MAKALAH Menerapkan Dan Menganalisis Model Desain Pada Kurikulum Merdeka
MAKALAH Menerapkan Dan Menganalisis Model Desain Pada Kurikulum Merdeka
MAKALAH Menerapkan Dan Menganalisis Model Desain Pada Kurikulum Merdeka
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufikdan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentukmaupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salahsatu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Penyusun
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi
eksternal belajar inilah yang disebut dengan desian pembelajaran. Untuk itu desain
pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan system agar
berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Dan mereka berpendapat bahwa
proses belajar yang terjadi secara internal dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor
eksernal, yaitu pembelajaran dapat didesain dengan efektif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan merdeka belajar?
2. Mengapa harus mengenal konsep merdeka belajar?
3. Apa saja model Model Desain Pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Merdeka Belajar
4
yang lebih baik, berkualitas dan memberikan manfaat yang nyata bagi peserta didik.
(Barnadib, 1994: 28)
5
Bila nanti setelah diterapkannya kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan
terjadi banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran
yang sekarang hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat senyaman
mungkin agar mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya yaitu
belajar dengan outing class, dimana outing class ini adalah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki
keterampilan dan keahlian tertentu. (Nadiem, 2020)
Dengan setiap hari belajar di dalam kelas selama bertahun-tahun tentunya sudah
menjadi hal yang lumrah atau bahkan membosankan, jadi tidak ada salahnya jika kita
sebagai pendidik maupun calon pendidik memberikan sesuatu yang berbeda pada
proses pembelajaran. Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar
karakter siswa terbentuk, dan tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut
beberapa penelitian hanya meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga bagi anak
dan orang tuanya.
Selain itu, dengan perangkingan nantinya juga akan muncul diskriminasi dimana
ada pelabelan antara si pintar dan si bodoh. Hal ini tentu sangat keliru jika diterapkan
dalam dunia pendidikan, karena pada hakikatnya anak memiliki kecerdasan masing-
masing di dalam dirinya atau yang sering disebut dengan multiple intelegent.
6
Banyak anak yang memiliki hambatan atau kesulitan dalam belajar akan tetapi
jika kecerdasannya dihargai dan terus dikembangkan maka anak tersebut akan
menjadi anak unggul pada bidangnya. Sehingga nantinya akan terbentuk pribadi yang
kompeten, serta memiliki karakter yang tertanam dalam dirinya. Sebelum
menjalankan suatu kegiatan kita membutuhkan sebuah konsep agar apa yang akan
kita lakukan dapat terurut dan terlaksana dengan baik.
Konsep merdeka belajar yang digaungkan oleh Nadiem Makarim terdorong dari
keinginannya untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia dan menyenangkan
tanpa terbebani akan adanya nilai dan target pencapaian tertentu. Pokok- pokok
kebijakan Kemendikbud RI terkait dengan konsep merdeka belajar adalah:
7
Adalah sistem evaluasi standar dalam pendidikan dasar dan menengah. UN
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
penjaminan mutu pada satuan pendidikan. Hal ini sebagaimana yang telah
tercantum dalam PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah telah diselenggarakan
sejak puluhan tahun yang lalu dan telah berulangkali mengalami perubahan pada
setiap periodenya. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim telah memutuskan
untuk menghapuskan UN. Dengan dihapuskannya UN ini, diharapkan dapat
membuat siswa tidak mengalami tekanan beban mental, karena kelulusannya
dari jenjang pendidikan tertentu tidak ditentukan oleh nilai yang diperoleh hanya
dalam beberapa hari saja. (Nadiem, 2019)
Namun dengan begitu bukan berarti tidak ada yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Ujian Nasional akan diganti dengan sistem yang
baru, yaitu Assesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Konsep ini
merupakan penyederhanaan dari sistem UN, berbeda dengan UN yang dilakukan
pada akhir jenjang pembelajaran, asessmen ini akan dilaksanakan ketika anak
duduk di kelas 4, 8 dan 11.
Dan hasil dari assesmen ini akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi
sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
c) RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Merupakan pegangan seorang guru dalam mengajar. Seorang guru sebelum
memasuki kelas wajib menyusun RPP agar pembelajaran yang dilakukan lebih
terarah dan sesuai indikator yang dikembangkan. Kebijakan baru terkait dengan
penyusunan RPP telah dikeluarkan oleh menteri pendidikan yang tertuang
dalam Surat Edaran No 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP.
