TUGAS TT 2 Ayu Indriani

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Nama : AYU INDRIANI

NPM : 859659483
Prodi : S1-PGSD

TUGAS TUTORIAL KE-2


PROGRAM STUDI

Sumber
No Skor
Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial
Pada Tugas Tutorial Ke-2 ini, Anda diminta Modul 3:
menulis artikel ilmiah dengan mengikuti struktur Kegiatan
penulisan artikel AIM(RaD)C. Data- data Belajar 1
mengenai permasalahan penelitian, tujuan, dan
desain penelitian, lokasi dan tempat penelitian, Kegiatan
populasi dan sampel, teknik pengumpulan Belajar
data, dan hasil penelitian disediakan sebagai 2.
berikut.

MASALAH, Berdasarkan pengamatan dan Modul 4:


hasil wawancara dengan para guru, diketahui Kegiatan
bahwa masih banyak yang mengalami Belajar 1
kesulitan belajar, tampak dari adanya siswa dan
yang enggan belajar dan tidak bersemangat Kegiatan
dalam menerima pelajaran di kelas. Hasil Belajar
belajar siswa menjadi kurang memuaskan 2.
karena masih banyak nilai dibawah standar
kelulusan yakni dibawah 75 (daftar nilai rapor
semester 2 tahun ajaran 2013/2014).

TUJUAN PENELITIAN adalah untuk


mengetahui apakah ada pengaruh motivasi diri
terhadap prestasi belajar siswa.

METODE PENELITIAN adalah deskriptif


kuantitatif Penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, di
SMP Nusantara Bekasi Kelas VII.
POPULASI DAN SAMPEL: seluruh siswa
kelas VII SMP Nusantara Bekasi (550 siswa),
sampel menggunakan metoode slovin didapat
84 siswa. 84 siswa diambil secara random dari
10 kelas (kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E,
VII F, VII G, VII H, VII I, VII J)

DESAIN PENELITIAN

DEFINISIOPERASIONAL, Adapun definisi


operasional variabel penelitian adalah sebagai
berikut :
o Motivasi belajar (X) adalah variabel
independen/bebas yang mempengaruhi.
Merupakan daya dorong atau keinginan
untuk melakukan sesuatu, dimana keinginan
tersebut dilakukan secara sadar guna
mencapai tujuan. Meliputi cita-cita,
kemampuan siswa, kondisi jasmani dan
rohani siswa, kondisi lingkungan, unsur-
unsur dinamis belajar dan upaya guru
membelajarkan siswa.
o Prestasi Belajar (Y) adalah variabel
dependen/terikat yang dipengaruhi.
Merupakan pencapaian hasil belajar oleh
siswa kelas VIII mata pelajaran IPA SMP
Nusantara Bekasi yang dilihat dari nilai rapor
semester genap tahun 2014/2015 yang
diperoleh masing- masing siswa.

TEKNIK PENYAMBILAN DATA:


penyebaran angket, studi dokumentasi (buku
raport)
HIPOTESIS
Hipotesis yang diterima adalah :

Apabila Fhitung > Ftabel dan apabila tingkat


signifikansi < α (0,05), maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. 2)

Apabila Fhitung < Ftabel dan apabila tingkat


signifikansi > α (0,05), maka variabel
independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan : Jika


statistik F hitung < statistik F tabel, maka Hο
diterima Jika statistik F hitung > statistik F
tabel, maka Hο ditolak

TEKNIK ANALISIS DATA: Analisis


Regresi Linier Sederhana

DATA PENELITIAN: Gunakan data berikut


pada bab Hasil dan Pembahasan:

Berikan penjelasan nilai R2 – nya.

