Peraturan Bupati No 33 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penganggaran Pelaksanaan Dan Penatausahaan Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Serta Monitoring Dan Evaluasi Hibah Dan Bantuan Sosial

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BUPATI BATANG

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN BUPATI BATANG


NOMOR 33 TAHUN 2021

TENTANG

TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, DAN PENATAUSAHAAN,


PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA MONITORING
DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Penganggaran,
Pelaksanaan, dan Penatausahaan, Pelaporan dan
Pertanggungjawaban serta Monitoring dan Evaluasi Hibah
dan Bantuan Sosial;

Menginat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Batang dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara
tanggal 8 Agustus 1950) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Batang dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Batang dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2757);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan
dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);

1
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Hibah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5272);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019
tentang Sistem Informasi Pemerintah Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1114);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1781);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA


PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, DAN PENATAUSAHAAN,
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SERTA
MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DAN BANTUAN
SOSIAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah adalah Kabupaten Batang.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Bupati adalah Bupati Batang.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Batang.
6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD
adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara
umum daerah.
7. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah yang
melaksanakan pengelolaan APBD.

2
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang/kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang.
9. SKPD Pengampu adalah SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Batang yang berkaitan dengan pemberian hibah dan bantuan sosial.
10. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD
adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Batang.
11. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKD
yang bertindak BUD Kabupaten Batang.
12. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program,
kegiatan dan anggaran SKPD.
13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-
SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap
SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna
anggaran.
14. Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah
kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta
tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang
penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
15. Bantuan Sosial selanjutnya disebut Bansos adalah pemberian bantuan
berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus
dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan
terjadinya resiko sosial.
16. Resiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan
potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu,
keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial,
krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika
tidak diberikan belanja Bansos akan semakin terpuruk dan tidak dapat
hidup dalam kondisi wajar.
17. Naskah Perjanjian Hibah Daerah selanjutnya disingkat NPHD adalah
naskah perjanjian hibah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah antara pemerintah daerah dengan penerima hibah.
18. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan
permintaan pembayaran.
19. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana atas
beban pengeluaran DPA-SKPD.
20. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah
dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan
oleh BUD berdasarkan SPM.

Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan ini adalah sebagai pedoman bagi PPKD,
SKPD Pengampu dan penerima Hibah, penerima Bansos dalam Penganggaran,
Pelaksanaan dan Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan Serta
Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bansos.

3
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini agar pemberian dan pengelolaan
Hibah dan Bansos diselenggarakan dengan tertib, lancar tepat guna, tepat
sasaran serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban serta monitoring dan
evaluasi pemberian Hibah dan Bansos yang bersumber dari APBD.

BAB II
HIBAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan Hibah sesuai kemampuan
keuangan Daerah.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang, barang
atau jasa.
(3) Hibah berupa barang, uang, dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan oleh SKPD Pengampu atas nama Bupati.
(4) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dan belanja urusan
pilihan.
(5) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan Pemerintah Daerah
sesuai urgensi dan kepentingan Daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.
(6) Pemberian Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi kriteria
paling sedikit:
a. peruntukannya secara spesifik telah ditetapkan;
b. bersifat tidak wajib dan tidak mengikat;
c. tidak secara terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:
1) kepada Pemerintah dalam rangka mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Daerah untuk keperluan mendesak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) kepada satuan pendidikan dalam rangka mendukung
penyelenggaraan operasional pendidikan untuk menjamin
terselenggaranya standar minimal pelayanan pendidikan; dan
3) ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
d. memenuhi persyaratan penerima Hibah.

Pasal 6
Hibah dapat diberikan kepada:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah lainnya;
c. badan usaha milik negara;

4
d. badan usaha milik daerah;
e. badan dan lembaga;
f. organisasi kemasyarakatan; dan
g. partai politik.

Pasal 7
(1) Hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
diberikan kepada satuan kerja dari kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian yang wilayah kerjanya berada dalam Daerah.
(2) Hibah kepada Pemerintah Daerah lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf b diberikan kepada pemerintah provinsi atau kabupaten
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Hibah kepada Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf c diberikan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Hibah kepada Badan Usaha Milik Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf d diberikan untuk meneruskan hibah yang diterima
Pemerintah Daerah dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Hibah kepada badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf e diberikan kepada Badan dan Lembaga:
a. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
b. yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Badan
Hukum atau Surat Keterangan Terdaftar; atau
c. yang bersifat nirlaba, sukarela bersifat sosial kemasyarakatan berupa
kelompok masyarakat/kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat, dan keberadaannya diakui oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah melalui pengesahan atau penetapan dari
pimpinan instansi vertikal atau kepala SKPD Pengampu sesuai
dengan kewenangannya.
d. Koperasi yang didirikan dan berbadan hukum berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
(6) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf f diberikan kepada
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum yayasan atau
organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum perkumpulan yang
telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari kementerian yang
membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia sesuai peraturan
perundang-undangan.
(7) Hibah Kepada partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf g
diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8
(1) Hibah kepada Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
atau hibah kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, diberikan dengan
persyaratan:
a. wilayah kerja berada dalam Daerah; dan
b. melampirkan surat pernyataan bahwa kegiatan yang dilaksanakan
tidak dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
sumber dana lainnya.
c. Hibah kepada Pemerintah dimaksud hanya dapat diberikan 1 (satu)
kali dalam tahun berkenaan.
d. tidak terus menerus setiap tahun anggaran, kecuali:

