Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis e
Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis e
Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pascakrisis e
net/publication/228996974
CITATIONS READS
18 2,162
2 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Etty Puji Lestari on 13 February 2015.
Adrian Sutawijaya 1
Etty Puji Lestari 1
1
Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Jakarta
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe Ciputat 15418
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
This study analyzes the performance of the Indonesian banking sector efficiency and
peeling technique factors that lead to inefficiencies that could reduce the bank's
internal performance using Data Envelopment Analisys model (DEA). Research on
the efficiency of banking techniques in Indonesia in 2000-2004 conducted using
secondary data analysis including balance sheets and income statements of banks in
Indonesia 12, the number of bank offices, and the number of bank employees in 2000
until 2004. Results of DEA analysis for the entire group decreased efficiency of banks
during the crisis, except Bank Mandiri. This means that Bank Mandiri has the best
performance compared to other banks. Inefficiency generally caused by using less
than optimal inputs to produce output. Inputs that have not been completely allocated
are assets and labor are not on optimizing the range below 50 percent. To produce
the maximum efficiency, the bank must increase the use of its inputs to 100 percent.
Keywords: efisiensi perbankan, public expenditure and economic growth
perubahan struktur perbankan nasional. Pasar belum mampu untuk menanggulangi peruba-
keuangan semakin kompetitif. Banyaknya han perekonomian. Demikian juga dengan
pembukaan bank dan kantor bank merupakan manajemen resiko likuiditas dan off balance
bukti bahwa bank adalah salah satu lembaga sheet risk yang belum didayagunakan dengan
keuangan yang paling berkembang dalam baik, sehingga banyak bank yang memiliki
merespon perubahan yang terjadi pada lem- open position yang tinggi terhadap valuta
baga keuangan. Namun, deregulasi per- asing dan tingkat suku bunga. Sementara
bankan tanpa disertai dengan aturan kehati- untuk bank asing, terjadinya krisis tidak
hatian (prudential regulation) serta pengawa- terlalu membuat kondisi bank menurun
san/supervisi yang memadai dapat berpenga- secara signifikan seperti bank domestik,
ruh buruk pada kinerja perbankan. bahkan bisa dikatakan terjadinya krisis
Perkembangan perbankan di Indonesia adalah keuntungan bagi mereka untuk
pada masa orde baru dibedakan menjadi dua, menarik dana murah dari masyarakat akibat
yaitu periode pra deregulasi (financial berkurangnya kepercayaan masyarakat ter-
repression) dan periode pascaderegulasi hadap bank domestik.
(financial liberalism). Sebelum deregulasi Penyalahgunaan kredit dan peraturan
1983, kondisi perbankan ditandai oleh inter- perbankan seperti CAR (capital asset ratio)
vensi pemerintah yang sangat kuat, antara dan net open position-pun tidak diterapkan
lain melalui penetapan suku bunga dan pagu dengan sungguh-sungguh. Akibatnya terjadi
kredit. Upaya memperbaiki sistem perbankan penurunan nilai rupiah, peningkatan suku
dari represif menjadi kompetitif mulai dila- bunga di atas ambang kewajaran dan menu-
kukan pemerintah dengan penetapan deregu- runnya pertumbuhan ekonomi yang menye-
lasi pada sektor keuangan. Melalui Pakjun babkan industri perbankan berada pada posisi
1983, pemerintah mulai menghapuskan yang sulit. Memburuknya kestabilan ekono-
sistem pagu suku bunga dan kredit dengan mi tersebut terlihat dari tingginya jumlah
harapan dana masyarakat akan banyak kredit macet (non performing loan) dan rasio
diserap oleh perbankan apabila tingkat bunga kecukupan modal (CAR) yang lebih rendah
menarik. dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Krisis ekonomi dan keuangan yang Bank Indonesia.
awalnya melanda Thailand berdampak pada Spread negatif suku bunga rupiah hingga
perekonomian negara-negara ASEAN, tak 15 persen pada tahun 1999 menyebabkan
terkecuali Indonesia. Bahkan, kontraksi banyak bank mengalami kerugian dan CAR-
perekonomian Indonesia lebih besar diban- nya menjadi negatif, sehingga perlu dire-
ding negara lainnya. Kontraksi ekonomi di strukturisasi. Perbaikan yang utama dilaku-
Indonesia pada tahun 1998 sebesar 13,7 per- kan melalui penambahan permodalan teru-
sen, Malaysia -7,5 persen, Thailand -9,4 tama untuk bank-bank yang memiliki CAR
persen dan Korea Selatan sebesar -5,8 per- antara –25 sampai dengan di bawah 4 persen.
