Handbook Corpu
Handbook Corpu
Handbook Corpu
Penulis
Penerbit
2022
Hal | ii
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
PEDOMAN PENYELENGGARAAN ASN CORPORATE UNIVERSITY
INSTANSI PEMERINTAH
Penyusun :
ISBN :
Editor :
Penerbit :
Hal | iii
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Alamat :
Email : [email protected]
Hal | iv
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
SAMBUTAN
Hal | v
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Permasalahan pengembangan kompetensi mengarah pada perlunya
sebuah penataan pengembangan kompetensi yang terintegrasi
searah dengan strategi organisasi, serta berdampak efektif pada
kinerja organisasi. Pendekatan ASN Corporate University (ASN Corpu)
menjadi upaya menjawab permasalahan tersebut. Urgensi
pengembangan ASN Corpu diperkuat dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Pasal 203 ayat (4a) menyebutkan bahwa pengembangan
kompetensi dilaksanakan melalui pendekatan sistem pembelajaran
terintegrasi (corporate university).
Kepala
Adi Suryanto
Hal | vi
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
PENGANTAR
Hal | vii
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Sebagai sebuah panduan dalam pengembangan dan penerapan ASN
Corpu, LAN dalam hal ini Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN menyusun handbook ASN Corpu
Instansi Pemerintah. Diharapkan handbook ini bermanfaat bagi
seluruh Kementerian/Lembaga/Daerah sebagai acuan dalam
menerapkan ASN Corpu sebagai pendekatan dalam menyiapkan ASN
yang kompeten dan adaptif untuk mengakselerasi kinerja birokrasi
pemerintah dan mewujudkan World Class Governemnt.
Muhammad Taufiq
Hal | viii
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
DAFTAR ISI
SAMBUTAN ............................................................................................................ v
PENGANTAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 5
C. Ruang Lingkup ...................................................................................... 5
BAB II....................................................................................................................... 7
TATA KELOLA PEMBELAJARAN..................................................................... 7
A. Struktur ASN Corporate University ................................................ 7
B. Hubungan Antara Corpu ASN K/L dan Daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota) ................................................................................ 18
C. Forum Pembelajaran ......................................................................... 19
BAB III ..................................................................................................................... 1
SISTEM PEMBELAJARAN ................................................................................. 1
D. Setidaknya, fokus pembelajaran dalam ASN Corpu Instansi
terdiri dari: .............................................................................................. 2
A. Diagnosis Kebutuhan Pembelajaran .............................................. 5
B. Pengembangan Desain Pembelajaran ............................................ 8
C. Penyelenggaraan dan Implementasi Pembelajaran ................. 14
D. Evaluasi Pembelajaran ..................................................................... 19
BAB IV ............................................................................................................... 23
STRATEGI PEMBELAJARAN .......................................................................... 23
Hal | ix
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB V .................................................................................................................... 35
MANAJEMEN PENGETAHUAN ...................................................................... 35
A. Tahapan Manajemen Pengetahuan .............................................. 36
B. Proses Manajemen Pengetahuan ................................................... 40
C. Manfaat Manajemen Pengetahuan ............................................... 44
Manfaat dari manajemen pengetahuan diantaranya adalah: ..... 44
D. Faktor pendukung pelaksanaan Manajemen Pengetahuan . 46
BAB VI ................................................................................................................... 48
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN ...................................................................... 48
A. Learning Management System ....................................................... 48
B. Model Pembelajaran dalam Learning Management System . 55
1. Pembelajaran Daring ....................................................................... 55
2. Blended Learning .............................................................................. 58
3. Mobile Learning.................................................................................. 67
C. Format Pembelajaran pada LMS ................................................... 68
D. Format Aktivitas pada LMS ............................................................. 69
1. E-mail .................................................................................................... 69
2. Chat ....................................................................................................... 69
3. Forum Diskusi ................................................................................... 70
4. Multimedia .......................................................................................... 70
5. Video Conference ............................................................................... 71
6. Live Video Streaming ........................................................................ 71
BAB VII .................................................................................................................. 73
INTEGRASI SISTEM .......................................................................................... 73
Hal | x
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Hal | xi
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting
dalam pembangunan negara. Presiden menetapkan
pembangunan sumber daya manusia sebagai salah satu arahan
utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi dan pencapaian
visi Indonesia 2045. Pembangunan Indonesia 2020-2024
ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing yaitu sumber daya manusia yang
sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
Pengelolaan SDM aparatur sudah menjadi fokus mulai dari
RPJMN I. Sampai saat ini di tahapan RPJMN IV, pembangunan
sumber daya aparatur diarahkan pada terwujudnya
kepemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa yang
berlandaskan hukum serta birokrasi yang profesional dan netral.
Meskipun demikian masih ditemui beberapa permasalahan dalam
pengelolaan ASN 1 , diantaranya penerapan sistem merit belum
berjalan dengan optimal, masih kurang serta rendahnya
kompetensi dan tingkat pendidikan ASN, persebaran ASN dengan
keahlian tertentu/ fungsional belum berbasiskan sektor unggulan
kewilayahan.
Di sisi lain, kualitas ASN di Indonesia masih belum
memuaskan. Hal ini terlihat dari capaian beberapa parameter
global, misalnya Global Competitiveness Index Tahun 2019,
dimana Indonesia menempati urutan ke-50 dari 141 negara.
Parameter Human Development Index Tahun 2019 menempatkan
Indonesia pada urutan 111 dari 180 negara di bawah Brunei
Darussalam, Philipina, Malaysia dan Thailand.
Berkaca pada permasalahan tersebut, pengembangan
kompetensi memainkan peran tidak hanya untuk mengatasi
permasalahan saat ini, tetapi juga untuk mempersiapkan masa
1
RPJMN 2020-2024
Hal | 1
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
mendatang. Pengembangan kompetensi harus mengalami
perubahan tidak bisa lagi dilakukan secara konvensional dan
hanya untuk memenuhi persyaratan jabatan. Pendekatan
pengembangan kompetensi yang banyak dilakukan saat ini (1)
masih bersifat formalitas, untuk memenuhi aturan kepegawaian
dan persyaratan jabatan, (2) pengembangan kompetensi
dilakukan sebatas pelatihan klasikal, (3) tidak ada keterkaitan
strategi dengan pembelajaran, (4) bersifat individual learning
untuk kebutuhan individu bukan menjadi upaya problem solving
dan pencapaian tujuan organisasi. Dengan berkembangnya
teknologi, pengembangan kompetensi juga tidak bisa hanya
mengandalkan tatap muka langsung dengan pengajar.
Pendekatan pengembangan kompetensi mau tidak mau harus
berubah.
Saat ini di sektor privat, telah berkembang Corporate
Univerrsity (Corpu). Menurut Jeffrey W Grenzer (2006),
mendefinisikan “Corporate University as a function strategically
aligned toward integrating the development of people within
specific organization and must focus on personal development,
carreer paths, training opportunities, learning events, human
resource programs, and leadership at all level of the organization”.
Dalam hal ini, Corpu menekankan pada pembelajaran,
knowledge, dan juga pengembangan pegawai, termasuk pola
karir.
Corpu pada mulanya dikenal sebagai pendekatan yang
dilakukan oleh private sector dalam meningkatkan kinerja SDM
untuk mencapai kinerja perusahaan. Di Indonesia, inisiasi
penerapan Corpu telah dilakukan oleh BUMN. Beberapa BUMN
yang telah mengadopsi konsep Corpu dan berhasil menciptakan
SDM yang unggul tersebut diantaranya Pertamina, PLN, PT
Telkom. Bank Mandiri, dan BRI. Dengan menilik keberhasilan
organisasi BUMN tersebut dalam menerapkan Corpu, satu poin
yang sama adalah pengembangan SDM dilaksanakan sejalan
dengan tujuan organisasi bukan berdiri sendiri hanya untuk
kepentingan individu.
Dari keberhasilan BUMN tersebut, sudah saatnya bagi
organisasi pemerintah mengikuti jejak BUMN untuk
Hal | 2
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
mengimplementasikan pendekatan Corpu dalam pengembangan
kompetensi ASN. Pendekatan Corpu ini sejalan dengan perubahan
paradigma training ke learning perubahan dari pendekatan orang
yang memberikan pelatihan (instruktur-lead) ke arah fokus kepada
peserta dan dampak pengembangan kompetensi ke kinerja.
Meskipun hampir di setiap instansi pemerintah sudah
mempunyai training center yang berfungsi sebagai tempat
pelatihan bagi ASN, akan tetapi pendekatan Corpu memiliki
beberapa perbedaan yang mendasar dengan training center.
Tabel 1. Perbedaan Corporate University dan Training Center
Hal | 3
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Atribut Corporate University Training Center
B. Tujuan
Tujuan disusunnya handbook ini adalah sebagai sebuah panduan
bagi K/L/D dalam melakukan pengembangan ASN Corporate
University.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari handbook mencakup aspek pengelolaan ASN
Corporate University yang meliputi struktur, fokus pembelajaran,
sistem pembelajaran, strategi pembelajaran, manajemen
pengetahuan, teknologi pembelajaran dan integrasi sistem.