Pada tabel di atas, (Coefficients a ), pada


kolom B nilai Constant adalah ??
sedangkan nilai Motivasi belajar adalah ??
sehingga persamaan regresi dapat ditulis Y =
a + bX atau (Y = ?? + ??X) Berikan
penjelasan, terima atau tolak Ho. Ada
pengaruh atau tidak ada pengaruh.
Tulislah artikel ilmiah dengan ketentuan
berikut:
1. Buat judul yang menarik dan 3
menggambarkan isi penelitian Anda.
2. Tuliskan identitas penulis (Nama dan 3
tempat Anda belajar atau bekerja, serta
email Anda)
3. Buat abstrak dengan bahasa Indonesia (isi 10
artikel juga berbahasa Indonesia). Jumlah
kata 100-200 kata.
4. Bagian Pendahuluan dibuat dengan focus 10
yang luas, untuk kemudian menyinggung
persamalahan, dileng- kapi dengan
penelitian terdahulu, dan diakhiri dengan
tujuan penelitian.
5. Artikel Anda harus memiliki sumber 9
pustaka berupa artikel ilmiah, buku teks,
dan sumber lainnya.
6. Disediakan 2 jurnal nasional, dan 1 jurnal 9
internasional.
Artikel yang Anda buat untuk Tugas
Tutorial 2 ini harus memenuhi jumlah
minimal sumber pustaka sebagai berikut:
a. Jumlah artikel ilmiah pada Jurnal
Nasional: Minimal 4
b. Jumlah artikel ilmiah pada Jurnal
Internasional: Minimal 2
c. Jumlah buku teks: Minimal 2
d. Sumber lainnya (artikel di Koran,
prosiding, sumber lain: minimal 2
7. Metode penelitian minimal berisi desain
penelitian, waktu dan tempat, populasi 10
dan sampel, instrument yang digunakan,
dan teknik analisis data.
8. Bagian Hasil dan Pembahasan diawali
dengan memaparkan hasil penelitian, lalu 10
dilanjutkan dengan Pembahasan. Bagian
Pembahasan juga berisi hasil- hasil
penelitian terdahulu yang mendukung hasil
penelitian Anda.
9. Menggunakan tabel atau gambar
dalam menyajikan data. 3
10. Kesimpulan
11. Daftar Pustaka 3
10
12. Gunakan mendeley untuk merujuk 10
daftar pustaka
13. Gunakan gaya selingkung APA 10
14. Ukuran halaman A4, margin default MS 5
Word, Font Arial, ukuran font 12, spacing
1.5 (perhatikan template yang diberikan).
15. Jumlah kata: minimal 1000 kata untuk
seluruh bagian artikel, termasuk abstrak, 5
pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, dan kesimpulan (tidak
termasuk Daftar Pustaka).
Jumlah Skor Maksimal 100

JAWABAN!

Kebijakan Fiskal dan Moneter Indonesia serta Pengaruhnya terhadap Pasar


Domestik Di masa Pandemi Covid-19
Ayu Indriani
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas
Terbuka Bandung, Jawa Barat. Indonesia.
*E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa mengenai kebijakan fiskal Indonesia
sebagai instrumen penting dan alternatif yang dilakukan pemerintah serta
pengaruhnya terhadap pasar domestik. Sejalan dengan kebijakan moneter oleh
otoritas moneter Bank Indonesia di era pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease
2019), kombinasi kebijakan tersebut harus diperkuat guna menyongsong
perekonomian negara yang stabil. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif yaitu metode untuk memahami berbagai konsep yang ditemukan dalam
proses penelitian dengan teknik analisis studi pustaka dan riset fenomena sosial.
Hasil penelitian menunjukan upaya pemerintah dan otoritas moneter dalam menekan
dampak COVID-19 terhadap ekonomi negara ditempuh dengan diperkuatnya sinergi
antara BI dan Kementrian Perdagangan melalui penguatan pasar domestik dan daya
saing ekspor. Disusul dengan BI (Bank Indonesia) memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-Day Reverse Rate (BI7DRR) sebagai kebijakan baru karena
dapat secara cepat mempengaruhi pasar uang dan perbankan hingga sektor riil.
Penerbitan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak, membebaskan pajak
penghasilan impor, mengurangi angsuran PPh dan sebagainya. Semua itu dilakukan
demi menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memobilisasi
pemulihan ekonomi nasional dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan
kewenangan kedua belah pihak di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat
pandemi COVID-19.