5
1) kepada Pemerintah dalam rangka mendukung penyelenggaraan
pemerintahan daerah sepanjang tidak tumpang tindih
pendanaannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) badan dan lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) partai politik dan/atau
4) ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan;
e. memberikan nilai manfaat bagi Pemerintah Daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan.
f. memenuhi persyaratan penerima Hibah.
(2) Hibah kepada Badan dan lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf e diberikan dengan persyaratan:
a. Mengajukan surat permohonan/proposal yang memuat paling sedikit:
1. latar belakang;
2. maksud dan tujuan;
3. rincian rencana kegiatan;dan
4. jadwal kegiatan dan rencana penggunaan dana hibah.
b. kepengurusan bersifat tetap dan berkelanjutan dengan masa
kepengurusan masih berlaku dan diketahui oleh lurah/kepala desa
atau camat dan atau SKPD Pengampu sesuai dengan tingkat
kepengurusannya;
c. badan dan lembaga yang mempunyai induk organisasi diatasnya
melampirkan surat keterangan dari organisasi induknya;
d. badan dan lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-
undangan melampirkan peraturan perundang-undangan tentang
pembentukannya;
e. badan dan lembaga yang berbentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat melampirkan:
1. surat Keputusan Izin Operasional/Penyelenggaraan Pendidikan
yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah; dan
2. surat Keputusan Pendirian Satuan Pendidikan yang diterbitkan
oleh Badan/Lembaga/Yayasan/PKK Desa/Organisasi Masyarakat
yang memiliki Badan Hukum.
f. berkedudukan dalam wilayah Daerah dan/atau badan dan lembaga
yang berkedudukan di luar Daerah dengan kegiatan untuk menunjang
pencapaian sasaran program dan kegiatan Pemerintah Daerah;
g. memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa;
h. melampirkan fotokopi KTP dan KK ketua dan bendahara; dan
i. fotokopi rekening bank atas nama organisasi.
(3) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf e diberikan dengan persyaratan:
a. Mengajukan surat permohonan proposal yang memuat paling sedikit:
1. latar belakang;
2. maksud dan tujuan;
3. rincian rencana kegiatan;
4. jadwal kegiatan dan rencana penggunaan dana hibah; dan
5. dokumen lain yang sesuai dengan bidangnya.
b. berbadan hukum yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian
hukum dan Hak Asasi Manusia atau Surat Keterangan Terdaftar dari
instansi yang berwenang;
c. berkedudukan dalam wilayah Daerah;
d. memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa;
e. memiliki sekretariat tetap dengan alamat yang jelas;

6
f. memiliki kepengurusan yang jelas dan masa kepengurusan masih
berlaku;
g. organisasi kemasyarakatan yang mempunyai induk organisasi
diatasnya melampirkan surat keterangan dari induk organisasinya;
h. mempunyai program kerja sesuai dengan lingkup kegiatannya;
i. memiliki rekening bank atas nama organisasi;
j. melampirkan fotokopi KTP dan KK ketua dan bendahara; dan
k. surat tanggung jawab mutlak bermaterai cukup dari organisasi
kemasyarakatan tentang kebenaran data yang diusulkan.
(4) Hibah Kepada partai politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf f
diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Penganggaran

Pasal 9
(1) Penganggaran belanja Hibah dianggarkan pada SKPD Pengampu dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program,
kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat
daerah Pengampu.
(2) Belanja Hibah yang bukan merupakan urusan dan kewenangan
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang bertujuan untuk menunjang pencapaian sasaran
program, kegiatan dan sub kegiatan Pemerintah Daerah, dianggarkan
pada perangkat daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah, badan/lembaga dan organisasi
kemasyarakatan dapat menyampaikan usulan Hibah secara tertulis
kepada Bupati melalui SKPD Pengampu.
(4) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan paling lambat
bulan Mei tahun berkenaan untuk dapat dianggarkan pada APBD tahun
berikutnya, untuk kegiatan tahun berikutnya.
(5) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan bulan April
tahun berkenaan maka dianggarkan pada Perubahan APBD tahun
berkenaan, untuk kegiatan tahun berkenaan.
(6) Usulan Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang bersifat terus
menerus harus melampirkan peraturan perundang-undangan yang
menyatakan bahwa penganggarannya ditetapkan dalam APBD.
(7) Bupati menunjuk SKPD Pengampu sesuai sasaran program, kegiatan dan
sub kegiatan, untuk melakukan evaluasi dan verifikasi atas usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(8) Kepala SKPD Pengampu sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
menyampaikan hasil evaluasi dan verifikasi kepada Bupati melalui TAPD.
(9) Evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dalam
bentuk checklist yang berisi kelayakan penerima dan usulan besaran
hibah yang akan diberikan atau tidak layak menerima hibah.
(10) TAPD memberikan pertimbangan atas hasil evaluasi dan verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) sesuai dengan prioritas dan
kemampuan keuangan daerah.

