Function Deployment (QFD) Dan Kano: Disusun Oleh: Nama: I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB No. Mahasiswa: 16522217

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 106

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK KEMASAN KOPI DI SAPUANGIN

KOPI BASECAMP MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY


FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN KANO

(Studi Kasus Desa Sapuangin BASECAMP Jalur Pendakian Merapi)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh:

Nama : I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB


No. Mahasiswa : 16522217

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Demi Allah, saya akui bahwa karya tulis ini yang berjudul “PENGEMBANGAN
DESAIN PRODUK KEMASAN KOPI DI SAPUANGIN KOPI BASECAMP
MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD) DAN KANO” merupakan hasil karya sendiri kecuali kutipan
yang telah disertai sumber daripadanya. Jika dikemudian hari pernyataan saya terbukti
tidak benar dan melanggar peraturan yang sah dalam karya tulis dan hak cipta maka saya
bersedia ijazah yang saya terima untuk ditarik kembali oleh Universitas Islam Indonesia.

Yogyakarta, 07 Februari 2022

I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB

NIM. 16522217

ii
LEMBAR PENELITIAN

SAPUANGIN COFFEE AND FARM

Jl. Sapuangin KM. 30 Pajegan, Tegal


Mulyo, Kemalang, Klaten
+62 8574 3743 843

SURAT
KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Juli
Jabatan : Pemilik
Dengan ini menerangkan bahwa nama tersebut di bawah ini :
Nama : I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB
NIM : 16522217
Jurusan : Teknik Industri
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia

Telah menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir dengan judul tugas khusus


PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK KEMASAN KOPI DI SAPUANGIN
KOPI BASECAMP MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN KANO di Sapuangin Coffee
and Farm pada tanggal 15 Oktober 2021 s/d 31 Januari 2022

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Klaten, 31 Januari 2022

a.n. Pemilik
Kopi Sapuangin Merapi

Juli

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK KEMASAN KOPI DI SAPUANGIN


KOPI BASECAMP MERAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN KANO

(STUDI KASUS: BASECAMP SAPUANGIN JALUR PENDAKIAN MERAPI)

TUGAS AKHIR

Nama : I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB


No. Mahasiswa : 16522217

Yogyakarta, 07 Februari 2022

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Ini Saya Persembahkan

Kepada orang tua tersayang, Bapak Tabrani dan Ibu I.K. Citrayana serta Adik tercinta
I.K. Veilovea Tacya. TB

Dosen Pembimbing Tugas Akhir Saya, Bapak Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc
selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Dian Janari, S.T., M.T selaku dosen
pembimbing 2.

Serta

Teman-teman Angkatan 2016 yang telah mensupport saya selama masa kuliah dan terus
mendorong saya agar bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini

Terimakasih atas semua dorongan, dukungan, serta doa yang telah diberikan kepada
saya

vi
HALAMAN MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

َ‫َمنَ َج َد َو َج َد‬
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti berhasil. Untuk bersungguh-
sungguh harus di awali dengan niat yang baik atas segala yang kita inginkan”.

QS. Al- ‘Ankabut : 69

‫ّللاَ لَ َم َع‬
ٰ ‫سبُلَنَا َواِن‬
ُ ‫َوال ِذ ْي َن َجا َهد ُْوا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَن ُه ْم‬

ِ ‫ا ْل ُم ْح‬
‫سنِ ْي َن‬
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”.

“Neverَquit,َNeverَSurrender”

“Bukanlahَilmuَyangَseharusnyaَmendatangimu, tetapi kamulah yang harus mendatangi


ilmu.”َ– Imam Malik

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirrobil’alamiin,َ Sholawatَ sertaَ salamَ segalaَ pujiَ danَ rasaَ syukurَ kamiَ
panjatkan kehadiran Allah SWT atas berkat rahmat dan nikmat-Nya penyusunan Tugas
Akhirَ iniَ yangَ berjudulkanَ “PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK KEMASAN
KOPI DI SAPUANGIN KOPI BASECAMP MERAPI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN
KANO”َdapatَterselesaikanَdenganَsebaik-baiknya. Tidak lupa juga sholawat serta salam
senantiasa kami panjatkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya atas berkat dan rahmat-Nya kita dapat berada dari
zaman ke gelapan menjadi zaman terang benderang hingga akhir zaman. Harapan dari
penulis dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dengan baik dan dapat dipertanggung
jawabkan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir, penulis banyak mendapatkan bantuan,


dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hari Purnomo, Prof., Dr., Ir., M.T selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia.
2. Bapak Muhammad Ridwan Andi Purnomo, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan
Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia.
3. Bapak Dr. Taufiq Immawan, S.T., M.M selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc selaku dosen pembimbing 1 yang
telah memberikan persetujuan atas laporan penelitian yang saya buat.

viii
5. Bapak Dian Janari, S.T., M.T selaku dosen pembimbing 2 yang senantiasa
memberikan dukungan dan meluangkan waktu hingga penulisan tugas akhir ini dapat
terselesaikan.
6. Keluarga tercinta dan tersayang ayahanda, ibunda, dan abang saya yang telah
memberikan dukungan dan doa untuk menyelesaikan perkuliahan dengan sebaik-
baiknya.
7. Lutfiani Nuraida yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama masa
perkuliahan dan mengajarkan untuk selalu bersabar dalam membuat skripsi ini.
8. Teman-teman Teknik industri angkatan 2016 yang bersama-sama berjuang dan
saling memberikan motivasi, bantuan, dukungan.
9. Teman-teman satu project Sapuangin Coffee and Farm yang bersama-sama telah
berjuang dan saling support untuk mengerjakan Tugas Akhir.
10. Teman-teman Kedai Sapuangin Coffee and Farm yang bersedia bekerja sama dengan
kami untuk membantu kelancaran penelitian kami.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas akhir ini masih banyak kesalahan
sehingga penulis berharap adanya kritik dan saran dari semua pembaca demi melengkapi
segala kekurangan dalam tugas akhir ini. Harapan penulis dari penulisan tugas akhir ini
semoga laporan ini dapat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak. Aminn
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 07 Februari 2022

I.K. Ridho Berlanda Anugrah. TB

ix
ABSTRAK

Perancangan dan pengembangan desain produk tidak hanya dilakukan di


perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga dapat dilakukan oleh pelaku UMKM.
Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah pengembangan desain kemasan. Sama
halnya yang ada di Sapuangin Kopi yang terletak di Basecamp jalur pendakian
Gunung Merapi via Klaten, tepatnya di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tujuannya dilakukan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan kriteria kemasan produk yang dibutuhkan oleh konsumen, membuat
prototype kemasan, dan mengetahui tingkat kepuasan konsumen dari kemasan
yang telah dirancang. Metode penelitian yang digunakan adalah Quality Function
Deployment (QFD) untuk mencari kriteria kemasan produk yang dibutuhkan
dalam pengembangan desain kemasan dan membuat House Of Quality sebagai
perbandingan kriteria yang telah dipilih, kemudian metode Model Kano
digunakan untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap produk yang telah di
desain dengan menggunakan Blauth’s Formula. Dari hasil penelitian yang
dilakukan didapat 7 kriteria dari total 8 kriteria yang ditawarkan kepada
responden. Kriteria yang terpilih adalah Praktis dengan frekuensi 90 responden,
Penyajian Cepat sebanyak 59 responden, Menarik sebanyak 61 responden, Efektif
sebanyak 78 responden, Kualitas Terjaga sebanyak 91 responden, Terjangkau
sebanyak 67 responden, dan atribut Mudah Digunakan sebanyak 62 responden,
sedangkan dari perumusan Model Kano didapat bahwa semua atribut termasuk
dalam kategori Functional, dengan atribut Praktis, Penyajian Cepat, Kualitas, dan
Mudah Digunakan masuk pada kategori one dimensional. Atribut Menarik dan
Terjangkau masuk pada kategori attractive. Kemudian atribut Efektif masuk ke
kategori must be.

Kata kunci: Desain Produk, QFD, Kano, Desain Kemasan

x
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ ii


LEMBAR PENELITIAN ................................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI.................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 16
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 16
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 18
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................... 18
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 18
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 19
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................................ 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 21
2.1 Desain Produk ....................................................................................................... 21
2.2 Metode Quality Function Development (QFD) .................................................... 22
2.3 Metode Kano ......................................................................................................... 25
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 35
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................................... 35
3.2 Objek Penelitian .................................................................................................... 35
3.3 Jenis Data .............................................................................................................. 35
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 35
3.5 Pengolahan Data.................................................................................................... 36

xi
3.6 Alat Bantu Penelitian ............................................................................................ 38
3.7 Alur Penelitian ................................................................................................. 38
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .......................................... 42
4.1 Pengumpulan Data ................................................................................................ 42
4.2 Pengolahan Data.................................................................................................... 50
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................................ 72
5.1 Model Kano ........................................................................................................... 72
5.2 Quality Function Deployment ............................................................................... 72
BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 79
6.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 79
6.2 Saran ...................................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 81
LAMPIRAN.................................................................................................................... 83

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penilaian Hubungan ....................................................................................... 23


Tabel 2. 2 Penilaian Korelasi .......................................................................................... 24
Tabel 2. 3 Kategori Kano ................................................................................................ 25
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 31
Tabel 4. 1 Kuesioner Kriteria 1 ..……………………………………………………...َ47
Tabel 4. 2 Kriteria 2 Skala Kepentingan ......................................................................... 47
Tabel 4. 3 Kriteria 3 Skala Perbandingan ....................................................................... 47
Tabel 4. 4 Kriteria Yang Terpilih ................................................................................... 48
Tabel 4. 5 Tingkat Kepentingan Masing-masing Kriteria .............................................. 49
Tabel 4. 6 Perbandingan Kriteria Dengan Produk Lain.................................................. 49
Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas ......................................................................................... 50
Tabel 4. 8 Hasil Uji Reliabilitas...................................................................................... 51
Tabel 4. 9 Evaluasi Model Kano .................................................................................... 52
Tabel 4. 10 Klasifikasi Kuesioner Model Kano ............................................................. 52
Tabel 4. 11 Persentase Klasifikasi Kuesioner Model Kano............................................ 53
Tabel 4. 12 Perhitungan Rumus Blauth Formula ........................................................... 53
Tabel 4. 13 Customer Satisfaction Coefficients ............................................................. 53
Tabel 4. 14 Tingkat Kepentingan Atribut Praktis ........................................................... 55
Tabel 4. 15 Tingkat Kepentingan Atribut Penyajian Cepat ............................................ 55
Tabel 4. 16 Tingkat Kepentingan Atribut Menarik ........................................................ 55
Tabel 4. 17 Tingkat Kepentingan Atribut Efektif ........................................................... 55
Tabel 4. 18 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Terjaga ........................................... 56
Tabel 4. 19 Tingkat Kepentingan Atribut Terjangkau .................................................... 56
Tabel 4. 20 Tingkat Kepentingan Atribut Mudah Digunakan ........................................ 56
Tabel 4. 21 Hasil dari Importance Rating ....................................................................... 57
Tabel 4. 22 Hasil dari Technical Requirments ............................................................... 57
Tabel 4. 23 Hubungan antara Customer Requirements dan Technical Requirements ... 58
Tabel 4. 24 Konversi VOC ke kebutuhan teknis ............................................................ 59
Tabel 4. 25 Morphological Chart .................................................................................... 60

xiii
Tabel 4. 26 Rekapitulasi Means Terhadap Masing-masing Function ............................ 61
Tabel 4. 27 Target Pengembangan Kemasan.................................................................. 62
Tabel 4. 28 Technical Priorities ...................................................................................... 63

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 House Of Quality. Gaspersz (2011) ........................................................... 24


