Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis e

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/228996974

EFISIENSI TEKNIK PERBANKAN INDONESIA PASCAKRISIS


EKONOMI: BUAH STUDI EMPIRIS PENERAPAN MODEL DEA

Article · July 2009


DOI: 10.23917/jep.v10i1.808

CITATIONS READS
18 2,162

2 authors, including:

Etty Puji Lestari


Universitas Terbuka
10 PUBLICATIONS 22 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Etty Puji Lestari on 13 February 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ekonomi Pembangunan
Vol. 10, No.1, Juni 2009, hal. 49 - 67

EFISIENSI TEKNIK PERBANKAN INDONESIA


PASCAKRISIS EKONOMI:
SEBUAH STUDI EMPIRIS PENERAPAN MODEL DEA

Adrian Sutawijaya 1
Etty Puji Lestari 1
1
Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Jakarta
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe Ciputat 15418
E-mail: [email protected]

ABSTRACT
This study analyzes the performance of the Indonesian banking sector efficiency and
peeling technique factors that lead to inefficiencies that could reduce the bank's
internal performance using Data Envelopment Analisys model (DEA). Research on
the efficiency of banking techniques in Indonesia in 2000-2004 conducted using
secondary data analysis including balance sheets and income statements of banks in
Indonesia 12, the number of bank offices, and the number of bank employees in 2000
until 2004. Results of DEA analysis for the entire group decreased efficiency of banks
during the crisis, except Bank Mandiri. This means that Bank Mandiri has the best
performance compared to other banks. Inefficiency generally caused by using less
than optimal inputs to produce output. Inputs that have not been completely allocated
are assets and labor are not on optimizing the range below 50 percent. To produce
the maximum efficiency, the bank must increase the use of its inputs to 100 percent.
Keywords: efisiensi perbankan, public expenditure and economic growth

PENDAHULUAN meningkat dua kali lipat selama sepuluh


Sektor keuangan di Indonesia mengalami tahun, yaitu dari 111 buah pada tahun 1988
perkembangan yang sangat pesat menjelang menjadi 237 bank pada tahun 1997 (sebelum
akhir 1980-an terutama setelah keluarkannya krisis), dan jumlah kantor bank meningkat
paket Kebijakan Juni 1983 (Pakjun 1983) lebih dari 200 persen, yaitu dari 1728
dan Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto menjadi 6337 buah. Perkembangan sektor
1988). Kedua kebijakan tersebut melatarbela- keuangan dapat dilihat dari peningkatan
kangi perkembangan industri perbankan jumlah aset bank, kemampuan bank dalam
sebagai salah satu industri keuangan di mengumpulkan dana dan menyalurkan kredit
Indonesia. Peran perbankan sebagai lembaga yang meningkat lebih dari 500 persen sejak
perantara (financial intermediaries) dalam tahun 1989 sampai tahun 1996 (Laporan
membiayai external financing (lihat Bodie Bank Indonesia).
dan Merton, 2000:418) terutama untuk Rangkaian deregulasi yang dikeluarkan
investasi semakin bertambah. Jumlah bank oleh pemerintah berdampak besar pada
50 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

perubahan struktur perbankan nasional. Pasar belum mampu untuk menanggulangi peruba-
keuangan semakin kompetitif. Banyaknya han perekonomian. Demikian juga dengan
pembukaan bank dan kantor bank merupakan manajemen resiko likuiditas dan off balance
bukti bahwa bank adalah salah satu lembaga sheet risk yang belum didayagunakan dengan
keuangan yang paling berkembang dalam baik, sehingga banyak bank yang memiliki
merespon perubahan yang terjadi pada lem- open position yang tinggi terhadap valuta
baga keuangan. Namun, deregulasi per- asing dan tingkat suku bunga. Sementara
bankan tanpa disertai dengan aturan kehati- untuk bank asing, terjadinya krisis tidak
hatian (prudential regulation) serta pengawa- terlalu membuat kondisi bank menurun
san/supervisi yang memadai dapat berpenga- secara signifikan seperti bank domestik,
ruh buruk pada kinerja perbankan. bahkan bisa dikatakan terjadinya krisis
Perkembangan perbankan di Indonesia adalah keuntungan bagi mereka untuk
pada masa orde baru dibedakan menjadi dua, menarik dana murah dari masyarakat akibat
yaitu periode pra deregulasi (financial berkurangnya kepercayaan masyarakat ter-
repression) dan periode pascaderegulasi hadap bank domestik.
(financial liberalism). Sebelum deregulasi Penyalahgunaan kredit dan peraturan
1983, kondisi perbankan ditandai oleh inter- perbankan seperti CAR (capital asset ratio)
vensi pemerintah yang sangat kuat, antara dan net open position-pun tidak diterapkan
lain melalui penetapan suku bunga dan pagu dengan sungguh-sungguh. Akibatnya terjadi
kredit. Upaya memperbaiki sistem perbankan penurunan nilai rupiah, peningkatan suku
dari represif menjadi kompetitif mulai dila- bunga di atas ambang kewajaran dan menu-
kukan pemerintah dengan penetapan deregu- runnya pertumbuhan ekonomi yang menye-
lasi pada sektor keuangan. Melalui Pakjun babkan industri perbankan berada pada posisi
1983, pemerintah mulai menghapuskan yang sulit. Memburuknya kestabilan ekono-
sistem pagu suku bunga dan kredit dengan mi tersebut terlihat dari tingginya jumlah
harapan dana masyarakat akan banyak kredit macet (non performing loan) dan rasio
diserap oleh perbankan apabila tingkat bunga kecukupan modal (CAR) yang lebih rendah
menarik. dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Krisis ekonomi dan keuangan yang Bank Indonesia.
awalnya melanda Thailand berdampak pada Spread negatif suku bunga rupiah hingga
perekonomian negara-negara ASEAN, tak 15 persen pada tahun 1999 menyebabkan
terkecuali Indonesia. Bahkan, kontraksi banyak bank mengalami kerugian dan CAR-
perekonomian Indonesia lebih besar diban- nya menjadi negatif, sehingga perlu dire-
ding negara lainnya. Kontraksi ekonomi di strukturisasi. Perbaikan yang utama dilaku-
Indonesia pada tahun 1998 sebesar 13,7 per- kan melalui penambahan permodalan teru-
sen, Malaysia -7,5 persen, Thailand -9,4 tama untuk bank-bank yang memiliki CAR
persen dan Korea Selatan sebesar -5,8 per- antara –25 sampai dengan di bawah 4 persen.
sen. Akibat krisis, sektor perbankan di Indo- Namun demikian, usaha lain perlu dilakukan
nesia mengalami dampak yang paling parah. untuk memperbaiki bank agar dapat ber-
Menurut Adiningsih (2001), regulasi, super- operasi dengan sehat dan efisien. Salah satu
visi dan sumber daya manusia yang ada upaya meningkatkan efisiensi perbankan
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 51

