
Batasan tersebut sangat erat dengan kesehatan jiwa, karena dalam undang-undang dijelaskan
bahwa seo2rang individu yang sehat jiwa akan mampu menjalankan peran dan fungsinya
serta mampu berkontribusi pada lingkungan sekitarnya. Sehat jiwa tidak hanya sebatas tidak
mengalami masalah atau gangguan kesehatan jiwa.
BKKBN menjelaskan bahwa terdapat 8 fungsi keluarga, yaitu (1) fungsi keagamaan,
(2) fungsi sosial budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi perlindungan, (5) fungsi
reproduksi, (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7) fungsi ekonomi, dan (8) fungsi
pembinaan lingkungan. Orangtua menjadi penentu utama dari keberhasilan pelaksanaan
fungsi keluarga tersebut. Implementasi fungsi keluarga yang menyeluruh akan mendorong
kemampuan anggota keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan menjadi
individu-individu yang tangguh jiwa, tidak mudah rapuh serta mampu mengatasi tekanan
hidup sehari-hari. Tekanan hidup merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Oleh karenanya,
yang perlu disiapkan adalah karakter tangguh dari individu serta kemampuan beradaptasi,
sehingga individu tersebut dapat terus tumbuh dan berkembang dengan optimal. Resiliensi
atau tingkat ketangguhan individu tersebut terbentuk sejak seorang individu ada dalam
kandungan ibunya. Artinya, peran keluarga dan pola asuh anak menjadi faktor penentu dalam
membentuk individu yang tangguh dan sehat jiwa.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pembangunan sumber daya manusia. Sayangnya, tidak semua keluarga
menyadari tentang peran penting tersebut, dan bahkan belum semua keluarga memahami
tentang fungsi keluarga. Terlebih, pengetahuan dan keterampilan tentang pola asuh keluarga
juga sangat terbatas, karena belum menjadi komponen Pendidikan yang diwajibkan di

265 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Indonesia. Oleh karenanya, pemberdayaan keluarga terkait pola asuh menjadi sangat penting
untuk dilakukan. Berkaitan dengan hal tersebut, materi kedua dari Materi Inti 4 ini akan
membahas tentang pemberdayaan keluarga dalam melakukan pola asuh yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan sehat jiwa.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta diharapkan mampu
memberdayakan keluarga untuk dapat melakukan pola asuh yang mendukung pertumbungan
dan perkembangan yang sehat jiwa.

Sub Materi Pokok


c. Potensi keluarga untuk mewujudkan kesehatan jiwa anggota keluarga
d. Pola asuh keluarga yang melahirkan generasi tangguh dan sehat jiwa

266 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
………………………………………………………………………………….
URAIAN MATERI POKOK 2:
PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN POLA ASUH YANG
MENDUKUNG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KESEHATAN JIWA

……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang pemberdayaan keluarga dalam melakukan
pola asuh yang sehat jiwa, apa yang Saudara ketahui tentang potensi keluarga dalam
mewujudkan kesehatan jiwa? Pola asuh keluarga yang seperti apa yang mampu melahirkan
generasi tangguh dan sehat jiwa?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang fase-fase rentan dalam keluarga;
pola asuh sehat jiwa; dan strategi pemberdayaan keluarga untuk pola asuh sehat jiwa.

1. Potensi Keluarga dalam Mewujudkan Kesehatan Jiwa


Terdapat empat kelompok masyarakat berdasarkan status kesehatan jiwanya, yaitu:
a. Kelompok masyarakat yang sehat jiwa, yang mampu mengatasi tekanan hidup sehari-
hari, mampu mengenali potensinya, mampu berfungsi sesuai perannya serta mampu
memberikan kontribusi pada masyarakat sekitarnya. Pada kelompok ini sangat penting
dilakukan kegiatan promotif agar mereka tetap sehat jiwa. Positive parenting
merupakan salah satu kegiatan promotif untuk kesehatan jiwa pada level keluarga.
b. Kelompok masyarakat yang memiliki tekanan dan mengalami krisis. Kelompok ini
termasuk kelompok yang berisiko untuk mengalami ODMK ataupun ODGJ dengan
berbagai faktor risiko lainnya. Pada kelompok ini, sangat penting untuk dilakukan
kegiatan preventif agar dan proteksi khusus agar tidak manifes menjadi ODMK ataupun
ODGJ. Pengembangan mental health first aider (MHFA) merupakan salah satu hal
yang penting untuk membantu kelompok ini agar dalam menghadapi tekanan dan
melalui masa krisis tersebut dengan tetap sehat jiwa.
c. Kelompok masyarakat yang memiliki masalah kesehatan jiwa atau biasa dikenal
dengan orang dengan masalah kesehatan jiwa (ODMK). Biasanya, ODMK memiliki
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan dan atau kualitas hidup
yang tidak optimal sehingga berisiko untuk mengalami gangguan jiwa. Kelompok
ODMK ini memerlukan layanan dan bantuan orang lain, meskipun bukan layanan
spesialis. Psikolog/dokter umum/ perawat/ pekerja sosial, dan ahli terapi okupasi dapat
membantu

267 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
ODMK untuk sembuh. Layanan kuratif dan rehabilitative sangat diperlukan untuk
kelompok ini.
d. Kelompok orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai
manusia. Kelompok ini memerlukan bantuan professional untuk penyembuhannya.
Selain itu, proses rehabilitasi juga memerlukan dukungan banyak pihak, termasuk
keluarga dan masyarakat sekitar. Sikap dan respon keluarga atau masyarakat sekitar
terhadap ODGJ ini dapat berpengaruh pada tingkat keparahan atau kekambuhan ODGJ.
Sebaliknya, sikap dan respon yang tepat dari keluarga dan masyarakat sekitar akan
membantu proses penyembuhan dan rehabilitasi ODGJ.
WHO menjelaskan bahwa 1 dari 4 atau 25% remaja Indonesia mengalami masalah
kesehatan jiwa. Selanjutnya, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
menjelaskan pada usia 16-24 tahun merupakan masa kritis untuk kesehatan jiwa. Masa
transisi tersebut merupakan fase rentan bagi individu untuk mengalami masalah kesehatan
jiwa. Dijelaskan bahwa bunuh diri merupakan penyebab kematian keempat terbesar di
Indonesia untuk kelompok umur 15-29 tahun. Penelitian terbaru pada remaja di Indonesia
yang dilakukan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (INAMHS) 34,5%
remaja Indonesia tergolong ODMK dan 5,5% remaja Indonesia tergolong ODGJ. Sayangnya,
dari angka tersebut hanya 4,3% orangtua yang mendeteksi bahwa anak remajanya
memerlukan bantuan. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa hanya 2,6% remaja
ODMK yang mengakses bantuan. Data tersebut menjadi keprihatinan tersendiri, karena
sebenarnya keluarga adalah lingkungan yang terdekat yang semestinya menyadari dan
memberikan bantuan kepada ODMK. Data yang lain menunjukkan bahwa pada 30 tahun
terakhir ini, telah terjadi peningkatan gangguan kesehatan jiwa secara konsisten, terutama
pada kelompok perempuan dan usia produktif. Artinya, masalah kesehatan jiwa dan
gangguan kesehatan jiwa tidak hanya terjadi pada remaja saja, namun dapat terjadi pada
semua kelompok umur. Disisi lain, keluarga adalah sumber daya potensial yang diharapkan
dapat diberdayakan untuk penanganan masalah kesehatan jiwa tersebut.
Lantas apa saja yang dapat dilakukan keluarga dalam berperan serta untuk pencegahan dan
penanganan masalah kesehatan jiwa dari anggota keluarganya?
1) Mengembangkan suasana dan iklim yang sehat jiwa di keluarga
2) Mengenali gejala masalah kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan jiwa
268 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3) Memberikan dukungan untuk melakukan upaya mandiri
4) Mengidentikasi perkembangan kesehatan jiwa keluarga
5) Mendorong dan mengupayakan pencarian pertolongan
Bagian ini akan memaparkan tentang beberapa hal yang dapat dilakukan oleh keluarga
dalam pencegahan dan penanganan masalah kesehatan jiwa.

a. Mengembangkan iklim yang sehat jiwa dalam keluarga


Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat tumbuh kembang individu. Berbagai
kondisi yang ada pada keluarga tersebut akan membentuk seorang individu, apakah akan
menjadi pribadi yang tangguh atau menjadi pribadi yang rapuh. Social learning theory
(Teori belajar sosial) dari Bandura menjelaskan bahwa observasi dan keteladanan
merupakan cara yang paling efektif untuk belajar. Seorang individu akan belajar dari hal-
hal yang sering dilihatnya, dan hal-hal yang secara langsung atau tidak langsung
dicontohkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Pada prinsipnya, manusia adalah
pembelajar, dan ia akan belajar dari lingkungannya, termasuk dalam hal ini adalah
keluarga.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan lingkungan yang sehat jiwa dalam
keluarga adalah:
1. Orangtua menjalankan semua fungsi keluarga. Fungsi keluarga tidak hanya
terbatas pada fungsi reproduksi, namun meliputi fungsi keagamaan, fungsi sosial
budaya, fungsi cinta kasih, (4) fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi
sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan
2. Keluarga menerapkan positive parenting
3. Komunikasi yang dilakukan dalam keluarga adalah model komunikasi yang
cerdas, sehat, dan dalam (tuntas). Komunikasi yang dilakukan antar anggota
keluarga perlu memperhatikan kuantitas dan kualitas, sehingga terwujud
komunikasi yang intensif dalam suasana yang rileks, nyaman, dan menyenangkan.
4. Adanya keteladanan dari orangtua untuk menjalani hidup secara sehat jiwa
Proses belajar dari seorang anak tidak selalu dilakukan melalui percakapan verbal,
namun justru proses belajar tersebut akan lebih terekam dan mudah ditiru ketika
perbuatannya dapat dilihat, diobservasi. Aktivitas yang dapat diobservasi tersebut
dianggap sebagai contoh, meskipun yang melakukan tidak bermaksud demikian,
seperti Gambar 3 berikut.

269 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambar 3. Seorang anak mengobservasi dan mencontoh perbuatan orang dewasa
di keluarganya

Gambar 3 tersebut menjelaskan bahwa anak yang sering dipukul oleh


orangtuanya, maka ia juga akan melakukan hal yang sama (memukul orang lain).
Sebaliknya, keteladanan yang baik juga akan lekat pada anak, dan akan
dipraktikkannya dalam bersikap kepada orang lain.

5. Adanya ikatan yang kuat pada sesama anggota keluarga. Ikatan anggota keluarga
yang kuat akan membuat keluarga tersebut mampu memberikan dukungan ke
anggota keluarga yang lain, dan lebih mudah untuk bersama-sama dalam
menghadapi tantangan hidup yang mungkin juga berpotensi menjadi krisis. Selain
itu, ikatan yang kuat pada sesama anggota keluarga ini juga memungkinkan untuk
melakukan deteksi dini beberapa indikator masalah kesehatan jiwa ataupun
gangguan kesehatan jiwa. Dengan demikian, treatment yang tepat juga dapat
dilakukan secara dini.
6. Adanya sistem dukungan sosial dalam keluarga. Dukungan sosial dalam keluarga
tersebut memungkinkan untuk membuat suasana lingkungan rumah agar nyaman
dan aman sehingga mampu mempertahankan kesehatan anggota keluarga. Bentuk
dukungan sosial terkait kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan:
a. Mendengarkan keluhan anggota keluarga

270 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
b. Memberikan rasa nyaman dan membantu anggota keluarga yang agar
menjadi tenang
c. Membantu menghubungkan dengan berbagai alternatif solusi yang
diperlukan
d. Melindungi dari situasi yang lebih buruk
e. Mengelola harapan

b. Mengenali gejala masalah kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan jiwa


Terdapat beberapa gejala masalah kesehatan jiwa, seperti:
 Terjadinya perubahan pola tidur
 Terjadinya perubahan pola makan
 Terjadinya perilaku yang tidak biasa
 Terjadinya perubahan suasana hati
 Menarik diri
 Terjadi penurunan aktivitas rutin
 Gangguan konsentrasi
 Mudah tersinggung
 Apatis
 Pemikiran yang kacau
 Kecemasan yang berlebihan
 Merasa tidak punya pegangan hidup
Penting bagi anggota keluarga untuk saling memperhatikan anggota keluarga lainnya.
Apabila salah satu anggota keluarganya mengalami salah satu atau beberapa ciri
tersebut, maka keluarga perlu melakukan tindak lanjut yang sesuai.

c. Memberikan dukungan untuk melakukan upaya mandiri


Selain beberapa gejala masalah kesehatan jiwa, di dalam keluarga juga seringkali
ditemukan masalah-masalah yang berpotensi menjadi tekanan hidup atau stress. Pada link
berikut https://drive.google.com/file/d/1yePphkSZrjPj6Q2wG0T71v-RZuLugHHy/view
dapat dipahami tentang contoh-contoh masalah yang terjadi selama pandemi dan
bagaimana keluarga dapat memberikan bantuan agar anggota keluarga yang mengalami
masalah tersebut dapat tetap sehat jiwa.

271 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
d. Mengidentifikasi perkembangan kesehatan jiwa keluarga
Masalah kesehatan jiwa dapat menghampiri siapa saja, dari setiap kelompok usia dan
jenis kelamin. Oleh karenanya, perlu ada upaya yang sistematis dari keluarga untuk
menjaga kesehatan jiwa anggota keluarganya sepanjang rentang kehidupan.
Di sisi lain, setiap anggota keluarga juga perlu mengenal dengan baik sifat dan karakter
anggota keluarga lainnya. Apa yang dapat membuatnya marah, atau apa respon apa yang
perlu diberikan kepada anggota keluarga tersebut ketika emosinya sedang tidak stabil. Hal
tersebut dapat menjadi salah satu sarana untuk mengenali jika terjadi perubahan perilaku
pada anggota keluarga yang lain, dan juga sebagai pertimbangan untuk memberikan
respon yang tepat pada kondisi-kondisi luar biasa.
Setiap anggota keluarga juga perlu memahami makna yang komprehensif dari sehat
jiwa, yang tidak hanya sebatas tidak sakit jiwa. Individu yang sehat jiwa mampu
mengidentifikasi perannya dan mampu berkontribusi pada masyarakat sekitar. Kontribusi
yang sangat diharapkan adalah kontribusi pada anggota keluarga lain, untuk saling peduli
dan memberikan dukungan sosial, sehingga setiap keluarga menjadi resilien. Resiliensi
keluarga pada prinsipnya adalah kemampuan keluarga untuk kembali bangkit ketika
terjadi kesulitan atau tekanan hidup. Bahkan diharapkan, bahwa setelah dari kesulitan
tersebut, keluarga akan lebih kuat dan berdaya. Upaya untuk meningkatkan resiliensi
keluarga merupakan proses aktif untuk memperbaiki diri, membangun respon positif
terhadap Krisi dan berbagai tantangan hidup yang menyapa.

e. Mendorong dan mengupayakan pencarian pertolongan


Keluarga yang tangguh bukanlah keluarga yang bebas dari masalah. Keluarga yang
tangguh adalah keluarga yang mampu menghadapi tekanan dan krisis secara efektif.
Kemampuan tersebut tidak hadir begitu saja, namun perlu dilatih.
Ketika terjadi gejala-gejala masalah kesehatan jiwa, maka anggota keluarga yang lain
perlu mengalisis. Apakah gejala tersebut akan dapat diselesaikan sendiri, atau kemudian
harus mencari pertolongan professional. Pandangan terhadap masalah kesehatan jiwa perlu
diluruskan sehingga tidak terjadi stigma. Dalam hal ini termasuk sikap terhadap upaya
pencarian pertolongan professional bagi anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan jiwa.
Jika menilik dari berbagai jenis dukungan sosial, maka peran anggota keluarga pada
tidak cukup hanya memberikan empati dan simpati saja. Anggota keluarga sangat penting
untuk
272 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
memberikan dukungan yang dapat dirasakan langsung seperti mengantarkan anggota
keluarga yang mengalami masalah kesehatan jiwa dalam mencari pertolongan professional.

2. Pola Asuh Keluarga dalam Mewujudkan Kesehatan Jiwa dan keluarga tangguh
Keluarga adalah pilar dalam meningkatkan kualitas kesehatan mental seorang individu.
Pola asuh keluarga menjadi unsur penting yang akan menentukan terwujudnya kesehatan jiwa
dan keluarga tangguh. Sucipto et al. (2023) menjelaskan bahwa pola asuh yang diterapkan
pada keluarga akan memberikan dampak pada kesehatan mental anak-anaknya. Sebagai
contoh, pola asuh pada komunitas keluarga pekerja migran Indonesia. Ketidakhadiran salah
satu figur orangtua (karena berada di luar negeri dalam waktu yang lama sebagai pekerja
migran) telah membentuk pola asuh tersendiri. Anak-anak diasuh dengan prinsip bahwa
fungsi dan peran orangtua adalah “hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial dan material”,
sedangkan aspek lainnya kurang terperhatikan. Sebagai dampaknya, anak tidak memiliki
kelekatan dengan orangtua yang sedang berada di luar negeri, dan hanya merasa perlu
Kehadiran orangtuanya yang di luar negeri tersebut ketika sang anak memerlukan mainan
baru atau kebutuhan lainnya. Sementara itu, orangtua yang tinggal bersamanya juga tidak
memahami berbagai konsep pengasuhan yang tepat, sehingga lebih menekankan pada “anak
tidak rewel”. Anak pun sangat bebas menentukan pilihan perilakunya, seperti yang terkait
dengan pola makan, menghabiskan waktu dengan menggunakan handphone (screen time
berlebih) dan lain-lain. Pada aspek kesehatan fisik, perilaku tersebut berdampak pada tidak
tercukupinya kebutuhan nutrisi anak dan terjadinya ketergantungan pada handphone serta
aktivitas fisik yang sangat terbatas. Selain itu, anak juga mengalami masalah kesehatan jiwa
seperti pola tidur yang tidak sehat (kurang secara kuantitas dan tidak berkualitas), serta
mengalami kecemasan, dan mudah tantrum. Gambaran tersebut menjadi contoh nyata
masalah pola asuh dan kesehatan mental. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa
masalah kesehatan mental yang terjadi pada masa anak- anak akan berdampak pada masa
remaja dan seterusnya.
Pola asuh yang tepat dan sehat diharapkan dapat melahirkan anggota keluarga yang sehat
dan keluarga yang tangguh. Pakar keluarga John Defrain menjelaskan bahwa keluarga yang
tangguh adalah keluarga yang saling mencintai dan saling peduli satu sama lain. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa terdapat 6 aspek keluarga tangguh yaitu:
 Adanya apresiasi dan kasih sayang satu sama lain
 Terjadinya komunikasi positif
 Adanya komitmen setiap anggota keluarga pada keluarga

273 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Tersedianya waktu yang menyenangkan bersama
 Adanya kesejahteraan spiritual dan nilai bersama (shared value)
 Kemampuan untuk mengelola stress dan krisis secara efektif

Bagaimana cara membangun keluarga tangguh?