sen. Akibat krisis, sektor perbankan di Indo- Namun demikian, usaha lain perlu dilakukan
nesia mengalami dampak yang paling parah. untuk memperbaiki bank agar dapat ber-
Menurut Adiningsih (2001), regulasi, super- operasi dengan sehat dan efisien. Salah satu
visi dan sumber daya manusia yang ada upaya meningkatkan efisiensi perbankan
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 51
memerlukan multi input dan menghasilkan dari penggunaan input dan output yang
berbagai output. Pengukuran efisiensi teknik digunakan untuk operasionalisasi bank.
yang menggunakan multi input dan output Secara umum kondisi perbankan di Indonesia
diharapkan akan memberi nuansa baru pada belum semuanya efisien. Indikasi ini terlihat
pengukuran kinerja perbankan dan dapat antara lain dari tingginya suku bunga kredit
menjelaskan kinerja bank secara riil. (prime rate) di Indonesia sebesar 18,5 per-
Diharapkan dengan ditemukannya faktor sen pada tahun 1995, 16,75 persen tahun
penyebab inefisiensi maka dapat dilakukan 1996 dan melonjak menjadi 39 persen pada
kebijakan koreksi yang digunakan untuk tahun 1999 (FEER, beberapa edisi). Angka
meningkatkan kualitas kinerja bank. Pene- ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan
litian ini akan mengukur efisiensi perbankan negara-negara di kawasan ASEAN. Malay-
di Indonesia sebelum dan selama krisis. sia, misalnya sebesar 7,3 persen (1995), 9
Masalah efisiensi bukan merupakan persen (1996), dan 8,03 persen (1999), serta
masalah yang baru dalam dunia penelitian, Singapura sebesar 6 persen pada tahun 1995
baik efisiensi pada industri manufakturing, dan 1996, serta 5 persen pada tahun 1999.
jasa maupun efisiensi pada lembaga keuang- Salah satu penyebab inefisiensi, antara lain
an, terutama sektor perbankan. Beberapa diakibatkan oleh alokasi input yang kurang
studi empiris terdahulu meneliti tentang sempurna pada kegiatan operasionalisasi
efisiensi perbankan menggunakan pendeka- perbankan. Semakin efisien suatu bank maka
tan analisis yang berbeda, misalnya menggu- kinerjanya semakin baik, sebaliknya bank
nakan ekonometrika, frontier stokhastik (sto- yang mempunyai tingkat inefisiensi yang
chastic frontier), thick frontier maupun Data tinggi pada input dan outputnya, kinerjanya
Envelopment Analysis (DEA). semakin menurun.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Tinjauan pustaka dalam penelitian ini
yang dilakukan oleh Miller dan Noulas sebagai berikut:
(1996). Mereka meneliti efisiensi perbankan 1. Teori Efisiensi
di Amerika Serikat dari aspek profitabilitas
Pengertian efisiensi dapat dilihat dari berba-
menggunakan DEA dari sisi dualitasnya.
gai sudut pandang yang berbeda. Efisiensi
Sementara penelitian ini menggunakan kasus
dapat didefinisikan sebagai rasio antara out-
Indonesia, dari sisi yang berbeda (primal)
put dengan input (Kost dan Rosenwig,
dengan beberapa pengembangan yang sesuai
1979:41). Ada tiga faktor yang menyebabkan
dengan karakteristik perbankan di Indonesia.
efisiensi, yaitu apabila dengan input yang
Penelitian ini juga mencoba mencari sumber
sama menghasilkan output yang lebih besar,
inefisiensi teknik perbankan membandingkan
dengan input yang lebih kecil menghasilkan
antar kelompok bank di Indonesia sebelum
output yang sama, dan dengan input yang
dan selama krisis berlangsung serta menga-
besar menghasilkan output yang lebih besar.
nalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Sementara pendapat Tobin (lihat Fry,
terjadinya inefisiensi teknik pada perbankan
1989:137-140, Permono dan Darmawan,
Indonesia.
2000:1-13) ada empat faktor yang berpenga-
Salah satu cara mengukur kinerja ruh terhadap efisiensi perusahaan, pertama,
perbankan adalah efisiensi yang dapat dilihat
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 53
efisiensi karena abitrase ekonomi, kedua, biaya. Inefisiensi teknik (technical inefficien-
efisiensi karena ketepatan penilaian dasar cy) yang terjadi jika hanya sedikit output
aset-asetnya, ketiga, efisiensi karena lembaga yang dihasilkan dari sejumlah input tertentu.