dilakukan dengan perbaikan manajerial, oleh Beberapa pendapat menyimpulkan bah-


karena itu diperlukan suatu teknik pengu- wa ukuran bank1 juga berpengaruh terhadap
kuran yang tidak hanya menilai bobot kinerja efisiensi. Penelitian yang dilakukan oleh
tetapi juga mengukur sumber-sumber Rangan, et.al (1988) menyatakan bahwa
inefisiensi sehingga bisa diambil kebijakan ukuran bank berpengaruh positip terhadap
koreksi internal dan eksternal oleh pihak- efisiensi. Artinya semakin besar suatu bank,
pihak yang terkait dengan perbankan. akan semakin efisien, karena bank dapat
Perbankan sebagai salah satu lembaga memaksimalkan skala dan skup ekonomis-
keuangan yang memiliki peranan penting nya. Hasil yang sama didapat dari penelitian
dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Grabowski, et.al (1994), Aly, et.al (1990),
Salah satu aspek penting dalam pengukuran Bodie dan Merton (2000), Miller dan Noulas
kinerja perbankan adalah efisiensi yang (1996). Sementara penelitian yang dilakukan
antara lain dapat ditingkatkan melalui penu- oleh Ferrier dan Lovell (1990), menyatakan
runan biaya (reducing cost) dalam proses sebaliknya. Menggunakan teknik programasi
produksi. Berger, et al (1993), mengatakan linier dan ekonometrika, mereka menyatakan
jika terjadi perubahanan struktur keuangan bahwa bank yang kecil justru lebih efisien.
yang cepat maka penting mengidentifikasi- Penelitian ini akan menganalisis kinerja
kan efisiensi biaya dan pendapatan. Bank perbankan Indonesia dari sisi efisiensi teknik
yang lebih efisien diharapkan akan mendapat dan mengupas faktor-faktor yang menyebab-
keuntungan yang optimal, dana pinjaman kan terjadinya inefisiensi yang dapat menu-
yang lebih banyak, dan kualitas servis yang runkan kinerja internal perbankan.
lebih baik pada nasabah. Selama ini kinerja bank diukur menggu-
Tingkat efisiensi yang dicapai merupa- nakan standar akuntansi, misalnya dari return
kan cerminan dari kualitas kinerja yang baik. on equity (ROE), return on asset (ROA),
Pada dasarnya pengukuran kinerja sebuah asset turn over maupun return on permanent
lembaga keuangan hampir sama. Penilaian capital. Sementara dalam penelitian ini tidak
tingkat kesehatan dan produktivitas sebuah menggunakan standar akuntansi, tetapi
bank, asuransi dan LKBB dilakukan berda- dengan Data Envelopment Analisys (DEA),
sarkan pada ketentuan peraturan perundang- sehingga diharapkan akan diperoleh sumber-
undangan yang berlaku. Pada sektor perbank- sumber inefisiensi pada manajerial perban-
an, lazimnya evaluasi tingkat kesehatan kan dan diketahui faktor-faktor eksternal dan
diukur menurut ketentuan yang ditetapkan internal yang mempengaruhi terjadinya
oleh Bank Indonesia yang mengacu pada inefisiensi tersebut.
unsur-unsur modal (capital), kualitas aset Pengukuran efisiensi sebenarnya tidak
(assets quality), manajemen (management), akan menghadapi kendala jika bank hanya
earning dan likuiditas (liquidity) atau memiliki satu input dan satu output saja
CAMEL. untuk proses produksinya, namun hal demi-
kian jarang dijumpai karena bank biasanya
1
Biasanya dilihat dari total nilai aset yang dimiliki
(lihat Rose,1999:106, Sounders, 1999:290)
52 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

memerlukan multi input dan menghasilkan dari penggunaan input dan output yang
berbagai output. Pengukuran efisiensi teknik digunakan untuk operasionalisasi bank.
yang menggunakan multi input dan output Secara umum kondisi perbankan di Indonesia
diharapkan akan memberi nuansa baru pada belum semuanya efisien. Indikasi ini terlihat
pengukuran kinerja perbankan dan dapat antara lain dari tingginya suku bunga kredit
menjelaskan kinerja bank secara riil. (prime rate) di Indonesia sebesar 18,5 per-
Diharapkan dengan ditemukannya faktor sen pada tahun 1995, 16,75 persen tahun
penyebab inefisiensi maka dapat dilakukan 1996 dan melonjak menjadi 39 persen pada
kebijakan koreksi yang digunakan untuk tahun 1999 (FEER, beberapa edisi). Angka
meningkatkan kualitas kinerja bank. Pene- ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan
litian ini akan mengukur efisiensi perbankan negara-negara di kawasan ASEAN. Malay-
di Indonesia sebelum dan selama krisis. sia, misalnya sebesar 7,3 persen (1995), 9
Masalah efisiensi bukan merupakan persen (1996), dan 8,03 persen (1999), serta
masalah yang baru dalam dunia penelitian, Singapura sebesar 6 persen pada tahun 1995
baik efisiensi pada industri manufakturing, dan 1996, serta 5 persen pada tahun 1999.
jasa maupun efisiensi pada lembaga keuang- Salah satu penyebab inefisiensi, antara lain
an, terutama sektor perbankan. Beberapa diakibatkan oleh alokasi input yang kurang
studi empiris terdahulu meneliti tentang sempurna pada kegiatan operasionalisasi
efisiensi perbankan menggunakan pendeka- perbankan. Semakin efisien suatu bank maka
tan analisis yang berbeda, misalnya menggu- kinerjanya semakin baik, sebaliknya bank
nakan ekonometrika, frontier stokhastik (sto- yang mempunyai tingkat inefisiensi yang
chastic frontier), thick frontier maupun Data tinggi pada input dan outputnya, kinerjanya
Envelopment Analysis (DEA). semakin menurun.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
yang dilakukan oleh Miller dan Noulas sebagai berikut:
(1996). Mereka meneliti efisiensi perbankan 1. Teori Efisiensi
di Amerika Serikat dari aspek profitabilitas
Pengertian efisiensi dapat dilihat dari berba-
menggunakan DEA dari sisi dualitasnya.
gai sudut pandang yang berbeda. Efisiensi
Sementara penelitian ini menggunakan kasus
dapat didefinisikan sebagai rasio antara out-
Indonesia, dari sisi yang berbeda (primal)
put dengan input (Kost dan Rosenwig,
dengan beberapa pengembangan yang sesuai
1979:41). Ada tiga faktor yang menyebabkan
dengan karakteristik perbankan di Indonesia.
efisiensi, yaitu apabila dengan input yang
Penelitian ini juga mencoba mencari sumber
sama menghasilkan output yang lebih besar,
inefisiensi teknik perbankan membandingkan
dengan input yang lebih kecil menghasilkan
antar kelompok bank di Indonesia sebelum
output yang sama, dan dengan input yang
dan selama krisis berlangsung serta menga-
besar menghasilkan output yang lebih besar.
nalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Sementara pendapat Tobin (lihat Fry,
terjadinya inefisiensi teknik pada perbankan
1989:137-140, Permono dan Darmawan,
Indonesia.
2000:1-13) ada empat faktor yang berpenga-
Salah satu cara mengukur kinerja ruh terhadap efisiensi perusahaan, pertama,
perbankan adalah efisiensi yang dapat dilihat
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 53

efisiensi karena abitrase ekonomi, kedua, biaya. Inefisiensi teknik (technical inefficien-
efisiensi karena ketepatan penilaian dasar cy) yang terjadi jika hanya sedikit output
aset-asetnya, ketiga, efisiensi karena lembaga yang dihasilkan dari sejumlah input tertentu.
keuangan bank mampu mengantisipasi resiko Tingkat output unit kegiatan ekonomi (UKE)
yang akan muncul dan keempat adalah berada jauh di atas garis isokuan. inefisiensi
efisiensi fungsional yang berkaitan dengan alokasi (allocative inefficiency) terjadi ketika
mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh input digunakan dalam proporsi yang salah,
sebuah lembaga keuangan. sehingga harga dan produktivitas berada
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pada satu garis batas. UKE tetap berada pada
pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik garis isokuan, tetapi pada titik yang salah.
dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomis Terakhir, skala inefisiensi (scale inefficiency)
mempunyai sudut pandang makro yang terjadi ketika biaya total dapat dikurangi
mempunyai jangkauan lebih luas dibanding- dengan merubah jumlah UKE, dan unit
kan dengan efisiensi teknik yang bersudut kegiatan ekonomi berada pada garis isokuan
pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik yang salah.
cenderung terbatas pada hubungan teknis dan
2. Teori Efisiensi Bank
operasional dalam proses konversi input
menjadi output. Akibatnya, usaha untuk Kurva biaya rata-rata bank merupakan
meningkatkan efisiensi teknis hanya memer- hubungan antara ukuran bank (biasanya
lukan kebijakan mikro yang bersifat internal, dihitung dari nilai aset atau nilai simpanan)
yaitu dengan pengendalian dan alokasi sum- dengan biaya produksi output per-unit (lihat
ber daya yang optimal. Dalam efisiensi eko- Rose,1999:106, Sounders, 1999:290). Kurva
nomis, harga tidak dapat dianggap given, ini digambarkan berbentuk U-Shaped yang
karena harga dapat dipengaruhi oleh kebija- mendatar pada bagian tengahnya (Rose,
kan makro (Walter, 1995, Sarjana, 1999). 1999:106) yang mempunyai implikasi ren-
Giuffrida dan Gravelle (2001), berpen- tang bank yang menghasilkan efisiensi mak-
dapat bahwa ada tiga sumber inefisiensi simal (lihat gambar 1).
Biaya produksi jasa bank per-

