MAKALAH Menerapkan Dan Menganalisis Model Desain Pada Kurikulum Merdeka

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DESAIN DAN PERANCANGAN PAI

Memahami, Menerapkan dan Menganalisis Hakikat dan Model -


Model Desain Pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka

DOSEN PENGAMPU : Ade Miftahul Irfan, M.Pd

Disusun oleh :

Dwi Fitria Alfiani

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DAREL AZHAR

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufikdan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentukmaupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salahsatu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannyadapat lebih baik.Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangatkurang. Oleh kerena
itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Rangkasbitung, 18 September 2023

Penyusun

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan


urutan atau sistematika kegiatan Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai
proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum tindakan
pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan Sedangkan desain pembelajaran
adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi
proses belajar seseorang . Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses
merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.

Di sisi lain banyak yang mngembangkan konsep desain pembelajaran dengan


menyatakan bahwa desian pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana
proses itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut mereka
proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun
eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri pebelajar, sedangkan

3
kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didesain. Penyiapan kondisi
eksternal belajar inilah yang disebut dengan desian pembelajaran. Untuk itu desain
pembelajaran haruslah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan system agar
berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang. Dan mereka berpendapat bahwa
proses belajar yang terjadi secara internal dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor
eksernal, yaitu pembelajaran dapat didesain dengan efektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan merdeka belajar?
2. Mengapa harus mengenal konsep merdeka belajar?
3. Apa saja model Model Desain Pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Merdeka Belajar

Konsep pendidikan “merdeka belajar” di Indonesia yang dicanangkan oleh


Mendikbud RI yang baru dinilai sebagai kebijakan besar untuk menjadikan
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan semakin maju. Selain itu, konsep
“merdeka belajar” memiliki arah dan tujuan yang sama dengan konsep aliran filsafat
pendidikan progresivisme John Dewey.

Dimana, keduanya sama-sama menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan


kepada lembaga pendidikan untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara
maksimal dengan menyesuaikan minat, bakat serta kecenderungan masing-masing
peserta didik. Dengan kemerdekaan dan kebebasan ini, diharapkan pendidikan di
Indonesia menjadi semakin maju dan berkualitas, yang ke depannya mampu
memberikan dampak positif secara langsung terhadap kemajuan bangsa dan negara.

Progresivisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan modern yang


menginginkan adanya perubahan mendasar terhadap pelaksanaan pendidikan ke arah

4
yang lebih baik, berkualitas dan memberikan manfaat yang nyata bagi peserta didik.
(Barnadib, 1994: 28)

Aliran progresivisme menekankan akan pentingnya dasar-dasar kemerdekaan


dan kebebasan kepada peserta didik. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa
terhambat aturan-aturan formal yang terkadang justru membelenggu kreativitas dan
daya pikirnya untuk menjadi lebih baik.

Konsep Merdeka Belajar oleh Nadiem Makarim terdorong karena


keinginannya untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Siswa dapat mengembangkan kreativiasnya tanpa
terhalang oleh belenggu yang menjadi penghalang dirinya untuk bereksplorasi.

Konsep merdeka belajar ini dapat menjadi tali penghubung kekeluargaan


antar pendidik dengan peserta didik yang menjadikan suasan pembelajaran tersebut
nyaman bagi kedua belah pihak. Guru atau pendidik dalam hal ini sudah tidak lagi
hanya sekedar memberikan ceramahnya sendiri dan peran siswa yang pasif, namun
guru sebagai pendamping dan siswa dibebaskan untuk mengeluarkan ide-idenya
sehingga interaksi dalam satu ruangan tersebut terjadi dan terciptalah suasana belajar
yang nyaman dan kompleks.

B. Mengenal Konsep Merdeka Belajar

Pendidikan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, yaitu dengan tujuan
menghasilkan generasi muda yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, memiliki
keterampilan, dapat memecahkan suatu permasalahan, yang nantinya untuk ke
depannya menjadi bekal untuk mengharumkan citra Indonesia dalam kancah
internasional.