keuangan bank mampu mengantisipasi resiko Tingkat output unit kegiatan ekonomi (UKE)
yang akan muncul dan keempat adalah berada jauh di atas garis isokuan. inefisiensi
efisiensi fungsional yang berkaitan dengan alokasi (allocative inefficiency) terjadi ketika
mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh input digunakan dalam proporsi yang salah,
sebuah lembaga keuangan. sehingga harga dan produktivitas berada
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pada satu garis batas. UKE tetap berada pada
pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik garis isokuan, tetapi pada titik yang salah.
dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomis Terakhir, skala inefisiensi (scale inefficiency)
mempunyai sudut pandang makro yang terjadi ketika biaya total dapat dikurangi
mempunyai jangkauan lebih luas dibanding- dengan merubah jumlah UKE, dan unit
kan dengan efisiensi teknik yang bersudut kegiatan ekonomi berada pada garis isokuan
pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknik yang salah.
cenderung terbatas pada hubungan teknis dan
2. Teori Efisiensi Bank
operasional dalam proses konversi input
menjadi output. Akibatnya, usaha untuk Kurva biaya rata-rata bank merupakan
meningkatkan efisiensi teknis hanya memer- hubungan antara ukuran bank (biasanya
lukan kebijakan mikro yang bersifat internal, dihitung dari nilai aset atau nilai simpanan)
yaitu dengan pengendalian dan alokasi sum- dengan biaya produksi output per-unit (lihat
ber daya yang optimal. Dalam efisiensi eko- Rose,1999:106, Sounders, 1999:290). Kurva
nomis, harga tidak dapat dianggap given, ini digambarkan berbentuk U-Shaped yang
karena harga dapat dipengaruhi oleh kebija- mendatar pada bagian tengahnya (Rose,
kan makro (Walter, 1995, Sarjana, 1999). 1999:106) yang mempunyai implikasi ren-
Giuffrida dan Gravelle (2001), berpen- tang bank yang menghasilkan efisiensi mak-
dapat bahwa ada tiga sumber inefisiensi simal (lihat gambar 1).
Biaya produksi jasa bank per-
Beberapa penelitian menyatakan bahwa oleh bank cenderung menurun seiring dengan
bank kecil memberikan pelayanan yang ber- ekspansi bank. Biaya rata-rata untuk mem-
beda dengan bank besar, namun bank besar produksi output diukur sebagai berikut:
mampu memberikan jasa yang lebih lengkap.
TCi
Implikasinya perhitungan biaya rata-rata ACi =
yang dikeluarkan bank kecil berbeda dengan Si
bank besar. Pada gambar 1, dinyatakan dimana:
bahwa bank kecil dan menengah mencapai
ACi = rata-rata biaya yang dikeluarkan
biaya produksi yang paling rendah, yaitu
bank i
antara 100 juta dollar sampai 500 juta dollar
AS pada nilai asetnya. Sebaliknya bank TCi = biaya total yang dikeluarkan bank i
besar mencapai titik optimal (biaya terendah) Si = ukuran bank, dilihat dari aset, depo-
antara 2 – 10 milyar dollar AS. sito dan pinjaman dari bank i
Awalnya, bank kecil (nilai aset < 100
juta dollar AS) akan menanggung biaya pro- Efisiensi biaya bank dapat dilihat pada
duksi yang lebih banyak, tetapi cenderung gambar 2 Bank yang berada di size C
menurun seiring bertambahnya aset. Pada memiliki AC untuk pelayanan produksi yang
aset 200 juta dollar AS, bank kecil berada relatif rendah dibandingkan bank pada size A
pada titik biaya paling rendah (least cost atau B, sehingga keuntungan yang didapat
production point). Penelitian terbaru yang juga lebih tinggi. Bank C mempunyai
dilakukan oleh Berger, et al (1996), menyata- kekuatan tawar menawar (bargaining power)
kan bahwa kebanyakan bank tidak beroperasi yang lebih tinggi dibanding bank A atau B
pada batas kemungkinan biaya minimumnya karena dapat memberikan pelayanan yang
(minimum possible cost). Hasil penelitian lebih baik dengan biaya yang lebih rendah.
