Pencegahan Hazard K3 Tentang Cuci Tangan Naurah Nazhifah 202202212

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

Pencegahan Hazard K3 Tentang Cuci Tangan

Disusun sebagai pemenuhan tugas keselamatan kerja

Naurah Nazhifah
202202212

Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi S1 Keperawatan


Universitas Muhammadiyah Gombong
Tahun 2022/2023
A. Mencuci Tangan

1. Pengertian

Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan

dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan

air dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga

mengungkapkan bahwa cuci tangan adalah satu satunya prosedur terpenting dalam

pengendalian infeksi nosokomial. Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu

prosedur/ tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air

yang mengalir atau hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Potter (2015)

menjelaskan bahwa cuci tangan adalah aktifitas membersihkan tangan dengan

cara menggosok dan menggunakan sabun serta membilasnya pada air yang

mengalir. Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan

dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat yang sesuai dan dibilas dengan

air dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin juga

mengungkapkan bahwa cuci tangan (juga dianggap hygiene tangan) adalah satu

satunya prosedur terpenting dalam pengendalian infeksi nosokomial (Potter,

2015).

2. Tujuan

Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI (2008) adalah salah satu unsur

pencegahan penularan infeksi. Menurut Kristia (2014) mencegah kontaminasi

silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau

perpindahan kuman.
3. Manfaat cuci tangan

Mencuci tangan menggunakan sabun yang dipraktikkan secara tepat dan

benar dapat mencegah berjangkitnya beberapa penyakit. Mencuci tangan dapat

mengurangi risiko penularan berbagai penyakit termasuk flu burung, cacingan,

influenza, hepatitis A, dan diare terutama pada bayi dan balita. Anak yang

mencuci tangan tanpa menggunakan sabun berisiko 30 kali lebih besar terkena

penyakit tipoid, dan yang terkena penyakit tipoid kemudian tidak pernah atau

jarang mencuci tangan menggunakan sabun, maka akan berisiko mengalami

penyakit tipoid empat kali lebih parah daripada yang terbiasa mencuci tangan

menggunakan sabun. Selain itu, manfaat positif lain dari mencuci tangan adalah

tangan menjadi bersih dan wangi (Kemenkes, 2016).

Menurut Maryunani (2013) dari mencuci tangan kita akan mendapatkan

manfaat yaitu:

a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, desentri, typus,

kecacingan, penyakit kulit, ISPA, flu burung.

c. Mencegah terjadinya keracunan makanan karena tangan penjamah telah

memegang bahan kimia.

d. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

4. Indikasi cuci tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun dll)

b. Setelah Buang Air Besar (BAB)

c. Sebelum memegang makanan


8
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus

e. Setelah pulang dari bepergian

f. Setelah bermain

5. Cuci tangan enam langkah dengan hand rub atau hand sanitizer

Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan cairan

berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Peralatan yang dibutuhkan untuk

mencuci tangan hand-rub hanya cairan berbasis alkohol sebanyak 2-3 ml.

Prosedur cuci tangan hand-rub sebagai berikut (WHO, 2009):

Sumber: WHO, 2009


Gambar 1. Cara Mencuci Tangan dengan Hand Rub
1) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan

2) Cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2-3 ml.


9
3) Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan hand sanitizer dengan kedua

telapak tangan.

4) Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.

5) Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.

6) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

7) Membersihkan ibu jari secara bergantian.

8) Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak

tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas selama 20-30 detik.

B. Hand Sanitizer

1. Pengertian

Gel pembersih tangan atau hand sanitizer ini juga dikenal dengan detergen

sintetik cair pembersih tangan yang merupakan sediaan pembersih yang dibuat dari

bahan aktif detergen sintetik dengan atau tanpa penambahan zat lain yang tidak

menimbulkan iritasi pada kulit. Banyak dari gel ini berasal dari bahan beralkohol atau

etanol yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer, gliserin,

dan menjadikannya serupa jelly, gel, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan

menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Berdasarkan hasil

penelitian Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2013

terbukti bahwa hand sanitizer dapat membunuh bakteri. Hand sanitizer terbukti lebih

ampuh untuk membunuh bakteri dibandingkan dengan mencuci tangan dengan air

mengalir saja. Hal ini dikarenakan tidak adanya zat antiseptik yang digunakan. Zat

antiseptik adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan metabolisme bakteri,

sehingga menyebabkan kematian sel


1
0
bakteri. Hand sanitizer ampuh untuk membunuh bakteri apabila kandungan

alkohol di dalamnya lebih dari 60%, apabila kandungan alkohol dibawah 60%

maka hand sanitizer tersebut tidak dapat secara efektif membunuh kuman yang

ada di tangan (CDC, 2013).