Kata Kunci : COVID-19, Kebijakan Fiskal, Moneter, Pasar


PENDAHULUAN
Penyebaran kasus COVID-19 telah terjadi selama kurun waktu satu tahun
terakhir dan melumpuhkan roda perekonomian nasional, tidak hanya berdampak
pada kesehatan tetapi juga hampir pada seluruh sektor yang menyokong
perekonomian negara. Indonesia saat ini menempati posisi pertama kasus COVID-
19 tertinggi di Asia. Data yang diperoleh dari learnbonds.com, virus corona menjadi
epidemi paling mahal dalam 20 tahun terakhir. Kerugian ekonomi akibat virus yang
menyerang sebagian daratan Tiongkok ini diproyeksikan paling besar dibandingkan
kerugian ekonomi dari Ebola.
Economic Shock Indonesia beberapa waktu lalu mulai mereda seiring dengan
kestabilan pasar domestik dan menggeliatnya beberapa sektor ekonomi, namun
masyarakat masih kurang mematuhi protokol kesehatan dan pemberlakuan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) dibeberapa daerah kurang efektif akibatnya
kasus COVID-19 terus melonjak dan ekonomi negara mengalami kemerosotan. Di
tengah ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi, Bank Indonesia
dan Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk mempererat sinergi guna
memperkuat pasar domestik dan daya saing ekspor. Gubernur BI
Perry Warjiyo dan Menteri Perdagangan Agus
Suparmanto pun meneken ‘Nota Kesepahaman’ Kerja Sama dan Koordinasi dalam
rangka Pelaksanaan Tugas dan Wewenang antara BI dan Kementerian
Perdagangan (Rabu, 30 September 2020).
Menurut Gubernur Bank Indonesia dalam bisnis.tempo.com, tiga faktor yang
dapat mendukung dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, yaitu kondisi
ekspor Indonesia yang cukup membaik, penyerapan realisasi anggaran dalam hal
ini BI dan pemerintah melakukan skema Burden Sharing untuk mempercepat
pemulihan ekonomi nasional, serta mendorong perdagangan dalam negeri
khususnya sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) melalui digitalisasi pada
sistem pembayaran. Kebijakan Fiskal dan Moneter adalah dua kebijakan yang
diterapkan di Indonesia. Keduanya memiliki pengaruh terhadap perekonomian dan
juga usaha yang sedang berkembang.
Di sisi lain pemerintah terus berupaya dalam kebijakan fiskal, dengan
merefleksikan pajak sebagai upaya dalam menciptakan kemakmuran di tengah
pandemi. Pada umunya pajak merupakan sumber penerimaan utama negara
disamping sumber daya alam (natural resources) untuk dapat melangsungkan
pembangunan guna kemakmuran masyarakat. Menurut Rochmat Soemitro pajak
merupakan jiwa negara, dan negara akan sukar pembangunannya tanpa penerimaan
dari pajak kecuali negara tersebut memiliki sumber daya alam yang cukup untuk
pembangunan kemakmuran negaranya. Namun akibat COVID-19 negara Indonesia
mengalami kemunduran dan keterlambatan ekonomi nasional, pemerintah harus rela
menanggung kerugian yang besar akibat berkurangnya penerimaan negara
khususnya dari pajak, terlebih pemerintah menginstruksikan adanya stimulus pajak
untuk karyawan dan dunia usaha (PMK 23/2020) demi tercapainya momentum
pemulihan ekonomi nasional.
Beberapa penelitian memberikan informasi bahwa kebijakan fiscal dan
moneter sejalan dengan pertumbuhan pasar domestic, akan tetapi pada masa
pandemic mengalami perubahan yang signifikan. Berikut beberapa hasil dari
penelitian terdahulu.
Analisis “Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Inflasi” oleh Ndari
Surjaningsih, DKK memberikan kesimpulan bahwa penyesuaian jangka pendek
menunjukan bahwa shock kenaikan pengeluaran pemerintah berdampak positif
terhadap out put dalam jangka pendek dibandingkan dengan pajak (April 2012).
Penelitian Dina Eva Silalahi dan Rasinta Ria Ginting dalam Strategi Kebijakan
Fiskal, memberikan kesimpulan bahwa bahwa kebijakan fiscal pemerintah untuk
mencapai penerimaan Negara yaitu merevisi target penerimaan pajak, menyusun
ulang alokasi penerimaan Negara dalam APBN 2020 dan menerapkan pajak digital
untuk kegiatan melalui media ekektronik.
Penelitian Kurnia Puteri Mirani, DKK tentang “Strategi Kebijakan Fiskal
Pemerintah dalam Meningkatkan Perekonomian Indonesia pada masa Pandemi
Covid-19” memberikan gambaran bahwa kebijakan fiskan yang di terapkan
pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Indonesia pada masa pandemic
diantaranya refocusing APBN 2020 sebagai tindakan efesiensi pengeluaran Negara
serta program insentif pajak untuk meringankan wajib pajak.
Beberapa peneoitian terdahulu diatas memberikan celah untuk dilakukan analisa
ulang dalam pemberian kebijakan fiscal suatu Negara di masa pandemic covid-19 ini,
oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti kebijakan fiscal berpengaruh terhadap
pertumbuhan pasar domestic di masa pandemic Covid-19 dengan focus peneliian
pada aspek kebijakan fiskan dan pertumbuhan pasar domestic.
Adapun hal yang akan di analisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah; apa
yang menjadi kebijakan pemerintah dalam menanggulangi fiscal dan bagaimana
pengaruh kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan pasar domestic dimasa
pandemic Covid-19.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif
yaitu upaya memahami berbagai konsep yang ditemukan dalam proses
penelitian, dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dan
riset kepustakaan (library research). Teknik content analysis merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui simpulan dari sebuah
teks. Atau dengan kata lain, analisis isi merupakan metode penelitian yang
ingin mengungkapkan gagasan penulis yang termanifestasi maupun yang
laten. Sedangkan riset kepustakaan (library research) merupakan metode
penelitian yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu adanya kajian
tentang konsep yang digunakan berdasarkan referensi yang ada, terutama dari
artikel dalam karya ilmiah. Riset kepustakaan ditujukan untuk merangkum konsep
yang dijadikan landasan pemikiran dalam sebuah penelitian (V. Wiratna Sujarweni,
2014).
Secara sederhana penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data
sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian, artikel, dan buku referensi
lainnya yang membahas tentang kebijakan pemerintah mengeai fiscal,
kebijakan pemerintah dalam menangani dan menanggulangi Covid-19 dan
perlakuan pemerintah dalam penyelamatan dan penumbuhan pasar
domestic. topik yang berkaitan dengan tema penelitian yang sedang di teliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemerintah dalam menekan dampak akibat pandemi COVID-19 berupaya
dalam memperkuat ekonomi nasional dengan kebijakan-kebijakan fiskal yang
ditempuh dan bersinergi dengan otoritas moneter guna menstabilkan perekonomian.
Dampak wabah COVID-19 sangat mempengaruhi perekonomian negara-negara
diseluruh dunia. Ekonomi global Indonesia dipastikan melambat menyusul penetapan
dari World Health Organization (WHO) yang menyebutkan wabah corona sebagai
pandemi yang mempengaruhi aspek global. Indonesia mencoba melakukan berbagai
upaya untuk menekan dampak virus corona terhadap industri. Beberapa stimulus
ekonomi diluncurkan, bahkan presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak untuk
melakukan social distancing termasuk work from home (WFH) dan beberapa kepala
daerah memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar.
Dampak dari pandemi COVID-19 terhadap perekonomian dan kebijakan
pemerintah Indonesia seperti perusahaan manufaktur otomotif dibawah tekanan
besar karena ketergantungan mereka pada rantai pasokan global sehingga
menghambat proses produksi, Industri Garment yang memberlakukan sistem
pengurangan kepadatan karyawan dengan cara dua pekan kerja dan dua pekan libur
guna mengurangi penyebaran virus corona, tentu hal ini berdampak pada
menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa mengalami kerugian yang berujung
PHK, Sektor pariwisata dan penerbangan yang sepi penumpang dikarenakan adanya
kebijakan social distancing, serta ritel non makanan yang sepi pengunjung, Industri
perfilman yang mengurangi proses syuting, industri media dan pers yang terhambat
mencari konten dan berita, Industri sektor jasa hanya sedikit hambatan yaitu orderan
jasa yang menurun akan tetapi masih bisa diatasi dan tidak terlalu terpengaruh.

