Dynamic Programming 6
Dynamic Programming 6
Dynamic Programming (selanjutnya disebut “DP” saja) merupakan salah satu teknik
perancangan algoritma yang dikembangkan untuk menyelesaikan permasalahan yang sangat
kompleks dengan memecah permasalahan tersebut menjadi banyak sub-permasalahan.
Perbedaan utama DP dengan Divide and Conquer (selanjutnya disebut “D&C”) adalah pada DP
kita menggunakan kembali hasil kalkulasi sub-masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Apa
artinya?
Untuk mempermudah penjelasan, mari kita selesaikan masalah sederhana yang telah kita bahas
berkali-kali: perhitungan bilangan fibonacci. Algoritma untuk menyelesaikan perhitungan
fibonacci secara naif adalah seperti berikut:
def fibonacci(n):
if n <= 2:
hasil = 1
else:
hasil = fibonacci(n - 1) + fibonacci(n - 2)
return hasil
Algoritma fibonacci sederhana seperti di atas dapat dikatakan sebagai algoritma D&C, karena
kita membagikan perhitungan fibonacci ke dua fungsi fibonacci, sampai didapatkan nilai hasil
terkecilnya. Pemanggilan fungsi fibonacci di atas dapat digambarkan seperti berikut:
Misalnya, kita dapat menyimpan hasil kalkulasi dari fungsi fibonacci tersebut pada sebuah
dictionary, seperti berikut:
memo = dict()
def fibonacci_dp(n):
if n in memo.keys():
return memo[n]
elif n <= 2:
hasil = 1
else:
hasil = fibonacci_dp(n - 1) + fibonacci_dp(n - 2)
memo[n] = hasil
return hasil
Dengan menyimpan hasil kalkulasi dari fungsi yang telah ada, maka proses pemanggilan fungsi
akan menjadi seperti berikut:
Seperti yang dapat dilihat, pohon pemanggilan fungsi terpotong setengahnya! Tentunya
perhitungan fibonacci akan menjadi sangat efisien dengan menggunakan fungsi yang baru ini.
Pendekatan lain dalam menghitung fibonacci lagi, yang masih adalah DP, yaitu dengan
menghitung nilai fibonacci dari bawah pohon (pada kode sebelumnya kita melakukan
perhitungan dari atas pohon):
def fibonacci_dp_bu(n):
memo = dict()
for i in range(1, n + 1):
if i <= 2:
hasil = 1
else:
hasil = memo[i - 1] + memo[i - 2]
memo[i] = hasil
return memo[n]
Untuk melihat efek langsung dari ketiga fungsi tersebut, coba jalankan ketiga fungsi tersebut
untuk n yang sama, dan lihat perbedaan waktu eksekusinya! Sebagai latihan tambahan, hitung
juga kompleksitas dari ketiga fungsi perhitungan fibonacci tersebut.
Mari kita rangkum hal yang telah kita pelajari mengenai DP sejauh ini:
Pada aplikasi pengolah kata seperti Microsoft Word, biasanya terdapat fitur untuk menentukan
kemerataan teks yang ada pada paragraf, seperti yang nampak pada gambar di bawah:
Fitur Pemerataan Teks pada Microsoft Word
Bagaimana kita menentukan kemerataan teks? Secara umum, kemerataan sebuah teks ditentukan
oleh beberapa hal berikut:
1. Ukuran dari halaman, yang tentunya akan mempengaruhi berapa lebar maksimal dari
sebuah teks.
2. Ukuran setiap kata yang ada dalam teks, untuk menghitung berapa banyak kata yang
dapat dimasukkan ke dalam satu baris teks.
3. Ukuran spasi dalam teks, seperti ukuran kata, untuk menghitung jumlah kata yang dapat
dimasukkan ke dalam teks.
4. Ukuran karakter-karakter khusus seperti ”!”, ”?”, ”,”,”.”, dan lainnya. Meskipun biasanya
berukuran kecil, karakter khusus tetap berperan dalam mengisi ruang tulisan.
Dengan melakukan kalkulasi sederhana dari teks, tentunya kita bisa saja melakukan pemerataan
teks dengan mudah. Misalnya, untuk menghitung total teks yang dapat masuk ke dalam sebuah
baris tulisan, kita dapat menggunakan persamaan berikut:
\[\text{ukuran halaman} \gets \text{total ukuran kata} + \text{total ukuran spasi} + \text{total
ukuran simbol}\]
Sehingga untuk membuat sebuah teks menjadi rata penuh (justified) kita dapat memasukkan
setiap kata, spasi, dan simbol satu demi satu sampai kita memenuhi sebuah baris. Jika kata
selanjutnya tidak lagi memiliki ukuran yang cukup, maka kita dapat menambahkan spasi di
tengah-tengah kata sebelumnya sampai baris penuh, dan lalu berpindah baris.
Secara sederhana, algoritma naif untuk melakukan rata penuh teks adalah seperti berikut:
1. Ambil satu elemen dalam teks, baik berupa kata, simbol, maupun spasi. Masukkan
elemen ini ke dalam baris.