menyatakan bahwa tingkat x-efficiency
antara 20 sampai 25 persen lebih besar dari AC
ACB
3. Skala Ekonomis (economies of scale)
ACC
AC1
Sebuah lembaga keuangan yang tumbuh AC2
0 A B C Size
pesat biasanya melakukan inovasi teknologi
dan ekspansi usaha, sehingga biaya yang Sumber: Saunders (1997: 291)
harus dikeluarkan meningkat. Untuk memak-
Gambar 2. Dampak Peningkatan Teknologi
simalkan keuntungan suatu bank harus mela-
kukan efisiensi terutama untuk skala ekono-
mis (economies of scale) yaitu dengan Implikasi skala ekonomis dalam jangka
meningkatkan output, agar biaya produksi panjang, bahwa semakin besar suatu bank
yang dikeluarkan semakin menurun (Saun- maka biaya rata-rata yang dikeluarkan akan
ders, 1997:290). Umumnya, biaya produksi semakin kecil dan efisien, terutama untuk
rata-rata (average cost) yang dikeluarkan peningkatan pelayanan produksi. Misalnya,
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 55
efisien dibandingkan DEA yang tidak meng- ui merupakan bobot output i yang di hasil-
gunakan frontier. Efisiensi UKE (Chilin- kan oleh bank s
gerian, 1996) diukur dari rasio bobot output vj adalah bobot input j yang diberikan oleh
bank s, dan i dihitung dari 1 ke m serta j
dibagi bobot input (total weighted out-
dihitung dari 1 ke n.
put/total weighted input). Bobot tersebut
memiliki nilai positif dan bersifat universal, Persamaan di atas menunjukkan adanya
artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat penggunaan satu variabel input dan satu out-
menggunakan seperangkat bobot yang sama put. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksi-
untuk mengevaluasi rasionya (total weighted/ malkan dengan kendala sebagai berikut:
total weighted input ≤ 1). Angka rasio 1 (atau
kurang dari satu) berarti UKE tersebut efisien m n
C
m n
hs = ∑ ui yis / ∑ v j x js ......(1) D
V
i =1 j =1
B
S
K
F G
dimana:
hs adalah efisiensi teknik bank s Input X
0 A
yis merupakan jumlah output i yang dipro-
Sumber: Miller dan Noulas (1996)
duksi oleh bank s.
xjs adalah jumlah input j yang digunakan
oleh bank s Gambar 4. Pendekatan Satu Input dan Satu Output
58 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009
gunaan satu variabel input dan satu output. Maksimisasi hs = ∑ ui yis + U o .......(5)
i =1
Teknologi CRS ditunjukkan oleh frontier
Kendala
OC. Bank dikatakan efisien bila berada pada m n
garis frontier, sedangkan yang berada di luar ∑ uI yir − ∑ v j x j r ≤ 0, r = 1,......N ;
i =1 j =1
garis frontier dikatakan tidak efisien.
Beberapa bagian program linear ditrans- n
formasikan kedalam program ordinary linier ∑ v j x js = 1 dan ui dan vj ≥ 0 ……(6)
secara primal atau dual sebagai berikut: j =1
∑u y
bernilai positif atau negatif. Transformasi
Maksimisasi hs = i is
(3)
juga dapat dilakukan secara dual dengan
i =1
minimisasi input sebagai berikut:
Kendala
m n
∑ u y − ∑ v x r ≤ 0, r = 1,......N ;
i =1
I ir
j =1
j j
Minimisasi βs …….(7)
n
n Kendala ∑θ r y ir ≥ y is , i = 1,..., m
∑ v j x js = 1 dan ui dan vj ≥ 0 (4) r =1
j =1
N
β s x js − ∑θ r xir ≥ 0, j = 1,...., n;θ r ≥ 0 ;
r =1
Efisiensi pada masing-masing bank dan βs bebas
dihitung menggunakan programasi linier
dengan memaksimumkan jumlah output yang
Variabel βs merupakan efisiensi teknis
dibobot dari bank s. Kendala jumlah input
dan bernilai antara 0 dan 1. Programasi linier
yang dibobot harus sama dengan satu untuk
pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan con-
bank s, sedangkan kendala untuk semua
stant return to scale (CRS). Efisiensi teknis
bank, yaitu jumlah output yang dibobot
(βs) diukur sebagai rasio KF/KS dan bernilai
dikurangi jumlah input yang dibobot harus
kurang dari satu. Sementara (1-βs) mene-
kurang atau sama dengan 0. Hal ini berarti
rangkan jumlah input yang harus dikurangi
semua bank akan berada atau dibawah refe-
untuk menghasilkan output yang sama seba-
rensi kinerja frontier yang merupakan garis
gai bentuk efisiensi bank seperti yang ditun-
lurus yang memotong sumbu origin (Insu-
jukkan oleh titik F. Kedua perhitungan,
kindro, dkk, 2000:20).
minimisasi input atau maksimisasi output,
Sementara jika teknologi dianggap vari- primal atau dual akan memberikan hasil yang
able return to scale, maka efisiensi berada relatif sama, sehingga dalam penelitian ini
pada garis ABDV. Dengan asumsi ini maka akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu
titik A,B,D, dan V dikatakan efisien. Pro- maksimisasi output.
gramasi linier yang menunjukkan asumsi
VRS adalah:
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 59
yang maksimal bank Niaga harus mening- mencapai 15,4 persen dan tenaga kerja 16,0
katkan penggunaan inputnya masing-masing persen. Untuk mencapai efisiensi 100 Untuk
sebesar 33,2 dan 57,5 persen. Upaya pening- mencapai efisiensi 100 persen maka BRI
katan bisa dilakukan bank Niaga dengan harus meningkatkan penggunaan inputnya
mereferensikan pada BRI dan Bank Jabar. masing-masing sebesar 84,6 dan 84,0 persen.
