Modul Tot Keswa
Modul Tot Keswa
PELATIHAN PELATIH
(TRAINING OF TRAINER / TOT)
UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KESEHATAN JIWA
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
MATA PELATIHAN DASAR : KEBIJAKAN KESEHATAN JIWA DALAM TRANSFORMASI
SISTEM KESEHATAN.........................................................................................................................4
Materi Pokok 1: Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa..............................Error! Bookmark not defined.
Materi Pokok 2: Kebijakan Upaya Kesehatan Jiwa........................... Error! Bookmark not defined.2
Materi Pokok 3: Upaya Kesehatan Jiwa Dalam Transformasi Pelayanan Kesehatan Primer Yang
Mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif...............................................................................166
MATA PELATIHAN INTI 1: KONSEP DASAR UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS...........................................................................................222
Materi Pokok 1: Kesehatan Jiwa dan Permasalahannya .................... Error! Bookmark not defined.7
Materi Pokok 2: Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas......................................................36
Materi Pokok 3: Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas......................................................45
LAMPIRAN A..................................................................................................................................54
LAMPIRAN B..................................................................................................................................81
MATA PELATIHAN INTI 2: KOMUNIKASI EFEKTIF DAN KIPK DALAM UPAYA
PROMOTIF DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS....................................86
Materi Pokok 1: Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa Di Puskesmas 9Error!
Bookmark not defined.
Materi Pokok 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam Upaya Preventif
Kesehatan Jiwa di Puskesmas .......................................................... Error! Bookmark not
defined.57
MATA PELATIHAN INTI 3: KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF
DAN PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS.........................................................182
Materi Pokok 1: Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Kemitraan dalam Implementasi Upaya Promotif-
Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas..........................................................................................187
Materi Pokok 2: Identifikasi Jenis dan Dukungan Mitra Potensial Dalam Implementasi Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa Di Puskesmas..........................................................................198
Materi Pokok 3: Penerapan Kemitraan Pada Keluarga, Institusi Pendidikan, Tempat Kerja, dan
Kelompok Potensial Lainnya Dalam Implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa Di
Puskesmas ........................................................................................ Error! Bookmark not
defined.05
MATA PELATIHAN INTI 4: PEMBERDAYAAN KELUARGA, KELOMPOK, DAN
MASYARAKAT DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA DI MASYARAKAT........................23535
Materi Pokok 1: Konsep Dasar Pemberdayaan Keluarga, Kelompok, dan Masyarakat Dalam Upaya
Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa......................................................Error! Bookmark not
defined.
Materi Pokok 2: Pemberdayaan Keluarga Dalam Melakukan Pola Asuh Yang Mendukung
Pertumbuhan dan Perkembangan Kesehatan Jiwa........................... Error! Bookmark not defined.65
Materi Pokok 3: Pemberdayaan Kelompok dan Masyarakat Dalam Pengembangan Upaya
Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM).................................................................281
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu
menjelaskan Kebijakan Kesehatan Jiwa dalam Transformasi Sistem Kesehatan
MATERI POKOK
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang permasalahan kesehatan jiwa dan
kebijakan transformasi kesehatan termasuk pada upaya kesehatan jiwa
Pada tahun 2019, sebelum pandemi diperkirakan 970 juta orang di dunia hidup dengan
gangguan jiwa. Sebanyak 31% mengalami gangguan kecemasan dan 28,9% mengalami
gangguan depresif (WHO, 2022). Selain itu, menurut berbagai perkiraan, 283 juta orang
mengalami gangguan penggunaan alkohol pada tahun 2016 dan 36 juta orang mengalami
gangguan penggunaan NAPZA pada tahun 2019.
Sebanyak 82% penderita gangguan jiwa terdapat di negara dengan tingkat pendapatan
menengah dan rendah, namun terdapat kesenjangan pengobatan yang tinggi yaitu hanya 25%
menerima terapi.
Kesenjangan pengobatan juga terjadi di Indonesia yaitu masih ada 15,1% penderita
skizofrenia yang tidak mendapat pengobatan. Pasien skizofrenia yang rutin berobat pun
masih kurang dari setengah. Pada orang yang terdiagnosis gangguan depresi, juga hanya 9%
yang berobat (Riskesdas, 2018).
Dampak kesehatan terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa dirasakan secara
langsung oleh orang yang mengalami dan orang-orang terdekatnya. Mereka mengalami
penderitaan tidak hanya secara fisik dan psikologis namun juga secara sosial karena masih
ada stigma yang tinggi dan diskriminasi. Gangguan jiwa merupakan penyebab utama tahun
hidup dengan disabilitas (Years Lived with Disabilities – YLDs). Di Indonesia, YLD paling
besar yaitu 13,4% karena gangguan jiwa (Global Disease Burden, 2017).
Konsekuensi dari masalah dan gangguan jiwa juga berdampak luas pada kehidupan
sosial ekonomi yaitu penderitanya kehilangan waktu produktif, memerlukan biaya
pengobatan dan perawatan. Secara ekonomi, kehilangan ini melebihi biaya langsung
perawatan, apalagi bila penderita adalah pencari nafkah utama keluarga. Dapat diduga,
keluarganya terancam mengalami kemiskinan karena selama perawatan, produktivitas
penderita berkurang atau hilang.
Transformasi sistem kesehatan juga mengubah program kesehatan jiwa menjadi lebih
berfokus pada upaya promotif preventif. Adapun tujuan program adalah mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal sesuai siklus kehidupan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Pendahuluan
Puskesmas merupakan layanan kesehatan primer yang memegang peranan penting terjadinya
transformasi Upaya kesehatan jiwa yang mengutamakan Upaya Promotif dan Preventif
melalui pendekatan klaster.
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang upaya kesehatan jiwa dalam
transformasi pelayanan kesehatan primer yang mengutamakan upaya promotif dan preventif,
selamat menyimak.
Upaya kesehatan jiwa di puskesmas meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya promotif preventif tersedia untuk semua orang berupa edukasi, kampanye,
dan skrining/deteksi dini.
Orang dengan masalah kesehatan jiwa dapat menjalani kehidupan yang bermakna di
masyarakat dan mengoptimalkan potensinya.
Upaya kesehatan jiwa terintegrasi dengan kesehatan secara keseluruhan dan
pemanfaatan teknologi informasi.
Upaya promotif
Upaya preventif
Rehabilitasi psikososial dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor antara
lain pemerintah daerah, dinas-dinas terkait (dinas sosial, agama, tenaga kerja dan
lainnya), swasta dan masyarakat.
Rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA dengan melibatkan BNN, dinas sosial, dan
lintas sektor terkait.
Upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan oleh nakes (dokter, perawat, psikolog
klinis) sesuai dengan kompetensinya serta melibatkan keluarga dan masyarakat untuk
kepatuhan pengobatan dan mengurangi stigma
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu
menjelaskan Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
MATERI POKOK
Materi pokok pada mata pelajaran ini adalah:
1) Kesehatan jiwa dan permasalahannya
2) Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
3) Upaya Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 5 JPL yang meliputi 3 JPL teori, 2
JPL Penugasan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa saat ini program di puskesmas berfokus pada sasaran
sesuai siklus hidup sehingga tiap program dapat dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi,
tidak terpisah-pisah.
Berikut ini adalah contoh pelaksanaan kegiatan secara terpadu:
Pelayananan di puskesmas:
pasien ibu hamil yang datang ke puskesmas untuk memeriksakan
kehamilannya, dapat juga diberikan edukasi dan dilakukan skrining kesehatan
jiwa serta informasi tentang gejala dan penularan penyakit tuberkulosis.
Pasien hipertensi yang kontrol diberikan pengobatan dan edukasi serta
skrining kesehatan jiwa
Pelayanan di sekolah/pesantren: kegiatan imunisasi di sekolah dapat disertai dengan
edukasi dan skrining kesehatan jiwa untuk anak/remaja
Menarik bukan penjelasan tentang konsep kesehatan jiwa dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya serta permasalahan kesehatan jiwa berdasar siklus hidup. Materi
berikutnya adalah upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas. Bersiaplah untuk menyimak
materi berikut ini.
c. Peningkatan advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik agar mendukung upaya
kesehatan jiwa. Advokasi dilakukan kepada para penentu kebijakan dan pemangku
kepentingan guna mendapatkan dukungan dalam bentuk kebijakan dan sumber daya yang
diperlukan. Advokasi dilakukan pada tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi dan nasional. Hasil advokasi di setiap jenjang pemerintahan dapat diinformasikan
dan dijadikan bahan advokasi ke jenjang pemerintahan yang lain secara timbal balik.
d. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif
Strategi pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan advokasi dapat dilakukan apabila
terdapat KIE yang efektif tentang kesehatan jiwa pada masyarakat. Pembahasan tentang KIE
yang efektif dilakukan pada Mata Pelajaran Inti 2 pada pelatihan ini.
e. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) kesehatan jiwa
Penyelenggaraan promosi kesehatan harus didukung dengan metode dan media yang
tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal termasuk sumber
daya manusia yang memahami tentang strategi dan intervensinya. Pada pembahasan
sebelumnya diketahui bahwa tenaga profesional kesehatan jiwa sangat terbatas dibandingkan
kebutuhan masyarakat. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang ideal adalah
meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang direkrut, namun kondisi ideal sering kali sulit
dilakukan. Jadi, sumber daya manusia yang bagaimana?
Gambar berikut ini menunjukkan tingkatan pelayanan kesehatan jiwa berdasarkan
jumlah dan frekuensi kebutuhan serta biaya. Terlihat bahwa kebutuhan layanan yang paling
banyak seharusnya adalah manajemen perawatan diri (self care) dan layanan kesehatan jiwa
komunitas informal. Kebutuhan selanjutnya adalah layanan kesehatan jiwa di fasyankes
primer oleh tenaga kesehatan, diikuti oleh layanan psikiatri yang berbasis di rumah sakit
umum dan
39 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
kebutuhan terakhir adalah layanan kesehatan mental spesialis (World Health Organization,
2003).
Menarik bukan penjelasan tentang konsep, strategi dan implementasi upaya promotif
kesehatan jiwa. Materi berikutnya adalah upaya preventif kesehatan jiwa di
puskesmas. Bersiaplah untuk menyimak materi berikut ini.
Intervensi upaya preventif dilakukan untuk 1) mengurangi faktor risiko serta 2) mengatasi
tanda dan gejala masalah kejiwaan (lihat Buku Petunjuk Teknis Pencegahan dan Penanganan
Gangguan Mental Emosional pada lampiran)
1) Mengurangi faktor risiko
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa faktor risiko masalah kejiwaan
meliputi individu, keluarga/komunitas dan struktural. Intervensi upaya preventif dalam
modul ini berfokus mengurangi faktor risiko pada tingkat individu.
i. Faktor risiko biologis/fisik
Faktor risiko biologis/fisik Intervensi preventif mengurangi faktor
risiko
Riwayat kesehatan jiwa keluarga dan Jika ditemukan ada anggota keluarga yang
kerentanan genetik terhadap kondisi mengalami gangguan jiwa, maka segera
gangguan jiwa dilakukan perawatan dan pengobatan
sampai pulih
Edukasi/KIE tentang perilaku hidup sehat,
manajemen stress dan gejala masalah
kejiwaan
Menderita penyakit fisik kronis Pengobatan dan pemantauan secara rutin
(lihat tabel di bawah)
Kelompok khusus: ibu hamil, ibu nifas dan Pemeriksaan kesehatan secara rutin
lansia.
MPI1 Konsep Dasar Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Waktu: 5 JPL (T = 3, P = 2, PL = 0)
Tujuan:
Peserta mampu mengidentifikasi kondisi kesehatan jiwa di masyarakat dan memilih upaya
promotif dan preventif yang sesuai.
Langkah-langkah:
1. Pelatih/Fasilitator membagi peserta menjadi 4 atau 5 kelompok (6-7 orang per
kelompok)
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan kasus yang berbeda dengan tugas:
a) Mengidentifikasi kondisi kesehatan jiwa sasaran berdasarkan kasus
b) Mengidentifikasi faktor protektif dan faktor risiko kesehatan jiwa pada kasus
c) Memilih upaya promotif-preventif yang sesuai untuk tiap sasaran DAN institusi
terkait
d) Tindak lanjut yang akan dilakukan
3. Kelompok mempresentasikan hasil diskusi
4. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi
Skenario kasus
1. Pada sekolah X dengan jumlah siswa 200 orang, setelah dilakukan skrining keswa
dengan SDQ, didapatkan hasil 40 orang borderline, 5 orang abnormal dan selebihnya
skor normal. Sekolah meminta adanya tindak lanjut hasil skrining.
2. Hasil skrining dengan SRQ pada suatu tempat kerja dengan jumlah pekerja 100
orang didapatkan hasil 40% dengan skor di atas 5 dan 5% memiliki kecenderungan
bunuh diri.
3. Hasil skrining dengan SRQ pada lansia di masyarakat (tingkat RW atau
kelurahan), didapatkan hasil 30% mempunyai skor di atas 5 dan 40% skor 3 dan 4
1. Manajemen Stress
2. Bernafas dalam (deep breathing)
3. Hipnotik lima jari
4. Perkembangan manusia (kognitif)
5. Kelekatan – attachment
6. Pola asuh
7. Dampak adiksi internet
8. Pencegahan bunuh diri
9. Self care pada nakes dan pendamping ODGJ
10. Dukungan psikologis awal
11. Permasalahan stigma
Pada dewasa ini seseorang cenderung lebih mudah mengalami stress karena berbagai macam
faktor yang dialami, maka kita perlu mengetahui apa definisi stress adalah pengalaman
emosional yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, kognitif dan perilaku yang
dapat diprediksi, perubahan diarahkan untuk mengubah peristiwa stress atau mengakomodasi
efeknya atau berlebih (Taylor,2016).
Pemicunya disebut stressor yang berasal dari lingkungan rumah, tempat kerja, sekolah, diri
sendiri. Suatu kondisi dapat dipandang sebagai stress yang negatif ketika individu yang
mengalaminya yakin bahwa kemampuan/sumber dayanya tidak cukup untuk mengatasi
kondisi tersebut. Contoh sumber daya:waktu, dana, energi. Reaksi Stress terbagi menjadi dua
ada reaksi fisik antara lain : jentung berdebar debar, keringat berlebihan, otot otot tegang,
sakit kepala, sakit perut, nafsu makan berkurang, sulit tidur dan tidur tidak nyenyak. Reaksi
Psikologis atau perilaku antara lain: cemas, khawatir berlebihan, mudah tersinggung, sulit
untuk memusatkan perhatian/ konsentrasi.
1. Berefek langsung pada fisik antara lain meningkatnya tekanan darah/ aktivitas
hormon, berkurangnya daya imunitas, efek pada fisikberkaitan dengan efek pada
perilaku/ kebiasaan sehat.
2. Berefek pada perilaku sehat antara lain berkurangnya kualitas nutrisi, kurang tidur,
banyak merokok/ alkohol/ obat. Efek pada kebiasaan atau perilaku sehat berkaitan
pada efek fisik, misalnya kurangnya perilaku sehat beresiko menurunkan kondisi fisik
. Perilaku sehat juga berdampak pada pencarian pengobatan . Orang yang sedang
stress cenderung menunda pergi berobat.
3. Berefek pada pencarian pengobatan : Berkurangnya kepatuhan pada pengobatan,
menunda berobat.
Upaya yang bisa dilakukan untuk melakukan penyesuaian diri pada stress, individu terlebih
dahulu perlu mengenali gejala stress dan melakukan upaya penyesuaian diri dengan coping
dan dukungan sosial.
Coping adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi atau mentoleransiatau
meminimalkan stress yang dirasakan melampui kemampuan individu. Coping berasal dari
kata ”cope”+ing.
1. Problem Solving focused coping: Upaya yang konstruktif untuk mengatasi kondisi
yang stressful yang terjadi. Misal stress karena ujian, diatasi dengan belajar.
Kemampuan ini berkembang sejak masa kanak kanak.
2. Emotion focused coping: upaya mengatur emosi / perasaan kita menghadapi situasi
stress. Kemampuan ini berkembang di akhir masa kanak kanak atau awal remaja.
Misal:stres karena ujian diatasi dengan relaksasi. Pengunaannya dapat dilakukan
secara bersamaan atau tergantung dari kondisi stress yang dihadapi. Misal masalah
kesehatan menggunakan emotion focused, masalah pekerjaan / studi menggunakan
problem solvinng.
Cara sehat yang bisa dilakukan untuk santai (dapat juga sebagai emotion focused coping)
yaitu beribadah, jalan kaki, melihat alam, menelpon atau bertemu teman akrab, berolahraga,
menulis buku harian, aromaterapi, memelihara binatang,berekbun, pijat, membaca buku yang
baik dan menyenangkan.
1. Fisik rileks dengan melakukan latihan deep breathing dan latihan relaksasi otot
progresif.
2. Emosi positif dengan menimbulkan emosi positif pada diri sendiri.
3. pikiran positif, berbicara pada diri sendiri tentang hal yang positif(positive self
talk), penghentian pikiran negatif(saat muncul, jangan biarkan berlama-lama
langsung katakan ”stop”).
4. Perilaku positif:perilaku positif dihasilkan dari pikiran positifdan emosi positif,
diwujudkan pada diri sendiri, keluarga, orang laindan lingkungan antara lain dengan
berolah raga, minum air putih.
5. Hubungan sosial yang positif dengan cara meningkatkan ikatan emosi dalam
keluarga dan kelompok; memberi kata kata positif yang jujur, menghindari diskusi
yang mengarah negatif.