Cara mewujudkan keluarga tangguh adalah dengan membangun dan memperkuat kualitas
dari masing-masing aspek tersebut. Membangun keluarga tangguh dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan. Pertama, menghayati nilai bersama yang menjadi pegangan dan pedoman
masing-masing anggota didalam keluarga. Kedua, dengan terus membangun komunikasi
terbuka antar anggota serta menumbuhkan penerimaan atas ungkatan pikiran atau perasaan
setiap anggota keluarga. Ketiga, selalu melibatkan anggota keluarga dalam penyelesaian
masalah, dan menjadikan musyawarah keluarga sebagai kebiasaan. Keempat, mengenali
peran dan tanggungjawab setiap anggota keluarga dan saling mendukung berjalannya peran
masing- masing anggota keluarga. Kelima, meluangkan waktu berkualitas bersama dalam
keluarga. Setiap anggota dengna sengaja mengagendakan adanya waktu khusus untuk
keluarga. Keenam, selalu berusaha menunjukkan apresiasi dan kasih sayang satu sama lain
dan terhadap seluruh anggota keluarga.
Komunikasi dalam keluarga merupakan aspek yang sangat penting untuk terbentuknya
keluarga tangguh. Semakin baik komunikasi, semakin tangguh keluarga tersebut. Komunikasi
seringkali dianggap sebagai hal yang mudah dilakukan, karena nyatanya setiap individu
mampu berkomunikasi sejak bayi. Meski demikian, tidak sedikit individu yang mengalami
missed- komunikasi, atau kita sering menyebut dengan komunikasi tak sampai.
Enam dimensi komunikasi keluarga meliputi:
 Mendengarkan secara aktif, dan mendengarkan dengan empati, serta komunikasi
yang disertai dengan feedback (konfirmasi)
 Kemampuan berbicara dan berdiskusi tentang diri sendiri dan keluarga, bukan
tentang oranglain
 Self-disclosure terhadap perasaan/opini tertentu
 Kejelasan pesan yang disampaikan
 Tetap dalam topik, fokus dan tidak mengungkit hal yang tidak sedang dibicarakan
 Adanya rasa hormat dan menghargani setiap usaha untuk memperbaiki komunikasi
keluarga

274 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang rentannya remaja untuk masalah kesehatan
jiwa. Oleh karenanya, pola asuh dan komunikasi antara anak remaja dan orangtua sangat
perlu diperhatikan. Mengapa demikian?
Masa remaja adalah masa transisi dari fase anak-anak ke masa dewasa. Pada fase ini,
seorang remaja berusaha mencari identitas diri dan biasanya memiliki kelekatan yang lebih
pada teman sebayanya dan intensitas dengan keluarganya mulai berkurang. Di sisi lain,
seringkali orangtua kurang menyadari pada perubahan tersebut sehingga masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak. Orangtua ingin anak remajanya memahaminya
dan menuruti keinginannya.
Berkomunikasi dengan remaja perlu mempertimbangkan konteks peristiwa dan meyakini
bahwa setiap generasi memiliki karakteristik yang unik. Sebagai contoh remaja era sekarang
merupakan remaja yang sangat akrab dengan teknologi, termasuk tersedianya kemudian
sarana dan prasarana yang didukung teknologi. Mempertimbangkan hal tersebut, orangtua
tidak perlu melakukan labeling kepada remajanya atau membandingkan dengan kondisi pada
masanya. Proses labelling dan membandingkan tersebut akan menjadi salah satu yang
berpotensi memicu terjadinya tekanan pada anak.
Komunikasi akan efektif dan mencapai tujuan jika kedua belah pihak berusaha untuk
saling memahami. Oleh karenanya, dalam proses komunikasi orangtua dan remaja perlu
adanya sikap slaing memahami dan saling meghargai. Remaja juga perlu memahami bahwa
menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah. Terlebih, di Indonesia ilmu tentang pengasuhan
tidak banyak diajarkan secara sistematis. Hanya individu yang benar-benar tertarik saja yang
kemudian berusaha belajar tentang pengasuhan. Sedangkan mayoritas orangtua memerankan
sebagai orangtua dengan berdasar pada pengasuhan yang diterimanya. Belum lagi dengan
adanya tanggungjawab dan juga urusan pekerjaan yang dapat berpotensi menjadi stressor
bagi orangtua dan terbawa sampai ke keluarga dan mempengaruhi hubungan komunikasi
orangtua dan anak. Sejatinya, orangtua diharapkan untuk peduli, memahami, toleran,
mendukung, menghirmati, mencintai dan memenuhi kebutuhan remajanya. Baik kebutuhan
emosional, intelektual maupun kebutuhan fisik. Masing-masing anggota keluarga perlu untuk
menerapkan 6 dimensi komunikasi keluarga yang efektif. Bukan hanya dari anak ke orangtua
saja, atau dari orangtua ke anak saja. Namun yang diharapkan pada komunikasi tersebut
adalah terjadi hubungan timbal balik. Dalam berkomunikasi, kita tidak cukup menggunakan
Bahasa verbal saja, namun juga perlu dengan non-verbal yang cukup. Dengan implementasi
berbagai dimensi komunikasi keluarga, diharapkan proses pengasuhan menjadi lebih optimal
dan menghasilkan generasi yang sehat jiwa dan tangguh.
275 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
Penting bagi orangtua untuk memastikan bahwa jenis pola asuh yang diterapkan sudah
tepat dan dapat menjaga kesehatan mental anal. Pola asuh terbagi menjadi empat jenis yaitu
(1) otoritatif, (2) otoriter, (3) permisif dan (4) neglectful. Berikut ini masing-masing
penjelasannya.

1. Pola Asuh Otoritatif


Pola asuh otoritatif dikenal juga dengan pola asuh demokratis. Jenis pengasuhan ini
mengutamakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Orang tua dengan pola
asuh otoritatif selalu berusaha untuk mendukung, responsif, mendengarkan sudut pandang
anak, dan menciptakan rasa kesadaran pada anak dengan menjelaskan setiap aturan secara
bijak.
Menerapkan pola asuh otoritatif memberikan ruang bagi anak dan orang tua untuk lebih
banyak berdiskusi satu sama lain. Namun, di sisi lain orang tua juga tetap memberikan
batasan yang tegas terhadap anak serta mendorongnya untuk bersikap mandiri.
Pengaruh pola asuh otoritatif terhadap anak di antaranya:
 Mampu berinteraksi dengan baik.
 Mudah bekerjasama dengan orang lain.
 Cenderung tidak menunjukkan kekerasan.
 Cenderung dapat mencapai keberhasilan dalam bidang akademik.
 Dapat mengendalikan diri dengan baik.
 Memiliki keterampilan sosial yang bagus.
 Memiliki kesehatan mental yang baik.

2. Pola Asuh Otoriter


Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter memiliki kontrol sangat tinggi terhadap
anak, sedangkan tingkat responsifnya cukup rendah. Pola asuh ini hanya mengutamakan
komunikasi satu arah melalui berbagai larangan dan perintah secara ketat.
Tak jarang orang tua dengan pola asuh otoriter memberikan hukuman atau menerapkan
disiplin keras untuk mengendalikan perilaku anak, seperti memberikan hukuman fisik.
Yang mana, hal tersebut tentu berisiko memengaruhi kesehatan mental anak.
Beberapa dampak dari pola asuh orang tua yang otoriter terhadap anak adalah:
 Anak selalu takut salah.
 Sulit mengambil keputusan sendiri.
 Rentan memiliki masalah mental.
276 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Tidak berani mengemukakan pendapat.
 Cenderung kesulitan mencapai nilai akademik yang memuaskan.
 Merasa rendah diri dan tidak mandiri.
 Sering menunjukkan banyak masalah dalam berperilaku, contohnya berbohong.

3. Pola Asuh Permisif


Orang tua dengan pola asuh permisif cenderung memprioritaskan kenyamanan anak,
sehingga mereka akan bersikap layaknya teman kepada anak. Anak yang menerima
pola asuh ini juga jarang mendapatkan aturan yang ketat atau hukuman.
Namun di sisi lain, orang tua menjadi lemah terhadap setiap keinginan anak.
Sehingga mereka tidak bisa mengatakan “tidak” dan cenderung memanjakan anaknya.
Akibatnya, anak tidak memahami batasan yang jelas dan cenderung menunjukkan
beberapa sifat berikut ini ketika dewasa:
 Impulsif dan agresif.
 Tidak mandiri.
 Memiliki kontrol diri yang kurang baik.
 Cenderung egois dan mendominasi.
 Tidak memiliki tujuan.
 Tidak dapat mengikuti aturan.
 Berisiko lebih besar menghadapi masalah dalam hubungan dan interaksi sosial.

4. Pola Asuh Neglectful


Karakteristik pola asuh neglectful di antaranya, tidak memberikan batasan yang
tegas terhadap anak, tidak memerhatikan kebutuhan anak, bahkan enggan terlibat dalam
kehidupan anak. Singkatnya, gaya pengasuhan ini ditandai dengan orang tua yang
bersikap acuh.
Ada berbagai faktor yang dapat mendasari orang tua menerapkan pola asuh ini, salah
satunya adalah masalah kesehatan mental, misalnya orang tua yang mengalami depresi,
menjadi korban pelecehan/kekerasan, atau pernah diabaikan semasa anak-anak
sehingga mereka menerapkan hal yang sama pada anaknya.
Sejumlah dampak pola asuh neglectful terhadap pertumbuhan anak di antaranya:
 Kurang percaya diri.
 Tidak mampu mengatur emosi sendiri.

277 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Memiliki risiko lebih besar terkena gangguan mental.
 Cenderung merasa rendah diri.
 Lebih impulsif.
 Terlihat tidak bahagia.

Setiap jenis pola asuh orang tua menggunakan pendekatan yang berbeda dalam
membesarkan anak, tentu saja masing-masing jenis memiliki kelebihan dan kekurangan,
seperti halnya pemaparan di atas. Lantas, manakah jenis pola asuh orang tua yang paling baik
untuk diterapkan?
Gaya pengasuhan yang paling banyak direkomendasikan adalah jenis pola asuh otoritatif.
Anak-anak yang memiliki orang tua berwibawa (otoritatif), kemungkinan besar bisa tumbuh
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan dapat mengungkapkan pendapat serta
perasaan mereka secara baik.
Fungsi keluarga sebagai sistem yang memungkinkan untuk mewariskan nilai-nilai dan
karakter sangat berkaitan dengan pola pengasuhan. Penanaman nilai-nilai yang diyakini
keluarga semestinya diwariskan sejak dini. Sejak lima tahun pertama kehidupan anak,
pewarisan nilai-nilai dan proses pembentukan karakter tersebut dimulai. Tentu, proses
pewarisan nilai dan pembentukan karakter itu tidak cukup dilakukan dengan proses transder
pengetahuan dari orang tua kepada anak, namun sangat perlu dilakukan dengan pemberian
contoh langsung dan keteladanan dari orang tua serta keluarga yang melingkupinya. Misalnya
saja penanaman tentang Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa, maka
prosesnya perlu dilakukan dengan contoh aplikasi dari keyakinan tersebut pada keluarganya.
Pola pengasuhan yang diperlukan oleh seorang anak, berkembang seiring dengan usianya,
mengikuti siklus hidup, sebagai berikut:
1. Pola asuh masa pra lahir hingga lahir
Mendoakan dan memberikan perhatian terhadap janin dalam kandungan serta
memberikan lingkungan yang kondusif terhadap tumbuh kembang janin. Periode ini
perlu ditutup dengan sikap penerimaan kedua orang tua terhadap kelahiran anaknya.
Sikap penerimaan (acceptance) dari orang tua dan keluarga (significant person)
sangat memberikan pengarah positif terhadap tumbuh kembang seorang individu.
2. Pola asuh masa 0 – 2 tahun
Pada ini, seorang individu akan belajar berkomunikasi, belajar berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya, belajar makan (setelah 6 bulan ASI Eksklusif),
belajar berjalan, dan belajar untuk pembuangan kotoran (toilet training). Proses
pemberian
278 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
ASI eksklusif dan ASI selama 2 tahun pertama kehidupan merupakan proses
pemberian kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang akan meyakinkan tentang
“penerimaan” keluarganya terhadap kehadirannya dan menguatkan trust atau
kepercayaannya. Kedua hal tersebut akan menjadi modal sosial bagi individu
tersebut dalam mengembangkan potensinya sebagai makhluk sosial. Pada usia ini,
keluarga juga perlu mulai mengenalkan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya.
3. Pola asuh usia anak 2-7 tahun
Pada usia ini, seorang anak perlu ditingkatkan kemampuan sosial dan
emosionalnya karena lingkungan pergaulannya sudah semakin luas. Selain itu, anak
juga perlu dikenalkan tentang konsep berbagi, memaafkan, berterima kasih, dan
meminta tolong. Seringkali pada usia ini seorang anak memiliki adik, sehingga
perhatian orangtua juga akan terbagi kepada adiknya. Selain itu, pengenalan jenis
kelamin dan dan mengetahui perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan
secara bertahap.
Satu hal yang perlu dicatat adalah, pada usia 0 – 7 tahun ini, pola asuh yang
diterapkan adalah memperlakukan anak-anak “seperti raja”, karena keterbatasan
kemampuan anak saat bayi dan juga masa emas untuk perkembangan kecerdasan
emosinya. Fungsi perlindungan dan fungsi kasih sayang dari keluarga sangat penting
untuk membentuk memori anak yang positif tentang keluarganya. Meskipun
demikian, anak-anak juga secara bertahap dikenalkan tentang kemandirian dan
kepedulian.
4. Pola asuh anak usia 8 – 14 tahun
Pada usia ini, pola asuh yang diterapkan adalah seperti menjadikan mereka
sebagai “tawanan”. Maksudnya, anak mulai dikenalkan pada beberapa “aturan
keluarga” dan juga tentang kedisiplinan untuk menaati peraturan keluarga, norma
sosial dan juga aturan yang lebih luas lagi, serta mengenal hak dan kewajibannya.
Hal ini penting karena pada usia ini fungsi keluarga sebagai Pendidikan, sosialisasi,
dan fungsi agama akan semakin banyak dilakukan. Tentu saja fungsi kasih sayang
tetap diberikan. Cara penting untuk menanamkan kedisiplinan adalah konsistensi
antara perkataan dan perbuatan yang disertai dengan keteladanan orang tua maupun
keluarga.
Pada usia ini, anak laki-laki maupun perempuan biasanya akan mengalami masa
pubertas dan mengalami tanda-tanda menjadi seorang yang mampu memikul
tanggungjawab, yaitu menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Sangat penting bagi orang tua untuk lebih mengenalkan tentang kesehatan
reproduksi
279 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
pada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Apa yang boleh dilakukan,
dan apa yang tidak boleh dilakukan, serta dengan berbagai konsekuensinya.
Mengajarkan tentang kesehatan reproduksi pada anak BUKANLAH HAL YANG
TABU untuk dilakukan, bahkan merupakan HAL YANG HARUS DILAKUKAN
KELUARGA. Penanaman tanggungjawab perlu sekali ditanamkan pada fase ini.
Baik tanggungjawab pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan tanggungjawab
kepada Tuhannya.
5. Pola asuh anak usia 14 tahun ke atas
Pada periode ini, semestinya orangtua memperlakukan anaknya sebagai sahabat.
Orang tua dapat menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita bagi anak-anaknya,
sehingga ikatan anak dan orangtua tetap kuat dan perkembangan sosial dan
emosional anak juga dapat diketahui oleh orangtua. Hal ini akan sangat menguatkan
kesehatan fisik, mental dan sosial seorang individu.

Pola asuh sesuai dengan tahapan usia anak tersebut sangat penting dipahami dan dilakukan
orangtua untuk menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi setiap anggota keluarganya.

SEKARANG SAYA TAHU


 Keluarga memiliki potensi yang besar dalam mewujudkan kesehatan mental
 Pola asuh dalam keluarga akan berkontribusi untuk keluarga sehat dan
keluarga tangguh. Oleh karenanya, sangat penting bagi setiap keluarga
untuk mempersiapkan diri sebagai orangtua yang mampu memberikan
pengasuhan yang berkualitas kepada anak-anaknya.

Selamat, Anda telah dapat menjelaskan tentang potensi keluarga untuk mewujudkan keluarga
yang sehat dan juga akna mampu memberdayakan keluarga melalui pengasuhan yang sehat
jiwa.

280 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 3:
PEMBERDAYAAN KELOMPOK DAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
UPAYA KESEHATAN JIWA BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBJM)

……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan dalam meningatkan partisipasi dan peran
serta aktif masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Adapun bentuk
pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM). Hal ini seperti yang diamanatkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 8 Th. 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Selanjutnya, yang
dimaksud dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan
sektor kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya. UKBM
merupakan indikator peran serta aktif dari individu, kelompok maupun masyarakat dalam
melakukan upaya kesehatan promotif dan preventif, baik yang sudah ditetapkan dalam
suatu kelembagaan maupun hanya bentuk pengorganisasian kegiatan saja. Contoh;
UKBM yang sudah ditetapkan dalam bentuk kelembagaan adalah Posyandu yaitu berstatus
sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan. Sedangkan, contoh: UKBM yang
berbentuk pengorganisasian kegiatan kesehatan masyarakat, Kelompok Kesehatan Ibu dan
Anak, Kelompok Ibu Menyusui, Kelompok Ibu Hamil, Kelompok Ibu Balita, Kelompok KB
Lestari, Kelompok Kesehatan Reproduksi Remaja, Kelompok Lansia Sehat, dan lain-lain.
Demikian pula halnya, dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat
dalam transformasi pelayanan kesehatan primer pada Permenkes No 13 Tahun 2022,
menyatakan bahwa, pemerintah bersama masyarakat menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.
Setiap individu mempunyai hak untuk akses dalam pelayanan kesehatan jiwa, melalui
upaya kesehatan jiwa dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, di
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, meliputi: a). fasilitas pelayanan kesehatan; dan b). fasilitas
pelayanan di luar sektor kesehatan serta di fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
yang didirikan atau diselenggarakan oleh masyarakat. Peran serta masyarakat dalam upaya
kesehatan jiwa dilakukan baik melalui kegiatan secara perseorangan dan/atau berkelompok.

281 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Adapun bentuk peran serta masyarakat tersebut adalah dengan: a. memberikan bantuan
tenaga, dana, fasilitas, serta sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Jiwa. Dengan demikian, diharapkan setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari tekanan/ketakutan, dan masalah kejiawaan lainnya yang dapat mengganggu
kesehatan jiwa masyarakat.
Mengacu pada kebijakan tersebut, maka pihak pemerintah mengharapkan adanya upaya
peningkatan peran serta individu, kelompok dan masyarakat, dalam upaya kesehatan jiwa
terutama yang terkait dengan upaya promotif dan preventif, melalui pemberdayaan individu,
kelompok dan masyarakat.
Pada materi pokok 1 dan 2 telah dibahas tentang pemberdayaan individu dan keluarga
dalam kesehatan jiwa. Selanjutnya, pada materi pokok 3 ini akan dibahas tentang
pemberdayaan kelompok dan masyarakat, terkait dengan pengembangan Upaya Kesehatan
Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM).

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat menjelaskan Pemberdayaan
kelompok dan masyarakat dalam pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya
Masyarakat (UKJBM) yang ada di wilayah kerja puskesmas.
Sub Materi Pokok

Sub Materi Pokok 3:


1. Upaya penggerakan masyarakat dalam kegiatan skrining/deteksi dini kesehatan jiwa
dan tindak lanjut hasil skrining/ deteksi dini kesehatan jiwa.
2. Pelaksanaan surveilans kesehatan berbasis masyarakat dalam pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM) yang terintegrasi dengan
Posyandu Aktif

282 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 3:
PEMBERDAYAAN KELOMPOK DAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
UPAYA KESEHATAN JIWA BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKJBM)

……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang Pemberdayaan Kelompok dan Masyarakat
dalam Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM),
tentunya Saudara sudah memahami tentang UKBM, selanjutnya, apa yang Saudara ketahui
tentang pengertian, tujuan, sasaran, jenis UKBM yang saat ini ada di masyarakat serta ruang
lingkup tahapan pengembangan UKBM tersebut.

Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang Pemberdayaan Kelompok dan


Masyarakat dalam Pengembangan UKJBM sebagai bentuk Peningkatan Upaya Promotif-
Preventif Kesehatan Jiwa di Masyarakat

1. Upaya penggerakan masyarakat (pemberdayaan kelompok dan masyarakat) dalam


kegiatan skrining/deteksi dini kesehatan jiwa dan tindak lanjut hasil skrining/
deteksi dini kesehatan jiwa.
a. Landasan Kebijakan Pengembangan UKJBM
Dalam pendahuluan sudah dijelaskan tentang adanya kebijakan bahwa individu,
keluarga maupun kelompok mempunyai hak untuk akses dalam pelayanan kesehatan jiwa,
baik yang diselenggarakan oleh fasilitas kesehatan maupun oleh fasilitas pelayanan di luar
sektor kesehatan serta di fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang didirikan
atau diselenggarakan oleh masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
tersebut, saat ini ditetapkan sebagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) sesuai dengan Permenkes No 8 Th. 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat.
Pada Permenkes tersebut, upaya kesehatan mental/jiwa menjadi salah satu jenis kegiatan
pelayanan yang diselenggarakan di UKBM. Artinya, pada kebijakan tersebut diarahkan
agar upaya kesehatan jiwa, menjadi salah satu jenis pelayanan yang diselenggarakan
UKBM, atau ada upaya pengembangan UKBM menjadi UKJBM (Upaya Kesehatan Jiwa
Bersumberdaya Masyarakat).