Least-cost production point

Lowest cost bank size range

Minimum asset size needed for


Maximum long run efficiency

$100 $200 $300 $400 $500 $1 $5


juta juta juta juta juta milyar milyar
Ukuran Bank (dalam total nilai aset)

Gambar 1. Kurva Biaya Rata-rata Bank


54 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

Beberapa penelitian menyatakan bahwa oleh bank cenderung menurun seiring dengan
bank kecil memberikan pelayanan yang ber- ekspansi bank. Biaya rata-rata untuk mem-
beda dengan bank besar, namun bank besar produksi output diukur sebagai berikut:
mampu memberikan jasa yang lebih lengkap.
TCi
Implikasinya perhitungan biaya rata-rata ACi =
yang dikeluarkan bank kecil berbeda dengan Si
bank besar. Pada gambar 1, dinyatakan dimana:
bahwa bank kecil dan menengah mencapai
ACi = rata-rata biaya yang dikeluarkan
biaya produksi yang paling rendah, yaitu
bank i
antara 100 juta dollar sampai 500 juta dollar
AS pada nilai asetnya. Sebaliknya bank TCi = biaya total yang dikeluarkan bank i
besar mencapai titik optimal (biaya terendah) Si = ukuran bank, dilihat dari aset, depo-
antara 2 – 10 milyar dollar AS. sito dan pinjaman dari bank i
Awalnya, bank kecil (nilai aset < 100
juta dollar AS) akan menanggung biaya pro- Efisiensi biaya bank dapat dilihat pada
duksi yang lebih banyak, tetapi cenderung gambar 2 Bank yang berada di size C
menurun seiring bertambahnya aset. Pada memiliki AC untuk pelayanan produksi yang
aset 200 juta dollar AS, bank kecil berada relatif rendah dibandingkan bank pada size A
pada titik biaya paling rendah (least cost atau B, sehingga keuntungan yang didapat
production point). Penelitian terbaru yang juga lebih tinggi. Bank C mempunyai
dilakukan oleh Berger, et al (1996), menyata- kekuatan tawar menawar (bargaining power)
kan bahwa kebanyakan bank tidak beroperasi yang lebih tinggi dibanding bank A atau B
pada batas kemungkinan biaya minimumnya karena dapat memberikan pelayanan yang
(minimum possible cost). Hasil penelitian lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
menyatakan bahwa tingkat x-efficiency
antara 20 sampai 25 persen lebih besar dari AC

keseluruhan biaya produksi yang seharusnya


terjadi pada kondisi efisiensi maksimum. ACA

ACB
3. Skala Ekonomis (economies of scale)
ACC
AC1
Sebuah lembaga keuangan yang tumbuh AC2
0 A B C Size
pesat biasanya melakukan inovasi teknologi
dan ekspansi usaha, sehingga biaya yang Sumber: Saunders (1997: 291)
harus dikeluarkan meningkat. Untuk memak-
Gambar 2. Dampak Peningkatan Teknologi
simalkan keuntungan suatu bank harus mela-
kukan efisiensi terutama untuk skala ekono-
mis (economies of scale) yaitu dengan Implikasi skala ekonomis dalam jangka
meningkatkan output, agar biaya produksi panjang, bahwa semakin besar suatu bank
yang dikeluarkan semakin menurun (Saun- maka biaya rata-rata yang dikeluarkan akan
ders, 1997:290). Umumnya, biaya produksi semakin kecil dan efisien, terutama untuk
rata-rata (average cost) yang dikeluarkan peningkatan pelayanan produksi. Misalnya,
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 55

penggunaan komputer dan satelit sabagai alat MC, AC


MC
teknologi informasi diperlukan sebagai salah
satu sarana untuk menekan biaya produksi.
Dampak penggunaan teknologi yang dipakai
untuk inovasi suatu bank ditunjukkan oleh AC
perubahan penurunan kurva AC dan penu-
runan semakin besar apabila bank tumbuh
semakin besar. Q
Pada gambar 2, kurva AC1 merupakan Sumber : Martin (1988:22)

posisi awal sebelum penggunaan teknologi


Gambar 3. Economies dan Diseconomies of Scale
baru. AC2 merefleksikan adanya penurunan
biaya rata-rata bank karena penggunaan
teknologi baru. Penggunaan teknologi akan Ketika MC berada di bawah AC, maka
menggeser AC1 ke AC2 sehingga bank dapat tambahan biaya pemanfaatan input untuk
menurunkan biaya rata-rata yang harus menghasilkan tambahan satu unit output
ditanggung. Kebalikannya, bank akan kurang dari besarnya biaya rata-rata per unit
mengalami diseconomies of scale apabila output, sehingga input lebih produktif selama
untuk meningkatkan output, ongkos yang terjadi penambahan output, ada peningkatan
harus dikeluarkan bank semakin besar. efisiensi. Sebaliknya ketika penambahan
biaya input lebih besar dari biaya rata-rata
Menurut Martin (1988), skala ekonomis
maka harga output cenderung meningkat.
berbentuk kurva long run average cost
Tambahan biaya ini merefleksikan adanya
(LAC) yang memiliki ekstrem minimum.
managerial loss of control pada perusahaan
Pada titik inilah perusahaan beroperasi pada
yang berskala besar dan mengakibatkan skala
ongkos produksi per-unit paling rendah atau
produksi tidak efisien.
minimum efficient of scale (MES) dan dari
bawah kurva MC memotong kurva LAC
dititik minimum. METODE PENELITIAN

Koefisien fungsi (function coefficient Data dan Sumber Data


atau FC) yang digunakan dalam analisis eko-
nomi, merupakan perbandingan antara mar- Data yang akan digunakan dalam penelitian
ginal cost dan average cost. Apabila FC= ini berasal Bank Indonesia, antara lain
AC/MC > 1, berarti perusahaan telah berpro- Direktori Bank Indonesia tahun 2000-2004,
duksi pada skala economies of scale. berupa neraca dan laporan laba rugi bank,
Sementara jika FC=1, biaya yang paling Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
minimum dikeluarkan untuk menghasilkan beberapa edisi, dan Laporan Tahunan Bank
barang yang diproduksi, tetapi jika FC<1, Indonesia, serta hasil penelitian Biro Riset
maka perusahaan beroperasi pada disecono- Infobank dan Asia Week.
mies of scale. Data yang digunakan dalam DEA, dibagi
dalam variabel input dan output yang difor-
mulasikan ke dalam dua asumsi yaitu con-
stant return to scale (CRS) dan variable
56 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

return to scale (VRS). Perhitungan efisiensi untuk mengidentifikasi faktor-faktor penye-