Kebijakan Fiskal Terkait Pandemi Covid-19


Sehubungan dengan semakin luasnya penyebaran wabah COVID-19 yang
telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020,
maka pemerintah mengambil langkah-langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan
sinergi antar Kementerian atau Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan
refocussing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam
rangka percepatan penanganan COVID-19, dengan menginstruksikan kepada para
Menteri, Gubernur, hingga Bupati/Walikota seluruh Indonesia dalam Inpres Nomor 4
Tahun 2020 untuk :
1. Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-
kegiatan yang mempercepat penanganan COVID-19. Refocussing kegiatan,
dan realokasi anggaran dengan mengacu kepada protokol penanganan
COVID-19 di Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah dan rencana
operasional percepatan penanganan yang ditetapkan oleh Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19;
2. Mempercepat refocussing kegiatan dan realokasi anggaran melalui
mekanisme revisi anggaran dan segera mengajukan usulan revisi anggaran
kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannya;
3. Untuk mendukung percepatan penanganan dengan mempermudah dan
memperluas akses sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang 'dan Jasa Pemerintah, dan Peraturan Presiden Nomor 17
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Dalam
Keadaan Tertentu;
4. Mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam rangka
percepatan penanganan dengan melibatkan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah serta Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
5. Melakukan pengadaan barang dan jasa alat kesehatan dan alat kedokteran
untuk penanganan dengan memperhatikan barang dan jasa sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan;
6. Khusus kepada Menteri Keuangan untuk memfasilitasi proses revisi anggaran
secara cepat, sederhana, dan akuntabel. Menteri Dalam Negeri untuk
mengambil langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka percepatan penggunaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau perubahan peraturan
kepala Daerah tentang penjabaran APBD untuk percepatan penanganan
COVID-19 kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat untuk melakukan percepatan penyiapan dan
pembangunan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka penanganan.
Menteri Kesehatan untuk mempercepat pemberian registrasi alat kesehatan
dan alat kedokteran yang belum memiliki nomor registrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan untuk melakukan pendampingan dan
pengawasan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan terhadap akuntabilitas keuangan negara. Serta Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk melakukan
pendampingan pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa.