Gambar 3. 1 Alur Penelitian …………………………………………………………..َ39
Gambar 4. 1 Pohon Kopi Yellow Bourbon …………………………………………...َ43
Gambar 4. 2 Kopi Yang Sedang Dijemur ....................................................................... 43
Gambar 4. 3 Proses Penjemuran Kopi ............................................................................ 44
Gambar 4. 4 Kopi Yellow Bourbon Setelah Dipanen .................................................... 44
Gambar 4. 5 Customer Satisfaction Coefficients............................................................ 54
Gambar 4. 6 Konversi VOC ke kebutuhan teknis .......................................................... 59
Gambar 4. 7 House Of Quality ....................................................................................... 65
Gambar 4. 8 Dripbag Tampak Samping Kiri dan Kanan ............................................... 67
Gambar 4. 9 Dripbag Tampak Depan dan Belakang ...................................................... 67
Gambar 4. 10 Dripbag Tampak Atas .............................................................................. 68
Gambar 4. 11 Dripbag Tampak Samping ....................................................................... 69
Gambar 4. 12 Dripbag Didalam Gelas............................................................................ 69
Gambar 4. 13 Desain Packaging Tampak Depan ........................................................... 70
Gambar 4. 14 Desain Packaging Tampak Belakang....................................................... 70
Gambar 4. 15 Desain Gelas Kaca ................................................................................... 71
Gambar 4. 16 Desain Gelas Kopi V60 ........................................................................... 71

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman yang sangat pesat membuat suatu persaingan bisnis semakin
ketat. Produsen dituntut untuk memiliki pola pikir kreatif dan inovatif, sehingga
produk yang dihasilkan bisa menarik minat konsumen terhadap produk yang dijual.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan
desain produk itu sendiri.
Chen et. (2021) penerapan model Kano untuk mengevaluasi kepuasan
penumpang terhadap setiap elemen pada sebuah acara besar. Kemudian
mengekplorasi berbagai mode transportasi seperti bus dan mobil menurut kelompok
penumpang secara individual dan kolektif berdasarkan peringkat elemen layanan
yang membutuhkan perbaikan. Hasil dari penelitian ini mendapatkan manajemen
pengaduan yang baik, sistem reservasi yang lugas, kerapihan kendaraan, frekuensi
transportasi yang memadai, dan informasi transportasi yang jelas merupakan layanan
yang kritis sehingga penyelenggara harus memprioritaskan layanan untuk perbaikan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj et al. (2021) pengembangan
produk menemukan tantangan terkait pilihan fitur yang akan disertakan dalam
produk untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara keseluruhan dengan
menggunakan analisis model Kano. Model Kano adalah pendekatan yang digunakan
sebagai acuan dalam membuat keputusan yang tepat untuk fitur produk berdasarkan
penerimaan pada pengguna akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi
fitur yang tersedia di sector otomotif India saat ini untuk pasar Hatchback yang
ditargetkan dan mengkategorikan fitur kedalam kelompok prioritas berdasarkan
persepsi pelanggan. Hasil dari penelitian ini untuk mendapatkan wawasan tentang
bagaimana perasaan pelanggan dari setiap fitur yang diberikan pada produk serta

16
menjawab apakah ada kebutuhan dari atribut fitur tertentu yang pada akhirnya
menentukan peran dalam perilaku pembelian pelanggan.
Setelah suatu barang atau jasa dapat ditingkatkan kualitasnya maka akan
dilakukan proses untuk menganalisa kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat
mengetahui bagaimana kualitas suatu barang atau jasa yang sudah dikembangkan.
Metode yang sering digunakan dalam menganalisa kepuasan pelanggan adalah
metode Kano. Metode Kano merupakan indeks kepuasan user yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pelanggan atas suatu barang atau jasa.
Perancangan dan pengembangan desain produk tidak hanya dilakukan di
perusahaan-perusahaan besar, tetapi juga dapat dilakukan oleh pelaku UMKM. Salah
satu hal yang dapat dilakukan ialah pengembangan desain kemasan. Sama halnya
yang ada di Sapuangin Kopi yang terletak di Basecamp jalur pendakian Gunung
Merapi via Klaten, tepatnya di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah, UMKM ini bergerak dibidang usaha kopi dan bserdiri pada
tahun 2017. Sapuangin Kopi ini membudidayakan olahan kopi dari produk sendiri,
mulai dari menanam sampai menghasilkan panen kopi dari hasil sendiri. Bagi para
pendaki Gunung Merapi jalur pendakian via Klaten Sapuangin Kopi ini bukan lagi
hal asing bagi mereka, karena merupakan tempat singgah yang rutin mereka kunjungi
sebelum dan sesudah melakukan pendakian.
UMKM Sapuangin Kopi saat ini melakukan pelayanan konsumsi ditempat
atau dine in. Karena UMKM ini berlokasi di Basecamp pendakian yang mana jauh
dari pusat kota, pelanggan yang datang hanya dari kalangan para pendaki Gunung
Merapi, tetapi juga tidak menutup kemungkinan ada juga konsumen yang datang
bukan dari kalangan pendaki. UMKM Sapuangin Kopi ini juga mempunyai sebuah
kemasan kopi yang berbentuk Ziplock. Isi dari kemasan kopi tersebut merupakan biji
yang belum di olah menjadi bubuk, tetapi ketika konsumen ingin membeli kemasan
tersebut dalam bentuk bubuk, UMKM ini juga bersedia untuk membuat biji tersebut
menjadi bubuk menggunakan grinder. Kemasan kopi yang ada di Sapuangin Kopi
bisa dikatakan sudah ketinggalan dari pasar yang lainnya, dimana banyak kedai-
kedai kopi sudah tidak menggunakan Ziplock dan masih berbentuk biji kopi untuk di
pasarkan ke konsumen yang akan di konsumsi secara pribadi. kemasan Ziplock juga
mempunya dimensi yang besar untuk dibawa kemana saja, mulai dari ukuran 100
gram, 150 gram, 200 gram, dan 250 gram. Harga kemasan kopi tersebut juga

17
terbilang cukup mahal karena isi berat kemasan tersebut. Dari tampak luar kemasan
tersebut pun terbilang tidak dapat membranding Kedai Sapuangin secara luas karena
tidak tertulis alamat maupun keterangan lainnya untuk kopi yang digunakan.
Sehubung dengan hal tersebut, akan dilakukan penelitian mengenai
pengembangan desain kemasan kopi agar UMKM Sapuangin Kopi dapat
mengembangkan bisnisnya dengan mengikuti perkembangan zaman dan permintaan
pasar. Dilakukannya pengembangan desain kemasan kopi, karena melihat dari
kebutuhan konsumen ingin mengkonsumsi kopi secara instan dengan rasa kopi tidak
berubah seperti kopi instan yang ada di pasaran pada umumnya. Metode yang akan
digunakan dalam pengembangan desain kemasan kopi adalah Quality Function
Deployment (QFD) dengan menggunakan tools House Of Quality (HOQ). Setelah
menemukan aspek penting dalam pengembangan desain kemasan, akan dilakukan
analisa kepuasan pelanggan menggunakan metode Kano.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa kriteria kemasan produk yang dibutuhkan oleh konsumen?
2. Apa spesifikasi desain kemasan yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
dikembangkan menjadi prototype kemasan kopi?
3. Berapa tingkat kepuasan konsumen terhadap prototype kemasan kopi yang
telah dirancang?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan di UMKM Sapuangi Kopi Basecamp jalur pendakian
Gunung Merapi via Klaten, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah
2. Penelitian ini berfokus pada pengembangan desain kemasan kopi pada
UMKM Sapuangin Kopi.
3. Penelitian ini dilakukan sampai pembuatan prototype desain kemasan kopi.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

18
1. Mengetahui kriteria kemasan produk yang dibutuhkan oleh konsumen.
2. Membuat prototype kemasan kopi dari hasil pengembangan produk sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
3. Mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap prototype kemasan kopi
yang telah dirancang.

1.5 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini didapatkan manfaat bagi peneliti dan UMKM, yaitu:
1. Peneliti
Dapat mendesain kemasan kopi dengan cara menerapkan keilmuan Teknik
industri untuk menyelesaikan suatu permasalahan realita yang ada di UMKM
Sapuangin Kopi serta sebagai salah satu syarat dalam mendapatkan gelar
sarjana.
2. UMKM kopi desa Sapuangin
Dapat mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh UMKM
Sapuangin Kopi dan mengembangkan sebuah kemasan kopi untuk menarik
minat pembeli.
3. Jurusan Teknik Industri
Dapat mengetahui prototype yang dibuat oleh peneliti sebagai bahan acuan
untuk penelitian selanjutnya dalam metode yang sama ataupun berbeda.
4. Universitas Islam Indonesia
Dapat memberikan manfaat sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang akan
mengadakan penelitian selanjutnya untuk metode yang sama.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam penulisan
penelitian ini agar lebih terstruktur yang berisi tentang penjelasan langkah-langkah
dalam penelitian ini:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dari penelitian yang
dilakukan.

19
BAB II KAJIAN LITERATUR
Membahas tentang kajian literatur yang berupa kajian deduktif dan kajian induktif
yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian dengan syarat dan kriteria
yang sesuai di penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas tentang alur dari penelitian yang dilakukan secara terstruktur dari lokasi
penelitian, objek penelitan, jenis data yang digunakan, metode pengumpulan dan
pengolahan data, alat bantu yang digunakan, serta diagram alir dari penelitian yang
akan dilakukan
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Membahas tentang proses pengumpulan data didapatkan hingga pengolahan data
menggunakan metode yang digunakan serta menjadi tolak ukur untuk melanjutkan
pada bab berikutnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas tentang pengolahan data yang sudah dilakukan sebelumnya dan membuat
analisis terkait pengolahan data dengan menyesuaikan pada tujuan, teorim dan alur
penelitian sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan saran
BAB VI PENUTUP
Membahas tentang kesimpulan yang menjawab dari tujuan penelitian dan berisi saran
dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk merekomendasikan pada objek yang
diteliti serta untuk penelitian selanjutnya.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desain Produk


Menurut Stanton (2005) desain produk adalah suatu aspek yang penting dalam
membentuk citra produk. Produsen harus memiliki desain yang unik agar konsumen dapat
terpikat dan menciptakan suatu kesan yang baik terhadap produk yang dihasilkan oleh
produsen. Dalam pembuatan desain produk terdapat 6 elemen yang harus dipenuhi, yaitu
material bahan, ukuran, warna, merk, bentuk, dan text (Kotler, 2003). Terdapat beberapa
metode dalam perancangan dan pengembangan desain produk, diantaranya adalah
Quality Function Deployment (QFD) dan Kano. Quality Function Deployment (QFD)
merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk dengan
mencari tahu apa yang dibutuhkan oleh konsumen kemudian dihubungkan dengan
karakteristik teknis nya sehingga dihasilkan suatu barang atau jasa (Ginting, 2010).
Terdapat empat fase yang dapat digunakan untuk menghubungkan konsumen dengan
karakteristik perancangan produk, dan kemudian menerjemahkannya ke dalam
karakteristik part, operasi manufaktur, dan karakteristik produk.

2.1.1 Desain
Desain merupakan suatu fitur yang berdampak pada sebuah produk yang
terlihat, dirasakan, dan berfungsi pada konsumen (Kotler & Keller, 2012).
Desain juga dapat diartikan sebagai hasil dari ide atau kreativitas manusia
dalam memenuhi suatu kebutuhan, yang diperlukannya suatu tahap
pengembangan, konsep perancangan, pembuatan suatu prototype dan proses
produksi, percobaan dan evaluasi, dan pendistribusian (Wardani, 2003).
Proses desain dapat ditetapkan pada saat pengembangan konsep produk
dan perancangan peningkatan sebuah sistem sedang berlangsung (Ulrich &
Epinger, 2004). Menurut Dreyfuss (1967) pada saat pengembangan desain
produk perlu diperhatikan lima tujuan penting, yaitu:
1. Komunikasi yang dapat menyampaikan filosofi visi misi perusahaan
melalui visualisasi.
2. Penampilan yang menarik dalam pemilihan warna, bentuk, dan
proporsi.