6. Spiritual Positif dengan rutin melakukan ibadah, bersyukur dan berdoa
Jika individu sudah merasakan gejala dari dampak psikososial, upaya preventif yg dapat
dilakukan antara lain:
Terlepas dari perkembangan terdapat Pola hubungan orang tua-anak pada masa bayi sangat
menentukan model kepribadian dan hubungan interpersonal di masa dewasa. Pola hubungan
ini adalah sumber daya emosional dan kognitif yang dapat di berikan. Beri anak kesempatan
untuk mengeksplorasi lingkungan dan kehidupan sosial. Hubungan awal ini dimulai ketika
seorang anak lahir di dunia ini, sebenarnya dimulai saat janin berada di dalam kandungan.
Attachment adalah hubungan atau hubungan emosional. Ada kasih sayang antara satu orang
dengan orang lain memiliki arti khusus, hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan
memberikan rasa aman, bahkan jika kita tidak dapat melihat gambar di dalamnya sudut
pandang anak
Kelekatan pada manusia sangat bervariasi dan dapat tampak pada semua anak. Variasi
kelekatan tersebut dalam dua bentuk sebagai berikut :
Signaling Behavior
Efek dari perilaku ini adalah ibu semakin dekat dengan anak. Perilaku ini sebenarnya
diharapkan oleh anak-anak dan meningkatkan keintiman dengan ibu. Kondisi anak dan
dampaknyaTentang perilaku ibu. Berbeda misalnya Ibu akan datang ketika anak menangis
membawa anak tersebut dan ditenangkan oleh sang ibu.
Ada beberapa bentuk perilaku termasuk perilaku Signaling Behavior, antara lain :
Alasan menangis berbeda, dan intensitasnya juga berbeda dan ritme. McCorby mengatakan
ada tiga jenis tangisan, yaitu menangis ketakutan, tangisan kelaparan, dan tangisan penyakit.
Saat ketakutan datang, Saat bayi menarik napas, suaranya keras, dan kemudian ada
keheningan yang lama. Menangis sakit biasanya terjadi tiba-tiba, dan itu terjadi di banyak
anak-anak. Ketika anak merasa lapar, akan ada tangisan kelaparan,. Mulailah dengan tangisan
normal yang berlangsung sekitar 0,6 detik, dan kemudian Keheningan singkat selama sekitar
0,2 detik, suara napas pendek selama 0,1-0,2 detik. Kemudian ada istirahat sejenak.
Tersenyum dan meraba-raba, perilaku ini benar. Perilaku ibu setelah bayi berusia 4 minggu.
perilaku ini muncul saat bayi bangun dan sadar serta merasa senang, yang artinya bayi tidak
penyakit, kelaparan dan kesepian. Reaksi ibu terhadap reaksi anak Respon ibu terhadap
respon anak biasanya tersenyum kembali, berbicara, membelai, menepuk, mengangkat dan
menunjukkan kebahagiaan diantara mereka. Tingkah laku ini disebut maternal loving
behavior dan merupakan salah satu bentuk tingkah laku bertujuan pada anak, Adapun
tujuannya adalah
Gerakan mengangkat lengan, kemampuan bayi angkat tangannya saat ibu di sisinya, bayi
muncul saat dia tua Enam bulan. Anak selalu membaca isyarat ibu dengan mengangkatnya
Biarkan anak mengangkat tangannya. Angkat tangan Hal ini dimaknai oleh ibu sebagai anak
yang ingin diadopsi dan ditanggapi Ambil anak-anak. Sikap ini banyak dimanifestasikan pada
anak-anak yang telah mampu melakukannya
Berusaha menarik perhatian, perilaku ini dapat dilihat sebagai Pernyataan kedekatan
hubungan antara anak dan ibu. Hasil penelitian Shirley Menunjukkan bahwa setengah dari
bayi yang diteliti dipamerkan Pada 32 minggu perilaku ini, bayi lain 34 minggu. Anak-anak
di bawah batas usia ini biasanya selalu Cobalah untuk menarik perhatian sampai mereka puas
mengerti
Approaching behavior
Tingkah laku ini menyebabkan anak mendekat pada ibu, hal ini membuktikan bahwa
seseorang itu mempunyai kecenderungan untuk selalu dekat dengan orang lain.Tingkah laku
ini dinamakan tingkah laku lekat jika bayi hanya menujukan perilaku inipada orang-orang
tertentu dan tidak pada orang lain. Ada beberapa kategori tingkah laku yang termasuk dalam
approaching behavior yaitu:
Mendekat dan mengikuti. Perilaku ini muncul saat bayi berusia delapan bulan, yaitu pada saat
timbulnyakemampuan lokomosi pada bayi. Anak akan berusaha menyesuaikan gerakannya
dengan figur lekat dalam rangka mencari atau mempertahankan kedekatan dengan figur
lekatnya.
Tingkah laku ini berupa gerakan memeluk ibu apabila terjadi kontak yang sangat dekat dan
sangat kuat pada anak yang berusia empat tahun, pada saat tingkah laku lekat memuncak
karena adanya tanda bahaya atau reunion setelah perpisahan singkat
1. Indiscriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia di bawah dua bulan. Bayi
menggunakan tangisan untuk menarik perhatian orang dewasa, menghisap dan
2. Discriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia dua hingga tujuh bulan.
Pada fase ini bayi mulai dapat membedakan objek lekatnya, mengingat orang yang
memberikan perhatian dan menunjukkan pilihannya pada orang tersebut.
3. Spesific Attachment. Terjadi pada anak yang berusia tujuh bulan hingga dua tahun.
Bayi mulai menunjukkan kelekatannya pada figur tertentu. Fase ini merupakan fase
munculnya intensional behavior dan independent locomosib yang bersifat permanen.
Anak untuk pertama kalinya menyatakan protes ketika figure lekat pergi. Anak sudah
tahu orang-orang yang diinginkan dan memilih orang-orang yang sudah dikenal.
Mereka mulai mendekatkan diri pada objek lekat. Anak mulai menggunakan
kemampuan motorik untuk mempengaruhi orang lain.
4. Partnership. Terjadi pada usia dua sampai empat tahun. Memasuki usia dua tahun
anak mulai mengerti bahwa orang lain memiliki perbedaan keinginan dan kebutuhan
yang mulai diperhitungkannya. Kemampuan berbahasa membantu anak bernegosiasi
dengan ibu atau objek lekatnya. Kelekatan membuat anak menjadi lebih matang
dalam hubungan sosial.
Jenis-jenis Kelekatan
Menurut Eavest (2007), terdapat empat model kelekatan pada seseorang, yaitu sebagai
berikut:
Ditunjukkan oleh adanya pandangan positif terhadap diri tetapi berpandangan negatif
terhadap orang lain sehingga dalam interaksinya individu tersebut akan menghindari
keakraban dan menjadi tidak tergantung pada hubungan dengan orang lain. Dengan
demikian, mereka cenderung menghindari hubungan dekat dengan orang lain dan
mempertahankan kebebasan mereka
Ditunjukkan oleh adanya pandangan negatif terhadap diri sendiri dan pandangan negatif
pula terhadap orang lain. Sehingga dalam interaksinya individu tersebut akan merasa cemas
terhadap keakraban dan menghindar secara sosial. Individu ini tidak merasa dicintai dan
yakin bahwa orang lain memberikan penolakan dan tidak dapat dipercaya. Dengan
menghindari hubungan dekat dengan orang lain, maka gaya kelekatan ini memungkinkan
individu untuk melindungi diri dari penolakan orang lain yang sudah diantisipasi.
Manfaat Kelekatan
Menurut Rini (2002), kelekatan memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan mental anak
dan remaja, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan
keyakinan bahwa diri remaja berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian
orang tua yang stabil, membuat remaja belajar percaya pada orang lain.
3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam
hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang
tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dan
kebutuhan untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan.
5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Bentuk kelekatan yang terjalin
mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta perkembangan
psikologis individu.
Menurut Baradja (2005), terdapat beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat
kelekatan pada anak dan remaja, yaitu:
1. Adanya rasa puas seorang anak pada pada pemberian figur lekat. Misalnya ketika
anak membutuhkan sesuatu, maka figur lekatnya mampu untuk memenuhi kebutuhan
itu.
2. Terjadi reaksi atau merespon setiap tingkah laku yang menunjukkan perhatian.
Misalnya seorang anak melakukan tingkah laku untuk mencari perhatian guru, dan
guru bereaksi atau meresponnya, maka anak akan memberikan kelekatannya pada
guru tersebut.
3. Seringnya figur lekat melakukan proses interaksi dengan anak, maka anak akan
memberikan kelekatan padanya. Misalnya, seorang guru yang selalu berinteraksi
dengan anak yang tinggal di asrama pesantren. Semakin sering ia berinteraksi dan
mendengarkan keluhan si anak, maka anak akan memberikan kelekatan padanya.
Selain itu, menurut Moss dkk (2009), beberapa hal yang juga berpengaruh terhadap kelekatan
adalah:
Tabel Cara Mengatasi Tanda Dan Gejala GME (SRQ dan SDQ)
Mata pelatihan ini membahas tentang implementasi komunikasi efektif dan KIP-K
dalam Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa di Puskesmas meliputi konsep
dasar komunikasi efektif, pengembangan strategi komunikasi efektif, serta penerapan
metode dan teknik KIP-K dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas.
Mengacu pada hal tersebut diatas, maka ruang lingkup materi inti II dalam modul
pelatihan bagi pelatih (TOT) ini meliputi: 1) Konsep dasar komunikasi efektif dalam
upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas; 2) Penyusunan dan penerapan strategi
komunikasi efektif upaya promotif kesehatan jiwa di puskesmas; 3) Penerapan Metode
dan Teknik KIP&K dalam upaya preventif kesehatan jiwa di puskesmas.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan pelatih (TOT) mampu melakukan
komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa dan KIP-K dalam upaya
preventif kesehatan jiwa di masyarakat.
Materi Pokok 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling (KIP&K) dalam Upaya Promotif
Kesehatan Jiwa Di Puskesmas.
WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 8 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 4 JPL
Penugasan. 2 JPL Praktik Lapangan
Pengertian, Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup Komunikasi Efektif Dalam Upaya
Promotif Kesehatan Jiwa.
b. Tujuan advokasi
1) Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya melakukan upaya promotif dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat.
2) Meningkatkan pemahaman tentang peran dan tanggung jawabnya dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat secara optimal.
3) Meningkatkan pemahaman tentang adanya permasalahan kesehatan jiwa di
masyarakat yang ada di wilayah kerjanya yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya untuk diatasi.
4) Tertarik/ terdorong untuk menjadikan upaya promotif kesehatan jiwa tersebut
menjadi agenda kegiatan prioritas.
5) Bertindak memberikan dukungan kebijakan maupun sumberdaya untuk
melakukan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerjanya, terutama
mendukung pencapaian indikator kinerja kesehatan jiwa sesuai tugas tanggung
jawab, potensi dan kewenangannya.
c. Sasaran
1) Penentu Kebijakan/ Pengambil Keputusan.
Camat
Kepala Desa/ Lurah
Ketua TP.PKK
Kepala Institusi/ Dinas/ Lintas Sektor terkait
Pimpinan Perusahaan/ Tempat Kerja
Ketua / Pimpinan Pondok Pesantren
Ketua Majelis Tempat Ibadah
d. Pesan Kunci
1) Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
2) Bahwa gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara;
3) Dalam lagu kebangsaaan Indonesia Raya, dinyatakan bahwa yang utama adalah
bangunlah jiwanya, baru kemudian bangunlah badannya. Artinya, kesehatan jiwa
mempengaruhi kesehatan badan/fisik.
4) Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa lebih efektif dan efisien, dibanding
kuratif-rehabilitatif.
5) Gangguan kesehatan fisik pasti disertai dengan gangguan kesehatan jiwa, oleh
sebab itu pelayanan kesehatan jiwa perlu dilakukan secara terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan umum/fisik.
6) Peningkatan kejadian Tawuran, Bullying, Tindak Kekerasan, penggunaan Napza,
tindakan kriminal, dll menunjukan adanya peningkatan Orang Dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK), harus dilakukan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa,
yang diawali dengan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
7) Permasalahan kesehatan jiwa/ODMK mengganggu kenyamanan dan situasi
keamanan lingkungan kehidupan di suatu wilayah.
8) Status kesehatan jiwa masyarakat menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah
pusat dan daerah (Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah serta
Semua Komponen Masyarakat).
9) Pencapaian Target Cakupan Skrining/Deteksi Dini serta Layanan Intervensi
Kesehatan Jiwa, di suatu wilayah kerja tertentu, memerlukan dukungan kebijakan
serta sumberdaya dari pihak pengambil keputusan di wilayah kerja setempat.
“A” frame
3
Mobilisasi
2 4
Strategi Tindakan/ Aksi
6
5
1
Evaluasi
Analisis
Tahap 1: Analisis
Analisis isu atau masalah
o Melakukan identifikasi isu atau besarnya permasalahan kesehatan jiwa yang ada
di wilayah kerja puskesmas, berdasarkan data yang akurat (laporan puskesmas
tentang hasil skrining /deteksi masalah kejiwaan, pencatatan kejadian tindakan
kekerasan/ kriminal / penggunaan Napza/ dari instansi lain yang ada di wilayah
kerja puskesmas).
o Melakukan identifikasi upaya mengatasi permasalahan tersebut, apakah sudah
memadai atau belum.
o Melakukan analisis pentingnya mengatasi permasalahan kesehatan jiwa tersebut
melalui upaya promotif kesehatan jiwa yang lebih efektif dan efisien dibanding
dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Analisis publik
o Melakukan identifikasi instansi/ lintas sektor, unsur organisasi kemasyarakatan,
pihak swasta/ dunia usaha maupun kelompok komponen masyarakat yang
merasakan atau mengalami adanya permasalahan kesehatan jiwa.
Analisis kebijakan
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya kebijakan terkait dengan
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya dukungan sumberdaya untuk
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
o Melakukan identifikasi ada atau tidaknya usulan bentuk kebijakan (Surat
Keputusan/ Surat Edaran, dll) serta dukungan sumberdaya (dana, sarana, tenaga,
dll) guna meningkatkan penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa
masyarakat, di wilayah kerja Puskesmas.
Analisis sumberdaya
o Melakukan identifikasi ada / tidaknya dukungan anggaran atau dana
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa.
o Melakukan identifikasi kebutuhan serta adanya potensi sumberdana yang dapat
dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan upaya promotif kesehatan
jiwa
o Melakukan identifikasi kebutuhan sarana-prasarana untuk penyelenggaraan
upaya promotif kesehatan jiwa.
Tahap 3: Mobilisasi
Melakukan workshop/ temu kerja Tim Advokasi untuk merancang /
mempersiapkan dukungan kebijakan dan sumberdaya agar upaya promotif dan
preventif dapat dilaksanakan di berbagai tatanan potensial.
Menyusun draf kebijakan yang mendukung penyelenggaraan upaya promotif-
preventif kesehatan jiwa, misalnya: Draf Surat Keputusan Tim Promotif-Preventif
Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan dan Tingkat Desa/Kelurahan; Draf Kebijakan
misalnya dalam bentuk surat edaran, dll tentang Penyelenggaraan Upaya Promotif
Kesehatan Jiwa yang ditetapkan oleh Pimpinan Lintas Sektor/ Pimpinan
Perusahaan/ Pimpinan Tempat Kerja/ Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan/
Penanggung Jawab Tembat Ibadah, dll.
Penetapan / penandatangan draf dukungan kebijakan tersebut.
Sosialisasi kebijakan yang telah ditetapkan, untuk dilaksanakan (masih pada tahap
ujicoba).
Tahap 6: Kesinambungan
Melaksanakan kajian sederhana tentang ujicoba penerapan kebijakan dalam
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di tatanan yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
Menyelenggarakan pertemuan untuk membahas rekomendasi hasil evaluasi,
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana tindak lanjut.
Metode dan teknik Tetapkan dan siapkan dengan baik metode dan teknik
advokasi advokasi, terkait dengan penggunaan media advokasi.
Media yang digunakan Tetapkan jenis media yang akan dipergunakan untuk
menempatkan pesan tersebut. Jenis media bisa lebih dari
satu (fact-sheet/ Lembar Fakta, standing banner, giant
banner, video, media komunikasi massa, media social,
dll).
Pembagian peran dan Tetapkan serta rinci secara jelas peran setiap anggota
tanggung jawab dari Tim Tim Advokasi (anggota kelompok) dalam pelaksanaan
Advokasi (Kelompok kegiatan advokasi, misalnya:
Pelatihan) 1. Penanggung jawab kegiatan Advokasi.
2. Penyusun skenario dan rundown kegiatan advokasi.
3. Menjadi MC atau pembawa acara
4. Penerima tamu, yang mempersilahkan tamu
undangan duduk pada tempat yang telah disediakan.
5. Penyiapan bahan presentasi
6. Penyaji materi
7. Moderator
8. Pembaca testimony bila ada
9. Tim yang menjawab pertanyaan/ verifikasi dari
sasaran advokasi
10. Penulis kesepakatan atau hal-hal penting pada papan
flipchart atau komputer.