Pada tahun 2001 kinerja perbankan Hasil perhitungan untuk bank swasta
banyak mengalami penurunan yang ditunjuk- diperoleh hasil bahwa semua bank swasta
kan oleh menurunnya pencapaian efisiensi mengalami inefisiensi. Untuk meningkatkan
oleh beberapa bank, bahkan BCA yang pada efisiensi BRI dapat mengacu pada kinerja
tahun 2000 sudah efisien, pada tahun 2001 yang sudah dicapai oleh bank Mandiri dan
mengalami penurunan efisiensi yang sangat bank DKI.
signifikan yaitu sebesar 92,67 persen. Bebe- Hasil perhitungan dengan DEA pada
rapa bank lain yang juga mengalami penu- tahun 2003 menunjukkan bahwa terjadi
runan efisiensi adalah bank Jatim (-19,10 peningkatan efisiensi pada sembilan bank
persen); bank Jabar (-16,99 persen), BRI yang pada tahun 2002 mengalami inefisiensi.
(-74,78 persen); BTN (-34,26 persen), BII Bahkan beberapa bank peningkatan kinerja-
(-45,12 persen) dan bank Niaga (15,86 nya sangat signifikan dan mencapai 100
persen). Peningkatan efisiensi hanya dicapai persen yaitu BNI, BTN, bank Niaga, Bank
oleh BNI yaitu dari 98,33 persen menjadi Danamon, Bank Jatim dan Bank Jabar. Pada
100 persen. Penurunan yang sangat signifi- tahun ini hanya tiga bank yang belum men-
kan yang dialami oleh BCA diakibatkan capai efisiensi maksimal (100 persen) antara
belum dipergunakannya input secara maksi- lain BRI, BCA dan BII. Hasil ini sejalan
mal. Aktiva hanya digunakan 7,3 persen dengan temuan Ferrier dan Lovell (1990)
sehingga untuk mencapai efisiensi harus yang mengevaluasi efisiensi 575 bank di
ditingkatkan penggunaannya sebesar 92,7 Amerika Serikat pada tahun 1984 yang
persen. Sementara itu tenaga kerja hanya menyatakan bahwa bank besar justru yang
digunakan sebesar 7,3 persen sehingga untuk lebih sulit untuk mencapai efisiensi maksi-
mencapai efisiensi maksimal harus ditingkat- mal.
kan optimalitasnya sebesar 92,7 persen. Hasil pencapaian efisiensi pada tahun
Untuk Itu BCA dapat mereferensikan diri 2004 menyatakan bahwa ada lima bank yang
pada bank Danamon, bank Mandiri dan bank belum mencapai efisiensi maksimal yaitu
DKI untuk meningkatkan efisiensinya. BTN, BCA, BII dan bank Danamon. Jika
Pencapaian efisiensi pada tahun 2002 dibandingkan dengan pencapaian tahun 2003
menunjukkan bahwa hanya tiga bank yang maka hanya BRI yang mengalami peningkat-
sudah mencapai efisiensi seratur persen. an efisiensi, sedangkan empat bank diatas
Ketiga bank tersebut adalah bank Mandiri, mengalami penurunan efisiensi.. Pencapaian
bank Jateng dan Bank DKI. Inefisiensi paling efisiensi terkecil dicapai BCA dengan nilai
besar diperoleh BRI dengan pencapaian efisiensi hanya 50,23 persen.
sebesar 16,01, menurun 9,21 persen dari Dilihat dari pencapaian secara rata-rata
tahun sebelumnya. Sumber inefisiensi terbe- maka bank umum swasta nasional memiliki
sar berasal dari variabel aktiva yang hanya tingkat efisiensi paling rendah yaitu berkisar
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 61
antara 46 sampai 82 persen, bahkan tidak Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata
satupun bank swasta yang dipakai sebagai tiap variabel menunjukkan bahwa tenaga
sampel yang memiliki efisiensi maksimal kerja merupakan variabel yang memiliki nilai
100 persen. Untuk itu bank swasta harus efisiensi rata-rata paling rendah yaitu sebesar
lebih meningkatkan kinerja agar bisa ber- 39.08 persen disusul oleh aktiva dengan nilai
saing dengan bank pemerintah dan bank rata-rata 43,70 persen. Rendahnya pencapai-
pembangunan. Dari pencapaian tingkat an nilai efisiensi tersebut antara lain disebab-
efisiensi secara keseluruhan tersebut maka kan bank kelebihan tenaga kerja yang
dapat disimpulkan bahwa ternyata tingkat dipekerjakan sehingga menurunkan optima-
efisiensi bank pembangunan daerah secara litas pekerja. Persoalan tenaga kerja memang
rata-rata paling tinggi dibandingkan bank menjadi salah satu permasalahan rumit dalam
pemerintah dan bank swasta. Hasil ini sesuai perekonomian. Meningkatnya supply tenaga
dengan kajian yang dilakukan Ferrier dan kerja yang tidak diimbangi oleh luasnya
Lovell (1990), yang menyatakan bahwa bank lapangan pekerjaan menimbulkan masalah.