2. Hitung ukuran baris sekarang.
3. Ambil satu elemen lagi dalam teks, dan hitung ukurannya.
4. Tambahkan ukuran baris sekarang dengan ukuran elemen berikutnya. Hasil pengukuran
ini selanjutnya akan disebut “Ukuran Baris Selanjutnya” atau UBS.
5. Cek nilai UBS:
1. Jika UBS masih lebih kecil dari lebar halaman, kembali ke langkah 1
2. Jika UBS sudah lebih dari lebar halaman:
1. Tambahkan spasi di antara setiap kata dalam baris sampai ukuran baris sama
dengan lebar halaman.
Secara kasar, algoritma di atas dapat diimplementasikan seperti kode berikut (yang jelas tidak
dapat dijalankan):
lines = [[next]]
current_line = 0
while(!text.empty()):
while(next_total_size < page_size):
total_size = next_total_size
next = text.get_next()
lines[current_line].push(next)
next_total_size = total_size + next.size()
current_line = current_line + 1
Hasil algoritma di atas kurang optimal, karena ketika terdapat kata-kata yang panjang dalam
sebuah kalimat, kita terpaksa harus memotong baris terlalu cepat, dan akhirnya menambahkan
banyak spasi. Contoh eksekusi dari algoritma di atas dapat dilihat pada gambar berikut:
Hasil Algoritma Pemerataan Teks Sederhana
Berdasarkan algoritma sebelumnya yang kita kembangkan, dapat dilihat bagaimana optimasi dari
rata penuh sebuah teks terdapat pada kapan kita melakukan pergantian baris. Jika kita mengganti
baris terlalu cepat (jumlah kata masih sedikit), maka secara otomatis kita harus menambahkan
banyak spasi, yang menyebabkan teks tidak enak dilihat. Untuk mendapatkan jumlah kata yang
optimal dalam sebuah baris, kita akan melakukan perhitungan tingkat “keburukan” sebuah kata
dalam teks, jika kata tersebut dijadikan pengganti baris. Kita kemudian dapat mencari tingkat
keburukan setiap kata yang ada dalam teks, dan mengambil kata yang memiliki tingkat
keburukan terendah sebagai tanda berganti baris.
Pengukuran tingkat keburukan teks sendiri tentunya ditentukan oleh jumlah ruang kosong yang
ada dari teks sampai ke ujung halaman. Misalnya, pada gambar di bawah kita dapat melihat
contoh ruang kosong dari teks sampai ke ujung halaman:
Tingkat Keburukan Teks
Pada gambar di atas, blok berwarna merah berarti tingkat keburukannya tinggi, dan blok
berwarna hijau berarti tingkat kebukurannya rendah. Untuk mendapatkan nilai keburukan yang
paling kecil dalam sebuah teks, tentunya kita harus menghitung seluruh kombinasi nilai
keburukan dari elemen-elemen yang ada dalam teks. Perhitungan kombinasi nilai keburukan ini
tentunya merupakan masalah yang tepat untuk algoritma DP, karena setiap perhitungan nilai
keburukan pada dasarnya adalah sebuah sub-masalah!
Jadi sekarang kita telah menemukan sub-masalahnya: mencari nilai keburukan dari sebuah
elemen. Bagaimanakah kita dapat menggunakan teknik DP untuk menyelesaikan masalah ini?
Ketika menghitung kombinasi dari nilai keburukan dari setiap elemen, secara tidak langsung kita
akan membangun sebuah Directed Acyclic Graph, seperti yang tampak pada gambar berikut:
dengan setiap \(k\) merepresentasikan tingkat keburukan dari elemen tersebut. Menggunakan
informasi tersebut, kita dapat mencari nilai minimal dari total seluruh nilai keburukan yang ada
pada sebuah teks untuk mendapatkan titik penggantian baris yang paling tepat. Untuk
merangkum, berikut adalah langkah-langkah untuk algoritma yang sedang kita kembangkan:
Perhitungan nilai keburukan sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sederhana
berikut:
\[\begin{split}keburukan(i, j) = \begin{cases} \text{ukuran baris} > \text{lebar halaman} & \
infty \\ (\text{lebar halaman} - \text{ukuran baris})^3 \end{cases}\end{split}\]
dengan \(i\) dan \(j\) sebagai awal dan akhir dari kata yang ingin dihitung tingkat keburukannya.
Jika dijadikan kode program, algoritma tersebut dapat dituliskan seperti berikut:
s = dict()
return s
Perlu dicatat bahwa kode di atas belum mengikut sertakan spasi dalam perhitungan, dan juga
belum membangun kembali baris-baris yang telah dipecah menjadi sebuah teks (paragraf).
Kesimpulan
Secara sederhana, teknik DP dapat dikatakan adalah sebuah teknik brute force yang pintar. Kita
memecah-mecah masalah menjadi sub-masalah, dan menyelesaikan seluruh sub-masalah
tersebut. Perbedaan utama dari DP dengan D&C adalah DP melakukan penyimpanan hasil
penyelesaian sub-masalah sehingga kita tidak perlu menyelesaikan sub-masalah yang sama
berulang kali.