11. Notulen dan pembaca kesimpulan hasil advokasi.
12. Penyiapan, pemasangan dan pembagian media
(termasuk pemberian lembar fakta kepada
sasaran advokasi)
13. Perlengkapan yang memastikan fungsi sound sistem,
LCD, Laptop, meja, kursi, papan flipchart, konsumsi,
akomodasi,dll
14. Pemantau waktu pelaksanaan advokasi.
15. Dokumentasi kegiatan advokasi.
16. dll
Tetapkan rincian acara Rinci dan tetapkan rincian acara serta alokasi waktu
kegiatan advokasi yang dibutuhkan (rundown), misalnya:
1. Penerimaan tamu
2. Pemutaran radio spot atau filer kesehatan jiwa
3. Ucapan selamat datang serta pembacaan rincian
acara
4. Pembukaan , perkenalan serta penyampaian tujuan
pertemuan
5. Doa
6. Penyajian materi advokasi
7. Pembagian media advokasi kepada peserta
8. Pembacaan testimoni
9. Lobi atau negosiasi
10. Diskusi dan tanya jawab
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Analisa Situasi Kajian data Diperolehnya Camat Lihat diatas Kajian laporan Media advokasi: Laporan Petugas
Masalah Keswa informasi yang akurat Kades/Lurah WPD Meia cetak kegiatan Puskesmas
Upaya yang tentang: Ketua TP.PKK FGD : Fact-sheet, Media sosial dibantu
dilakukan Masalah Keswa. Komite dll Poster, petugas
Kebijakan yang Upaya yang Sekolah/Kepala Standing Lintas
ada dilakukan Sekolah banner, dll Sektor/
Kebijakan yang Kebijakan/ Pimpinan Perusahaan/ Media relawan
diusulkan dukungan yang ada. Tempat Kerja elektronik :
Dukungan Kebijakan/dukungan Pimpinan Pondok video, dll
sumberdaya yang yang diharapkan Pesantren Media
diusulkan Pimpinan presentasi
Innstansi ASN Media sosial
Pimpinan Lapas
Dll yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
2. Pembentukan Identifikasi Diperolehnya Tim PKK Lihat diatas Komunikasi Media Komunikasi Petugas
Tim Advokasi mitra potensial informasi tentang Organisasi langsung : elektronik : tatap muka Puskesmas
Melakukan mitra potensial yang Kemasyarakatan lobi, video, dll Komunikasi
pendekatan mendukung upaya Organisasi Profesi presentasi Media Sosial
kemitraan advokasi keswa. Lintas Sektor dalam presentasi
Pembentukan Adanya kesamaan Tokoh seminar, rapat Media sosial
Tim Advokasi pemahaman Masyarakat kerja, dll
tentang Peduli Keswa Komunikasi
pentingnya upaya tidak langsung
promotif keswa.
Adanya
kesepakatan
memberi dukungan
terhadap kegiatan
advokasi keswa
Adanya kesediaan
menjadi Tim
Advokasi
Modul Pelatihan
106Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
3 Pengembangan Melakukan Adanya penetapan Mendukung kegiatan Tageline Mendukung idem Komunikasi Tim Media
media advokasi identifikasi media beberapa jenis advokasi di : Slogan Komunikasi tatap muka
advokasi keswa media advokasi Kecamatan, Gambar langsung : Komunikasi
yang dibutuhkan Dibuatnya Desa/Kelurahan Kata-kata yang lobi, Sosial
desain media Sekolah mengarah pada presentasi
Mengembangkan advokasi Pondok Pesantren tujuan advokasi dalam
desain media Digandakannya Tempat kerja seminar, rapat
berbagai jenis media LAPAS, dll kerja, dll
advokasi Komunikasi
tidak langsung
4 Pertemuan Pembahasan Adanya kesepakatan Petugas Dukungan Pertemuan Fact-sheet Media Kepala
persiapan kegiatan advokasi tentang : Puskesmas Lintas Lintas Sektor Lintas Sektor/ Media presentasi komunikasi tatap Puskesmas
Tujuan advokasi Sektor menentukan Lokmin muka beserta staf.
Sasaran advokasi Tim Advokasi keberhasilan
Petugas/ Tim advokasi
pelaksana Advokasi keswa
Prosedur Kejelasan
pelaksanaan Agenda
advokasi. kegiatan
Rencana dan Jadwal Advokasi,
pelaksanaan memperjelas
kegiatan advokasi memperlancar
pelaksanaan
kegiatannya.
Modul Pelatihan
107Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
5 Pelasanaan Kegiatan Advokasi Adanya kesamaan Camat Permasalahan Presentasi Lembar Media Kepala
kegiatan melalui pertemuan pemahaman Lintas Sektor Tk. Keswa Diskusi Komitmen komunikasi tatap Puskesmas
advokasi di: tentang Kecamatan Pentingnya Pendekatan muka beserta staf.
Kecamatan pentingnya upaya Ketua TP.PKK Kec Upaya Pribadi: lobi Penandatangan
Desa/Kelurahan promotif dalam preventif- Penggalangan Kesepakatan Media Lintas sector
Sekolah dengan meningkatkan Kepala Sekolah SLTA/ promotif komitmen/ dukungan komunikasi dan tokoh
Komite/Kepala derajat keswa di Sederajat keswa Kesepakatan kebijakan serta sosial. masyarakat
Sekolah SLTA/ masyarakat. Komite Sekolah Dukungan sumberdaya
Madrasah. kebijakan dan Penggunaan dalam
Pondok Adanya komitmen/ Kepala Desa/Lurah dukungan berbagai pelaksanaan
Pesantren, kesepakatan untuk Ketua TP.PKK Desa/ sumberdaya media upaya
Instansi ASN mendukung upaya Kelurahan. dalam advokasi promotif-
Tempat Kerja/ promotif keswa BPD/LKD pencapaian (cetak- preventif keswa
Perusahaan/ dalam mengatasi target elektronik- di wilayah kerja
Pabrik masalah keswa serta Pimpinan Pondok deteksi dini medos) puskesmas.
dll meningkatkan Pesantren dan
cakupan deteksi dini Tokoh Agama intervensi
dan layanan PB. NU layanan keswa Draf kegiatan
intervensi keswa. Pimpinan Tempat Ibadah di tatanan / upaya
(penandatanganan lembaga. promotif-
pemberian Pimpinan Tempat Kerja/ preventif keswa
dukungan). Pabrik di wilayah kerja
puskesmas.
Modul Pelatihan
108Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
6 Melakukan Pertemuan Upaya promotif idem Upaya Promotif- Rapat kerja Dukungan Surat Edaran Kepala
pemantauan Musrenbang keswa masuk dalam Preventif Lokakarya kebijakan atau Surat Puskesmas
dan evaluasi Tingkat Kecamatan/ agenda program Kesehatan Jiwa Wawancara (Surat Edaran, Keputusan beserta staf.
kegiatan Desa/ Kelurahan prioritas, baik di ditetapkan Mendalam Surat
advokasi tingkat kecamatan sebagai program Diskusi Keputusan, dll) Petunjuk Lintas sector
maupun prioritas yang Interaktif Teknis RAN- dan tokoh
Desa/Kelurahan. didukung oleh Rencana Aksi RAB kegiatan masyarakat
Adanya dukungan lintas sector dan dan RAB promotif dan
kebijakan, dana/ diselenggarakan kegiatan dilaksanakan di
anggaran atau di tatanan promotif Keswa tatanan
sumberdaya lainnya potensial yang akan potensial
untuk kegiatan dilaksanakan di
promotif keswa di Semua berbagai Petunjuk
tatanan potensial di instansi/ tatanan Teknis Program
wilayah kerja lembaga/ potensial. Keswa
puskesmas. komponen terintegrasi
Kesehatan Jiwa masyarakat dengan
masuk dalam harus Pengembangan
program mendukung Desa Peduli
Pengembangan upaya promotif Kesehatan
Desa Peduli kesehatan jiwa (SDGs).
Kesehatan di wilayah
kecamatan
sehingga target
kinerja yang
ditetapkan
dapat tercapai.
Modul Pelatihan
109Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komunikasi komunikasi
(Metek Kom)
7 Menyusun Lokakarya atau Peningkatan Pelaksana Kegiatan Program kerja Rapat kerja RAN-RAB Petunjuk Teknis Petugas
kegiatan tindak workshop tentang pelaksanaan kegiatan Promotif di berbagai (RAN-RAB) Wawancara kegiatan yang RAN-RAB Puskesmas
lanjut. Implementasi promotif keswa di tatanan potensial: kegiatan Mendalam/ sedang berjalan bersama
Kebijakan tentang tatanan potensial Sekolah, Ponpes, Tempat promotif keswa Diskusi Dokumentasi Lintas Sektor
Pelaksanaan Upaya (mengacu pada Kerja, Tempat Ibadah, dll di tatanan yang kegiatan
Promotif Keswa Di penerapan kebijakan, ada di wilayah Laporan
Tatanan Potensial penggunaan anggaran kerja kegiatan
yang tersedia, Puskesmas. Dokumentasi
komitmen dari Lintas kegiatan tindak
Sektor) lanjut
Modul Pelatihan
110Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2. Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Kegiatan Sosialisasi dan Kampanye
Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
Pengembangan strategi komunikasi efektif ini diarahkan untuk mendukung upaya
menghilangkan stigma, diskriminasi serta pelanggaran hak asasi ODMK, menciptakan
lingkungan kehidupan sosial masyarakat yang kondusif untuk pertumbuhan dan
perkembangan jiwa yang sehat, penyebarluasan informasi bagi masyarakat mengenai
kesehatan jiwa, pencegahan, skrining/deteksi dini dan penanganan rujukan.
d. Sasaran
1) Sasaran primer adalah: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat umum.
2) Sasaran sekunder/ sebagai pelaksana kegiatan adalah:
a. Lintas sektor, petugas kesehatan, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, TP.PKK, tokoh agama/masyarakat/ kader/ relawan, serta
dunia usaha/ pihak swasta, serta media komunikasi massa yang mempunyai
potensi melakukan sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa
pada sasaran primer.
b) Penetapan sasaran
o Sasaran utama adalah individu, keluarga dan kelompok yang rentan
mengalami masalah kesehatan jiwa (pemberian labelling/ stigma dan
diskriminasi).
o Sasaran potensial pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye kesehatan
jiwa di suatu wilayah tersebut.
o Penetapan sasaran juga dapat dilakukan segementasi berdasarkan lingkungan
demografi, lingkungan sosial budaya, dll
c) Penetapan tujuan
o Meningkatkan literasi kesehatan jiwa di masyarakat
o Mencegah dan mengatasi stigma serta diskriminasi masalah kesehatan jiwa
lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas.
6) Penyusunan rencana dan jadwal kegiatan termasuk penetapan peran dan tanggung
jawab setiap mitra yang terlibat. Penyusunan rencana kegiatan mengacu pada hasil
pengorganisasian, dimana setiap kelompok kerja/ seksi atau mitra, membuat rencana
kegiatan sosialisasi dan kampanye dalam kurun waktu tertentu.
9) Review dan penyempurnaan kegiatan yang tertuang dalam penyusunan rencana tindak
lanjut.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan kampanye masalah kesehatan jiwa di
masyarakat dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan, melalui beberapa
skala/periode waktu tertentu, demikian pula dengan kegiatan pemantauan dan
evaluasi. Hasil pemantauan dan penilaian tersebut, dipergunakan sebagai dasar untuk
menyusun rencana kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi. Sehubungan dengan itu,
kegiatan review dan penyempurnaan harus selalu dilakukan, setiap selesai
melaksanakan kegiatan dalam satu tahapan / periode waktu tertentu. Demikian
selanjutnya, sampai tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Ingat, pelaksanaan
kegiatan sosialisasi dan kampanye dalam mengatasi stigma dan diskriminasi, harus
dilaksanakan secara berkelanjutan dengan melibat aktifkan lintas sector dan tokoh
masyarakat.
118 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pengembangan Strategi Komunikasi Efektif Kegiatan Sosialisasi dan Kampanye
dalam Peningkatan Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
No Kegiatan Pokok Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Analisa Situasi Melakukan kajian tentang: Diperolehnya informasi Sasaran primer Lihat diatas Kajian laporan Pedoman / Kegiatan/ Petugas
Sosial budaya masyarakat yang akurat tentang: Sasaran sekunder WPD juknis aktifitas Puskesmas
yang akan menjadi target Sosial budaya sebagai pelaksana FGD Instrumen sosial / dibantu
sasaran, meliputi: nilai-nilai masyarakat yang akan kegiatan potensial dll Sarana komunikasi petugas
kehidupan, norma, adat menjadi target sasaran, yang ada di dokumentasi yang ada di Lintas
istiadat, kepercayaan, dll meliputi: nilai-nilai wilayah kerja Format masyarakat Sektor/
Permasalahan kesehatan kehidupan, norma, adat puskesmas. pencatatan dan Media sosial relawan
jiwa istiadat, kepercayaan, pelaporan/
Faktor risiko terjadinya dll hasil kegiatan
masalah kesehatan jiwa Permasalahan kajian.
tersebut kesehatan jiwa
Adanya stigma dan Faktor risiko terjadinya
tindakan diskriminasi. masalah kesehatan jiwa
Potensi kehidupan sosial tersebut
yang mendukung upaya Adanya stigma serta
mengatasi masalah, Tindakan diskriminasi
termasuk adanya aktifitas yang terkait dengan
kehidupan sosial masalah kesehatan jiwa.
masyarakat, tokoh Potensi kehidupan
masyarakat yang sosial yang mendukung
merupakan faktor upaya mengatasi
pendukung. masalah, termasuk
adanya aktifitas
kehidupan sosial
masyarakat, tokoh
masyarakat yang
merupakan faktor
pendukung
2 Penetapan Pertemuan Adanya kesepakatan/ Sasaran sekunder/ Pentingnya Rapat kerja Bahan Forum Idem
sasaran dan ditetapkannya sasaran dan pelaksana kegiatan pelaksanaan Diskusi tanya presentasi komunikasi
tujuan kegiatan tujuan kegiatan sosialisasi adalah : kegiatan jawab Lembar
sosialisasi dan Lobi - persuasif komitmen
Modul Pelatihan
119Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
sosialisasi dan dan kampanye keswa di Lintas sektor, kampanye keswa
kampanye puskesmas, meliputi: petugas dalam:
Sasaran utama adalah kesehatan, Mengantisipasi
individu, keluarga dan organisasi profesi, permasalahan
kelompok yang rentan organisasi yang harus
mengalami masalah kemasyarakatan, diatasi dalam
keswa (pemberian TP.PKK, tokoh meningkatkan
labelling/ stigma dan agama/masy/ status keswa di
diskriminasi). kader/ relawan, masy
Sasaran potensial serta dunia usaha/ Pencapaian
pelaksanaan kegiatan pihak swasta, tujuan upaya
sosialisasi dan serta media prom-prev
kampanye Keswa di komunikasi massa keswa
suatu wilayah tersebut. Menekankan
Penetapan sasaran tentang
berdasarkan pentingnya
berdasarkan lokasi dukungan dan
lingkungan demografi, peran serta dari
lingkungan sosial stake holders
budaya, dll Melaksanakan
Meningkatkan literasi setiap Tahapan
kesehatan jiwa di kegiatan
masyarakat sosialisasi dan
Mencegah dan kampanye
mengatasi stigma dan keswa
diskriminasi serta
masalah kesehatan jiwa
lainnya yang ada di
wilayah kerja
puskesmas.
3. Mobilisasi Pertemuan/ rapat kerja Diperolehnya kejelasan Sasaran sekunder Lihat pesan Metoda dan Idem / sda Rapat kerja/ idem
potensi, Forum komunikasi baik adanya dukungan mitra yaitu mitra potensial kunci Teknik Forum
penguatan dan formal-informal dalam kegiatan yang terlibat dalam advokasi ( lobi, komunikasi
pengorganisasian sosialisasi dan kegiatan sosialisasi komunikasi Media Sosial
peran mitra kampanye keswa, dan kampanye persuasive, dll)
dalam kegiatan sesuai dengan potensi keswa. Forum
sosialisasi dan dan kewenangannya. komunikasi
kampanye Adanya kejelasan peran yang inten,
kesehatan jiwa setiap mitra dalam baik yang
kegiatan sosilisasi dan dilakukan
kampanye keswa. secara
langsung,
Modul Pelatihan
120Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Mengorganisir kegiatan maupuan tidak
sosialisasi dan langsung.
kampanye keswa agar
lebih terKIS
(koordinasi, integasi
dan sinkronisasi).
4. Penyusunan Pertemuan/ rapat kerja Tersusunya rencana Sasaran sekunder idem idem Bahan Rapat kerja/ idem
rencana dan penyusunan rencana kegiatan sosialisasi dan yaitu mitra potensial presentasi Forum
jadwal kegiatan kegiatan kampanye keswa yang yang terlibat dalam Format Komunikasi
Forum komunikasi baik dilakukan di wilayah kegiatan sosialisasi Penyusunan baik langsung
formal-informal kerja puskesmas. dan kampanye RUK maupun tidak
Adanya kejelasan peran keswa. langsung
serta / dukungan mitra Media social
dalam kegiatan (WA, Google
sosilisasi dan kampanye Form, dll)
keswa.
Adanya kejelasan
tentang kebutuhan
sumberdaya
pelaksanaan kegiatan
sosialisasi dan
kampanye keswa.
5 Pengembangan Merancang pesan (ide, Merancang pesan (ide, idem Pesan kunci Rapat kerja Bahan Presentasi Idem
dan penetapan gagasan, nilai-nilai/ norma gagasan, nilai-nilai/ Berbagai jenis Pengembangan presentasi FGD
pesan dan media kehidupan sosial) yang norma kehidupan media potensial pesan (P- Pedoman FGD Ujicoba dan
diarahkan untuk mencapai sosial) yang diarahkan Proses) Prototipe pembahasan
tujuan yang ditetapkan. untuk mencapai tujuan FGD media media
Menetapkan media yang ditetapkan
mendukung kegiatan Menetapkan media
sosialisasi dan kampanye mendukung kegiatan
agar tujuan yang ditetapkan sosialisasi dan
dapat tercapai, meliputi: kampanye agar tujuan
saluran penyampai pesan yang ditetapkan dapat
(forum komunikasi tercapai, meliputi:
masyarakat, tokoh saluran penyampai
masyarakat, aktifitas pesan (forum
komunikasi di komunikasi masy, toma,
Lembaga/institusi, aktifitas komunikasi di
Lingkungan keluarga, Lembaga/institusi,
tempat tinggal, sekolah Lingkungan keluarga,
serta tempat kerja tempat tinggal, sekolah
merupakan media serta tempat kerja
Modul Pelatihan
121Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
sosialisasi yang cukup kuat, Penetapan media cetak,
dan efektif dapat media elektronik, media
mempengaruhi sosial, dll, yang
pembentukan kepribadian potensial yang
seseorang. dipergunakan sebagai
Selain itu ada media cetak, kriteria bauran media
media elektronik, media sosialisasi dan
sosial, dll, dengan kampanye.
menggunakan bauran
media atau berbagai jenis
media agar lebih efektif.