Kebijakan-kebijakan lain yang ditempuh pemerintah terkait Pandemi COVID-


19 diantaranya pajak penghasilan ditanggung pemerintah. Penghasilan teratur yang
diterima oleh pegawai berpenghasilan 200 juta rupiah setahun yang bekerja pada
perusahaan yang terdampak pandemi COVID-19 mendapat fasilitas pajak
penghasilan pasal 21 (PPH 21) ditanggung pemerintah. Dalam peraturan menteri
keuangan No. 23/PMK.03/2020 perusahaan yang terdampak pandemic COVID-19
merupakan perusahaan yang terdaftar pada 440 KLU (Klasifikasi Lapangan Usaha)
tertentu dan perusahaan yang telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE
(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor). Kelonggaran membayar kredit untuk kelompok
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diantaranya kelonggaran membayar
kredit hingga 1 tahun. Serta subsidi listrik kepada pelanggan PLN ditengah pandemic
COVID-19. Kebijkan tersebut sudah mulai diberlakukan sejak 1 april, dan diharapkan
semua pelanggan yang berhak mendapatkan subsidi listrik bisa mengakses subsidi
listrik tersebut. PLN sudah berhasil menyediakan listrik gratis atau diskon untuk 8,5
juta pelanggan prabayar atau yang menggunakan token. Rincian pelanggan yang
berhak yaitu sebanyak 24 juta pelanggan rumah tangga 450 VA mendapatlan listrik
gratis. Selanjutnya, 7 juta rumah tangga 900 VA bersubsidi mendapat diskon
pembayaran listrik 50% selama tiga bulan. Kebijakan ini diperuntukkan bagi rakyat
miskin.
Pada 31 Maret 2020, Presiden RI menerbitkan Peraturan Pemerintah
pengganti UU nomor 1 tahun 2020 (PERPPU 01/2020) tentang kebijakan keuangan
negara dan stabilitas sistem keuangan untuk penanganan COVID-19 dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional stabilitas sistem
keuangan. Pada 3 April 2020, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden (PERPRES)
nomor 54 tahun 2020 tentang perubahan postur rincian dan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) tahun 2020. PERPRES ini merupakan tindak lanjut
dari PERPPU Nomor 1 tahun 2020. Namun beberapa kementrian mengalami
peningkatan anggaran, seperti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kementrian. Kebijakan fiskal dan insentif pajak senilai Rp. 70,1 triliun diperuntukan :
1. Relaksasi batas maksimal defisit APBN (sebelumnya sebesar 3%)
diberlakukan pada tahun 2020, 2021, dan 2022 diprediksi defisit APBN tahun
ini adalah 5,07 %;
2. PPH 21 pekerja sektor industri pengolahan dengan penghasilan maksimal 200
juta setahun ditanggung pemerintah 100%;
3. Pembebasan PPH impor untuk 19 sektor tertentu, wajib pajak KITE dan wajib
pajak KITE industri kecil menengah;
4. Pengurangan PPH 25 sebesar 30% untuk sektor tertentu KITE dan wajib
pajak KITE industri kecil menengah;
5. Restitusi PPN dipercepat bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga likuiditas
pelaku usaha.
6. Penundaan pembayaran pokok dan bunga untuk semua skema kredit usaha
rakyat (KUR) yang terdampak COVID-19 selama 6 bulan.
7. Penurunan tarif PPH badan menjadi 22% untuk tahun 2020 dan 2021 serta
menjadi 20% mulai tahun 2022.
8. Dukungan lainnya dari pembiayaan anggaran untuk mendukung pemulihan
ekonomi.
Kebijakan perdagangan ekspor-impor melalui penyederhanaan larangan
terbatas ekspor, penyederhanaan larangan terbatas (lartas impor), dan percepatan
layanan proses ekspor–impor melalui nasional logistik ekosistem (NLE) yang menjadi
sistem yang mendukung mata rantai pasokan aktivitas ekspor, impor
serta logistik domestik. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh wabah ini ternyata ada
sisi baiknya, yaitu meningkatnya daya beli barang lokal dikarenakan pemerintah
sudah melarang barang impor selama wabah ini masih berlangsung. Berbagai
bantuan dari program pemerintah untuk membantu masyarakat yang terdampak dan
polusi udara menurun akibat kurangnya kendaraan yang disebabkan oleh social
distancing dan lain sebagainya.