Hal | 5
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Gambar 1.1. Ruang lingkup
Hal | 6
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB II
TATA KELOLA PEMBELAJARAN
Hal | 7
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
c. Penyampaian kebutuhan dan rencana Pengembangan
Kompetensi di lingkungan Instansi Pemerintah yang telah
ditetapkan PPK melalui SIPKA;
d. Penyelenggaraan pengembangan kompetensi terintegrasi dengan
manajemen talenta dan rencana strategis Instansi Pemerintah;
e. Pengembangan program pengembangan kompetensi di instansi
pemerintah yang dapat mendukung pelaksanaan manajemen
talenta dan pemenuhan rencana strategis Instansi Pemerintah;
dan
f. Pelaksanaan evaluasi pengembangan kompetensi di lingkungan
Instansi Pemerintah dan menyampaikan hasil evaluasi tersebut
melalui SIPKA.
Dewan Pengarah
Instansi Pemerintah Pusat Instansi Pemerintah Daerah
1. Pimpinan 1. Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
Kementerian/Lembaga
2. Sekretaris Daerah
2. Kepala Unit Kerja yang Memiliki
3. Asisten Daerah
Fungsi Perencanaan
4. Kepala Unit Kerja yang memiliki
3. Kepala Unit Kerja yang Memiliki
fungsi pembangunan dan
Fungsi Pengelolaan SDM
perencanaan daerah
4. Kepala Unit Kerja JPT Pratama
5. Kepala Unit Kerja yang memiliki
fungsi pengelolaan SDM
Tim Pelaksana
Hal | 8
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Struktur ASN Corpu sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1
bukan merupakan struktur formal. Gambaran struktur ASN Corpu
lebih mirip dengan kelompok kerja. Namun demikian, penentuan
struktur ASN Corpu melekat pada jabatan formal di instansi
pemerintah. Artinya, akan ada jabatan-jabatan formal yang memiliki
tugas dan fungsi tertentu untuk memainkan perannya dalam
pengelolaan ASN Corpu. Penyelenggara ASN Corpu instansi terdiri
dari Dewan Pengarah Pembelajaran (DPP) dan tim pelaksana. DPP
lebih banyak menjalankan tugas dan fungsi pengambilan kebijakan
yang bersifat strategis, sedangkan tim pelaksana akan berusaha
mengimplementasikan kebijakan yang sudah. Keduanya bekerja
dalam koridor perundang-undangan yang berlaku. Nama-nama
jabatan dalam ASN Corpu dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Hal | 9
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
No Jabatan-Jabatan dalam Pemangku
Corpu
5. Kepala Unit Kerja yang
memiliki fungsi pengelolaan
SDM
2 Tim Pelaksana
a. Chief of Learning Kepala Unit Kerja yang Memiliki
Officer (Koordinator Fungsi Pengembangan
Pembelajaran) Kompetensi
Contoh : Kepala BPSDM
b. Kelompok Keahlian Didasarkan pada tugas dan
fungsi unit kerja PPT Madya
(pemerintah pusat) atau asisten
daerah (pemerintah daerah)
Contoh : Kelompok Keahlian
Bidang Sekretariat, Kelompok
Keahlian Bidang Pelayanan
Publik
1) Anggota Kelompok Pegawai yang mempunyai
Keahlian keahlian dan kompetensi dalam
bidang tertentu
2) Koordinator Kepala Unit Kerja Fungsional
Kelompok Keahlian dan Sekretariat di Kementerian,
Lembaga, dan Pemerintah
Daerah
Hal | 10
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
b. merumuskan kebutuhan kompetensi yang sesuai dengan
arah kebijakan /rencana strategis dan manajemen talenta
instansi pemerintah
c. merumuskan prioritas kebutuhan Pengembangan
Kompetensi sesuai dengan arah kebijakan/rencana
strategis dan manajemen talenta Instansi Pemerintah;
d. merumuskan kebijakan penyelenggaraan pengembangan
kompetensi di instansi pemerintah; dan
e. melaksanakan monitoring dan evaluasi Corpu Instansi
Pemerintah terkait kinerja organisasi.
Pejabat Tinggi yang memiliki peran sebagai DPP tentunya
berbeda-beda antar instansi pemerintah. Hal tersebut
dikarenakan perbedaan struktur dan nomenklatur pada instansi
pemerintah. Utamanya, perbedaan instansi pemerintah pusat
dan instansi pemerintah daerah. Nomenklatur struktur instansi
pemerintah daerah terkait dengan Undang-Undang Pemerintah
Daerah.
2. Tim Pelaksana
Hal | 11
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
c. menyampaikan usulan kebutuhan dan rencana
penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi di lingkungan
Instansi Pemerintah kepada tim pengarah;
d. mengembangkan metode pelaksanaan Pengembangan
Kompetensi di lingkungan Instansi Pemerintah sesuai dengan
nilai, kebutuhan, dan karakteristik instansi dan unit
organisasi;
e. menyelenggarakan Pengembangan Kompetensi yang
dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan klasikal dan
nonklasikal; dan
f. mengusulkan kelompok keahlian (group skill) untuk setiap
unit kerja jabatan pimpinan tinggi madya.
Hal yang harus juga diperhatikan dalam pedoman ini adalah
terkait pembagian tim pelaksana menjadi chief of learning officer
(koordinator pembelajaran) dan koordinator keahlian. Munculnya
istilah koordinator keahlian dikarenakan adanya kelompok
keahlian (group skill) yang menjadi bagian penting tim pelaksana
dalam penyelenggaraan ASN Corpu instansi pemerintah.
Hal | 12
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
2) mengkoordinir penyelenggaraan pengembangan
kompetensi secara klasikal dan non-klasikal;
3) mengkoordinir pengembangan metode-metode
pengembangan kompetensi yang dapat digunakan oleh
tim pelaksana; dan
4) mengkoordinir pelaksanaan evaluasi hasil
pengembangan kompetensi.
Hal | 13
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Aspek Unit Kerja yang Unit Kerja
Memiliki Fungsi Fungsional
Pengembangan Lainnya
Kompetensi
kepada kelompok
keahlian
Evaluasi a. Menyiapkan Mengumpulkan
Bangkom instrumen evaluasi data dan
b. Menyusun informasi
dokumen evaluasi evaluasi
pengembangan penyelenggaraan
kompetensi pengembangan
instansi kompetensi di
berdasarkan data unit kerjanya
dan informasi yang
dihimpun dari unit
kerja
Hal | 14
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
1) menyampaikan usulan kurikulum Pengembangan
Kompetensi;
2) menyampaikan usulan kebutuhan Pengembangan
Kompetensi Pegawai ASN di lingkungan unit organisasi;
3) mengkoordinir penyelenggaraan pengembangan
kompetensi dari pelatihan-pelatihan non-klasikal di
lingkungan unit organisasi;
4) menyampaikan usulan rumpun kelompok keahlian
kepada Ketua Tim Pengarah sesuai dengan bidang tugas
unit organisasi atau perangkat daerahnya;
5) menyampaikan usulan kelompok keahlian (skill group)
di lingkungan unit organisasi;
6) mempimpin kelompok keahlian (skill group) di
lingkungan unit organisasi; dan
7) melaksanaan pembinaan terhadap kelompok keahlian
(skill group) di unit kerjanya masing-masing.
Hal | 16
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
sesuai dengan rumpun tugas dan fungsinya. Misal, UPT Balai
Layanan Pemetaan Kompetensi dapat dimasukkan dalam
rumpun kelompok keahlian Sekretariat.
C. Forum Pembelajaran
Dalam rangka memastikan berjalannya sistem pembelajaran,
dilaksanakan sebuah forum pembelajaran yang diikuti oleh
dewan pengarah pembelajaran dan tim pelaksana. Forum
tersebut merupakan sebuah forum bersama yang membahas
semua tahapan sistem pembelajaran ASN corpu. Forum
pembelajaran terdiri dari forum pembelajaran level strategis, level
operasional, dan level teknis. Forum pembelajaran level tinggi
diikuti oleh dewan pengarah pembelajaran dan tim pelaksana.
Forum pembelajaran level operasional diikuti oleh seluruh
anggota tim pelaksana. Forum pembelajaran level teknis
dilaksanakan secara internal oleh unit kerja fungsional dan
diikuti oleh anggota dan koordinator kelompok keahlian.