Pasal 10
SKPD Pengampu sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (7) terdiri dari:
a. Hibah kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah lainnya dilaksanakan
oleh SKPD yang membidangi jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

7
b. Hibah kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah
dilaksanakan SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan
perekonomian;
c. Hibah di bidang pendidikan dilaksanakan oleh SKPD yang yang
membidangi kewenangan dan urusan pendidikan;
d. Hibah di bidang kesehatan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan kesehatan;
e. Hibah di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dilaksanakan oleh
SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan pekerjaan umum dan
penataan ruang;
f. Hibah di bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman
dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan
perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
g. Hibah di bidang sosial dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan sosial;
h. Hibah di bidang ketenagakerjaan dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan ketenagakerjaan;
i. Hibah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan
keluarga berencana dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan pemberdayaaan perempuan, perlindungan anak
dan keluarga berencana;
j. Hibah di bidang pangan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan pangan;
k. Hibah di bidang pertanian dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan pertanian;
l. Hibah di bidang lingkungan hidup dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan lingkungan hidup;
m. Hibah di bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
n. Hibah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan oleh
SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan pemberdayaan
masyarakat dan desa;
o. Hibah di bidang perhubungan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan perhubungan;
p. Hibah di bidang komunikasi dan informatika dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan komunikasi dan informatika;
q. Hibah di bidang usaha koperasi, usaha kecil dan menengah dilaksanakan
oleh SKPD yang membidangi kewenangan dan urusan koperasi, usaha
kecil dan menengah;
r. Hibah di bidang penanaman modal dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan penanaman modal;
s. Hibah di bidang pariwisata dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan pariwisata;
t. Hibah di bidang kepemudaan dan olahraga dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan kepemudaan dan olahraga;
u. Hibah di bidang statistik dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan statistik;
v. Hibah di bidang kebudayaan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan kebudayaan;
w. Hibah di bidang perpustakaan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan perpustakaan;
x. Hibah di bidang kearsipan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan kearsipan;
y. Hibah di bidang kelautan dan perikanan dilaksanakan oleh SKPD yang
membidangi kewenangan dan urusan kelautan dan perikanan;

8
z. Hibah di bidang perdagangan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan perdagangan;
aa. Hibah di bidang perindutrian dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan perindustrian;
bb. Hibah di bidang transmigrasi dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan transmigrasi;
cc. Hibah di bidang keagamaan dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi
kewenangan dan urusan kesejahteraan rakyat; dan
dd. Hibah di bidang Pemerintahan Umum dan Politik dilaksanakan oleh SKPD
yang membidangi kewenangan dan urusan pemerintahan umum dan
politik.

Pasal 11
(1) Evaluasi dan verifikasi kepala SKPD Pengampu dan pertimbangan TAPD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) dan ayat (10) menjadi
dasar pencantuman alokasi anggaran Hibah dalam rancangan KUA dan
PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi anggaran Hibah berupa uang, barang, dan atau jasa.
(3) Daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran Hibah tercantum
dalam Lampiran Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan

Pasal 12
(1) Pelaksanaan anggaran Hibah berupa uang, barang atau jasa berdasarkan
atas DPA-SKPD Pengampu.
(2) Setiap pemberian hibah dituangkan dalam NPHD yang ditandatangani
bersama oleh Kepala SKPD Pengampu dan penerima Hibah.
(3) NPHD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat
ketentuan mengenai:
a. pemberi dan penerima hibah;
b. tujuan pemberian hibah;
c. besaran/rincian penggunaan hibah yang akan diterima;
d. hak dan kewajiban;
e. tata cara penyaluran/penyerahan hibah; dan
f. tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban hibah.
(4) Kepala SKPD menandatangani NPHD hibah berupa uang, barang dan
jasa.