Berbeda dengan RPP sebelumnya yang mencakup lebih dari sepuluh
komponen, pada RPP yang baru terjadi penyederhanaan yaitu hanya terdapat 3
komponen inti dalam RPP yang sesuai dengan edaran menteri pendidikan no 14
tahun 2019 yaitu; tujuan pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, dan
penilaian atau assesment.
8
Dengan adanya kebijakan ini, guru akan lebih mudah dan diberikan
kebebasan untuk membuat dan mengembangkan RPP seefektif dan seefisien
mungkin, akan tetapi tetap berorientasi pada perkembangan anak. (Adri
Jumeldi, wawancara, SMAN 2 Lintau Buo, Rabu 25 Mei 2022).
d) Memperluas sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru
Sistem zonasi Adalah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai
dengan wilayah tempat tinggal. Zonasi merupakan salah satu kebijakan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar tercipta pemerataan akses
layanan pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan nasional (Baro’ah.
2020. n.d.).
Sebenarnya sistem ini sudah diberlakukan sejak masa menteri sebelumnya,
akan tetapi ada perbedaan dalam pelaksanaannya dengan sistem zonasi yang
sekarang ini. Tentunya sebelum diterapkan, sistem ini sudah dilakukan
pengkajian, serta memperhatikan rekomendasi dari lembaga-lembaga yang
kredibilitasnya tidak diragukan lagi.
Salah satu perbedaan yang mendasar dari sistem zonasi yang lalu dengan era
menteri sekarang adalah kuota siswa dari jalur zonasi. Sistem zonasi yang
awalnya memiliki kuota minimum 80% dari kuota total 100%, sisanya
diperuntukan untuk jalur prestasi dan perpindahan. Pada sistem zonasi yang
sekarang berubah menjadi jalur zonasi 50%, afirmasi 15%, perpindahan 5%,
dan jalur prestasi 30 persen.
9
Ada beberapa program yang disepakati yaitu adanya: pertukaran pelajar, magang,
praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian, riset, proyek
kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, membangun desa/KKN.
Adanya penjaminan mutu di perguruan tinggi yang bertugas untuk menyusun
kebijakan dan manual mutu, menetapkan mutu, melaksanakan monitoring dan
evaluasi meliputi prinsip penilaian, aspek-aspek penilaian dan prosedur penilaian.
Dengan Kurikulum MBKM ini diharapkan para mahasiswa yang saat ini belajar
di perguruan tinggi, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur
dan ulet (agile learner). Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang
diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kerangka untuk
menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan
zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.
Tujuan kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka, program “hak belajar tiga
semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik
soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman,
menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan
berkepribadian.
10
Ketiga, menggunakan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri
perangkat ajar. Keunggulan dari adanya kurikulum merdeka pertama, lebih
sederhana dan mendalam. Karena fokus pada materi yang penting dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada pasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta didik
tidak ada program peminatan di SMA.
a. Struktur kurikulum;
b. Capaian pembelajaran; dan
c. Prinsip pembelajaran dan asessment.
Dalam kurikulum merdeka setiap kegiatan harus menghasilkan proyek.
Penilaian dalam kurikulum merdeka di sekolah penggerak yang diterapkan adalah
11
penilaian secara komprehensif yang mendorong para siswa untuk mempunyai
kompetensi sesuai dengan bakat dan minatnya tanpa membebani siswa dengan
ketercapaian skor minimal yang harus ditempuh siswa atau dapat dikatakan tidak ada
lagi KKM dalam kurikulum merdeka.
Guru merdeka bebas dalam melakukan penilaian. Hal tersebut sejalan dengan
dengan apa yang dikatakan oleh Nadiem Makarim di Jakarta, pada tanggal 11
Desember 2019, tentang 4 pilar kebijakan yaitu: Ujian Nasional (UN) yang akan
ditiadakan dan diganti dengan Asessment Kompetensi Minimum serta Survei
Karakter, Sekolah masing-masing diberikan kewenangan seutuhnya mengenai yang
terkait kebijakan USBN, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
PPDB lebih ditekankan pada sistem zonasi.