283 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
b. Pengembangan UKJBM
UKBM merupakan upaya kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan sektor
kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya (Permenkes No. 8 Th
2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat), maka bentuk atau jenis UKBM saat ini yang
ada di Indonesia sangat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara spesifik
serta mengacu pada kearifan local. Berkaitan dengan hal itu, maka pihak pemerintah/
institusi kesehatan/ pihak puskesmas, dalam melakukan upaya pengembangan UKJBM di
wilayah kerjanya. Ada dua upaya/pendekatan, yaitu melalui:
1) Pengembangan UKJBM Melalui Pemberdayaan Kelompok.
Pemberdayaan Kelompok dalam pelayanan kesehatan sudah terselenggara
sejak lama, Contoh: Kelompok Kesehatan Ibu dan Anak, Kelompok Ibu
Menyusui, Kelompok Ibu Hamil, Kelompok Ibu Balita, Kelompok KB Lestari,
Kelompok Kesehatan Reproduksi Remaja, Kelompok Lansia Sehat, Kelompok
Pemakai Air, dan lain-lain.
Pemberdayaan kelompok di bidang kesehatan ini terus berkembang, dengan
adanya Program PIS-PK (Paradigma Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga) yang ditetapkan melalui Permenkes No. 39 Tahun 2016, dengan
menetapkan 12 Indikator Keluarga Sehat, yaitu a. keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB); b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan; c.
bayi mendapat imunisasi dasar lengkap; d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif; e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan; f. penderita
tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar; g. penderita
hipertensi melakukan pengobatan secara teratur; h. penderita gangguan jiwa
mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan; i. anggota keluarga tidak ada
yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
k.keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan l. keluarga mempunyai akses
atau menggunakan jamban sehat.
Melalui proses pemberdayaan kelompok dalam peningkatan Indeks Keluarga
Sehat, maka terbentuklah beberapa kelompok tambahan yaitu Kelompok
Pencegahan dan Pengendalian (P2) Hipertensi, Kelompok P2 TBC, Kelompok
P2 ODGJ, Kelompok Kesehatan Lingkungan, dan lain-lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejak dikeluarkan Permenkes No. 13 Th.
2022 tentang Renstra Kemenkes Th 2020-2024, salah satunya menetapkan
284 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kebijakan transformasi layanan kesehatan primer, dengan mengutamakan upaya
pelayanan kesehatan berdasarkan siklus hidup (mulai dari bayi sampai dengan
lansia), memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif/ terintegrasi bagi
setiap pasien/individu yaitu pelayanan konseling / edukasi beserta layanan
medis sesuai permasalahannya. Dengan adanya kebijakan tersebut, Puskesmas
mempunyai peluang mengembangkan UKJBM melalui pendekatan
pemberdayaan kelompok, misalnya: melalui Kelompok Ibu Hamil, Ibu Nifas,
Ibu Balita, Kelompok Anak Usia Sekolah, Kelompok Remaja, Kelompok
PUS/WUS/ Usia Produktif, Kelompok Lansia, dll. Kelompok-kelompok
tersebut, tentunya potensial dikembangkan menjadi UKJBM. Hal itu tergantung
dari kesepakatan dari anggota kelompok tersebut.
Selanjutnya, selain kelompok-kelompok tersebut, ada beberapa kelompok
potensial lainnya yang juga strategis menjadi sasaran upaya kesehatan jiwa, baik
promotif maupun preventif, yaitu Kelompok Arisan, baik Arisan RT, RW,
Keluarga, dll, kemudian Kelompok Majelis Taklim, Kelompok Jantung Sehat,
Kelompok Senam, Kelompok Remaja Masjid, kelompok Karang Taruna,
Kelompok Gowes/ Sepeda Sehat, Kelompok Seniman/ Kelompok Tari,
Kelompok Musik, Kelompok Paduan Suara, dan lain-lain.
Sampai saat ini, kelompok-kelompok potensial lainnya tersebut diatas,
belum diperankan secara optimal dalam upaya promotif maupun preventif
kesehatan jiwa / melalui pemberdayaan kesehatan jiwa masyarakat.

2) Pengembangan UKJBM melalui Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu indikator pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah terbentuknya / adanya / pengembangan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM). Saat ini, ada beberapa UKBM yang
terlibat aktif dalam pembangunan kesehatan adalah: Posyandu Balita, Posyandu
Remaja, Posbindu Lansia, Posyandu PTM (Penyakit Tidak Menular),
Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), Posmaldes (Pos Malaria Desa), Pos KB
(Keluarga Berencana), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa/Kelurahan), Pos Gizi,
Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), dan lain-lain.
Keberadaan atau eksistensi beberapa UKBM tersebut, ada di hampir semua
Kabupaten/Kota di Indonesia, bahkan ada yang sampai ke tingkat Kecamatan
atau berada di wilayah kerja Puskesmas.
285 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKBM tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi
UKJBM, namun sampai saat ini, UKBM tersebut, belum diperankan
secara optimal dalam upaya promotif maupun preventif kesehatan jiwa
atau dikembangkan menjadi UKJBM melalui pemberdayaan kesehatan
jiwa masyarakat.

c. Strategi Pengembangan UKJBM


1) Advokasi
Tujuan:
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pentingnya upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa dalam meningkatkan status kesehatan yang komprehensif
seperti diamanatkan dalam berbagai kebijakan dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
 Diperolehnya kesepakatan serta dukungan kebijakan atau keputusan/
komitmen tentang penyelenggaraan upaya promotif dan preventif kesehatan
jiwa yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang sudah ada di UKBM
maupun pada aktifitas kelompok-kelompok potensial.
 Adanya kesepakatan serta dukungan sumberdaya dalam pengembangan
UKJBM yang terintegrasi/ merupakan bagian integrasi dari kegiatan UKBM
maupun kegiatan Kelompok-Kelompok Potensial lainnya yang sudah ada.

Sasaran:
 Pimpinan/ Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial lainnya
 Ketua Tim Pembina UKBM (Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi)
 Ketua Tim Pengelola UKBM (Ketua TP.PKK desa/Kelurahan/Kecamatan,
Ketua RT/RW, Tokoh Masyarakat, Kepala Institusi Kesehatan, Ketua Assosiasi
Pekerja, dll)
 Penentu kebijakan/keputusan penanggung jawab UKBM (Kepala Desa/Lurah,
Camat, Bupati Walikota, Pimpinan Ormas/ Organisasi Keagamaan).

Catatan: implementasi kegiatan advokasi mengacu pada Materi Inti 2 pada


Modul TOT ini.

286 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Kemitraan
Tujuan
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pentingnya upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa dalam meningkatkan status kesehatan yang
komprehensif seperti diamanatkan Permenkes No. 13 Tahun 2022.
 Diperolehnya kesepakatan serta dukungan peran aktif mitra dalam
penyelenggaraan upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa yang
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang sudah dilaksanakan di
UKBM maupun pada aktifitas kelompok-kelompok potensial lainnya.
 Adanya kesepakatan serta dukungan sumberdaya dalam
pengembangan UKJBM yang terintegrasi/ merupakan bagian integrasi
dari kegiatan UKBM maupun kegiatan Kelompok-Kelompok Potensial
lainnya, yang sudah ada.

Sasaran:
 Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial
 Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi yang menjadi maupun yang
tidak menjadi / diluar Tim Pembina UKBM.
 TP.PKK, Tokoh Masyarakat, organisasi Keagamaan, Institusi
Kesehatan, Assosiasi Pekerja, dll

Catatan: implementasi kegiatan kemitraan dalam pengembangan UJBM


mengacu pada Materi Inti 2 serta Materi Inti 3, pada Modul TOT ini.

3) Peningkatan Kapasitas SDM


Tujuan:
 Adanya kesamaan pemahaman tentang permasalahan kesehatan jiwa
serta pentingnya melakukan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
dalam mengatasi permasalahan kesehatan jiwa tersebut.
 Meningkatnya pengetahuan serta kemampuan melakukan upaya
promotif dan preventif kesehatan jiwa di masyarakat, yang terintegrasi
dengan layanan kesehatan yang sudah terselenggara dalam kegiatan

287 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKBM, maupun aktifitas kelompok-kelompok potensial (mengacu
pada materi yang telah dibahas sebelumnya).
 Meningkatkan kemampuan pengelolaan kegiatan UKJBM
pemberdayaan masyarakat: analisa situasi kesehatan jiwa, surveilans
kesehatan jiwa berbasis masyarakat, melakukan survey mawas diri
(SMD), melakukan / terlibat dalam kegiatan musyawarah untuk
menyusun rencana kegiatan beserta pembahasan anggaran dan
sumberdaya lainnya yang dibutuhkan; pengorganisasian pelaksanaan
intervensi layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan kegiatan
UKBM/ aktifitas kelompok-kelompok potensial, pembinaan,
pemantauan, pencatatan dan penilaian serta penyusunan kegiatan
tindak lanjut kearah pelestarian.
 Mengembangkan media KIE Kesehatan Jiwa sederhana, mendukung
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang dilaksanakan melalui
UKJBM.
 Melakukan rujukan kasus kesehatan jiwa ke fasilitas kesehatan jiwa.

Sasaran:
Mitra potensial :
 Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial
 Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi yang menjadi maupun yang
tidak menjadi / diluar Tim Pembina UKBM.
 TP.PKK, Tokoh Masyarakat, organisasi Keagamaan, Institusi
Kesehatan, Assosiasi Pekerja, dan lain-lain

Penyelenggara layanan kesehatan di UKBM


 Kader Posyandu/Kader Kesehatan
 Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial

Bentuk Kegiatan:
 Orientasi/ pelatihan
 Workshop/ Lokakarya
 Seminar

288 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Studi banding
 Forum komunikasi
 Pengembangan Model UKJBM (Learning by doing)
 Pemberian buku-buku/ bahan-bahan pedoman/ referensi, dll

4) Penggerakan dan Pengorganisasian UKJBM


Upaya penggerakan dan pengorganisasian merupakan kegiatan tindak lajut
dari penigkatan kapasitas SDM dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
yang diselenggarakan di UKBM maupun melalui aktifitas Kelompok-Kelompok
Potensial (bisa dikatakan melakukan uji coba kegiatan UKJBM).
 Tujuan:
o Adanya kesepakatan tentang ruang lingkup atau jenis upaya promotif -
preventif kesehatan jiwa yang akan dilaksanakan.
o Adanya kesepakatan tentang mekanisme tatakelola kegiatan UKJBM
o Adanya pengorganisasian pelaksanaan layanan kesehatan jiwa sesuai
ruang lingkup/ jenis kegiatan UKJBM yang telah disepakati (meliputi
pembagian tugas dan peran setiap personal yang terlibat).
o Tersusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) UKJBM termasuk dana
serta sarana-prasaran yang dibutuhkan.
o Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) UKJBM sesuai
dengan ketersediaan sumberdaya yang ada.
o Melaksanakan kegiatan UKJBM sesuai ketentuan/ ruang lingkup
kegiatan yang telah ditetapkan dalam RPK.
o Terselenggaranya kegiatan pembinaan/ pendampingan, pencatatan dan
dokumentasi, serta pemantauan dan penilaian.
 Sasaran:
o SDM yang terlibat dalam penyelenggara layanan kesehatan di UKBM
o Anggota Kelompok- Kelompok Potensial
o Institusi Kesehatan (Petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas atau petugas
kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas).

289 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Bentuk kegiatan:
 Pertemuan/ Workshop/ Temu Kerja untuk penetapan seksi-seksi atau
tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok dalam pelaksanaan
kegiatan UKJBM
 Pertemuan penyusunan RUK dan RPK UKJBM.
 Pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat, SMD,
Penetapan kegiatan intervensi layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi
dengan kegiatan UKBM/ UKJBM, Pengembangan Media KIE
Kesehatan Jiwa, Pembinaan/Pendampingan, Pencatatan/Dokumentasi,
Pemantauan dan Penilaian.

5) Sosialisasi dan KIE Layanan Kesehatan Jiwa di UKJBM


Kegiatan ini dilaksanakan apabila UKJBM sudah siap melakukan aktifitas
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa sesuai dengan hasil penggerakan dan
pengorganisasian.
 Tujuan:
o Desiminasi informasi tentang kegiatan UKJBM di masyarakat
o Menggerakan demand masyarakat untuk tau dan mau akses dalam
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang diselenggarakan di
UKBM/ UKJBM.
o Meningkatkan pengetahuan yang benar tentang kesehatan jiwa, sebagai
upaya mengatasi stigma dan diskriminasi.
 Sasaran:
o Keluarga binaan, Segmentasi Sasaran Layanan UKBM.
o Anggota Kelompok-Kelompok Potensial.
 Bentuk kegiatan:
o KIE secara langsung (kunjungan rumah/ pengumuman di kelompok-
kelompok saat ada pertemuan, pengumuman melalui masjid/mushola,
dll) maupun tidak langsung (melalui berbagai jenis media cetak/
selebaran, spanduk, GWA/ Medsos, dll)
o Seminar/ Pertemuan-pertemuan yang disertai testimoni.
o Pemasangan dokumentasi kegiatan melali Mading yang strategis.
o Kunjungan ke UKJBM.

290 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
d. Bentuk Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa dalam UKJBM
1) KIE Kesehatan Jiwa Di Masyarakat dalam upaya peningkatan literasi
kesehatan jiwa, penggerakan demand masyarakat untuk akses dalam pelayanan
kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan UKJBM, pencegahan stigma dan
diskriminasi, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam UKJBM.
2) Pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat, survei mawas diri
(SMD), menyusunan rencana kegiatan penggerakan dan pemberdayaan
kesehatan jiwa di keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat yang terintegrasi
dengan kegiatan layanan di UKBM, meliputi: skrining/ deteksi dini,
mengembangkan dan melaksanakan layanan intervensi kesehatan jiwa melalui
komunikasi interpersonal/ KIP/KAP, dll kemudian membuat media KIE
Kesehatan Jiwa sederhana serta melakukan rujukan ke puskesmas/ layanan
kesehatan jiwa lainnya.
4) Melaksanakan pencatatan/ dokumentasi dan pelaporan kegiatan UKJBM yang
terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
5) Pembinaan dan pemantauan.
6) Penilaian dan Peningkatan Kegiatan UKJBM

e. Upaya penggerakan masyarakat dalam melakukan skrining/deteksi dini


kesehatan jiwa dan tindak lanjut hasil skrining/ deteksi dini tersebut, sebagai
Langkah Awal Pengembangan UKJBM.
Skrining kesehatan jiwa merupakan proses pendeteksian kasus/ kondisi kesehatan
jiwa pada populasi sehat dan kelompok berisiko sesuai dengan jenis penyakit yang akan
dideteksi dalam upaya pencegahan dan diagnosis dini mulai kelompok usia anak hingga
lanjut usia. Skrining kesehatan jiwa bertujuan untuk mendeteksi lebih cepat atau
menentukan risiko seseorang yang mengalami gangguan mental/ jiwa, seperti gangguan
kecemasan, depresi dan lain-lain, sehingga dapat ditangani sedini mungkin, dengan
mengetahui potensi diri yang dapat dikembangkan serta mengetahui potensi masalah
kesehatan jiwa yang dialami.
Penyelenggaraan skrining kesehatan jiwa bukan hanya dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan, tetapi juga dapat dilakukan di UKBM yang ada di desa/kelurahan,
291 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
pada Kelompok-Kelompok Potensial, maupun yang ada di institusi/tatanan. Melalui upaya
penggerakan dan pemberdayaan kelompok dan masyarakat dalam pengembangan UKJBM
akan mempermudah dalam meningkatkan cakupan skrining kesehatan jiwa di masyarakat.
Selain itu skrining masalah kesehatan jiwa juga dilakukan melalui upaya kesehatan jiwa di
sekolah yang terintegrasi dengan Upaya Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/ M).
Pada dasarnya pelaksanaan skrining kesehatan jiwa yang dilakukan di UKBM,
kelompok-Kelompok Potensial, juga di Tatanan seperti Tatanan Institusi Pendididkan
(yang terintegrasi dengan kegiatan UKS/M), Tatanan Tempat Kerja terintegrasi dengan
kegiatan Pos UKK atau Pengembangan Kualitas SDM di Tempat Kerja, Tatanan Tempat
Ibadah, serta Tatanan Khusus misalnya: Lembaga Pemasyarakatan, adalah sederhana
untuk mempermudah pelaksanaannya tanpa mengurangi kualitas hasilnya. Adapun
langkah- langkah skrining kesehatan jiwa tersebut, adalah sebagai berikut (mengacu pada
Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Kemenkes, Th
2022).
1. Skrining Kesehatan Jiwa Secara Manual
a) Menyiapkan kuesioner skrining
b) Memastikan individu siap untuk diskrining
c) Mengedukasi individu terkait dengan kesehatan jiwa
d) Memberikan penjelasan terkait tujuan skrining, asas kerahasiaan (isu
konfedensialitas), dan pentingnya mengisi kuesioner sesuai keadaan yang
sesungguhnya sehingga mendapatkan hasil yang akurat.
e) Pengisian kuesioner dilakukan mandiri atau melalui wawancara
f) Melakukan interpretasi hasil skrining.
g) Melakukan tindak lanjut hasil skrining (pelaksanaan sesuai dengan
kompetensinya

Adapun jenis instrumen skrining masalah Kesehatan Jiwa yang digunakan secara
manual adalah sebagai berikut:
(1) Instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)
 Deteksi dini dapat menggunakan kuesioner SDQ yang mudah dilakukan baik
di sekolah maupun komunitas lainnya.
 SDQ adalah kuesioner untuk deteksi dini masalah perilaku dan emosi pada
anak dan remaja berusia 4 – 18 tahun.
 Kuesioner ini menggambarkan kondisi dalam 6 bulan terakhir

292 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Berisi 25 pernyataan yang terdiri dari:
o Domain masalah emosi (5 butir);
o Domain masalah perilaku (5 butir);
o Domain hiperaktivitas/ inatensi (5 butir);
o Domain masalah hubungan dengan teman sebaya (5 butir);
o Domain perilaku pro-sosial yang mendukung (5 butir).
 Pernyataan dalam SDQ terdiri dari 5 pernyataan dan dikelompokkan dalam 5
domain dan masing-masing terdiri dari 5 pertanyaan. Domain masalah emosi,
perilaku, hiperaktifitas dan masalah dengan teman sebaya menggambarkan
kesulitan sedangkan domain perilaku prososial menggambarkan kekuatan.
 Menentukan nilai masing-masing domain dengan menjumlahkan nilai dari
pernyataan domain masalah emosi, masalah tingkah laku, masalah perilaku
hiperaktivitas, masalah dengan teman sebaya dan prososial.
 Instrumen SDQ (4-10 th) diisi oleh orang tua/ pengasuh atau guru yang
memahami kondisi anak, sedangkan SDQ (11-18 th) dapat diisi sendiri oleh
remaja atau melalui wawancara oleh tenaga kesehatan atau non tenaga
kesehatan terlatih.
 Cara memberikan penilaian, untuk jawaban “Tidak Benar” skor 0, “Agak
Benar” skor 1 dan “Selalu Benar” skor 2 kecuali untuk pertanyaan no 7, 11,
21 dan 25 kebalikannya.

(2) Instrumen Self Reporting Questionnaire (SRQ-20)


 SRQ merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui adanya gangguan mental emosional pada seseorang dengan
cara yang relatif murah, mudah dan efektif. Dikatakan murah karena dapat
dilakukan dalam waktu yang cukup singkat serta tidak memerlukan sumber
daya manusia khusus untuk menilainya.
 SRQ efektif karena memiliki validitas yang cukup baik dalam hal sensitivitas
dan spesifisitasnya.
 Kuesioner yang dikembangkan oleh WHO untuk penyaringan gangguan jiwa
dan keperluan penelitian yang telah dilakukan diberbagai negara.
 Terdiri dari 20 pertanyaan yang dapat diisi sendiri oleh orang yang diskrining
atau melalui wawancara.

293 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Melalui SRQ dapat diidentifikasi gejala-gejala gangguan mental emosional
seperti gejala depresi, gejala ansietas, gejala kognitif, gejala somatik dan
gejala penurunan energi.
 Analisis kluster instrumen SRQ-20 oleh Carmo dkk (2018) menemukan 4
kluster gejala yaitu depresi/cemas, somatik, penurunan energi, pikiran
depresi.

(3) Instrumen Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test


(ASSIST)
 Instrumen ASSIST terdiri dari 8 pertanyaan yang digunakan untuk
mendeteksi penggunaan alkohol, produk tembakau, narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya seumur hidup dan dalam tiga bulan terakhir. Zat-zat
ini dapat dirokok, ditelan, dihisap, dihirup, atau disuntik.
 Skrining dilakukan oleh petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Agar sasaran dapat memberikan informasi yang benar, selama melakukan
skrining sebaiknya tenaga kesehatan menunjukkan sikap sebagai berikut:
o Mendengarkan apa yang disampaikan pasien
o Bersahabat dan tidak judgemental
o Sensitif dan empati
o Menjelaskan batasan kerahasiaan
o Tetap obyektif
 Sasaran deteksi dini ASSIST adalah:
o Pasien yang keluhannya menandakan adanya hubungan dengan
penyalahgunaan NAPZA
o Pasien dengan kondisi kesehatan yang diperburuk oleh penyalahgunaan
NAPZA.
o Perempuan hamil
o Remaja.

(4) Heart Rate Variability (HRV) Pemeriksaan HRV dengan menggunakan SA-
3000P merupakan pemeriksaan singkat menggunakan finger probe pada
satu jari pasien dalam waktu 3 menit
Cahaya infra merah pada finger probe akan memantulkan aliran darah pada
jari untuk mendapatkan gambaran HRV.