5
Bila nanti setelah diterapkannya kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan
terjadi banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran
yang sekarang hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat senyaman
mungkin agar mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya yaitu
belajar dengan outing class, dimana outing class ini adalah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki
keterampilan dan keahlian tertentu. (Nadiem, 2020)

Outing class juga merupakan metode belajar yang menyenangkan dimana


konsep ini mengajarkan para siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan
sekitar. Selama pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan
lebih dapat membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan.

Dengan setiap hari belajar di dalam kelas selama bertahun-tahun tentunya sudah
menjadi hal yang lumrah atau bahkan membosankan, jadi tidak ada salahnya jika kita
sebagai pendidik maupun calon pendidik memberikan sesuatu yang berbeda pada
proses pembelajaran. Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar
karakter siswa terbentuk, dan tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut
beberapa penelitian hanya meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga bagi anak
dan orang tuanya.

Selain itu, dengan perangkingan nantinya juga akan muncul diskriminasi dimana
ada pelabelan antara si pintar dan si bodoh. Hal ini tentu sangat keliru jika diterapkan
dalam dunia pendidikan, karena pada hakikatnya anak memiliki kecerdasan masing-
masing di dalam dirinya atau yang sering disebut dengan multiple intelegent.

Multiple intelegent merupakan teori yang dikembangkan oleh Dr. Howard


Gardner seorang ahli psikologi modern di Harvard University, dimana menurut
Gardner kecerdasan diartikan sebagai kapasitas untuk memecahkan masalah dan
untuk menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. (Afifuddin,
2007) Potensi yang dimilik oleh anak sekecil apapun itu harus dihargai.

6
Banyak anak yang memiliki hambatan atau kesulitan dalam belajar akan tetapi
jika kecerdasannya dihargai dan terus dikembangkan maka anak tersebut akan
menjadi anak unggul pada bidangnya. Sehingga nantinya akan terbentuk pribadi yang
kompeten, serta memiliki karakter yang tertanam dalam dirinya. Sebelum
menjalankan suatu kegiatan kita membutuhkan sebuah konsep agar apa yang akan
kita lakukan dapat terurut dan terlaksana dengan baik.

Konsep merdeka belajar yang digaungkan oleh Nadiem Makarim terdorong dari
keinginannya untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia dan menyenangkan
tanpa terbebani akan adanya nilai dan target pencapaian tertentu. Pokok- pokok
kebijakan Kemendikbud RI terkait dengan konsep merdeka belajar adalah:

a) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN)


Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) resmi menghapus Prosedur
Operasional Standar (POS) pelaksanaa Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) mulai tahun ini. Penghapusan USBN merupakan amanat Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 43 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ujian Yang
Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional.
Hal tersebut berarti dalam pembuatan soal maupun penyelenggaraan USBN
akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Sekolah diberikan kebebasan
dan keleluasaan untuk menyelenggarakan ujian, karena diselenggarakan oleh
sekolah maka menjadi tugas pemerintah daerah melalui Dikbud untuk
memonitor dan mengevaluasi serta memastikan bahwa ujian yang dilakukan oleh
pihak sekolah adalah ujian yang berkualitas.
Hal ini penting untuk dilakukan karena erat hubungannya dengan mutu
pendidikan. Dikbud harus memfasilitasi terutama dari segi anggaran agar
pelaksanaan ujian berjalan lancar, selain itu juga harus mengadakan pelatihan
pembuatan soal yang sesuai dengan standar atau kriteria yang harus dipenuhi.
b) Ujian Nasional (UN) Ujian Nasional