12
Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih
bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Sedangkan
(Driscoll 2002) menyebutkan empat konsep mengenai pembelajaran blended
learning yaitu:
Belajar online bisa dimanfaatkan untuk pemberian materi atau informasi dari
guru terkait materi, forum diskusi, pemberian tugas dan pengumpulan tugas oleh
siswa. Sementara (Carman 2005) menjelaskan lima kunci utama dalam proses
pembelajaran blended learning dengan menerapkan teori pembelajaran Keller, Gagné,
Bloom, Merrill, Clark dan Gery yaitu:
13
1. Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam
waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda,
2. Self-Paced Learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri
(self-paced learning) yang memungkinkan siswa belajar kapan saja, dimana
saja secara online,
3. Collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi guru-siswa
maupun kolaborasi antar siswa,
4. Assessment, guru harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen online
dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes (proyek kelas) dan
(5) Performance Support Materials, pastikan bahan belajar disiapkan dalam
bentuk digital, dapat diakses oleh siswa baik secara offline maupun online.
(Model Pembelajaran Blended Learning, Pustekkom, 2019).
Berbagai layanan LMS tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru secara gratis
maupun berbayar tinggal mempelajari dan memanfaatkannya dalam memfasilitasi
pembelajaran online. Pembelajaran online dalam blended learning ini bisa
dimaksimalkan oleh guru untuk memungkinkan siswa belajar lebih mandiri, tidak
terikat waktu dan tempat bisa kapanpun dan di manapun sesuai kesanggupan siswa,
dan ini bisa jadi solusi terbatasnya waktu di kelas yang sering jadi keluhan sebagian
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.
14
Pada akhirnya model pembelajaran inovatif dengan blended learning bisa
menjadi alternatif yang bisa dilaksanakan guru dalam pembelajaran dan bisa
memungkinkan siswa dapat merdeka dalam belajar karena dengan blended
learning selain siswa belajar di kelas secara biasa, siswa juga secara online dapat
belajar secara mandiri, bebas mencari sumber bahan dan informasi untuk
menyelesaikan tugas kelas, mandiri menggunakan gadget sebagai media dan sumber
belajar sesuai kecenderungan anak-anak milenia yang lebih senang belajar
dengan gadget, dan siswa bisa bebas menentukan jadwal sendiri kapan mengakses
kelas onlinenya serta dimana dia akan mengkasesnya.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi setiap umat manusia untuk dapat
berkembang menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan berpikir kreatif. Pembelajaran
dengan aliran progresivisme dinilai kurang relevan diterapkan di tengah era globalisasi ini
dengan manusianya yang suka dengan pemikiran luas dan terbuka. Oleh sebab itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mencanangkan konsep Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka kepada siswa dan mahasiswa agar mereka dapat melatih kemampuan berpikir kritis
serta kemampuan untuk mengemukakan ide-ide dalam dirinya. Disamping itu, konsep
merdeka belajar ini juga dapat mengembangkan potensi bakat dan minat siswa tanpa harus
merasa terbebani akan adanya tolak ukur nilai seperti KKM.
Implementasi merdeka belajar pada sekolah tidak terlepas dari hambatan yang
umum terjadi pada negara dengan banyak pulau seperti Indonesia ini. Hambatan bagi tenaga
pendidik sekolah misalnya tidak memiliki pengalaman kemerdekaan belajar, keterbatasan
referensi, akses yang dimiliki dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan kompetensi (skill)
yang memadai. Hambatan tersebut sebagai hambatan bagi tenaga pendidik untuk dapat
menjalankan pendidikan sesuai dengan konsep merdeka belajar.
15
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279
Kadek Suartama, I., Usman, M., Triwahyuni, E., Subiyantoro, S., Abbas, S., Umar,
Hastuti, W. D., & Salehudin, M. (2020). Development of E-learning oriented
inquiry learning based on character education in multimedia course. European
Journal of Educational Research, 9(4), 1591–1603.
https://doi.org/10.12973/EU-JER.9.4.1591
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal
Basicedu, 6(4), 6313–6319. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
16
Susetyo. (2020). Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum
Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia.https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/
Tersediadi:https://ejou rnal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/
17