21
3. Kegunaan yang dapat mempermudah fungsi pemakainya.
4. Kemudahan pemeliharaan yang mudah dirawat dan diperbaiki.
5. Biaya rendah dalam menentukan peralatan untuk digunakan dalam
produksi.
2.1.2 Produk
Produk merupakan barang yang ditawarkan ke pasar untuk dimiliki atau
dikonsumsi oleh konsumen yang kemudian dijadikan keputusan untuk
pembelian. Menurut Kotler & Amstrong (2012) produk yang dibuat oleh
perusahaan harus memiliki nilai jual dan keunggulan dari produk pesaingnya,
mulai dari desain, bentuk ukuran, kualitas, dan harga jual untuk menarik daya
minat konsumen.

2.2 Metode Quality Function Development (QFD)


Menurut Akao (1988) Quality Function Deployment (QFD) merupaka sebuah
metode yang digunakan secara terstruktur dalam melakukan proses penentuan
kebutuhan dari konsumen dan melakukan sebuah evaluasi secara sistematis dalam
perancangan dan pengembangan produk. Hal ini juga dikemukakan oleh Tjiptono
dan Diana (2003) bahwa Quality function Deployment (QFD) merupakan sebuah
proses perencanaan bukan alat untuk pemecahan masalah atau analisis. Dalam
proses perancangan maka dibutuhkan beberapa tahapan, yaitu:
1. Production Planning merupakan suatu kebutuhan konsumen yang
ditransformasikan karakteristik produk saat dilakukannya analisis
terhadap kemampuan pesaing, yang akhirnya mengidentifikasi dari
karakteristik teknis lalu di transfer ke langkah berikutnya.
2. Part Planning merupakan rancangan yang telah ditentukan untuk
memenuhi target, kemudian diidentifikasi untuk mengetahui
perkembangan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar.
3. Process Planning merupakan part utama yang nantinya disampaikan ke
dalam proses operasi produksi dan parameternya untuk diidentifikasi.
4. Production Planning utama kebutuhan produksi yang merupakan
deskripsi detail dari tiap part untuk diukur dan diteliti.

22
Tools pendukung yang sering digunakan dalam struktur Quality Function
Deployment (QFD) adalah rumah matriks atau yang biasa dikenal dengan House
Of Quality (HOQ) untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, prioritas
penggabungan untuk produksi, dan mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Berikut tahapan-tahapan House Of Quality
(Cohen, 1995):
1. Part A (Customer Needs and Benefits)
Membahas tentang struktur keinginan dan kebutuhan dari konsumen yang
berdasarkan penelitian pasar yang kualitatif.
2. Part B (Planning Matrix)
Membahas tentang tingkat kepentingan dari kebutuhan dari konsumen.
3. Part C (Technical Response)
Membahas tentang rencana-rencana teknis perusahaan dalam mewujudkan
kebutuhan konsumen yang terdapat dari Customer Needs (part A).
4. Part D (Relationship)
Membahas tentang penilaian hubungan antar tiap elemen yang terdapat
dari Technical Response (part C) dengan kebutuhan konsumen. Berikut
tabel penilaian hubungan:

Tabel 2. 1 Penilaian Hubungan

Simbol Arti Nilai


Not Linked Tidak ada hubungan 0
Possibly Bila ada kemungkinan
1
Linked hubungan terjadi keduanya
Moderately Bila hubungan yang terjadi
3
Linked biasa-biasa saja
Strongly
Bila ada hubungan yang kuat 9
Linked

5. Part E (Technical Correlation)


Membahas tentang implementasi antara elemen-elemen yang terdapat dari
Tachnical Response (part C). Berikut tabel penilaian korelasi:

23
Tabel 2. 2 Penilaian Korelasi

Simbol Arti
VV Strong positive impact (left to right)
V Moderate positive impact (right to left)
<blank> No impact
X Moderate negative impact (right to left)
XX Strong negative impact (left to right)

6. Part F (Technical Importance)


Membahas tentang informasi perbandingan yang didapat dari target
Technical Response dan Technical Priorities.

E. Technical
Correlation

C. Technical Response

D. Relationship
B. Planning Matrix
A. Customer Needs and
Benefits (Impact of Technical Response (Market research and Strategic
on Customers Needs & Planning)
Benefits)

F. Technical Importance

(Technical response priorities,


competitive, benchmark, target)

Gambar 2. 1 House Of Quality. Gaspersz (2011)

House Of Quality (HOQ) digunakan untuk representasi dari QFD


(Gaspersz, 2011).

24
2.3 Metode Kano
Menurut Kano, et al (1984), model kano merupakan cara yang digunakan untuk
identifikasi kepuasan konsumen, model kano bertujuan mengategorikan atribut-
atribut dari produk atau jasa berdasarkan seberapa baik produk yang dapat
memuaskan kebutuhan pelanggan. Model kano sendiri dapat dibedakan menjadi
tiga jenis produk yang mempengaruhi kepuasan konsumen, berikut tiga jenis
model kano:
5. Must-be Requirments atau Basic Needs
Jenis ini sebagai kriteria dasar dari sebuah produk atau syarat mutlak bagi
konsumen, karena konsumen menganggap pemenuhan kriteria ini
memang sudah semestinya dilakukan sehingga tidak akan meningkatkan
kepuasan konsumen.
6. One-dimensional Requirments atau Performance Needs
Jenis ini merupakan kepuasan proposional yang sebanding dengan kinerja
atribut, semakin tinggi atribut maka akan semakin tinggi pula tingkat
kepuasan konsumen.
7. Attractive Requirments atau Excitements Needs
Jenis ini merupakan kriteria produk yang sangat berpengaruh bagi
kepuasan konsumen. Dalam hal ini, konsumen tidak menuntut suatu
produk untuk memiliki kriteria ini. Bahkan tidak akan menyebabkan
penurunan tingkat kepuasan jika kriteria ini tidak terpenuhi.

Pada dasarnya model kano terdiri dari tiga kategori respon dari
konsumen yang selalu muncul. Tiga kategori respon tersebut adalah Indefferent
yang dimana jika ada atau tidaknya layanan maka tidak akan berpengaruh apapun
terhadap kepuasan konsumen, Reverse (kemunduran) yang dimana kepuasan
konsumen lebih tinggi jika layanan tidak berlangsung sebagaimana semestinya
dibandingkan layanan yang berjalan lebih baik, Questionable (diragukan) yang
dimana konsumen puas atau tidak puas jika layanan itu diberikan.

Tabel 2. 3 Kategori Kano

Dysfunctional
Kebutuhan Konsumen
1 2 3 4 5

25
Suka Harap Netral Toleransi Tidak
Suka
1.Suka Q A A A O
2.Harap R I I I M
3.Netral R I I I M
Functional
4.Toleransi R I I I M
5.Tidak R R R R Q
Suka

Berikut enam kategori yang terdapat pada tabel diatas:

1. Attractive (A)
Adanya peningkatan konsumen jika produk berfungsi lebih baik dari
biasanya, tetapi kepuasan tidak menurun jika tidak berfungsi lebih baik
dari biasanya.
2. Must-be (M)
Semakin produk tidak berfungsi dengan semestinya, maka kepuasan
konsumen akan semakin menurun. Namun jika produk berfungsi dengan
sangat baik, kepuasan konsumen tidak akan meningkat.
3. One-dimensional (O)
Kepuasan konsumen meningkat jika sebuah produk semakin berfungsi
dengan baik, juga sebaliknya jika produk tidak berfungsi dengan
semestinya maka kepuasan konsumen akan menurun.
4. Indifferent (I)
Sifat produk yang fungsional atau tidak fungsional tidak akan
mempengaruhi kepuasan konsumen.
5. Reverse (R)
Penetapan dari perusahaan berbanding terbalik dengan yang dirasakan
konsumen.
6. Questionable (Q)
Jawaban dari konsumen tidak jelas atau kurang sesuai dengan pertanyaan
yang ada.

26
Menurut Triton (2002) penentuan kategori kano untuk setiap atribut
menggunakan Blauth’s Formula, sebagai berikut:
1. Jika (one-dimensional + attractive + must-be) lebih dari (indifferent +
reverse + questionable), maka nilai yang didapat dari ujung paling
maksimum dari (one-dimensional, attractive, must-be).
2. Jika (one-dimensional + attractive + must-be) kurang dari (indifferent +
reverse + questionable), maka nilai yang didapat dari ujung paling
maksimum dari (indifferent + reverse + questionable).
3. Jika (one-dimensional + attractive + must-be) sama dengan (indifferent
+ reverse + questionable), maka nilai yang didapat paling maksimum
diatara semua kategori kano (one-dimensional, attractive, must-be,
indifferent, reserve, questionable).

2.4 Penelitian Terdahulu


Dari penelitan terdahulu yang sudah dipelajari, terdapat beberapa penelitian yang
berkaitan dengan topik penelitan yang akan dilakukan. Berikut beberapa
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya:
Penelitian yang dilakukan oleh Wu et al. (2021) membahas tentang
meningkatnya permintaan pelanggan yang tidak pasti atau berubah-ubah untuk
meningkatkan daya saing dengan menggukan metode QFD dan model kano yang
dapat menerjemahkan persyaratan pelanggan menjadi persyaratan desain produk.
Dalam kategori Customer Requirements diidentifikasi menggunakan model kano,
kemudian nantinya akan mendapat hasil bobot dari Customer Requirements lalu
ditentukan secara dinamis sesuai dengan tahapan pengembangan dari perusahaan.
Hasil dari prioritas akan menunjukan fleksibelitas model yang diusulkan untuk
menentukan bobot Customers Requirements dan prioritas Design Requirements
perusahaan terhadap pengembangan produk yang berbeda.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Zeng et al. (2021) membahas
tentang penilaian peran kemasan eco-desain untuk limbah makanan konsumen
dan menguji efek persepsi tentang kemasan eco-desain untuk pengurangan limbah
makanan melalui fungsi fisik, sosial, dan komersial. Hasil dari penelitian ini akan
menunjukan bahwa kemasan eco-desain dapat mengurangi limbah makanan

27
konsumen dan membuat konsumen lebih memaksimalkan kesadaran,
penggunaan, dan manfaat sosial.
Pada penelitian Lizarelli et al. (2021) membahas tentang alat kualitas
model Kano, SERVQUAL, dan QFD untuk merancang dan meningkatkan
layanan. Integrasi yang memberikan analisi mendalam tentang kualitas layanan
akan menghasilkan peluang peningkatan. Kerangka integratif akan di uji dan di
validasi disebuah perusahaan Pendidikan kewirausahaan yang menyediakan
layanan pengalaman untuk memberikan kontribusi menilai persepsi kualitas
layanan, prioritas perbaikan, dan identifikasi persyaratan teknis.
Shen et al. (2021) melakukan penelitian yang bertujuan menganalisis
faktor-faktor penting bagi wisatawan berlayar dan menjamin pengalaman
destinasi marina yang memuaskan. Penelitian ini menggunakan analisis model
Kano yang mengklasifikasikan atribut yang mempengaruhi wisatawan terhadapa
marina. Berdasarkan model Kano yang sudah diteliti maka atribut marina
dikategorikan menjadi must-be, satu dimensi, atraktif dan acuh tak acuh.
Penelitian ini memberikan wawasan keputusan manajemen strategis masa depan
untuk tujuan marina.
Kemudian Fonseca et al. (2020) membahas tentang industri otomotif
menghadapi perubahan besar seperti pengendalian emisi, perubahan iklim, dan
peningkatan daya pelanggan untuk menghasilkan persaingan yang lebih insentif
menggunakan metode QFD untuk menghubungkan harapan pelanggan dengan
karakteristik teknis produk. Teknik pengembangan produk memakai metode QFD
untuk memastikan keberhasilan pasar setelah produk dirilis. Pada metode QFD
menggunakan Tools HOQ untuk mengungkapkan bahwa desain produk
merupakan persyaratan teknis utama yang paling berdampak pada pengembangan
produk. Penerapan diagram afinitas untuk mengatasi sejumlah besar besar
informasi subjektif dan juga relevan untuk menstandarisasi platform kendaraan
listrik setidaknya pada ukuran yang lebih sedikit dan umum, serta
memberitahukan perlu adanya pendekatan yang lebih oleh tim kolaboratif.
Penelitian yang dilakukan oleh Effendi et al. (2018) rendahnya penjualan
makanan jenang karena persaingan dengan pengusaha lainnya maka ditentukan
prioritas kebutuhan konsumen serta perbaikan dilakukan dalam meningkatkan
penjualan jenang dengan menggunakan metode Fuzzy Quality Function