Hal | 19
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Tabel 3 Jadwal Kegiatan Forum Pembelajaran
1 Diagnosis Forum
Kebutuh Pembelajara Dokumen Koordinator
an n Level 3 Usulan Kelompok
Pembelaj (Tiga)/ diagnosis Keahlian dan
aran Forum kebutuhan Anggota Kelompok
Pembelajara pembelajaran Keahlian
n Level unit
Teknis kerja/kelompok
keahlian untuk
Tahun
Anggaran
Berikutnya
Forum
Pembelajar Hasil verifikasi Tim Pelaksana
an Level 2 Dokumen
(Dua)/ Usulan
Forum diagnosis
Hal | 1
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Hal | 2
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
an Level
Strategis
2 Pengemb Forum Dokumen
angan Pembelajaran usulan desain Koordinator
Desain Level 3 pembelajaran Kelompok
Pembelaj (Tiga)/ untuk Tahun Keahlian dan
aran Forum Anggaran Anggota Kelompok
Pembelajaran Berikutnya Keahlian
Level Teknis
Forum Hasil verifikasi
Pembelajaran dokumen Tim Pelaksana
Level 2 usulan desain 1. Chief of
(Dua)/ pembelajaran Learning
Forum untuk Tahun Officer (CLO)
Pembelajaran Anggaran
2. Koordinator
Level Berikutnya
Operasional Kelompok
Keahlian dan
Hal | 3
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Anggota
Kelompok
Keahlian
Hal | 4
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Pembelajaran Anggaran
Level Teknis Berjalan
Forum Dokumen
Pembelajaran monitoring Tim Pelaksana
Level 2 penyelenggaraa 1. Chief of
(Dua)/ n pembelajaran Learning
Forum Tahun Officer
Pembelajaran Anggaran
(CLO)
Level Berjalan
Operasional 2. Koordinator
Kelompok
Keahlian
dan
Anggota
Kelompok
Keahlian
Hal | 5
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Hal | 6
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Hal | 7
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Level Output Peserta
Tahun Tahun
Anggaran Anggaran
Berjalan Berikutnya
(Triwulan) (Triwulan)
I II III IV I II III IV
Level
Strategis
Hal | 8
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB III
SISTEM PEMBELAJARAN
Hal | 1
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
D. Setidaknya, fokus pembelajaran dalam ASN Corpu
Instansi terdiri dari:
a. School
Fokus pembelajaran dalam konteks ini adalah pada
pengembangan kompetensi teknis dan pemerintahan.
Karakteristiknya diarahkan pada pemenuhan kompetensi
bidang dan inti. Adapun tujuan dari fokus pembelajaran ini
adalah memenuhi kesejangangan kompetensi pegawai dan
pemenuhan hak pengembangan kompetensi.
Perlu dipetakan kompetensi-kompetensi yang wajib dimiliki
oleh semua ASN di organisasi (Core) dan kompetensi
tertentu yang hanya perlu dimiliki oleh ASN pada bidang
tertentu (Functional). Perumusan kompetensi tersebut
dituangkan dalam kamus kompetensi pada masing-masing
instansi.
Dengan demikian, pengembangan kompetensi ini akan
bersifat spesifik untuk meningkatkan suatu keterampilan
tertentu dalam rangka mendukung profesionalisme dari
jabatan pegawai yang bersangkutan.
b. College
Fokus pembelajaran dalam konteks ini adalah pada
pengembangan kompetensi manajerial dan sosial kultural.
Karakteristiknya diarahkan pada penguatan kepemimpinan
(leadership), kemampuan berinovasi, mengelola perubahan
serta penguatan budaya kerja.
Adapun tujuan dari fokus pembelajaran ini adalah untuk
mengembangkan agen-agen perubahan dan
mempersiapkan kader-kader pimpinan birokrasi.
Organisasi termasuk dalam hal ini ASN perlu
mengembangkan kemampuannya untuk beradaptasi
terhadap lingkungan luar, dan mengintegrasikannya ke
dalam dengan memberdayakan sumber- sumber yang
dimiliki terutama sumber daya manusia sebagai aset
terpenting organisasi. Kotter (1996) mengatakan bahwa kini
organisasi-organisasi harus menyiapkan diri untuk inovasi
dan berubah, tidak hanya untuk menjadi berhasil tetapi
Hal | 2
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
untuk bertahan hidup dalam era kompetisi yang meningkat.
Instansi Pemerintah sebagai organisasi akan memerlukan
kompetensi-kompetensi baru di masa depan yang perlu
dikembangkan. Corpu mengembangkan pembelajaran yang
bersifat strategis dan proaktif, tidak hanya reaktif. Dengan
demikian, kompetensi yang perlu dimiliki ASN dalam
konteks transformasi organisasi secara umum adalah
kemampuan kepemimpinan (leadership), inovasi, mengelola
perubahan serta penguatan budaya kerja.
e. Untuk
daerah.
pengembangan dan inovasi baik di lingkup pusat atau
organisasi yang mengelola bidang pelatihan dan
pembelajaran Collegue, dapat bekerjasama dengan
Kegiatan:
a. Penetapan penyelenggara pengembangan kompetensi;
Kegiatan: b. Penyiapan dan penugasan fasilitator;
a. Analisis Organisasi c. Penetapan target peserta dan kalender pengembangan kompetensi; dan
b. Analisis kesenjangan kinerja; dan d. Pelaksanaan pengembangan kompetensi berdasarkan jenis dan jalur yang
kompetensi pegawai telah ditetapkan.
q Forum Pembelajaran Lv 3 (Anggota dan Koordinator kelompok keahlian)
q Forum Pembelajaran Lv 2 (Tim Pelaksana yang terdiri dari CLO, serta Pada TW I, dilakukan koordinasi Penyelenggaraan Pembelajaran:
Anggota dan Koordinator Kelompok Keahlian) q Forum Pembelajaran Lv 3 (Anggota dan Koordinator kelompok keahlian)
q Forum Pembelajaran Lv 1 (Seluruh Dewan Pengarah Pembelajaran dan q Forum Pembelajaran Lv 2 (Tim Pelaksana yang terdiri dari CLO, serta Anggota dan
pengembangan
Tim Pelaksana) Koordinator Kelompok Keahlian)
q Forum Pembelajaran Lv 1 (Seluruh Dewan Pengarah Pembelajaran dan Tim Pelaksana)
Diagnosis Kebutuhan Pembelajaran Penyelenggaraan Pembelajaran
TW I – TW II TW I – TW IV
Tahun
Anggaran
Berikutnya
Tahun
Anggaran
Berjalan
kompetensi
TW II – TW III TW IV – TW I (tahun berikutnya)
Pengembangan Desain Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran
q Tim Pelaksana dan Kelompok Keahlian Pada TW IV, dilakukan koordinasi pelaksanaan evaluasi:
q Forum Pembelajaran Lv 3 (Anggota dan Koordinator kelompok keahlian)
Kegiatan: q Forum Pembelajaran Lv 2 (Tim Pelaksana yang terdiri dari CLO, serta
a. Penyesuaian tujuan pembelajaran dengan kebutuhan Anggota dan Koordinator Kelompok Keahlian)
kompetensi jabatan; Pada TW I (tahun berikutnya), pembahasan evaluasi melalui:
q Forum Pembelajaran Lv 1 (Seluruh Dewan Pengarah Pembelajaran dan
b. Penetapan jenis dan jalur pengembangan
Tim Pelaksana)
kompetensi;
Kegiatan:
pada
c. Penyesuaian pengembangan kompetensi dengan
pengembangan karier dan manajemen talenta; dan a. Evaluasi penyelenggaraan; dan
b. Evaluasi hasil pembelajaran.
d. Penyusunan desain kurikulum pembelajaran
Hal | 4
fokus
Gambar 3.1 Kalender Kegiatan ASN Corporate
University
A. Diagnosis Kebutuhan Pembelajaran
Diagnosis kebutuhan pembelajaran merupakan upaya untuk
mengidentifikasi dan memetakan profil eksisting kinerja organisasi
dan SDM (kompetensi dan kinerja) serta mandate kebijakan dan arah
organisasi ke depan sehingga akan terpotret kebutuhan
pembelajaran yang kontekstual.
Diagnosis kebutuhan pembelajaran dilakukan melalui:
1. Analisis organisasi
Analisis organisasi merupakan upaya untuk
mengidentifikasi profil organisasi saat ini dan sasaran atau visi yang
akan dicapainya ke depan. Analisis organisasi dilakukan melalui:
a) identifikasi mandat dan arah kebijakan organisasi;
b) identifikasi peta jabatan;
Kebutuhan
kompetensi •Struktur
organisasi organisasi
(tergambar dalam •Business Process
Peta Jabatan)
•Keselarasan arah
Kebutuhan kebijakan
bangkom/ organisasi dengan
pembelajaran kebutuhan
pembelajaran
Hal | 6
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
bersifat kontekstual dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
pegawai dalam menunjang tugas dan fungsinya pada organisasi.
Dengan demikian, data kesenjangan kinerja dan
kesenjangan kompetensi menjadi prasyarat dalam pelaksanaan
pengembangan kompetensi, terutama pada proses identifikasi
kebutuhan dan perencanaan pengembangan kompetensi, khususnya
bagi PNS. Data kesenjangan kinerja dan kesenjangan kompetensi
menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengelola bidang
kepegawaian atau pihak yang terkait untuk menentukan prioritas
dan jenis pengembangan kompetensi bagi seorang pegawai.
Pengukuran kesenjangan kinerja dilakukan dengan
membandingkan hasil penilaian kinerja pegawai dengan target
kinerja Jabatan yang diduduki. Pengukuran ini menghasilkan Data
Hasil Penilaian Kinerja. Data ini dapat diperoleh dari sistem penilaian
kinerja instansi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Selanjutnya, terkait pengukuran kesenjangan kompetensi,
dilakukan dengan membandingkan Profil Kompetensi pegawai
dengan Standar Kompetensi Jabatan yang sedang diduduki.
Pengukuran ini menghasilkan Data Hasil Analisis Kesenjangan
Kompetensi. Dengan demikian, dalam rangka pengukuran
kesenjangan kompetensi, dokumen standar kompetensi sudah harus
tersusun.