Kebijakan Moneter Terkait Pandemi COVID-19


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020
memutuskan untuk mempertahankan BI 7 - Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR). Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah
dan stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk mendukung pemulihan
ekonomi. Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai
kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional,
melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman COVID-A9, akselerasi
stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran,
melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi
digitalisasi ekonomi dan keuangan. Di samping kebijakan tersebut, Bank Indonesia
menempuh pula langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan
fundamental dan mekanisme pasar;
2. Memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung stance kebijakan
moneter akomodatif;
3. Memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong
peningkatan kredit/pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas dalam rangka
pemulihan ekonomi nasional di tengah terjaganya ketahanan sistem
keuangan;
4. Mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan
komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan dengan koordinasi
bersama OJK (Otoritas Jasa Keuangan);
5. Memperkuat pendalaman pasar uang melalui perluasan underlying DNDF
(Domestic non Delivery Forward) guna meningkatkan likuiditas dan penguatan
JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) sebagai acuan dalam
mekanisme penentuan nilai tukar di pasar valas;
6. Memperkuat koordinasi pengawasan perbankan secara terpadu antara Bank
Indonesia, OJK dan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) dalam rangka
mendukung stabilitas sistem keuangan;
7. Mempercepat transformasi digital dan sinergi untuk memperkuat momentum
pemulihan ekonomi melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran dan
percepatan implementasi blueprint, yaitu Sistem pembayaran Indonesia 2025;
8. Memperpanjang kebijakan Merchant Discount Rate QRIS (QR Code
Indonesia Standard) sebesar 0 persen untuk merchant usaha mikro sampai
dengan 31 Maret 2021;
9. Memperkuat dan memperluas implementasi elektronifikasi dan digitalisasi,
baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan
Perluasan Digitalisasi Daerah;
10. Mendorong inovasi dan pemanfaatan teknologi serta kolaborasi perbankan
dengan fintech melalui percepatan implementasi sandbox 2.0, antara lain
meliputi regulatory sandbox, industrial test, innovation lab dan start up.
Kedepannya Bank Indonesia terus mengarahkan seluruh instrumen kebijakan
untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, dengan tetap menjaga terkendalinya
inflasi dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah, serta mendukung stabilitas sistem
keuangan. Koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK) terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Fokus
koordinasi kebijakan diarahkan pada mengatasi permasalahan sisi permintaan dan
penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia
usaha pada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dalam
rangka pemulihan ekonomi nasional. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 18-19 Mei 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day
Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 4,50% (BI2020a).

Tabel 1. Data BI 7-Day Rate Sejak 23 Januari 2020


Tanggal BI 7 Day
19 Agustus 2020 4.00%
16 Juli 2020 4.00%
18 Juni 2020 4.25%
19 Mei 2020 4.50%
14 April 2020 4.50%
19 Maret 2020 4.50%
20 Februari 2020 4.75%
23 Januari 2020 5.00%
Sumber: Bank Indonesia

Dalam Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I 2020 Bank Indonesia,


disebutkan pertimbangan pertimbangan keputusan untuk mempertahankan B17DRR,
antara lain:
1. Pandemi COVID-19 menurunkan pertumbuhan ekonomi dunia, sementara
pengaruhnya terhadap ketidakpastian pasar keuangan dunia mulai mereda.
Sejalan meluasnya pandemi COVID-19 dan disertai berbagai upaya
penanggulangan pembatasan aktivitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi
triwulan I – 2020 di banyak negara di dunia menurun tajam;
2. Pandemi COVID-19 juga telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I -2020 melambat dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Penurunan terutama berasal dari
melambatnya ekspor jasa, khususnya pariwisata, konsumsi non makanan,
dan investasi dengan sektor yang paling terdampak terjadi di sektor
perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor industri pengolahan, sektor
konstruksi, dan sub-sektor transportasi;
3. Ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia tetap baik. Defisit transaksi
berjalan teriwulan I -2020 menurun menjadi di bawah 1,5% PDB (Produk
Domestik Bruto) dari 2,8% PDB pada triwulan IV-2019. Kondisi ini dipengaruhi
menurunnya impor sejalan melambatnya permintaan domestik, sehingga
meminimalkan dampak berkurangnya ekspor alibat kontraksi pertumbuhan
ekonomi dunia. Sementara itu, transaksi modal dan finansial mengalami
penurunan signifikan karena besarnya aliran modal keluar akibat kepanikan
pasar keuangan global terhadap pandemi COVID-19. Aliran masuk modal
asing kembali membaik mulai april 2020 didorong meredanya ketidakpastian
pasar keuangan global serta tingginya daya saing asset keuangan domestik
dan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia;