teknik dengan DEA menggunakan dua varia- babnya, dan ketiga, menentukan implikasi
bel input yaitu tenaga kerja dan aktiva peru- kebijakan sehingga dapat meningkatkan ting-
sahaan, serta dua variabel output meliputi kat efisiensinya.
pendapatan bunga dan pendapatan non Awalnya, DEA digunakan untuk menga-
bunga, masing-masing bank. tasi kekurangan dimiliki oleh analisis rasio
dan regresi berganda. Analisis rasio hanya
Data Envelopment Analysis (DEA)
mampu memberikan informasi bahwa UKE
DEA (Charnes, et.al (1978), Banker, et.al tertentu yang memiliki kemampuan khusus
(1984)), adalah sebuah metode optimasi pro- mengkonversi satu jenis input ke satu jenis
gram matematika yang mengukur efisiensi output tertentu, sedangkan analisis regresi
teknik suatu unit kegiatan ekonomi (UKE) berganda menggabungkan banyak output
dan membandingkan secara relatif terhadap menjadi satu. DEA dirancang untuk mengu-
UKE yang lain. DEA mula-mula dikem- kur efisiensi relatif suatu unit kegiatan eko-
bangkan oleh Farrel (1957) yang mengukur nomi (UKE) yang menggunakan input dan
efisiensi teknik satu input dan satu output, output yang lebih dari satu, dimana pengga-
menjadi multi input dan multi output, meng- bungan tersebut tidak mungkin dilakukan.
gunakan kerangka nilai efisiensi relatif seba- Efisiensi relatif suatu UKE adalah efisiensi
gai rasio input (single virtual input) dengan suatu UKE dibanding dengan UKE lain
output (single virtual output) (Giuffrida dan dalam sampel yang menggunakan jenis input
Gravelle,2001:4, Lewis,et.al 1999; 907-912, dan output yang sama. DEA memformulasi-
Post dan Spronk, 1999;3). Awalnya, DEA kan UKE sebagai program linier fraksional
dipopulerkan oleh Charnes, Cooper dan untuk mencari solusi jika model tersebut
Rhodes (1978) dengan metode constant ditransformasikan kedalam program linier
return to scale (CRS) dan dikembangkan dengan nilai bobot dari input dan output.
oleh Banker, Charnes, Cooper (1994) untuk UKE dipakai sebagai variabel keputusan
variable return to scale (VRS), yang (decision variables) menggunakan metode
akhirnya terkenal dengan model CCR dan simplek.
BCC.
Pada kasus input dan output yang ber-
DEA merupakan alat analisis yang variasi, efisiensi suatu UKE dihitung dengan
digunakan untuk mengukur efisiensi, antara mentransformasikan menjadi input dan out-
lain untuk penelitian kesehatan (healt care), put tunggal. Transformasi ini dilakukan
pendidikan (education), transportasi, pabrik dengan menentukan pembobot yang tepat.
(manufacturing), maupun perbankan. Ada Penentuan pembobot ini yang selalu menjadi
tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran masalah dalam pengukuran efisiensi. DEA
efisiensi dengan DEA (Insukindro dkk, digunakan untuk menyelesaikan masalah
2000:8), pertama, sebagai tolak ukur untuk dengan memberi kebebasan pada setiap UKE
memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk menentukan pembobotnya masing-
untuk mempermudah perbandingan antar unit masing.
ekonomi yang sama. Kedua, mengukur ber-
Konstruksi DEA yang didasarkan fron-
bagai variasi efisiensi antar unit ekonomi
tier data aktual pada sampel akan lebih
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 57

efisien dibandingkan DEA yang tidak meng- ui merupakan bobot output i yang di hasil-
gunakan frontier. Efisiensi UKE (Chilin- kan oleh bank s
gerian, 1996) diukur dari rasio bobot output vj adalah bobot input j yang diberikan oleh
bank s, dan i dihitung dari 1 ke m serta j
dibagi bobot input (total weighted out-
dihitung dari 1 ke n.
put/total weighted input). Bobot tersebut
memiliki nilai positif dan bersifat universal, Persamaan di atas menunjukkan adanya
artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat penggunaan satu variabel input dan satu out-
menggunakan seperangkat bobot yang sama put. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksi-
untuk mengevaluasi rasionya (total weighted/ malkan dengan kendala sebagai berikut:
total weighted input ≤ 1). Angka rasio 1 (atau
kurang dari satu) berarti UKE tersebut efisien m n

(tidak efisien) dalam menghasilkan tingkat ∑ ui yir / ∑ v j x jr ≤ 1 untuk r = 1, …, N


i =1 j =1
output maksimum dari tiap input. DEA
berasumsi bahwa setiap UKE menggunakan U i dan V j ≥ 0 .......(2)
kombinasi input yang berbeda untuk meng-
hasilkan kombinasi output yang berbeda
pula. Sehingga setiap UKE akan memilih dimana N menunjukkan jumlah bank dalam
seperangkat bobot yang mencerminkan sampel. Pertidaksamaan pertama menunjuk-
keragaman tersebut. Secara umum UKE akan kan adanya efisiensi rasio untuk UKE lain
menetapkan bobot yang tinggi untuk input tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan
yang penggunaannya sedikit untuk memak- kedua berbobot positif. Angka rasio akan
simalkan output, dan sebaliknya. bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank
dikatakan efisien apabila memiliki angka
Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebalik-
nya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi
Efisiensi teknis perbankan diukur dengan
bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap
menghitung rasio antara output dan input
bank dapat menentukan pembobotnya
perbankan. Data Envelopment Analysis
masing-masing dan menjamin bahwa pembo-
(DEA) akan menghitung bank yang menggu-
bot yang dipilih akan menghasilkan ukuran
nakan input n untuk menghasilkan output m
kinerja yang terbaik.
yang berbeda (Miller dan Noulas;1996).
Efisiensi bank diukur sebagai berikut: Output Y

C
m n
hs = ∑ ui yis / ∑ v j x js ......(1) D
V
i =1 j =1
B
S
K
F G
dimana:
hs adalah efisiensi teknik bank s Input X
0 A
yis merupakan jumlah output i yang dipro-
Sumber: Miller dan Noulas (1996)
duksi oleh bank s.
xjs adalah jumlah input j yang digunakan
oleh bank s Gambar 4. Pendekatan Satu Input dan Satu Output
58 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

Gambar 4. menunjukkan adanya peng- m

gunaan satu variabel input dan satu output. Maksimisasi hs = ∑ ui yis + U o .......(5)
i =1
Teknologi CRS ditunjukkan oleh frontier
Kendala
OC. Bank dikatakan efisien bila berada pada m n
garis frontier, sedangkan yang berada di luar ∑ uI yir − ∑ v j x j r ≤ 0, r = 1,......N ;
i =1 j =1
garis frontier dikatakan tidak efisien.
Beberapa bagian program linear ditrans- n
formasikan kedalam program ordinary linier ∑ v j x js = 1 dan ui dan vj ≥ 0 ……(6)
secara primal atau dual sebagai berikut: j =1

dimana U o merupakan penggal yang dapat


m

∑u y
bernilai positif atau negatif. Transformasi
Maksimisasi hs = i is
(3)
juga dapat dilakukan secara dual dengan
i =1
minimisasi input sebagai berikut:
Kendala
m n

∑ u y − ∑ v x r ≤ 0, r = 1,......N ;
i =1
I ir
j =1
j j
Minimisasi βs …….(7)
n
n Kendala ∑θ r y ir ≥ y is , i = 1,..., m
∑ v j x js = 1 dan ui dan vj ≥ 0 (4) r =1

j =1
N
β s x js − ∑θ r xir ≥ 0, j = 1,...., n;θ r ≥ 0 ;
r =1
Efisiensi pada masing-masing bank dan βs bebas
dihitung menggunakan programasi linier
dengan memaksimumkan jumlah output yang
Variabel βs merupakan efisiensi teknis
dibobot dari bank s. Kendala jumlah input
dan bernilai antara 0 dan 1. Programasi linier
yang dibobot harus sama dengan satu untuk
pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan con-
bank s, sedangkan kendala untuk semua
stant return to scale (CRS). Efisiensi teknis
bank, yaitu jumlah output yang dibobot
(βs) diukur sebagai rasio KF/KS dan bernilai
dikurangi jumlah input yang dibobot harus
kurang dari satu. Sementara (1-βs) mene-
kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti
rangkan jumlah input yang harus dikurangi
semua bank akan berada atau dibawah refe-
untuk menghasilkan output yang sama seba-
rensi kinerja frontier yang merupakan garis
gai bentuk efisiensi bank seperti yang ditun-
lurus yang memotong sumbu origin (Insu-
jukkan oleh titik F. Kedua perhitungan,
kindro, dkk, 2000:20).
minimisasi input atau maksimisasi output,
Sementara jika teknologi dianggap vari- primal atau dual akan memberikan hasil yang
able return to scale, maka efisiensi berada relatif sama, sehingga dalam penelitian ini
pada garis ABDV. Dengan asumsi ini maka akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu
titik A,B,D, dan V dikatakan efisien. Pro- maksimisasi output.
gramasi linier yang menunjukkan asumsi
VRS adalah:
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 59