yang kecil justru lebih efisien dibandingkan Pada kasus yang dialami bank, peningkatan
bank besar. jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi
dengan skill yang memadai akan menyebab-
Hasil Analisis Tiap Variabel dengan kan bank mengalami penurunan produkti-
Metode VRS vitas. Hal ini sesuai dengan law of diminish-
Hasil pencapaian efisiensi tiap variabel ing marginal return, dimana penambahan
dengan metode variable return to scale tenaga kerja justru akan menyebabkan penu-
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. runan marginal tenaga kerja
BANK PEMERINTAH
BRI 63.96 56.36 65.36 97.38
BNI 82.50 88.44 82.50 100.00
BTN 74.54 80.30 83.54 91.50
MANDIRI 100.00 100.00 100.00 100.00
BANK UMUM SWASTA NASIONAL
BCA 43.70 39.08 83.50 87.32
BII 60.54 56.88 65.94 100.00
NIAGA 79.24 75.24 61.12 92.26
DANAMON 80.94 82.78 80.92 100.00
BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BJATENG 100.00 100.00 100.00 100.00
BDKI 100.00 100.00 100.00 100.00
BJATIM 92.84 92.84 91.74 81.24
BJABAR 90.56 90.98 78.72 100.00
Minimum 43.70 39.08 61.12 81.24
Maksimum 100.00 100.00 100.00 100.00
62 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009
tenaga kerja yang digunakan sebesar 903 Hasil analisis dengan metode constant
orang sehingga terjadi pemborosan tenaga return to scale menunjukkan bahwa pada
kerja. Upaya untuk meningkatkan efisiensi tahun 2002 bank yang memiliki efisiensi
dapat dilakukan bank DKI dengan meng- paling kecil adalah Bank Jateng yaitu sebesar
efisiensikan penggunaan input. Sebagai 8,96 persen dan Bank Jatim sebesar 9,93%.
acuan, bank DKI bisa memilih BCA dan Sementara bank yang mencapai efisiensi 100
Bank danamon yang sudah memiliki nilai persen hanya 1 bank yaitu Bank Mandiri.
efisiensi 100 persen. Banyaknya Inefisiensi pada tahun 2002 ini
Pencapaian efisiensi pada tahun 2001 disebabkan oleh alokasi input yang kurang
menunjukkan bahwa hanya dua bank yang maksimal untuk memperoleh output. Varia-
sudah mencapai efisiensi seratus persen bel yang belum dialokasikan maksimal yakni
yakni Bank Mandiri dan Bank Negara Indo- pada Bank Jateng aktiva yang masih menca-
nesia (BNI). Sementara bank yang memiliki pai 6,3 persen dan harus ditingkatkan peng-
efisiensi paling kecil adalah BCA sebesar gunaan inputnya sebesar 93,7 persen. Pada
3,45 persen. Inefisiensi BCA ini disebabkan aktiva ini terjadi pemborosan aset karena
oleh alokasi input yang kurang maksimal target efisiensi seharusnya 322805.3 ribu
untuk mendapatkan ouput. Variabel yang namun dialokasikan sebesar 5109753.0 ribu.
belum dialokasikan maksimal adalah aktiva Penggunaan tenaga kerja juga demikian.