Pasal 13
(1) Bupati menetapkan daftar penerima Hibah beserta besaran uang atau
jenis barang atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan Bupati
berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan Bupati
tentang penjabaran APBD;
(2) Daftar penerima Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
dasar penyaluran atau penyerahan hibah;
(3) Penyaluran atau penyerahan hibah kepada penerima Hibah dilakukan
setelah penandatanganan NPHD dan pakta integritas;
(4) Pencairan Hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS).;
(5) Pakta integritas Hibah berupa uang ditandatangani oleh penerima Hibah
dan mengetahui kepala SPKD;

9
Pasal 14
(1) SKPD Pengampu menyiapkan dan memeriksa kelengkapan berkas
pencairan hibah yang terdiri atas:
a. Keputusan Bupati tentang Daftar Alokasi dan Penerima Hibah Uang
sesuai SKPD Pengampu;
b. surat persetujuan pencairan hibah dari Bupati;
c. daftar rencana penggunaan dana yang akan dicairkan dari SKPD;
d. proposal calon penerima hibah;
e. naskah perjanjian hibah Daerah bermaterai cukup, antara kepala SKPD
Pengampu dengan penerima;
f. pakta integritas bermaterai cukup dari penerima;
g. surat pernyataan tanggungjawab mutlak dari penerima Hibah,
bermaterai cukup;
h. berita acara serah terima bermaterai;
i. fotokopi rekening bank calon penerima hibah yang masih aktif; dan
j. kuitansi penerimaan hibah bermaterai.
(2) Kelengkapan berkas pencairan sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk
Hibah partai politik terdiri dari:
a. keputusan Bupati tentang Daftar Alokasi Penerima Bantuan;
b. persetujuan pencairan Hibah dari Bupati;
c. proposal;
d. rekapitulasi besaran bantuan;
e. rekapitulasi Kelengkapan Administrasi;
f. berita Acara verifikasi kelengkapan administrasi;
g. berita Acara penyerahan Hibah partai politik;
h. kuitansi penerimaan hibah bermaterai; dan
i. fotokopi rekening bank partai politik;
(3) Berkas pencairan Hibah dari penerima sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan ayat (2) disimpan oleh SKPD Pengampu.
(4) SKPD Pengampu menyampaikan permohonan pencairan kepada PPKD
dilampiri:
a. SPP–SPM;
b. Surat persetujuan Hibah dari dari Bupati:
c. tanda bukti pengeluaran yang ditandatangani oleh PA, PPTK dan
bendahara pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu;
d. rekapitulasi daftar penerimaan dana Hibah (Daftar penerima dana
hibah, jika penerima lebih dari satu);
e. fotokopi rekening bank calon penerima hibah;
f. fotokopi DPA;
g. surat pernyataan tanggungjawab mutlak dari SKPD Pengampu; dan
h. surat pernyataan verifikasi PPK SKPD dilampiri checklist kelengkapan
dokumen.
(5) Untuk permohonan pencairan hibah partai politik kepada PPKD sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) PPKD memverifikasi kelengkapan dokumen permohonan pencairan hibah,
apabila lengkap dan benar, BUD menerbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana untuk ditransfer pada rekening bank penerima Hibah.

Pasal 15
Hibah yang bersumber dari dana transfer Non DAU pelaksanaannya
menyesuaikan dengan petunjuk teknisnya.

10
Bagian Keempat
Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Pasal 16
(1) Penerima Hibah berupa uang, barang atau jasa menyampaikan laporan
penggunaan Hibah kepada Bupati melalui kepala SKPD Pengampu
dengan tembusan kepada PPKD.
(2) Hibah berupa uang, barang atau jasa dicatat sebagai realisasi obyek
belanja Hibah pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan
kegiatan pada SKPD Pengampu.

Pasal 17
Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah atas pemberian Hibah meliputi:
a. permohonan dari calon penerima Hibah kepada Bupati;
b. keputusan Bupati tentang penetapan daftar penerima Hibah;
c. NPHD;
d. pakta integritas dari penerima Hibah yang menyatakan bahwa Hibah yang
diterima akan digunakan sesuai dengan NPHD; dan
e. bukti transfer uang atas pemberian Hibah berupa uang atau bukti serah
terima barang atau jasa atas pemberian Hibah berupa barang atau jasa.

Pasal 18
(1) Penerima Hibah wajib mempertanggungjawabkan secara formil dan
materil atas penggunaan Hibah yang diterimanya.

(2) Pertanggungjawaban penerimaan Hibah berupa uang meliputi:


a. laporan penggunaan hibah;
b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa Hibah
yang diterima telah digunakan sesuai NPHD;
c. bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan
perundang-undangan bagi penerima Hibah berupa uang;
d. dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
(3) Pertanggungjawaban penerimaan hibah berupa barang atau jasa meliputi:
a. laporan penggunaan Hibah;
b. surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa Hibah
yang diterima telah digunakan sesuai NPHD;
c. salinan bukti serah terima barang atau jasa bagi penerima Hibah
berupa barang atau jasa; dan
d. dokumentasi kegiatan yang telah dilaksanakan;
(4) Pertanggungjawaban Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) disampaikan kepada Bupati melalui SKPD Pengampu paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) Januari tahun anggaran berikutnya.
(5) Dokumen pertanggungjawaban asli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) huruf c disimpan dan dipergunakan oleh penerima Hibah
selaku obyek pemeriksaan.
(6) Pelanggaran kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesauai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19
(1) Realisasi Hibah dicantumkan pada laporan keuangan Pemerintah Daerah
dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Hibah berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima Hibah
sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai
persediaan dalam neraca.