HASIL PENELITIAN DAN berasal dari bunga, sedangkan pendapatan


PEMBAHASAN non bunga merupakan pendapatan yang
diterima oleh bank yang berasal selain dari
Definisi dan Hubungan Antarvariabel
bunga.
yang Diamati
Efisiensi merupakan salah satu pencerminan Hasil Perhitungan Efisiensi Perbankan
kinerja perbankan. Suatu bank dikatakan Dengan Metode Variable Return To Scale
memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat Hasil perhitungan efisiensi menggunakan
meningkatkan efisiensinya. Pemilihan varia- Data Envelopment Analysis dengan metode
bel yang sesuai mutlak diperlukan agar variabel return to scale selengkapnya disaji-
pengukuran dapat memberikan hasil yang kan pada tabel 1. Hasil analisis menunjukkan
maksimal. Variabel yang digunakan dalam bahwa pada tahun 2000 hanya 4 bank yang
DEA dikelompokkan menjadi variabel input mencapai efisiensi kurang dari 100 persen,
dan variabel output. Variabel input terdiri yaitu BNI (98,33 persen); BTN (99,27
dari tenaga kerja dan aktiva perusahaan se- persen), BII (87,55 persen) dan bank Niaga
dangkan dua variabel output adalah penda- (66,78 persen). Bank yang memperoleh pen-
patan bunga dan pendapatan non bunga. capaian efisiensi yang paling rendah adalah
Tenaga kerja merupakan variabel input, bank Niaga. Inefisiensi ini antara lain dise-
yaitu sumber daya manusia yang dihitung babkan oleh penggunaan input yang kurang
berdasarkan jumlah karyawan yang bekerja optimal untuk menghasilkan output. Input
pada masing-masing bank pada tahun yang belum dialokasikan sempurna adalah
penelitian. Aktiva merupakan aset yang dimi- aktiva yang hanya dialokasikan sebesar 66,8
liki oleh bank. Pendapatan bunga adalah pen- persen dan tenaga kerja yang masih diguna-
dapatan yang diterima oleh bank yang kan 42,5 persen. Untuk menghasilkan efisien

Tabel 1. Hasil Efisiensi Perbankan dengan Metode VRS


Pencapaian
BANK 2000 2001 2002 2003 2004
rata-rata
BANK PEMERINTAH
BRI 100.00 25.22 16.01 79.20 100.00 64.09
BNI 98.33 100.00 43.91 100.00 100.00 88.45
BTN 99.27 65.01 48.99 100.00 88.21 80.30
MANDIRI 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BANK UMUM SWASTA NASIONAL
BCA 100.00 7.33 24.92 48.95 50.23 46.29
BII 87.55 42.43 28.45 82.60 67.76 61.76
NIAGA 66.78 50.92 91.27 100.00 100.00 81.79
DANAMON 100.00 100.00 30.55 100.00 83.45 82.80
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BJATENG 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BDKI 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
BJATIM 100.00 80.90 88.13 100.00 95.19 92.84
BJABAR 100.00 83.01 71.85 100.00 100.00 90.97
60 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

yang maksimal bank Niaga harus mening- mencapai 15,4 persen dan tenaga kerja 16,0
katkan penggunaan inputnya masing-masing persen. Untuk mencapai efisiensi 100 Untuk
sebesar 33,2 dan 57,5 persen. Upaya pening- mencapai efisiensi 100 persen maka BRI
katan bisa dilakukan bank Niaga dengan harus meningkatkan penggunaan inputnya
mereferensikan pada BRI dan Bank Jabar. masing-masing sebesar 84,6 dan 84,0 persen.
Pada tahun 2001 kinerja perbankan Hasil perhitungan untuk bank swasta
banyak mengalami penurunan yang ditunjuk- diperoleh hasil bahwa semua bank swasta
kan oleh menurunnya pencapaian efisiensi mengalami inefisiensi. Untuk meningkatkan
oleh beberapa bank, bahkan BCA yang pada efisiensi BRI dapat mengacu pada kinerja
tahun 2000 sudah efisien, pada tahun 2001 yang sudah dicapai oleh bank Mandiri dan
mengalami penurunan efisiensi yang sangat bank DKI.
signifikan yaitu sebesar 92,67 persen. Bebe- Hasil perhitungan dengan DEA pada
rapa bank lain yang juga mengalami penu- tahun 2003 menunjukkan bahwa terjadi
runan efisiensi adalah bank Jatim (-19,10 peningkatan efisiensi pada sembilan bank
persen); bank Jabar (-16,99 persen), BRI yang pada tahun 2002 mengalami inefisiensi.
(-74,78 persen); BTN (-34,26 persen), BII Bahkan beberapa bank peningkatan kinerja-
(-45,12 persen) dan bank Niaga (15,86 nya sangat signifikan dan mencapai 100
persen). Peningkatan efisiensi hanya dicapai persen yaitu BNI, BTN, bank Niaga, Bank
oleh BNI yaitu dari 98,33 persen menjadi Danamon, Bank Jatim dan Bank Jabar. Pada
100 persen. Penurunan yang sangat signifi- tahun ini hanya tiga bank yang belum men-
kan yang dialami oleh BCA diakibatkan capai efisiensi maksimal (100 persen) antara
belum dipergunakannya input secara maksi- lain BRI, BCA dan BII. Hasil ini sejalan
mal. Aktiva hanya digunakan 7,3 persen dengan temuan Ferrier dan Lovell (1990)
sehingga untuk mencapai efisiensi harus yang mengevaluasi efisiensi 575 bank di
ditingkatkan penggunaannya sebesar 92,7 Amerika Serikat pada tahun 1984 yang
persen. Sementara itu tenaga kerja hanya menyatakan bahwa bank besar justru yang
digunakan sebesar 7,3 persen sehingga untuk lebih sulit untuk mencapai efisiensi maksi-
mencapai efisiensi maksimal harus ditingkat- mal.
kan optimalitasnya sebesar 92,7 persen. Hasil pencapaian efisiensi pada tahun
Untuk Itu BCA dapat mereferensikan diri 2004 menyatakan bahwa ada lima bank yang
pada bank Danamon, bank Mandiri dan bank belum mencapai efisiensi maksimal yaitu
DKI untuk meningkatkan efisiensinya. BTN, BCA, BII dan bank Danamon. Jika
Pencapaian efisiensi pada tahun 2002 dibandingkan dengan pencapaian tahun 2003
menunjukkan bahwa hanya tiga bank yang maka hanya BRI yang mengalami peningkat-
sudah mencapai efisiensi seratur persen. an efisiensi, sedangkan empat bank diatas
Ketiga bank tersebut adalah bank Mandiri, mengalami penurunan efisiensi.. Pencapaian
bank Jateng dan Bank DKI. Inefisiensi paling efisiensi terkecil dicapai BCA dengan nilai
besar diperoleh BRI dengan pencapaian efisiensi hanya 50,23 persen.
sebesar 16,01, menurun 9,21 persen dari Dilihat dari pencapaian secara rata-rata
tahun sebelumnya. Sumber inefisiensi terbe- maka bank umum swasta nasional memiliki
sar berasal dari variabel aktiva yang hanya tingkat efisiensi paling rendah yaitu berkisar
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 61