2. Kandungan hand sanitizer

Secara umum hand sanitizer mengandung: alkohol 60-95%, benzalkonium

chloride, benzethonium chloride, chlorhexidine, gluconatee, chloroxylenolf,

clofucarbang, hexachloropheneh, hexylresocarcinol, iodine. (Benjamin, 2010).

Menurut CDC, hand sanitizer terbagi menjadi dua yaitu mengandung alkohol dan

tidak mengandung alkohol. Hand sanitizer dengan kandungan alkohol antara 60-

95% memiliki efek anti mikroba yang baik dibandingkan dengan tanpa kandungan

alkohol (Purwantiningsih, 2015).

3. Manfaat hand sanitizer

Adapun kelebihan hand sanitizer dapat membunuh kuman dalam waktu relatif

cepat, karena mengandung senyawa alkohol (etanol, propanol, isopropanol) dengan

konsentrasi ± 60% sampai 80% dan golongan fenol (klorheksidin, triklosan).

Senyawa yang terkandung dalam hand sanitizer memiliki mekanisme kerja dengan

cara mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel kuman. Kandungan aktif yang

sering ditemukan pada hand santizer dipasaran adalah 62% etil alcohol. Kandungan

tersebut bermanfaat dalam membunuh bakteri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Liu et al, menyatakan bahwa efektivitas dari suatu hand sanitizer ditentukan oleh

berbagai faktor seperti, jenis antiseptik yang kita gunakan dan banyaknya, metode

penelitian dan target organisme (Liu et al., 2010).


1
1
C. Bakteri

1. Pengertian bakteri

Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk

prokariotik yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion

yang berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak berklorofil. Berkembang

biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam

membran inti (Holderman et al., 2017).

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain :

a. Kapsul merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari

fagositosis dan desikasi (kekurangan).

b. Lipopolisakarida melindungi bakteri gram negatif dari lisis yang diperantarai

oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin yang poten.

c. Fimbria atau Pili yaitu bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel

pejamu dan kolonisasi. Eschericia Coli yang uropatogenik memiliki fimbria

terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel

ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi antar statin

sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria gonorrhoeae).

d. Flagela yaitu organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organisme

mampu untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu.

Flagela dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel

(polar) atau di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya

Treponema), flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.


1
2
e. Lendir yaitu materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang

tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan

imunitas dan eradikasi oleh antibiotic (Holderman et al., 2017).

2. Faktor pertumbuhan bakteri

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan bakteri (Radji,

2010) yaitu:

a. Suhu

Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh manusia. Tetapi,

beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang berada di luar

batas pertahanan organisme eukariot. Berdasarkan perbedaan suhu pertumbuhan,

bakteri dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar, yaitu:

1) Psikrofil, hidup di udara dingin.

2) Mesofil, hidup di udara bersuhu sedang.

3) Termofil, hidup di udara panas.

Sebagian besar bakteri tumbuh hanya di dalam kisaran suhu pertumbuhan

minimum dan maksimum. Bakteri biasanya tidak dapat tumbuh optimal di luar

suhu tersebut. Setiap bakteri tumbuh pada suhu berikut ini:

1) Minimum, suhu terendah bakteri masih dapat tumbuh.

2) Optimum, suhu bakteri dapat tumbuh subur.

3) Maksimum, suhu tertinggi bakteri masih dapat tumbuh.

Dengan membuat grafik pertumbuhan pada kisaran suhu tertentu, kita dapat

melihat bahwa pertumbuhan bakteri pada suhu optimum biasanya sangat tinggi. Hal

ini terjadi karena suhu yang lebih tinggi akan menginaktifkan sistem enzimatik di
1
3
dalam sel bakteri. Berdasarkan suhu pertumbuhan, dikenal bakteri psikrofil,

bakteri psikrotrof, bakteri mesofil, dan bakteri termofil.

b. pH

pH adalah derajat keasaman suatu larutan. Kebanyakan bakteri tumbuh

subur pada pH 6,5-7,5. Sangat sedikit bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam

(di bawah pH 4). Hal inilah yang menyebabkan makanan tertentu dapat diawetkan

dengan penambahan suasana asam atau secara fermentasi. Beberapa bakteri

disebut dengan asidofil karena dapat menoleransi keasaman. Salah satu tipe

bakteri kemoautotrof yang ditemukan di dalam drainase air di tambang tembaga

dan pabrik oksidasi sulfur dari asam sulfat dapat bertahan pada pH 1. Jamur dan

ragi dapat tumbuh pada rentang pH bakteri, tetapi pH optimum ragi dan jamur

biasanya di bawah bakteri, sekitar pH 5-6. Alkalinitas juga dapat menghambat

pertumbuhan bakteri, tetapi jarang digunakan untuk upaya pengawetan makanan.

Ketika dibiakkan di laboratorium, bakteri sering memproduksi asam yang

biasanya berpengaruh pada pertumbuhan bakteri itu sendiri. Untuk menetralkan

asam dan mempertahankan pH, dapar kimia dapat ditambahkan ke dalam media.

Pepton dan asam amino bekerja sebagai dapar dalam beberapa media perbenihan.

Banyak media yang juga mengandung garam fosfat sebagai dapar. Garam fosfat

tidak memengaruhi bakteri bahkan mengandung fosfor sebagai nutrisi.

c. Faktor kimia

Selain air, unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

mikroorganisme adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, fosfor,

dan unsur kelumit (Cu, Zn dan Fe). Karbon merupakan unsur penting dalam setiap

mahluk hidup. Setengah berat kering suatu bakteri adalah karbon. Kemoheterotrof
1
4
mendapatkan sebagian besar karbon dari sumber energi yang diperoleh, seperti

protein, karbohidrat dan lemak, sedangkan kémoautotrof dan fotoautotrof

mendapatkan unsur karbon dari CO2.

Beberapa unsur lain juga diperlukan oleh bakteri untuk sintesis mater)

seluler yaitu nitrogen dan sulfur untuk sintesis protein; nitrogen dan fosfor untuk

sintesis DNA, RNA, dan ATP. Molekul ATP sangat penting untuk penyimpanan

dan transfer energi kimia di dalam sel. Kandungan nitrogen kurang lebih 14%

berat kering suatu sel bakteri, sedangkan sulfur dan fosfor sekitar 4%.

Bakteri menggunakan nitrogen terutama untuk membentuk gugus amino

berupa asam amino dan protein. Sebagian besar bakteri mampu menguraikan

protein dan menyusun kembali asam amino menjadi protein baru yang

+
dibutuhkannya. Bakteri lainnya menggunakan nitrogen dari ion amonium (NH 4 ),

yang sudah dalam keadaan tereduksi yang terdapat pada bahan-bahan seluler. Bahkan

ada pula bakteri yang mampu memanfaatkan nitrogen yang berasal dari ion

-
nitrat, NO3 dalam larutan.

Beberapa jenis mikroorganisme dapat menggunakan nitrogen berbentuk

gas (N2) langsung dari atmosfer. Proses ini dinamakan fiksasi nitrogen. Sebagian

besar mikroorganisme yang dapat memanfaatkan N2 dapat hidup bebas di dalam

tanah, tetapi ada juga yang bekerja sama secara simbiosis dengan akar tumbuhan

kacang-kacangan seperti semanggi, kedelai, buncis, dan kacang tanah. Nitrogen

yang difiksasi pada proses simbiosis dimanfaatkan, baik oleh tumbuhan maupun

oleh bakteri.
1
5
Sulfur digunakan untuk sintesis asam amino dan vitamin (misalnya, tiamin

dan biotin). Fosfor merupakan unsur penting untuk sintesis asam nukleat dan

fosfolipida untuk membran sel.

Bakteri juga membutuhkan sejumlah kecil unsur mineral (misalnya K, Mg,

Ca, Fe, Cu, Zn, dan Mo) sebagai kofaktor, yang merupakan unsur penting untuk

memfungsikan beberapa jenis enzim. Unsur-unsur ini terdapat dalam air dan

komponen media lain secara alamiah.

d. Oksigen

Berbagai bentuk kehidupan di bumi mempunyai sistem metabolisme yang

menggunakan oksigen untuk respirasi. Proses ini menghasilkan sejumlah besar

energi sekaligus menetralkan gas-gas beracun.

Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak

energi dari nutrien yang diperoleh daripada mikroba yang tidak menggunakan

oksigen (anaerob). Bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidup disebut

bakteri aerob obligat. Bakteri aerob obligat memiliki kelemahan, yaitu oksigen

sangat sedikit terlarut di dalam media dan air di lingkungan bakteri tersebut. Oleh

sebab itu, kebanyakan bakteri aerob telah berkembang sehingga mempunyai

kemampuan untuk bertumbuh tanpa ada oksigen. Mikroorganisme seperti ini

disebut anaerob fakultatif. Dengan kata lain, bakteri anaerob fakultatif dapat

menggunakan oksigen bila ada oksigen, tetapi dapat terus bertumbuh dengan

menggunakan proses fermentasi atau respirasi anaerob apabila oksigen tidak

cukup tersedia. Walaupun demikian, efisiensi produksi energi berkurang ketika

tidak ada oksigen (Radji, 2010).


1
6
D. Angka Lempeng Total

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan jumlah mikroba aerob mesofilik

per gram atau per milliliter contoh yang ditentukan melalui metode standar.

Angka Lempeng total merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk

mengetahui jumlah mikroba yang ada dalam suatu sampel. Pada pengujian angka

kuman menggunakan media Plate Count Agar (PCA) sebagai media padatnya.

Pada uji ini, metode yang sering digunakan yaitu hitung cawan. Prinsip dari

metode hitung cawan adalah sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada

medium agar, kemudian sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan

membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa

menggunakan mikroskop (Yunita dkk., 2015).

Kelebihan dari penggunaan metode hitung cawan yaitu sensitif untuk

menghitung jumlah mikroba dikarenakan hanya sel yang masih hidup yang

dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus, serta dapat digunakan

untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin

berasal dari mikroba yang mempunyai penampakan spesifik (Wijaya dkk., 2015).

Sedangkan kekurangan dari penggunaan metode hitung cawan meliputi

(Waluyo, 2016):

1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya,

karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang

berbeda pula.

3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan

membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.


1
7
4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga

pertumbuhan koloni dapat dihitung.

5. Memerlukan inkubasi selama 24 jam sebelum koloni-koloni terbentuk pada

permukaan agar.

6. Menggunakan peralatan gelas yang lebih banyak untuk melakukan teknik ini

serta prosedur yang lebih banyak dapat menimbulkan kesalahan penghitungan

akibat kesalahan pada pengenceran.

Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji ALT adalah

dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat

diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam sampel.

Adapun kelemahan dari metode ini adalah:

1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba,

seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.

2. Kemungkinan ini akan mem-perkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.

Kemungkinan ada jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan

jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.

3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh

permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan

mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung.

4. Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikroba antara

30-300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan

peng-hitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300

koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara

koloni.
1
8
5. Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang

umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih (Sundari, 2019).

Metode hitung cawan dapat dibedakan atas tiga cara, yaitu:

1. Metode sebar (spread plate)

Metode ini biasanya digunakan untuk memisahkan mikroorganisme yang

terkandung dalam volume sampel kecil, sehingga menghasilkan pembentukan

koloni diskrit yang didistribusikan secara merata di seluruh permukaan. Selain itu,

dapat mempermudah menghitung jumlah koloni yang tumbuh (Sanders, 2012).

Pada pemupukkan dengan metode permukaan, agar steril terlebih dahulu

dituangkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan membeku. Setelah membeku

dengan sempurna kemudian sebanyak 0,1 ml contoh yang telah diencerkan dipipet

pada permukaan agar tersebut. Sebuah batang gelas melengkung (hockey stick)

dicelupkan kedalam alcohol 95 % dan dipijarkan sehingga alkohol habis terbakar.

Setelah dingin, batang gelas tersebut digunakan untuk meratakan contoh diatas

medium agar dengan cara memutarkan cawan petri di atas meja. Selanjutnya,

inkubasi dilakukan seperti pada metode tuang. Tetapi harus di ingat bahwa jumlah

contoh yang ditumbuhkan hanya 0,1 ml tidak boleh 1 ml. Jadi harus dimasukkan ke

dalam perhitungan pengenceran untuk mendapatkan Total Count (Hafsan, 2015).