11
Pasal 20
Realisasi Hibah berupa barang dan atau jasa dikonversikan sesuai standar
akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan
pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Daerah.

BAB III
BANSOS

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 21
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan Bansos kepada individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat sesuai kemampuan keuangan Daerah.
(2) Bansos dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung oleh
penerima Bansos.
(3) Bansos berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
secara langsung kepada penerima bantuan, seperti:
a. beasiswa bagi anak miskin;
b. yayasan pengelola yatim piatu;
c. nelayan miskin;
d. masyarakat lanjut usia;
e. masyarakat terlantar;
f. masyarakat cacat berat;
g. tunjangan kesehatan putra-putri pahlawan yang tidak mampu;
h. bantuan biaya pendidikan menengah bagi peserta didik atau
mahasiswa yang berprestasi dari keluarga miskin;
i. masyarakat yang tidak mempunyai rumah layak huni, sanitasi,
dan/atau air minum;
j. santunan kematian bagi warga miskin;
k. bantuan operasional pengobatan bagi warga miskin;
l. anak yatim, piatu, yatim piatu;
m. warga miskin yang terkena bencana;
n. pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah dan posyandu
balita; dan
o. keluarga pekerja migrain Indonesia yang terkena musibah.
(4) Bansos berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
barang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti bantuan
kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan masyarakat
tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin, bantuan makanan
atau pakaian kepada yatim piatu atau tuna sosial, ternak bagi kelompok
masyarakat kurang mampu.
(5) Pemberian Bansos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
kemampuan keuangan Daerah setelah memprioritaskan pemenuhan
belanja urusan pemerintahn wajib dan urusan pemerintahan pilihan
kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan
manfaat.

Pasal 22
Anggota atau kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) meliputi:
a. individu, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami risiko
sosial; atau

12
b. lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang
lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau
masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Pasal 23
(1) Bansos berupa uang kepada individu dan/atau keluarga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas Bansos kepada individu
dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.
(2) Bansos yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan kepada individu dan/atau keluarga yang sudah jelas nama,
alamat penerima dan besarannya pada saat penyusunan APBD.
(3) Bansos yang direncanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan usulan dari calon penerima dan/atau atas usulan kepala
SKPD.
(4) Bansos yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dialokasikan untuk kebutuhan akibat resiko
sosial yang tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang
apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan resiko sosial yang
lebih besar bagi individu dan/atau keluarga yang bersangkutan.
(5) Pagu alokasi anggaran yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak melebihi pagu alokasi
anggaran yang direncanakan.

Pasal 24
(1) Pemberian Bansos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
memenuhi kriteria paling sedikit:
a. selektif;
b. memenuhi persyaratan penerima bantuan;
c. bersifat sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan
tertentu dapat berkelanjutan; dan
d. sesuai tujuan penggunaan.
(2) Kriteria selektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diartikan
bahwa Bansos hanya diberikan kepada calon penerima yang ditujukan
untuk melindungi dari kemungkinan resiko sosial.
(3) Kriteria persyaratan penerima Bansos sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. individu:
1. kartu tanda penduduk dan/atau kartu keluarga Daerah;
2. memiliki surat keterangan tidak mampu dari lurah/kepala desa
dan/atau terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS);
3. penerima Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), sanitasi, dan air
minum terdaftar pada database;
4. berdomisili di Kabupaten Batang; dan/atau
5. bukti dokumen pekerja migran Indonesia yang diterbitkan oleh
lembaga yang berwenang.
b. keluarga:
1. memiliki KTP dan KK Kabupaten Batang;
2. memiliki surat keterangan tidak mampu dari lurah/kepala desa
dan/atau terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS);
3. berdomisili di Daerah.
c. kelompok masyarakat:
1. memiliki KTP dan KK Daerah; dan
2. diketahui oleh lurah/kepala desa.

13
d. lembaga non pemerintahan bidang pendidikan, keagamaan dan
bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok
dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial:
1. mengajukan surat permohonan dengan mencantumkan nomor
telepon pengurus;
2. Keputusan pendirian/pembentukan dari pejabat yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. berkedudukan dalam wilayah Kabupaten Batang;
4. memiliki sekretariat tetap dengan alamat yang jelas; dan
5. memiliki rekening bank atas nama organisasi.
(4) Kriteria bersifat sementara dan tidak terus menerus sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diartikan bahwa pemberian Bansos tidak
wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.
(5) Keadaan tertentu dapat berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c diartikan bahwa Bansos dapat diberikan setiap tahun
anggaran sampai penerima bantuan telah lepas dari resiko sosial.
(6) Kriteria sesuai tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d bahwa tujuan pemberian Bansos meliputi:
a. rehabilitasi sosial;
b. perlindungan sosial;
c. pemberdayaan sosial;
d. jaminan sosial;
e. penanggulangan kemiskinan;
f. penanggulangan bencana; dan
g. perbaikan gizi anak.