Nilai tukar rupiah pada 16 Desember 2020 menguat secara merata, meskipun
melemah terbatas secara point to point dibandingkan dengan level November 2020.
Perkembangan nilai tukar rupiah yang terjaga didorong peningkatan aliran masuk
modal asing ke pasar keuangan domestik seiring dengan menurunnya ketidakpastian
pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan
perekonomian domestik. Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai
tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar,
melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
Inflasi inti tetap rendah sejalan dengan pengaruh permintaan domestik yang
belum kuat, konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi
inflasi pada kisaran target, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga. Sementara itu,
inflasi kelompok volatile food meningkat terutama karena faktor musiman akibat
kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berlalunya musim panen serta
harga komoditas global yang meningkat. Inflasi kelompok administered prices juga
meningkat didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara di tengah deflasi komoditas
tarif listrik sejalan kebijakan penyesuaian tarif.
Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk pendanaan APBN (Anggaran
pendapatan Belanja Negara) Tahun 2020 melalui pembelian SBN (Surat Berharga
Negara) dari pasar perdana dalam rangka pelaksanaan UU No.2 Tahun 2020, baik
berdasarkan mekanisme pasar maupun secara langsung, sebagai bagian upaya
mendukung percepatan implementasi program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional),
dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Sampai dengan 15 Desember 2020,
Bank Indonesia telah membeli SBN di pasar perdana melalui mekanisme pasar
sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Indonesia tanggal 16 April 2020, termasuk dengan skema lelang utama, Greenshoe
Option (GSO) dan Private Placement. Dengan sinergi ini, Pemerintah dapat lebih
memfokuskan pada upaya akselerasi realisasi APBN tahun 2020 untuk mendorong
pemulihan perekonomian nasional.
Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif,
serta memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, KSSK,
perbankan dan dunia usaha untuk mengatasi permasalahan sisi permintaan dan
penawaran dalam penyaluran kredit atau pembiayaan dari perbankan kepada dunia
usaha pada sektor-sektor prioritas. Transaksi Sistem Pembayaran baik tunai maupun
nontunai menunjukkan peningkatan sejalan dengan perbaikan ekonomi, disertai
dengan percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan. Uang Kartal yang Diedarkan
(UYD) pada November 2020 tumbuh seiring dengan membaiknya aktivitas ekonomi.
Transaksi ekonomi dan keuangan digital juga tumbuh positif sejalan dengan
penggunaan platform dan instrumen digital di masa pandemi, serta kuatnya
preferensi dan akseptasi masyarakat akan transaksi digital. Demikian pula dengan
volume dan nilai transaksi digital banking yang tumbuh positif pada Oktober 2020.
Bank Indonesia memprakirakan tren digitalisasi akan terus berlanjut didukung
dengan integrasi ekosistem fintech. Selanjutnya, kebijakan Sistem Pembayaran
diarahkan kepada penguatan momentum pemulihan ekonomi nasional, sinergi
dengan pemerintah dan otoritas lainnya, serta perluasan akseptasi digital di seluruh
wilayah Indonesia.
Sektor pangan perlu pernguatan sektor domestik, karena pandemi COVID-19
telah mengoyak sendi perekonomian Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan oleh
kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan PDB sektor pertanian kuartal III tumbuh positif. Sementara lima sektor
utama lainnya justru bertumbuh negatif. Berdasarkan fakta tersebut, Kamar Dagang
dan Industri (Kadin) Indonesia menilai sektor pertanian dan pangan bisa menjadi
kunci pendorong pemulihan ekonomi nasional. Agar sektor pangan dapat
berkembang perlu adanya langkah dan kebijakan untuk memaksimalkan kekuatan
pasar domestik menjadi strategis, baik dari sisi permintaan maupun suplai. Dari sisi
permintaan, daya beli masyarakat perlu didorong. Adapun dari sisi suplai perlu
terobosan untuk mensubstitusi komoditas pangan impor melalui peningkatan
produksi dalam negeri, seperti daging sapi, sayuran dan buah-buahan. Faktor suplai
dan permintaan perlu dikelola agar terjadi keberlanjutan produksi di sektor pertanian
sehingga harga komoditasnya stabil dan kesejahteraan petani meningkat.

Mempererat Sinergi untuk Memperkuat Pasar Domestik


Ditengah ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi COVID-19, Bank
Indonesia dan Kementrian Perdagangan berkomitmen untuk mempererat sinergi
guna memperkuat pasar domestik dan daya saing ekspor. Terdapat tiga sektor yang
dapat mendukung, membantu, dan mendorong, pemulihan ekonomi nasional (30
september 2020).
Sementara itu, Kementrian Perdagangan menyampaikan bahwa kerjasama
dengan BI merupakan upaya pemerintah menjaga stabilitas pasar dalam negeri dan
meningkatkan ekspor untuk membantu pemulihan ekonomi di masa pandemik
COVID-19. Kerjasama ini juga menjadi salah satu upaya mengakomodasi peraturan
pemerintah Nomor 5 tahun 2020 tentang sistem informasi perdagangan. Nantinya,,
Kementerian Perdagangan akan besinergi dengan Bank Indonesia dalam
pengelolaan data dan informasi di bidang perdagangan. Sistem infomasi
perdagangan yang terintegrasi akan digunakan untuk mendukung kebijakan dan
pengendalian perdagangan. Selain itu, sinergi pengelolaan data dan informasi di
bidang perdagangan ini juga akan menjawab amanat undang-undang Nomor 7 tahun
2014 tentang perdagangan.
Dalam KONTAN.CO.ID Bank Indonesia dan Kementerian Perdagangan
mempererat sinergi untuk memperkuat pasar dalam negeri dan meningkatkan daya
saing sektor perdagangan luar negeri. Sinergi ini diperkuat lewat penandatanganan
nota kesepahaman kerjasama dan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas dan
wewenang yang dilakukan Gubernur BI Perry Warjiyo dan Menteri Perdagangan
Agus Suparmanto, Rabu (30/9). Penguatan kerjasama dalam optimalisasi koordinasi
pelaksanaan tugas dan wewenang masing-masing lembaga juga diharapkan mampu
mendukung pengendalian inflasi dan memperbaiki neraca transaksi berjalan, yang
akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ada juga perumusan posisi Indonesia dalam kerjasama perdagangan
internasional, penerapan kebijakan sistem pembayaran, perumusan, pelaksanaan,
dan pengembangan UMKM, perumusan dan pelaksanaan kebijakan perlindungan
konsumen, pengembangan ekonomi syariah di sektor perdagangan, dan
pengembangan kompetensi sumber daya manusia. Nota kesepahaman tersebut
berlaku untuk lima tahun ke depan dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan BI
dan Kementerian Perdagangan.