2. Metode tuang (pour plate)

Metode ini sering digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme

dalam sampel campuran, yang ditambahkan ke media agar cair sebelum media

memadat. Proses ini menghasilkan koloni yang tersebar merata di seluruh medium

padat (Sanders, 2012). Dari pengenceran sebanyak 1 ml atau 0,1 ml dimasukkan

kedalam cawan petri, sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai


1
9
menuangkan ke dalam cawan petri tidak boleh lebih dari 30 menit. Kemudian ke

dalam cawan petri tersebut dimasukkan agar cair steril yang telah didinginkan

sampai 50ºC sebanyak kira-kira 15 ml. selama penuangan medium, tutup cawan

tidak boleh dibuka terlalu lebar untuk menghindari terjadi kontaminasi dari luar.

Setelah penuangan cawan petri segera digerakkan secara hati-hati agar sel-sel

mikroba menyebar secara merata. Hal ini dilakukan dengan gerakan melingkar

atau gerakan seperti angka delapan, setelah agar memadat, cawan-cawan tersebut

dapat diinkubasikan di dalam inkubator dengan posisi terbalik. Pada pemupukan

dengan metode permukaan terlebih dahulu dibuat agar cawan tersebut kemudian

sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar-agar

tersebut. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang steril.

Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung dengan cara :

Inkubasi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu sesuai dengan jenis

mikroba yang akan dihitung. Medium agar yang digunakan juga disesuaikan

dengan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan. Selama inkubasi, sel-sel yang

masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung

oleh mata (Hafsan, 2015).

3. Teknik Penanaman Dengan Goresan (Streak)

Pada penanaman dengan teknik streak, yaitu menggunakan ose yang telah

dipijarkan pada lampu spiritus, kemudian koloni dari masing-masing pengenceran

di inokulasi pada media PCA sesuai pengenceran. Gores secara kontinyu dengan

streak zig-zag sampai setengah permukaan agar kemudian jangang pijarkan ose

0
lalu putar cawan 180 C lanjutkan goresan sampai habis (Hafsan, 2015).
2
0
Berikut merupakan perhitungan jumlah koloni dan syarat koloni yang

ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:

1. Idealnya jumlah koloni per plate yang boleh dihitung yaitu antara 30 s/d 300

Coloni Forming Unit (CFU)

2. Koloni besar, kecil, menjalar dianggap berasal dari satu bakteri.

3. Satu koloni dihitung satu koloni

4. Dua koloni yang bertumpuk dihitung satu koloni

5. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung satu koloni

6. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung dua koloni

7. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung.

8. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung satu koloni.

9. Perhitungan dapat dilakukan dengan cara manual dengan memberi tanda titik

dengan spidol pada petridish pada koloni yang sudah dihitung, dapat pula

digunakan Colony Counter.

10. Dengan mengkalikan pengenceranya akan diperoleh angka/jumlah

bakteri/bakteri per 1 gram/1 ml sampelnya.

11. Cara mengitung sel relatif/ CFU’S Per mil

Untuk menghitung jumlah koloni maka diperlukan suatu standar perhitungan.

Standar ini berfungsi untuk melaporkan suatu hasil analisis mikrobiologi dan

menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data

yang ada untuk menghitung jumlah koloni didalam suatu contoh. Standar yang

digunakan adalah Standard Plate Count (SPC). Koloni yang dipilih


2
1
untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat khusus berdasarkan statistik

untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan. Perhitungan mengacu kepada

standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat- syaratnya sebagai berikut:

a. Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan dengan jumlah 30-300 koloni. >300=

Too Numerous To Count (TNTC) atau Terlalu Banyak Untuk Dihitung

(TBUD). < 30 = Too Few To Count (TFCT).

b. Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari dua digit yaitu angka satuan dan
angka persepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial), misal 2.3
4 4
x 10 , bukan 2.34 x 10 . Pembulatan keatas dilakukan pada angka seperseratus

4 4
yang sama atau lebih besar dari lima, misal 2.35 x 10 menjadi 2.4 x 10 , atau

4 4
2.34 x 10 menjadi 2.3 x 10 .

c. Bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya

pengenceran terendah yang dilaporkan.

d. Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka hanya

pengenceran yang tertinggi yang dihitung.

e. Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah

antara 30 dan 300 dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari

kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua. Jika

perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari dua yang

dilaporkan hanya hasil yang terkecil.

f. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil

harus dari kedua cawan tersebut tidak boleh diambil salah satu meskipun salah

satu dari cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat diantara 30 dan 300.
2
2

Anda mungkin juga menyukai