28
Deployment (FQFD). Hasil dari penelitian ini menunjukan atribut yang menjadi
prioritas kebutuhan konsumen adalah tercantumnya tanggal kadaluwarsa dan
desain kemasan. Perbaikan yang dilakukan perusahaan dengan melakukan
perancangan desain kemasan yang lebih menarik serta mencantumkan informas
kualitas pada kemasan.
Selanjutnya terdapat penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al. (2020)
pengembangan dan perancangan produk pelayanan jasa dilakukan melihat
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pasar yang mengalami siklus perubahan
dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk
mengartikan kebutuhan konsumen kedalam karakteristik produk serta
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhinya. Dari hasil
pengolahan data yang di analisa, maka didapat kesimpulan bahwa hasil dari
wawancara dan survey terhadap pelanggan diperoleh penilian atribut berupa
kelengkapan tayangan, harga terjangkau, siaran sesuai kebutuhan, pelayanan, dan
kualitas.
Pada penelitian Mufreni (2016) menguji pengaruh desain produk, bentuk
kemasan dan material kemasan terhadap minat beli konsumen dengan
menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan jumlah sampel 100
orang responden menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil dari penelitian
menunjukan bahwa kemasan mampu meningkatkan minat pembeli konsumen.
Kemudian Yuliarty et al. (2018) perancangan desain papan tulis
berpenghapus yang saling berintegrasi untuk meningkatkan kenyamanan pada
pengguna dengan menggunakan metode QFD dan didapatkan hasil pengolahan
data bahwa terdapat atribut-atribut yang dijadikan dasar untuk membentuk
rancangan desain papan tulis.
Sedangkan Aji et al. (2016) merancang produk lampu meja belajar dengan
penambahan fungsi sesuai Requirement dari penggunanya dengan menggunakan
metode QFD dan Kano. Dari penelitian ini didapatkan hasil penambahan fungsi
pada lampu meja belajar dapat mati otomatis secara bergantian antara lampu
belajar dan lampu tidur, desain lipat atau flip, jam digital, kipas, charger
handphone, tempat alat tulis, dan tetap menyala bila tidak ada aliran listrik.
Donida et al. (2019) menerapkan prinsip-prinsip Kansei Engineering
untuk mengetahui desain yang dibutuhkan konsumen pada produk carica sehingga

29
meningkatan minat pembelian produk. Kansei Engineering membantu dalam
menentukan aspek-aspek yang diinginkan oleh konsumen, sedangkan Kano
menentukan kategori dari setiap aspek yang diinginkan konsumen menjadi
beberapa bagian yakni Basic Attributes, Linier Attributes, Attractive Attributes,
dan Non-significant Attributes. Dapat disimpulkan bahwa konsumen
menginginkan kemasan yang baru berbentuk kotak dan berbahan kaca serta
memiliki label yang menggambarkan buar dan memiliki tema warna jingga.
Siregar I dan Adhinata K (2017) keberhasilan suatu produk dapat diukur
dari seberapa besar eksistensi produk diterima oleh konsumen dan meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan. Desain produk merupakan sebuah ide,
pengembangan konsep, dan pengujian yang dilakukan sebelum proses produksi.
Penerapan fungsi kualitas dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Dari penjelasan penelitian terdahulu kemudian dibuat tabel perbandingan
untuk mengetahui perbedaan topik antar penelitian terdahulu termasuk yang
dilakukan penulis. Berikut merupakan tabel perbandingan dari penelitian yang
telah dilakukan beserta rencana penelitian oleh penulis.

30
Tabel 2. 4 Penelitian Terdahulu

Topik
No Judul Penelitian Author Tahun Desain Desain
QFD Kano
Produk Kemasan
1 An interval type- Tong Wu,
2 fuzzy Kano- Xinwang
prospect-TOPSIS Liu, Jindong
based QFD Qin,
model: Francisco 2021 √ √ √ -
Application to Herrera
Chinese e-
commerce
service design
2 Integration of Fabiane L.
SERVQUAL, Lizarelli,
Analytical Kano, Lauro Osiro,
and QFD using Gilberto
fuzzy approaches M.D. Ganga,
2021 - √ √ -
to support Glauco H.S.
improvement Mendes
decisions in an
entrepreneurial
education service
3 Kano modelJanmejay
analysis for
Bhardwaj,
enhancing Ashu Yadav,
customer Manvendra
satisfaction of an
Singh 2021 - - √ -
automotive Chauhan,
product for Indian
Avanish
market Singh
Chauhan
4 QFD as a tool to L. Fonseca,
improve J. Fernandes,
negotiation C. Delgado
process, product
quality, and
2020 - √ - -
market success,
in a automotive
industy battery
components
supplier

31
Topik
No Judul Penelitian Author Tahun Desain Desain
QFD Kano
Produk Kemasan
5 Analisis Mas'ud
kebutuhan Effendi,
konsumen dalam Luluk Mei
pengembangan Arifa, dan
jenang dengan Siti Asmaul 2018 - √ - -
metode Fuzzy Mustaniroh
Quality Function
Deployment
(FQFD)
6 Analisis Rizka
pengembangan Lestari, Siti
pelayanan jasa Wardah,
TV kabel Khairul
menggunakan Ihwan 2020 - √ - -
metode Quality
Function
Deployment
(QFD)
7 Pengaruh desain Alvin NF
produk, bentuk Mufreni
kemasan dan
bahan kemasan
terhadap minat 2016 √ - - √
beli konsumen
(Studi kasus The
Hijau Serbuk
Tocha)
8 Pengembangan Popy
desain produk Yuliarty,
papan tulis Teguh
dengan metode Permana, 2018 √ √ - -
Quality Function Ade Pratama
Deployment
(QFD)
9 Pengembangan Edy Rustam
produk lampu Aji dan Evi
belajar dengan Yuliawati
metode Kano dan 2016 √ √ √ -
Quality Function
Deployment
(QFD)
10 Perancangan Ikhsan
produk tempat Siregar dan
tisu multifungsi Kevin 2017 √ √ - -
dengan Adhinata

32
Topik
No Judul Penelitian Author Tahun Desain Desain
QFD Kano
Produk Kemasan
menggunakan
Quality Function
Deployment
(QFD)
11 Perancangan Deandy
desain kemasan Audy
produk Carica Harman
dengan konsep Donida,
2019 - - √ √
Kaizen dan Heru
Model Kano Prastawa,
Manik
Mahacandra
12 Can eco-design Tian Zeng,
packaging reduce Fabien
consumer food Durif,
2021 - - - √
waste? An Elisabeth
experimental Robinot
study
13 Applying the Mu-Chen
Kano model to Chen, Chia-
investigate the Lin Hsu,
quality of Chun-Han 2021 - - √ -
transportation Huang
services at mega
events
14 Perceived Ye Shen,
importance of and Jithendran
satisfaction with Kokkranikal,
marina attributes Camilla
in sailing tourism Paaske 2021 - - √ -
experience: A Christensen,
kano model Alastair M.
approach Morrison
15 Pengembangan
desain produk
kemasan kopi di
Sapuangin Kopi
Basecamp
I.K. Ridho
Merapi dengan
Berlanda 2021 √ √ √ √
menggunakan
Anugrah. TB
metode Quality
Function
Deployment
(QFD) dan Model
Kano
33
Dari penelitian terdahulu didapat bahwa kebanyakan peneliti melakukan analisa
desain produk, QFD, model Kano, dan desain kemasan secara terpisah.
Contohnya pada Fonseca et al. (2020) yang hanya fokus pada QFD atau Shen et
al. (2021) yang hanya fokus pada model Kano saja. Berbeda dengan penelitian ini
karena melakukan pengembangan produk pada kemasan kopi yang dapat
meningkatkan daya jual di UKM Sapuangin Kopi. Penelitian akan dimulai dengan
observasi langsung ke UKM Sapuangin Kopi. Selain itu dilakukan wawancara
dengan pemilik UKM sehingga diketahui jenis pengembangan yang dapat
dilakukan. Setelah mengetahui pengembang desain kemasan, akan dilakukan
identifikasi kebutuhan pelanggan melalui penyebaran kuesioner. Setelah
diketahui aspek-aspek yang dibutuhkan akan dituangkan kedalam tools yang
bernama HOQ. Dari hasil HOQ tersebut akan diketahui detail pengembangan
produk yang sesuai dengan kriteria. Setelah dilakukan pengembangan produk
menggunakan matriks HOQ maka akan dilakukan analisa kepuasan pelanggan
menggunakan model Kano. Setelah dilakukan analisa kepuasan pelanggan maka
akan dibuat sebuah prototype perbaikan desain kemasan kopi untuk menjadi
referensi bagi pemilik UKM Sapuangin Kopi.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di UKM Sapuangin Kopi yang beralamat di Basecamp
Sapuangin Merapi, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah.

3.2 Objek Penelitian


Objek pada penelitian ini adalah kemasan kopi yang ada pada UKM Sapuangin Kopi

3.3 Jenis Data


Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yang digunakan, yaitu:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumbernya. Data
primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil data dari observasi
secara langsung ke UKM Sapuangin, hasil dari wawancara kepada owner UKM
Sapuangin Kopi, dan Kuesioner terhadap konsumen terkait dengan desain
kemasan yang dibutuhkan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang telah
dilakukan. Data sekunder ini bersumber dari kajian literatur yang mengutip dari
jurnal, skripsi, buku, artikel, dan informasi lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini didapatkan beberapa metode untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan, yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung ke UKM
Sapuangin Kopi untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
2. Wawancara

35
Wawancara dilakukan secara langsung ke pihak owner Sapuangin kopi terkait
perbaikan desain kemasan yang dibutuhkan.
3. Kuesioner
Kuesioner dilakukan untuk pengambilan data pengembangan desain kemasan
kopi yang dibutuhkan oleh konsumen, serta perbandingan tingkat kepuasan
pengembangan desain produk kemasan kopi pada UKM Sapuangin Kopi.