6 Pengembangan Pertemuan/ forum Menyusun Rencana idem Pesan kunci. FGD Pedoman Forum Petugas
strategi komunikasi/ lokakarya Aksi Kegiatan Rencana Aksi Rapat kerja umum, Juknis Komunikasi Puskesmas
pelaksanaan Sosialisasi dan Mitra Dalam Berbagai jenis Berbagai bersama
kegiatan Kampanye Keswa. Mendukung media saluran Lintas
sosialisasi dan (mengacu pada RUK Kegiatan kampanye baik komunikasi, Sektor,
kampanye yang telah dibuat) Sosialisasi dan cetak, baik formal- Ormas, dll
Kampanye dari elektronik, informal, mitra
Pembahasan berbagai media social, langsung- potensia
penetapan institusi/ dll tidak yang
alokasi waktu lembaga/ Berbagai jenis langsung terlibat.
kelompok saluran dengan
Kebutuhan masyarakat. komunikasi menggunakan
sumberdaya Pelaksanaan Pelaksanaan baik langsung berbagai jenis
kegiatan kegiatan maupun tidak media
Sosialisasi dan sosialisasi dan langsung. (bauran
Kampanye kampanye media/ media
Keswa berdasar keswa melalui mix)
pada Rencana berbagai
Aksi yang telah saluran media
dibuat. komunikasi.
7 Monev Pertemuan Mencapai tujuan idem Pedoman / Diskusi Laporan Forum Tim Monev
Peninjauan lapangan pemantauan dan Juknis kegiatan Peninjauan kegiatan komunikasi
penilaian sda lapangan PKL
8 Review dan Pertemuan/ Rapat kerja Mencapai tujuan review idem Laporan hasil Diskusi Hasil Monev Forum Puskesmas
Penyusunan RTL dan penyusunan RTL monev Format Komunikasi berdama
penyusunan lintas sektor
RTL
Modul Pelatihan
122Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3. Pengembangan Strategi Komunikasi Penggalangan Kemitraan dalam peningkatan
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial
Komunikasi efektif merupakan kunci keberhasilan dalam melakukan penggalangan
kemitraan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun tujuan yang diharapkan
pada kegiatan ini adalah para mitra atau stakeholders memahami pentingnya memberikan
dukungan dan berperan aktif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, sebagai upaya
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara optimal, sehingga menjadikan
masyarakat lebih produktif. Hal itu, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Th.
2022 tentang Renstra Kementerian 2020-2024, mengamanatkan tentang peningkatan peran
serta masyarakat dalam upaya promotif kesehatan termasuk kesehtan jiwa baik di keluarga,
Lembaga/ institusi pendidikan/institusi pemerintah (ASN), tempat kerja (pabrik, perusahaan,
dll/pihak swasta), tempat ibadah, dll.
b. Tujuan
1) Membangun jalur komunikasi dan membangun hubungan kerja yang baik dengan
mitra.
125 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
2) Membangun kerjasama dalam peningkatan upaya promotif- preventif kesehatan
jiwa di masyarakat, yang saling menguntungkan dan saling kepercayaan, melalui
penyampaian informasi yang ber-value dan akurat/ meyakinkan.
3) Mempromosikan ide atau gagasan/ inisiatif-inisiatif tentang pentingnya upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa yang dapat memberikan keuntungan ke dua
belah pihak.
4) Menemukenali potensi yang dimiliki oleh mitra serta berupaya meningkatkan
kepeduliannya agar bersedia memberi dukungan dan berperan aktif melakukan
upaya promotif kesehatan jiwa di masyarakat sesuai potensi dan kewenangannya.
5) Meningkatkan demand dan supply terhadap layanan promotif-preventif kesehatan
jiwa yang diselenggarakan di institusi/ Lembaga dan masyarakat oleh mitra
potensial.
6) Meningkatnya cakupan deteksi dini dan layanan intervensi kesehatan jiwa.
7) Meningkatnya upaya mengatasi stigma dan diskriminasi masalah kesehatan jiwa
di masyarakat.
c. Sasaran
1) Lintas sektor/ instansi/lembaga, organisasi kemasyarakatan, TP.PKK, organisasi
profesi, tokoh agama/masyarakat/ kader/ relawan.
2) Dunia usaha/ pihak swasta.
3) Media komunikasi massa yang mempunyai potensi melakukan sosialisasi dan
kampanye upaya promotif kesehatan jiwa.
4) Leading sektor adalah sektor kesehatan pemerintah-swasta/ puskesmas/ organisasi
profesi di bidang Kesehatan.
d. Pesan kunci
1) Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang sehat, merupakan tugas tanggung jawab semua pihak.
2) Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Jumlah kasus ODMK
di Indonesia, setiap tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan, untuk
itu
126 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
perlu dukungan dan peran serta mitra atau stakeholders potensial dalam
peningkatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang diselenggarakan di
institusi, lembaga, dan masyarakat.
3) ODMK bukan orang gila yang harus dikucilkan, dia adalah orang yang normal
dan tetap produktif, apabila mendapatkan penanganan yang adekuat sedini
mungkin. Peran mitra atau stakeholders adalah mengatasi adanya diskriminasi dan
stigma tentang Kesehatan jiwa.
4) Setiap orang mempunyai risiko mengalami masalah kejiwaan, pada saat
mengalami sakit fisik, gangguan kehidupan sosial, dll. Melalui deteksi dini
masalah kesehatan jiwa pada diri seseorang dapat diketahui, apabila terdeteksi
mengalami masalah kejiwaan dapat segera diberikan layanan intervensinya.
5) Pelayanan kesehatan fisik seyogyanya disertai dengan pelayanan kesehatan jiwa
secara terintegrasi.
6) ODMK seharusnya harus mendapatkan layanan intervensi kesehatan jiwa sedini
mungkin, secara inten serta tidak diskriminasi. Sehingga dapat segera pulih, sehat
dan produktif.
7) Mengenali dan mengendalikan faktor risiko masalah kejiwaan, merupakan upaya
promotif kesehatan jiwa yang dapat dilakukan secara mandiri.
8) Mengenali masalah kesehatan jiwa melalui skrining dan deteksi dini serta
mendapatkan intervensi layanan yang adekuat, merupakan upaya preventif
kesehatan jiwa yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat.
9) Upaya promotif kesehatan jiwa merupakan tindakan yang efektif, efisien serta
strategis dalam mendukung upaya meningkatkan derajad kesehatan jiwa
masyarakat secara optimal.
10) Mitra Peduli Kesehatan Jiwa adalah Mitra yang memberikan dukungan dan
berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan promotif sesuai potensi dan
kewenangannya, sebagai upaya meningkatkan status kesehatan jiwa masyarakat
secara holistik, yang berdampak pada peningkatan produktifitas masyarakat.
11) Dukungan mitra / stakeholders potensial adalah meningkatkan pencapaian target
cakupan layanan skrining/deteksi dini serta akses dalam intervensi layanan
kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas.
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Persiapan Menyusun Tersusunnya Petugas Lihat diatas Kajian Pedoman Forum Petugas Keswa ,
rencana program puskesmas laporan / juknis komunikasi TU dan Promkes
kegiatan kerja/ rencana Wawancara Instrumen puskesmas
kemitraan kegiatan Mendalam Media
upaya kemitraan FGD presentasi
promotif upaya dll
keswa di promotif
puskesmas. keswa di
puskesmas
. yang
didukung oleh
data tentang
masalah
kesehatan
jiwa, faktor
risiko, mitra
potensial,
potensi mitra,
media,
ketersediaan
dana/
sumberdaya,
dll.
2 Penggalangan Pertemuan Adanya Mitra potensial idem Pendekatan Proposal Forum komunikasi Kepala dan
kemitraan / Forum kesamaan tersebut diatas langsung- Juknis Orientasi Petugas
Komunikasi pemahaman tidak Bahan – Peninjauan lapangan Puskesmas
Orientasi tentang langsung Media
Peninjauan pentingnya Komunikasi presentasi
lapangan upaya persuasif- Lembar
kesepakatan
Modul Pelatihan
129Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
promotif negosiasi,
keswa dan lobi.
Meningkatnya Peninjauan
kepedulian lapangan
terhadap
upaya
promotif
keswa di
puskesmas.
Diperolehnya,
komitmen
dukungan/
peran serta
mitra dalam
upaya
promotif
keswa di
puskesmas.
3 Memobilisasi Pertemuan Adanya Mitra potensial Mitra Peduli Presentasi, Matrik / Upaya promotif Petugas
potensi dan Advokasi kejelasan tersebut diatas Keswa, diskusi Juknis POA preventif keswa puskesmas dan
peran serta Lokakarya/ dukungan Pejuang Penyusunan Upaya di instansi, mitra potensial.
mitra workshop sumberdaya Kemanusiaan POA Promotif lembaga, tempat
atau peran Sejati. Pelaksanaan Keswa Oleh kerja,
serta setiap kegiatan Mitra perusahan,
mitra dalam sesuai POA Format masyarakat/posyandu,
upaya pencatatan dll
promotif dan
keswa di pelaporan
puskesmas. Dokumentasi
Tersusunnya kegiatan
POA yang
dibuat setiap
mitra tentang
kegiatan
promotif
keswa yang
Modul Pelatihan
130Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
dilakukan di
tatanan
potensial
(institusi,
lembaga,
tempat kerja,
perusahaan,
masyarakat,
dll)
Terlaksananya
kegiatan
Promotif
keswa oleh
mitra
potensial di
wilayah kerja
puskesmas
(sesuai POA
yang telah
ditetapkan)
4 Peningkatan Pelaksanaan Terlaksananya Instansi/ Peningkatan Komunikasi POA/ RUK Upaya promotif Petugas
upaya upaya upaya lembaga Upaya Persuasif/ RPK preventif keswa puskesmas
promotif- promotif- promotif Posyandu/UKBM promotif Deteksi dini. Anggaran di instansi, mitra potensial
prventif preventif keswa di di Masy Keswa, Layanan Juknis lembaga, tempat Pihak
keswa oleh oleh atau sekolah, sebagai intervensi deteksi dini kerja, institusi/Lembaga/
mitra ponpes, intervensi melalui Pencatatan- perusahan, UKBM.
potensial di bersama pabrik, yang efektif Konseling/ pelaporan masyarakat/posyandu,
wilayah kerja mitra di tempat kerja, dan efisien atau rujukan dll
puskesmas tatanan posyandu, dll dalam
potensial Terlaksananya meningkatkan
upaya derajat
komunikasi Kesehatan
efektif dalam Jiwa di
mengatasi Masyarakat.
stigma dan
diskriminasi
Modul Pelatihan
131Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terhadap Mitra Peduli
ODMK di Keswa
wilayah kerja Pejuang
puskesmas. Kemanusiaan
Sejati.
5 Pemantauan, Pertemuan/ Diperolehnya Mitra potensial idem Presentasi Dokumentasi Forum komunikasi Petugas
Penilaian dan Forum informasi Diskusi kegiatan Puskesmas
penyusunan Komunikasi tentang : interaktif Pencatatan
RTL Workshop upaya kegiatan
Peninjauan promotif- POA RTL
lapangan preventif
keswa yang
dilakukan
mitra (proses,
hasil dan
permasalahan
nya)
peningkatan
cakupan
deteksi dini
dan intervensi
keswa.
Kesepakatan
RTL
kegiatan
Modul Pelatihan
132Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
4. Komunikatif Efektif Dalam Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat
a. Pengertian UKJBM
Permenkes No. 8 Th. 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
menyatakan bahwa salah satu bentuk peran serta masyarakat di bidang kesehatan adalah
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan
sektor kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
Syarat pembentukan UKBM (Ps 15) harus:
a) memiliki struktur kepengurusan;
b) memiliki Kader sebagai pengelola/pelaksana kegiatan UKBM;
c) memiliki sumber daya.
Struktur organisasi/ kepengurusan serta Kader UKBM ditetapkan oleh
pemerintah desa/kelurahan atau pemangku kepentingan sesuai tatanan
UKBM.
Penyelenggaraan UKBM ditetapkan oleh peraturan desa/kelurahan, juga harus
didukung dengan pembinaan teknis kesehatan dan kelembagaan yaitu puskesmas.
Pembinaan kelembagaan dilakukan/ ditetapkan oleh pemerintah desa/kelurahan atau
pemangku kepentingan sesuai tatanan UKBM.
Selanjutnya pada kebijakan tersebut (Ps 4) dinyatakan bahwa kesehatan jiwa
merupakan salah satu jenis kegiatan atau layanan kesehatan yang diselenggarakan olehi
UKBM, dengan demikian maka peningkatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di
masyarakat dikembangkan menjadi salah satu jenis layanan kesehatan yang
diselenggarakan UKBM (menjadi UKJBM).
Mengacu pada kebijakan tersebut, maka pengertian UKJBM adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan jiwa yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan sektor
kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya, untuk
menggerakkan demand masyarakat terhadap layanan kesehatan jiwa
(skrining/deteksi dini dan Komunikasi Interpersonal/Konseling).
2) Fasilitator
Secara umum fasilitator kesehatan jiwa adalah seseorang yang membantu
sekelompok orang/ masyarakat untuk menemukenali permasalahan kesehatan jiwa
yang ada beserta adanya faktor risiko, menetapkan tujuan untuk mengatasi masalah
tersebut, mendampingi membuat rencana pengembangan UKJBM sesuai tujuan yang
telah ditetapkan, tanpa mengambil posisi tertentu dalam proses berinteraksi dengan
masyarakat.
Peran fasilitator dalam pengembangan UKJBM, adalah:
Mendampingi masyarakat melakukan serangkaian proses pengembangan
UKJBM dengan menerapkan pendekatan edukatif dan partisipatif (fasilitasi),
mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, penilaian serta
pelestariannya.
Mendorong dan memotivasi untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan
(motivasi)
Memfasilitasi berbagai kegiatan UKJBM yang dilakukan masyarakat
(Fasilitasi)
Menyampaikan semua informasi yang lengkap dan jelas tentang upaya
promotif-preventif kesehatan jiwa sebagai bagian integral dalam pelayanan
kesehatan secara umum (Komunikasi)
136 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Memberikan nasehat dan pertimbangan mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan dalam penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa (deteksi dini,
konseling) melalui UKJBM yang terintegrasi dengan layanan Kesehatan
lainnya (konsultasi).
Menghubungkan / mendekatkan layanan kesehatan jiwa masyarakat dengan
institusi pemerintah: Puskesmas, Pemerintah Kecamatan, Desa/Kelurahan, dll
(Mediasi)
Meningkatkan kapasitas kader serta berbagai pihak terkait dalam pengelolaan
UKJBM (asistensi)
Mendampingi/ membimbing, membantu dan melatih kader, tokoh masyarakat
serta petugas /pihak terkait lainnya dalam penyelenggaraan UKJBM (asistensi)
Memfasilitasi berbagai kegiatan UKJBM yang dilakukan masyarakat (fasilitasi)
Membantu mencari solusi terhadap permasalahan dalam pengembangan
UKJBM (pemberian solusi)
Melakukan komunikasi efektif untuk mencegah-mengatasi konflik,
memberikan inisiatif/gagasan dan sebagai penggerak masyarakat dalam
pengembangan UKJBM.
d. Tujuan
Tujuan penerapan komunikasi efektif dalam pengembangan UKJBM, mengacu pada
penjelasan tersebut diatas, adalah meningkatnya:
1. Kemampuan/ kapasitas petugas puskesmas sebagai katalisator dan fasilitator
dalam pengembangan UKJBM di wilayah kerjanya.
2. Interaksi komunikasi antara petugas puskesmas, Kepala Desa/ Lurah, tokoh
masyarakat, Pengelola dan Kader UKBM serta berbagai pihak terkait dalam
pengembangan UKJBM di wilayah kerja puskesmas.
3. Kemampuan / kapasitas petugas puskesmas dalam memberdayakan kader/
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa yang terintegrasi
dengan kegiatan UKJBM.
4. Akses serta cakupan individu, keluarga dan masyarakat terhadap layanan
kesehatan jiwa di puskesmas melalui kegiatan UKJBM.
e. Sasaran
Sasaran primer adalah: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat umum. Sasaran
sekunder/ pelaksana kegiatan adalah:
1. Petugas puskesmas
2. Organisasi kemasyarakatan, TP.PKK
3. Kader UKBM/ Posyandu Aktif/ Pos-TB, Pos-KB, dll
4. Tim Pembina Posyandu Tingkat Kecamatan (Pokjanal Posyandu Kecamatan) dan
Tingkat Desa/Kelurahan (Pokja Posyandu Desa/Kelurahan).
139 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
f. Pesan kunci
1. Bahwa kesehatan itu, adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental/jiwa,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
sehat, merupakan tugas tanggung jawab semua pihak.
2. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
3. Salah satu bentuk ODMK adalah kenakalan anak remaja, tindak KDRT,
Penganiayaan orangtua kepada anaknya, kasus bullying, tawuran anak sekolah,
dll. Selain itu ODMK juga dialami oleh penderita penyakit fisik, lansia, ibu hamil,
dll. Keadaan ini harus diatasi melalui layanan deteksi dini dan KIP-konseling
kesehatan jiwa baik yang dilakukan oleh puskesmas, institusi pendidikan, tempat
kerja maupun UKBM.
4. Posyandu Aktif, Pos-TB Desa, Pos-KB desa, dll merupakan UKBM potensial
yang dapat dikembangkan menjadi UKJBM yang memberikan layanan deteksi
dini dan konseling kesehatan jiwa secara terintegrasi.