yang masih mencapai 1,6 persen dan harus Seharusnya Bank Jateng mempekerjakan
ditingkatkan penggunaan inputnya sebesar 156.2 karyawan, namun yang terjadi jumlah
98,4 persen. Sedangkan aktiva ini terjadi tenaga kerja yang digunakan sebesar 1744
pemborosan aset karena target efisiensi seha- orang sehingga terjadi pemborosan tenaga
rusnya 1606867.3 ribu namun dialokasikan kerja. Kemudian pada Bank Jatim Variabel
sebesar 103032534.0 ribu. Penggunaan yang belum dialokasikan maksimal yakni
tenaga kerja juga demikian. Seharusnya BCA variabel aktiva yang masih mencapai 2,6
mempekerjakan 739.8 karyawan, namun persen dan harus ditingkatkan penggunaan
yang terjadi jumlah tenaga kerja yang inputnya sebesar 97,4 persen. Pada aktiva ini
digunakan sebesar 21413.0 orang sehingga terjadi pemborosan aset karena target
terjadi pemborosan tenaga kerja. Upaya efisiensi seharusnya 163269.0 ribu namun
untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku- dialokasikan sebesar 6386132.0 ribu. Peng-
kan BCA dengan mengefisiensikan peng- gunaan tenaga kerja juga demikian. Seharus-
gunaan input. Sebagai acuan, BCA bisa Bank nya Bank Jatimg mempekerjakan 79 karya-
Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) wan, namun yang terjadi jumlah tenaga kerja
yang sudah memiliki nilai efisiensi 100 per- yang digunakan sebesar 796 orang sehingga
sen. Upaya untuk meningkatkan efisiensi terjadi lagi pemborosan tenaga kerja. Upaya
dapat dilakukan BCA dengan mengefisiensi- untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku-
kan penggunaan input. Sebagai acuan, BCA kan bank Jateng dan bank Jatim dengan
bisa Bank Mandiri dan Bank Negara Indone- mengefisiensikan penggunaan input. Sebagai
sia (BNI)yang sudah memiliki nilai efisiensi acuan, bisa memilih Bank Mandiri yang
100 persen. sudah memiliki nilai efisiensi 100 persen.
64 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No. 1, Juni 2009
Pencapaian efisiensi pada tahun 2003 BCA. Hasil ini sejalan dengan temuan
menunjukkan bahwa ada tiga bank yang Ferrier dan Lovell (1990) yang mengevaluasi
sudah mencapai efisiensi seratus persen efisiensi 575 bank di Amerika Serikat pada
yakni Bank Niaga, Bank Jabar dan Bank tahun 1984 yang menyatakan bahwa bank
Jatim. Sementara bank yang memiliki besar justru yang lebih sulit untuk mencapai
efisiensi paling kecil adalah BCA sebesar efisiensi maksimal.
36,37 persen. Inefisiensi BCA ini disebabkan
oleh alokasi input yang kurang maksimal Hasil Analisis Tiap Variabel dengan
untuk mendapatkan ouput. Variabel yang Metode CRS
belum dialokasikan maksimal adalah aktiva Hasil pencapaian efisiensi tiap variabel
yang masih mencapai 36,4 persen dan harus dengan metode constant return to scale
ditingkatkan penggunaan inputnya sebesar selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
63,6 persen. Sedangkan aktiva ini terjadi memperlihatkan bahwa rata-rata tiap variabel
pemborosan aset karena target efisiensi seha- yang diamati menunjukkan bahwa tenaga
rusnya 48355066,3 ribu namun dialokasikan kerja merupakan variabel yang memiliki nilai
sebesar 132969372,0 ribu. Penggunaan efisiensi rata-rata paling rendah yaitu sebesar
tenaga kerja juga demikian. Seharusnya BCA 37,44 persen disusul oleh aktiva dengan nilai
mempekerjakan 5581 karyawan, namun yang rata-rata 38,08 persen.
terjadi jumlah tenaga kerja yang digunakan
Pada tabel 4, dengan menggunakan
sebesar 21367,0 orang sehingga terjadi pem-
metode constant return to scale menunjuk-
borosan tenaga kerja. Upaya untuk mening-
kan variabel tenaga kerja merupakan variabel
katkan efisiensi dapat dilakukan BCA
yang memiliki nilai efisiensi rata-rata paling
dengan mengefisiensikan penggunaan input.
rendah yaitu sebesar 37,44 persen disusul
Sebagai acuan, BCA bisa Bank Mandiri dan
oleh aktiva dengan nilai rata-rata 38,08 per-
Bank Negara Indonesia (BNI) yang sudah
sen. Rendahnya pencapaian nilai efisiensi
memiliki nilai efisiensi 100 persen. Upaya
tersebut antara lain disebabkan bank kele-
untuk meningkatkan efisiensi dapat dilaku-
bihan tenaga kerja yang dipekerjakan sehing-
kan BCA dengan mengefisiensikan penggu-
ga menurunkan optimalitas pekerja. Persoa-
naan input. Sebagai acuan, BCA bisa
lan tenaga kerja memang menjadi salah satu
memilih Bank Niaga, Bank Jatim dan Bank
permasalahan rumit dalam perekonomian.