294 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Gambaran HRV yang berhubungan dengan fluktuasi irama jantung
menyebabkan alat ini merespon terhadap perubahan yang terkait dengan sistem
repirasi, tekanan darah, hormonal dan suasana perasaan. Di dalam unit SA-
3000P telah terdapat program untuk mengolah gambaran HRV tersebut dalam
bentuk grafik dan nilai.
Cahaya infra/ merah pada finger probe akan memantulkan alirah darah pada
jari untuk mendapatkan gambaran HRV. Gambaran HRV yang berhubungan
dengan fluktuasi irama jantung menyebabkan alat ini merespon terhadap
perubahan yang terkait dengan sistem repirasi, tekanan darah, hormonal dan
suasana perasaan. Di dalam unit SA-3000P telah terdapat program untuk
mengolah gambaran HRV tersebut dalam bentuk grafik dan nilai.
o Pemeriksaan HRV akan memberikan gambaran dan informasi tentang:
· Keseimbangan sistem saraf otonom (Simpatis dan parasimpatis).
o Kondisi fisik dan mental stress dari tubuh individu.
o Ketahanan tubuh terhadap stress.
o Kemampuan adaptif sistem secara umum.
o Kebugaran dan kelelahan tubuh.
o Indikasi masalah cardiocirculatory.

(5) Instrumen kelompok usia balita:


a. Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised (M CHAT R) untuk
skrining gangguan spektrum autism.
b. Abbreviated Conners' Teacher Rating Scale (ACTRS) untuk skrining
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH)
c. Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) usia 36 – 72 bulan

(6) Instrumen Skrining Lainnya


a. Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI).
b. Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri
yang paling sering digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas
kesehatan primer.
c. Hopkins Verbal Learning Test (HVLT), Mini Mental State Examination
(MMSE) dan Abbreviated Mental States (AMS) untuk skrining
demensia
d. Geriatric Depression Scale (GDS) untuk skrining depresi pada lansia
295 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
e. Maslach Burnout Inventory (MBI) untuk skrining burn out pada pekerja
f. Depression Anxiety Stress Scale (DASS) 21
g. Drug Abuse Screening Test 10 (DAST 10).

2. Skrining Kesehatan Jiwa Secara Digital


Skrining Digital Perkembangan teknologi informasi saat ini sangat memungkinkan
skrining dilakukan secara digital. Skrining masalah kesehatan jiwa secara digital tetap
menggunkan kuesioner yang sudah terstandar seperti SRQ 20 dan SDQ.
Pelaksanan skrining secara digital lebih fleksibel dari sisi waktu dan tempat serta
diharapkan dapat menjangkau lebih banyak orang, karena:
1. Menggunakan Google Form Langkah-langkah membuat skrining digital
menggunakan google form dapat dilihat di bagian lampiran b.
2. Menggunakan Aplikasi Skrining masalah kesehatan jiwa sudah tersedia di
beberapa aplikasi yang bisa diunduh tanpa berbayar antara lain:
 SEHAT JIWA pilih menu deteksi dini pilih menu deteksi dini pilih metode
SRQ 20 untuk usia > 18 tahun.
 SINAPZA skrining keterlibatan penggunaan NAPZA menggunakan ASSIST
 KDAI aplikasi untuk skrining adiksi internet.
 Swaperiksa bunuh diri, cemas, depresi, trauma di website pdskji
https://pdskji.org/

3. Pelaksanaan Skrining kesehatan jiwa di kelompok dan masyarakat


Skrining kesehatan jiwa dapat dilakukan baik di kelompok masyarakat (kelompok
peduli kesehatan dan tatanan) dan UKBM. Skrining di masyarakat dapat dilakukan di
UKBM dan saat kunjungan rumah terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh UKBM tersebut, juga terintegrasi dengan aktifitas Kelompok-
Kelompok Peduli / Potensial. Skrining sebaiknya dilakukan secara berkala sekurang-
kurangnya setahun sekali untuk individu dengan risiko masalah kesehatan jiwa.
1) UKBM/ LKD: Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dll.
Skrining kesehatan jiwa dapat dilakukan terintegrasi dengan program kesehatan
lainnya yang diselenggarakan UKBM baik yang sudah ditetapkan sebagai
Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), maupun yang belum.

296 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKBM Sasaran Instrumen Pelaksana
Anak balita SDQ 4-10 Kader terlatih
Posyandu didampingi
Ibu yang memiliki anak SRQ 20
Tenaga
balita HRV
kesehatan
Ibu hamil
Ibu nifas
Remaja SDQ 11- 18 Remaja SDQ 11-
HRV 18
HRV
Lansia GDS
HVLT
MMSE
HRV
Posbindu Usia15-18 th SDQ 11-18 Kader terlatih
Usia > 18 th SRQ 20 HRV didampingi
Tenaga
kesehatan
Pos UKK (Upaya Pekerja informal mulai SRQ 20 Kader terlatih
Kesehatan Kerja) kelompok usia >18 HRV didampingi
tahun Tenaga
kesehatan

Skrining juga dapat dilakukan melalui layanan kesehatan jiwa bergerak (MMHS).
Beberapa daerah sudah melakukan layanan ini, antara lain: Sulawesi Utara, Jawa
Barat, dll (Lihat di Buku Pedoman Skrining, Direktorat Kesehatan Jiwa,
Kementerian Kesehatan RI, Th. 2022)

2) Tatanan/ Institusi
a. Institusi Pendidikan: PAUD, Sekolah (TK, SD, SMP, SMA, sederajat) dan
Perguruan Tinggi
Skrining masalah kesehatan jiwa di lembaga pendidikan tingkat TK sampai
SMA sederajat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan UKS/M melalui
penjaringan kesehatan. Pada tingkat perguruan tinggi dapat terintegrasi dengan
kegiatan Kampus Sehat (health promoting university).

Lembaga PAUD Anak usia M CHAT R Guru PAUD/ Tenaga


dini ACTRS Pendidik dibantu
KMPE kader terlatih,
didampingi tenaga
kesehatan
TK & sederajat Siswa SDQ 4-10 Pendidik/ tenaga
SD & sederajat Siswa/santri SDQ 4-10 kependidikan terlatih

297 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SDQ 11-18 didampingi tenaga
SMP & sederajat SDQ 11-18 kesehatan
(minimal 1 kali
skrining
SMA & sederajat SDQ 11-18
(minimal 2 kali
skrining - pre dan
post)
Perguruan Tinggi Mahasiswa SRQ 20 Pendidik/ tenaga
HRV kependidikan terlatih
didampingi tenaga
kesehatan

b. Tempat Kerja
Sasaran Instrumen Pelaksana
Pekerja SRQ 20 Kader terlatih
HRV didampingi tenaga
Maslach kesehatan
Burnout
Inventory
DASS 21

c. Panti Sosial/ Lembaga Rehabilitasi Sosial


Sasaran Instrumen Pelaksana
Penghuni panti usia anak- SDQ 4-10 Tenaga kesehatan/
remaja SDQ 11 – 18 pekerja sosial terlatih
Penghuni Panti Usia Dewasa SRQ 20 Tenaga sosial terlatih
HRV didampingi tenaga
Penghuni Panti Usia Lansia GDS kesehatan
HVLT
MMSE
HRV
Petugas Panti SRQ 20
HRV

d. Lapas/ Rutan/LPKA
Sasaran Instrumen Pelaksana
LPKA Warga binaan LPKA SDQ 11 - 18 Petugas LPKA
terlatih didampingi
tenaga kesehatan
Lapas/Rutan Warga binaan SRQ 20 Petugas Lapas
Lapas/Rutan HRV terlatih didampingi
tenaga kesehatan

298 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
e. Fasilitas Pelayananan Kesehatan
Sasaran Usia (tahun) Instrumen Pelaksana
Anak 0-5 MCHAT-R Tenaga kesehatan
ACTRS
KMPE
 Pasien penyakit 4-10 SDQ 4-10 Tenaga kesehatan
kronis 10-18 SDQ 11 – 18
 Pasien penyakit
19-50 SRQ 20 HRV
endemik
 Pasien dengan > 50 GDS
penyakit HVLT
psikosomatik
 Pasien dengan MMSE
penyakit fisik yang
tidak membaik
setelah diobati
dengan adekuat.
 Ibu hamil dan post
partum
 Calon pengantin
 Calon jemaah haji
(Lihat di Buku Pedoman Skrining, Direktorat Kesehatan Jiwa, Kementerian
Kesehatan RI, Th. 2022)

3) Kelompok-Kelompok Potensial Lainnya


Skrining kesehatan jiwa juga ditujukan pada kelompol-kelompok yang belum
ditangani melalui pelayanan kesehatan jiwa di UKBM dan Tatanan, yaitu
kelompok-kelompok potensial yang ada di masyarakat, yang ada di wilayah kerja
puskesmas, yaitu: Kelompok Pengajian, Kelompok Majelis Taklim, kelompok
Karang Taruna, Kelompok Remaja Masjid, Kelompok Arisan, dan lain-lain.
Pelaksanaan skrining pada kelompok-kelompok potensial tersebut,
menggunakan instrumen skrining yang ada serta sesuai dengan karakter siklus
kehidupan sasaran.
Skrining awal kesehatan jiwa, dapat dilakukan secara mandiri. Kemajuan
teknologi masa kini memang memudahkan banyak orang untuk mengakses
beragam informasi, termasuk cara melakukan tes skrining kesehatan jiwa mandiri
secara mandiri dan gratis. Skrining tersebut, biasanya berupa beberapa pertanyaan
yang bisa dijawab sendiri, lalu hasilnya akan muncul setelah selesai menjawab
semua pertanyaan. Bila dari interpretasi hasil skrining didapatkan dalam batas

299 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
normal maka maka diberikan edukasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan jiwanya.
Bila hasil skrining mengindikasikan ada masalah kesehatan jiwa maka
dilakukan:
 Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP-K) oleh tenaga kesehatan
terlatih.
 Prevensi gangguan jiwa dengan mengurangi faktor risiko dan mengatasi gejala
serta tanda masalah kesehatan jiwa oleh dokter/psikolog klinis atau perawat/
bidan terlatih
 Rujuk ke fasyankes untuk pemeriksaan lanjutan wawancara psikiatrik (multi
disiplin) agar diketahui ada atau tidaknya gangguan jiwa. Bila memenuhi
kriteria diagnosis gangguan jiwa maka dilakukan tata laksana sesuai diagnosis
gangguan jiwanya. Bila tidak memenuhi kriteria diagnosis gangguan jiwa
maka diberikan KIP-K kesehatan jiwa dan prevensi gangguan jiwa

Selain itu, penting untuk dipahami bahwa adanya skrining kesehatan jiwa
secara mandiri, bukan berarti bisa mengabaikan peran dokter atau psikolog.
Karena hasil skrining tersebut, tidak bisa menjadi patokan untuk menentukan
diagnosis atau kondisi masalah kesehatan jiwa yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, tetap dianjurkan untuk menunjukkan hasilnya kepada dokter/psikolog/ tenaga
profesional. Hal ini penting agar bisa mendapatkan penjelasan yang akurat dan
lebih jelas mengenai kondisi kesehatan jiwa yang sebenarnya.
Untuk mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan mendiagnosis gangguan
kejiwaan, tetap diperlukan pemeriksaan oleh dokter/psikiater atau psikolog.
Tindak lanjut skrining kesehatan jiwa harus dikonsultasikan kepada
dokter/psikolog yang berkompeten.

300 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Berbasis Masyarakat Dalam Pengembangan
Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM), Terintegrasi
dengan Posyandu Aktif
a. Pengertian
(1) Surveilans Kesehatan
Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus
menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien (Permenkes No. 45 Th. 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, Ps 1). Informasi yang damati
atau dipantau, diantaranya adalah besarnya masalah kesehatan yang ada, faktor
risiko serta kualitas pelayanan atau kualitas program, yang diukur berdasarkan
dimensi tempat, waktu dan orang.
Pengumpulan data dalam pelaksanaan surveilans kesehatan dapat dilakukan
dengan cara aktif dan pasif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai
sumber antara lain individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik
dan demografi, dan sebagainya. Metode pengumpulan data dapat dilakukan
melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan
terhadap sasaran. Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data,
diperlukan instrumen sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan
tujuan surveilans yang akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang
diperlukan.
Dalam pelaksanaan Surveilans Kesehatan diperlukan harmonisasi secara
lintas program dan lintas sektor yang diperkuat dengan jejaring kerja
surveilans kesehatan. Selaras dengan ketentuan tersebut, maka pelaksanaan
surveilans kesehatan dengan melibatkan jejaring kerja, Kemenkes
menetapkan masyarakat terlibat aktif dalam melakukan surveilans
kesehatan, dengan istilah surveilans kesehatan berbasis masyarakat
termasuk dalam upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan di
Posyandu/UKBM (Keputusan Menteri Kesehatan RI. HK.
01.07/MENKES/12763/2020 tentang Panduan Operasional Upaya Kesehatan
di Posyandu Dalam Adaptasi Kebiasaan Baru).

301 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Surveilans kesehatan berbasis masyarakat digunakan untuk
mengidentifikasi dan mencatat sasaran rentan posyandu yang berisiko
terdampak. Kegiatan yang dilakukan adalah:
o Melakukan pengamatan dan pemantauan penyakit termasuk perilaku yang
dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat.
o Melakukan pencatatan dan pelaporan cepat kepada petugas kesehatan
untuk mendapat respon cepat.
o Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah
kesehatan.
o Rujukan

(2) Surveilans kesehatan jiwa


Surveilans masalah kesehatan jiwa adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang masalah
kesehatan jiwa melalui skrining masalah kesehatan jiwa untuk memperoleh
dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien (Pedoman Surveilans Kesehatan
Jiwa, Kemenkes, 2022).
Data surveilans masalah kesehatan jiwa meliputi: a. Data demografi peserta
skrining ; b. Data hasil skrining masalah kesehatan jiwa; c. Data tindak lanjut
hasil skrining masalah kesehatan jiwa.
Surveilans kesehatan jiwa ini dilaksanakan dengan metode surveilans aktif
dan surveilans pasif. Data dalam surveilans kesehatan jiwa ini menggunakan
data dalam Sistem Informasi Kesehatan Jiwa (SIMKESWA) dan Sistem
Informasi Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi Medis (SELARAS).
Surveilans Aktif adalah kegiatan pengumpulan, analisis, interpretasi,
laporan dan diseminasi, serta tindak lanjut yang dilakukan secara langsung
oleh tenaga pelaksana surveilans di tiap tingkatan. Data primer didapatkan
dari pengumpulan data secara langsung di fasilitas layanan kesehatan
(fasyankes), institusi lain atau masyarakat oleh tenaga pelaksana surveilans
kesehatan jiwa, yaitu tenaga kesehatan di puskesmas, kader terlatih dan
guru terlatih.
Surveilans pasif adalah kegiatan pengumpulan, analisis, interpretasi,
laporan dan diseminasi, serta tindak lanjut yang tidak dilakukan secara
langsung oleh
302 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
petugas pengambil data. Data surveilans pasif umumnya adalah data-data
yang dicatat dan dilaporkan oleh institusi.

b. Surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat


Mengacu pada ketentuan / kebijakan tersebut diatas, maka pelaksanaan
kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat:
o Dilakukan oleh masyarakat (kader, guru, kelompok peduli, dll terlatih)
bersama / dengan bimbingan petugas kesehatan.
o Menerapkan metode surveilans pasif dan aktif :
- Penerapan metode surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat
secara aktif, dilakukan melalui kegiatan skrining kesehatan jiwa yang
dilakukan oleh masyarakat terlatih, dengan bimbingan/bersama petugas
kesehatan (analisis menggunakan data primer). Pelaksanaan skrining
masalah kesehatan jiwa dengan menggunakan instrument Strength and
Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk kelompok umur SDQ (4-10
th) diisi oleh orang tua/ pengasuh atau guru yang memahami kondisi
anak, sedangkan SDQ (11-18 th) dapat diisi sendiri oleh remaja atau
melalui wawancara oleh tenaga kesehatan atau non tenaga kesehatan
terlatih. Selanjutnya, menggunakan instrument Self Reporting
Questionnaire (SRQ-20) / Instrumen Alcohol, Smoking and
Substance Involvement Screening Test (ASSIST) untuk usia 18 tahun
keatas
Durasi waktu pelaksanaan skrining bagi individu/ kelompok
masyarakat, dilakukan minimal satu tahun sekali.
- Selanjutnya, metode surveilans kesehatan jiwa berbasis
masyarakat yang pasif, dilakukan melalui pengumpulan data/ hasil
pencatatan masalah / gangguan jiwa yang ada di masyarakat/ sasaran
surveilans (catatan masalah/ gangguan jiwa di UKBM/ Posyandu,
Poskestren, Pos TB, Pos UKK, tatanan institusi/Lembaga potensial
seperti institusi Pendidikan, Tempat kerja, Lembaga Pemasyarakatan,
dll atau catatan SIMKESWA Puskesmas).
o Hasil skrining diserahkan kepada petugas di FKTP dan Petugas di
FKTP tersebut melakukan pengelolaan data hasil skrining.
Selanjutnya, petugas melakukan analisis dan interpretasi data. Analisis dan
303 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
interpretasi data dilaksanakan oleh pengelola program kesehatan jiwa di
Puskesmas/ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dst.
o Hasil analisis dan intepretasi tersebut, kemudian disampaikan
kembali kepada pihak pengelola Tatanan Potensial/ UKBM untuk
dipergunakan sebagai landasan/ dasar melakukan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa, termasuk melakukan upaya kuratif/
rujukan bila diperlukan.

c. Tujuan Surveilans Kesehatan Berbasis Masyarakat


Secara umum, diperolehnya data dan informasi tentang gambaran
permasalahan kesehatan jiwa yang ada di tatanan potensial/ UKBM, yang dapat
dipergunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan pengembangan
UKJBM, meliputi penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
upaya kesehatan jiwa di masyarakat (terutama promotif-preventif) dan
peningkatan kewaspadaan dalam mengantisipasi dampak yang ditimbulkan.
Adapun secara khusus tujuan surveilans kesehatan berbasis masyarakat adalah:
o Meningkatkan pemahaman dan peran serta aktif masyarakat dalam
peningkatan upaya kesehatan jiwa.
o Meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
o Memahami status kesehatan jiwa yang ada dilingkungan masyarakat di
tempat kerja, institusi Pendidikan, warga binaan UKBM, maupun di
kalangan Kelompok-Kelompok Potensial.
o Mempunyai data/ informasi masalah kesehatan jiwa, yang bisa
dipergunakan sebagai landasan/ dasar dalam melakukan upaya kesehatan
jiwa masyarakat/ UKBM, sebagai tidak lanjut hasil surveilans tersebut,
dengan melakukan upaya kesehatan jiwa di masyarakat, baik upaya
promotif, preventif atau rujukan bila diperlukan (ini merupakan kegiatan
pengembangan UKJBM).

304 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
d. Tindak Lanjut Hasil Surveilans Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat dalam
Pengembangan UKJBM di wilayah kerja Puskesmas.
Prinsip pengembangan UKJBM adalah melakukan upaya penggerakan,
pengorganisasian serta peningkatan peran aktif kelompok dan masyarakat dalam
upaya kesehatan jiwa terutama promotif dan preventif (pemberdayaan kelompok
dan masyarakat dalam upaya kesehatan jiwa). Pemberdayaan kelompok adalah
melibat aktifkan peran serta kelompok-kelompok potensial lainnya, baik yang
sudah bergerak di bidang kesehatan, maupun kelompok-kelompok yang baru
berada pada tahap peduli kesehatan, antara lain : Kelompok Majelis Taklim,
Karang Taruna, Remaja Masjid, Arisan RT, Seniman, dll, sedangkan
pemberdayaan masyarakat ditujukan pada sasaran binaan UKBM baik yang sudah
ditetapkan sebagai Lembaga maupun yang belum berstatus sebagai Lembaga.
Selanjutnya seperti telah dibahas pada bagian terdahulu, bahwa salah satu
kegiatan pengembangan UKJBM adalah melakukan surveilans kesehatan jiwa
berbasis masyarakat, baik secara aktif maupun secara pasif. Hasil dari surveilans
tersebut adalah hasil analisa/interpretasi dalam bentuk data atau informasi tentang
permasalahan kesehatan jiwa yang ada masyarakat, dan yang harus
ditindaklanjuti.
Adapun upaya tindak lanjut yang dilakukan adalah:
 Melakukan penetapan prioritas kesehatan jiwa yang akan diatasi
 Melakukan identifikasi faktor risiko/ penyebab masalah kesehatan jiwa
prioritas. Hasil identifikasi tersebut, dipergunakan sebagai instrument
dalam melakukan kegiatan Survei Mawas Diri (SMD).
 Hasil dari kegiatan SMD, adalah diketahui besaran faktor risiko/ penyebab
masalah kesehatan jiwa prioritas yang ada di masyarakat (berdasarkan
sudut pandang masyarakat).
 Berdasarkan hasi SMD tersebut, dilakukan pertemuan penyusunan upaya
mengatasi faktor risiko/ penyebab masalah kesehatan jiwa yang ada dalam
bentuk Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa (RUKJ).
 RUKJ tersebut dibahas melalui Musyawarah Kesehatan Di
Desa/Kelurahan, Mini Lokakarya Puskesmas, Pertemuan Assosiasi
Pekerja, Pertemuan Komite Sekolah, dll untuk dimantapkan serta
mendapat kejelasan dukungan sumberdaya, sarana, dan anggaran/dana

305 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Hasil pembahasan RUKJ tersebut, dilanjutnya dengan pertemuan
pembahasan penyusunan RPKJ (Rencana Pelaksanaan Kesehatan Jiwa) di
masyarakat.
 Selaras dengan kegiatan pertemuan penyusunan RUKJ maupun RPKJ,
dilakukan pula pengorganisasian pelaksanaan kegiatan, yaitu
pembentukan tim kerja yang baru atau menggunakan Tim Kerja yang
sudah ada atau hanya ada pembaharuab penetapan seksi-seksi pelaksana
upaya kesehatan jiwa di masyarakat, sehingga ada kejelasan tupoksi yang
jelas.
 Pelaksanaan, Pembinaan, Pemantauan, Penilaian, Pencatatan dan
Dokumentasi Kegiatan serta Peningkatan Kegiatan/Pelestarian upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa dalam bentuk UKJBM.

