Metodologi Studi Islam
Metodologi Studi Islam
Metodologi Studi Islam
Azzam khoiruman
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini terselesaikan dengan baik.
Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi salah tugas
terstruktur dalam mata kuliah “Akuntansi I” Dalam
upaya penyelesain makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima
kasih kepada Bapak Fahri Reza, S.E., M.AK., CIRB selaku dosen pengampu pada
mata kuliah “Akuntansi I” dan atas bimbingan beliau penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari meskipun dalam penulisan makalah ini telah diupayakan
semaksimal mungkin, tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang
tidak disengaja. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun adalah suatu
kehormatan untuk kesempurnaan penulisan makalah ini kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan khususnya
bagi penulis, serta memperoleh ridho Allah SWT semata. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia selama ini berjalan secara dualisme pendidikan (Umum danagama),
terjadi pemisahan antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini terjadi sejak pemerintahan
kolonial Balanda memperkenalkan sistem pendidikan yang bersifat sekuler, sementara
pendidikan Islam yang diwakili oleh pesantren tidak memperhatikan pengetahuan umum,
sampai Indonesia merdeka, meskipun pada awal kemerdekaan masih mewarisi sistem
pendidikan yang bersifat dualistis. Pendidikan Islam di Indonesia dalam sejarah penjangnya,
mulai pada masa penajajahan sampai Indonesia merdeka menghadapi berbagaipersoalan dan
kesenjangan dalam berbagai aspek, berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum,
tujuan, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam.
Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat muslim
Indonesia, di samping karena besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong
umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendatipun dalam sistem yang masih sangat
sederhana, dimana pengajaran diberikan dengan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-
tempat ibadah semacam masjid, mushala, bahkan juga di rumah-rumahulama. Kebutuhan
terhadap pendidikan mendorong masyarakat Islam di Indonesia mengadopsi dan mentransfer
lembaga keagamaan dan sosial yang sudah ada (indigenous religious ada social institution) ke
dalam lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Di Jawa umat Islam mentransfer lembaga
keagamaan Hindu-Budha menjadi pesantren, umat Islamdi Minangkabau mengambil alih
surau sebagai peninggalan adat masyarakat. setempat menjadi lembaga pendidikan Islam, dan
demikian pula masyarakat Aceh dengan mentransfer lembaga masyarakat meunasah sebagai
lembaga pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah,belum ditemukan data sejarah, kapan pertama sekali
berdirinya pesantren,ada pendapat mengatakan bahwa pesantren telah
tumbuh sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, sementara yang lain
berpendapat bahwa pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan
Maulana Malik Ibrahim dipandang senangi orang yang pertama mendirikan
pesantren. Inti dari pesantren itu adalah pendidikan ilmu agama, dan sikap
beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata-mata pelajaran
agama. Pada tingkat dasaranak didik baru diperkenalkan tentang dasar
agama, dan Al-Qur’an Al- Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat
anak didik telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan kitab-
kitab klasik. Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan menjadi tingkat dasar,
tingkat menengah dan tinggi.
4. Surau
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, surau diartikan tempat (rumah) umat
Islammelakukan
ibadahnya (bersembahyang, mengaji, dan sebagainya) pengertian ini apabila
dirinci mempunyai arti bahwa surau berati suatu tempat bengunan kecil
untuk tempat shalat, tempat belajar mengaji anak-anak, tempat wirid
(pengajian agama) bagi orang dewasa. Surau berfungsi sebagai lembaga sosial
budaya, adalah fungsinya sebagai tempat pertemuan para pemuda dalam
upaya mensosialisasikan diri mereka. Selaindari itu surau juga berfungsi
sebagai tempat bersinggahan dan peristirahatan para musafir yang sedang
menempuh perjalanan. Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya
dengan sistem pendidikan di Pesantren. Murid tidak terikat dengan sistem
administrasi yang ketat, Syekh atau Guru mengajar dengan murid yang
berpindah ke surau lain apabila dia telah merasa cukup memperoleh ilmu di
surau terdahulu. Surau berfungsi sebagai lembaga sosial buadaya adalah
fungsinya sebagai tempat pertemuan para pemuda dalam upaya
mensosialisasikan diri mereka. Selain dari itu surau juga berfungsi sebagai
tempat persinggahan dan peristirahatan para musafir yang sedang
menempuh perjalanan. Dengan demikian surau mempunyai multifungsi.
Dengan masuknya islam, surau juga mengalami proses islamisasi.Fungsinya
sebagai tempat penginapan anak-anak
bujang tidak berubah, tetapi fungsinya diperluas seperti fungsi masjid, yaitu
sebagai tempat belajar membaca Al-Qur’an dan dasar-dasar agama dan
tempat ibadah.
BAB III
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Daud Yusri. (2021). Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10
No.2, Edisi Juli- Desember 2021.
Djalil, Muslim A. Meunasah sebagai lembaga Pendidikan Tradisional Islam di
Aceh(Artikelilmiah).
H.Mahmud Yunus. (1985). Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Hidakarya
Agung.Jakarta.
Hasnida. (2017). Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam pada Masa
Prakonoloniaslisme dan Masa Kolonialisme.Kordinat. Vol. XVI No.2 Tahun
2017.
Ibrahim M.(1991). Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta:
CV. Tumaritis.
M. Arifin. (1991). Ilmu pendidikan Islam.Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner.Jakarta: Bumi Aksaea.
Mansur. (2004). Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah.([t.c]; Jogjakarta:
Global Pustaka Utama.
Marwan Saridjo dkk. (1982). Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta:
Dharma Bhakti. Ulum.(2018). Nukhbatul.Jurnal Bidang Kajian Islam, Vol. 4,
No.2 Tahun 2018.
Yunus, Mahmud. (1985). Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Hidakarya
Agung. Jakarta.
Zuharini dkk. (2008). Sejarah Pendidikan Islam.PT. Bumi Aksar. Jakarta.