3.5 Pengolahan Data


3.5.1 Identifikasi Keinginan Konsumen
Langkah pertama dalam melakukan tahap perancangan produk adalah
melakukan penelitian pasar atas kebutuhan dan keinginan konsumen. Metode
yang digunakan untuk identifikasi kebutuhan konsumen adalah wawancara
langsung dengan pemilik kedai Sapuangin Kopi dan penyebaran kuesioner
kepada subjek penelitian. Pada metode ini difokuskan pada pencarian voice of
customer dengan melalui dua tahap pencarian data yang dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan target konsumen pada produk kemasan kopi.
a) Observasi
Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, dilakukan observasi terlebih
dahulu dengan mengunjungi langsung Kedai Sapuangin. Tujuan
dilakukannya observasi adalah agar peneliti dapat mengetahui apa saja
yang dapat dilakukan pengembangan dari Kedai Sapuangin. Dari
observasi yang dilakukan, didapat bahwa Kedai Sapuangin baru
menyediakan kopi kemasan yang masih berbentuk biji kopi. Selain tidak
praktis, hal ini membuat pembeli harus melakukan grinding terlebih
dahulu sebelum dapat menyeduh kopi. Sehingga, pada penelitian ini akan
dilakukan pengembangan desain kemasan kopi di Kedai Sapuangin
b) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pemilik kedai Sapuangin Kopi untuk
mengetahui permasalahan yang ada di kedai Sapuangin Kopi tersebut.
Topik yang ditanyakan adalah seputar kendala dalam memasarkan kopi di
Kedai Sapuangin. Dari wawancara yang dilakukan didapatkan hasil bahwa
pemilik kedai Sapuangin Kopi sedang memperluas pemasaran produk kopi
di Sapuangin. Salah satu yang sudah dilakukan adalah dengan menjualnya
36
dalam bentuk biji kopi agar konsumen dapat menikmatinya dirumah.
Namun, cara tersebut dirasa kurang praktis dan tidak semua orang
memiliki coffee grinder untuk mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk.
Karena dari hasil observasi sebelumnya didapat bahwa kemasan yang
digunakan masih kurang dapat menjangkau area yang lebih luas, maka
dilakukan diskusi terkait jenis kemasan kopi yang dapat digunakan.
c) Kuesioner
Setelah mengetahui apa yang menjadi masalah di UKM Sapuangin Kopi,
kemudian dilakukan penyebaran kuesioner dengan target sebanyak 100
responden yang merujuk kearah pengembangan kemasan kopi, selaras
dengan permasalahan yang dihadapi UKM Sapuangin Kopi. Penyebaran
kuesioner dilakukan sebanyak 3 kali. Dimana kuesioner pertama berisi
mengenai kriteria apa saja yang tepat untuk pengembangan produk
kemasan kopi. Selanjutnya kuesioner kedua berisi mengenai tingkat
kepentingan dari masing-masing kriteria yang telah ditentukan
berdasarkan kuesioner sebelumnya serta penilaian voice of customer
terhadap pengembangan produk kemasan kopi. Kemudian kuesioner
ketiga berisi tentang perbandingan kriteria kemasan produk dengan skala
1-5
3.5.2 Model Kano
Model Kano digunakan untuk mengkategorikan atribut pelayanan berdasarkan
hasil dari kuesioner. Berikut merupakan langkah-langkah dalam menentukan
kategori Kano:
a. Mengklasifikasikan atribut pelayanan berdasarkan tabel klasifikasi kualitas
b. Menghitung jumlah masing-masing kategori tiap atribut pelayanan
c. Menentukan kategori pada masing-masing atribut berdasarkan blauth
formula.
3.5.3 Quality Function Deployment (QFD)
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis Quality Function Deployment
(QFD) adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan pelanggan (Voice Of Customer)
2. Menentukan nilai Importance Rating

37
3. Menginterpretasikan kebutuhan pelanggan kedalam kebutuhan teknis
(Technical Requirement)
4. Membuat matriks House Of Quality (HOQ)
5. Menganalisis hubungan antara kebutuhan pelanggan kedalam kebutuhan
teknis
6. Menentukan target kebutuhan teknis arah perbaikan
7. Menentukan nilai harapan absolut dan nilai harapan relatif kebutuhan
teknis
8. Menentukan hubungan antar kebutuhan teknis

3.6 Alat Bantu Penelitian


Dalam penelitian ini diperlukan beberapa alat bantu yang digunakan untuk
mengolah data. Alat bantu yang digunakan merupakan Microsoft Excel dan
Google Form. Software Microsoft Excel digunakan untuk mengumpulkan data
dan mengolah data House Of Quality (HOQ), sedangkan Google Form digunakan
untuk mendapatkan hasil kuesioner dari konsumen untuk perbaikan yang
dibutuhkan.

3.7 Alur Penelitian


Dibawah ini merupakan alur penelitian yang dilakukan:

38
Mulai

Observasi Lapangan

Wawancara

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Kajian Literatur:
- Kajian Deduktif
- Kajian Induktif

Pengumpulan Data

Pengolahan Data:
- QFD
- Kuesioner
- HOQ
- Kano

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

3.7.1 Observasi Lapangan


Peneliti melakukan observasi lapangan secara langsung ke UKM Sapuangin Kopi
sebelum menentukan masalah apa yang dapat diselesaikan. Observasi ini dilakukan
agar permasalah dapat dipilih dengan tepat.

39
3.7.2 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui perbaikan produk kemasan seperti apa yang
di inginkan oleh owner UKM Sapuangin, serta mengetahui kekurangan yang ada
untuk meningkatkan penjualan produk.

3.7.3 Identifikasi Masalah


Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah pada UKM Sapuangin Kopi terkait
pengembangan produk kemasan kopi. Setelah diketahui terdapat beberapa
perancangan dan pengembangan desain produk kemasan kopi yang lebih memiliki
nilai jual sehingga dapat memajukan UKM Sapuangin Kopi.

3.7.4 Rumusan Masalah


Perumusan masalah ini dilakukan penulis agar mempermudah dalam
menentukan tujuan dari penelitian yang dilakukan disertai batasan masalah
agar penulis dapat fokus pada batasan yang ada.

3.7.5 Kajian Literatur


Setelah mengetahui permasalahan yang ada, kemudian dilakukan studi literatur
untuk mempermudah penulis dalam mencapai tujuan yang diambil dari teori-
teori yang ada dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Kajian Deduktif
Pada kajian deduktif ini berisi tentang teori-teori yang telah ditetapkan dan
dirangkum menjadi panduan peneliti dalam melakukan pengolahan data.
Kajian dedukti yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain produk,
Quality Function Deployment (QFD), House Of Quality (HOQ), dan model
Kano.
2. Kajian Induktif
Pada kajian Induktif ini berisi tentang penelitian sebelumnya yang
menggunakan metode serupa pada penelitiannya. Kajian induktif dilakukan
untuk mengetahui tahapan-tahapan perhitungan yang dilakukan sesuai topik
penelitian.

40
3.7.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah teridentifikasi tujuan dari penelitian. Data
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari observasi lapangan, wawancara, dan kuesioner
terhadap pihak yang terlibat. Sedangkan data sekunder didapatkan dari hasil
pencarian penelitian yang telah dilakukan dari literasi penelitian terdahulu,
buku, dan internet.

3.7.7 Pengolahan Data


Pengolahan data dapat dilakukan ketika data yang dibutuhkan sudah
terkumpul. Pengolahan data dimulai dari pengembangan desain produk
menggunak QFD dan model Kano kemudian dilanjutkan dengan membuat
prototype sebagai contoh desain kemasan yang telah dikembangkan dan
menjadi referensi UKM Sapuangin Kopi untuk diterapkan pada UKM nya.

3.7.8 Hasil dan Pembahasan


Setelah dilakukan analisa hasil pada pengembangan produk kemasan kopi
maka dilakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan konsumen yang
diinginkan. Kemudian dilakukan pembuatan prototype perancangan dan
pengembangan desain kemasan kopi.

3.7.9 Kesimpulan dan Saran


Pada kesimpulan ini berisi rangkuman dari hasil penelitian yang menjawab
seluruh rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan. Setelah memnbuat
kesimpulan maka diberi juga saran perbaikan untuk UKM terkait permasalah
yang ada.

41
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


4.1.1 Profil UKM Sapuangin Merapi
Kopi Sapuangin Merapi merupakan suatu UMKM yang bergerak dalam usaha
produksi dan pemasaran kopi lokal. Kopi sapuangin berada di lokasi Jalan Sapuangin
Km 30, Dusun Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Dalam usaha UMKM Sapuangin Kopi, produk yang dihasilkan
merupakan kopi hasil menanam dan panen sendiri, kemudian di produksi hingga
menjadi kopi dalam bentuk green bean, roast bean, dan kopi siap seduh.
Produk kopi dalam bentuk green bean dan roast bean dipasarkan kepada para
pemilik kedai kopi yang ada di daerah Klaten dan sekitarnya. Kopi Sapuangin Merapi
juga memiliki kedai kopi sendiri yang bernama Sapuangin Coffee and Farm yang
terletak dikawasan lereng gunung Merapi di Dukuh Pajegan. Kopi Sapuangin Merapi
hanya memproduksi kopi berjenis Arabika, sedangkan untuk jenis varian lainnya
antara lain Yellow Bourbon, Red Bourbon, Lini Es, dan varian campuran.
Berdasarkan Brand-nya, produk kopi ini cukup terkenal di kalangan masyarakat
Klaten dan sekitarnya.
Kopi Sapuangin Merapi didirikan pada tahun 2017 oleh 12 pemuda daerah
Sapuangin. Masyarakat daerah Sapuangin yakni Dukuh Cangkuk dan Dukuh Pajegan
sudah mulai menanam kopi sekitar tahun 1990 yang mana bibit kopi tersebut
didapatkan dari pemerintah. Akan tetapi, setelah ditanam, dirawat, dan dipanen
ternyata harga kopi mengalami penurunan. Penurunan paling rendah hingga Rp.
500/kg. Pada tahun tersebut masyarakat juga belum memiliki jaringan atau relasi
didunia perkopian.
Pada bulan Oktober 2017, pemuda Sapuangin mulai menanam kembali biji
kopi dengan dibawakan sebanyakan 1500 bibit kopi Aribica Varietas Yellow
Bourbon dari Classic Bean Bandung. Kopi Yellow Bourbon ini termasuk varietas
kopi langka yang tidak bisa ditanam di sembarang tanah, dan harus tanah yang subur
seperti tanah pegunungan. Dalam jangka kurang lebih dua tahun, yakni pada tahun
2019 kopi mulai berbuah dan dapat dipanen. Kopi Yellow bourbon yang telah

42
dipanen kemudian diproses hingga menjadi bentuk green bean dan roast bean yang
nantinya akan dipasarkan di kedai-kedai kopi di Klaten dan sekitarnya.

Gambar 4. 1 Pohon Kopi Yellow Bourbon

Gambar 4. 2 Kopi Yang Sedang Dijemur

43
Gambar 4. 3 Proses Penjemuran Kopi

Gambar 4. 4 Kopi Yellow Bourbon Setelah Dipanen

Berikut proses produksi Kopi Sapuangin Merapi mulai dari menanam bibit
kopi hingga ke tangan konsumen:
1. Budidaya kopi dengan membuat benih kopi kemudian ditanam sendiri.

44
2. Melakukan perawatan kurang lebih sekitar dua tahun sampai berbuah
dengan dengan melakukan perlindungan dari hama dan perawatan pupuk
kandang hasil ternak sendiri. Pemupukan dilakukan satu tahun sekali.
Setelah berbuah kemudian siap untuk dipanen.
3. Kopi yang telah dipanen kemudian dilakukan penjemuran kopi sampai
kering di dum. Terdapat tiga jenis kopi berdasarkan penjemurannya:
a) Natural : Penjemuran selama 1 bulan dan dijemur dengan
kulit luarnya atau kulit cherry. Hasil rasa kopinya ini akan kuat.
b) Honey : Penjemuran selama 20 hari dengan dikupas kulit
luarnya lalu dijemur atau difermentasi (dimasukan kedalam plastik
yang rapat, tidak ada udara keluar masuk selama 24jam). Hasil rasa
kopinya cenderung lebih weakness atau tidak terlalu kuat.
c) Semi-wash : Penjemuran selama 17 hari dengan dikupas kulit
luar cherry lalu dicuci kemudian di jemur. Hasil rasa kopinya lebih
weakness lagi.
4. Perawatan kopi yang sudah dijemur atau sudah kering dimasukkan kedalam
karung, lalu karung diberi plastik untuk menjaga kelembapan. Kemudian
karung itupun tidak diletakan diatas lantai secara langsung, tetapi dialasi
dengan kayu agar terhindar dari jamur.
5. Kopi yang telah dijemur dimasukan ke dalam mesin Huller untuk
pengupasan kulit kering kemudian keluar dalam bentuk green bean.
6. Selanjutnya biji kopi disortir dan diambil biji kopi yang kondisinya masih
bagus lalu dipisahkan dengan yang defect (pecah, bolong, dsb).
7. Kemudian dimasukan kedalam mesin roasting untuk dipanggang agar
memunculkan rasa asli dari biji kopinya dan rasa yang lebih nikmat.
8. Hasil yang telah di roasting Sebagian dijual dalam bentuk kemasan ke kedai
kopi di Klaten dan sekitarnya, sementara Sebagian lagi dijual di kedai
Sapuangin Coffee and Farm untuk kopi siap seduh yang dijual langsung ke
konsumen.