Dalam pengukuran kesenjangan kompetensi pegawai,
standar kompetensi yang digunakan harus sesuai dengan jenis dan
level jabatan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat berbagai
metode yang dapat digunakan untuk menilai/mengukur kompetensi,
hal ini tentunya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
Dalam konteks pembelajaran, antara kebutuhan organisasi
dan individu perlu dilakukan penyelarasan. Proses penyelarasan ini
dapat dilakukan dalam sebuah forum pembelajaran level strategis.
Dalam forum tersebut dibahas terkait arah kebijakan pengembangan
kompetensi atau kebutuhan pembelajaran sesuai dengan hasil
identifikasi pada aspek organisasi maupun individu.
Hal | 7
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
B. Pengembangan Desain Pembelajaran
Pengembangan desain pembelajaran merupakan proses
perumusan konten atau susbstansi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan. Kebutuhan dalam hal ini sebagaimana yang telah
diidentifikasi pada proses diagnosis kebutuhan pembelajaran.
Secara umum, tahapan pengembangan desain pembelajaran
terrdiri atas:
1. Penyesuaian tujuan pembelajaran dengan standar kompetensi
jabatan
Tujuan pembelajaran harus benar-benar diarahkan guna
mencapai standar kompetensi jabatan yang terkait. Standar
kompetensi jabatan adalah persyaratan kompetensi minimal yang
harus dimiliki seorang ASN dalam pelaksanaan tugas jabatan
tertentu. Standar kompetensi jabatan ini disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, penentuan tujuan pembelajaran ini disesuaikan
dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi pada tahap Diagnosis
Kebutuhan Pembelajaran. Dengan demikian, terdapat
kesinambungan dari proses diagnosis hingga penetapan tujuan yang
akan dicapai dalam pembelajaran.
Hal | 9
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Gambar Pemetaan Pegawai sesuai PermenpanRB 3/2020
Hal | 13
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Desain kurikulum pembelajaran secara lebih rinci dituangkan
dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pelatihan (RPP),
dalam penyusunannya mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Selanjutnya, kurikulum ini perlu ditindaklanjuti dalam bentuk
pengembangan Materi Pembelajaran, yang menghasilkan Modul
Pembelajaran dan/atau berbagai bentuk materi pembelajaran, sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
Hal | 14
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Instansi pemerintah dapat melakukan pengembangan
kompetensi secara bersama dengan instansi pemerintah
lain yang terakreditasi untuk melaksanakan
pengembangan kompetensi tertentu. Contoh: Badan
Pengembangan SDM (BPSDM)/Pusdiklat/ Balai Diklat
terakreditasi.
3. Lembaga penyelenggara pelatihan independen yang
terakreditasi
Instansi pemerintah dapat melakukan pengembangan
kompetensi secara bersama dengan lembaga
pengembangan kompetensi yang independen. Hal ini
misalnya dilakukan oleh Lembaga non pemerintah yang
sudah terakreditasi, sehingga menjamin kredibilitas dalam
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
Hal | 16
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Pengembang Teknologi Pembelajaran adalah PNS yang
diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi
pembelajaran. Tugasnya yaitu melaksanakan kegiatan
analisis dan pengkajian, perancangan, produksi,
implementasi, pengendalian, dan evaluasi untuk
pengembangan teknologi pembelajaran. Ketentuan terkait
Pengembang Teknologi Pembelajaran mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Pelatihan
Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui pelatihan
terdiri atas 2 (dua) metode pelatihan, yaitu (1) Pelatihan Klasikal atau
on-class training dan (2) Pelatihan Non-klasikal.
1) Pelatihan Klasikal
Pelatihan klasikal yaitu model pelatihan yang menekankan
pada proses pembelajaran secara tatap muka di dalam kelas. Bentuk
Pengembangan Kompetensi melalui pelatihan klasikal dilakukan
paling sedikit melalui jalur:
a) pelatihan struktural kepemimpinan;
b) pelatihan manajerial;
c) pelatihan teknis;
d) pelatihan fungsional;
e) pelatihan sosial kultural;
Hal | 18
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
f) seminar/konferensi/sarasehan;
g) workshop atau lokakarya;
h) kursus;
i) penataran;
j) bimbingan teknis;
k) sosialisasi; dan/atau
l) jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan
klasikal lainnya.
2) Pelatihan Non-Klasikal
Pelatihan non-klasikan dilakukan melalui kegiatan yang
menekankan pada proses pembelajaran praktik kerja dan/atau
pembelajaran di luar kelas. Bentuk Pengembangan Kompetensi
melalui pelatihan non-klasikal dilakukan paling sedikit melalui jalur:
a) coaching;
b) mentoring;
c) e-learning;
d) pelatihan jarak jauh;
e) detasering (secondment);
f) pembelajaran alam terbuka (outbond);
g) patok banding (benchmarking);
h) pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta/badan
usaha milik negara/ badan usaha milik daerah;
i) belajar mandiri (self development);
j) komunitas belajar (community of practices);
k) bimbingan di tempat kerja;
l) magang/praktik kerja; dan
m) jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan
nonklasikal lainnya.
D. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu kegiatan terencana dan sistematis yang
dilakukan untuk melihat efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
Hal | 19
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
program berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi
dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menyempurnakan penyusunan rencana dan pelaksanaan
selanjutnya. Indikator keberhasilan pelaksanaan evaluasi dapat
dilihat berdasarkan kriteria capaian tujuan evaluasi yang ditetapkan,
sebagai: a) penyedia informasi untuk memperbaiki desain program,
memperjelas tujuan, memperbaiki proses, dan menggambarkan
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan program, atau b) penyedia
informasi untuk membuat keputusan tentang level dampak hasil
pelaksanaan suatu program terhadap organisasi.
Evaluasi dilakukan secara berjenjang, yaitu:
i. Pada level unit kerja, dikoordinir oleh koordinator kelompok
keahlian dan dibahas dalam Forum Pembelajaran Level 3
(Tiga)/ Forum Pembelajaran Level Teknis. Forum tersebut
diselenggarakan pada triwulan IV.
ii. Hasil evaluasi pada unit-unit kerja dikoordinasikan oleh CLO
dan dibahas bersama dengan Tim Pelaksana dan Koordinator
Kelompok Keahlian. Pembahasan evaluasi dilakukan dalam
Forum Pembelajaran Level 2 (Dua)/ Forum Pembelajaran Level
Operasional. Forum tersebut diselenggrakan pada triwulan IV
(setelah forum pembelajaran level 3/ teknis).
iii. Hasil dari pembahasan Forum Pembelajaran Level 2,
selanjutnya menjadi bahan dalam Forum Pembelajaran Level
1 (Satu)/ Forum Pembelajaran Level Strategis yang
dilaksanakan pada triwulan I tahun berikutnya. Pada forum
tersebut, dilakukan pembahasan evaluasi pembelajaran tahun
anggaran sebelumnya dengan seluruh Dewan Pengarah
Pembelajaran dan Tim Pelaksana.
Hal | 20
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Dengan demikian, hasil evaluasi dapat menjadi bahan
masukan dalam perbaikan penyelenggaraan Corpu ke depannya.
Adapun contoh formulir evaluasi dapat dilihat dalam lampiran.
Hal | 21
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Pada level pembelajaran, peserta mempelajari pengetahuan
atau keterampilan yang disampaikan dalam kegiatan
pengajaran. Mengukur pembelajaran berarti menentukan
satu hal atau lebih yang berhubungan dengan tujuan
pembelajaran, seperti pengetahuan apa yang telah dipelajari,
keterampilan apa yang telah dikembangkan atau
ditingkatkan, dan sikap apa yang telah berubah. Adapun
contoh formulir sebagaimana terdapat dalam lampiran.
h. Level 3, Perilaku
Evaluasi ini dilakukan untuk mengindetifikasikan sejauh
mana materi dalam pembelajaran diaplikasikan pada
pekerjaan dan tempat kerja peserta. Tujuan dilakukannya
evaluasi di tahap perilaku adalah untuk mengukur
perubahan dalam perilaku kerja yang muncul setelah
pegawai tersebut mengikuti program pembelajaran. Adapun
contoh formulir sebagaimana terdapat dalam lampiran.
i. Level 4, Dampak
Pelaksanaan program pembelajaran, tentunya bertujuan
mendapatkan hasil yang baik, seperti peningkatan kualitas
dan produktivitas. Evaluasi hasil menjadi sebuah hasil akhir
yang terjadi sebagai akibat peserta mengikuti program
pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat hasil
pembelajaran secara umum terhadap peningkatan kinerja
organisasi atau para pegawai. Adapun contoh formulir
sebagaimana terdapat dalam lampiran.
Hal | 22
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB IV
STRATEGI PEMBELAJARAN
Hal | 23
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
2. Pendekatan Top Down
Skema pendekatan Top Down adalah pendekatan yang
menekankan pada tujuan yang telah ditetapkan di tataran
Manajemen Level Atas (level JPT).
Semua rencana dan sistematika berasal dari Top Level
Management, Terciptanya blueprint pembelajaran yang focus
pemenuhan kebutuhan strategis.
Contoh:
Pendekatan Top Down dipergunakan untuk
mengimplementasikan kebijakan pengembangan kompetensi
yang sudah tertuang dalam peraturan perundang-undangan.
Pendekatan ini efektif untuk meningkatkan capaian
organisasi.
Hal | 24
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Contoh: studi kasus, coaching, mentoring, workshop,
website, webinar, buku, podcast dan artikel.