antara 46 sampai 82 persen, bahkan tidak Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata
satupun bank swasta yang dipakai sebagai tiap variabel menunjukkan bahwa tenaga
sampel yang memiliki efisiensi maksimal kerja merupakan variabel yang memiliki nilai
100 persen. Untuk itu bank swasta harus efisiensi rata-rata paling rendah yaitu sebesar
lebih meningkatkan kinerja agar bisa ber- 39.08 persen disusul oleh aktiva dengan nilai
saing dengan bank pemerintah dan bank rata-rata 43,70 persen. Rendahnya pencapai-
pembangunan. Dari pencapaian tingkat an nilai efisiensi tersebut antara lain disebab-
efisiensi secara keseluruhan tersebut maka kan bank kelebihan tenaga kerja yang
dapat disimpulkan bahwa ternyata tingkat dipekerjakan sehingga menurunkan optima-
efisiensi bank pembangunan daerah secara litas pekerja. Persoalan tenaga kerja memang
rata-rata paling tinggi dibandingkan bank menjadi salah satu permasalahan rumit dalam
pemerintah dan bank swasta. Hasil ini sesuai perekonomian. Meningkatnya supply tenaga
dengan kajian yang dilakukan Ferrier dan kerja yang tidak diimbangi oleh luasnya
Lovell (1990), yang menyatakan bahwa bank lapangan pekerjaan menimbulkan masalah.
yang kecil justru lebih efisien dibandingkan Pada kasus yang dialami bank, peningkatan
bank besar. jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi
dengan skill yang memadai akan menyebab-
Hasil Analisis Tiap Variabel dengan kan bank mengalami penurunan produkti-
Metode VRS vitas. Hal ini sesuai dengan law of diminish-
Hasil pencapaian efisiensi tiap variabel ing marginal return, dimana penambahan
dengan metode variable return to scale tenaga kerja justru akan menyebabkan penu-
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. runan marginal tenaga kerja

Tabel 2. Hasil Efisiensi tiap Variabel dengan Metode VRS

BANK AKTIVA TENAGA KERJA PENDAPATAN BUNGA PENDAPATAN NON BUNGA

BANK PEMERINTAH
BRI 63.96 56.36 65.36 97.38
BNI 82.50 88.44 82.50 100.00
BTN 74.54 80.30 83.54 91.50
MANDIRI 100.00 100.00 100.00 100.00
BANK UMUM SWASTA NASIONAL
BCA 43.70 39.08 83.50 87.32
BII 60.54 56.88 65.94 100.00
NIAGA 79.24 75.24 61.12 92.26
DANAMON 80.94 82.78 80.92 100.00
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BJATENG 100.00 100.00 100.00 100.00
BDKI 100.00 100.00 100.00 100.00
BJATIM 92.84 92.84 91.74 81.24
BJABAR 90.56 90.98 78.72 100.00
Minimum 43.70 39.08 61.12 81.24
Maksimum 100.00 100.00 100.00 100.00
62 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

Sementara itu nilai efisiensi rata-rata Hasil Perhitungan Efisiensi Perbankan


antar variabel terbesar dicapai oleh penda- dengan Metode Constant Return to Scale
patan non bunga dengan tingkat pendapatan Hasil analisis dengan metode constant return
efisiensi sebesar 81,24 persen. Kondisi ini to scale menunjukkan bahwa pada tahun
sesuai dengan fakta yang terjadi bahwa saat 2000 bank yang memiliki efisiensi paling
ini ada kecenderungan bank untuk mem- kecil adalah Bank Pembangunan Daerah DKI
peroleh pendapatan diluar bunga antara lain atau yang lebih dikenal dengan bank DKI
dengan menerbitkan kartu pastik dengan ber- yaitu sebesar 12,86 persen (lihat tabel 3).
bagai fasilitas kemudahan yang berguna un- Sementara bank yang sudah mencapai
tuk menarik minat konsumen. Saat ini yang efisiensi 100 persen ada 5 bank yaitu Bank
paling banyak ditawarkan adalah kartu kredit Rakyat Indonesia (BRI), bank mandiri, BCA,
dan ATM. Fleksibilitas dalam pembayaran bank danamon dan bank jabar. Inefisiensi
dan angsuran menyebabkan kartu plastik bank DKI ini disebabkan oleh alokasi input
banyak diminati masyarakat karena masyara- yang kurang maksimal untuk memperoleh
kat tidak perlu lagi membawa uang tunai output. Variabel yang belum dialokasikan
dalam jumlah yang besar apabila ingin mela- maksimal adalah aktiva yang masih menca-
kukan wisata atau kunjungan ke negara lain pai 7,3 persen dan harus ditingkatkan peng-
dalam jangka waktu lama. Pertumbuhan gunaan inputnya sebesar 92,7 persen. Pada
kartu plastik memberikan dampak pemasu- aktiva ini terjadi pemborosan aset karena
kan yang signifikan pada pendapatan non target efisiensi seharusnya 4.542.969.9 ribu
bunga bank. namun dialokasikan sebesar 62159479.0
ribu. Penggunaan tenaga kerja juga demi-
kian. Seharusnya bank Jabar mempekarjakan
116 karyawan, namun yang terjadi jumlah

Tabel 3. Hasil Efisiensi Perbankan dengan Metode Constant Return to Scale


Pencapaian
BANK 2000 2001 2002 2003 2004
Rata-rata
BANK PEMERINTAH
BRI 100.00 24.04 14.89 64.15 98.93 60.40
BNI 98.27 100.00 42.39 80.54 82.73 80.78
BTN 92.37 45.22 36.78 84.58 78.95 67.58
MANDIRI 100.00 100.00 100.00 94.83 100.00 98.96
BANK UMUM SWASTA NASIONAL
BCA 100.00 3.45 23.37 36.37 43.60 41.36
BII 86.94 32.19 22.07 74.99 66.63 56.56
NIAGA 66.27 39.50 88.11 100.00 100.00 78.77
DANAMON 100.00 11.05 26.50 85.50 81.53 60.92
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BJATENG 91.50 13.50 8.96 99.69 100.00 62.73
BDKI 12.86 20.77 20.56 84.88 91.32 46.09
BJATIM 95.14 13.05 9.93 100.00 87.99 61.22
BJABAR 100.00 19.05 24.57 100.00 100.00 68.72
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 63