Menu di kedai Kopi Sapuangin Merapi disesuaikan dengan


kebutuhan konsumen. Berikut produk yang dijual di Sapuangin Coffee
and Farm:
45
Manual Brew:
1. Kopi Tubruk
2. Kopi Robusta
3. V-60
4. French Press (Hot/Ice)
5. Aeropress (Hot/Ice)
6. Mokapot
7. Vietnam Drip
8. Japanesse Drip

Coffee Based:
1. Coffee Tonic
2. Cappucino (Hot/Ice)
3. Mochacino (Hot/Ice)
4. Red Velvet Kopi (Hot/Ice)
5. Green Tea Kopi (Hot/Ice)
6. Kopi Salak

Milk Based:
1. Kopi Susu
2. Red Velvet (Hot/Ice)
3. Green Tea Susu (Hot/Ice)
4. Chocolate (Hot/Ice)

Non Kopi:
1. Teh Jahe
2. Jeruk Jahe
3. Lemon Tea (Hot/Ice)
4. Jeruk (Hot/Ice)

4.1.2 Identifikasi Keinginan Konsumen


Berikut adalah rincian dari masing-masing kuesioner yang telah disebar:

46
Tabel 4. 1 Kuesioner Kriteria 1

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


1 Berapa umur Anda? a) 16-20
b) 21-25
c) 26-30
d) >30
2 Jenis Kelamin? a) Perempuan
b) Laki-laki
3 Apakah Anda penikmat kopi? Ya / Tidak
4 Apakah Anda suka menyeduh kopi kemasan? Ya / Tidak
5 Apa saja kelebihan dari kopi kemasan? Pertanyaan terbuka
6 Apa saja kekurangan dari kopi kemasan? Pertanyaan terbuka
7 Apakah Anda menyukai jika dilakukan Ya / Tidak
pengembangan desain kemasan kopi?
8 Aspek apa saja yang harus ada pada kopi a) Praktis
kemasan? b) Penyajian Cepat
c) Efektif
d) Menarik
e) Sekali Pakai
f) Kualitas kopi terjaga
g) Terjangkau
h) Mudah digunakan

Tabel 4. 2 Kriteria 2 Skala Kepentingan

No Kriteria Skala Kepentingan


1 Praktis 1-5
2 Cepat 1-5
3 Menarik 1-5
4 Efektif 1-5
5 Sekali Pakai 1-5
6 Kualitas Kopi Terjaga 1-5
7 Terjangkau 1-5
8 Mudah digunakan 1-5

Tabel 4. 3 Kriteria 3 Skala Perbandingan

No Kriteria Skala Perbandingan


1 Praktis Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)

47
No Kriteria Skala Perbandingan
2 Cepat Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
3 Menarik Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
4 Efektif Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
5 Sekali Pakai Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
6 Kualitas Kopi Terjaga Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
7 Terjangkau Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)
8 Mudah digunakan Skala 1 - 5 (Drip Bag,
Edible Packaging, Kopi
Instan)

Kuesioner pertama disebar untuk mengetahui kriteria apa saja yang


semestinya ada pada kemasan kopi. Berikut adalah kriteria yang dipilih berdasarkan
kriteria dengan frekuensi diatas 50.

Tabel 4. 4 Kriteria Yang Terpilih

No Kriteria Frekuensi
1 Kualitas Terjaga 91
2 Praktis 90
3 Efektif 78
4 Terjangkau 67
5 Mudah digunakan 62
6 Menarik 61
7 Penyajian cepat 59

48
Setelah menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan pada
pengembangan produk, dilakukan penyebaran kuesioner kedua untuk mengetahui tingkat
kepentingan masing-masing kriteria. Berikut adalah hasil kuesioner kedua:

Tabel 4. 5 Tingkat Kepentingan Masing-masing Kriteria

Frekuensi Kriteria
Keterangan Penyajian Kualitas Mudah
Praktis Menarik Efektif Terjangkau
Cepat Terjaga Digunakan
Tidak
0 3 1 2 0 1 0
Penting
Kurang
1 10 9 2 0 4 1
Penting
Penting 25 32 42 27 6 27 25
Lebih
21 34 23 27 18 35 21
Penting
Sangat
53 21 25 42 76 33 53
Penting

Setelah mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria,


dilakukan perbandingan kriteria dengan produk lain. Pada penelitian ini, produk yang
menjadi perbandingan adalah edible coffee dan kemasan kopi instan yang banyak beredar
di pasaran.

Tabel 4. 6 Perbandingan Kriteria Dengan Produk Lain

Tidak Kurang Lebih Sangat


Keterangan Penting
Penting Penting Penting Penting
Kriteria Produk
Dripbag 3 9 19 34 35
PRAKTIS Edible 0 9 28 45 18
Kopi Instan 1 4 30 37 28
Dripbag 1 4 41 15 39
PENYAJIAN
Edible 2 4 35 38 21
CEPAT
Kopi Instan 5 5 20 47 23

49
Tidak Kurang Lebih Sangat
Keterangan Penting
Penting Penting Penting Penting
Kriteria Produk
Dripbag 0 3 17 21 59
MENARIK Edible 3 10 27 43 17
Kopi Instan 5 26 49 14 6
Dripbag 2 9 38 16 35
EFEKTIF Edible 1 10 42 41 6
Kopi Instan 0 12 33 29 26
Dripbag 0 0 10 22 68
KUALITAS
Edible 0 5 28 44 23
TERJAGA
Kopi Instan 13 26 40 11 10
Dripbag 7 14 36 15 28
TERJANGKAU Edible 3 10 44 34 9
Kopi Instan 0 5 21 46 28
Dripbag 2 4 21 27 46
MUDAH
Edible 2 6 23 39 30
DIGUNAKAN
Kopi Instan 0 2 25 36 37

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk memastikan bahwa atribut yang ada pada kuesioner
valid. Pengujian ini dilakukan untuk menguji hasil voice of customer yang telah
didapat. Berikut adalah hasil uji validitas yang dilakukan menggunakan software
SPSS:

Tabel 4. 7 Hasil Uji Validitas

R tabel
NO Atribut Df = (n – 2, R hitung Keterangan
0,05)
1 Praktis 0,1966 0,6830 Valid
2 Penyajian Cepat 0,1966 0,6720 Valid

50
R tabel
NO Atribut Df = (n – 2, R hitung Keterangan
0,05)
3 Menarik 0,1966 0,5900 Valid
4 Efektif 0,1966 0,7200 Valid
5 Kualitas Kopi Terjaga 0,1966 0,5820 Valid
6 Terjangkau 0,1966 0,7400 Valid
7 Mudah Digunakan 0,1966 0,6770 Valid

Dalam uji validitas, atribut dikatakan valid jika Rhitung > Rtabel. Rhitung didapat
dari nilai Pearson Correlation masing-masing atribut. Sedangkan Rtabel merupakan
nilai yang ada pada daftar Tabel R dengan ketentuan: Rtabel = df (n – 2; 0,05) =
0,1966. Pada pengujian ini semua atribut memiliki nilai R hitung > R tabel (1,966),
Sehingga dapat dikatakan bahwa atribut yang digunakan semuanya telah valid.

4.2.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau diandalkan dalam hal konsistensi. Sehingga, alat ukur dikatakan
reliabel ketika dapat menunjukan hasil yang sama meskipun dilakukan pengukuran
berulang kali. Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang didapat dari hasil kuesioner:

Tabel 4. 8 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,785 7

Data dikatakan reliabel apabila nilai R hitung > R tabel 5%, dimana R hitung
merupakan nilai yang tertera pada kolom Cronbach’s Alpha. Sedangkan R tabel
didapat dari tabel distribusi nilai R tabel. Kuesioner ini memiliki responden sebanyak
100 orang dengan nilai R hitung = 0,785 dan nilai R tabel = 0,195. Karena nilai R
hitung (0,785) > R tabel (0,195), maka dapat dikatakan bahwa data yang dapat
terkumpul reliabel atau dapat dipercaya.

4.2.3 Model Kano

51
Data-data pengukuran Model Kano meliputi data tanggapan responden atas
pertanyaan positif dan pertanyaan negative dari atribut-atribut pengembangan
kemasan kopi sebelumnya. Klasifikasi model Kano dilakukan dengan bantuan tabel
Evaluasi Model Kano.

Tabel 4. 9 Evaluasi Model Kano

Disfunctional
1 2 3 4 5
Kebutuhan konsumen
Tidak
Suka Harap Netral Toleransi
suka
1. Suka Q A A A O
2. Harap R I I I M
Functional

3. Netral R I I I M
4. Toleransi R I I I M
5. Tidak
R R R R Q
suka

Berikut adalah hasil dari klasifikasi model Kano yang didapat dari penyebaran
kuesioner kepada 30 responden:

Tabel 4. 10 Klasifikasi Kuesioner Model Kano

Jumlah Jawaban
No Customer Requirements Total
A M O I R Q
1 Praktis 6 5 15 4 0 0 30
2 Penyajian cepat 5 7 18 0 0 0 30
3 Menarik 17 3 7 1 2 0 30
4 Efektif 3 13 8 4 2 0 30
5 Kualitas 3 7 20 0 0 0 30
6 Terjangkau 19 2 5 1 3 0 30
7 Mudah digunakan 5 4 16 4 1 0 30

52
Tabel 4. 11 Persentase Klasifikasi Kuesioner Model Kano

Customer Jumlah Jawaban


No Total
Requirements A M O I R Q
1 Praktis 20% 17% 50% 13% 0% 0% 100%
2 Penyajian cepat 17% 23% 60% 0% 0% 0% 100%
3 Menarik 57% 10% 23% 3% 7% 0% 100%
4 Efektif 10% 43% 27% 13% 7% 0% 100%
5 Kualitas 10% 23% 67% 0% 0% 0% 100%
6 Terjangkau 63% 7% 17% 3% 10% 0% 100%
7 Mudah digunakan 17% 13% 53% 13% 3% 0% 100%

Setelah didapat jumlah kategori Kano tiap atribut, akan dilakukan penentuan kategori
kano untuk tiap atribut dengan Blauth Formula. Berikut adalah hasil dari perhitungan
rumus Blauth Formula.