PENUTUP
Hasil analisis yang di dapat dari kajian tersebut adalah bahwa pemerintah
melalui Bank Indonesia berusaha merumuskan berbagai langkah kebijakan
stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar,
memperkuat strategi operasi moneter, mendorong penngkatan kredit / pembiayaan
pada sector prioritas, mendorong penurunan suku bunga, memperkuat pendalaman
pasar uang, memperkuat pengawasan perbankan secara terpadu antara BI, OJK dan
LPS, memperpanjang kebiakan merchant Discount Rate, memperluas inplementasi
transaksi digital dan mendorong pemanfaatan teknologi kolaborasi fintack.
Selanjutnya, untuk pengembangan pasar domestic pemerintah berupaya
mendorong Kemenrtian Perdagangan untuk melakukan kerjasama dengan BI dalam
upaya pemerintah menjaga stabilitas pasar dalam negeri dan terjadinya peningkatan
ekspor untuk membantu pemulihan ekonomi di masa pandemic. Selain itu
inplementasi Undang-undang No 7 Tahun 2014 tentang perdagangan sanat
menentukan guna terjadinya singkronisasi pengelolaan data dan informasi bidang
perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] F. C. S. Adiyanta, “Menakar Esensi Pajak sebagai Instrumen untuk Menjamin


Kesejahteraan Umum di Masa Pandemi Covid-19,” Adm. Law Gov. J., vol. 3,
no. 4, pp. 719–732, 2020.
[2] F. S. Adiyanta, “Fleksibilitas Pajak sebagai Instrumen Kebijaksanaan Fiskal
untuk Mengantisipasi Krisis Ekonomi sebagai Akibat Dampak Pandemi Covid-
19,” Adm. Law Gov. J., vol. 3, no. 1, pp. 162–181, 2020.
[3] I. Aini, “Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam,” Al-Qisthu J. Kaji. Ilmu-ilmu
Huk., vol. 17, no. 2, pp. 43–50, 2019.
[4] A. Fathurrahman, “Kebijakan Fiskal Indonesia Dalam Perspektif Ekonomi
Islam: Studi Kasus Dalam Mengentaskan Kemiskinan,” J. Ekon. Stud.
Pembang., vol. 13, no. 1, pp. 72–82, 2012.
[5] Imamudin Yuliadi, “Teori Ekonomi Makro Pendekatan Ekonomi Islam,” vol. 53,
no. 9, pp. 1689–1699, 2016.
[6] K. P. Mirani, A. N. Margareth, N. Cahyarani, and A. Maulana, “STRATEGI
KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19” vol. 5, no.
2, 2021.
[7] A. Jaelani, “RELASI NEGARA DAN PASAR BEBAS DALAM MEWUJUDKAN
KEADILAN EKONOMI: Analisis Sejarah Keuangan Publik Islam,” Al-Mustashfa
J. Penelit. Huk. Ekon. Syariah, vol. 3, no. 2, p. 169, 2018.
[8] A. K. P. Khoerulloh Gita; Sya’adah, Neng Sri Astuti; Amirudin, Anggi, “INFLASI
DAN BI 7-DAY REPO RATE: FAKTOR PENENTU PROFITABILITAS BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA,” Maro J. Ekon. syariah dan Bisnis, no. Vol 3,
No 1 (2020), pp. 37–47, 2020.
[9] M. Khoiri Abdi and N. Febriyanti, “Penyusunan Strategi Pemasaran Islam
dalam Berwirausaha di Sektor Ekonomi Kreatif Pada Masa Pandemi Covid-19,”
El-Qist J. Islam. Econ. Bus., vol. 10, no. 2, pp. 160–178, 2020.
[10] OJK, “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 Tentang
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah,” pp. 1–
46, 2016.
[11] Wasiaturrahma, “Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Penerimaan Negara
dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,” J. Ekon. dan Bisnis, vol. 7, no. 2, pp.
91–99, 2013.
[12] Yenti Sumarni, “Pandemi Covid-19: Tantangan Ekonomi Dan Bisnis,” J. Ekon.
dan Perbank. Syariah, vol. 6, no. 2, pp. 46–58, 2020.

Anda mungkin juga menyukai