7
Adalah sistem evaluasi standar dalam pendidikan dasar dan menengah. UN
merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
penjaminan mutu pada satuan pendidikan. Hal ini sebagaimana yang telah
tercantum dalam PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pemerintah telah diselenggarakan
sejak puluhan tahun yang lalu dan telah berulangkali mengalami perubahan pada
setiap periodenya. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim telah memutuskan
untuk menghapuskan UN. Dengan dihapuskannya UN ini, diharapkan dapat
membuat siswa tidak mengalami tekanan beban mental, karena kelulusannya
dari jenjang pendidikan tertentu tidak ditentukan oleh nilai yang diperoleh hanya
dalam beberapa hari saja. (Nadiem, 2019)
Namun dengan begitu bukan berarti tidak ada yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Ujian Nasional akan diganti dengan sistem yang
baru, yaitu Assesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Konsep ini
merupakan penyederhanaan dari sistem UN, berbeda dengan UN yang dilakukan
pada akhir jenjang pembelajaran, asessmen ini akan dilaksanakan ketika anak
duduk di kelas 4, 8 dan 11.
Dan hasil dari assesmen ini akan dijadikan sebagai bahan masukan bagi
sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
c) RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Merupakan pegangan seorang guru dalam mengajar. Seorang guru sebelum
memasuki kelas wajib menyusun RPP agar pembelajaran yang dilakukan lebih
terarah dan sesuai indikator yang dikembangkan. Kebijakan baru terkait dengan
penyusunan RPP telah dikeluarkan oleh menteri pendidikan yang tertuang
dalam Surat Edaran No 14 tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP.
Berbeda dengan RPP sebelumnya yang mencakup lebih dari sepuluh
komponen, pada RPP yang baru terjadi penyederhanaan yaitu hanya terdapat 3
komponen inti dalam RPP yang sesuai dengan edaran menteri pendidikan no 14
tahun 2019 yaitu; tujuan pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, dan
penilaian atau assesment.

8
Dengan adanya kebijakan ini, guru akan lebih mudah dan diberikan
kebebasan untuk membuat dan mengembangkan RPP seefektif dan seefisien
mungkin, akan tetapi tetap berorientasi pada perkembangan anak. (Adri
Jumeldi, wawancara, SMAN 2 Lintau Buo, Rabu 25 Mei 2022).
d) Memperluas sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru
Sistem zonasi Adalah sistem pengaturan proses penerimaan siswa baru sesuai
dengan wilayah tempat tinggal. Zonasi merupakan salah satu kebijakan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar tercipta pemerataan akses
layanan pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan nasional (Baro’ah.
2020. n.d.).
Sebenarnya sistem ini sudah diberlakukan sejak masa menteri sebelumnya,
akan tetapi ada perbedaan dalam pelaksanaannya dengan sistem zonasi yang
sekarang ini. Tentunya sebelum diterapkan, sistem ini sudah dilakukan
pengkajian, serta memperhatikan rekomendasi dari lembaga-lembaga yang
kredibilitasnya tidak diragukan lagi.
Salah satu perbedaan yang mendasar dari sistem zonasi yang lalu dengan era
menteri sekarang adalah kuota siswa dari jalur zonasi. Sistem zonasi yang
awalnya memiliki kuota minimum 80% dari kuota total 100%, sisanya
diperuntukan untuk jalur prestasi dan perpindahan. Pada sistem zonasi yang
sekarang berubah menjadi jalur zonasi 50%, afirmasi 15%, perpindahan 5%,
dan jalur prestasi 30 persen.

C. Implementasi Merdeka Belajar Dalam Dunia Pendidikan

Implementasi dari kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yaitu


pentingnya perumusan kurikulum yang maksimal karena melibatkan mitra untuk
mencapai hasil pembelajaran di perguruan tinggi (Sopiansah, Deni., Dkk. 2022, n.d.).
Dalam pelaksanaannya perguruan tinggi melibatkan pihak eksternal dalam
merumuskan kurikulum sehingga hasil lulusannya bisa diterima di dunia kerja.