Tabel 4. 12 Perhitungan Rumus Blauth Formula

No Atribut A+O+M I+R+Q Total Kategori


1 Praktis 26 4 30 O
2 Penyajian cepat 30 0 30 O
3 Menarik 27 3 30 A
4 Efektif 24 6 30 M
5 Kualitas 30 0 30 O
6 Terjangkau 26 4 30 A
7 Mudah digunakan 25 5 30 O

𝐴+𝑂
Satisfaction CS = 𝐴+𝑂+𝑀+𝐼

𝑂+𝑀
Disatisfaction CS = (𝐴+𝑂+𝑀+𝐼)×(−1)

Tabel 4. 13 Customer Satisfaction Coefficients

Product 𝑨+𝑶 𝑶+𝑴


A O M I Total Kategori
Requirment 𝑨+𝑶+𝑴+𝑰 𝑨+𝑶+𝑴+𝑰

53
Praktis 6 15 5 4 100% O 0,70 -0,67
Penyajian
5 18 7 0 100% O
cepat 0,77 -0,83
Menarik 17 7 3 1 100% A 0,86 -0,36
Efektif 3 8 13 4 100% M 0,39 -0,75
Kualitas 3 20 7 0 100% O 0,77 -0,90
Terjangkau 19 5 2 1 100% A 0,89 -0,26
Mudah
5 16 4 4 100% O
digunakan 0,72 -0,69

CS-COEFFICIENTS
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
-0,1
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
-0,6
-0,7
-0,8
-0,9
-1

Gambar 4. 5 Customer Satisfaction Coefficients

4.2.4 Quality Function Deployment


1. Importance Rating
Untuk dapat mengetahui tingkat kepentingan dari atribut yang terpilih, akan
dilakuukan perhitungan importance rating. Importance rating disusun dari nilai
terbesar hingga terkecil untuk mengetahui atribut yang paling penting bagi
pelanggan dalam pengembangan kemasan. Skala yang digunakan untuuk
mengindentifikasi tingkat kepentingan atribut yaitu:
- Nilai 5 untuk sangat penting
- Nilai 4 untuk lebih penting

54
- Nilai 3 untuk penting
- Nilai 2 untuk kurang penting
- Nilai 1 untuk tidak penting

Tabel 4. 14 Tingkat Kepentingan Atribut Praktis

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 0 0
Kurang Penting 2 1 2
Penting 3 25 75
Lebih Penting 4 21 84
Sangat Penting 5 53 265
TOTAL 100 426
IR 4,26

Tabel 4. 15 Tingkat Kepentingan Atribut Penyajian Cepat

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 3 3
Kurang Penting 2 10 20
Penting 3 32 96
Lebih Penting 4 34 136
Sangat Penting 5 21 105
TOTAL 100 360
IR 3,6

Tabel 4. 16 Tingkat Kepentingan Atribut Menarik

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 1 1
Kurang Penting 2 9 18
Penting 3 42 126
Lebih Penting 4 23 92
Sangat Penting 5 25 125
TOTAL 100 362
IR 3,62

Tabel 4. 17 Tingkat Kepentingan Atribut Efektif

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 2 2

55
Kurang Penting 2 2 4
Penting 3 27 81
Lebih Penting 4 27 108
Sangat Penting 5 42 210
TOTAL 100 405
IR 4,05

Tabel 4. 18 Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Terjaga

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 0 0
Kurang Penting 2 0 0
Penting 3 6 18
Lebih Penting 4 18 72
Sangat Penting 5 76 380
TOTAL 100 470
IR 4,7

Tabel 4. 19 Tingkat Kepentingan Atribut Terjangkau

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 1 1
Kurang
2 4 8
Penting
Penting 3 27 81
Lebih Penting 4 35 140
Sangat Penting 5 33 165
TOTAL 100 395
IR 3,95

Tabel 4. 20 Tingkat Kepentingan Atribut Mudah Digunakan

Keterangan Skala Frekuensi Skor


Tidak Penting 1 0 0
Kurang Penting 2 1 2
Penting 3 25 75
Lebih Penting 4 21 84
Sangat Penting 5 53 265
TOTAL 100 426

56
IR 4,26

Hasil dari importance rating masing-masing atribut customer reguuirements


yang didapat dari kuesioner akan dijabarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 21 Hasil dari Importance Rating

Kriteria Nilai IR IR Pembulatan


Praktis 4,26 4
Penyajian Cepat 3,60 4
Menarik 3,62 4
Efektif 4,05 4
Kualitas Terjaga 4,70 5
Terjangkau 3,95 4
Mudah Digunakan 4,26 4

2. Technical Requirements
Technical requirements ditentukan dari customer requirements pada tahap
penyebaran kuesioner yang dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen.
Berikut adalah technical requirements yang ditentukan berdasarkan customer
requirements:

Tabel 4. 22 Hasil dari Technical Requirments

No Technical Requirements Costumer Requirements


1 Travel friendly
Praktis
2 Ukuran kemasan minimalis
3 Hanya perlu menyeduh Penyajian Cepat
4 Desain Menarik
5 Produk siap pakai Efektif
6 Murni Kualitas Kopi Terjaga
7 Harga Terjangkau
8 Kemasan mudah dibuka Mudah digunakan

Pemilihan technical requirements ditentukan dengan mempertimbangkan


kebutuhan dan keinginan pelanggan yang ada.

3. Hubungan antara Customer Requirements dan Technical Requirements

57
Tingkat kepentingan antara technical requirements dan customer requirements
memiliki nilai yang berbeda-beda.
- Nilai 5 menunjukan hubungan yang kuat
- Nilai 3 menunjukan hubungan yang sedang
- Nilai 1 menunjukan lemah

Tabel 4. 23 Hubungan antara Customer Requirements dan Technical Requirements

Costumer
No Technical Requirements Hubungan
Requirements
1 Travel friendly 5 (Kuat)
Praktis
2 Ukuran kemasan minimalis 3 (Sedang)
3 Hanya perlu menyeduh Penyajian Cepat 5 (Kuat)
4 Desain Menarik 3 (Sedang)
5 Produk siap pakai Efektif 5 (Kuat)
Kualitas Kopi
6 Murni 5 (Kuat)
Terjaga
7 Harga Terjangkau 5 (Kuat)
8 Kemasan mudah dibuka Mudah digunakan 3 (Sedang)
Nilai hubungan antara technical requirements dan customer requirements
ditentukan berdasarkan subjektivitas peneliti dalam melihat keterkaitan
hubungan yang ada. Nilai ini dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
pengembangan kemasan kopi di Kedai Sapuangin.

4. Penyusunan Morphological Chart


Morphological Chart merupakan tahap selanjutnya dalam merencanakan
pengembangan kemasan kopi. Penyusunan morphological chart disesuaikan
dengan technical requirements yang telah ditentukan sebelumnya dan akan
dijabarkan secara terstruktur. Sebelum dibuatnya table morphological chart,
akan dilakukan terlebih dahulu pengkonversian dari VOC ke kebutuhan teknis.
Berikut konversi VOC ke kebutuhan teknis:

58
Praktis Travel Friendly
Ukuran Kemasan
Minimalis
Penyajian Cepat Hanya Perlu Menyeduh

Menarik Desain

Efektif Produk Siap Pakai

Kualitas Murni

Terjangkau Harga

Mudah Digunakan Kemasan Mudah Dibuka

Gambar 4. 6 Konversi VOC ke kebutuhan teknis


Berdasarkan Gambar 4.6 didapatkan hasil korelasi antara Voice Of Customer
dengan kebutuhan teknis yang sesuai, apakah terdapat respon teknis yang telah
dirancang memberikan sinergis atau justru saling menghambat. Hasil penentuan
korelasi antar kebutuhan teknis dapat dilihat pada Tabel 4.24 dibawah ini:
Tabel 4. 24 Konversi VOC ke kebutuhan teknis

NO Customers Technical Measurement Note DIR


Requirements Requirements Units
1 Praktis Travel Cm Cek kemasan dapat ▲
Friendly disimpan di tas dan
Ukuran Cm ditempat kecil ▼
Kemasan lainnya
Minimalis
2 Penyajian Hanya Perlu Derajat Mencoba berapa ◊
Cepat Menyeduh lama penyajian
3 Menarik Desain cm ▲
4 Efektif Produk Siap Pcs ◊
Pakai
5 Kualitas Murni pcs ▲
6 Terjangkau Harga Rp ▼
7 Mudah Kemasan pcs ▲
Digunakan Mudah di
buka

Setelah dilakukannya konversi VOC ke kebutuhan teknis pada gambar 4.6 dan
tabel 4.25 maka akan dilakukan penyusunan untuk morphological chart. Berikut
tabel Morphological Chart:

59
Tabel 4. 25 Morphological Chart

Technical Mean
No Function
Requirements 1 2 3
Bahan kemasan
Dapat dibawa
1 menggunakan kertas Ya Tidak Lainnya
kemana saja
agar fleksibel
Ukuran dripbag:
panjang = 9 cm ; lebar =
Ukuran
7,6 cm
2 kemasan Ya Tidak Lainnya
Ukuran kemasan :
minimalis
panjang = 12,5 cm ;
lebar = 10 cm
Dripbag hanya perlu
Hanya perlu
3 digantung di bibir gelas, Ya Tidak Lainnya
menyeduh
kemudian diseduh air.
Terdapat tulisan
“Sapuanginَ Coffeeَ andَ
Farm”َ danَ “Kerjasamaَ
denganَ TIَ UII”َ padaَ
dripbag coffee.
Desain Tulisan
Sapuangin: Panjang =
4 Desain Ya Tidak Lainnya
4,5 cm, Lebar = 0,5 cm
Desain tulisan
Kerjasama: Panjang = 4
cm, Lebar = 0,5 cm
Dripbag Coffee dapat
diletakan pada gelas
kaca atau gelas mug
Dripbag coffee sudah
termasuk filter
Produk siap
5 didalamnya sehingga Ya Tidak Lainnya
pakai
ampas kopi tersaring
pada dripbag
Dripbag filter yang
digunakan sama dengan
6 Murni standard V60 Dripper Ya Tidak Lainnya
untuk menjaga
kemurnian biji kopi
7 Harga Lebih murah Ya Tidak Lainnya
Hanya perlu meyobek
Kemasan dan merentangkan
8 Ya Tidak Lainnya
mudah dibuka dripbag, lalu digantung
di bibir gelas.

60
Tabel morphological chart yang telah disusun kemudian akan dipilih oleh
responden berdasarkan means yang telah disediakan. Kuesioner ini akan disebar
kepada 30 responden untuk menentukan spesifikasi dari perencanaan
pengembangan kemasan kopi Kedai Sapuangin.
Dari hasil rekapitulasi pemilihan means terhadap masing-masing function,
didapat means yang akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan
spesifikasi kemasan kopi Kedai Sapuangin seperti yang tertera pada tabel
dibawah ini:

Tabel 4. 26 Rekapitulasi Means Terhadap Masing-masing Function

No Function Mean
1 Bahan kemasan menggunakan kertas agar fleksibel Ya
Ukuran dripbag: panjang = 9 cm ; lebar = 7,6 cm
2 Ya
Ukuran kemasan : panjang = 12,5 cm ; lebar = 10 cm
Dripbag hanya perlu digantung di bibir gelas, kemudian
3 Ya
diseduh air.
Terdapatَtulisanَ“Sapuangin CoffeeَandَFarm”َdanَ“Kerjasamaَ
denganَTIَUII”َpadaَdripbag coffee.
4 Desain Tulisan Sapuangin: Panjang = 4,5 cm, Lebar = 0,5 cm Ya
Desain tulisan Kerjasama: Panjang = 4 cm, Lebar = 0,5 cm
Dripbag Coffee dapat diletakan pada gelas kaca atau gelas mug
Dripbag coffee sudah termasuk filter didalamnya sehingga
5 Ya
ampas kopi tersaring pada dripbag
Dripbag filter yang digunakan sama dengan standard V60
6 Ya
Dripper untuk menjaga kemurnian biji kopi
7 Lebih murah Ya
Hanya perlu meyobek dan merentangkan dripbag, lalu
8 Ya
digantung di bibir gelas.