5. Jumlah kasus ODMK di Indonesia, setiap tahun terus mengalami peningkatan
yang signifikan, untuk itu perlu dukungan dan peran aktif kader dan masyarakat
serta stakeholders potensial dalam peningkatan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa melalui pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan layanan
Kesehatan di UKBM.
6. Layanan deteksi dini dan KIP/konseling kesehatan jiwa bukan layanan kesehatan
bagi orang gila, melainkan ODMK.
7. ODMK bukan orang gila yang harus dikucilkan, dia adalah orang yang normal
dan tetap produktif, apabila mendapatkan penanganan yang adekuat sedini
mungkin. Peran mitra atau stakeholders adalah mengatasi adanya diskriminasi dan
stigma tentang Kesehatan jiwa.
8. Setiap orang mempunyai risiko mengalami masalah kejiwaan, pada saat
mengalami sakit fisik, gangguan kehidupan sosial, dll. Melalui deteksi dini
masalah kesehatan jiwa pada diri seseorang dapat diketahui, apabila terdeteksi
mengalami masalah kejiwaan dapat segera diberikan layanan intervensinya.
g. Tahapan kegiatan
1. Tahap Persiapan
Internal Puskesmas
a) Membangun kesepakatan dengan Lintas Program tentang pengembangan
UKJBM, yang terintegrasi dengan UKBM.
b) Penetapan kebijakan pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan
UKBM oleh Kepala Puskesmas.
c) Peningkatan kapasitas petugas puskesmas dalam pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan layanan Kesehatan di UKBM (Posyandu Aktif,
Posbindu, Posyandu Remaja, Poskestren, Pos UKK, Pos-TB Desa, Pos-KB
Desa, dll).
d) Penyusunan rencana kegiatan intern puskesmas pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan UKBM oelh petugas puskesmas yang disetujui
oleh Kepala Puskesmas.
e) Pembuatan media KIE, buku saku petunjuk teknis tentang UKJBM untuk
Tim Pembina Posyandu, Kader, dll.
141 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Eksternal Puskesmas
a) Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada Camat, Kepala Desa/Lurah,
Pokjanal Posyandu Tk Kecamatan, Pokja Posyandu Tk Desa/Kelurahan,
Ketua RW/RT, dan berbagai pihak potensial lainnya. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mendapatkan persamaan pemahamandan kesepakatan tentang
pentingnya layanan Kesehatan jiwa di masyarakat, selanjutnya
mendapatkan persetujuan dan dukungan tentang pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
b) Adanya surat edaran dari Kepala Desa/ Lurah tentang kegiatan
pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
c) Membuat perencanaan terpadu tentang kegiatan pengembangan UKJBM
yang terintegrasi dengan kegiatan UKBM.
d) Peningkatan kapasitas Pokjanal Posyandu Kecamatan, Pokja Posyandu
Desa/Kelurahan, TP.PKK, Kader Kesehatan serta Kader UKBM lainnya
tentang penyelenggaraan/ tatakelola layanan Kesehatan jiwa (deteksi dini
dan konseling) melalui pengembangan UKJBM yang terintegrasi dengan
layanan Kesehatan di UKBM (Posyandu Prima, Posyandu Aktif,
Posbindu, Posyandu Remaja, Pos-TB Desa, Pos-KB Desa, dll).
e) Penyiapan sarana-prasarana serta mekanisme penyelenggaraan layanan
Kesehatan jiwa (deteksi dini dan konseling, rujukan) yang terintegrasi
dengan kegiatan UKBM.
f) Melakukan kampanye atau promosi UKJBM ((deteksi dini dan konseling
Kesehatan jiwa) di masyarakat/ warga binaan UKBM yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
g) Setiap UKBM (Posyandu Aktif, Posbindu, Posyandu Remaja, Pos-TB
Desa, Pos-KB Desa) membuat rencana kegiatan layanan Kesehatan jiwa
(deteksi dini, konseling, rujukan) yang terintegrasi dengan layanan
Kesehatan yang ada.
No Kegiatan Jenis Kegiatan Tujuan Sasaran Pesan Kunci Pendekatan Desain Materi Saluran/ media Pelaksana
Pokok Komuniasi komunikasi
(Metek Kom)
1 Persiapan Pertemuan Adanya Kepala Lihat diatas Persentasi Pedoman / Forum Petugas
Internal Lintas Program kesamaan Puskesmas dan dialog juknis Upaya komunikasi Keswa, TU
Puskesmas pemahaman dan Lintas Program interaktif Promotif puskesmas atau dan Promkes
kesepakatan puskesmas Keswa rapat kerja
tentang Instrumen
pentingnya Media
pengembang-an presentasi
UKJBM yang
terintegrasi
dengan UKBM.
Modul Pelatihan
144Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
terintegrasi dengan
dengan UKBM UKBM.
Langkang-
langkah
pengembangan
UKJBM
Yang terintegrasi
dengan layanan
kes di Posyandu
Aktif, Posbindu,
Posyandu
Remaja,
Poskestren, Pos
UKK, Pos-TB
Desa, Pos-KB
Desa, dll
Penyusunan Adanya rencana Lintas program Ruang lingkup Presentasi, Media Forum Idem
rencana kegiatan intern puskesmas dan tatakelola Diskusi presentasi komunikasi/
kegiatan puskesmas (pengelola penyelenggaraan inetraktif Juknis rapat kerja
pengembangan dalam layanan UKJBM yang Diskusi pengembanga
UKJBM di pengembangan UKBM) terintegrasi kelompok n UKJBM
puskesmas UKJBM yang dengan UKBM Pedoman/
terintegrasi Format
dengan UKBM penyusunan
yang disetujui Rencana
oleh Kepala Kegiatan
Puskesmas.
Pembuatan Adanya media Tim Pembina Layanan kesswa Komunikasi Lembar balik, Pengembangan Idem dan
media KIE, KIE, buku saku Posyandu, : deteksi dini, melalui Buku saku desain grafis petugas
buku saku petunjuk teknis Kader, dll. konseling, media KIE Leaflet desain media
petunjuk teknis tentang UKJBM rujukan dalam (cetak dan Poster
tentang UKJBM kegiatan sosial)
UKJBM
Modul Pelatihan
145Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Persiapan Sosialisasi dan Adanya Camat, Kepala Pentingnya Presentasi Bahan Forum Kapuskes
ekternal advokasi kesamaan Desa/Lurah. pengembangan Dialog presentasi komunikasi/ Lintas
tentang pemahaman Pokjanal UKJBM interaktif Media Rapat kerja program
Pengembangan Diperolehnya Posyandu Tk Peluang Lobi advokasi Dialog , lobi puskesmas
UKJBM kesepakatan dan Kecamatan, pengembangan Pendekatan dan pendekatan
persetujuan serta Pokja UKJBM personal . personal
dukungan untuk Posyandu Tk Langkang-
kegiatan Desa/Keluraha langkah
pengembangan n, pengembangan
UKJBM yang Ketua RW/RT, UKJBM yang
bisa dilaksanakan Pihak potensial terintegrasi
secara dengan
terintegrasi UKBM.
dengan UKBM Bentuk
dukungan yang
diharapkan.
idem Adanya surat Kepala Desa/ Draf Surat Pendekatan Draf surat Pendekatan Petugas
edaran / Lurah edaran / personal edaran/ personal Keswa-
rekomendasi dari LKMD rekomendasi Proses rekomendasi Promkes
Kepala Desa/ BPMD tentang birokrasi pengambanga Puskesmas
Lurah tentang Pentingnya dan n UKJBM Petugas
kegiatan pengembangan administrasi Desa/Kelurah
pengembangan UKJBM yang an
UKJBM di terintegrasi
wilayah kerjanya. dengan
Posyandu
Prima,
Posyandu
Aktif,
Posbindu, Pos-
TB, Pos-KB,
dll
Pertemuan Adanya rencana Lintas Program Pengembangan Presentasi Juknis Rapat kerja/ Petugas
perencanaan kegiatan Puskesmas UKJBM yang dan dialog pengembanga workshop puskesmas
terpadu kegiatan pengembangan Pokja terintegrasi interaktif n UKBM
pengembangan UKJBM secara Posyandu dengan
Modul Pelatihan
146Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
UKJBM di terpadu di setiap Pengelola Posyandu Aktif, Diskusi Juknis
wilayah kerja Desa/Kelurahan ( UKBM Posbindu, Pos- kelompok Pengembanga
puskesmas. sebagai tindak TB, Pos-KB, dll n Posyandu
lanjut dari surat Prima,
edaran/ Posyandu
rekomendasi Aktif, dan
Kades/ Lurah) UKBM
lainnya
Peningkatan Peningkatan Pokjanal Pentingnya Presentasi idem Orientasi idem
kapasitas pihak pemahaman dan Posyandu UKJBM dan dialog Forum
terkait dalam kemampuan Kecamatan, Peningkatan interaktif komunikasi
pengembangan peserta Pokja akses masyarakat Diskusi
UKJBM pertemuan dalam Posyandu terhadap layanan kelompok
penyelenggaraan/ Desa/Keluraha keswa (deteksi
tatakelola n dini, konseling ,
UKJBM serta TP.PKK, rujukan)
layanan Kader
Kesehatan jiwa Kesehatan
(deteksi dini dan serta Kader
konseling, UKBM
rujukan) yang
dilakukan secara
terintegrasi di
Posyandu Aktif,
Posbindu,
Posyandu
Remaja, Pos-TB
Desa, Pos-KB
Desa, dll.
Modul Pelatihan
147Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
untuk pengadaan Pengelola
sara tersebut UKBM
Modul Pelatihan
148Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Posyandu Aktif, KIP/Konseli
Posbindu. ng
Rujukan
Peningkatan Peningkatan berdasarkan Layanan keswa idem idem idem idem
atau jangkauan peningkatan (UKJBM) yang Instrumen
pengembangan layanan UKJBM jenis sasaran terintegrasi deteksi dini
UKJBM yang yang terintegrasi ibu hamil, dengan layanan Pencatatan-
terintegrasi dengan layanan lansia, remaja, Kesehatan ibu pelaporan
dengan layanan UKBM Ibu yang punya hamil, lansia,
UKBM di Dikembangkanny anak balita, remaja, Ibu yang
wilayah kerja a model UKJBM PUS, dll; punya anak
puskesmas berdasarkan berdasarkan balita, PUS, dll;
kemauan atau jenis
kebutuhan serta kegiatannya:
situasi kunjungan
masyarakat rumah,
setempat (local rujukan, dll.
spesifik/ sesuai
dengan kearifan
local).
Modul Pelatihan
149Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Pelestarian Layanan keswa Pengelola UKJBM terpadu Layanan kegiatan Layanan Keswa idem
UKJBM berjalan secara individu, Pentingnya Keswa UKJBM terpadu dengan
terintegrasi keluarga peningkatan terpadu terintegrasi UKBM
dengan layanan binaan, akses masy dengan dengan
UKBM Posyandu terhadap layanan UKBM UKBM
Layanan keswa Aktif, keswa di wilayah
diterima dan Posbindu, kerja puskesmas
menjadi Posyandu
kebutuhan Remaja, Pos-
masyarakat. TB Desa, Pos-
KB Desa, dll
Modul Pelatihan
150Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
3. Penerapan Strategi Komunikasi Efektif dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas.
Penerapan strategi komunikasi efektif dalam Kesehatan jiwa yang sudah dibuat atau
dikembangkan, harus ditindak lanjuti dengan upaya penerapannya yang dituangkan dalam
bentuk perencanaan kegiatan. Pembuatan rencana kegiatan kesehatan jiwa di puskesmas,
harus mengacu pada ketentuan manajemen puskesmas (Permenkes No. 44 Th. 2016 tentang
Manajemen Puskesmas), yaitu menyusun RUK (Rencana Usulan Kegiatan), setelah dibahas
dan disetujui jenis kegiatan yang diusulkan beserta ketersediaan anggarannya, maka petugas
pengelola program puskemas ybs, membuat rencana pelaksanaan kegiatan (RPK). Dalam
RPK sudah ada kejelasan jenis kegiatan dan lain sebagainya sesuai RUK, serta alokasi dana
serta waktu / jadwal pelaksanaannya.
Ada beberapa tahapan dalam membuat RUK penerapan strategi komunikasi efektif upaya
promotif-preventif Kesehatan jiwa di puskesmas, yaitu:
1) Persiapan
Petugas kesehatan jiwa puskesmas atau petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas
sebagai pengelola Kesehatan jiwa puskesmas, melakukan analisis masalah
kesehatan jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas. Data tentang permasalahan
kesehatan jiwa tersebut dapat diperoleh dari :
o Data PIS-PK yang ada di puskemas dari indikator ODGJ yang ada di wilayah
kerja puskemas (baik yang sudah mendapat pengobatan maupun yang belum).
o Data masalah kesehatan jiwa (ODMK) yang ada di Institusi Pendidikan
(sekolah), Lembaga Pemasyarakatan (bila ada), Kantor Pemerintah ASN,
Tempat Kerja Swasta, Tempat Ibadah, Pondok Pesantren, Keluarga, Pasien
Puskesmas (pasien umum maupun pasien kesehatan jiwa).
o Data ODMK dari masyarakat (misalnya: hasil skrining, atau hasil Survelans
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat, laporan masyarakat dll)
o Data dukungan kebijakan dan anggaran/ dana dari pihak pemerintah terhadap
upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di puskesmas (bukan termasuk biaya
pengobatan ODGJ).
o Dukungan / peran mitra potensial dalam pelaksanaan upaya promotif-preventif
kesehatan jiwa di institusi pendidikan/ sekolah, pondok pesantren, tempat kerja
ASN dan swasta, lapas, dll.
Dari hasil skoring tersebut, maka dapat diketahui prioritas masalah yang akan diatasi.
6) Menyusun dan membahas RUK yang mengacu pada Strategi Komunikasi serta
ketentuan manajemen puskesmas, dengan menggunakan format RUK sbb:
7) Menyusun dan membahas RPK yang mengacu pada RUK serta sudah melalui
proses administrasi dengan menggunakan format RPK sbb:
No. Kegiatan Jennis Tujuan Sasaran Penanggung Mitra Rencana Kebutuhan Indikator Sumber
Pokok Kegiatan Jawab Kerja Waktu anggaran Kinerja Pembiayaan
Pelaksanaan
Format Penyusunan RPK Penerapan Strategi Komunikasi Efektif Dalam Upaya Promotif Kesehatan Jiwa
Di Puskesmas……………………… Tahun…………………………………..
No. Kegiatan Jennis Kegiatan Tujuan Sasaran Penanggung Volume Jadwal Rincian Lokasi Ket
Pokok Jawab Kegiatan Pelaksanaan Anggaran/ Pelaksanaan
kegiatan Biaya
Modul Pelatihan
155Pelatih (Training of Trainer/ToT) Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
SEKARANG SAYA TAHU
Pengertian, Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup dan Teknik KIP-K Dalam Upaya Preventif
Kesehatan Jiwa.
1. Pengertian KIPK
Secara umum pengertian komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi (KAP)
menurut Joseph A.Devito (1998) dalam bukunya The Interpersonal Communication , adalah
komunikasi antara dua orang atau dengan kelompok kecil, melalui kontak langsung dalam
bentuk percakapan verbal maupun non-verbal/emosional, yang dilakukan secara langsung
berhadapan muka (face to face) atau melalui media seperti telepon/Hp. Ciri khas komunikasi
interpersonal adalah terjadi interaksi dua arah atau timbal balik.
Selanjutnya, secara etimologi Konseling berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya
“dengan” atau bersama” / “menerima atau “memahami”. APGA (American Personal
Guidance Association), Pietrofesa dan Winkell (2005), mengatakan konseling adalah
pertemuan tatap muka dalam bentuk bimbingan atau pemberian bantuan antara petugas
konseling dengan klien (konseli), yang bersifat rahasia, saling menerima dan memberi antara
keduanya untuk mengidentifikasi masalah, upaya memecahkan masalah serta
memberdayakan klien dapat mengambil/ menetapkan keputusannya yang terbaik bagi dirinya
atas dasar tanggung jawab terhadap bebagai persoalan yang dihadapinya.
Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling adalah bentuk komunikasi antar pribadi
antara petugas konseling dengan individu atau dengan kelompok kecil sebagai klien,
sehingga terbangun hubungan persahabatan, dimana klien dapat merasakan kenyamanan,
dapat mengungkapkan prasaannya secara bebas tanpa ada rasa dihakimi. Interaksi
antara
Secara umum bentuk kegiatan KIP-K kesehatan jiwa dapat dilakukan dalam bentuk
promosi kesehatan jiwa, pemberian bimbingan, nasehat, motivasi, edukasi (peer group
education).
2. Tujuan
Secara umum tujuan KIP-K adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak potensial di wilayah kerja Puskesmas, sebagai intervensi
tindak lanjut hasil skrining/ deteksi dini yang telah dilakukan pada target sasaran.
Selanjutnya, tujuan khusus komunikasi interpersonal adalah:
Meningkatkan pengetahuan yang benar tentang masalah kesehatan jiwa pada klien.
Membangun interaksi yang positif dengan klien, sehingga terjalin hubungan
komunikasi yang menyenangkan/ menimbulkan rasa simpati, memberikan dorongan
atau motivasi berupa penyampaian gagasan inspiratif yang dapat menggugah klien
menjadi percaya diri, dan semangat untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa yang
dialami
Menjadikan klien mau mencoba atau berusaha melakukan upaya mengatasi
masalahnya, agar menjadi sehat dan pulih.
b. Konseling
Demikian pula dengan pelaksanaan konseling, secara sederhana ada beberapa tahapan
dalam melakukan konseling, yaitu: “SATU TUJU”
SA : beri salam kepada klien (menciptakan hubungan). Sambut kedatangannya
dan berikan perhatian.
T : Tanyakan kepada klien untuk menjajagi pengetahuan, perasaan dan
kebutuhan klien tentang permasalahan kesehatan jiwa yang dialami/
dirasakan.