9
Ada beberapa program yang disepakati yaitu adanya: pertukaran pelajar, magang,
praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian, riset, proyek
kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, membangun desa/KKN.
Adanya penjaminan mutu di perguruan tinggi yang bertugas untuk menyusun
kebijakan dan manual mutu, menetapkan mutu, melaksanakan monitoring dan
evaluasi meliputi prinsip penilaian, aspek-aspek penilaian dan prosedur penilaian.

Dengan Kurikulum MBKM ini diharapkan para mahasiswa yang saat ini belajar
di perguruan tinggi, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur
dan ulet (agile learner). Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang
diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kerangka untuk
menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan
zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.

Tujuan kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka, program “hak belajar tiga
semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik
soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman,
menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan
berkepribadian.

Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan


akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan
passion dan bakatnya. Dengan menerapkan kurikulum merdeka akan lebih relevan
dan interaktif dimana pembelajaran berbasis proyek akan memberikan kesempatan
luas kepada siswa untuk secara aktif menggali isu-isu yang faktual (Rahayu et al.,
2022).

Sekolah diberi kebebasan untuk memilih tiga pilihan dalam


mengimplementasikan kurikulum merdeka. Pertama, menerapkan sebagian serta
prinsip kurikulum merdeka dengan tidak mengganti kurikulum sekolah yang
digunakan. Kedua, menggunakan kurikulum merdeka dengan memakai sarana
pembelajaran yang sudah disiapkan.

10
Ketiga, menggunakan kurikulum merdeka dengan mengembangkan sendiri
perangkat ajar. Keunggulan dari adanya kurikulum merdeka pertama, lebih
sederhana dan mendalam. Karena fokus pada materi yang penting dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada pasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta didik
tidak ada program peminatan di SMA.

Guru mengajar sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa.


Untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai karakteristiknya sekolah
mempunyai kekuatan. Keberadaan sarana dan prasarana juga sangat menunjang
terhadap keberhasilan implementasi penerapan kurikulum merdeka di sekolah
penggerak.

Sarana dan prasarana yang lengkap sangat menunjang terhadap pelaksanaan


kurikulum merdeka di sekolah penggerak terutama dalam ketersediaan alat-alat IT.
Sekolah penggerak mendapatkan bantuan dana untuk melengkapi ketersediaan
sarana prasarana yang menunjang pembelajaran selama mengikuti program
sekolah penggerak. Untuk buku-buku dalam kurikulum merdeka sudah disiapkan
oleh kemendikbud guru tinggal mengembangkannya.

Proses pembelajaran kurikulum merdeka pada sekolah penggerak mengacu


pada profil pelajar pancasila yang bertujuan menghasilkan lulusan yang berkompeten
dan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter. Bentuk struktur kurikulum merdeka yaitu
kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila serta kegiatan
ekstrakurikuler. Sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021 bahwa kerangka dasar
kurikulum terdiri dari:

a. Struktur kurikulum;
b. Capaian pembelajaran; dan
c. Prinsip pembelajaran dan asessment.
Dalam kurikulum merdeka setiap kegiatan harus menghasilkan proyek.
Penilaian dalam kurikulum merdeka di sekolah penggerak yang diterapkan adalah

11
penilaian secara komprehensif yang mendorong para siswa untuk mempunyai
kompetensi sesuai dengan bakat dan minatnya tanpa membebani siswa dengan
ketercapaian skor minimal yang harus ditempuh siswa atau dapat dikatakan tidak ada
lagi KKM dalam kurikulum merdeka.

Guru merdeka bebas dalam melakukan penilaian. Hal tersebut sejalan dengan
dengan apa yang dikatakan oleh Nadiem Makarim di Jakarta, pada tanggal 11
Desember 2019, tentang 4 pilar kebijakan yaitu: Ujian Nasional (UN) yang akan
ditiadakan dan diganti dengan Asessment Kompetensi Minimum serta Survei
Karakter, Sekolah masing-masing diberikan kewenangan seutuhnya mengenai yang
terkait kebijakan USBN, Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
PPDB lebih ditekankan pada sistem zonasi.