SEKARANG SAYA TAHU

1. Upaya penggerakan masyarakat (pemberdayaan kelompok dan masyarakat)


dalam melakukan skrining/deteksi dini kesehatan jiwa dan tindak lanjut hasil
skrining/ deteksi dini kesehatan jiwa melalui UKJBM, yaitu:
a. Landasan Kebijakan Pengembangan UKJBM
b. Pengembangan UKJBM: melalui pemberdayaan kelompok dan masyarakat
c. Strategi Pengembangan UKJBM: advokasi, Kemitraan, Peningkatan Kapasitas
SDM, Penggerakan dan Pengorganisasian serta Sosialisasi dan KIE.
d. Bentuk Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa dalam UKJBM
e. Upaya penggerakan masyarakat dalam melakukan skrining/ deteksi dini kesehatan
jiwa dan tindak lanjut hasil srining tersebut sebagai pengembangan UKJBM.
2. Pelaksanaan surveilans kesehatan berbasis masyarakat dalam pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM) yang terintegrasi dengan
Posyandu Aktif, meliputi: pengertian, tujuan serta tindak Lanjut Hasil Surveilans
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat dalam Pengembangan UKJBM di wilayah kerja
Puskesmas.

306 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 4:
PRAKTIK PELAKSANAAN SURVEILANS KESEHATAN JIWA
BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN UKJBM
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Salah satu strategi pengembangan UKJBM di wilayah kerja puskesmas adalah
mengintegrasikan kegiatan layanan kesehatan primer yang diselenggarakan oleh UKBM serta
Kelompok-Kelompok Potensial lainnya, baik yang terintegrasi dengan tatanan potensial
maupun mandiri, beserta potensi sumberdaya yang dimilikinya. Adapun Langkah-langkah
pengembangan UKJBM mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 8 Tahun
2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan yang menetapkan
beberapa tahapan dalam penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat yaitu: a.
pengenalan kondisi desa/kelurahan; b. survei mawas diri; c. musyawarah di
desa/kelurahan; d. perencanaan partisipatif; e. pelaksanaan kegiatan; dan f. pembinaan
kelestarian.
Dalam pengembangan UKJBM pengenalan kondisi, yang utama adalah menemukan
adanya permasalahan kesehatan jiwa yang ada di wilayah Desa/Kelurahan / di wilayah kerja
puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kegiatan surveilans kesehatan
berbasis masyarakat seperti yang dibahas pada bagian terdahulu. Selanjutnya, pada sub
materi pokok 4 ini akan dibahas serta dipraktikan pelaksanaan survelans kesehatan jiwa
berbasis masyarakat tersebut, beserta tindak lanjut hasil surveilans tersebut.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok pelatihan ini, peserta dapat mempraktikan pelaksanaan
surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat serta pencatatan dan pelaporan kader
kesehatan jiwa sebagai bentuk kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat
(UKJBM).

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 4:
1. Pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
2. Pencatatan dan pelaporan kader kesehatan jiwa dalam UKJBM.
307 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 4:
PRAKTIK PELAKSANAAN SURVEILANS KESEHATAN JIWA
BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN UKJBM
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang Praktik pelaksanaan surveilans kesehatan
jiwa berbasis masyarakat dalam pengembangan UKJBM, tentunya Saudara sudah
memahami
/ mempunyai pengalaman tentang Langkah-langkah kegiatan dari surveilans kesehatan jiwa
berbasis masyarakat, metode dan teknik, hasil serta tindak lanjut yang harus dilakukannya,
silahkan Saudara menyampaikan pendapatnya!
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang Praktik pelaksanaan surveilans
kesehatan jiwa berbasis masyarakat dalam pengembangan UKJBM

1. Tahapan Pelaksanaan Praktik Surveilans Jiwa Berbasis Masyarakat


Tahap 1: Persiapan
Pada kegiatan persiapan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Pembahasan Internal Puskesmas
1) Tujuan
 Adanya kesamaan pemahaman tentang permasalahan gangguan jiwa serta
pentingnya melakukan upaya promotif dan preventif.
 Adanya pemahaman tentang peran puskesmas dalam upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa serta adanya target kinerja yang harus dicapai.
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan surveilans
kesehatan jiwa sebagai langkah awal pengembangan UKBM menjadi UKJBM
 Dilakukannya identifikasi peluang, potensi serta ketersediaan sumberdaya/
anggaran yang dapat dipergunakan untuk mendukung
 Adanya kesepakatan serta dukungan lintas program, terutama petugas
pengelola UKBM, UKS/M serta Petugas Promosi Kesehatan.
 Melakukan identifikasi dan penetapan sasaran kegiatan surveilans kesehatan
jiwa berbasis masyarakat.
 Menyusun rencana kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat,
pada UKBM Potensial, UKS/M, Tatanan Potensial, Kelompok-Kelompok
Potensial yang ada di wilayah kerja puskesmas.

308 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Sasaran
 Lintas Program Puskesmas Kecamatan
 Petugas Kesehatan Puskesmas Kelurahan/ Puskesmas Pembantu (Pustu).
3) Pelaksana
 Petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab: Kepala Puskesmas/ Kepala Bag. Tata Usaha
5) Bentuk kegiatan: pertemuan atau forum komunikasi
6) Materi:
 Gambaran umum permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat / disekolah,
berdasarkan data yang ada.
 Tatalaksana Skrining dan tujuannya.
 Tatalaksana kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang
dilaksanakan di tatanan potensial, UKBM, UKS/M serta Kelompok-Kelompok
Potensial.
 Rencana Pengembangan UKJBM.
7) Hasil yang diperoleh:
 Adanya kesepakatan serta dukungan Lintas Program untuk melaksanakan
kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat di tatanan potensial,
UKBM serta pada Kelompok-Kelompok Potensial.
 Tersusunnya rencana kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat,
pada UKBM Potensial, UKS/M, Tatanan Potensial, Kelompok-Kelompok
Potensial yang ada di wilayah kerja puskesmas.

8) Sarana pendukung:
 Data permasalahan kesehatan jiwa di puskesmas (berdasarkan data rekam
medis pasien, dll).
 Data tentang Tatanan Potensial, Jumlah dan Jenis UKBM, Kegiatan UKS/M di
SLTP dan SLTA serta Kelompok-Kelompok Potensial yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
 Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa
 Buku Pedoman Surveilans Kesehatan Jiwa.

309 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
b. Pembahasan Eksternal Puskesmas
1) Tujuan
 Adanya kesamaan pemahaman tentang permasalahan gangguan jiwa serta
pentingnya melakukan upaya promotif dan preventif.
 Adanya pemahaman tentang peran lintas sector dalam upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa serta adanya target kinerja yang harus dicapai.
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan surveilans
kesehatan jiwa sebagai langkah awal pengembangan UKBM menjadi UKJBM
 Dilakukannya identifikasi peluang, potensi serta ketersediaan sumberdaya/
anggaran yang dapat dipergunakan untuk mendukung
 Adanya kesepakatan serta dukungan lintas sektor, terutama Pengelola UKBM,
Tim Pokjanal Posyandu, Tim Pembina UKS/M serta Tokoh Masyarakat.
 Melakukan identifikasi dan penetapan sasaran kegiatan surveilans kesehatan
jiwa berbasis masyarakat.
 Menyusun rencana kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat,
pada UKBM Potensial, UKS/M, Tatanan Potensial, Kelompok-Kelompok
Potensial yang ada di wilayah kerja puskesmas.
2) Sasaran
 Tim Pembina UKS
 Tim Pokjanal dan Pokja Posyandu
 Pimpinan/ Pengelola Poskestren
 Ketua Kelompok-Kelompok Potensial
 Apindo
 Kepada Desa/Lurah
 Camat
 TP.PKK
 Puskesmas Kelurahan/ Pustu
3) Petugas pelaksana
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab: Kepala Puskesmas
5) Nara sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Organisasi Profesi Keswa

310 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
6) Bentuk kegiatan: Pertemuan/ Workshop
7) Materi:
 Permasalahan Kesehatan Jiwa di Puskesmas, Di Sekolah/Madrasah, Di
Pondok Pesantren, Di Tempat Kerja
 Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat
 Pengembangan UKJBM
8) Hasil yang diperoleh:
 Adanya kesepakatan serta dukungan Lintas Sektor untuk melaksanakan
kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat di tatanan potensial,
UKBM serta pada Kelompok-Kelompok Potensial.
 Tersusunnya rencana kegiatan peningkatan kompetensi petugas surveilans
kesehatan jiwa berbasis masyarakat, pada UKBM Potensial, UKS/M, Tatanan
Potensial, Kelompok-Kelompok Potensial yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
 Diperoleh dukungan dari Camat, Kepala Desa/Lurah, Ketua TP.PKK terkait
dengan pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
9) Sarana pendukung:
 Data permasalahan kesehatan jiwa di puskesmas (berdasarkan data rekam
medis pasien, dll).
 Data tentang Tatanan Potensial, Jumlah dan Jenis UKBM, Kegiatan UKS/M di
SLTP dan SLTA serta Kelompok-Kelompok Potensial yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
 Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa
 Buku Pedoman Surveilans Kesehatan Jiwa.

c. Penyiapan Kompetensi Petugas Pelaksana


1) Tujuan
 Adanya kesamaan pemahaman tentang permasalahan gangguan jiwa serta
pentingnya melakukan upaya promotif dan preventif.
 Adanya kesamaan pemahaman tentang tatalaksana kegiatan surveilans
kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
 Adanya kesamaan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan surveilans
kesehatan jiwa sebagai langkah awal pengembangan UKBM menjadi UKJBM

311 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Ada kesamaan pemahaman serta kejelasan dan kemampuan mempraktikan
cara melakukan skrining sebagai langkah awal pelaksanaan kegiatan
surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat
 Menyusun rencana kegiatan skrining serta melakukan pencatatan kasus/
masalah kesehatan jiwa yang ditemui pada UKBM Potensial, UKS/M, Tatanan
Potensial, Kelompok-Kelompok Potensial yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
2) Sasaran
 Pengelola UKBM terpilih
 Pengelola/ Pelasana UKS/M
 Perwakilan dari Tatanan Potensial
 Perwakilan / Pengurus dari Kelompok-Kelompok Potensial
 Petugas Puskesmas Kelurahan/ Puskesmas Pembantu.
3) Petugas pelaksana
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas
5) Nara sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Organisasi Profesi Keswa
6) Bentuk kegiatan: Orientasi/ Workshop
7) Materi:
 Skrining Kesehatan Jiwa (secara manual maupun digital)
 Surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat
 Pengembangan UKJBM
8) Hasil yang diperoleh:
 Peserta mampu mempraktikan skrining kesehatan jiwa
 Peserta paham tatalaksana pengiriman hasil skrining ke puskesmas, untuk
dilakukan pengolahan, analisa dan intepretasi, sampai menjadi informasi.
 Peserta memahami kegiatan tindak lanjut setelah menerima hasil skrining,
terkait dengan peningkatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
masyarakat 9sesuai tahapan pengembangan UKJBM)
9) Sarana pendukung:
 Pedoman skrining kesehatan jiwa

312 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
d. Penyusunan rencana pelaksanaan skrining (langkah awal surveilans)
1) Tujuan
 Ditetapkannya sasaran skrining kesehatan jiwa, meliputi Tatanan Potensial,
UKBM, Kelompok-Kelompok Potensial Lainnya.
 Diperolehnya kesepakatan tentang tatalaksana dan koordinasi pelaksanaan
skrining kesehatan jiwa pada kelompok sasaran yang telah ditetapkan.
 Ditetapkannya petugas pelaksana skrining, baik dari pihak masyarakat
maupun dari petugas kesehatan.
 Diperolehnya dukungan pengambil keputusan serta gambaran ketersediaan
sumberdaya untuk pelaksanaan skrining kesehatan jiwa yang akan dilakukan.
 Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) skrining kesehatan jiwa
2) Sasaran
 Lintas Program Puskesmas Kecamatan
 Petugas Puskesmas Kelurahan/ Puskesmas Pembantu.
 Pengelola UKBM, Tatanan Potensial, Perwakilan Kelompok-Kelompok
Potensial, dll yang telah mengikuti orientasi/ workshop/ peningkatan
kapasitas.
3) Petugas pelaksana
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab: Kepala Puskesmas
5) Nara sumber: Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Organisasi Profesi Keswa
6) Bentuk kegiatan: Workshop/ Pertemuan
7) Materi:
 RUK Skrining Kesehatan Jiwa yang telah disusun melalui pertemuan
sebelumnya.
 Anggaran serta sumberdaya pelaksanaan skrining kesehatan jiwa
 Tatalaksana kegiatan skrining kesehatan jiwa, beserta tindak lanjutnya.
8) Hasil yang diperoleh:
 Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) skrining kesehatan jiwa, termasuk
jadwal serta ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan (anggaran, aplikasi
skrining, instrument skrining, dll).

313 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Dokumen kesepakatan dari Pihak Sasaran Skrining, menyetujui
diselenggarakannya kegiatan skrining kesehatan jiwa di tempat kerjanya/ di
UKBM, dll
9) Sarana pendukung:
 Instrumen skrining kesehatan jiwa
 Perangkat/ aplikasi google form
 Surat menyurat sesuai ketentuan administrasi.

Tahap 2: Pelaksanaan
a. Pengumpulan data surveilans kesehatan jiwa.
1) Tujuan
 Adanya dukungan pengambil keputusan pihak sasaran dalam pelaksanaan
skrining kesehatan jiwa yang dilakukan.
 Penyiapan lapangan dalam pelaksanaan skrining kesehatan jiwa.
 Terlaksananya skrining kesehatan jiwa sebagai bentuk pengumpulan data
dalam kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
 Diperolehnya data masalah kesehatan jiwa dari pihak sasaran, dari hasil
pencatatan yang telah ada.
2) Sasaran
 UKBM terpilih (Posyandu, Posbindu PTM-Lansia, Posyandu Remaja,
Poskestren, dll) sesuai sasaran yang telah ditetapkan.
 Tatanan Potensial (Sekolah, Tempat Kerja Pemerintah maupun Swasta, dll
 Kelompok-Kelompok Potensial (baik yang dibina UKBM maupun Kelompok-
Kelompok Masyarakat: Kelompok Arisan RT, Kelompok Majelis Taklim,
Kelompok Remaja Masjid, Kelompok Karang Taruna, Kelompok Senam, dll).
3) Petugas pelaksana
 Pengelola UKBM terpilih
 Pengelola/ Pelasana UKS/M
 Perwakilan dari Tatanan Potensial
 Perwakilan / Pengurus dari Kelompok-Kelompok Potensial
 Petugas Lintas Program Puskesmas Kecamatan-Kelurahan/ Puskesmas
Pembantu yang telah mengikuti orientasi

314 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4) Penanggung Jawab:
 Kepala Puskesmas dan
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
5) Bentuk kegiatan
KIE Kesehatan Jiwa dan Pengisian Instrumen Skrining Keswa.
6) Materi:
 Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa
 Skrining Kesehatan Jiwa
7) Hasil yang diperoleh:
 Data kesehatan jiwa sasaran (hasil pengisian instrument skrining)
 Informasi/ data permasalahan kesehatan jiwa, dari hasil pencatatan yang
dilakukan oleh pihak sasaran.
8) Sarana pendukung:
 Soft-ware kompilasi data sasaran skrining (manual/ digital)
 Media KIE/ bahan informasi/ bahan presentasi kesehatan jiwa.

b. Pengolahan Data, Analisa dan Interpretasi


1) Tujuan
 Dilakukan kompilasi, pengolahan dan analisa data hasil skrining kesehatan jiwa
 Dilakukan interpretasi terhadap hasil analisa data skrining, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
 Diperolehnya informasi hasil interpretasi permasalahan kesehatan jiwa baik
dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif sebagai hasil skrining yang
akurat/siap untuk dipergunakan menyusun kegiatan intervensi kesehatan jiwa
selanjutnya.
2) Sasaran
 Data hasil skrining pada sasaran yang telah ditetapkan: di UKBM, tatanan
potensial, kelompok-kelompok potensial, dll
 Data hasil pencatatan permasalahan kesehatan jiwa yang diperoleh dari
sasaran skrining.

315 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3) Petugas pelaksana
Petugas Puskesmas Kecamatan/ Kelurahan/Pustu.
4) Penanggung Jawab
 Kepala Puskesmas Kecamatan
 Petugas Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas.
5) Bentuk kegiatan
Kompilasi, Pengolahan, Analisa dan Interpretasi data hasil skrining kesehatan
jiwa, secara manual atau digital sesuai ketentuan yang berlaku.
6) Materi:
 Data hasil skrining pada sasaran yang telah ditetapkan: di UKBM, tatanan
potensial, kelompok-kelompok potensial, dll
 Data hasil pencatatan permasalahan kesehatan jiwa yang diperoleh dari
sasaran skrining.
7) Hasil yang diperoleh:
 Diperolehnya informasi tentang permasalahan kesehatan/ gangguan jiwa yang
di kelompok sasaran skrining, baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif
yang akurat/siap untuk dipergunakan menyusun kegiatan intervensi kesehatan
jiwa selanjutnya.
8) Sarana pendukung:
Soft-ware kompilasi dan pengolahan data skrining (manual/ digital)

c. Diseminasi Informasi
Kegiatan ini, merupakan tindak lanjut dari analisa dan interpretasi data skrining/
surveilans kesehatan jiwa pada sasaran terpilih, yaitu adanya informasi tentang
permasalahan /gangguan jiwa yang ada di unit sasaran. Berdasarkan ketentuan,
informasi tersebut disampaikan kepada setiap unit sasaran, untuk dilakukan upaya/
intervensi lanjutan dalam bentuk upaya promotif-preventif kesehatan jiwa.

1) Tujuan
 Setiap unit sasaran mendapatkan informasi yang akurat, tentang permasalahan
kesehatan jiwa/ gangguan kejiwaan yang akurat, baik dalam bentuk kuantitatif
maupun kulitatif.

316 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Setiap unit sasaran memperoleh informasi tentang besarnya masalah kesehatan
jiwa/ gangguan jiwa yang ada di unit kerjanya.
 Sebagai bahan advokasi agar mendapat dukungan kebijakan serta sumberdaya
untuk melakukan upaya mengatasi permasalahan kesehatan jiwa yang ada.
2) Sasaran
 Pengelola UKBM terpilih
 Pengelola/ Pelasana UKS/M
 Perwakilan dari Tatanan Potensial
 Perwakilan / Pengurus dari Kelompok-Kelompok Potensial
 Puskesmas Kelurahan/ Pustu
3) Petugas pelaksana
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab: Kepala Puskesmas
5) Bentuk kegiatan
 Pertemuan/ Workshop
6) Materi:
Informasi hasil skrining/ surveilans kesehatan jiwa yang dilakukan Puskesmas
7) Hasil yang diperoleh:
 Informasi tentang besaran permasalahan kesehatan jiwa di setiap unis sasaran
skrining.
8) Sarana pendukung:
 Dokumen Hasil Skrining/ Surveilans Kesehatan Jiwa, setiap unit sasaran.

Tahap 3: Intervervensi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa, Dalam Mengatasi


Permasalahan Kesehatan Jiwa yang ada di Masyarakat, Melalui Upaya Pengembangan
UKJBM
1. Persiapan dan Pelaksanaan SMD Kesehatan Jiwa
a. Identifikasi masalah kesehatan jiwa berdasarkan data hasil surveilans (skrining)
1) Tujuan
 Diperolehnya gambaran tentang permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat/
unit sasaran sebagai hasil skrining/ surveilans kesehatan jiwa.