U : Uraikan informasi yang relevan / terkait dengan masalah klien
TU : Bantu klien untuk memahami masalah serta alternatif pemecahan masalah
J : Jelaskan lebih rinci konsekuensi dan keuntungan dari setiap alternatif
pemecahan masalah.
U : Kunjungan ulang klien atau rujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.
b. Tujuan
Pasien mendapat pelayanan yang komptehensif di Puskesmas/Fasyankes Primer
Meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang komprehensif di puskesmas/
Fasyankes Primer.
Mendukung percepatan pemulihan pasien yang mengalami gangguan kesehatan
fisik.
Meningkatkan kualitas kesembuhan pasien menjadi sehat fisik dan mental.
Membantu keluarga pasien dalam mengatasi masalah gangguan kejiwaan, akibat
anggota keluarganya yang sakit.
Memberdayakan keluarga yang sehat untuk mampu memberikan upaya mengatasi
gangguan kejiwaan pada anggota keluarganya yang sakit.
d. Pesan kunci
Setiap Pasien Puskesmas/ Fasyankes Primer wajib mendapatkan pelayanan
kesehatan komprehensif yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa dalam
bentuk konseling yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan fisik.
Pelayanan Konseling Kesehatan Jiwa yang diberikan pada pasien dapat
mempercepat pemulihan atau kesembuhan, sehingga pasien akan menjadi sehat
secara fisik dan mental/jiwanya.
Pelayanan Konseling Kesehatan Jiwa yang diberikan pada pasien dan keluarganya
dapat menjadikan tenang dan berdaya mengatasi gangguan kejiwaan, bila pasien
mengalami hal tersebut saat ada dirumah.
e. Tahapan kegiatan
Meningkatkan kompetensi petugas puskesmas/ fasyankes primer lainnya yang
meangani pasien untuk tau dan mampu melakukan konseling kesehatan jiwa,
sesuai dengan keadaan / masalah kesehatan jiwa yang dialami pasien.
Menetapkan Standar Operasional Prosedur/ SOP/Protap pelayanan kesehatan jiwa
pada pasien/ keluarga pasien yang terintergrasi (pelayanan kesehatan yang
komprehensif).
Menerapkan SOP/Protab tersebut, mulai dari melakukan skrining, deteksi dini dan
pemberian intervensi layanan kesehatan jiwa melalui pemberian konseling Keswa.
Melakukan pemantauan dan penilaian terhadap penyelenggaraan layanan keswa
yang terintegrasi tersebut, baik dari sisi lamanya waktu pelayanan, kemampuan
petugas pelayanan, respon pasien/ keluarga pasien dll serta dampak layanan
Konseling Kesehatan Jiwa tersebut terhadap percepatan kesembuhan/ pemulihan
pasien- ketenangan pasien/ keluarga pasien, dll.
Tentang Komunikasi Interpersonal dan Konseling dalam upaya preventif kesehatan jiwa di di
masyarakat, meliputi:
1. Pengertian, tujuan, sasaran, ciri-ciri/ prinsip, ruang lingkup dan teknik KIP-K
2. Penerapan KIP-K kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan Layanan Kesehatan lainnya di
Puskesmas dan merupakan pelayanan komprehensif yang wajib diberikan pada setiap
pasien/keluarga pasien/pengunjung.
3. Penerapan KIP dalam dengan pemberdayaan individu, keluarga serta kelompok
masyarakat agar tau, mau dan mampu melakukan pola asuh sehat jiwa, serta meningkat
demandnya untuk mencari layanan kesehatan jiwa sebagai tindak lanjut skrining/ hasil
deteksi dini, secara mandiri sesuai permasalahan/ kebutuhannya.
LEMBAR PENUGASAN A
DISKUSI KELOMPOK KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM UPAYA PROMOTIF
KESEHATAN JIWA BAGI PETUGAS PUSKESMAS
1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu menerapkan komunikasi efektif pada
kegiatan:
Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas.
Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).
3. Bahan Penugasan
Bahan tayang
Laptop
LCD
Panduan latihan
4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8-9 orang)
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dari setiap ruang lingkup
kegiatan komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa, meliputi:
Pengertian
Tujuan
Selamat berdiskusi
1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu untuk mengembangkan strategi
komunikasi efektif pada kegiatan:
Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).
3. Bahan
Penugasan
Bahan tayang
Laptop
LCD
Panduan latihan
4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok seperti pada kelompok sebelumnya.
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk mengkritisi setiap
strategi komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan jiwa yang telah ada di
materi Modul TOT ini, meliputi :
Kegiatan pokok
Jenis kegiatan
Tujuan
Sasaran
Pesan kunci
Pendekatan komunikasi (metode dan teknik)
Selamat berdiskusi
1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu menyusun Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) yang terintegrasi dengan program lainnya berdasarkan Strategi Komunikasi upaya
promotif kesehatan jiwa di Puskesmas yang telah disusun. Pembuatan RUK harus sesuai
dengan Manajemen Puskesmas. RUK yang dibuat meliputi kegiatan:
Advokasi upaya promotif kesehatan jiwa.
Sosialisasi dan kampanye upaya promotif kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas.
Penggalangan kemitraan dalam peningkatan penyelenggaraan upaya promotif
kesehatan jiwa di berbagai tatanan potensial (Institusi/ Lembaga: Sekolah/ Perguruan
Tinggi, Tempat Kerja, Pondok Pesantren, Lapas, Rumah Tangga)
Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM).
3. Bahan
Penugasan
Bahan tayang
Laptop
LCD
Panduan latihan
4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta TOT dibagi menjadi 4 (empat) kelompok seperti pada kelompok sebelumnya.
b. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok untuk menyusun RUK
sebagai bentuk penerapan strategi komunikasi efektif dalam upaya promotif kesehatan
jiwa yang telah ada di materi Modul TOT ini, meliputi :
Kegiatan pokok
Jenis kegiatan
Tujuan
Selamat berdiskusi
Mata pelatihan ini membahas tentang pengertian, tujuan dan manfaat kemitraan,
termasuk identifikasi jenis, peran dan dukungan mitra potensial serta menerapkan
kemitraan dalam implementasi upaya promotif-preventif kesehatan jiwa di keluarga,
institusi pendidikan, tempat kerja, dan kelompok potensial lainnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu melakukan
kemitraan dalam implementasi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa di
Puskesmas.
WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 8 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 4
JPL penugasan (dapat berupa diskusi kelompok, latihan, dan lain-lain), dan 2 JPL
praktik lapangan. WAKTU: 8 JPL (T = 2 JPL, P = 4 JPL, PL = 2 JPL).
Selamat, Anda telah dapat menjelaskan dengan baik tentang arti kemitraan, tujuan, dan
manfaat kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa di Puskesmas. Semoga makin
semangat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mempelajari lebih lanjut
dan menerapkan kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan jiwa sebagai bagian
pelaksanaan fungsi UKM di Puskesmas dan sekaligus meningkatkan kinerja Puskesmas
dalam upaya kesehatan jiwa.
Mengacu pada lingkungan sasaran upaya promotif preventif kesehatan jiwa dan
target kinerja kesehatan jiwa maka jenis Mitra Potensial dalam Upaya Kesehatan
Jiwa di Puskesmas mitra potensial dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Lintas sektor tingkat kecamatan: institusi pemerintah, terkait dengan upaya
kesehatan jiwa seperti Sekretaris Kecamatan, Sie Kesra, perwakilan dari
institusi pemerintah lainnya seperti kepolisian sektor (polsek), komando
rayon militer (koramil), Kantor Urusan Agama (KUA), kantor cabang Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, dan lain-lain.
Akademisi: Apabila pada wilayah kecamatan lokasi Puskesmas terdapat
institusi pendidikan seperti Poltekkes ataupun perguruan tinggi lainnya yang
memungkinkan menggandeng akademisi bidang kesehatan, psikologi, dan
sosial kemasyarakatan.
Organisasi profesi kesehatan: IDI, PPNI, IBI, PPPKMI, HAKLI dan lain-lain.
Organisasi kemasyarakatan (ormas): bisa dalam kelompok ormas keagamaan
seperti NU, Muhammadiyah, PGI, PHDI, Walubi atau ormas non
keagamaan. Pada umumnya ormas dimaksud mengemban misi yang sama
dalam memberdayakan masyarakat dan kesehatan jiwa merupakan modal
dasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai misi masing-
masing
Tabel 1
POTENSI DAN PERAN MITRA DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
No. Jenis Mitra Potensi Peran dan Kontribusi
1. Tingkat Kecamatan:
Lintas Sektor (Polsek, Pembentukan Forum Inisiator
koramil, KUA, dll) Kemitraan Keswa tingkat Katalisator
Kecamatan Donatur
Penetapan prioritas dan Pendukung sumber
alokasi anggaran daya
Penyediaan
kebijakan/aturan yang
mendukung implementasi
upaya Keswa di
Puskesmas
Puskesmas Memiliki tim Keswa / Inisiator
Tenaga Layanan Keswa Motivator
Potensi, Peran dan Kontribusi Mitra Potensial dalam Upaya Kesehatan Jiwa
di Puskesmas adalah:
Selamat, Anda telah dapat mengindentifikasi mitra potensial yang dibutuhkan dan
menjelaskan potensi, peran serta kontribusi yang dapat diberikan mitra dalam implementasi
upaya promotif- preventif kesehatan jiwa di Puskesmas Semoga lebih lanjut makin semangat
dan menggalang kemitraan dalam implementasi upaya kesehatan jiwa sehingga meringkatkan
kinerja Puskesmas dalam upaya kesehatan jiwa.
Tabel 4. Titik rawan dan solusi yang dapat dilakukan keluarga agar tetap sehat jiwa
No. Siklus keluarga Potensi rawan krisis Solusi yang dapat
dilakukan
1. Pasangan yang baru saja Fase ini merupakan titik Membangun
menikah (belum punya rawan karena “pola pernikahan yang saling
anak). kehidupan baru” yang mengerti dan
memerlukan banyak proses memberikan
adaptasi untuk menyesuaikan kebahagiaan
dengan pasangan dan Mempersiapkan
keluarga besar, serta ritme kehamilan, sehingga
kehidupan yang baru. siap untuk hamil dan
punya anak serta dapat
terhindar dari baby
blues maupun berbagai
masalah kesehatan ibu
dan bayi
Berusaha bergabung
dengan keluarga besar
2. Fase kelahiran anak Kehadiran bayi pada Perlu komunitasi yang
pertama kelahiran anak pertama akan tuntas antara suami istri
membawa banyak perubahan terkait dengan proses
ritme kehidupan keluarga. adaptasi yang dilakukan
Kehadiran bayi yang belum dengan kehadiran bayi,
mampu melakukan aktivitas serta tentang pola asuh
sendiri akan menyedot yang akan diterapkan
banyak perhatian dan energi pada bayinya
dari anggota keluarga,
terutama sang ibu. Jika tidak
terkelola dengan baik, hal ini
juga berpotensi untuk
hadirnya krisis.
3. Keluarga dengan anak Anak usia pra sekolah Orangtua perlu adaptasi
usia pra sekolah memiliki kebutuhan yang dengan kebutuhan anak
berbeda dengan bayi. pra sekolah
Pendidikan awal bagi anak Orangtua perlu
perlu dilakukan oleh mekanisme koping
orangtuanya, meskipun di dengan energi yang
Indonesia belum banyak semakin menipis dan
mengembangkan “sekolah berkurangnya privasi
untuk orangtua”, sehingga sebagai orangtua
orangtua selain menjalankan
aktivitas rutin juga harus
berjuang untuk menjadi
orangtua.
Tabel 4 tersebut menjelaskan berbagai potensi terjadinya krisis hidup yang dapat
berdampak pada kesehatan jiwa seorang individu. Keluarga dan kesiapan keluarga untuk
memasuki setiap fase tersebut akan sangat membantu individu untuk tetap sehat jiwa. Satu
hal yang perlu disadari adalah bahwa setiap transisi dari satu fase ke fase selanjutnya
adalah titik rawan. Proses adaptasi untuk memasuki setiap fase baru sangat penting dan
merupakan tantangan tersendiri. Penyesuaian diri dan adaptasi terhadap peran baru dan
situasi baru yang dihadapi tersebut sangat penting. Dan tentu, komunikasi dengan setiap
anggota keluarga secara tuntas dan komunikasi yang sehat sangat diperlukan agar mampu
melewati setiap siklus hidup keluarga tersebut dengan tetap sehat jiwa. Untuk dapat
melalui titik rawan dalam keluarga dengan baik dan sukses, tentunya kita harus
mempersiapkan diri dan keluarga kita dengan baik. Bersama-sama belajar apa saja yang
akan mereka hadapi bersama, memusyawarahkan solusi atas permasalahan yang
kemungkinan muncul, dan berkomitmen untuk bekerja sama melewati masa-masa
menantang bersama-sama. Komunikasi yang tuntas dan efektif menjadi kunci keberhasilan
keluarga dalam mewujudkan keluarga sehat jiwa.
Kusumawati & Supriyati (2019) menjelaskan bahwa masa kehamilan merupakan masa
yang berpontensi terjadinya stress pada wanita hamil. Oleh karenanya, dukungan keluarga
baik dari suami maupun keluarga besar, serta dukungan masyarakat sekitar sangat
diperlukan agar ibu hamil dapat menjalani kehamilannya dengan tetap sehat jiwa raga dan
melahirkan bayi yang sehat. Selanjutnya, Sucipto et al (2023) menjelaskan bahwa pola
pengasuhan anak pada keluarga pekerja migran Indonesia (baik suami maupun istri yang
5) Pengolahan, Analisa dan Intepretasi hasil skrining oleh Petugas Puskesmas atau
Petugas Profesional Kesehatan Jiwa yang ada di wilayah kerja puskesmas (jejaring
layanan keswa puskesmas).
Materi
Upaya promotif-preventif kesehatan jiwa
Hasil skrining kesehatan jiwa
Format pengorganisasian mitra dalam kegiatan promotif-preventif-keswa
Format RUK kegiatan Promotif-Preventif Keswa
No Kegiatan Pokok Promotif-Preventif Sasaran PJ/ Pelaksana/
Keswa Pada keluarga Kegiatan Pihak yang
Terlibat
1 Upaya Promotif
…………………………………
………………………………..
………………………………..
2 Upaya Preventif
…………………………………
………………………………..
………………………………..
Lampiran MPI 3
KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI UPAYA PROMOTIF-PREVENTIF
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
LEMBAR PENUGASAN A
DISKUSI KELOMPOK IDENTIFIKASI MITRA POTENSIAL DAN
MEMPERSIAPKAN PELAKSANAAN KEMITRAAN DALAM IMPLEMENTASI
UPAYA PROMOTIF PREVENTIF KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS
1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu mengidenifikasi mitra potensial dan
mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi upaya promotif
preventif kesehatan jiwa di Puskesmas
3. Bahan Penugasan
Bahan tayang
Laptop
LCD
4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8 - 9 orang)
b. Setiap kelompok memilih Ketua dan Sekretaris
c. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa
d. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
Kelompok A: Diskusi kelompok Identifikasi Mitra Potensial dalam implementasi
upaya kesehatan jiwa di Puskesmas
Kelompok B: Diskusi kelompok mempersiapkan Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan
dalam implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Sekolah
Lembar Kerja A:
Identifikasi Mitra potensial dalam upaya kesehatan jiwa
di Puskesmas..............................................................................................
Mitra Potensi Peran dan Kontribusi
Tuliskan mitra potensial Potensi yang dimiliki Tuliskan peran dan kontribusi
yang dapat bekerjasama mitra yang dapat diberikan mitra
dalam upaya kesehatan jiwa potensial dalam upaya
di Puskesmas kesehatan jiwa di Puskesmas
g. Hasil diskusi kelompok ditulis pada kertas flipchart atau diketik computer dan
diserahkan ke fasilitator
h. Kelompok diharapkan menyampaikan hasil diskusinya.
i. Pelatih/Fasilitator menanggapi, memberikan saran dan klarifikasi terhadap hasil
presentasi dan diskusi
Selamat berdiskusi
1. Tujuan
Setelah melakukan penugasan ini peserta mampu untuk menjadi fasilitator dalam
pelaksanaan kegiatan kemitraan di Kantor Kecamatan dan Tatanan/ Institusi/ Lembaga
Potensial di wilayah kerja Puskesmas
2. Waktu: 135 menit (susun skenario=20 menit, bermain peran @25 menit, tanggapan=15
menit)
3. Bahan Penugasan
Bahan tayang
Laptop
LCD
4. Petunjuk Penugasan
a. Peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok (1 kelompok terdiri dari 8-9 orang)
b. Setiap kelompok memilih Ketua dan Sekretaris
c. Setiap kelompok diminta untuk melakukan diskusi kelompok dalam mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan kemitraan dalam implementasi kesehatan jiwa
d. Adapun penugasan setiap kelompok sebagai berikut:
Kelompok A: Menyusun skenario pelaksanaan kegiatan penggalangan kemitraan
dalam upaya kesehatan jiwa di Puskesmas:
- Setting kegiatan misalnya pertemuan di kantor Puskesmas atau kantor kecamatan
- Tujuan
- Sasaran
- Susunan acara dan
- Pembagian peran
- Dukungan yang diinginkan
Kelompok B: Menyusun skenario Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan dalam
implementasi upaya kesehatan jiwa dengan Institusi Pendidikan/ Pondok Pesatren
- Setting kegiatan misalnya pertemuan di sekolah/ pondok pesantren,
- Tujuan pertemuan
Selamat berdiskusi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan pelatih (TOT) ini, peserta mampu menjelaskan
dan mempraktikkan upaya pemberdayaan keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam kesehatan jiwa.