Implementasi di sekolah penggerak mengenai penilaian dengan merdeka


belajar mempunyai dampak positif dan negatif dampak positifnya tidak ada lagi
tekanan kepada siswa maupun guru bahwa siswa harus mencapai nilai minimal sesuai
dengan yang sudah ditetapkan, namun dampak negatifnya kurang memotivasi siswa
untuk bersaing.

D. Model - Model Desain Pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka

Dalam Modul Model Pembelajaran Blended Learning, Pustekkom, 2019


disebutkan (Garner &Oke 2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah
lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap
muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran online yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

Sementara (Harding, Kaczynski dan Wood 2005), blended


learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran
tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber
belajar online (terutama yang berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang
dapat digunakan oleh guru dan siswa.

12
Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih
bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Sedangkan
(Driscoll 2002) menyebutkan empat konsep mengenai pembelajaran blended
learning yaitu:

a) Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau


menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan
pendidikan.

b) Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran


(seperti behaviorisme, konstruktivisme, kognitivisme) untuk menghasilkan suatu
pencapaian pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi pembelajaran.

c) Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi


pembelajaran, seperti video tape, CD-ROM, webbased training, film) dengan
pembelajaran tatap muka.

d) Blended learning menggabungkan teknologi pembelajaran dengan perintah tugas


kerja aktual untuk menciptakan pengaruh yang baik pada pembelajaran dan tugas.

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan model blended


learning itu adalah model pembelajaran yang memadukan antara pembelajaran
dengan tatap muka di kelas seperti biasa dengan pembelajaran online (maya). Jadi
dalam prosesnya selain siswa belajar di kelas sesuai jadwal yang sudah dibuat tetapi
ada pembelajaran online yang dilakukan diluar jam belajar.

Belajar online bisa dimanfaatkan untuk pemberian materi atau informasi dari
guru terkait materi, forum diskusi, pemberian tugas dan pengumpulan tugas oleh
siswa. Sementara (Carman 2005) menjelaskan lima kunci utama dalam proses
pembelajaran blended learning dengan menerapkan teori pembelajaran Keller, Gagné,
Bloom, Merrill, Clark dan Gery yaitu:

13
1. Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam
waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda,
2. Self-Paced Learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri
(self-paced learning) yang memungkinkan siswa belajar kapan saja, dimana
saja secara online,
3. Collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi guru-siswa
maupun kolaborasi antar siswa,
4. Assessment, guru harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen online
dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes (proyek kelas) dan
(5) Performance Support Materials, pastikan bahan belajar disiapkan dalam
bentuk digital, dapat diakses oleh siswa baik secara offline maupun online.
(Model Pembelajaran Blended Learning, Pustekkom, 2019).

Dalam pelaksanaan blended learning terutama fasilitas untuk pembelajaran


onlinenya guru bisa memanfaatkan berbagai layanan Sistem pembelajaran yang
menggunakan Learning Management System (LMS). LMS adalah aplikasi perangkat
lunak untuk administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan dan penyampaian
kursus pendidikan atau program pelatihan.

LMS dapat dikatakan sebuah managemen pembelajaran yang disiapkan untuk


siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran melalui perangkat lunak. (Ellis 2009:
1) Adapun perangkat lunak LMS yang bisa digunakan antaralain: Moodle, Canvas,
Google Classroom, edmodo, Kelas Digital Rumah belajar, Blog dan lain-lain.