Pasal 25
(1) Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf a
ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan
seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar.
(2) Perlindungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf
b ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan
kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar
kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar
minimal.
(3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6)
huruf c ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok
masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
(4) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6) huruf d
merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
(5) Penanggulangan kemiskinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(6) huruf e merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan
terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai
atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
(6) Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (6)
huruf f merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi.
(7) Perbaikan gizi anak sebagaimana dimaksud Pasal 24 ayat (6) huruf g,
merupakan upaya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan gizi dan
kesehatan anak.

14
Bagian Kedua
Penganggaran

Pasal 26
(1) Penganggaran belanja bansos dianggarkan pada SKPD Pengampu dan
dirinci menurut objek, rincian objek, dan sub rincian objek pada program,
kegiatan, dan sub kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat
daerah Pengampu.
(2) Penganggaran belanja bansos tidak direncanakan dianggarkan pada
PPKD di Belanja Tidak Terduga
(3) Usulan permintaan atas bansos tidak terencana dilakukan oleh SKPD
Pengampu
(4) Bupati menunjuk SKPD Pengampu sesuai sasaran program, kegiatan dan
sub kegiatan, untuk melakukan evaluasi dan verifikasi atas usulan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) SKPD yang mengajukan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan urusan Pemerintah Daerah yang menjadi tugas pokok dan
fungsinya,
(6) Kepala SKPD Pengampu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menyampaikan hasil evaluasi dan verifikasi kepada Bupati melalui TAPD.
(7) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berisi
kelayakan penerima dan besaran Bansos yang akan diberikan.
(8) TAPD memberikan pertimbangan atas hasil evaluasi dan verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sesuai dengan prioritas dan
kemampuan keuangan Daerah.

Pasal 27
SKPD Pengampu sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (4) terdiri atas:
a. Bansos Pembangunan Prasarana Sanitasi dan air minum diampu oleh
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Daerah;
b. Bansos Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah diampu oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Daerah;
c. Bansos Pemberian Makanan Tambahan Posyandu diampu oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa Daerah;
d. Bansos Asistensi Sosial bagi Lanjut Usia Terlantar diampu oleh Dinas
Sosial Daerah;
e. Bansos Asistensi Sosial bagi Penyandang Cacat Berat diampu oleh Dinas
Sosial Daerah;
f. Bansos Rehab Rumah Tidak Layak Huni diampu oleh Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman Daerah;
g. Bansos Santunan Kematian bagi Masyarakat Miskin yang Meninggal Dunia
diampu oleh Dinas Sosial Daerah;
h. Bansos Penyandang Masalah Sosial untuk Operasional Pengobatan dan
Darurat Rumah Tangga Akibat Bencana diampu oleh Dinas Sosial Daerah;
i. Bansos untuk Santunan Anak Yatim Piatu diampu oleh Dinas Sosial
Daerah;
j. Bansos biaya pendidikan/beasiswa bagi peserta didik atau mahasiswa
berprestasi dari keluarga miskin diampu oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Daerah;
k. Bansos Penyandang Masalah Sosial untuk Transport Orang Terlantar
diampu oleh Dinas Sosial Daerah; dan
l. Bansos bidang ketenagakerjaan, anak buah kapal, dan pekerja migran
Indonesia yang terkena musibah di ampu dinas ketenagakerjaan Daerah.

15
Pasal 28
(1) Evaluasi dan verifikasi bansos kepala SKPD Pengampu dan
pertimbangan TAPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (6) dan
ayat (8) menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran Bansos dalam
rancangan KUA dan PPAS.
(2) Pencantuman alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi anggaran bansos berupa uang, dan barang.

Pasal 29
Bupati mencantumkan daftar nama penerima, alamat penerima dan besaran
Bansos dalam Lampiran Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD, tidak
termasuk Bansos kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat
direncanakan sebelumnya.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan

Pasal 30
(1) Pelaksanaan anggaran Bansos berupa uang dan barang berdasarkan atas
DPA-SKPD Pengampu.
(2) Untuk dapat memperoleh Bansos, anggota atau kelompok masyarakat
mengajukan surat permohonan pencairan dana kepada Bupati melalui
SKPD Pengampu.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilengkapi
persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat (3).
(4) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), SKPD
Pengampu melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan yang akan
dilakukan oleh pemohon.
(5) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah untuk menentukan
besaran Bansos yang akan direalisasikan atau tidak dapat direalisasikan.

Pasal 31
(1) Bupati menetapkan daftar penerima dan besaran Bansos dengan
Keputusan Bupati berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD.
(2) Penyaluran dan atau penyerahan Bansos didasarkan pada daftar
penerima Bansos yang tercantum dalam keputusan Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), kecuali Bansos kepada individu dan atau
keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4).
(3) Penyaluran/penyerahan Bansos kepada individu dan/atau keluarga yang
tidak dapat direncanakan sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (4) didasarkan pada permintaan tertulis dari individu
dan/atau keluarga yang bersangkutan atau surat keterangan dari pejabat
yang berwenang serta mendapat persetujuan Bupati setelah diverifikasi
oleh SKPD Pengampu.
(4) Pencairan Bansos yang direncanakan berupa uang dilakukan dengan cara
pembayaran langsung.
(5) Dalam hal Bansos berupa uang dengan nilai sampai dengan
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) pencairannya dilakukan melalui
mekanisme tambah uang.