3. Pendekatan pembelajaran sosial
Pembelajaran ini dilakukan melalui pertukaran ide,
informasi dan pengetahuan melalui sistem internet yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman awal terhadap
suatu tema.
Contoh : blog, Wikipedia, micro blog dan rating.
1. Perencanaan
Corpu dapat direncanakan yang dimulai dari
pengembangan kompetensi diberikan kepada setiap PNS
paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu)
tahun. Sedangkan, Pengembangan Kompetensi diberikan
kepada setiap PPPK paling banyak 24 (dua puluh empat) jam
pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
Pengembangan kompetensi tersebut dapat berupa pelatihan
klasikal dan non klasikal.
Pelaksanaan pelatihan non-klasikal berupa bimbingan
sebagaimana dimaksud pada tingkat Instansi Pemerintah
dikoordinasikan oleh Koordinator keahlian.
Pelaksanaan pelatihan non-klasikal berupa bimbingan
sebagaimana dimaksud pada tingkat unit organisasi atau
perangkat daerah dikoordinasikan oleh Dekan.
Dalam mengkoordinasikan pelaksanaan pelatihan non-
klasikal berupa bimbingan, koordinator keahlian menunjuk
Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrasi, dan/atau
Pejabat Fungsional di lingkungan Instansi Pemerintah atau
unit organisasi atau perangkat daerahnya sebagai mentor
dan/atau coach. Hasil penugasan sebagai mentor dan/atau
Hal | 26
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
coach merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sasaran
kerja dan penilaian prestasi kerja pejabat yang bersangkutan.
2. Pelaksanaan
Setelah hasil kebutuhan dan rencana pengembangan
kompetensi disusun, selanjutnya pelaksanaan pengembangan
kompetensi. Dalam pelaksanaan, instansi melaksanakan
pengembangan kompetensi yang merupakan kewajiban dan
tanggungjawabnya. Pelaksanaan pengembangan kompetensi
bisa melalui jalur pendidikan, pelatihan klasikal dan non
klasikal. Pengembangan kompetensi bisa dilaksanakan secara
mandiri atau bekerja sama dengan instansi dan lembaga
pelatihan lainnya sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Output dari tahapan pelaksanaan adalah
informasi pelaksanaan pengembangan kompetensi dan
hasilnya.
3. Evaluasi
a. Evaluasi Penyelenggaraan
Evaluasi penyelenggaraan program dilakukan oleh DPP.
Dalam melaksanakan evaluasi DPP dibantu Tim
Pelaksana. Evaluasi penyelenggaraan program dilakukan
pada aspek:
1) keberadaan insfrastruktur pembelajaran Corpu;
2) kesesuaian dengan Renstra atau RPJMD;
3) kendala yang dihadapi dan rencana tindak lanjut dalam
penyelenggaraan Corpu.
Hasil evaluasi) dilaporkan kepada PPK paling sedikit satu
kali dalam satu tahun.
b. Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak pembelajaran dilakukan untuk
mengetahui dampak pembelajaran terhadap peningkatan
kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Evaluasi dampak
Hal | 27
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
program dilakukan oleh DPP. Dalam melaksanakan
evaluasi,DPP dibantu Tim Pelaksana.
Evaluasi dampak program dilakukan pada aspek:
1) reaksi Pegawai ASN terhadap Pengembangan
Kompetensi;
2) pembelajaran Pegawai ASN hasil Pengembangan
Kompetensi;
3) peningkatan perilaku Pegawai ASN hasil Pengembangan
Kompetensi;
4) peningkatan kinerja Pegawai ASN hasil Pengembangan
Kompetensi; dan
5) peningkatan kinerja Instansi Pemerintah.
Hasil evaluasi) dilaporkan kepada PPK paling sedikit satu
kali dalam satu tahun.
c. Evaluasi Training Rate
Evaluasi training rate diatur lebih lanjut dalam Pedoman
yang ditetapkan LAN. Training rate dilakukan pada aspek:
1) Prinsip Pemenuhan Bangkom 20 JP dengan bobot 50%;
2) Prinsip Kesetaraan Kesempatan dengan bobot 25%;
3) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas dengan bobot 25%.
Evaluasi training rate diatur lebih lanjut dalam Pedoman
yang ditetapkan LAN.
C. Jalur Pelatihan
Pengembangan kompetensi melalui pelatihan dapat dilaksanakan
secara klasikal dan non klasikal.
1. Pelatihan Klasikal
Pelatihan klasikal dilakukan melalui kegiatan yang
menekankan pada pembelajaran secara tatap muka di kelas.
Beberapa jenis pelatihan klasikal diantaranya adalah
pelatihan struktural kepemimpinan, pelatihan manajerial,
Hal | 28
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
pelatihan teknis, pelatihan fungsional, pelatihan sosial
kultural, seminar/konferensi/sarasehan, workshop atau
lokakarya, kursus, penataran, bimbingan teknis, sosialisasi;
dan/atau jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk
pelatihan klasikal lainnya. Meskipun dalam pelaksanaannya
dibantu dengan menggunakan teknologi, akan tetapi berbagai
jenis pelatihan diatas masuk ke dalam jalur pelatihan klasikal.
Hal | 30
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
• Bundling model - belajar mandiri sebagai kesatuan
program e-learning dan pembelajaran jarak jauh.
Dalam pendekatan ini, belajar mandiri biasanya
dilakukan sebagai salah satu metode dalam tipe
pembelajaran asynchronous. Belajar mandiri bisa
dilakukan dengan membaca bahan pembelajaran
yang tersedia di sistem, maupun penyelesaian
tugas yang diberikan oleh tutor.
• Independent model - belajar mandiri sebagai
metode pengembangan kompetensi tersendiri.
Pendekatan yang kedua, belajar mandiri
merupakan salah satu
metode utuh yang dipilih untuk mengembangkan
kompetensi
pegawai berdasarkan kebutuhan sesuai hasil
analisis kinerja dan
kompetensi.
Hal | 31
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Dalam modul ini akan dibahas coaching sebagai jalur
pengembangan kompetensi yang berdiri sendiri.
2) Mentoring
Mentoring merupakan sebuh proses pembelajaran
melalui pembimbingan melalui transfer pengetahuan,
keterampilan, informasi dengan fokus pada
penyelesaian pekerjaan dan pengembangan karir.
Dalam mentoring ada dua pihak yang berperan yaitu
mentor dan mentee. Mentoring dapat dilakukan secara
tatap muka langsung antara mentor dan mentee, atau
melalui jarak jauh menggunakan teknologi secara
virtual.
Hal | 32
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Magang merupakan proses pembelajaran untuk
memperoleh dan menguasai keterampilan dengan cara
praktik langsung dalam proses
pekerjaan tertentu (learning by doing). Durasi
pelaksanaan magang
ditentukan sesuai kebutuhan organisasi antara 10
hari sampai 2 tahun. Magang bisa dilakukan di mana
saja baik instansi pemerintah maupun swasta
sepanjang lokasi magang memiliki tugas dan fungsi
yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi
pemagang serta kebutuhan pengembangan
kompetensi pegawai.
3) Detasering
Detasering (Secondment) adalah penempatan PNS
untuk bertugas di suatu tempat untuk jangka waktu
tertentu. Detasering dapat dilakukan lintas unit kerja
dalam satu instansi pemerintah ataupun lintas
instansi pemerintah.
Hal | 34
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB V
MANAJEMEN PENGETAHUAN
Hal | 35
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
berbagai knowledge lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kompetensi dan mempermudah penyelesaian pekerjaan.
a. Sosialisasi (Socialization)
Pada proses sosialisasi terjadi interaksi sosial antar
individu sehngga terjadi interaksi antara pengetahuan
tacit, umumnya bentuk proses sosialisasi adalah diskusi,
cerita, ataupun sharing (berbagi) pengalaman.
b. Eksternalisasi (externalization)
Merupakan proses pengubahan atau penerjemahan
pengetahuan dalam bentuk tacit menjadi pengetahuan
yang explicit (nyata), umumnya dalam bentuk tulisan
ataupun gambar.
Hal | 37
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
c. Proses Kombinasi (combination)
Penyebarluasan dan/atau pengembangan dari
pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang telah ada.
Pengetahuan yang telah terdokumentasikan dapat
disebarluaskan melalui suatu pertemuan dalam bentuk
dokumen ataupun melalui suatu proses pendidikan atau
pelatihan.
d. Internalisasi (internalization)
Perubahan pengetahuan explicit menjadi pengetahuan
tacit, umum dilakukan melalui proses belajar dan/atau
penelitian yang dilakukan ataupun pengalaman yang
dilalui oleh setiap individu
1. wawancara;
2. pengamatan;
3. diskusi kelompok terarah; dan
4. komunitas belajar.
Aset intelektual dituangkan dalam bentuk:
1. audio;
2. visual; dan/atau
3. audiovisual.
3. Penyebarluasan
Proses penyebarluasan merupakan proses penyediaan
pengetahuan sebagai aset intelektual yang bisa digunakan
oleh seluruh pegawai dalam instansi. Sehingga seluruh
Hal | 39
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
pegawai dapat mengakses dengan mudah produk informasi
apa yang dibutuhkan. Akses pegawai ke dalam sistem
Manajemen Pengetahuan dapat dilakukan melalui internet
maupun intranet.
5. Pemantauan
Pemantauan merupakan proses yang dilakukan untuk
memastikan bahwa manajemen pengetahuan yang ada telah
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh pegawai.
Pemantauan dilakukan melalui penjaringan opini, review,
pendapat, komentar maupun metode lain yang sejenis.
Pemantauan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan atas Aset Intelektual yang telah disebarluaskan.
Apabila dalam pemantauan menunjukkan Aset Intelektual
sudah tidak sesuai maka harus diperbaharui oleh Pelaku
Manajemen Pengetahuan dan Penyusun Aset Intelektual.
1. Data
Adalah fakta, sinyal dan simbol dari hasil observasi dan hasil
yang dikumpulkan. Data tidak mempunyai makna karena
tanpa konteks dan interpretasi. Data merupakan elemen
mendasar atau gambaran dari sesuatu, aktivitas, dan
transaksi.
2. Information
Data yang sudah mempunyai makna, relevan dan mampu
menjawab pertanyaan. Merupakan pengolahan dari data.
Informasi adalah data yang menambah value untuk
memahami subyek. Informasi merupakan agregasi dari dtaa
yang membuat pengambilan keputusan lebih mudah.
3. Knowledge
Merupakan kombinasi dari data dan informasi, yang
ditambahkan dengan opini dari ekspert, skill dan pengalaman,
untuk menghasilkan aset yang berharga dalam pengambilan
keputusan. Pengetahuan adalah data dan / atau informasi
yang telah disusun dan diolah untuk disampaikan yang
berasal dari pemahaman, pengalaman, pembelajaran yang
terakumulasi, dan keahlian yang diterapkan pada suatu arus
masalah atau aktivitas. Pengetahuan dibangun di atas
Hal | 41
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
informasi yang diekstrak dari data. Sementara data adalah
properti dari segala sesuatu, pengetahuan adalah properti
orang yang mempengaruhi mereka untuk bertindak dengan
cara tertentu
4. Wisdom
Kebijaksanaan adalah pengetahuan yang terakumulasi, yang
memungkinkan Anda memahami bagaimana menerapkan
konsep dari satu domain ke situasi atau masalah baru.
Kebijaksanaan adalah tingkat abstraksi tertinggi, dengan
pandangan jauh ke depan dan kemampuan untuk melihat
melampaui cakrawala. Kebijaksanaan adalah kemampuan
untuk bertindak secara kritis atau praktis dalam situasi
tertentu. Itu didasarkan pada etika penilaian terkait dengan
sistem kepercayaan individu.
Proses menjadi pemimpin yang efektif merupakan hasil
pertumbuhan sehari-hari. Kemampuan untuk tumbuh
sepanjang waktu dapat ditingkatkan apabila kita memahami
lima tingkatan kepemimpinan seperti dalam buku John C
Maxwell yang berjudul The Five Levels of Leadership, yaitu:
a. Position level
Pemimpin pada tingkatan ini dapat sukses apabila ia dapat
mengetahui dengan tepat pekerjaanya, mempersiapkan diri
untuk menerima tanggung jawab, menguji kewenangannya
serta melakukan lebih dari yang diharapkan. Tanpa hal
tersebut ia tidak akan menjadi pemimpin tetapi hanya
sebagai bos atau atasan saja.
b. Permission level
Pemimpin pada tingkatan ini tidak hanya menggunakan
kewenangannya saja, tetapi juga berdasarkan hubungan
yang baik (relationship). Seorang pemimpin pada level ini
akan memimpin bukan karena kedudukan dan jabatanya,
tetapi semua orang dapat menerima dan bahkan memang
mengharapkan sebagai pimpinan.
c. Production level
Dalam Level ke tiga, hasil kerja yang bagus dari pemimpin
menarik minat para pegawai di bawahnya untuk
Hal | 42
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
melakukan hal yang sama dan berhasil bersama-sama.
Semua pegawainya kagum atas prestasi pemimpinnya
sehingga mereka mengikuti perintah dan kebijakan
pemimpin. Mereka ingin bergabung dengan keberhasilan
dan prestasi pemimpinnya.
d. People Development level
Pemimpin dalam level ini harus memberikan prioritas pada
upaya pengembangan sumber daya manusia. Seorang
pemimpin di level 4 harus menyadari bahwa pegawai di
bawahnya merupakan sumber daya yang sangat bernilai
untuk dapat mendukung tujuan organisasi dengan
kompetensinya yang tinggi.
e. Pinnacle level
Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yang dapat
dicapai oleh seorang pemimpin. Pada level ini, pegawai di
bawahnya bersedia taat karena mereka memiliki respect
terhadap pimpinan. Pimpinan pada level ini disebut juga
pemimpin sejati yang memiliki kemampuan menyeluruh
dan komplit. Kemampuan itu tidak hanya terbatas
kemampuan personal yang bersifat teknis maupun
profesional, melainkan juga termasuk kemampuan
komunikasi dan interpersonal. Tidak ada sikap yang lebih
tinggi dari para pengikut kecuali sikap hormat.
Hal | 43
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
C. Manfaat Manajemen Pengetahuan
Manfaat dari manajemen pengetahuan diantaranya adalah:
a. Menghemat waktu dan biaya, dengan aset intelektual yang
terstruktur dengan baik, maka organisasi akan mudah
menggunakan aset intelektual tersebut untuk menyelesaikan
beberapa permasalahan organisasi, sehingga dapat
menghemat waktu dan biaya.
b. Meningkatkan ilmu pengetahuan, pengetahuan yang didapat
akan mempermudah setiap pegawai dalam meningkatkan
kreativitas dan inovasi sehingga dapat meningkatkan
kompetensinya.
c. Mengikuti perkembangan teknologi, manajemen pengetahuan
akan selalu up to date dalam setiap perkembangan teknologi.
d. Peningkatan produktfitas, pengetahuan yang didapat
digunakan untuk mengembangkan produktivitas organisasi.
e. Strategi pembentukan organisasi pembelajar menjadi
alternatif solusi untuk mencetak pegawai dengan kompetensi
yang diharapkan. Keberadaan Knowledge Manajemen
merupakan pilar organisasi pembelajar, yang menyediakan
bahan pembelajaran dari kumpulan pengetahuan dan
pengalaman organisasi.
Manajemen yang berorientasi pada pengetahuan tidak
hanya berarti meningkatkan kecepatan layanan namun juga
membuat produk/proses/model bisnis yang berbeda secara
bertahap. Hal ini menekankan urgensi organisasi melakukan
Knowledge Management (KM) karena:
1. Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif melalui proses
bisnis secara efisien dan efektif,
Penyediaan data pelatihan, widyaiswara, sumber daya lainnya
serta data evaluasi akan membuat penyelenggaraan pelatihan
menjadi efisien. Data base yang rapi serta kumpulan
pengetahuan tacit dari pengelola maupun widyaiswara
terdahulu akan memudahkan organisasi dalam membuat
diversifikasi produk pelatihan.
2. Menjaga kehilangan aset pengetahuan.
Hal | 44
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Seiring dengan waktu, kehilangan pegawai karena pensiun
atau berhenti bekerja akan membuat organisasi kehilangan
aset intelektual. Keberadaan Knowledge Management sangat
diperlukan untuk menjaga kelestarian pengetahuan terkait
diklat, karya tulis, metode pembelajaran, maupun ketrampilan
menyampaikan materi dari pegawai yang kapabel di
bidangnya.
3. Sebagai pilar organisasi pembelajar. Memungkinkan
organisasi meningkatkan ukurannya.
Perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat karena
disrupsi teknologi, membuat banyak perubahan dalam
tuntutan stakeholder terkait kompetensi yang dimiliki. Sebagai
lembaga diklat perlu mengimbangi perubahan tersebut dengan
menyediakan kompetensi yang dibutuhkan organisasi.
Strategi pembentukan organisasi pembelajar menjadi
alternatif solusi untuk mencetak pegawai dengan kompetensi
yang diharapkan. Keberadaan Knowledge Management
merupakan pilar organisasi pembelajar, yang menyediakan
bahan pembelajaran dari kumpulan pengetahuan dan
pengalaman organisasi.
4. Membuat pengalaman pemecahan masalah terbaik organisasi
yang dapat digunakan kembali.
Permasalahan dalam organisasi dapat berulang mengingat
tugas dan fungsi instansi pemerintah sebagai mandat yang
cenderung tidak berubah. Penyimpanan lesson learned dari
diklat maupun penyelenggaraannya dalam Knowledge
Management System akan memudahkan pegawai
mendapatkan solusi jika menemukan masalah yang sama.
Untuk ini, sebuah evaluasi terkait pelaksanaan tugas menjadi
penting untuk dikumpulkan dalam Knowledge Management
System sebagai bahan pembelajaran penugasan berikutnya.
Hal | 47
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB VI
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Hal | 49
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Informasi Pendidikan dan Pelatihan Terpadu). PINTAR
dikembangkan secara mandiri dengan menggunakan platform
MOODLE. Beberapa media pembelajaran digital dalam bentuk
teks, audio, video, serta SCORM diintegrasikan ke dalam PINTAR.
Para ASN dapat mengakses melalui alamat
https://pintar.setneg.go.id/. Tidak hanya pegawai internal
Kemensetneg yang dapat mengakses PINTAR dengan
menggunakan akun Single Sign-On, para pengguna eksternal
juga dapat mendaftarkan diri dengan menggunakan akun Google
yang dimilikinya. Berikut contoh beberapa tangkapan layar dari
LMS PINTAR.
Hal | 50
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Gambar 7.2. Menu Pilihan pada PINTAR
Hal | 51
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
tautan https://kolabjar-asnpintar.lan.go.id/. Selain itu, LAN
juga memiliki LMS yang dikhususkan untuk aktivitas
pembelajaran berbasis MOOC Latsar CPNS, yang dapat diakses
pada alamat http://swajar-asnpintar.lan.go.id/. Berikut contoh
tangkapan layar dari LMS Kolabjar Latsar CPNS dan MOOC
Latsar CPNS.
Hal | 52
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
1. Coaching
Proses coaching antara coach dan coachee bisa dilakukan
secara online mealui LMS. Berikut merupakan salah satu
contoh proses coaching melalui LMS Kolabjar untuk Pelatihan
Dasar CPNS.
2. Pembelajaran mandiri
Pembelajaran mandiri juga bisa dilakukan dengan
memanfaatkan bahan pembelajaran yang tersedia di LMS.
Peserta tinggal mengakses semua pembelajaran secara
mandiri. Berikut merupakan contoh pembelajaran mandiri
yang dilakukan melalui MOOC Swajar untuk Pelatihan Dasar
CPNS.
Hal | 53
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Hal | 54
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Dalam prakteknya, Learning Management System tidak
terbatas hanya dalam bentuk platform yang dibuat oleh
instansi. Instansi dapat bekerja sama dengan instansi lainnya
untuk platform tersebut, maupun dapat menggunakan
alternatif platform lainnya baik yang berbayar maupun tidak
berbayar. Sebagai contoh dengan penggunaan platform
Moodle, Google Classroom, dan lainnya.
Hal | 55
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Dalam pendekatan pembelajaran daring mandiri (self-
paced), pegawai diberikan kebebasan untuk melakukan
pembelajaran secara mandiri dengan kecepatan mereka
sendiri. Selain itu, Pegawai juga diberikan keleluasaan
untuk menentukan jalur pembelajaran individu
berdasarkan kebutuhan dan minat masing-masing. Dalam
hal ini penyelenggara pembelajaran daring tidak harus
menjadwalkan dan mengelola pembelajaran daring secara
kaku.
Namun demikian, penyelenggara tetap harus
menyediakan dukungan pembelajaran secara optimal
seperti penyediaan deskripsi penjelasan yang baik,
penyediaan contoh-contoh, umpan balik yang sistematis,
dan interaktivitas yang mumpuni. Penyediaan pelayanan
bantuan (help-desk) melalui e-mail atau live chat sangatlah
penting unutk disediakan. Meskipun dilakukan secara
mandiri, penyelenggara tetap bisa merekam segala aktivitas
yang dilakukan Pegawai melalui platform pembelajaran yang
disediakan.
Kemudian, dalam pendekatan pembelajaran daring
dengan pembimbingan instruktur (instructor-lead and
facilitated) kurikulum dikembangkan secara sistematis
dengan mengintegrasikan beberapa konten dan kegiatan ke
dalam suatu kronologi pembelajaran yang terstruktur.
Pengelola harus melakukan penjadwalan terhadap
Pengajar/Tutor dan Pegawai untuk melakukan
pembelajaran daring melalui platform yang disediakan.
Secara substansi, konten untuk pembelajaran mandiri juga
dapat diintegrasikan dalam pendekatan ini melalui
penugasan-penugasan yang diberikan Tutor. Selain itu,
Tutor juga dapat memberikan tugas kolaboratif bagi sesama
Pegawai.
Hal | 56
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Jenis aktivitas dalam pendekatan pembelajaran daring
ini yang sering digunakan antara lain seperti e-mail, forum
diskusi, chat, polling, dan web-conference. Biasanya, pada
akhir dari pembelajaran daring dengan pembimbingan
instruktur (instructor-lead and facilitated) akan dilakukan
latihan dan penilaian guna mengukur capaian hasil belajar.
Pada penerapannya, penyelenggara dapat secara
fleksibel untuk menggabungkan kedua pendekatan
pembelajaran daring dimaksud jika ingin merancang proses
pembelajaran pembelajaran daring yang lebih kompleks.
Namun, jika hanya ingin mendesain proses pembelajaran
pembelajaran daring yang sederhana, dapat memilih salah
satunya yang dianggap paling tepat.
Hal | 57
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
2. Blended Learning
Blended learning adalah kombinasi antara pembelajaran
klasikal tatap muka dengan pembelajaran e-learning. Semler
(2005) mengatakan bahwa blended learning menggabungkan
aspek-aspek terbaik dari pembelajaran e-learning,
pembelajaran tatap muka terstruktur, dan praktik dunia
nyata. Pendekatan pembelajaran blended learning ini
menggunakan kekuatan dari masing-masing pembelajaran
tersebut untuk mengatasi kelemahan yang dimunculkan dari
pembelajaran klasikal dan nonklasikal melalui e-learning.
Blended learning merupakan pembelajaran yang
didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara
mengajar, dan gaya pembelajaran yang berbeda, serta
ditemukan pada komunikasi terbuka di antara seluruh bagian
yang terlibat dengan pelatihan (Horn & Staker, 2015). Dalam
pengembangan kompetensi ASN, blended learning ini
sangatlah memberikan keuntungan sebagai sebuah kombinasi
pembelajaran langsung tatap muka dan e-learning, tapi lebih
daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial, yaitu:
a. adanya interaksi antara tutor dan peserta;
b. pembelajaran bisa secara daring ataupun tatap muka
langsung; dan
c. menggabungkan beberapa media dan metode
instruksional.
Pendekatan pembelajaran secara blended learning
menurut Horn & Staker (2015) setidaknya memuat tiga
komponen pada pengertiannya, diantaranya adalah:
a. blended learning adalah pembelajaran formal (terstruktur)
dimana peserta melakukan sebagian pembelajaran secara
daring dan dapat mengontrol waktu, tempat, cara belajar,
dan/atau kecepatan belajarnya;
b. peserta mengikuti pembelajaran sebagian dengan
instruktur di dalam kelas dan pembelajaran jarak jauh;
dan
Hal | 58
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
c. pembelajaran terintegrasi antara komponen pembelajaran
tatap muka dan daring.
Penerapan blended learning dalam lembaga pelatihan
pemerintah sudah berjalan cukup lama, salah satunya yang
dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara Kementerian Sekretariat Negara (PPKASN
Kemensetneg) dalam beberapa pelatihan seperti Pelatihan
Perencanaan, Pelatihan Bahasa Inggris Dasar, serta Pelatihan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Dasar. Pelatihan-
pelatihan tersebut mengombinasikan antara e-learning
asinkronus dengan tatap muka klasikal. Pada awal pelatihan,
peserta diminta untuk mengakses materi pembelajaran e-
learning dengan pendekatan asinkronus melalui LMS.
Kemudian, peserta hadir secara fisik di PPKASN Kemensetneg
untuk mengikuti pembelajaran secara tatap muka. Pada saat
sesi pembelajaran klasikal tatap muka, lebih ditekankan
untuk praktik dan penguatan materi yang sudah dipelajari
pada saat sesi e-learning asinkronus. Hal ini memberikan
dampak yang baik, sebab Tenaga Pengajar tidak perlu
menjelaskan dari awal terhadap materi pembelajaran yang
bersifat teori atau konseptual. Selain dari itu, para peserta
juga sudah memiliki prior-knowledge pada saat hadir ke dalam
sesi klasikal tatap muka. Sehingga dapat mengikuti
pembelajaran lebih baik.
Selain itu, contoh kekinian terkait penerapan blended
learning ini adalah pada penyelenggaraan Latihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Lembaga Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Pelatihan
Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Latsar CPNS
mengombinasikan e-learning dalam bentuk MOOC secara
asinkronus dan e-learning pada distance learning dalam
bentuk sinkronus dan asinkronus, dengan pembelajaran
klasikal tatap muka. Pada awal pelatihan, para CPNS
diharuskan untuk mengakses mandiri MOOC LAN secara
asinkronus melalui tautan http://swajar-asnpintar.lan.go.id/.
Kemudian, para CPNS melanjutukan kegiatan distance
learning, baik itu secara sinkronus maupun asinkronus
Hal | 59
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
melalui kanal https://kolabjar-asnpintar.lan.go.id/. Setelah
melakukan aktualisasi di tempat kerjanya, para CPNS
melanjutkan Latsar secara klasikal tatap muka, untuk
kemudian kegiatan berakhir.
Blended learning dapat dibedakan ke dalam beberapa
jenis, diantaranya adalah model rotasi, model fleks, model a la
carte, dan model pengayaan virtual.
a. Model Rotasi
Gagasan rotasi antar bentuk pembelajaran ini bukan
merupakan hal baru, sebelumnya dalam pendidikan dasar
dikenal pengajar berputar ke kelas-kelas peserta untuk
melakukan pembelajaran. Namun, di dalam model rotasi
pada blended learning ini, terdapat elemen pembelajaran
daring. Model rotasi merupakan model pembelajaran
blended dimana Pengajar/Tutor di kelas melakukan rotasi.
Model rotasi memungkinkan peserta di setiap kelas atau
mata pelatihan memutari bentuk-bentuk pembelajaran
berdasarkan jadwal ataupun instruksi dari instruktur,
yang setidaknya terdapat minimal satu bentuk
pembelajaran daring. Peserta dapat berputar diantara
Hal | 60
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
pembelajaran daring, instruksi grup kecil, atau penugasan
secara langsung secara tatap muka di dalam kelas.
Kuncinya adalah pada waktu atau instruktur yang
memberikan arahan pergantian aktivitas pembelajaran
yang ada di dalam kelas. Lebih rinci, model rotasi terbagi
lagi menjadi beberapa model yaitu:
1) Rotasi Stasiun
2) Rotasi Lab
Hal | 61
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Rotasi lab merupakan konsep perputaran yang sama
dengan rotasi stasiun, akan tetapi, peserta perlu
berpindah ke lab komputer untuk porsi pembelajaran
daring. Gagasan rotasi lab pada dasarnya adalah
untuk membebaskan waktu pembelajaran langsung
dengan menggunakan lab komputer dan peserta
mengikuti pembelajaran terstruktur secara daring.
Saat ini, telah banyak dilakukan integrasi waktu
untuk pembelajaran dengan komputer dan waktu
pembelajaran kelas.
3) Flipped Classroom
Hal | 62
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Gambar 7.11. Flipped Classroom (Horn & Staker,
2015)
4) Rotasi Individual
Hal | 63
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
Gambar 7.12. Rotasi Individual (Horn & Staker, 2015)
Hal | 64
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
b. Model Fleks
c. Model A La Carte
Model a la carte merupakan model yang memungkinkan
peserta untuk mengambil pembelajaran yang seluruhnya
daring dan pembelajaran yang seluruhnya dilakukan
secara tatap muka. Sebagai contoh, pada suatu Sekolah
Tinggi tidak memberikan pembelajaran Bahasa dalam
Hal | 65
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
kelas. Peserta dapat mengambil pelajaran Bahasa tersebut
secara daring setelah jam sekolah sebagai tambahan dari
pembelajaran yang diambil di sekolah. Hal ini menurut
Horn (2015) masih dikategorikan sebagai bentuk blended
learning karena peserta melakukan pembelajaran kelas
langsung dan daring, meski dalam pembelajaran daring
tidak ada komponen tatap muka. Model ini juga
memungkinkan pembelajaran daring juga memiliki
komponen tatap muka seperti model fleks. Perbedaan
model fleks dan a la carte adalah pada tumpuan
pembelajarannya. Tumpuan pembelajaran pada model
fleks lebih banyak menekankan pada pembelajaran daring,
sedangkan pada model a la carte pada pembelajaran tatap
muka.
Hal | 66
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
membutuhkan kehadiran tatap muka 2 (dua) kali dalam
seminggu, sedangkan sisanya dilakukan secara daring.
3. Mobile Learning
O’Malley Vavoula, Glew et. al (2005) dalam Bhardwaj dan
Jain (2015) mendefinisikan mobile learning sebagai seluruh
bentuk pembelajaran yang terjadi ketika peserta tidak berada
di dalam lokasi yang tetap atau ditentukan, atau pembelajaran
dimana peserta mengambil kesempatan pembelajaran yang
dilakukan melalui teknologi mobile. Mobile learning berbeda
dengan pembelajaran tradisional dimana mobile learning
membuat pembelajaran portabel, terkoneksi, dan personal.
Keuntungan utama dalam penggunaan perangkat mobile
adalah peserta tidak perlu mengakses pembelajaran daring
melalui komputer. Peserta mungkin dapat menemui situasi
dimana tidak ada komputer yang tersedia untuk mengakses
informasi pembelajaran. Mobile learning tidak menggantikan
pembelajaran tradisional, akan tetapi dapat menjadi
komplemen metode pembelajaran yang menggunakan
teknologi daring. Konsep mobile learning mulai muncul
bersamaan dengan adanya pembelajaran daring. Telepon
pintar (smartphone) saat ini dapat memberikan peserta akses
terhadap internet, email, dan aplikasi-aplikasi pembelajaran
yang berjalan dalam perangkat lunak pada telepon pintar.
Hal | 67
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
C. Format Pembelajaran pada LMS
Synchronous adalah pendekatan pembelajaran jarak jauh
pada saat pengajar dan peserta dapat berinteraksi langsung satu
sama lain dalam waktu yang sebenarnya (real-time). Sedangkan,
asynchronous adalah pendekatan pembelajaran jarak jauh pada
saat pengajar dan peserta tidak berinteraksi secara langsung
(tidak simultan).
Jika dilihat dari bentuk interaksi antara pengajar dan
peserta, pendekatan synchronous dan asynchronous dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu mandiri (one-
alone), Seorang ke Seorang (one to one), Satu-ke-banyak (one to
many), Banyak-ke-banyak (many to many) (Rogers, Patricia L., et
al., 2009). Bentuk-bentuk interaksi menunjang skenario
pembelajaran dalam pelatihan jarak jauh.
Tabel 7.1.
Bentuk Interaksi Asynchronous dan Synchronous dan
Teknologi Pendukung
Asynchronous Synchronous
Hal | 68
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
One to many E-mail
Sumber: Diolah dari Rogers, Patricia L., et al., 2009; Barron, 2009
Hal | 72
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
BAB VII
INTEGRASI SISTEM
a. Perencanaan Penganggaran
Integrasi pelaksanaan ASN Corpu dengan perencanaan
penganggaran harus diperhatikan kesesuaian kebutuhan
penyelenggaraan ASN Corpu baik dalam hal pemenuhan
infrastruktur maupun pelaksanaan pengembangan kompetensi
dengan perencanaan penganggaran tahunan instansi. Learning
council, bagian yang membidangi keuangan, bagian yang
membidangi kepegawaian dan bagian yang membidangi
perencanaan terlebih dahulu dapat mengidentifikasi dan
menyusun rencana pengembangan kompetensi yang diperlukan
untuk pegawai di lingkungan Instansi sesuai dengan kerangka
perencanaan strategis instansi, setelah itu bagian yang
membidangi perencanaan dan bagain yang membidangi
keuangan dapat menghitung besaran anggaran yang dibutuhkan
dari pengembangan kompetensi tersebut dan dapat
menyampaiakannya kepada Learning council untuk menjadi
pertimbangan arah pengembangan kompetensi dalam ASN
Corpu.
Selain anggaran kebutuhan pelaksanaa pengembangan
kompetensi dapat juga direncanakan penganggaran infrastruktur
dalam menggunakan teknologi informasi seperti investasi berupa
Hal | 73
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
server dan perangkat teknologi lainnya berikut dengan sumber
daya yang dibutuhkan.
Hal | 76
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
yang efektif dan efisien. Maka diharapkan jika pegawai tersebut
sudah diberikan pengembangan kompetensi tersebut diharapkan
pegawai tersebut ada peningkatan dalam kinerjanya.
Selain itu, penilaian kinerja pegawai menjadi bahan evaluasi
hasil pengembangan kompetensi terutama pada aspek dampak
pembelajaran. Dampak hasil pembelajaran yang diterima
pegawai dapat dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Apakah setelah pembelajaran dilakukan, kompetensi pegawai
tersebut bertambah dan dapat memenuhi kompetensi jabatan
yang diembannya. Dan apakah berpengaruh ataua dapat
memberikan kontribusi lebih terhadap organisasi.
d. Teknologi Pembelajaran
Integrasi pelaksanaan ASN Corpu dengan teknologi
pembelajaran adalah kesesuaian kebutuhan dan pemanfaatan
teknologi pembelajaran dalam menunjang penyelenggaraan ASN
Corpu. Integrasi teknologi pembelajaran ini dapat dikembangkan
dalam bentuk learning management system, untuk konten pada
learning management system ini dapat berupa micro learning.
Learning management system ini juga dapat diintergrasikan
dengan sistem informasi manajemen kepegawaian /Human
Resources Information System(HRIS). Teknologi pembelajaran
Pembelajaran digital dalam bentuk learning management system
dapat dilakukan secara mandiri maupun bentuk pelatihan secara
kelas online.
Selain terintegrasi dengan HRIS, learning management
system ini juga dapat terintegrasi dengan sistem informasi
pelatihan seperti sistem informasi terkait dengan perencanaan
pengembaangan kompetensi dan sistem lainnya yang terkait.
e. Manajemen Pengetahuan
Integrasi pelaksanaan ASN Corpu dengan manajemen
pengetahuan adalah kesesuaian pemanfaatan manajemen
pengetahuan dalam menunjang penyelenggaraan pengembangan
Hal | 77
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah
kompetensi. Dari tahap identifikasi, dokumentasi,
pengorganisasian, penyebarluasan, penerapan, pemantauan dan
pengembangan dari pengetahuan.
Terkait manajemen pengetahuan ini, salah satu contohnya
pegawai diminta untuk mendokumentasikannya dalam bentuk
video terkait dengan keahliannya, kemudian setelah video
tersebut dibuat maka dapat diunggah kedalam sistem
manajemen pengetahuan. Dan sistem manajemen pengetahua
tersebut dapat dibuka oleh semua pegawai sehingga pegawai
yang membutuhkan pengetahuan dapat membuka video tersebut
dan mempelajarinya.
Hal | 79
Handbook ASN Corpu Instansi Pemerintah