tenaga kerja yang digunakan sebesar 903 Hasil analisis dengan metode constant
orang sehingga terjadi pemborosan tenaga return to scale menunjukkan bahwa pada
kerja. Upaya untuk meningkatkan efisiensi tahun 2002 bank yang memiliki efisiensi
dapat dilakukan bank DKI dengan meng- paling kecil adalah Bank Jateng yaitu sebesar
efisiensikan penggunaan input. Sebagai 8,96 persen dan Bank Jatim sebesar 9,93%.
acuan, bank DKI bisa memilih BCA dan Sementara bank yang mencapai efisiensi 100
Bank danamon yang sudah memiliki nilai persen hanya 1 bank yaitu Bank Mandiri.
efisiensi 100 persen. Banyaknya Inefisiensi pada tahun 2002 ini
Pencapaian efisiensi pada tahun 2001 disebabkan oleh alokasi input yang kurang
menunjukkan bahwa hanya dua bank yang maksimal untuk memperoleh output. Varia-
sudah mencapai efisiensi seratus persen bel yang belum dialokasikan maksimal yakni
yakni Bank Mandiri dan Bank Negara Indo- pada Bank Jateng aktiva yang masih menca-
nesia (BNI). Sementara bank yang memiliki pai 6,3 persen dan harus ditingkatkan peng-
efisiensi paling kecil adalah BCA sebesar gunaan inputnya sebesar 93,7 persen. Pada
3,45 persen. Inefisiensi BCA ini disebabkan aktiva ini terjadi pemborosan aset karena
oleh alokasi input yang kurang maksimal target efisiensi seharusnya 322805.3 ribu
untuk mendapatkan ouput. Variabel yang namun dialokasikan sebesar 5109753.0 ribu.
belum dialokasikan maksimal adalah aktiva Penggunaan tenaga kerja juga demikian.
yang masih mencapai 1,6 persen dan harus Seharusnya Bank Jateng mempekerjakan
ditingkatkan penggunaan inputnya sebesar 156.2 karyawan, namun yang terjadi jumlah
98,4 persen. Sedangkan aktiva ini terjadi tenaga kerja yang digunakan sebesar 1744
pemborosan aset karena target efisiensi seha- orang sehingga terjadi pemborosan tenaga
rusnya 1606867.3 ribu namun dialokasikan kerja. Kemudian pada Bank Jatim Variabel
sebesar 103032534.0 ribu. Penggunaan yang belum dialokasikan maksimal yakni
tenaga kerja juga demikian. Seharusnya BCA variabel aktiva yang masih mencapai 2,6
mempekerjakan 739.8 karyawan, namun persen dan harus ditingkatkan penggunaan
yang terjadi jumlah tenaga kerja yang inputnya sebesar 97,4 persen. Pada aktiva ini
digunakan sebesar 21413.0 orang sehingga terjadi pemborosan aset karena target
terjadi pemborosan tenaga kerja. Upaya efisiensi seharusnya 163269.0 ribu namun
untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku- dialokasikan sebesar 6386132.0 ribu. Peng-
kan BCA dengan mengefisiensikan peng- gunaan tenaga kerja juga demikian. Seharus-
gunaan input. Sebagai acuan, BCA bisa Bank nya Bank Jatimg mempekerjakan 79 karya-
Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) wan, namun yang terjadi jumlah tenaga kerja
yang sudah memiliki nilai efisiensi 100 per- yang digunakan sebesar 796 orang sehingga
sen. Upaya untuk meningkatkan efisiensi terjadi lagi pemborosan tenaga kerja. Upaya
dapat dilakukan BCA dengan mengefisiensi- untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku-
kan penggunaan input. Sebagai acuan, BCA kan bank Jateng dan bank Jatim dengan
bisa Bank Mandiri dan Bank Negara Indone- mengefisiensikan penggunaan input. Sebagai
sia (BNI)yang sudah memiliki nilai efisiensi acuan, bisa memilih Bank Mandiri yang
100 persen. sudah memiliki nilai efisiensi 100 persen.
64 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

Pencapaian efisiensi pada tahun 2003 BCA. Hasil ini sejalan dengan temuan
menunjukkan bahwa ada tiga bank yang Ferrier dan Lovell (1990) yang mengevaluasi
sudah mencapai efisiensi seratus persen efisiensi 575 bank di Amerika Serikat pada
yakni Bank Niaga, Bank Jabar dan Bank tahun 1984 yang menyatakan bahwa bank
Jatim. Sementara bank yang memiliki besar justru yang lebih sulit untuk mencapai
efisiensi paling kecil adalah BCA sebesar efisiensi maksimal.
36,37 persen. Inefisiensi BCA ini disebabkan
oleh alokasi input yang kurang maksimal Hasil Analisis Tiap Variabel dengan
untuk mendapatkan ouput. Variabel yang Metode CRS
belum dialokasikan maksimal adalah aktiva Hasil pencapaian efisiensi tiap variabel
yang masih mencapai 36,4 persen dan harus dengan metode constant return to scale
ditingkatkan penggunaan inputnya sebesar selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
63,6 persen. Sedangkan aktiva ini terjadi memperlihatkan bahwa rata-rata tiap variabel
pemborosan aset karena target efisiensi seha- yang diamati menunjukkan bahwa tenaga
rusnya 48355066,3 ribu namun dialokasikan kerja merupakan variabel yang memiliki nilai
sebesar 132969372,0 ribu. Penggunaan efisiensi rata-rata paling rendah yaitu sebesar
tenaga kerja juga demikian. Seharusnya BCA 37,44 persen disusul oleh aktiva dengan nilai
mempekerjakan 5581 karyawan, namun yang rata-rata 38,08 persen.
terjadi jumlah tenaga kerja yang digunakan
Pada tabel 4, dengan menggunakan
sebesar 21367,0 orang sehingga terjadi pem-
metode constant return to scale menunjuk-
borosan tenaga kerja. Upaya untuk mening-
kan variabel tenaga kerja merupakan variabel
katkan efisiensi dapat dilakukan BCA
yang memiliki nilai efisiensi rata-rata paling
dengan mengefisiensikan penggunaan input.
rendah yaitu sebesar 37,44 persen disusul
Sebagai acuan, BCA bisa Bank Mandiri dan
oleh aktiva dengan nilai rata-rata 38,08 per-
Bank Negara Indonesia (BNI) yang sudah
sen. Rendahnya pencapaian nilai efisiensi
memiliki nilai efisiensi 100 persen. Upaya
tersebut antara lain disebabkan bank kele-
untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku-
bihan tenaga kerja yang dipekerjakan sehing-
kan BCA dengan mengefisiensikan penggu-
ga menurunkan optimalitas pekerja. Persoa-
naan input. Sebagai acuan, BCA bisa
lan tenaga kerja memang menjadi salah satu
memilih Bank Niaga, Bank Jatim dan Bank
permasalahan rumit dalam perekonomian.
Jabar yang sudah memiliki nilai efisiensi 100
Meningkatnya supply tenaga kerja yang tidak
persen.
diimbangi oleh luasnya lapangan pekerjaan
Hasil perhitungan dengan DEA pada menimbulkan masalah. Pada kasus yang
tahun 2004 menunjukkan bahwa terjadi dialami bank, peningkatan jumlah tenaga
efisiensi pada empat bank yakni Bank kerja yang tidak diimbangi dengan skill yang
Mandiri, Bank Niaga, Bank Jateng dan Bank memadai akan menyebabkan bank mengala-
jabar. Bahkan bank Mandiri yang pada tahun mi penurunan produktivitas. Hal ini sesuai
2003 tingkat efisiensinya menurun pada dengan law of diminishing marginal return,
tahun 2004 peningkatan kinerjanya mening- dimana penambahan tenaga kerja justru akan
kat sampai 100 persen. Pada tahun ini bank menyebabkan penurunan marginal tenaga
yang pencapaian efisiensi terkecil adalah kerja
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 65

Tabel 4. Hasil Analisis Rata-rata tiap Variabel dengan Metode CRS


Pendapatan
Bank Aktiva Tenaga Kerja Pendapatan Bunga
non bunga
BANK PEMERINTAH
BRI 59.62 50.80 65.32 97.18
BNI 74.68 75.08 81.28 95.40
BTN 62.28 57.68 81.28 95.40
MANDIRI 92.86 98.96 100.00 100.00
BANK UMUM SWASTA NASIONAL
BCA 38.08 39.32 83.46 88.76
BII 53.88 47.56 65.66 100.00
NIAGA 72.32 71.76 61.08 100.00
DANAMON 55.82 51.18 80.90 86.92
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BJATENG 62.20 37.44 63.52 100.00
BDKI 40.18 46.10 72.40 93.76
BJATIM 59.76 58.66 71.82 90.08
BJABAR 65.76 68.72 70.94 100.00
Minimum 38.08 37.44 61.08 86.92
Maksimum 92.86 98.96 100.00 100.00