16
Pasal 32
(1) SKPD Pengampu menyiapkan dan memeriksa kelengkapan berkas
pencairan Bansos yang direncanakan untuk individu atau keluarga yang
terdiri atas:
a. keputusan Bupati tentang Daftar Alokasi dan Penerima Bansos
berupa Uang sesuai SKPD Pengampu;
b. surat persetujuan pencairan Bansos dari Bupati;
c. daftar rencana penggunaan dana yang akan dicairkan dari SKPD; dan
d. kuitansi penerimaan Bansos bermaterai.
(2) SKPD Pengampu menyiapkan dan memeriksa kelengkapan berkas
pencairan Bansos yang direncanakan untuk kelompok masyarakat yang
terdiri atas:
a. keputusan Bupati tentang Daftar Alokasi dan Penerima Bansos
berupa Uang sesuai SKPD Pengampu;
b. surat persetujuan pencairan Bansos dari Bupati;
c. daftar rencana penggunaan dana yang akan dicairkan dari SKPD;
d. proposal calon penerima Bansos;
e. pakta integritas bermaterai cukup;
f. surat pernyataan tanggungjawab dari penerima;
g. berita acara serah terima bermaterai;
h. fotokopi rekening bank calon penerima Bansos; dan
i. kuitansi penerimaan Bansos bermaterai.
(3) Berkas pencairan Bansos dari penerima sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan (2) disimpan oleh SKPD Pengampu.
(4) Dalam hal pencairan bantuan melalui LS SKPD Pengampu menyampaikan
permohonan pencairan kepada PPKD dilampiri:
a. SPP–SPM;
b. surat persetujuan pencairan Bansos dari Bupati;
c. tanda bukti pengeluaran yang ditandatangani oleh PA, PPTK dan
Bendahara pengeluaran;
d. rekapitulasi daftar penerimaan Bansos/daftar rencana penggunaan
dana yang akan dicairkan dari SKPD Pengampu;
e. surat pernyataan tanggungjawab mutlak PA/KPA;
f. surat pernyataan verifikasi PPK SKPD/PPK Unit SKPD yang dilampiri
checklist kelengkapan dokumen;
g. surat keterangan DAK untuk bansos yang berasal dari DAK;
h. fotokopi rekening bank calon penerima Bansos;
i. fotokopi SPD; dan
j. fotokopi DPA.

Pasal 33
Bansos yang tidak dapat direncanakan sebelumnya diusulkan oleh SKPD
Pengampu dengan tata cara sebagai berikut:
a. Kepala SKPD mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) paling lama
1 (satu) hari kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku
Bendahara Umum Daerah (BUD);
b. PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan Belanja Tidak
Terduga kepada kepala SKPD paling lama 1 (satu) hari terhitung sejak
diterimanya RKB.
c. pencairan dilakukan dengan mekanisme tambah uang kepada Bendahara
Pengeluaran SKPD Pengampu.

Pasal 34
Bansos yang bersumber dari dana transfer Non DAU pelaksanaannya
menyesuaikan dengan petunjuk teknisnya.

17
Bagian Keempat
Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Pasal 35
(1) Penerima Bansos berupa uang dan barang menyampaikan laporan
penggunaan Bansos kepada Bupati melalui kepala SKPD Pengampu;
(2) Bansos berupa uang dan barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja
Bansos pada jenis belanja barang dan jasa dalam program dan kegiatan
pada SKPD Pengampu.

Pasal 36
(1) SKPD Pengampu membuat rekapitulasi penyaluran Bansos kepada
individu dan atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 disampaikan ke PPKD paling
lambat tanggal 10 Januari tahun anggaran berikutnya;
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat nama
penerima, alamat dan besaran Bansos yang diterima oleh masing-masing
individu dan atau keluarga.

Pasal 37
(1) Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah atas pemberian Bansos meliputi:
a. usulan atau permintaan tertulis dari calon penerima Bansos atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang kepada bupati;
b. Keputusan Bupati tentang penetapan daftar penerima Bansos;
c. pakta integritas yang ditandatangani oleh penerima Bansos dan
diketahui oleh Kepala SKPD Pengampu yang menyatakan bahwa
bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai dengan usulan;
dan
d. bukti transfer atau penyerahan uang atas pemberian Bansos berupa
uang atau bukti serah terima barang atas pemberian Bansos berupa
barang.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c dikecualikan terhadap Bansos bagi individu dan/atau keluarga
yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