Jabar yang sudah memiliki nilai efisiensi 100
Meningkatnya supply tenaga kerja yang tidak
persen.
diimbangi oleh luasnya lapangan pekerjaan
Hasil perhitungan dengan DEA pada menimbulkan masalah. Pada kasus yang
tahun 2004 menunjukkan bahwa terjadi dialami bank, peningkatan jumlah tenaga
efisiensi pada empat bank yakni Bank kerja yang tidak diimbangi dengan skill yang
Mandiri, Bank Niaga, Bank Jateng dan Bank memadai akan menyebabkan bank mengala-
jabar. Bahkan bank Mandiri yang pada tahun mi penurunan produktivitas. Hal ini sesuai
2003 tingkat efisiensinya menurun pada dengan law of diminishing marginal return,
tahun 2004 peningkatan kinerjanya mening- dimana penambahan tenaga kerja justru akan
kat sampai 100 persen. Pada tahun ini bank menyebabkan penurunan marginal tenaga
yang pencapaian efisiensi terkecil adalah kerja
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 65
39,08 persen (VRS), artinya rata-rata non bunga misalnya, merupakan peneri-
bank belum memaksimalkan pemanfaa- maan paling potensial bagi bank yang
tan inputnya. Untuk mencapai efisiensi dapat memberikan nilai tambah bagi
maksimal, bank harus menambah peng- peningkatan efisiensi perbankan, untuk
gunaan inputnya sebesar 62,56 (CRS) itu bank perlu terus meningkatkan pene-
dan 60,92 (VRS) persen. rimaan Pendapatan non bunga agar ter-
2. Hasil analisis DEA untuk tiap kelompok capai efisiensi yang maksimal. Upaya
bank, seluruh kelompok bank mengala- lain perlu dilakukan, antara lain dengan
mi penurunan efisiensi selama krisis, meningkatkan produk-produk pelayanan
kecuali bank mandiri. Ini berarti bank jasa bank, mengingat sektor perbankan
mandiri memiliki performance paling rentan terhadap perubahan struktur eko-
bagus dibandingkan bank lainnya. Indi- nomi. Perbankan di Indonesia masih ada
kasi ini terlihat dari rendahnya prosen- indikasi ketergantungan mendapatkan
tase penurunan efisiensi dengan asumsi penghasilan dari suku bunga (interest
CRS dan asumsi VRS. rate based income) dan bukan dari
komisi jasa (fee based income). Reali-
Dari kesimpulan di atas, dapat diajukan
sasinya bisa dilakukan dengan ATM-
beberapa kebijakan koreksi agar tercipta
misasi perbankan, go public, pemberian
struktur perbankan yang tangguh dan efisien
kredit properti dan konsumsi ataupun
sehingga mampu bersaing dalam globalisasi
dengan pembuatan kartu kredit.
pasar keuangan.
Pemerintah dan pihak perbankan perlu
1. Untuk itu kasus yang dialami bank yaitu
membenahi kembali program restrukturisasi
kelebihan tenaga kerja harus segera
dan privatisasi, terutama untuk bank-bank
diselesaikan agar bank bisa mengopti-
yang belum efisien, sehingga akan lebih
malkan penggunaan input tenaga kerja-
kompetitif. Misalnya melalui proses penam-
nya dalam menghasilkan output yang
bahan modal, meningkatkan kemampuan
optimal. Rekomendasi kebijakan yang
teknis, manajerial, operasional dan skill teru-
disarankan adalah adanya aturan internal
tama untuk sumber daya manusianya.
bank untuk menggunakan sistem kontrak
Restrukturisasi perbankan di Indonesia
untuk pegawainya. Saat ini banyak bank
sebenarnya pernah digulirkan sejak bulan
yang sudah menerapkan sistem kontrak
November 1997, namun berjalan sangat lam-
yang bisa diperbaharui setiap dua tahun
bat sehingga membawa dampak yang luas.
sekali. Dengan demikian bank bisa
Selain akan meningkatkan biaya restruk-
mengefisienskan penggunaan tenaga
turisasi juga akan memperlambat penyehatan
kerjanya karena jika bank merasa kar-
sektor korporasi dan perekonomian secara
yawan tidak memiliki skill dan kemam-
keseluruhan. Untuk itu usaha restrukturisasi
puan yang cukup maka bank dapat
perlu dilanjutkan kembali dengan pena-
menghentikan atau mem PHK karyawan
nganan yang lebih intensif, karena penye-
2. Upaya perbaikan efisiensi dapat dilaku- hatan perbankan akan berpengaruh terhadap
kan dengan meningkatkan penggunaan penyehatan perekonomian di Indonesia.
input secara lebih efisien. Pendapatan
Adrian dan Etyy Puji Lestari – Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia 67