WAKTU PEMBELAJARAN
Mata pelatihan ini akan dilaksanakan dengan 9 JPL yang meliputi 2 JPL teori, 5
JPL penugasan (dapat berupa diskusi kelompok, latihan, dan lain-lain), dan 2 JPL
praktik lapangan. Waktu: 9 JPL (T = 2 JPL, P = 5 JPL, PL = 2 JPL).
MATERI POKOK
Jika diterapkan pada program yang terkait kesehatan jiwa, maka partisipasi masyarakat
pada model pertama dilakukan dengan hadir pada saat ada penyuluhan atau KIE tentang
kesehatan jiwa, sesuai dengan undangan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Masyarakat tidak ikut menentukan kapan sebaiknya penyuluhan atau KIE tentang
kesehatan jiwa
Petugas kesehatan, sangat perlu untuk mengidentifikasi tokoh lokal yang mampu
menjadi pemimpin dan penggerak partisipasi masyarakat. Individu yang mampu
memimpin dan menggerakkan masyarakat tersebut merupakan salah satu modal sosial
masyarakat sasaran yang perlu didekati dan dioptimalkan perannya sebagai pemimpin dan
penggerak masyarakat.
Apabila hasil assessment tersebut menunjukkan nilai yang belum optimal, maka intervensi
yang dilakukan adalah:
Meningkatkan partisipasi stakeholders
Meningkatkan kapasitas dalam melakukan penilaian masalah
Membangun kepemimpinan lokal. Pemimpin lokal ini dapat dipilih berdasarkan
kedekatan masyarakat dan kepercayaan. Orang-orang yang memiliki pengarah,
memiliki reputasi yang baik dan siap melayani masyarakat merupakan kandidat
pemimpin lokal yang potensial.
Membangun struktur organisasi dengan prinsip pemberdayaan
Meningkatkan mobilisasi sumber daya. Sumber daya yang dimaksudkan tidak hanya
terbatas pada sumber dana saja, namun juga dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan dan berbagai bentuk modal sosial lainnya.
Meningkatkan kemampuan stakeholders untuk lebih aktif terlibat dan kritis (ask why).
Asking why merupakan kemampuan komunitas untuk mengakses secara kritis penyebab
kontekstual dari ketidakberdayaan dan kondisi kesehatan jiwa yang buruk.
Berbagai persiapan tersebut sangat perlu dipahami dan dilakukan oleh petugas
kesehatan yang akan menjadi fasilitator pemberdayaan.
Persiapan lain yang perlu dilakukan adalah mengurangi bantuak dalam proses aksi/
kegiatan yang selam aini dilakukan. Jika pada tahap selanjutnya telah terpilih tim kerja,
maka pada fase ini perlu dicermati kembali individu yang potensial untuk menjadi
fasilitator, menggantikan peran fasilitator yang selama ini berasal dari petugas
puskesmas.
Selamat, Anda telah dapat menjelaskan dengan baik tentang arti pemberdayaan, tujuan, dan
manfaat pemberdayaan dalam implementasi kesehatan jiwa di Puskesmas. Selain itu, Anda
juga telah mengenal domain kapasitas masyarakat yang perlu dipahami dalam kegiatan
pemberdayaan, prinsip-prinsip pemberdayaan serta langkah-langkah dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat. Semoga makin semangat dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta mempelajari lebih lanjut dan menerapkan pemberdayaan terkait upaya
kesehatan jiwa sebagai bagian pelaksanaan fungsi UKM di Puskesmas dan sekaligus
meningkatkan kinerja Puskesmas dalam upaya kesehatan jiwa.
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami,
istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Peraturan Pemerintah No 87
tahun 2014). Keluarga merupakan sarana pertama dan utama dalam mendidik, mengasuh, dan
memperkenalkan anak pada lingkungan sekitarnya, serta dalam mengembangkan kemampuan
seluruh anggota keluarganya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik.
Batasan tersebut sangat erat dengan kesehatan jiwa, karena dalam undang-undang dijelaskan
bahwa seo2rang individu yang sehat jiwa akan mampu menjalankan peran dan fungsinya
serta mampu berkontribusi pada lingkungan sekitarnya. Sehat jiwa tidak hanya sebatas tidak
mengalami masalah atau gangguan kesehatan jiwa.
BKKBN menjelaskan bahwa terdapat 8 fungsi keluarga, yaitu (1) fungsi keagamaan,
(2) fungsi sosial budaya, (3) fungsi cinta kasih, (4) fungsi perlindungan, (5) fungsi
reproduksi, (6) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (7) fungsi ekonomi, dan (8) fungsi
pembinaan lingkungan. Orangtua menjadi penentu utama dari keberhasilan pelaksanaan
fungsi keluarga tersebut. Implementasi fungsi keluarga yang menyeluruh akan mendorong
kemampuan anggota keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan menjadi
individu-individu yang tangguh jiwa, tidak mudah rapuh serta mampu mengatasi tekanan
hidup sehari-hari. Tekanan hidup merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Oleh karenanya,
yang perlu disiapkan adalah karakter tangguh dari individu serta kemampuan beradaptasi,
sehingga individu tersebut dapat terus tumbuh dan berkembang dengan optimal. Resiliensi
atau tingkat ketangguhan individu tersebut terbentuk sejak seorang individu ada dalam
kandungan ibunya. Artinya, peran keluarga dan pola asuh anak menjadi faktor penentu dalam
membentuk individu yang tangguh dan sehat jiwa.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pembangunan sumber daya manusia. Sayangnya, tidak semua keluarga
menyadari tentang peran penting tersebut, dan bahkan belum semua keluarga memahami
tentang fungsi keluarga. Terlebih, pengetahuan dan keterampilan tentang pola asuh keluarga
juga sangat terbatas, karena belum menjadi komponen Pendidikan yang diwajibkan di
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang pemberdayaan keluarga dalam melakukan
pola asuh yang sehat jiwa, apa yang Saudara ketahui tentang potensi keluarga dalam
mewujudkan kesehatan jiwa? Pola asuh keluarga yang seperti apa yang mampu melahirkan
generasi tangguh dan sehat jiwa?
Paparan berikut menambah pemahaman Saudara tentang fase-fase rentan dalam keluarga;
pola asuh sehat jiwa; dan strategi pemberdayaan keluarga untuk pola asuh sehat jiwa.
5. Adanya ikatan yang kuat pada sesama anggota keluarga. Ikatan anggota keluarga
yang kuat akan membuat keluarga tersebut mampu memberikan dukungan ke
anggota keluarga yang lain, dan lebih mudah untuk bersama-sama dalam
menghadapi tantangan hidup yang mungkin juga berpotensi menjadi krisis. Selain
itu, ikatan yang kuat pada sesama anggota keluarga ini juga memungkinkan untuk
melakukan deteksi dini beberapa indikator masalah kesehatan jiwa ataupun
gangguan kesehatan jiwa. Dengan demikian, treatment yang tepat juga dapat
dilakukan secara dini.
6. Adanya sistem dukungan sosial dalam keluarga. Dukungan sosial dalam keluarga
tersebut memungkinkan untuk membuat suasana lingkungan rumah agar nyaman
dan aman sehingga mampu mempertahankan kesehatan anggota keluarga. Bentuk
dukungan sosial terkait kesehatan jiwa dapat dilakukan dengan:
a. Mendengarkan keluhan anggota keluarga
2. Pola Asuh Keluarga dalam Mewujudkan Kesehatan Jiwa dan keluarga tangguh
Keluarga adalah pilar dalam meningkatkan kualitas kesehatan mental seorang individu.
Pola asuh keluarga menjadi unsur penting yang akan menentukan terwujudnya kesehatan jiwa
dan keluarga tangguh. Sucipto et al. (2023) menjelaskan bahwa pola asuh yang diterapkan
pada keluarga akan memberikan dampak pada kesehatan mental anak-anaknya. Sebagai
contoh, pola asuh pada komunitas keluarga pekerja migran Indonesia. Ketidakhadiran salah
satu figur orangtua (karena berada di luar negeri dalam waktu yang lama sebagai pekerja
migran) telah membentuk pola asuh tersendiri. Anak-anak diasuh dengan prinsip bahwa
fungsi dan peran orangtua adalah “hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial dan material”,
sedangkan aspek lainnya kurang terperhatikan. Sebagai dampaknya, anak tidak memiliki
kelekatan dengan orangtua yang sedang berada di luar negeri, dan hanya merasa perlu
Kehadiran orangtuanya yang di luar negeri tersebut ketika sang anak memerlukan mainan
baru atau kebutuhan lainnya. Sementara itu, orangtua yang tinggal bersamanya juga tidak
memahami berbagai konsep pengasuhan yang tepat, sehingga lebih menekankan pada “anak
tidak rewel”. Anak pun sangat bebas menentukan pilihan perilakunya, seperti yang terkait
dengan pola makan, menghabiskan waktu dengan menggunakan handphone (screen time
berlebih) dan lain-lain. Pada aspek kesehatan fisik, perilaku tersebut berdampak pada tidak
tercukupinya kebutuhan nutrisi anak dan terjadinya ketergantungan pada handphone serta
aktivitas fisik yang sangat terbatas. Selain itu, anak juga mengalami masalah kesehatan jiwa
seperti pola tidur yang tidak sehat (kurang secara kuantitas dan tidak berkualitas), serta
mengalami kecemasan, dan mudah tantrum. Gambaran tersebut menjadi contoh nyata
masalah pola asuh dan kesehatan mental. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahwa
masalah kesehatan mental yang terjadi pada masa anak- anak akan berdampak pada masa
remaja dan seterusnya.
Pola asuh yang tepat dan sehat diharapkan dapat melahirkan anggota keluarga yang sehat
dan keluarga yang tangguh. Pakar keluarga John Defrain menjelaskan bahwa keluarga yang
tangguh adalah keluarga yang saling mencintai dan saling peduli satu sama lain. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa terdapat 6 aspek keluarga tangguh yaitu:
Adanya apresiasi dan kasih sayang satu sama lain
Terjadinya komunikasi positif
Adanya komitmen setiap anggota keluarga pada keluarga
Setiap jenis pola asuh orang tua menggunakan pendekatan yang berbeda dalam
membesarkan anak, tentu saja masing-masing jenis memiliki kelebihan dan kekurangan,
seperti halnya pemaparan di atas. Lantas, manakah jenis pola asuh orang tua yang paling baik
untuk diterapkan?
Gaya pengasuhan yang paling banyak direkomendasikan adalah jenis pola asuh otoritatif.
Anak-anak yang memiliki orang tua berwibawa (otoritatif), kemungkinan besar bisa tumbuh
menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan dapat mengungkapkan pendapat serta
perasaan mereka secara baik.
Fungsi keluarga sebagai sistem yang memungkinkan untuk mewariskan nilai-nilai dan
karakter sangat berkaitan dengan pola pengasuhan. Penanaman nilai-nilai yang diyakini
keluarga semestinya diwariskan sejak dini. Sejak lima tahun pertama kehidupan anak,
pewarisan nilai-nilai dan proses pembentukan karakter tersebut dimulai. Tentu, proses
pewarisan nilai dan pembentukan karakter itu tidak cukup dilakukan dengan proses transder
pengetahuan dari orang tua kepada anak, namun sangat perlu dilakukan dengan pemberian
contoh langsung dan keteladanan dari orang tua serta keluarga yang melingkupinya. Misalnya
saja penanaman tentang Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Kuasa, maka
prosesnya perlu dilakukan dengan contoh aplikasi dari keyakinan tersebut pada keluarganya.
Pola pengasuhan yang diperlukan oleh seorang anak, berkembang seiring dengan usianya,
mengikuti siklus hidup, sebagai berikut:
1. Pola asuh masa pra lahir hingga lahir
Mendoakan dan memberikan perhatian terhadap janin dalam kandungan serta
memberikan lingkungan yang kondusif terhadap tumbuh kembang janin. Periode ini
perlu ditutup dengan sikap penerimaan kedua orang tua terhadap kelahiran anaknya.
Sikap penerimaan (acceptance) dari orang tua dan keluarga (significant person)
sangat memberikan pengarah positif terhadap tumbuh kembang seorang individu.
2. Pola asuh masa 0 – 2 tahun
Pada ini, seorang individu akan belajar berkomunikasi, belajar berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya, belajar makan (setelah 6 bulan ASI Eksklusif),
belajar berjalan, dan belajar untuk pembuangan kotoran (toilet training). Proses
pemberian
278 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
ASI eksklusif dan ASI selama 2 tahun pertama kehidupan merupakan proses
pemberian kasih sayang seorang ibu kepada anaknya yang akan meyakinkan tentang
“penerimaan” keluarganya terhadap kehadirannya dan menguatkan trust atau
kepercayaannya. Kedua hal tersebut akan menjadi modal sosial bagi individu
tersebut dalam mengembangkan potensinya sebagai makhluk sosial. Pada usia ini,
keluarga juga perlu mulai mengenalkan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya.
3. Pola asuh usia anak 2-7 tahun
Pada usia ini, seorang anak perlu ditingkatkan kemampuan sosial dan
emosionalnya karena lingkungan pergaulannya sudah semakin luas. Selain itu, anak
juga perlu dikenalkan tentang konsep berbagi, memaafkan, berterima kasih, dan
meminta tolong. Seringkali pada usia ini seorang anak memiliki adik, sehingga
perhatian orangtua juga akan terbagi kepada adiknya. Selain itu, pengenalan jenis
kelamin dan dan mengetahui perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan
secara bertahap.
Satu hal yang perlu dicatat adalah, pada usia 0 – 7 tahun ini, pola asuh yang
diterapkan adalah memperlakukan anak-anak “seperti raja”, karena keterbatasan
kemampuan anak saat bayi dan juga masa emas untuk perkembangan kecerdasan
emosinya. Fungsi perlindungan dan fungsi kasih sayang dari keluarga sangat penting
untuk membentuk memori anak yang positif tentang keluarganya. Meskipun
demikian, anak-anak juga secara bertahap dikenalkan tentang kemandirian dan
kepedulian.
4. Pola asuh anak usia 8 – 14 tahun
Pada usia ini, pola asuh yang diterapkan adalah seperti menjadikan mereka
sebagai “tawanan”. Maksudnya, anak mulai dikenalkan pada beberapa “aturan
keluarga” dan juga tentang kedisiplinan untuk menaati peraturan keluarga, norma
sosial dan juga aturan yang lebih luas lagi, serta mengenal hak dan kewajibannya.
Hal ini penting karena pada usia ini fungsi keluarga sebagai Pendidikan, sosialisasi,
dan fungsi agama akan semakin banyak dilakukan. Tentu saja fungsi kasih sayang
tetap diberikan. Cara penting untuk menanamkan kedisiplinan adalah konsistensi
antara perkataan dan perbuatan yang disertai dengan keteladanan orang tua maupun
keluarga.
Pada usia ini, anak laki-laki maupun perempuan biasanya akan mengalami masa
pubertas dan mengalami tanda-tanda menjadi seorang yang mampu memikul
tanggungjawab, yaitu menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Sangat penting bagi orang tua untuk lebih mengenalkan tentang kesehatan
reproduksi
279 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
pada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Apa yang boleh dilakukan,
dan apa yang tidak boleh dilakukan, serta dengan berbagai konsekuensinya.
Mengajarkan tentang kesehatan reproduksi pada anak BUKANLAH HAL YANG
TABU untuk dilakukan, bahkan merupakan HAL YANG HARUS DILAKUKAN
KELUARGA. Penanaman tanggungjawab perlu sekali ditanamkan pada fase ini.
Baik tanggungjawab pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan tanggungjawab
kepada Tuhannya.
5. Pola asuh anak usia 14 tahun ke atas
Pada periode ini, semestinya orangtua memperlakukan anaknya sebagai sahabat.
Orang tua dapat menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita bagi anak-anaknya,
sehingga ikatan anak dan orangtua tetap kuat dan perkembangan sosial dan
emosional anak juga dapat diketahui oleh orangtua. Hal ini akan sangat menguatkan
kesehatan fisik, mental dan sosial seorang individu.
Pola asuh sesuai dengan tahapan usia anak tersebut sangat penting dipahami dan dilakukan
orangtua untuk menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi setiap anggota keluarganya.
Selamat, Anda telah dapat menjelaskan tentang potensi keluarga untuk mewujudkan keluarga
yang sehat dan juga akna mampu memberdayakan keluarga melalui pengasuhan yang sehat
jiwa.
……………………………………………………………………………………
Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan dalam meningatkan partisipasi dan peran
serta aktif masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Adapun bentuk
pemberdayaan masyarakat adalah terselenggaranya Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM). Hal ini seperti yang diamanatkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 8 Th. 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Selanjutnya, yang
dimaksud dengan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah wahana
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat, dengan pembinaan
sektor kesehatan, lintas sektor dan pemangku kepentingan terkait lainnya. UKBM
merupakan indikator peran serta aktif dari individu, kelompok maupun masyarakat dalam
melakukan upaya kesehatan promotif dan preventif, baik yang sudah ditetapkan dalam
suatu kelembagaan maupun hanya bentuk pengorganisasian kegiatan saja. Contoh;
UKBM yang sudah ditetapkan dalam bentuk kelembagaan adalah Posyandu yaitu berstatus
sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa/ Kelurahan. Sedangkan, contoh: UKBM yang
berbentuk pengorganisasian kegiatan kesehatan masyarakat, Kelompok Kesehatan Ibu dan
Anak, Kelompok Ibu Menyusui, Kelompok Ibu Hamil, Kelompok Ibu Balita, Kelompok KB
Lestari, Kelompok Kesehatan Reproduksi Remaja, Kelompok Lansia Sehat, dan lain-lain.
Demikian pula halnya, dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan jiwa di masyarakat
dalam transformasi pelayanan kesehatan primer pada Permenkes No 13 Tahun 2022,
menyatakan bahwa, pemerintah bersama masyarakat menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.
Setiap individu mempunyai hak untuk akses dalam pelayanan kesehatan jiwa, melalui
upaya kesehatan jiwa dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, di
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa, meliputi: a). fasilitas pelayanan kesehatan; dan b). fasilitas
pelayanan di luar sektor kesehatan serta di fasilitas pelayanan kesehatan berbasis masyarakat
yang didirikan atau diselenggarakan oleh masyarakat. Peran serta masyarakat dalam upaya
kesehatan jiwa dilakukan baik melalui kegiatan secara perseorangan dan/atau berkelompok.
……………………………………………………………………………………
Sebelum Saudara mempelajari lebih lanjut tentang Pemberdayaan Kelompok dan Masyarakat
dalam Pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Bersumberdaya Masyarakat (UKJBM),
tentunya Saudara sudah memahami tentang UKBM, selanjutnya, apa yang Saudara ketahui
tentang pengertian, tujuan, sasaran, jenis UKBM yang saat ini ada di masyarakat serta ruang
lingkup tahapan pengembangan UKBM tersebut.
Sasaran:
Pimpinan/ Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial lainnya
Ketua Tim Pembina UKBM (Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi)
Ketua Tim Pengelola UKBM (Ketua TP.PKK desa/Kelurahan/Kecamatan,
Ketua RT/RW, Tokoh Masyarakat, Kepala Institusi Kesehatan, Ketua Assosiasi
Pekerja, dll)
Penentu kebijakan/keputusan penanggung jawab UKBM (Kepala Desa/Lurah,
Camat, Bupati Walikota, Pimpinan Ormas/ Organisasi Keagamaan).
Sasaran:
Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial
Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi yang menjadi maupun yang
tidak menjadi / diluar Tim Pembina UKBM.
TP.PKK, Tokoh Masyarakat, organisasi Keagamaan, Institusi
Kesehatan, Assosiasi Pekerja, dll
Sasaran:
Mitra potensial :
Ketua/ Koordinator Kelompok-Kelompok Potensial
Lintas Sektor/Ormas/Organisasi Profesi yang menjadi maupun yang
tidak menjadi / diluar Tim Pembina UKBM.
TP.PKK, Tokoh Masyarakat, organisasi Keagamaan, Institusi
Kesehatan, Assosiasi Pekerja, dan lain-lain
Bentuk Kegiatan:
Orientasi/ pelatihan
Workshop/ Lokakarya
Seminar
Adapun jenis instrumen skrining masalah Kesehatan Jiwa yang digunakan secara
manual adalah sebagai berikut:
(1) Instrumen Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ)
Deteksi dini dapat menggunakan kuesioner SDQ yang mudah dilakukan baik
di sekolah maupun komunitas lainnya.
SDQ adalah kuesioner untuk deteksi dini masalah perilaku dan emosi pada
anak dan remaja berusia 4 – 18 tahun.
Kuesioner ini menggambarkan kondisi dalam 6 bulan terakhir
(4) Heart Rate Variability (HRV) Pemeriksaan HRV dengan menggunakan SA-
3000P merupakan pemeriksaan singkat menggunakan finger probe pada
satu jari pasien dalam waktu 3 menit
Cahaya infra merah pada finger probe akan memantulkan aliran darah pada
jari untuk mendapatkan gambaran HRV.
Skrining juga dapat dilakukan melalui layanan kesehatan jiwa bergerak (MMHS).
Beberapa daerah sudah melakukan layanan ini, antara lain: Sulawesi Utara, Jawa
Barat, dll (Lihat di Buku Pedoman Skrining, Direktorat Kesehatan Jiwa,
Kementerian Kesehatan RI, Th. 2022)
2) Tatanan/ Institusi
a. Institusi Pendidikan: PAUD, Sekolah (TK, SD, SMP, SMA, sederajat) dan
Perguruan Tinggi
Skrining masalah kesehatan jiwa di lembaga pendidikan tingkat TK sampai
SMA sederajat dilakukan terintegrasi dengan kegiatan UKS/M melalui
penjaringan kesehatan. Pada tingkat perguruan tinggi dapat terintegrasi dengan
kegiatan Kampus Sehat (health promoting university).
b. Tempat Kerja
Sasaran Instrumen Pelaksana
Pekerja SRQ 20 Kader terlatih
HRV didampingi tenaga
Maslach kesehatan
Burnout
Inventory
DASS 21
d. Lapas/ Rutan/LPKA
Sasaran Instrumen Pelaksana
LPKA Warga binaan LPKA SDQ 11 - 18 Petugas LPKA
terlatih didampingi
tenaga kesehatan
Lapas/Rutan Warga binaan SRQ 20 Petugas Lapas
Lapas/Rutan HRV terlatih didampingi
tenaga kesehatan
Selain itu, penting untuk dipahami bahwa adanya skrining kesehatan jiwa
secara mandiri, bukan berarti bisa mengabaikan peran dokter atau psikolog.
Karena hasil skrining tersebut, tidak bisa menjadi patokan untuk menentukan
diagnosis atau kondisi masalah kesehatan jiwa yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, tetap dianjurkan untuk menunjukkan hasilnya kepada dokter/psikolog/ tenaga
profesional. Hal ini penting agar bisa mendapatkan penjelasan yang akurat dan
lebih jelas mengenai kondisi kesehatan jiwa yang sebenarnya.
Untuk mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan mendiagnosis gangguan
kejiwaan, tetap diperlukan pemeriksaan oleh dokter/psikiater atau psikolog.
Tindak lanjut skrining kesehatan jiwa harus dikonsultasikan kepada
dokter/psikolog yang berkompeten.
8) Sarana pendukung:
Data permasalahan kesehatan jiwa di puskesmas (berdasarkan data rekam
medis pasien, dll).
Data tentang Tatanan Potensial, Jumlah dan Jenis UKBM, Kegiatan UKS/M di
SLTP dan SLTA serta Kelompok-Kelompok Potensial yang ada di wilayah
kerja puskesmas.
Buku Pedoman Skrining Kesehatan Jiwa
Buku Pedoman Surveilans Kesehatan Jiwa.
Tahap 2: Pelaksanaan
a. Pengumpulan data surveilans kesehatan jiwa.
1) Tujuan
Adanya dukungan pengambil keputusan pihak sasaran dalam pelaksanaan
skrining kesehatan jiwa yang dilakukan.
Penyiapan lapangan dalam pelaksanaan skrining kesehatan jiwa.
Terlaksananya skrining kesehatan jiwa sebagai bentuk pengumpulan data
dalam kegiatan surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
Diperolehnya data masalah kesehatan jiwa dari pihak sasaran, dari hasil
pencatatan yang telah ada.
2) Sasaran
UKBM terpilih (Posyandu, Posbindu PTM-Lansia, Posyandu Remaja,
Poskestren, dll) sesuai sasaran yang telah ditetapkan.
Tatanan Potensial (Sekolah, Tempat Kerja Pemerintah maupun Swasta, dll
Kelompok-Kelompok Potensial (baik yang dibina UKBM maupun Kelompok-
Kelompok Masyarakat: Kelompok Arisan RT, Kelompok Majelis Taklim,
Kelompok Remaja Masjid, Kelompok Karang Taruna, Kelompok Senam, dll).
3) Petugas pelaksana
Pengelola UKBM terpilih
Pengelola/ Pelasana UKS/M
Perwakilan dari Tatanan Potensial
Perwakilan / Pengurus dari Kelompok-Kelompok Potensial
Petugas Lintas Program Puskesmas Kecamatan-Kelurahan/ Puskesmas
Pembantu yang telah mengikuti orientasi
c. Diseminasi Informasi
Kegiatan ini, merupakan tindak lanjut dari analisa dan interpretasi data skrining/
surveilans kesehatan jiwa pada sasaran terpilih, yaitu adanya informasi tentang
permasalahan /gangguan jiwa yang ada di unit sasaran. Berdasarkan ketentuan,
informasi tersebut disampaikan kepada setiap unit sasaran, untuk dilakukan upaya/
intervensi lanjutan dalam bentuk upaya promotif-preventif kesehatan jiwa.
1) Tujuan
Setiap unit sasaran mendapatkan informasi yang akurat, tentang permasalahan
kesehatan jiwa/ gangguan kejiwaan yang akurat, baik dalam bentuk kuantitatif
maupun kulitatif.
1) Tujuan
Ditetapkannya masalah prioritas gangguan jiwa yang akan diintervensi lebih lanjut.
2) Sasaran
Posyandu Melati sebagai UKBM serta Kelompok-Kelompok Potensial yang telah
melaksanakan skrining / surveilans kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
Dari hasil skoring tersebut, maka dapat diketaui prioritas masalah yang akan
diatasi.
1 Tahap persiapan
Sosialisasi pentingnya upaya
promotif-preventif keswa
Persiapan skrining
6 Pelaksanaan kegiatan
KIE Kesehatan Jiwa
Komunikasi Interpersonal
Pembuatan Media KIE
Rujukan
Intensifikasi Forum Konsultasi
7 Pendampingan / pembinaan oleh:
Petugas Puskesmas/ Pustu
TP.PKK
Lintas Sektor/ Pokja Posyandu
Desa/Kelurahan
Pokjanal Posyanal Kecamatan.
Dinas Kesehatan Kab/Kota
Pihak lainnya:………
a) Tujuan
Untuk mengetahui nilai atau besarnya keberhasilan yang dicapai melalui berbagai
aktifitas intervensi, dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan tersebut diatas.
Faktor apa saja yang menjadi kunci keberhasilan? Bila ada kegagalan, faktor apa
yang menyebabkannya.
b) Pelaksana
Petugas Puskesmas
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tim Lintas Sektor Tk Kecamatan
c) Penanggung jawab kegiatan: Kepala Puskesmas/ staf yang ditujuk/ditugaskan
d) Mekanisme kegiatan
Pertemuan persiapan
Penyusunan instrument
Standarisasi
Penyusunan rencana kegiatan dan jadwal
Pelaksanaan
Pembuatan laporan
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
e) Bentuk kegiatan
Melakukan telaah laporan
Peninjauan lapangan
f) Materi: mengacu pada proses pengembangan UKJBM dan tujuan kegiatan
promotif-preventif kesehatan jiwa.
g) Hasil yang diperoleh
b. Pelaporan
Pada dasarnya Posyandu / UKBM tidak mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada Puskesmas ataupun kepada sektor terkait lainnya. Bila
Puskesmas atau sektor terkait membutuhkan data tertulis yang terkait dengan pelbagai
kegiatan Posyandu, Puskesmas atau sektor terkait tersebut harus mengambilnya
langsung ke Posyandu. Untuk itu setiap Puskesmas harus menunjuk petugas yang
bertanggungjawab untuk pengambilan data hasil kegiatan Posyandu.
Demikian juga dalam pengembangan UKJBM, Puskesmas yang aktif mengambil
hasil pencatatan upaya promotif-preventif kesehatan jiwa yang dilakukan oleh
Posyandu atau UKBM lainnya.
1. Tahap Persiapan:
Pembahasan internal Puskesmas
Pembahasan eksternal Puskesmas
Penyiapan kompetensi petugas pelaksana
Penyusunan rencana pelaksanaan skrining (sebagai Langkah awal kegiatan surveilans)
2. Tahap: Pelaksanaan
Pengumpulan data surveilans kesehatan jiwa
Pengolahan data, Analisis dan Interpretasi
Desiminasi Informasi hasil skrining
3. Tahap Intervervensi Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa, Dalam Mengatasi
Permasalahan Kesehatan Jiwa yang ada di Masyarakat, Melalui Upaya Pengembangan
UKJBM
Persiapan dan Pelaksanaan SMD Kesehatan Jiwa
a. Identifikasi masalah kesehatan jiwa berdasarkan data hasil surveilans (skrining)
b. Penetapan prioritas masalah kesehatan jiwa
c. Identifikasi faktor risiko/ penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas dan
pembuatan instrument SMD
Penggerakan dan Pengorganisasian Pengumpulan Data/ Informasi -SMD Keswa
Kompilasi /Pengolahan dan Analisa Data Sederhana
4. Tahap Penyusunan dan Pembahasan Rencana Usulan Kegiatan
5. Tahap Pembahasan RUK Pada Pertemuan MMD (Musyawarah Masyarakat
Desa/kelurahan)
6. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
7. Tahap pelaksanaan Kegiatan
8. Tahap Penilaian, pengembangan dan Pelestarian
9. Pencatatan dan Pelpaoran kader Kesehatan Jiwa dalam UKJBM
Pengantar:
Keluarga adalah unit lingkungan kehidupan sosial yang terkecil di masyarakat, yang
mempunyai interaksi yang kuat dantara sesama anggota keluarga dalam pembentukan nilai-
nilai, pola pikir, kebudayaan, kestabilan mental dan emosional, melalui pola asuh / asih-
asah- asuh yang sehat dan berkualitas. Pola asuh dalam keluarga memegang peranan
penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan kesehatan jiwa, pada setiap
anggota keluarga tersebut. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dimulai
dari pemberdayaan keluarga dalam menerapkan pola asuh yang sehat/benar.
Penugasan mendiskusikan tentang Pemberdayaan Keluarga dalam Menerapkan Pola
Asuh yang sehat/ benar, pada keluarga Bapak Adi dan Ibu Rini:
Selamat berdiskusi
Pengantar :
B. Bermain Peran melakukan Survei Mawas Diri (SMD) Kesehatan Jiwa di Desa
Sukaraja
1. Peserta berada dalam 4 (empat) kelompok
2. Kelompok A: bertindak sebagai kader posyandu dan tokoh masyarakat RW 01 .
3. Kelompok B: bermain peran sebagai petugas puksesmas yang menjadi fasilitator
dalam persiapan kegiatan SMD Kesehatan Jiwa di Desa Sukaraja .
4. Kelompok C : bertindak sebagai kader posyandu dan tokoh masyarakat RW 02 .
5. Kelompok D: bertindak sebagai notulen, pengamat dan
komentator. Pelaksanaan bermain peran :
1. Kelompok B: melakukan peran sebagai petugas puskesmas/ fasilitator yang
memimpin kegiatan persiapan SMD dengan menyampaikan beberapa masalah
kesehatan jiwa prioritas, hasil surveillance kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
Selanjutnya, meminta Wakil kelompok A untuk memimpin pertemuan untuk
menetapkan satu masalah Kesehatan jiwa yang menjadi prioritas melalui metode
skoring (USGF). Hasilnya ada satu masalah prioritas yang akan di atasi.
2. Fasilitator / Petugas Puskesmas meminta wakil kelompok C untuk memimpin
melakukan identifikasi faktor risiko/penyebab masalah kesehatan jiwa prioritas
meliputi : penyebab perilaku dan non perilaku / faktor risiko. Selanjutnya, kelompok
C menetapkan hasil identifikasi penyebab masalah tersebut menjadi instrument/
kuesioner SMD. Sekaligus memimpin pelaksanaan kegiatan SMD (dengan
menugaskan semua peserta mengisi instrumen SMD), dan menjelaskan cara
melakukan rekapitulasi hasil SMD.
3. Kelompok D tetap bertindak sebagai notulen, pengamat dan komentator.
Hasil permainan ini adalah ditemukannya beberapa penyebab masalah kesehatan jiwa
prioritas yang ada di Desa Sukaraja yang akan dilakukan upaya untuk mengatasinya.
4. Setelah selesai Kelompok A, B dan C melaksanakan bermain peran maka Kelompok
D menyampaikan komentar/ tanggapan.
5. Kegiatan bermain peran diakhiri dengan pemberian ulasan dan simpulan oleh
Fasilitator.
344 Modul Pelatihan Pelatih (Training of Trainer/ToT)
Upaya Promotif dan Preventif Kesehatan Jiwa, Tahun 2023
Waktu: kegiatan bermain peran 45 menit (persiapan 10 menit; proses bermain peran 25
menit; komentar/ tanggapan: 5 menit, ulasan dan simpulan : 5 menit).
Penugasan:
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut
MATERI POKOK
Pendahuluan
Setelah peserta ToT dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam upaya promotif
peventif kesehatan jiwa, maka sessi akhir dalam pelatihan ini adalah menyusun RTL.
Langkah awal dalam menyusun RTL, peserta ToT perlu memperoleh pemahaman yang baik
tentang pengertian, dan ruang lingkup RTL sehingga dapat merancang RTL yang dapat
digunakan sebagai pedoman kegiatan tindak lanjut pada pasca pelatihan.
1. Pengertian RTL
Penyusunan RTL pada dasarnya merupakan proses penetapan jenis kegiatan, tujuan
dan sasaran serta penetapan cara pencapaian tujuan dan strategi kegiatan yang diharapkan
dapat dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan.
RTL merupakan suatu dokumen yang menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan setibanya peserta ToT ditempat tugas masing-masing. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan setiap peserta ToT (individu atau tim) menyusun kegiatan-kegiatan apa saja
yang akan dilakukan dengan memperhitungkan potensi dan sumberdaya yang ada, setelah
mereka kembali ke tempat tugas dalam rangka mengimplentasikan kemampuan hasil ToT.
Adapun tujuan RTL adalah agar peserta ToT memiliki acuan dalam menindak lanjuti
suatu kegiatan pelatihan yang telah diikuti.
Format (matrik)
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut ToT
Upaya Promotif-Preventif Kesehatan
Jiwa
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------
Nama:
Jabatan:
Tempat Tugas:
Dengan berakhirnya pemberian Materi Rencana Tindak Lanjut (RTL) , maka Saudara sudah
selesai mengikuti TOT Upaya Promotif-Preventif Kesehatan Jiwa yang diharapkan
berlanjut menyelenggarakan pelatihan bagi Petugas Kesehatan Jiwa di Puskesmas.
Matriks yang telah di susun dan diisi oleh Saudara/Tim segera di laporkan dan diserahkan
kepada atasan langsung. RTL ini diharapkan dapat diimplementasikan di daerah tempat tugas
Saudara masing-masing.