Sementara itu nilai efisiensi rata-rata KESIMPULAN


antar variabel terbesar dicapai oleh penda- Penelitian efisiensi teknis perbankan di Indo-
patan bunga dan pendapatan non bunga nesia yang dilakukan terhadap 12 bank yang
dengan tingkat pendapatan efisiensi sebesar ada di Indonesia, menggunakan DEA-CRS,
100 persen. Kondisi ini sesuai dengan fakta dan DEA-VRS, memberikan kesimpulan se-
yang terjadi bahwa saat ini ada kecenderu- bagai berikut.
ngan bank untuk memperoleh pendapatan
1. Perhitungan DEA untuk efisiensi teknik
diluar bunga antara lain dengan menerbitkan
dengan asumsi teknologi VRS dan
kartu pastik dengan berbagai fasilitas kemu-
teknologi CRS. Umumnya rata-rata
dahan yang berguna untuk menarik minat
pencapaian efisiensi setiap variabel
konsumen. Saat ini yang paling banyak di-
mengalami penurunan. Kenyataannya,
tawarkan adalah kartu kredit dan ATM. Flek-
pada saat krisis, bank cenderung
sibilitas dalam pembayaran dan angsuran
mengadakan efisiensi, agar biaya yang
menyebabkan kartu plastik banyak diminati
dikeluarkan menurun. Hal ini dilakukan
masyarakat karena masyarakat tidak perlu
karena selama krisis fungsi bank sebagai
lagi membawa uang tunai dalam jumlah yang
financial intermediary tidak berjalan
besar apabila ingin melakukan wisata atau
normal, akibatnya, pendapatan bank
kunjungan ke negara lain dalam jangka
menurun. Sumber inefisiensi terbesar
waktu lama. Pertumbuhan kartu plastik
untuk seluruh bank terletak pada tenaga
memberikan dampak pemasukan yang signi-
fikan pada pendapatan non bunga bank. kerja dengan pencapaian efisiensi rata-
rata sebesar 37,44 persen (CRS), dan
66 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009

39,08 persen (VRS), artinya rata-rata non bunga misalnya, merupakan peneri-
bank belum memaksimalkan pemanfaa- maan paling potensial bagi bank yang
tan inputnya. Untuk mencapai efisiensi dapat memberikan nilai tambah bagi
maksimal, bank harus menambah peng- peningkatan efisiensi perbankan, untuk
gunaan inputnya sebesar 62,56 (CRS) itu bank perlu terus meningkatkan pene-
dan 60,92 (VRS) persen. rimaan Pendapatan non bunga agar ter-
2. Hasil analisis DEA untuk tiap kelompok capai efisiensi yang maksimal. Upaya
bank, seluruh kelompok bank mengala- lain perlu dilakukan, antara lain dengan
mi penurunan efisiensi selama krisis, meningkatkan produk-produk pelayanan
kecuali bank mandiri. Ini berarti bank jasa bank, mengingat sektor perbankan
mandiri memiliki performance paling rentan terhadap perubahan struktur eko-
bagus dibandingkan bank lainnya. Indi- nomi. Perbankan di Indonesia masih ada
kasi ini terlihat dari rendahnya prosen- indikasi ketergantungan mendapatkan
tase penurunan efisiensi dengan asumsi penghasilan dari suku bunga (interest
CRS dan asumsi VRS. rate based income) dan bukan dari
komisi jasa (fee based income). Reali-
Dari kesimpulan di atas, dapat diajukan
sasinya bisa dilakukan dengan ATM-
beberapa kebijakan koreksi agar tercipta
misasi perbankan, go public, pemberian
struktur perbankan yang tangguh dan efisien
kredit properti dan konsumsi ataupun
sehingga mampu bersaing dalam globalisasi
dengan pembuatan kartu kredit.
pasar keuangan.
Pemerintah dan pihak perbankan perlu
1. Untuk itu kasus yang dialami bank yaitu
membenahi kembali program restrukturisasi
kelebihan tenaga kerja harus segera
dan privatisasi, terutama untuk bank-bank
diselesaikan agar bank bisa mengopti-
yang belum efisien, sehingga akan lebih
malkan penggunaan input tenaga kerja-
kompetitif. Misalnya melalui proses penam-
nya dalam menghasilkan output yang
bahan modal, meningkatkan kemampuan
optimal. Rekomendasi kebijakan yang
teknis, manajerial, operasional dan skill teru-
disarankan adalah adanya aturan internal
tama untuk sumber daya manusianya.
bank untuk menggunakan sistem kontrak
Restrukturisasi perbankan di Indonesia
untuk pegawainya. Saat ini banyak bank
sebenarnya pernah digulirkan sejak bulan
yang sudah menerapkan sistem kontrak
November 1997, namun berjalan sangat lam-
yang bisa diperbaharui setiap dua tahun
bat sehingga membawa dampak yang luas.
sekali. Dengan demikian bank bisa
Selain akan meningkatkan biaya restruk-
mengefisienskan penggunaan tenaga
turisasi juga akan memperlambat penyehatan
kerjanya karena jika bank merasa kar-
sektor korporasi dan perekonomian secara
yawan tidak memiliki skill dan kemam-
keseluruhan. Untuk itu usaha restrukturisasi
puan yang cukup maka bank dapat
perlu dilanjutkan kembali dengan pena-
menghentikan atau mem PHK karyawan
nganan yang lebih intensif, karena penye-
2. Upaya perbaikan efisiensi dapat dilaku- hatan perbankan akan berpengaruh terhadap
kan dengan meningkatkan penggunaan penyehatan perekonomian di Indonesia.
input secara lebih efisien. Pendapatan
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 67

DAFTAR PUSTAKA litian dan Pengembangan Manajemen


Adiningsih, S., 2001, Masalah dan Tantang- (PPM) Fakultas Ekonomi Universitas
an yang Dihadapi dalam Rangka Gadjah Mada.
Mengembangkan Regulasi Perbankan Miller. S.M., and Noulas.A.G., 1996, The
yang Sehat, Makalah Workshop. Technical Efficiency of Large Bank
Aly, H.Y., Grabowski. R., Pasurka. C., and Production, Journal of Banking and
N. Rangan., 1990, Technical, Scale and Finance 20, 495-509.
Allocative Efficiencies in U.S. Bank- Pindyck, R.S., and Rubinfeld, Daniel, L.,
ing: An Empirical Investigation, Review 1998, Econometric Models and Econo-
of Economic and Statistics 72, 211-218. mic Forecasts, International Edition,
Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan USA: McGraw-Hill Companies.
Keuangan Indonesia, beberapa edisi. Rose, Peter.S., 1999, Commercial Bank
Berger, A.N., Hunter. W.C.,and Time,S.G., Management, fourth edition, USA:
1993, The Efficiency of Financial Mc.Graw Hill International Edition,
Institution, A Review and Preview of p.106-108.
Research Past, Present and Future, Saunders, A., 1997, Operating Cost and
Journal of Banking and Finance, Technology Risk, Financial Institutio-
No.17, 221-249. nal Management, Irwin McGraw Hill,
Bodie, Zvi., and Merton, Robert, C., (2000), Second Edition, 247-275.
Finance, International Edition, Prentice
Hall International.Inc, USA. P.410-420.
Far Eastern Economic Review, beberapa
edisi
Ferier,G.D., and. Lovell, C.A.K., 1990,
Measuring Cost Efficiency in Banking,
Econometric and Linear Programming
Evidence, Journal of Econometric, 46,
229-245.
Grabowski, R.N. Rangan, and Rezvanian, R.,
1994, Organizational Form in Banking:
an Empirical Investigation of Cost Effi-
ciency”, Journal of Banking Finance
17, 531-538.
Gujarati, Damodar.N., 1995, Basic Econo-
metrics, New York: Mc Graw-Hill Inc.
Insukindro, Nopirin, Makhfatih,A., Ciptono,
S.M., 2000. Laporan Akhir Pengukuran
Efisiensi Relatif Pelayanan Kantor
Cabang Pegadaian, Yogyakarta: Pene-

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai