Motivasi dan Disiplin Positif
Motivasi dan Disiplin Positif
TUJUAN PEMBELAJARAN :
CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di
lingkungannya sendiri
Pada kesempatan kali saya akan membagikan jejak pembelajaran di alur eksplorasi konsep modul 1.4
tentang Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal. Kali ini saya akan berbagi kembali sebuah
catatan pembelajaran lanjutan di alur Eksplorasi Konsep Modul 1.4 Budaya Positif - Teori Motivasi,
Hukuman dan Penghargaan, Restitusi. Berikut ini adalah catatan pembelajarannya sebagai pengingat diri
dan mempermudah pencarian jika suatu saat nanti saya membutuhkannya kembali.
PAGE 1
Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Motivasi intrnsik merupakan motivasi yang timbul dari diri seseorang, tidak perlu adanya rangsangan
dari luar. Dari dalam diri seseorang sudah ada dorongan yang menimbulkan mereka untuk melakukan
sesuatu. Motivasi intrinsik timbul karena keinginan diri sendiri, karena hobi atau karena kesadaran diri
sendiri. Motivasi intrinsik juga didorong dari tujuan kegiatan yang dilakukan. Sebagai contoh adalah
kegiatan belajar. Belajar tentu memiliki tujuan yaitu ingin pandai dan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Seorang siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh karena mereka ingin mendapatkan ilmu dan
pengetahuan. Motivasi intrinsik bisa dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di mulai dari dorongan dari
dalam diri untuk mendapatkan sesuai yang penting dari kegiatan belajar tersebut.
Pembelajaran adalah proses yang kompleks, jadi perlu pendekatan yang tepat agar tercipta lingkungan
belajar yang efektif. Dalam proses pembelajaran, penghargaan dan hukuman adalah dua aspek penting
yang harus diperhatikan. Keduanya dapat memberikan dampak besar pada motivasi dan perilaku siswa
dalam belajar.
Penghargaan adalah bentuk pengakuan atas pencapaian siswa dalam belajar. Memberikan penghargaan
kepada siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan memberikan rasa percaya diri pada siswa.
Penghargaan juga dapat memotivasi siswa untuk terus berusaha dan lebih berprestasi. Penghargaan
dapat diberikan dalam bentuk pujian, hadiah, atau bentuk lain yang sesuai dengan prestasi siswa.
Hukuman adalah bentuk konsekuensi atas perilaku siswa yang tidak sesuai dengan aturan atau norma
yang berlaku. Hukuman dapat membantu membentuk perilaku siswa agar lebih baik dan mengurangi
perilaku negatif. Namun, hukuman juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak diberikan dengan
tepat.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi
juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana
mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
PAGE 2
Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala
sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan
yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan,
terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang
lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang
melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel
ini:
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku
manusia:
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku
manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya
mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara
fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan
tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang
pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang
dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka
melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting
dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk
mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang
mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya
melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan
mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka
yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena
motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Ulasan di bawah ini mengenai pernahkah saya berada dalam sebuah situasi dimana saya sengaja
melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi saya bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang
lain? Mengapa saya memilih melakukannya padahal saya tahu akibatnya akan menyakitkan saya
mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip saya
yang saya perjuangkan dan saya lindungi? Saat itu, saya sedang menjadi orang yang seperti apa?
Saya pernah berada dalam situasi di mana saya sengaja melakukan sesuatu yang saya tahu akan
menyakitkan bagi diri saya sendiri dan bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain.
Alasan utama saya melakukannya adalah karena saya meyakini bahwa tindakan tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip yang saya perjuangkan dan saya lindungi. Pada dasarnya, ada tiga motivasi perilaku
manusia yang memengaruhi pilihan saya dalam situasi tersebut.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi
juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah
mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana
mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
PAGE 2
Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala
sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan
yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan,
terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang
lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang
melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel
ini:
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku
manusia:
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku
manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya
mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara
fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan
tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang
pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang
dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka
melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting
dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk
mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang
mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya
melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan
mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka
yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena
motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Ulasan di bawah ini mengenai pernahkah saya berada dalam sebuah situasi dimana saya sengaja
melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi saya bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang
lain? Mengapa saya memilih melakukannya padahal saya tahu akibatnya akan menyakitkan saya
mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip saya
yang saya perjuangkan dan saya lindungi? Saat itu, saya sedang menjadi orang yang seperti apa?
Saya pernah berada dalam situasi di mana saya sengaja melakukan sesuatu yang saya tahu akan
menyakitkan bagi diri saya sendiri dan bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain.
Alasan utama saya melakukannya adalah karena saya meyakini bahwa tindakan tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip yang saya perjuangkan dan saya lindungi. Pada dasarnya, ada tiga motivasi perilaku
manusia yang memengaruhi pilihan saya dalam situasi tersebut.
Ketidaknyamanan moral yang akan saya rasakan jauh lebih buruk daripada ketidaknyamanan sementara
yang mungkin timbul akibat tindakan tersebut.
Meskipun dalam situasi ini, tindakan saya mungkin tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain,
saya tahu bahwa saya akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk kepuasan diri dan integritas
pribadi.
Saya merasa bahwa saya harus menghargai diri sendiri dengan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
saya percayai, bahkan jika itu berarti mengorbankan penghargaab dari orang lain.
Ketiga, ada dorongan untuk menjadi orang yang saya inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang saya yakini.
Saat itu, saya merasa bahwa saya sedang menjadi orang yang teguh pada prinsip-prinsip yang saya
pegang. Saya percaya bahwa tindakan tersebut merupakan langkah yang benar, bahkan jika itu berarti
saya harus menghadapi konsekuensi negatif.
Prinsip-prinsip tersebut adalah panduan moral yang membentuk siapa saya sebagai individu, dan
menjadi orang yang saya inginkan adalah prioritas utama bagi saya.
PAGE 3
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk
menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik
yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau
hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin
menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Pertanyaannya sekarang adalah
bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid
kita?
Alasan mengikuti program guru penggerak ini yaitu agar bisa menjadi pemimpin pembelajaran di kelas
dan bisa menjadi pendorong atau motivator bagi peserta didik di sekolah.Selain itu untuk
pengembangan kompetensi dalam lokakarya dan meningkatkan kompetensi saya . Saya juga ingin
mendapatkan komunitas belajar baru di luar sekolah yang bisa meningkatkan kualitas diri saya sehingga
saya bisa mendapatkan relasi baru (rekan guru lain) yang lolos seleksi program CGP dan pengalaman
belajar berharga bersama mereka. Apabila saya tidak mengikuti program ini,tidak akan ada hal yang
menyakitkan yang akan terjadi pada saya karena awalnya saya hanya iseng untuk mengikuti dengan
dalih ingin mendapat penghargaan berupa piagam guru penggerak serta sertifikat pendidikan 306 JP
yang tentunya sangat bermanfaat bagi karir saya sebagai guru. Hanya saja pastilah ada kekecewaan
sedikit dalam diri saya karena sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikuti program guru
penggerak
Bagi saya yang haus untuk belajar, suka berinteraksi dengan orang lain dan ikhlas dalam berbagi,
pekerjaan sebagai guru ini cocok karena akan berhadapan dengan luasnya pengetahuan dan lahan
pembelajaran ketika menghadapi murid.
Menjadi guru , saya juga harus memiliki tekad kuat karena pekerjaan ini tidak dinilai dari nominal yang
saya dapatkan, namun kualitas pembelajaran yang saya berikan. Keikhlasan dari diri saya untuk berbagi
ilmu pengetahuan, mendidik anak-anak yang bahkan tidak saya kenal sebelumnya, hingga membantu
mereka mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Menjadi guru tentunya bisa menyalurkan kecintaan saya dengan mendampingi, mengajarkan nilai
akademis-non akademis, dan moral pada anak-anak.
Dengan begitu, akan lebih santai menjalani pekerjaan guru karena saya suka apa yang ada di dalamnya.
Dengan menyukai apa yang saya kerjakan, saya tidak akan merasa seperti sedang bekerja. Hal ini akan
dapat membuat saya lebih bahagia dan awet muda.
PAGE 4
Salah satu tugas saya sebagai guru adalah menuntun anak. Dalam konteks disiplin diri, saya sebagai
pendidik harus dapat menuntun siswa untuk menjadikannya siswa yang disiplin, mencapai manfaat dan
kebahagiaan karena motivasi intrinsiknya (dari dalam), bukan motivasi ekstrinsik (dari luar). Jika telah
terbentuk motivasi disiplin dari dalam dirinya maka siswa tersebut sudah sadar dan bukan lagi karena
paksaan ataupun hukuman.
Saya sebagai guru merupakan sosok manusia yang harus menjadi idola para siswa. Ini berarti setiap
bentuk yang saya berikan akan selalu dikerjakan dan ditiru oleh para siswa karena mereka sudah
merasa terikat psikolgis dengan saya. Sebagai guru ,saya sering dijadikan contoh, bahkan tokoh
identifikasi diri. senantiasa berusaha untuk menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Itulah tujuan
dari disiplin diri saya. Sebagai seorang guru , saya merupakan salah satu pilar untuk merevitalisasi
penanaman sikap santun dan keramahan di sekolah dimana saya harus dapat mengajar siswa dengan
hati ( cinta dan kasih sayang ) dan memberikan contoh yang baik di setiap perilaku saya.
Pada dasarnya, ada tiga motivasi perilaku manusia yang memengaruhi pilihan saya dalam situasi
tersebut. Pertama, ada dorongan untuk menghindari ketidaknyamanan.
Meskipun saya tahu bahwa tindakan tersebut akan menyakitkan, saya juga menyadari bahwa jika saya
tidak bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip saya, saya akan merasa tidak nyaman dengan diri sendiri.
Ketidaknyamanan moral yang akan saya rasakan jauh lebih buruk daripada ketidaknyamanan sementara
yang mungkin timbul akibat tindakan tersebut.
Meskipun dalam situasi ini, tindakan saya mungkin tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain,
saya tahu bahwa saya akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk kepuasan diri dan integritas
pribadi.
Saya merasa bahwa saya harus menghargai diri sendiri dengan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
saya percayai, bahkan jika itu berarti mengorbankan penghargaab dari orang lain.
Ketiga, ada dorongan untuk menjadi orang yang saya inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang saya yakini.
PAGE 5
Bila di sekolah saya tidak ada peraturan yang mengharuskan saya datang tepat waktu dan tidak ada
surat teguran bagi saya yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji saya, saya sebagai
seorang guru akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya karena Saya merupakan
sosok manusia yang harus menjadi idola para siswa. Ini berarti setiap bentuk yang saya berikan akan
selalu dikerjakan dan ditiru oleh para siswa karena mereka sudah merasa terikat psikolgis dengan saya.
Sebagai guru ,saya sering dijadikan contoh, bahkan tokoh identifikasi diri. Saya harus menjadi teladan
bagi murid-murid saya yang bisa digugu dan ditiru
PAGE 6
Menurut saya, motivasi yang paling banyak mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah
motivasi pertama yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Contoh kasus, ketika
melakukan pembelajaran praktik terdapat siswa menggunakan pakaian kerja tidak lengkap sesuai
keyakinan kelas. Apakah siswa tersebut diperbolehkan praktik atau tidak? Selama ini kebiasaan kita
adalah langsung memaafkan atau membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita cenderung pada
kesalahan yang dilakukan daripada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Salah satu cara
untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga
restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Melalui restitusi kita dapat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta
memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang
yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Restitusi membantu murid untuk jujur pada
diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran
bukan paksaan. Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia
menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, "Semua orang pasti pernah berbuat
salah", bukan mengatakan, "Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka...
PAGE 7
Strategi yang saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid adalah dengan menstabilkan
identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Tujuannya
untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Saya
sebagai guru harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada
manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam
kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah saya harus bisa
menstabilkan identitas anak. Anak saya bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan
permasalahan mereka. Yang diperlukan adalah saya memahami alasan mereka melakukan kesalahan
tersebut sehingga anak merasa dipahami. Sangat penting bagi saya menanyakan ke anak tentang
kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya,
saya dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Dengan demikian saya dapat
mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan
motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Meskipun dalam situasi ini, tindakan saya mungkin tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain,
saya tahu bahwa saya akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk kepuasan diri dan integritas
pribadi.
Saya merasa bahwa saya harus menghargai diri sendiri dengan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
saya percayai, bahkan jika itu berarti mengorbankan penghargaab dari orang lain.
Ketiga, ada dorongan untuk menjadi orang yang saya inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang saya yakini.
PAGE 5
Bila di sekolah saya tidak ada peraturan yang mengharuskan saya datang tepat waktu dan tidak ada
surat teguran bagi saya yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji saya, saya sebagai
seorang guru akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya karena Saya merupakan
sosok manusia yang harus menjadi idola para siswa. Ini berarti setiap bentuk yang saya berikan akan
selalu dikerjakan dan ditiru oleh para siswa karena mereka sudah merasa terikat psikolgis dengan saya.
Sebagai guru ,saya sering dijadikan contoh, bahkan tokoh identifikasi diri. Saya harus menjadi teladan
bagi murid-murid saya yang bisa digugu dan ditiru
PAGE 6
Menurut saya, motivasi yang paling banyak mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah
motivasi pertama yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Contoh kasus, ketika
melakukan pembelajaran praktik terdapat siswa menggunakan pakaian kerja tidak lengkap sesuai
keyakinan kelas. Apakah siswa tersebut diperbolehkan praktik atau tidak? Selama ini kebiasaan kita
adalah langsung memaafkan atau membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita cenderung pada
kesalahan yang dilakukan daripada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Salah satu cara
untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga
restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Melalui restitusi kita dapat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta
memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang
yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Restitusi membantu murid untuk jujur pada
diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran
bukan paksaan. Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia
menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, "Semua orang pasti pernah berbuat
salah", bukan mengatakan, "Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka...
PAGE 7
Strategi yang saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid adalah dengan menstabilkan
identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Tujuannya
untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Saya
sebagai guru harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada
manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam
kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah saya harus bisa
menstabilkan identitas anak. Anak saya bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan
permasalahan mereka. Yang diperlukan adalah saya memahami alasan mereka melakukan kesalahan
tersebut sehingga anak merasa dipahami. Sangat penting bagi saya menanyakan ke anak tentang
kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya,
saya dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Dengan demikian saya dapat
mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan
motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Meskipun dalam situasi ini, tindakan saya mungkin tidak mendapatkan penghargaan dari orang lain,
saya tahu bahwa saya akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk kepuasan diri dan integritas
pribadi.
Saya merasa bahwa saya harus menghargai diri sendiri dengan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang
saya percayai, bahkan jika itu berarti mengorbankan penghargaab dari orang lain.
Ketiga, ada dorongan untuk menjadi orang yang saya inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-
nilai yang saya yakini.
PAGE 5
Bila di sekolah saya tidak ada peraturan yang mengharuskan saya datang tepat waktu dan tidak ada
surat teguran bagi saya yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji saya, saya sebagai
seorang guru akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid saya karena Saya merupakan
sosok manusia yang harus menjadi idola para siswa. Ini berarti setiap bentuk yang saya berikan akan
selalu dikerjakan dan ditiru oleh para siswa karena mereka sudah merasa terikat psikolgis dengan saya.
Sebagai guru ,saya sering dijadikan contoh, bahkan tokoh identifikasi diri. Saya harus menjadi teladan
bagi murid-murid saya yang bisa digugu dan ditiru
PAGE 6
Menurut saya, motivasi yang paling banyak mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah
motivasi pertama yaitu untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Contoh kasus, ketika
melakukan pembelajaran praktik terdapat siswa menggunakan pakaian kerja tidak lengkap sesuai
keyakinan kelas. Apakah siswa tersebut diperbolehkan praktik atau tidak? Selama ini kebiasaan kita
adalah langsung memaafkan atau membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita cenderung pada
kesalahan yang dilakukan daripada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri. Salah satu cara
untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga
restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
Melalui restitusi kita dapat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, serta
memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk
menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang
yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Restitusi membantu murid untuk jujur pada
diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran
bukan paksaan. Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia
menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, "Semua orang pasti pernah berbuat
salah", bukan mengatakan, "Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka...
PAGE 7
Strategi yang saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid adalah dengan menstabilkan
identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Tujuannya
untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Saya
sebagai guru harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada
manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam
kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah saya harus bisa
menstabilkan identitas anak. Anak saya bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan
permasalahan mereka. Yang diperlukan adalah saya memahami alasan mereka melakukan kesalahan
tersebut sehingga anak merasa dipahami. Sangat penting bagi saya menanyakan ke anak tentang
kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya,
saya dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Dengan demikian saya dapat
mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan
motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Setelah mengerjakan tugas mandiri diatas , saya bisa lebih memahami tentang perbedaan Hukuman,
Konsekuensi dan Restitusi,
PAGE 8
Nilai kebajikan yang berusaha saya tanamkan kepada murid- murid saya selama proses pembelajaran
adalah disiplin diri dalam mengumpulkan tugas, nilai kerja sama dalam melaksanakan praktikum
berkelompok, nilai berbagi yaitu dengan program tutor sebaya, nilai semangat untuk belajar, dengan
tantangan memberikan tugas berupa catatan digital, maka murid- murid saya banyak yang ingin belajar
tentang IT dan antar murid akan berbagi satu sama lain supaya dapat membuat catatan digital yang
super keren
PAGE 9
Sangat tidak setuju karena hal ini adalah hukuman bukan konsekuensi . Hukuman yang bertujuan
menjadikan anak merasa buruk tentang dirinya dan hukuman yang disengaja untuk mempermalukan
anak, sehingga akan membunuh karakter anak . Sangat tidak pantas jika itu dilakukan oleh seorang guru
karena seharusnya guru bisa membantu murid untuk melangkah kepada kebahagiaanya . Tetapi yang
dilakukan adalah membiarkan murid-murid yang lain untuk menertawakan iva . Seharusnya sebagai
seorang guru mengarahkan anak-anak lain berempati dan bahkan bisa membantu Iva keluar dari
kesulitan menghadapi Matematika
PAGE 10
Hukuman' yang bertujuan menjadikan si pembuat kesalahan merasa buruk tentang dirinya. Hukuman
sering kali tidak berkaitan dengan masalah perilaku dan bersifat keras. Terkadang, hukuman disengaja
untuk mempermalukan anak-anak. hukuman mungkin dapat 'efektif' untuk jangka pendek. Anak-anak
dapat patuh karena takut dengan pemberi hukuman atau menginginkan orang tua untuk berhenti
menyakiti maupun mempermalukan mereka. Berdasarkan berbagai studi, anak-anak yang tumbuh
dengan hukuman fisik cenderung memiliki perilaku agresif.
Konsekuensi membantu anak-anak belajar bahwa mereka telah membuat pilihan yang salah dan
terdorong untuk berperilaku lebih baik lagi di masa mendatang. Hal terpenting, konsekuensi lebih efektif
ketimbang hukuman dalam memperbaiki masalah-masalah perilaku pada anak.
PAGE 11
Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, "Saya tidak akan terlambat lagi", adalah Hukuman
lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah adalah Hukuman
PAGE 12
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Disini murid-murid berperilaku untuk
mendapatkan imbalan atau penghargaan dari gurunya untuk mendapatkan tandang bintang. Mereka
melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pjian dan penghargaan dari orang lain yang menurut
mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu
untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan.
cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang
menanamkan motivasi pentingnya budaya antri pada murid-murid untuk menjadi orang yang mereka
inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita
memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang,
motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap
berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai
PAGE 13
Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan persyaratan:
Hanya jika murid-murid melakukan hal ini, maka mereka akan mendapatkan penghargaan yang
diinginkan. Jika mereka mengharapkan suatu penghargaan dan tidak mendapatkannya, maka mereka
akan kecewa dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali mereka tidak akan berusaha sekeras
sebelumnya. Jika guru memberikan murid suatu penghargaan untuk melakukan sesuatu, maka guru
harus terus menerus memberikan penghargaan itu jika guru ingin murid tersebut meneruskan perilaku
yang guru inginkan. Dari siti dapat disimpulkan bahwa Penghargaan Merusak Hubungan Penghargaan
Menurunkan Kualitas
PAGE 14
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) Restitusi
juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih
memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah
pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,
namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka melakukan kesalahan,
karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang
mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih baik
di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan
kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka
PAGE 15
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) Restitusi
juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan
membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid menjadi lebih
memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah
pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,
namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka melakukan kesalahan,
karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang
mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih baik
di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan
kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka
PAGE 16
Penutup
Untuk membangun budaya positif di sekolah, pasti membutuhkan waktu lama, karena pembentukan
karakter, tapi baiknya dimulai dari sekarang dari diri kita sendiri dulu, berangsur- angsur semua guru
akan melaksanakan, sehingga akan menjadi biasa dan menjadi budaya positif bangsa ini.. mudah-
mudahan kita sebagai CGP mampu untuk memulai perubahan ini ... semangat..