317 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Diperolehnya gambaran tentang permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat/
unit sasaran, berdasarkan hasil pencatatan atau rekam medik pasien jiwa di
puskesmas.
2) Sasaran
 Pengelola UKBM terpilih
 Pengelola/ Pelasana UKS/M
 Perwakilan dari Tatanan Potensial
 Perwakilan / Pengurus dari Kelompok-Kelompok Potensial
 Puskesmas Kelurahan/ Pustu
 Camat/ Kepala Desa/ Lurah.
3) Petugas pelaksana
 Petugas Keswa Puskesmas
 Petugas Pengelola Posyandu dan UKS/M
 Petugas Promosi Kesehatan
4) Penanggung Jawab: Kepala Puskesmas
5) Bentuk kegiatan
 Pertemuan advokasi
 Forum diskusi interaktif
6) Materi:
 Permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat/ unit sasaran sebagai hasil
skrining/ surveilans kesehatan jiwa.
 Permasalahan kesehatan jiwa di masyarakat/ unit sasaran, berdasarkan hasil
pencatatan atau rekam medik pasien jiwa di puskesmas.
7) Hasil yang diperoleh:
 Diperolehnya gambaran tentang permasalahan kesehatan jiwa di
masyarakat/ unit sasaran, yang akurat.
 Adanya dukungan penentu kebijakan/ pengambil keputusan untuk
melakukan upaya intervensi kesehatan jiwa selanjutnya.
 Adanya awareness mitra / unit sasaran tentang besaran permasalahan
kesehatan jiwa di unit kerjanya.
 Terbangunnya sikap kepedulian dan peran serta mitra untuk mendukung
kegiatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa selanjutnya.

318 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
8) Sarana pendukung:
 Bahan penyajian sesuai materi tersbut diatas
 Media KIE Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.

b. Penetapan prioritas masalah kesehatan jiwa


Sebagai tindak lanjut kegiatan identifikasi permasalahan kesehatan jiwa yang ada di
setiap unit kerja (sasaran potensial), pihak puskesmas melakukan fasilitasi untuk
melakukan intervensi mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada. Apabila pihak unit
kerja (sasaran potensial) tersebut, mempunyai keterbatasan sumberdaya, maka bisa
dilakukan penetapan prioritas masalah yang akan dilakukan intervensi. Misalnya di
Posyandu Melati, Desa Sukaraja telah berhasil dilakukan skrining kesehatan jiwa pada
sasaran Posyandu yaitu ibu hamil, ibu nifas, ibu balita, dan lansia. Selanjutnya,
berdasarkan intepretasi hasil skrining yang dilakukan puskesmas, disampaikan tentang
adanya gambaran masalah kejiwaan yang dialami oleh sasaran tersebut, meliputi:
 Pada ibu hamil: hampir 50% mengalami masalah kejiwaan.
 Pada ibu nifas: lebih dari 50%, mengalami masalah kejiwaan.
 Pada ibu balita: kurang dari 40% yang mengalami masalah kejiwaan.
 Pada lansia: sebagian besar mengalami masalah kejiwaan.
Disamping adanya informasi tentang masalah kejiwaan dari hasil skrining, pengelola
posyandu juga mempunyai cacatan tentang masalah kejiwaan yang dikeluhkan oleh
keluarga binaan pada saat melakukan layanan kesehatan, yaitu:
 Ibu hamil banyak yang mengalami stress, sering merasa sedih dan dihinggapi
rasa takut saat menghadapi proses persalinan.
 Ibu nifas banyak yang mengalami stress, kelelahan, mengalami gangguan tidur.
 Ibu balita banyak yang mengalami stress dan penurunan energi/ kelelahan.
 Lansia banyak yang mengalami stress, sedih, tidak nafsu makan dan suasana
hati yang merasa bahwa hidupnya menjadi beban anak/ keluarganya.

1) Tujuan
Ditetapkannya masalah prioritas gangguan jiwa yang akan diintervensi lebih lanjut.
2) Sasaran
Posyandu Melati sebagai UKBM serta Kelompok-Kelompok Potensial yang telah
melaksanakan skrining / surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.

319 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3) Petugas pelaksana
 Kader Kesehatan/ Kader Posyandu/ TP.PKK
 Petugas Pengelola Posyandu
 Didampingi oleh petugas Puskesmas Kecamatan/ Kelurahan/ Pustu (sebagai
Fasilitator)
4) Penanggung Jawab
 Petugas Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas
 Petugas Pengelola Promosi Kesehatan.
5) Bentuk kegiatan
Pertemuan Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.
6) Materi:
Metode / cara melakukan penetapan prioritas masalah dengan sistem skoring.
 Langkah pertama adalah menetapkan parameter, misalnya berdasarkan:
a) Besarnya masalah (prevalence)
b) Berat ringannya (severity)
c) Keinginan masyarakat (degree of unmeet need)
d) Kemudahan untuk diatasi (easy to overcome/ feasible)

Adapula yang menetapkan parameter berdasarkan :


a) Tingkat urgensinya (Urgent), yakni apakah masalah kesehatan
tersebut penting untuk segeradiatasi.
b) Keseriusannya (Serious), yakni apakah masalah tersebut cukup parah
c) Potensi perkembangannya (Growth), yakni apakah
masalah tersebut akan seger menjadibesar dan/ atau
menjalar.
d) Kemudahan mengatasinya (Fisible), yakni apakah masalah tersebut
mudah diatasi.

 Langkah ke dua adalah menetapkan nilai skoring, misalnya 1-5; masing-


masing parameter diberi nilai 1-5 berdasarkan skala likert (5= sangat besar,
4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil) dan nilai total tersebut diperoleh
dari rumus: T= U+S+G+FPemberian skoring untuk satu masalah merupakan
perbandingan dengan masalah lainya, contoh: untuk tingkat urgency-nya (U)
masalah A dibanding masalah B dan dibanding masalah C. Sehingga tidak
ada nilai yang
320 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
sama dalam pemberian skoring untuk masalah A= 5; B= 3; C=2 dilihat dari
urgency-nya demikian untuk pemberian scoring untuk tingkat S, G dan F.

 Langkah ke tiga adalah melakukan penetapan masalah prioritas dengan sistem


skoring, yaitu:

Format Penetapan Prioritas Masalah Penyelenggaraan Posyandu

No Masalah Nilai U Nilai Nilai G Nilai F Nilai Prioritas


. S Total
1 Keswa Ibu hamil 3 3 3 4 13 III
2 Keswa Ibu nifas 5 4 5 2 16 II
3 Keswa Ibu balita 4 5 4 5 18 I
4 Keswa Lansia 2 2 2 3 9 IV

Dari hasil skoring tersebut, maka dapat diketaui prioritas masalah yang akan
diatasi.

7) Hasil yang diperoleh:


Ditetapkannya masalah kesehatan jiwa yang menjadi prioritas akan dilakukan
intervensi yaitu:
 Prioritas masalah pertama adalah kesehatan jiwa pada ibu balita.
 Prioritas masalah ke dua adalah kesehatan jiwa pada ibu nifas.
8) Sarana pendukung:
 Permasalahan kesehatan jiwa hasil skrining dan cacatan lain yang ada
dan akurat.
 Format untuk melakukan penetapan masalah prioritas.

c. Identifikasi faktor risiko/ penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas dan


pembuatan instrument SMD
1) Tujuan
 Diketahui faktor risiko / faktor penyebab masalah jiwa pada ibu balita/
ibu nifas.

321 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Tersusunnya instrument SMD
2) Sasaran
UKBM, Tatanan serta Kelompok-Kelompok Potensial yang telah melaksanakan
skrining / surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
3) Petugas pelaksana
 Kader Kesehatan/ Kader Posyandu/ TP.PKK
 Petugas Pengelola Posyandu
 Didampingi oleh petugas Puskesmas Kecamatan/ Kelurahan/ Pustu (sebagai
Fasilitator)
4) Penanggung Jawab
 Petugas Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas
 Petugas Pengelola Promosi Kesehatan.
5) Bentuk kegiatan
Pertemuan Persiapan SMD – Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa.
6) Materi
Melakukan identifikasi faktor risiko/ penyebab terjadinya gangguan jiwa pada
ibu balita (menurut pemahaman masyarakat) dalam kegiatan ini petugas kesehatan
sebagai fasilitator yang mengarahkan proses diskusi ke arah jalan yang benar dan
partisipatif. Hasil identifikasi faktor risiko/ penyebab gangguan jiwa tersebut,
dipergunakan sebagai instrumen SMD (baik SMD yang kuantitatif maupun
kualitatif).
Contoh instrument SMD kesehatan jiwa bagi ibu balita:

No Faktor Risiko/ Penyebab Jawaban Responden Total


Gangguan Jiwa Pada Ibu Balita (Ibu Balita/IB)
IB 1 IB2 IB 3 IB 4
1. Perilaku
- Perilaku suami yang negatif Ya Ya Ya Ya 4
- Perilaku mertua/ anggota Ya Tidak Ya Ya 3
keluarga lainnya
- Perilaku Pengasuh Tidak Ya Tidak Tidak 1
- Lainnya Tidak Tidak Tidak Tidak 0

322 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Non-Perilaku
- Fisik/ Status Kesehatan Fisik Y Ya tidak Ya 3
- Keuangan a tidak Ya Ya 3
- Pelayanan kesehatan Ya tidak Tidak Tidak 0
- Rumah sempit dan kontrak Tidak ya ya Tidak 3
ya
3 Lainnya:..................(berdasarkan
hasil observasi)

7) Hasil yang diperoleh


 Diperolehnya instrument SMD Kesehatan Jiwa yang ditujukan bagi ibu balita.
Demikian juga untuk ibu nifas bisa dibuat seperti tersebut diatas.
 Petugas pengumpul data SMD Kesehatan Jiwa dapat melakukan pengisian
jawaban responden.
8) Sarana pendukung
Papan dan kertas flipchart

2. Penggerakan dan Pengorganisasian Pengumpulan Data/ Informasi -SMD Keswa


1) Tujuan
 Adanya kesepakatan melakukan pengumpulan data SMD Kesehatan Jiwa
 Ditetapkannya responden pelaksanaan SMD Kesehatan Jiwa
 Ada kejelasan tugas kader/petugas terpilih dalam melakukan kegiatan
pengumpulan data, dengan mengguanakan instrument yang telah ditetapkan,
pada sejumlah dan lokasi tempat melakukan wawancara/FGD.
 Terlaksananya pengumpulan data SMD Kesehatan Jiwa, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif.
2) Sasaran
 Ibu yang punya anak balita yang ada di wilayah kerja posyandu
 Tokoh masyarakat/ tokoh agama yang ada di wilayah kerja posyandu tersebut
3) Petugas pelaksana pengumpul data SMD
 Kader Kesehatan/ Kader Posyandu/ PKK
 Masyarakat / Wakil dari Anggota Kelompok Potensial
4) Penanggung Jawab
 Kepala Puskesmas beserta

323 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Petugas Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas
 Petugas Pengelola Promosi Kesehatan.
5) Bentuk kegiatan
 Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan melalui wawancara
 Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan melalui diskusi kelompok/
focus group discussion (FGD)
6) Materi:
 Instrumen SDM
 Metode dan teknik pengumpulan data, baik wawancara maupun FGD
7) Hasil yang diperoleh
Diperolehnya informasi tentang faktor risiko/ penyebab terjadinya masalah
gangguan jiwa pada ibu balita.
8) Sarana pendukung:
 Denah lokasi responden
 Lokasi untk melakukan FGD
 Surat tugas (bila perlu)

3. Kompilasi/Pengolahan dan Analisa Data Sederhana


1) Tujuan
Diketahuinya faktor risiko/penyebab utama gangguan jiwa yang dialami oleh ibu
yang punya anak balita.
2) Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan
 Petugas pengumpul data SMD:
o Kader Kesehatan/Kader Posyandu
o Masyarakat / Wakil dari Anggota Kelompok Potensial
 Fasilitator:
o Petugas kesehatan jiwa puskesmas
o Petugas promosi kesehatan puskesmas
o Petugas kesehatan Pustu
3) Mekanisme kegiatan
 Data SMD yang Kuantitatif
o Format kompilasi data di tempelkan di papan tulis atau ditayangkan bila
menggunakan LCD.

324 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
o Setiap petugas pengumpul data menyampaikan hasil rekapitulasinya
o Data SMD yang sudah terkumpul semua, kemudian dijumlah, termasuk
yang bentuk narasi tentang hasil observasi juga dikompilasi.
o Dibuat kesimpulan.
 Data SMD yang Kualitatif
Informasi yang diperoleh dari hasil DKT/ FGD yang dilakukan oleh beberapa
petugas pengumpul data, juga dikompilasi, kemudian disimpulkan.
4) Bentuk kegiatan
Pertemuan pengolahan dan analisa data SMD Kesehatan Jiwa
5) Materi
 Data SMD Kesehatan Jiwa, Kuantitatif dan Kualitatif
 Format kompilasi data SMD kuantitatif dan kualitatif
6) Hasil yang diperoleh
Rekapitulasi data SMD baik yang kuantitatif maupuan kualitatif tentang faktor
risiko/ penyebab utama gangguan jiwa yang dialami oleh ibu yang punya anak
balita. Data tersebut menjadi dasar/ landasan untuk melakukan identifikasi upaya
mengatasi masalah dan penyusunan rencana usulan kegiatan intervensinya.
7) Sarana Pendukung
Format kompilasi data hasil SMD (baik kuantitatif maupun kualitatif)

Tahap 4: Penyusunan dan Pembahasan Rencana Usulan Kegiatan


1) Tujuan
 Dilakukan identifikasi upaya mengatasi masalah/ pokok-pokok kegiatan upaya
kesehatan promotif-preventif kesehatan jiwa di Posyandu (UKJBM).
 Dilakukan identifikasi sumberdaya yang mendukung upaya mengatasi
masalah kesehatan jiwa tersebut.
 Dilakukannya identifikasi mitra potensial (Pokja/Pokjanal Posyandu) yang
bisa memberikan dukungan sumberdaya dalam pelaksanaan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa di Posyandu Melati.
2) Pelaksana
 Kader Kesehatan/Kader Posyandu/TP.PKK
 Masyarakat / Wakil dari Anggota Kelompok Potensial
 Tokoh Masyarakat/ Ketua RW/RT

325 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Pokja/ Tim Pokjanal Posyandu
 Fasilitator:
o Petugas kesehatan jiwa puskesmas
o Petugas promosi kesehatan puskesmas
o Petugas kesehatan Pustu
3) Penanggung jawab kegiatan
 Kepala Puskesmas
 Tim Pokja/Pokjanal Posyandu
4) Mekanisme kegiatan
 Pertemuan / Workshop yang diselenggarakan di Kantor RW/Desa/Kelurahan
 Pertemuan dibuka oleh Kepala Desa/Lurah dilanjutkan sambutan dari
Puskesmas.
 Petugas puskesmas bertindak sebagai fasilitator, memimpin penyusunan RUK
melalui diskusi kelompok. Peserta pertemuan dibagi menjadi 3 kelompok:
o Kelompok 1: Melakukan identifikasi upaya mengatasi faktor risiko/
penyebab gangguan jiwa ibu balita dari segi perilaku
o Kelompok 2: Melakukan identifikasi upaya mengatasi faktor risiko/
penyebab gangguan jiwa ibu balita dari segi non-perilaku
o Kelompok 3: Melakukan identifikasi upaya mengatasi faktor risiko/
penyebab gangguan jiwa ibu balita dari segi faktor menyebab lainnya
o Semua kelompok juga mendiskusikan sumberdaya / anggaran/ dana yang
bisa dipergunakan.
Selanjutnya, setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya kemudin di rekap
menjadi bahan untuk dibahas dalam pertemuan Musyawarah Masyarakat
Desa/Kelurahan.
5) Bentuk kegiatan
Pertemuan penyusunan usulan kegiatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
posyandu Melati.
6) Materi
 Rekapitulasi data hasil SMD Kesehatan Jiwa, baik data kuantitatif, maupun
kualitatif.
 Pedoman diskusi penyusunan RUK

326 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Format Identifikasi Upaya Mengatasi Masalah dan Kegiatan Pokok Upaya
Promotif Preventif Kesehatan Jiwa Di Posyandu Melati.

No. Masalah Prioritas Penyebab Masalah Upaya Mengatasi Kegiatan Pokok


Masalah

 Format RUK Upaya Promotif Preventif Kesehatan Jiwa Di Posyandu Melati.

N Jenis Tujua Sasara Pj Pelaksa Kebutuhan Ket


o. Kegiata n n na yang Sumberdaya
n terlibat
1 2 3 4 5 6 7 8

7) Hasil yang diperoleh


Tersusunnya RUK Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa Posyandu Melati.

Tahap 5: Pembahasan RUK Pada Pertemuan MMD (Musyawarah Masyarakat


Desa/Kelurahan)
Pertemuan ini merupakan pertemuan advokasi untuk memperoleh dukungan
sumberdaya untuk pelaksanaan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di Posyandu.
1) Tujuan
 Meningkatkan pemahaman tentang pengaruh ibu yang mengalami gangguan
jiwa, terhadap tumbuh kembang kesehatan anak (baik secara fisik mapun
mental anak) dalam mendukung terwujudnya Desa/Kelurahan Peduli
Kesehatan/ Desa-Kelurahan Sehat Sejahtera (sesuai amanat SDG’s).
 Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya melakukan upaya promotif-
preventif kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa pada sasaran /
keluarga binaan posyandu (pengembangan UKJBM).

327 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Diperolehnya komitmen serta dukungan sumberdaya yang dibutuhkan agar
kegiatan yang berkaitan dengan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bisa
berjalan dengan baik serta berdaya dan berhasilguna.
2) Sasaran / Peserta Pertemuan
 Kepala Desa/ Lurah
 Bidang BPMD, Kesra, Staf Desa/Lurah lainnya
 Pokja Posyandu
 TP.PKK
 Pengelola Posyandu
 Kepala Puskesmas
 Petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas.
 Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas
 Petugas Pustu, dll
 Tokoh Masyarakat
 Kader Posyandu
3) Penanggung jawab kegiatan
 Pihak Desa/Kelurahan
 Kepala Puskesmas (selaku Wakil Ketua Tim Pokjanal Posyandu Kecamatan)
4) Mekanisme kegiatan: sesuai standar MMD
5) Bentuk kegiatan: pertemuan MMD
6) Materi
 Pengaruh gangguan jiwa, terhadap peningkatan tumbuh kembang kesehatan
anak (baik secara fisik mapun mental anak) dalam mendukung terwujudnya
Desa/Kelurahan Peduli Kesehatan/ Desa-Kelurahan Sehat Sejahtera
(sesuai amanat SDG’s).
 Upaya promotif-preventif kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa
pada sasaran / keluarga binaan posyandu (pengembangan UKJBM).
 Permasalahan dan RUK Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa serta
 Dukungan sumberdaya yang dibutuhkan agar kegiatan yang berkaitan dengan
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bisa berjalan dengan baik serta
berdaya dan berhasilguna.
 Kesepakatan dukungan sumberdaya untuk kegiatan promotif-preventif
kesehatan jiwa bagi Keluarga Binaan Posyandu.

328 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
7) Hasil yang diperoleh
Diperolehnya sesepakatan dukungan sumberdaya untuk kegiatan promotif-
preventif kesehatan jiwa bagi Keluarga Binaan Posyandu.
8) Sarana Pendukung
 Hasil SMD Kesehatan Jiwa
 RUK Upaya Promotif Preventif Kesehatan Jiwa
 Media Advokasi/ Fact-sheet Kesehatan Jiwa pada Ibu Nifas dan Ibu Balita.

Tahap 6: Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan apabila sudah ada kejelasan ketersediaan sumberdaya/ dana untuk
pelaksanaan kegiatan sesuai RUK.
1) Tujuan
 Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa bagi keluarga binaan Posyandu Melati, mengacu pada jenis
kegiatan RUK yang telah mendapat persetujuan/dukungan
sumberdaya/dana/anggaran.
 Adanya kesepakatan tentang pengorganisasian pelaksanaan kegiatan upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa bagi keluarga binaan Posyandu Melati
(dalam bentuk sekse/ pokja, dll)
2) Sasaran
 Pengelola dan kader Posyandu
 TP.PKK
 Pokja Posyandu
 Petugas Puskesmas/ Pustu
 Mitra potensial
3) Pelaksana
 Pokja Posyandu Desa/Kelurahan
 Petugas Puskesmas/Pustu
4) Penanggung jawab kegiatan
 Puskesmas/ selaku Wk Ketua Pokjanal Posyandu Kecamatan dan
 Pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas
 Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas.

329 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
5) Mekanisme kegiatan
 Pembahasan RUK menjadi RPK upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bagi
keluarga binaan Posyandu Melati
 Pengorganisasian kegiatan (pembentukan seksi/pokja/Pj Kegiatan, dll)
 Penetapan jadwal kegiatan serta pemenuhan persyaratan administrasi.
6) Bentuk kegiatan
Pertemuan/rapat kerja/mini lokakarya
7) Materi
 RUK upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bagi keluarga binaan Posyandu
Melati
 Alokasi sumberdaya/ dana/ anggaran yang tersedia
 Pengorganisasian pelaksanaan kegiatan termasuk penetapan jadwal kegiatan
dan ketentuan persyaratan administrasi.
8) Hasil yang diperoleh
 Tersusunnya RPK upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bagi keluarga
binaan Posyandu Melati, mencakup ketersediaan sumberdaya/ dana/ anggaran
, jadwal serta adanya kejelasan siap mengerjakan apa (pengorganisasian
kegiatan)
 Adanya kejelasan tentang ketentuan persyaratan administrasi dalam
melaksanakan kegiatan.
9) Sarana Pendukung
Matrik/ format RPK upaya promotif-preventif kesehatan jiwa bagi keluarga
binaan Posyandu Melati

Setiap Pokja menyusun RPK, dengan menggunakan matrik berikut ini:

No Jenis Tuju Sasar P Pelaksana Kebutu Waktu


. Kegiatan an an j yang han pelaksanaa
terlibat Sumber n
dana
1 2 3 4 5 6 7 8

330 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Tahap 7: Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana RPK yang telah disusun
dan sudah jelas ada dukungan anggaran, apabila ada kekeliruan atau ada jenis kegiatan
yang diubah, bisa dilakukan revisi/ refocusing kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan promotif-preventif di Posyandu (terutama pada ibu balita),
dilaksanakan setelah hari buka posyandu, bisa melalui pendekatan individu, maupun
kelompok. Kegiatan dilaksanakan oleh petugas puskesmas/ pustu bersama dengan kader
posyandu/ TP.PKK, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, petugas kesehatan, beserta anggota Pokja Posyandu
perlu melakukan pendampingan, bimbingan teknis terutama yang terkait dengan intervensi
pelayanan kesehatan jiwa, baik dalam bentuk edukasi, komunikasi interpersonal dan
konseling, maupun kegiatan inovatif lainnya.
Selaras dengan kegiatan pendampingan, juga dilakukan kegiatan pemantauan dan
pembinaan. Kegiatan pemantauan harus dilakukan untuk melihat apakah kegiatan promotif-
preventif kesehatan jiwa, baik yang dilakukan oleh Kader, Mitra/ Petugas dari Jejaring
kesehatan Jiwa, maupun Tokoh Masyarakat, petugas Puskesmas/ Pustu sudah sesuai dengan
yang direncanakan dan tidak ada permasalahan.
Kegiatan pemantauan dan pembinaan ini, juga merupakan supervisi/ pengawasan dan
pengendalian yang dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program/
posyandu/puskesmas terhadap indikator input dan proses.
a) Tujuan pemantauan dan pembinaan adalah:
Secara umum tujuan pemantauan dan pembinaan adalah untuk mengetahui
proses pelaksanaan kegiatan kesehatan jiwa yang sudah direncanakan, apakah ada
permasalahan, atau terjadi penyimpangan, sehingga dapat segera diatasi (terutama
yang terkait dengan pelayanan edukasi, KIP-K, rujukan pasien gangguan jiwa, dan
lain-lain).
Selanjutnya, secara khusus tujuan pemantauan dan pembinaan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa yang relatif masih baru dilaksanakan melalui
UKBM/Posyandu, perlu dilakukan pemantauan dalam bentuk pendampingan atau
asistensi, pada saat:
 Melakukan pemberdayaan keluarga dalam mengatasi masalah gangguan jiwa.

331 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Memberikan pelayanan kesehatan jiwa, bukan saja pada ibu balita tetapi juga
pada anggota yang lain yang menjadi faktor penyebab terjadinya masalah.
 Penggunaan media KIE Kesehatan Jiwa
 Melakukan proses mengatasi stigma dan diskriminasi terkait dengan masalah
kesehatan jiwa yang ada dalam keluarga maupun masyarakat.
 Melibatkan peran tokoh masyarakat serta mitra potensial lainnya dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
 Melakukan pencatatan dan dokumentasi setiap jenis kegiatan promotif
maupun preventif yang sudah dilaksanakan.
 Melakukan proses pengembangan UKBM menjadi UKJBM melalui beberapa
tahapan penyelenggaraan kegiatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
secara terintegrasi/ terkoordinasi.
 Melakukan upaya pencegahan / mengatasi konflik atau masalah lainnya
selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

b) Cara/metode pelaksanaan pemantauan dan pembinaan


 Melakukan pendampingan pada beberapa kegiatan terpilih.
 Melakuan peninjauan lapangan
 Melihat hasil pencatatan dan dokumentasi kegiatan.
 Menyelenggarakan pertemuan pembahasan kegiatan yang sedang berjalan.
 Membuka forum konsultasi, baik secara langsug maupuan melalui medsos,
dan lain-lain.

332 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
c) Parameter Instrumen Pemantauan-Pembinaan Upaya Promotif-Preventif
Keswa Di Posyandu (Pengembangan UKJBM).

No. Parameter Pelaksanaan Keterangan /


Ya/tidak Ada permasalahan
dokumen yang ditemukan

1 Tahap persiapan
 Sosialisasi pentingnya upaya
promotif-preventif keswa
 Persiapan skrining

2 Surveilans Keswa Berbasis


Masyarakat
 Pengambilan data dari kegiatan
skrining
 Pengambilan data dari
pencatatan masalah keswa di
posyandu
3. Kompilasi, pengolahan, analisa
dan interpretasi data dilakukan
oleh petugas puskesmas
4. Menindaklanjuti hasil skrining
 Identifikasi masalah keswa
(berdasarkan data skrining dan
catatan masalah keswa yang
ada di posyandu)
 Penetapan prioritas masalah
 Melaksanakan SMD
 Identifikasi upaya mengatasi
masalah kesehatan jiwa
(berdasarkan data hasil SMD)
 Identifikasi kegiatan pokok
upaya prom-prev keswa
 Penyusunan RUK
 Pembahasan RUK melalui
Musyawarah Masyarakat
Desa/Kelurahan (MMD/K)
 Pembahasan dan penyusunan
RPK
5 Dukungan dana dan sumberdaya
lainnya :
APBDes
Puskesmas
TP.PKK

333 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Dinas Kesehatan Kab/Kota
Lainnya:

6 Pelaksanaan kegiatan
 KIE Kesehatan Jiwa
 Komunikasi Interpersonal
 Pembuatan Media KIE
 Rujukan
 Intensifikasi Forum Konsultasi
7 Pendampingan / pembinaan oleh:
 Petugas Puskesmas/ Pustu
 TP.PKK
 Lintas Sektor/ Pokja Posyandu
Desa/Kelurahan
 Pokjanal Posyanal Kecamatan.
 Dinas Kesehatan Kab/Kota
 Pihak lainnya:………

d) Petugas yang melaksanakan pemantauan dan pembinaan:


 Petugas Puskesmas/ Pustu
 Tim Pokja posyandu- TP.PKK

e) Waktu pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pembinaan: selama proses


kegiatan berlangsung.

Tahap 8: Penilaian, Pengembangan dan Pelestarian.


Penilaian atau evaluasi adalah suatu proses untuk melihat nilai atau besarnya keberhasilan
yang dicapai melalui berbagai aktifitas intervensi, dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan.
Adapun tujuan dari upaya promotif-preventif kesehatan jiwa, melalui pengembangan
UKJBM, adalah:
1. Meningkatnya peran puskesmas dalam melakukan upaya promotif-preventif
2. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan skrining kesehatan jiwa
3. Meningkatnya jumlah individu yang akses dalam skrining kesehatan jiwa
4. Meningkatnya peranserta pengelola UKBM, serta Tatanan Potensial, kelompok-
Kelompok Potensial dalam Upaya Promotif Preventif Kesehatan Jiwa
5. Dikembangkannya UKJBM yang terintegrasi dengan UKBM/ kegiatan Tatanan-
/kelompok-kelompok potensial

334 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
6. Meningkatnya kegiatan intervensi mengatasi masalah kesehatan jiwa baik di institusi
kesehatan maupun di masyarakat.
7. Meningkatnya dukungan kebijakan serta sumberdaya/anggaran/dana untuk
pengembangan UKJBM atau kegiatan promotif-preventif kesehatan jiwa.
8. Meningkatnya jumlah berbagai jenis UKBM menjadi UKJBM
9. Meningkatnya jumlah Tatanan dan Kelompok Potensial yang berperan aktif dalam
penyelenggaraan kegiatan promotif-preventif kesehatan jiwa.

a) Tujuan
Untuk mengetahui nilai atau besarnya keberhasilan yang dicapai melalui berbagai
aktifitas intervensi, dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan tersebut diatas.
Faktor apa saja yang menjadi kunci keberhasilan? Bila ada kegagalan, faktor apa
yang menyebabkannya.
b) Pelaksana
 Petugas Puskesmas
 Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
 Tim Lintas Sektor Tk Kecamatan
c) Penanggung jawab kegiatan: Kepala Puskesmas/ staf yang ditujuk/ditugaskan
d) Mekanisme kegiatan
 Pertemuan persiapan
 Penyusunan instrument
 Standarisasi
 Penyusunan rencana kegiatan dan jadwal
 Pelaksanaan
 Pembuatan laporan
 Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
e) Bentuk kegiatan
 Melakukan telaah laporan
 Peninjauan lapangan
f) Materi: mengacu pada proses pengembangan UKJBM dan tujuan kegiatan
promotif-preventif kesehatan jiwa.
g) Hasil yang diperoleh

335 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Diperolehnya informasi tentang peningkatan cakupan skrining kesehatan jiwa ,
peran serta masyarakat dalam penyelengaraan kegiatan promotif-preventif
kesehatan jiwa serta peningkatan cakupan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang akses dalam pelayanan kesehatan jiwa (terkait dalam upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa).
h) Sarana Pendukung
Instrumen Penilaian yang manual/ digital

2. Pencatatan dan Pelaporan Kader Kesehatan Jiwa dalam UKJBM


a. Pencatatan
1) Pengertian dan ruang lingkup
Pencatatan adalah kegiatan pendokumentasian kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan. Pencatatan kegiatan di UKBM/
Posyandu dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan
dilakukan dengan menggunakan format baku sesuai dengan program kesehatan,
Sistim Informasi Posyandu (SIP) atau Sistim Informasi Manajemen (SIM) yakni
(ada tujuh buku register pencatatan kegiatan Posyandu):
a. Buku register kelahiran dan kematian bayi, ibu hamil, ibu melahirkan, dan ibu
nifas.
b. Buku register Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS).
c. Buku register bayi dan balita yang mencatat jumlah seluruh bayi dan balita di
wilayah Posyandu.
d. Buku catatan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan oleh Posyandu.
e. Buku catatan kegiatan usaha apabila Posyandu menyelenggarakan kegiatan
usaha.
f. Buku pengelolaan keuangan.
g. Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan Posyandu
yang bersangkutan.
Dari masing-masing buku register tersebut, mempunyai peluang untuk
ditambahkan catatan tentang kegiatan promotif-preventif kesehatan jiwa. Peluang
lainnya, pencatatan pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan kegiatan
Posyandu dapat dimasukan dalam buku catatan lain-lain (yaitu buku register ke
tujuh)

336 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SIP adalah Tatanan dari berbagai komponen kegiatan posyandu yang
menghasilkan data dan informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh
kembang anak dan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan
program, pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan
partisipasi masyarakat.
Salah satu kegiatan posyandu adalah melakukan kegiatan surveilans kesehatan
berbasis masyarakat, diantaranya adalah surveilans kesehatan ibu dan anak melalui
kegiatan Posyandu. Surveilans kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh kader
Posyandu dengan melakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan instrumen
Sistem Informasi Posyandu (SIP). Informasi yang dihasilkan SIP antara lain hasil
timbang, status gizi anak, imunisasi, tingkat risiko ibu hamil, imunisasi TT, daftar
ibu dan anak yang hidup dan mati, serta presensi petugas pada saat layanan
Posyandu. Melalui kegiatan ini, pelaksanaan surveilans kesehatan jiwa berbasis
masyarakat juga bisa diintegrasikan.
2) Tujuan
a. Mencatat dan mendokumentasikan kegiatan jiwa yang dilaksanakan Posyandu
b. Mengetahui kondisi status kesehatan jiwa ibu hamil, bayi anak balita, ibu nifas,
ibu balita, remaja, PUS/WUS dan lansia
c. Mengetahui permasalahan kesehatan jiwa yang dialami oleh sasaran Posyandu,
meliputi kesehatan fisik, jiwa, lingkungan, dll
d. Sebagai dasar untuk mengembangkan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
yang terintegrasi.

b. Pelaporan
Pada dasarnya Posyandu / UKBM tidak mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya. Bila
Puskesmas atau sektor terkait membutuhkan data tertulis yang terkait dengan pelbagai
kegiatan Posyandu, Puskesmas atau sektor terkait tersebut harus mengambilnya
langsung ke Posyandu. Untuk itu setiap Puskesmas harus menunjuk petugas yang
bertanggungjawab untuk pengambilan data hasil kegiatan Posyandu.
Demikian juga dalam pengembangan UKJBM, Puskesmas yang aktif mengambil
hasil pencatatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang dilakukan oleh
Posyandu atau UKBM lainnya.

337 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU

Tentang Praktik Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat Dalam


Pengembangan UKJBM, meliputi:

Tahapan pelaksanaan praktik surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat

1. Tahap Persiapan:
 Pembahasan internal Puskesmas
 Pembahasan eksternal Puskesmas
 Penyiapan kompetensi petugas pelaksana
 Penyusunan rencana pelaksanaan skrining (sebagai Langkah awal kegiatan surveilans)
2. Tahap: Pelaksanaan
 Pengumpulan data surveilans kesehatan jiwa
 Pengolahan data, Analisis dan Interpretasi
 Desiminasi Informasi hasil skrining
3. Tahap Intervervensi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa, Dalam Mengatasi
Permasalahan Kesehatan Jiwa yang ada di Masyarakat, Melalui Upaya Pengembangan
UKJBM
 Persiapan dan Pelaksanaan SMD Kesehatan Jiwa
a. Identifikasi masalah kesehatan jiwa berdasarkan data hasil surveilans (skrining)
b. Penetapan prioritas masalah kesehatan jiwa
c. Identifikasi faktor risiko/ penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas dan
pembuatan instrument SMD
 Penggerakan dan Pengorganisasian Pengumpulan Data/ Informasi -SMD Keswa
 Kompilasi /Pengolahan dan Analisa Data Sederhana
4. Tahap Penyusunan dan Pembahasan Rencana Usulan Kegiatan
5. Tahap Pembahasan RUK Pada Pertemuan MMD (Musyawarah Masyarakat
Desa/kelurahan)
6. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
7. Tahap pelaksanaan Kegiatan
8. Tahap Penilaian, pengembangan dan Pelestarian
9. Pencatatan dan Pelpaoran kader Kesehatan Jiwa dalam UKJBM

338 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Lampiran I:

LEMBAR PENUGASAN A : MATERI TOT INTI 4


Pemberdayaan Keluarga, Kelompok dan Masyarakat Dalam Upaya Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Topik : Pemberdayaan Keluarga Dalam Menerapkan Pola Asuh Kesehatan Jiwa

Pengantar:
Keluarga adalah unit lingkungan kehidupan sosial yang terkecil di masyarakat, yang
mempunyai interaksi yang kuat dantara sesama anggota keluarga dalam pembentukan nilai-
nilai, pola pikir, kebudayaan, kestabilan mental dan emosional, melalui pola asuh / asih-
asah- asuh yang sehat dan berkualitas. Pola asuh dalam keluarga memegang peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa, pada setiap
anggota keluarga tersebut. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dimulai
dari pemberdayaan keluarga dalam menerapkan pola asuh yang sehat/benar.
Penugasan mendiskusikan tentang Pemberdayaan Keluarga dalam Menerapkan Pola
Asuh yang sehat/ benar, pada keluarga Bapak Adi dan Ibu Rini:

1. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok .


2. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk mengkritisi materi
tentang pola asuh dalam upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang telah ada di materi
Modul TOT ini, meliputi:
 Prinsip dasar pengasuhan
 Kesalahan – kesalahan pengasuhan
 Tahap Perkembangan anak dan proses pengembangan karakter
 Lima pilar pengasuhan
 Komunikasi suami istri
3. Adapun penugasan setiap kelompok, adalah sebagai berikut:
 Kelompok A: melakukan diskusi kelompok mengkritisi materi tentang Prinsip dasar
pengasuhan dan Kesalahan – kesalahan pengasuhan
 Kelompok B: melakukan diskusi kelompok mengkritisi materi tentang Tahap
Perkembangan anak dan proses pengembangan karakter.

339 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
 Kelompok C: melakukan diskusi kelompok mengkritisi materi tentang Lima pilar
pengasuhan.
 Kelompok D: melakukan diskusi kelompok mengkritisi materi tentang Komunikasi
suami istri.
4. Waktu diskusi kelompok : 20 menit
5. Setiap kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya, selama 10 menit untuk
setiap kelompok.
6. Pada akhir diskusi, Fasilitator akan menyampaikan tanggapan dan kesimpulan.

Selamat berdiskusi

340 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Lampiran II :

PEDOMAN BERMAIN PERAN I : MATERI TOT INTI 4


Pemberdayaan Keluarga, Kelompok dan Masyarakat Dalam Upaya Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa


Bersumberdaya Masyarakat (UKBJM) Yang Terintegrasi Dengan
Program Pengembangan Desa Peduli Kesehatan

Pengantar :

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang


menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan urusan pemerintahan wajib bagi
pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan). Selanjutnya,
Permenkes No 13 Th. 2022 tentang Renstra Kemenkes 2020-2024, menetapkan bahwa pada
periode 2020-2024 ini, pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk mencapai tujuan strategis
pembangunan kesehatan yaitu pembudayaan masyarakat hidup sehat. Adapun arah
pemberdayaan masyarakat tetap mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 8 Tahun
2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan yang menetapkan bahwa
kesehatan jiwa merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat (Pasal 4) yang
dilaksanakan dengan mengutamakan pendekatan promotif dan preventif.
Ada beberapa tahapan dalam penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat yaitu
(Permenkes No 8 Th. 2019, Ps.8): a. pengenalan kondisi desa/kelurahan; b. survei mawas
diri;
c. musyawarah di desa/kelurahan; d. perencanaan partisipatif; e. pelaksanaan kegiatan; dan f.
pembinaan kelestarian.
Surveilans Kesehatan Berbasis Masyarakat merupakan bentuk kegiatan
pengenalan kondisi permasalahan kesehatan yang ada di desa/kelurahan yang dilakukan
masyarakat melalui kegiatan surveilans secara aktif maupuan pasif, juga berdasarkan data
hasil pemantauan, pencatatan dan pelaporan. Dari hasil kegiatan surveilans tersebut,
masyarakat akan mengetahui beberapa masalah kesehatan prioritas yang akan dilakukan
upaya pemecahannya, melalui tahap berikutnya yaitu SMD (Survei Mawas Diri). Tujuan dari
SMD adalah memberdayakan atau meningkatkan peran serta masyarakat untuk mencari
atau
341 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
menemu-kenali, penyebab atau faktor risiko terjadinya masalah kesehatan prioritas tersebut,
meliputi faktor perilaku dan non perilaku.
Dari hasil SMD akan diperoleh faktor risiko atau penyebab masalah kesehatan /
kesehatan jiwa prioritas selanjutnya, dibahas upaya mengatasinya. Upaya mengatasi
penyebab masalah kesehatan prioritas tersebut, kemudian dibahas dalam pertemuan MMD
(Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan) agar dapat masuk dalam program yang mendapat
dukungan anggaran dana desa/kelurahan/sumberdana lainnya. Proses ini merupakan
pemberdayaan masyarakat yang menerapkan pendekatan edukatif dan partisipatori dalam
pengembangan perencanaan yang tertuang dalam Permenkes No. 8 Tahun 2019, Ps. 1.
Penyusunan perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan jiwa di
puskesmas tentunya juga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 Tahun 2016
tentang Manajemen Puskesmas, yang menetapkan proses penyusunan rencana usulan
kegiatan dengan mengakomodir hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilakukan oleh
masyarakat, kemudian dibahas dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)/
Kelurahan (MMD) atau Murenbang Desa/Kelurahan. Selanjutnya, dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas, dinyatakan bahwa salah satu
fungsi puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada keluarga, kelompok dan masyarakat dengan mempertimbangkan
faktor biologis, psikologis, sosial budaya dan spiritual; melakukan KIE dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan; menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan pimpinan wilayah dan sektor lain terkait; serta menyusun perencanaan
kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan
yang diperlukan.
Pemberdayaan kesehatan jiwa di masyarakat saat ini, juga dapat dilakukan secara
terintegrasi dengan pengembangan Desa Peduli Kesehatan yang saat ini menjadi salah satu
program prioritas di Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjadi
babak baru terhadap pengakuan dan penghormatan atas Desa sebagai kesatuan pemerintahan
terkecil yang berprakarsa, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (Permendesa No. 21
Tahun 2020) melakukan penajaman kebijakan perencanaan pembangunan Desa melalui
refocusing arah Pembangunan Desa pada Pengembangan Desa Peduli Kesehatan.
Pengembangan Desa Peduli Kesehatan merupakan representative ikhtiar dari
pemerintah dan masyarakat desa untuk menempatkan isu kesehatan masyarakat sebagai arah
dan prioritas utama dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan di Desa melalui
RPJMDesa, RKPDesa dan APBDesa. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan dengan
342 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
meningkatkan kapasitas Pemerintah Desa, BPD, LKD termasuk para pendamping Desa,
pendamping lokal desa agar perencanaan pembangunan di desa tidak hanya tentang
pekerjaan pembangunan fisik saja tetapi juga memberi ruang pendanaan dalam
urusan pemberdayaan.
Peraturan Menteri Desa-PDT No. 8 Tahun 2022 tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa Tahun 2023, menyatakan bahwa pengembangan Desa Peduli Kesehatan
menuju Desa Sehat Sejahtera, Aman dan Nyaman menjadi salah satu program
pemberdayaan yang menjadi prioritas dalam pembangunan masyarakat desa.

Kegiatan bermain peran MI 4 : Melakukan Survelians Kesehatan Jiwa Berbasis


Masyarakat, SMD dan MMD dalam Pengembangan UKJBM Di Desa Sukaraja.
A. Bermain Peran melakukan Survelians Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di
Desa Sukaraja
1. Peserta berada dalam 4 (empat) kelompok
2. Kelompok A: bermain peran sebagai kader posyandu dan kader PKK yang melakukan
kegiatan Surveilance Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat.
3. Kelompok B: bertindak sebagai masyarakat RW 01.
4. Kelompok C : bertindak sebagai masyarakat RW 02.
5. Kelompok D: bertindak sebagai notulen, pengamat dan
komentator. Pelaksanaan bermain peran :
1. Kelompok A bermain peran melaksanakan pemantauan serta pencatatan tentang
masalah kejiwaan yang ada di Desa Sukaraja terutama di RW 01 dan 02, bersama
dengan petugas kesehatan melakukan kompilasi hasil skrining kesehatan jiwa yang
dilakukan kader posyandu pada ibu hamil dan lansia.
2. Kelompok B dan C: bermain peran menyampaikan permasalahan kesehatan jiwa yang
ada di wilayahnya, yang perlu mendapatkan perhatian untuk diatasi.
3. Kelompok D tetap bertindak sebagai notulen, pengamat dan komentator.
Hasil permainan ini adalah ditemukannya beberapa masalah kesehatan jiwa yang ada di
Desa Sukaraja yang harus mendapat perhatian untuk diatasi, misalnya : meningkatnya
jumlah orang yang stres karena PHK/masalah ekonomi, emosional akibat sakit fisik,
meningkatnya kenakalan remaja, miras dll.
4. Setelah selesai Kelompok A, B dan C melaksanakan bermain peran maka Kelompok
D menyampaikan komentar/ tanggapan.

343 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
5. Kegiatan bermain peran diakhiri dengan pemberian ulasan dan simpulan oleh
Fasilitator.
6. Waktu: kegiatan bermain peran 45 menit (persiapan 10 menit; proses bermain peran
25 menit; komentar/ tanggapan: 5 menit, ulasan dan simpulan: 5 menit).

B. Bermain Peran melakukan Survei Mawas Diri (SMD) Kesehatan Jiwa di Desa
Sukaraja
1. Peserta berada dalam 4 (empat) kelompok
2. Kelompok A: bertindak sebagai kader posyandu dan tokoh masyarakat RW 01 .
3. Kelompok B: bermain peran sebagai petugas puksesmas yang menjadi fasilitator
dalam persiapan kegiatan SMD Kesehatan Jiwa di Desa Sukaraja .
4. Kelompok C : bertindak sebagai kader posyandu dan tokoh masyarakat RW 02 .
5. Kelompok D: bertindak sebagai notulen, pengamat dan
komentator. Pelaksanaan bermain peran :
1. Kelompok B: melakukan peran sebagai petugas puskesmas/ fasilitator yang
memimpin kegiatan persiapan SMD dengan menyampaikan beberapa masalah
kesehatan jiwa prioritas, hasil surveillance kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
Selanjutnya, meminta Wakil kelompok A untuk memimpin pertemuan untuk
menetapkan satu masalah Kesehatan jiwa yang menjadi prioritas melalui metode
skoring (USGF). Hasilnya ada satu masalah prioritas yang akan di atasi.
2. Fasilitator / Petugas Puskesmas meminta wakil kelompok C untuk memimpin
melakukan identifikasi faktor risiko/penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas
meliputi : penyebab perilaku dan non perilaku / faktor risiko. Selanjutnya, kelompok
C menetapkan hasil identifikasi penyebab masalah tersebut menjadi instrument/
kuesioner SMD. Sekaligus memimpin pelaksanaan kegiatan SMD (dengan
menugaskan semua peserta mengisi instrumen SMD), dan menjelaskan cara
melakukan rekapitulasi hasil SMD.
3. Kelompok D tetap bertindak sebagai notulen, pengamat dan komentator.
Hasil permainan ini adalah ditemukannya beberapa penyebab masalah kesehatan jiwa
prioritas yang ada di Desa Sukaraja yang akan dilakukan upaya untuk mengatasinya.
4. Setelah selesai Kelompok A, B dan C melaksanakan bermain peran maka Kelompok
D menyampaikan komentar/ tanggapan.
5. Kegiatan bermain peran diakhiri dengan pemberian ulasan dan simpulan oleh
Fasilitator.
344 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Waktu: kegiatan bermain peran 45 menit (persiapan 10 menit; proses bermain peran 25
menit; komentar/ tanggapan: 5 menit, ulasan dan simpulan : 5 menit).

C. Bermain Peran melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di Desa Sukaraja


1. Peserta berada dalam 4 (empat) kelompok
2. Kelompok A: bertindak sebagai MC, notulen, pengamat dan komentator.
3. Kelompok B: bertindak Petugas Puskesmas sebagai Fasilitator/ Katalisator dalam
MMD
4. Kelompok C: bertindak sebagai wakil kader posyandu dan tokoh masyarakat RW 01
dan 02 .
5. Kelompok D: bermain peran sebagai Kepala Desa, BPD, LPMD dan Staf
Desa/Kelurahan.
Pelaksanaan bermain peran:
6. Kelompok A: Menyampaikan Salam Pembukaan MMD (membaca susunan acara dst
menjadi MC Pertemuan MMD)
7. Kelompok D: membuka pertemuan MMD di Desa Sukaraja
8. Kelompok B: menyampaikan permasalahan kesehatan jiwa Di Desa Sukaraja yang
perlu diatasi serta mendapat dukungan dan menjadi salah satu program prioritas di
Desa Sukaraja.
9. Kelompok D: menyampaikan respon positif dan menyepakati beberapa program
kesehatan jiwa yang akan dimasukan dalam APBDes.
10. Kelompok B dan C, mengucapkan terima kasih dan akan menyusun RUK yang
disampaikan pada pertemuan selanjutnya.
11. Kelompok A: menyampaikan hasil notulen, dan menjadi MC menutup MMD.
Hasil permainan ini adalah adanya kesepakatan Kades dan Tim Desa memberikan
dukungan anggaran atau memasukan program kesehatan jiwa sebagai salah satu program
prioritas di Desa Sukaraja.
12. Kegiatan bermain peran diakhiri dengan pemberian ulasan dan simpulan oleh
Fasilitator.
Waktu: kegiatan bermain peran 45 menit (persiapan 10 menit; proses bermain peran 25
menit; komentar/ tanggapan: 5 menit, ulasan dan simpulan : 5 menit).

345 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
PEDOMAN BERMAIN PERAN II: MATERI TOT INTI 4
Pemberdayaan Keluarga, Kelompok dan Masyarakat Dalam Upaya Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas

Dalam melakukan Manajemen Stres / Relaksasi.

Penugasan:

1. Peserta berada dalam 4 (empat) kelompok


2. Kelompok A: bertindak sebagai Kader Posyandu.
3. Kelompok B: bertindak Petugas Puskesmas yang mendampingi Kader Posyandju
4. Kelompok C: bertindak sebagai ibu hamil primi yang takut membayangkan persalinan,
sehingga mengalami gangguan tidur.
5. Kelompok D: bertindak sebagai Lansia yang stress karena sebagai penderita hipertensi
dan rematik yang merasakan badan sakit semua. Sedangkan, anaknya tidak terlalu
memperhatikan karena sibuk bekerja.
Pelaksanaan bermain peran:
6. Kader Posyandu didampingi Petugas Puskesmas, melakukan pemberdayaan pada
kelompok ibu hamil binaan Posyandu Mawar, untuk mengatasi stres melalui metode
relaksasi.
7. Kader Posyandu didampingi Petugas Puskesmas, melakukan kunjungan rumah pada
lansia untuk melakukan pemberdayaan lansia dan keluarganya dalam mengatasi stres
melalui metode relaksasi.
8. Kegiatan bermain peran diakhiri dengan pemberian ulasan dan simpulan oleh Fasilitator.
Waktu: kegiatan bermain peran 45 menit (persiapan 10 menit; proses bermain peran 25 menit;
komentar/ tanggapan: 5 menit, ulasan dan simpulan: 5 menit).

346 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
REFERENSI
 Alifianti A., Probosuseno, Supriyati. Hubungan Spiritualitas dan Religiusitas Dengan
Kualitas Hidup Kelompok Usia Lanjut. Health Promotion and Community Engagement
Journal. 2022. Vol. 1 No. 1 p 33-43
 Glanz 2008. Health Promotion and health Education.
 Laverac G., 2007. Health Promotion practice: Building empowered community
 Laverac & Labonte, 2006.Health promotion in action: From local to Global
empowermnet
 Kemenkes RI, Pedoman Pengelolaan Posyandu, Jakarta, 2011
 Peraturan Pemerintah nomor 87 tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 44 Th. 2016 tentang Manajemen Puskesmas.
 Peraturan Menteri Kesehatan No 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam
Bidang Kesehatan.
 Kusumawati & Supriyati. Social capital and self-efficacy of pregnant women. Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD Vol. 13 No. 2 Th. 2019. P 84-91. DOI:
http://dx.doi.org/10.12928/kesmas.v13i2.12049
 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2015 Tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Panduan Kemitraan Multipihak untuk Pelaksanaan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia, 2019
 Sucipto H., Nurhadi, Supriyati. 2023. Pola pengasuhan balita stunting pada keluarga
pekerja migran Indonesia. Tesis. Universitas Gadjah Mada

347 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
MATA PELATIHAN PENUNJANG
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

348 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
A TENTANG MODUL INI

349 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini membahas tentang pengertian dan ruang lingkup RTL, Langkah-
langkah penyusunan RTL serta penyusunan RTL yang merupakan hasil akhir dari proses
T0T upaya promotif dan preventif kesehatan jiwa. RTL merupakan dokumen rencana
yang memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan setelah peserta ToT kembali ke
tempat tugas masing-masing untuk menerapkan hasil ToT.
Penyusunan RTL ini disesuaikan dengan kondisi, potensi serta sumberdaya yang
dimiliki oleh peserta ToT juga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi pasca ToT. Dengan demikian, penyusunan RTL ini, harus
realistis serta mengakomodir pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh selama
mengikuti ToT Upaya Promotif-Ppreventif Kesehatan Jiwa.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL
2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RTL
3. Menyusun RTL

MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


1. Pengertian dan Ruang Lingkup RTL
2. Langkah-Langkah Penyusunan RTL
3. Penyusunan RTL

350 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
B KEGIATAN BELAJAR

351 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 1:
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP RTL
……………………………………………………………………………………

Pendahuluan
Setelah peserta ToT dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam upaya promotif
peventif kesehatan jiwa, maka sessi akhir dalam pelatihan ini adalah menyusun RTL.
Langkah awal dalam menyusun RTL, peserta ToT perlu memperoleh pemahaman yang baik
tentang pengertian, dan ruang lingkup RTL sehingga dapat merancang RTL yang dapat
digunakan sebagai pedoman kegiatan tindak lanjut pada pasca pelatihan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu:
Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL

Sub Materi Pokok


1. Pengertian RTL
2. Ruang Lingkup RTL

352 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 1:
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP RTL
……………………………………………………………………………………
Setelah Saudara mendapat semua materi ToT upaya promotif preventif kesehatan jiwa,
akhirnya sampailah di materi yang terakhir yaitu Rencana Tindak Lanjut atau RTL.
Rencana Tindak Lanjut adalah rencana kegiatan yang harus dilakukan pada tahap paska
ToT dan dinyatakan dalam satu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Paparan berikut
Saudara akan di jelaskan pengertian dan ruang lingkup RTL. Selamat menyimak!

1. Pengertian RTL
Penyusunan RTL pada dasarnya merupakan proses penetapan jenis kegiatan, tujuan
dan sasaran serta penetapan cara pencapaian tujuan dan strategi kegiatan yang diharapkan
dapat dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan.
RTL merupakan suatu dokumen yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan setibanya peserta ToT ditempat tugas masing-masing. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan setiap peserta ToT (individu atau tim) menyusun kegiatan-kegiatan apa saja
yang akan dilakukan dengan memperhitungkan potensi dan sumberdaya yang ada, setelah
mereka kembali ke tempat tugas dalam rangka mengimplentasikan kemampuan hasil ToT.
Adapun tujuan RTL adalah agar peserta ToT memiliki acuan dalam menindak lanjuti
suatu kegiatan pelatihan yang telah diikuti.

2. Ruang Lingkup RTL


Penyusunan RTL dimaksudkan untuk meaplikasikan teori-teori yang telah diberikan
selama TOT dengan pengalaman peserta ToT. Perpaduan teori dan pengalaman ini
merupakan salah satu metode untuk lebih meningkatkan tingkat pemahaman peserta ToT
akan teori-teori yang telah diberikan selama pelatihan , sehingga tujuan pembelajaran
akan tercapai secara maksimal.
RTL merupakan rencana kerja yang dibuat secara individual atau tim yang mengacu
pada strutur/sistematika RTL yang telah disepakati pada proses pembelajaran.

353 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Oleh karena itu RTL memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terarah
Setiap kegiatan yang dicantumkan dalam RTL hendaknya terarah untuk mencapai
tujuan.
2) Jelas
Isi recana mudah dimengerti dan ada pembagian tugas yang jelas antara orang-
orang yang terlibat didalam masing-masing kegiatan.
3) Fleksibel
Mudah disesuaikan dengan perkembangan situasi. Oleh karena itu RTL
mempunyai kurun waktu relatif singkat.

354 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 2:
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RTL
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Setelah mengikuti mata pelatihan ToT RTL yang disusun akan dapat digunakan sebagai bahan
untuk melakukan monev pada paska ToT , oleh karena peserta harus mampu menyusun RTL
dengan langkah-langkah yang tepat dengan tetap memperhitungkan potensi dan sumberdaya
yang ada.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta ToT mampu:
Menjelaskan langkah-langkah penyusunan RTL.

355 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 2:
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RTL
……………………………………………………………………………………
Setelah dari semua kegiatan yang akan dilaksanakansetelah mengikuti ToT ini Saudara
mendapat materi pengertian dan ruang lingkup RTL, selanjutnya diharapkan Saudara dapat
menjelaskan dengan baik tentang langkah-langkah penyusunan RTL
Paparan berikut Saudara akan di jelaskan langkah-langkah yang perlu Saudara tempuh dalam
penyusunan RTL.

Langkah-langkah Penyusunan RTL


1. Identifikasi dan buat perumusan yang jelas dari semua kegiatan yang akan dilaksanakan
setelah mengikuti ToT ini.
2. Menetapkan ruang lingkup ToT/pelatihan yang akan diselenggarakan,
3. Tentukan tujuan dari masing-masing kegiatan
4. Tentukan sasaran dari masing-masing kegiatan
5. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dan tentukan lokasi yang
akan digunakan dalam melakukan kegiatan,
6. Perkirakan besar dan sumber biaya yang diperlukan pada setiap kegiatan,
7. Tetapkan siapa yang terlibat dalam setiap kegiatan serta siapa penanggung jawabnya,
8. Apabila melakukan ToT kurikulum modul mengacu pada kurikulum modul ToT yang
telah diikuti. Bila langsung melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa Puskesmas
maka kurikulum modul disesuaikan dengan kebutuhan untuk pelatihan bukan pelatihan
pelatih,
9. Menyusun rencana kegiatan penyelenggaraan ToT/pelatihan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di daerahnya masing-masing.

356 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
MATERI POKOK 3:
PENYUSUNAN RTL
……………………………………………………………………………………

357 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pendahuluan
Penyusunan RTL selain mempunyai ciri-ciri terarah, jelas dan fleksibel juga harus mencakup
unsur-unsur: jenis kegiatan, tujuan, sasaran, pelaksana/penanggung jawab, biaya/sumber
dana, waktu dan tempat dan indikator keberhasilan dari masing-masing kegiatan. Dengan
demikian RTL ini akan dapat menjadi bahan monev kegiatan peserta TOT pasca pelatihan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta ToT mampu:
Menyusun RTL.

Sub Materi Pokok 3:


1. Jenis kegiatan,
2. Tujuan,
3. Sasaran,
4. Penanggung Jawab,
5. Pelaksana,
6. Biaya/sumber dana,
7. Waktu dan tempat, dan
8. Indikator keberhasilan

358 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
……………………………………………………………………………………
URAIAN MATERI POKOK 3:
PENYUSUNAN RTL
……………………………………………………………………………………
Setelah Saudara mendapat materi tentang langkah-langkah penyusunan RTL, Sekarang
Saudara dapat menyusun RTL agar dapat menjadi dokumen untuk bahan monev kegiatan
pada pasca ToT.
Paparan berikut Saudara akan menyusun RTL secara individual /Tim yang dapat dengan jelas
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada pasca ToT di masing-masing
tempat tugasnya.
Selamat menyusun RTL!

Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun RTL adalah:


1. Jenis kegiatan: yaitu uraian kegiatan yang akan dilakukan, didapat melalui identifikasi
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan: adalah membuat ketetapan-ketetapanyang ingin dicapai dari setiap
kegiatanyang direncanakan pada butir 1. Penetapan tujuan yang baik adalah dirumuskan
secara konkrit dan terukur.
3. Sasaran: yaitu seseorang atau kelompok tertentu yang menjadi target kegiatan yang
direncanakan.
4. Penanggung Jawab dan Pelaksana: Penanggung Jawab serta pelaksana yang terlibat
dalam setiap jenis kegiatan yaitu personal/tim yang terlibat dalam kegiatan tersebut
mengetahui dan melaksanakan kewajiban.
5. Biaya/sumber dana: Agar RTL dapat dilaksanakanperlu direncanakan anggaran yang
dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. Akan tetapi perencanaan anggaran harus realistis
untuk kegiatan yang benar-benar membutuhkan dana. Pertimbangkan juga kegiatan
yang memerlukan dana tetapi dapat digabung pelaksanaannya dengan kegiatan lain
yang dananya telah tersedia.
6. Waktu dan tempat: Dalam penentuan waktu sebaiknnya menunjukkan kapan suatu
kegiatan dimulai sampai kapan berakhir. Apabila dimungkinkan sudah dilengkapi
dengan tanggal pelaksanaan. Hal ini untuk mempermudah dalam persiapan kegiatan
yang akan dilaksanakan, serta dalam melakkan evaluasi. Sedangkan dalam menentukan
tempat, seyogyanya menunjukkan lokasi atau alamat kegiatan yang dilaksanakan.

359 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
7. Indikator keberhasilan: merupakan bentuk kegiatan/sesuatu yang menjadi tolok ukur
dan keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan.

Saudara dapat menyusun RTL dengan menggunakan matrik berikut.

Format (matrik)
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut ToT
Upaya Promotif-Preventif Kesehatan
Jiwa
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------
Nama:
Jabatan:
Tempat Tugas:

No. Jenis Tujuan Sasaran PJ Pelaksana Biaya/Sumber Waktu Indikator


kegiatan dana Keberhasilan

Dengan berakhirnya pemberian Materi Rencana Tindak Lanjut (RTL) , maka Saudara sudah
selesai mengikuti TOT Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa yang diharapkan
berlanjut menyelenggarakan pelatihan bagi Petugas Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

Matriks yang telah di susun dan diisi oleh Saudara/Tim segera di laporkan dan diserahkan
kepada atasan langsung. RTL ini diharapkan dapat diimplementasikan di daerah tempat tugas
Saudara masing-masing.

SELAMAT BEKERJA DENGAN PENUH CERIA !

360 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)


Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023

Anda mungkin juga menyukai