Pasal 38
(1) Penerima Bansos wajib mempertanggungjawabkan secara formal dan
material atas penggunaan Bansos yang diterimanya.
(2) Pertanggungjawaban penerima Bansos meliputi:
a. tanda terima bantuan yang diketahui oleh Kepala Desa/lurah
setempat;
b. pakta integritas yang ditandatangani oleh penerima Bansos dan
diketahui oleh Kepala SKPD Pengampu yang menyatakan bahwa
bantuan sosial yang diterima akan digunakan sesuai dengan usulan;
dan
c. bukti pengeluaran yang lengkap dan sah sesuai peraturan perundang-
undangan bagi penerima Bansos berupa uang atau salinan bukti
serah terima barang bagi penerima Bansos berupa barang.
(3) Untuk pencairan Bansos sampai dengan akhir November,
pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan
huruf b disampaikan kepada Bupati paling lambat 30 hari setelah uang
diterima.
(4) Untuk pencairan Bansos pada bulan Desember, pertanggungjawaban
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b disampaikan

18
kepada Bupati paling lambat tanggal 5 Januari tahun anggaran
berikutnya.
(5) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
disimpan dan dipergunakan oleh penerima Bansos selaku obyek
pemeriksaan.

Pasal 39
(1) Realisasi Bansos dicantumkan pada laporan keuangan Pemerintah
Daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
(2) Bansos berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima Bansos
sampai dengan akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai
persediaan dalam neraca.

Pasal 40
Realisasi Bansos berupa barang dikonversikan sesuai standar akuntansi
pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada catatan
atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah
Daerah.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 41
(1) SKPD Pengampu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala atas
pemberian Hibah dan Bansos.
(2) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Bupati dengan tembusan kepada Inspektorat
Daerah.

BAB V
SANKSI

Pasal 42
(1) Terhadap Penerima Hibah uang dan Bansos yang tidak melaksanakan
kegiatan sesuai usulan dalam proposal sampai dengan tanggal 31 (tiga
puluh satu) Desember tahun berkenaan, SKPD Pengampu melakukan
pembinaan dan teguran untuk segera menggunakan dana dimaksud.
(2) Jika sampai dengan tanggal 10 (sepuluh) Januari tahun berikutnya,
penerima belum menggunakan dana dan belum mengirimkan laporan
pertanggungjawaban, SKPD Pengampu melakukan teguran tertulis
pertama sampai dengan ketiga dan pembinaan langsung kepada
penerima.
(3) Teguran tertulis pertama sampai dengan ketiga sebagaimana dimaksud
ayat (2) diatur sebagai berikut:
a. teguran tertulis pertama disampaikan kepada penerima yang belum
mengirimkan laporan untuk kurun waktu dari tanggal 11 Januari
sampai dengan akhir bulan Januari;
b. teguran tertulis kedua disampaikan kepada penerima yang belum
mengirimkan laporan untuk kurun waktu dari tanggal 1 Pebruari
sampai dengan akhir bulan Pebruari; dan
c. teguran tertulis ketiga disampaikan kepada penerima yang belum
mengirimkan laporan untuk kurun waktu dari tanggal 16 Pebruari
sampai dengan akhir bulan Februari.

19
(4) Jika sampai dengan teguran ketiga sebagaimana ayat (2) penerima Hibah
atau bantuan sosial belum menyampaikan laporan, Kepala SKPD
Pengampu melaporkan Kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah dengan
Inspektorat Daerah untuk dilakukan pemeriksaan.
(5) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
Penerima tidak melaksanakan kegiatan dan/atau tidak menyampaikan
laporan penggunaan dana sesuai dengan usulan dalam proposal,
penerima mengembalikan dana yang diterima dan tidak diberi hibah atau
Bansos selama 3 (tiga) tahun anggaran berikutnya.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43
Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun
2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial
dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita Daerah Tahun 2015 Nomor 62)
sebagimana telah diubah dengan Peraturan Bupati:
a. Nomor 9 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 62
Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi, Hibah,
Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita Daerah Tahun
2018 Nomor 9);
b. Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bupati
Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita
Daerah Tahun 2019 Nomor 1);
c. Nomor 68 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati
Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita
Daerah Tahun 2020 Nomor 68);
d. Nomor 74 Tahun 2020 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Bupati
Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita
Daerah Tahun 2020 Nomor 72);
e. Nomor 26 Tahun 2021 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Bupati
Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Batang (Berita
Daerah Tahun 2021 Nomor 26);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

20
Pasal 44

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Batang.

Ditetapkan di Batang
pada tanggal 29 April 2021

BUPATI BATANG,

ttd

WIHAJI

Diundangkan di Batang
pada tanggal 29 April 2021

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BATANG,

ttd

LANI DWI REJEKI

BERITA DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2021 NOMOR 33

Salinan sesuai dengan aslinya,


KEPALA BAGIAN HUKUM,

BAMBANG SURYANTORO S, SH.,M.Si.


Pembina Tingkat I
NIP. 19671008 199203 1 014

21

Anda mungkin juga menyukai