Berbagai layanan LMS tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru secara gratis
maupun berbayar tinggal mempelajari dan memanfaatkannya dalam memfasilitasi
pembelajaran online. Pembelajaran online dalam blended learning ini bisa
dimaksimalkan oleh guru untuk memungkinkan siswa belajar lebih mandiri, tidak
terikat waktu dan tempat bisa kapanpun dan di manapun sesuai kesanggupan siswa,
dan ini bisa jadi solusi terbatasnya waktu di kelas yang sering jadi keluhan sebagian
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

14
Pada akhirnya model pembelajaran inovatif dengan blended learning bisa
menjadi alternatif yang bisa dilaksanakan guru dalam pembelajaran dan bisa
memungkinkan siswa dapat merdeka dalam belajar karena dengan blended
learning selain siswa belajar di kelas secara biasa, siswa juga secara online dapat
belajar secara mandiri, bebas mencari sumber bahan dan informasi untuk
menyelesaikan tugas kelas, mandiri menggunakan gadget sebagai media dan sumber
belajar sesuai kecenderungan anak-anak milenia yang lebih senang belajar
dengan gadget, dan siswa bisa bebas menentukan jadwal sendiri kapan mengakses
kelas onlinenya serta dimana dia akan mengkasesnya.

BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi setiap umat manusia untuk dapat
berkembang menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan berpikir kreatif. Pembelajaran
dengan aliran progresivisme dinilai kurang relevan diterapkan di tengah era globalisasi ini
dengan manusianya yang suka dengan pemikiran luas dan terbuka. Oleh sebab itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mencanangkan konsep Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka kepada siswa dan mahasiswa agar mereka dapat melatih kemampuan berpikir kritis
serta kemampuan untuk mengemukakan ide-ide dalam dirinya. Disamping itu, konsep
merdeka belajar ini juga dapat mengembangkan potensi bakat dan minat siswa tanpa harus
merasa terbebani akan adanya tolak ukur nilai seperti KKM.

Implementasi merdeka belajar pada sekolah tidak terlepas dari hambatan yang
umum terjadi pada negara dengan banyak pulau seperti Indonesia ini. Hambatan bagi tenaga
pendidik sekolah misalnya tidak memiliki pengalaman kemerdekaan belajar, keterbatasan
referensi, akses yang dimiliki dalam pembelajaran, manajemen waktu, dan kompetensi (skill)
yang memadai. Hambatan tersebut sebagai hambatan bagi tenaga pendidik untuk dapat
menjalankan pendidikan sesuai dengan konsep merdeka belajar.

15
B. Saran

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang diterapkan dalam dunia pendidikin dirasa


memiliki dampak positif yang lebih besar daripada dampak negatifnya. Namun,
penerapannya juga harus tetap mendapat penjelasan atau guru/tenaga pendidiki juga turut
andil berperan dalam proses pembelajaran untuk menjelaskan suatu materi terlebih dahulu
agar para siswa/mahasiswa mengangkap maksud dari materi tersebut. Di samping itu, para
siswa/mahasiswa juga tetap optimis untuk belajar dan tidak menyepelekan pembelajaran
karena dirasa suatu nilai tidak penting

DAFTAR PUSTAKA

Baro’ah, S. (n.d.). KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR SEBAGAI STRATEGI


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN. In Jurnal Tawadhu  (Vol. 4, Issue
1).

Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah
Dasar. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279

Kadek Suartama, I., Usman, M., Triwahyuni, E., Subiyantoro, S., Abbas, S., Umar,
Hastuti, W. D., & Salehudin, M. (2020). Development of E-learning oriented
inquiry learning based on character education in multimedia course. European
Journal of Educational Research, 9(4), 1591–1603.
https://doi.org/10.12973/EU-JER.9.4.1591

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal
Basicedu, 6(4), 6313–6319. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237

Sopiansah, Deni., dkk. 2022. (n.d.).

16
Susetyo. (2020). Prosiding Seminar Daring Nasional: Pengembangan Kurikulum
Merdeka Belajar Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia.https://ejournal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/
Tersediadi:https://ejou rnal.unib.ac.id/index.php/semiba/issue/view/956/

Ellis, Ryann K. (2009). Field Guide to Learning Management System. American


Society for Training & Development (ASTD)

Purwanto, dkk. (2019). Rancangan Model Pembelajaran Blended Learning dengan


Media Blog. Pustekkom

17

Anda mungkin juga menyukai