5. Target (Goal)
Target spesifikasi teknis ditentukan oleh morphological chart yang sudah
dilakukan sebelumnya. Target yang digunakan untuk perencanaan
pengembangan kemasan disajikan pada tabel dibawah ini:

61
Tabel 4. 27 Target Pengembangan Kemasan

No Technical Requirements Function Nilai

Bahan kemasan menggunakan


1 Dapat dibawa kemana saja 4,5
kertas agar fleksibel
Ukuran dripbag: panjang = 9 cm ;
lebar = 7,6 cm
2 Ukuran kemasan minimalis 4,5
Ukuran kemasan : panjang = 12,5
cm ; lebar = 10 cm
Dripbag hanya perlu digantung di
3 Hanya perlu menyeduh 4,2
bibir gelas, kemudian diseduh air.
Terdapatَ tulisanَ “Sapuangin
CoffeeَandَFarm”َdanَ“Kerjasamaَ
denganَ TIَ UII”َ padaَ dripbag
coffee.
Desain Tulisan Sapuangin:
4 Desain 5
Panjang = 4,5 cm, Lebar = 0,5 cm
Desain tulisan Kerjasama:
Panjang = 4 cm, Lebar = 0,5 cm
Dripbag Coffee dapat diletakan
pada gelas kaca atau gelas mug
Dripbag coffee sudah termasuk
5 Produk siap pakai filter didalamnya sehingga ampas 5
kopi tersaring pada dripbag
Dripbag filter yang digunakan
sama dengan standard V60
6 Murni 5
Dripper untuk menjaga
kemurnian biji kopi
7 Harga Lebih murah 4,5
Hanya perlu meyobek dan
8 Kemasan mudah dibuka merentangkan dripbag, lalu 4,2
digantung di bibir gelas.

6. Sales Point
Sales Point merupakan targetan penjualan perusahaan untuk memasarkan
produk dengan membandingkan produk yang dikembangkan dengan produk
pesaing dipasaran. Sales point ditentukan secara subjektif berdasarkan
perbandingan produk yang dikembangkan dengan produk pesaing. Skala yang
digunakan 1= tidak ada penambahan value added terhadap produk dan 1,5=
strong (value added terhadap produk sangat tinggi).

62
7. Improvement Ratio
Improvement Ratio adalah perbandingan antara sasaran yang ingin dicapai
dengan tingkat kepuasan pelanggan. Perhitungan Improvement Ratio yaitu
Goals dibagi dengan Importance Rating lalu dikalikan dengan Kategori Kano.

8. Adjusted Improvement Ratio


Adjusted Improvement Ratio merupakan parameter dari Kano model yang
dikonversi ke dalam matriks QFD. Adjusted Improvement Ratio berfungsi untuk
mengetahui prioritas dari atribut yang diinginkan konsumen. Dengan
perhitungan yaitu:

9. Bobot Baris
Bobot baris merupakan perhitungan dari Importance Rating dikalikan dengan
Adjusted Improvement Ratio dan dikalikan Sales Point.

10. Prioritas
Prioritas adalah urutan kebutuhan teknis produk berdasarkan kebutuhan
konsumen yang diutamakan untuk perbaikan produk.

11. Technical Priorities


Technical priorities didapat dari gabungan nilai importance rating dan nilai
hubungan antara customer requirements dengan technical requirements.
Technical priorities ini digunakan untuk menentukan Direction of Improvement
(DIR). Dari gabungan kedua nilai tersebut didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 4. 28 Technical Priorities

Technical
No Function
Priorities
1 Bahan kemasan menggunakan kertas agar fleksibel 140,6
Ukuran dripbag: panjang = 9 cm ; lebar = 7,6 cm
2 46,88
Ukuran kemasan : panjang = 12,5 cm ; lebar = 10 cm
Dripbag hanya perlu digantung di bibir gelas, kemudian
3 112,5
diseduh air.

63
Technical
No Function
Priorities
Terdapatَ tulisanَ “Sapuangin Coffeeَ andَ Farm”َ danَ
“KerjasamaَdenganَTIَUII”َpadaَdripbag coffee.
Desain Tulisan Sapuangin: Panjang = 4,5 cm, Lebar =
0,5 cm
4 37,5
Desain tulisan Kerjasama: Panjang = 4 cm, Lebar = 0,5
cm
Dripbag Coffee dapat diletakan pada gelas kaca atau
gelas mug
Dripbag coffee sudah termasuk filter didalamnya
5 140,6
sehingga ampas kopi tersaring pada dripbag
Dripbag filter yang digunakan sama dengan standard
6 140,6
V60 Dripper untuk menjaga kemurnian biji kopi
7 Lebih murah 112,5

Hanya perlu meyobek dan merentangkan dripbag, lalu


8 46,88
digantung di bibir gelas.

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai technical priority terbesar adalah 140,6
yang dimiliki oleh tiga functional requirements. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa aspek tersebutlah yang diutamakan dalam pengembangan kemasan kopi.

12. House Of Quality (HOQ)


Setelah aspek yang ada pada HOQ didapatkan, nilai-nilai tersebut kemudian
dimasukkan kedalam House Of Quality. Pada bagian kanan HOQ terdapat kolom
sales point yang menunjukkan seberapa banyak value added yang ditambahkan
pada produk yang dikembangkan. Berikut adalah House Of Quality dari
perencanaan pengembangan kemasan kopi:

64
Correlations Sales point
Positive + : 1.5
:1
Negative −
No Correlation

Relationships A : Meningkatkan kualitas produk


B : Mempertahankan kualitas produk dan melakukan inovasi produk secara
Strong ● kontinyu
Moderate ○ C : Mempertahankan kualitas produk
Weak ▽
Direction of Improvement
+
+
Maximize ▲
Target ◇
+ + + −
Minimize ▼
+ −
Column # 1 2 3 4 5 8 9 10
Direction of Improvement ▲ ▼ ◇ ▲ ◇ ▲ ▼ ▲ Customer Competitive Assesment
Requirements
Technical

Kemasan mudah dibuka


Hanya perlu menyeduh

Competitor #1: Edible Coffee

Competitor #2: Kopi Instan

Adjusted Improvement Ratio


Travel Friendly

Siap Pakai
Ukuran

Desain

Harga
Murni

Improvement Ratio
Importance Rating
Kano Category

Customer

Our Product
Requirements

Bobot Baris
Sales Point
(Explicit and

Prioritas
Row #

Implicit) 0 1 2 3 4 5

Goals
1 O 4 Praktis
● ● ○ ○ ▽ 4,2 3,7 3,8
4,5
1,1 1,1 6,6 3

2 O 4 Penyajian Cepat
● ○ ▽ 3,8 3,7 3,9
4,2
1,1 1,1 4,4

3 A 4 Menarik
○ ● ▽ 4,3 3,6 2,9
5
1,2 1,1 6,6 1

4 M 4 Efektif
○ ● ○ 3,6 3,4 3,6
5
1,4 2,0 7,8

5 O 5 Kualitas
▽ ● ○ 4,5 3,8 2,7
5
1,1 1,1 8,3 2

6 A 4 Terjangkau
○ ○ ● 3,4 3,3 3,9
4,5
1,3 1,1 6,8 4

7 O 4 Mudah Digunakan
○ ○ ● 4 3,8 4
4,2
1,1 1,1 4,4
Hanya perlu menyobek dan merentangkan dripbag , lalu digantung
Dripbag filter yang digunakan sama dengan standard V60 Dripper
Dripbag coffee s udah termasuk filter didalamnya sehingga ampas
Tulisan Sapuangin: Panjang = 4,5 cm, Lebar = 0,5 cm, tulisan
Kerjasama: Panjang = 4 cm, Lebar = 0,5 cm
Bahan kemasan kertas agar fleksibel

Hanya perlu digantung di bibir gelas

untuk menjaga kemurnian biji kopi


Kemasan: p =12,5 cm ; l =10 cm

kopi tersaring pada dripbag


Dripbag: p =9 cm; l =,6 cm

Lebih murah

di bibir gelas.

Target

Bobot Colom 60 48 60 41 72 57 67 44
Our Product 4,7 4,3 4,6 4,7 4,8 4,9 3,7 4,7
Competitor #1: Edible Coffee 4,5 4,1 4,5 3,5 4,5 4,2 3,9 4,6
Competitor #2: Kopi Instan 4,3 3,9 4,5 2,7 4,4 2,3 4,6 4,6
3 4 5
0 1 2

Column # 1 2 3 4 5 8 9 10

Gambar 4. 7 House Of Quality

65
Berdasarkan Gambar 4.7 House Of Quality didapatkan hasil perhitungan prioritas
kebutuhan konsumen berdasarkan kebutuhan teknis sebagai berikut:

1. Prioritas pertama
Kebutuhanَkonsumenَ“menarik”َdenganَkebutuhanَteknisَ“desain”. Desain Dripbag
dibuat dengan mencantumkan nama UMKM dan sinergi dengan TI UII sebagai
branding kemasan kopi tersebut.
2. Prioritas kedua
Kebutuhanَ konsumenَ “kualitas”َ denganَ kebutuhanَ teknisَ “murni”.َ Ampas kopi
dapat mempengaruhi kualitas rasa pada kopi yang diseduh. Untuk kopi yang
dipasarkan saat ini, terdapat penyaring namun tidak sesuai dengan standard dripper
V60 sehingga mempengaruhi rasa kopi tersebut. Maka dari itu peneliti ingin menjaga
kualitas rasa kopi dengan ampas kopi langsung tersaring pada filter dripbag coffee.
3. Untuk prioritas ketiga
Kebutuhanَ konsumenَ “praktis”َ denganَ kebutuhanَ teknisَ “travel friendly”َ danَ
”ukuranَkemasan”.
4. Prioritas keempat
Kebutuhanَkonsumenَ“terjangkau”َdenganَkebutuhanَteknisَ“harga”. Harga produk
yang dikembangkan terbilang cukup murah dengan adanya filter penyaring sehingga
menjaga kualitas rasa kopi.

4.2.5 Desain Visual


Berikut merupakan desain visual dripbag coffee Sapuangin Coffee And Farm
berdasarkan prioritas kebutuhan konsumen:

66
Gambar 4. 8 Dripbag Tampak Samping Kiri dan Kanan

Pada Gambar 4.8 merupakan prioritas pertama yang ingin dilakukan


perbaikan,َ yaituَ padaَ kebutuhanَ konsumenَ “menarik”َ denganَ kebutuhanَ
teknisَ “desain”.َ Pengembanganَ perbaikanَ dilakukanَ adalahَ denganَ
penambahan desain tulisanَ “Sapuanginَ Coffeeَ andَ Farm”َ denganَ ukuranَ
panjangَ4,5َcmَdanَlebarَ0,5َcm,َdanَ“tulisanَKerjaَSamaَDenganَTIَUII”َ
dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar 0,5 cm. Perbaikan ini dilakukan untuk
membranding kemasan dripbag coffee ke pasar.

Gambar 4. 9 Dripbag Tampak Depan dan Belakang

67
Pada Gambar 4.9 merupakan prioritas kedua dengan kebutuhan konsumen
“kualitas”َ denganَ kebutuhanَ teknisَ “murni”.َ Pengembanganَ perbaikanَ
dilakukan karena dripbag coffee ini menjaga hasil dari penyaringan kopi
tersebut tetap terjaga cita rasanya, karena filter yang digunakan dalam
dripbag coffee ini menggunakan standard V60 dripper.
Berikut merupakan desain visual dripbag coffee Sapuangin Coffee and Farm
yang ingin dikembangkan:

Gambar 4. 10 Dripbag Tampak Atas

68
Gambar 4. 11 Dripbag Tampak Samping

Gambar 4. 12 Dripbag Didalam Gelas


Pada Gambar diatas merupakan prioritas ketiga kebutuhan konsumen
“praktis”َdenganَkebutuhanَteknisَ“travelَfriendly”َdanَ”ukuranَkemasan”.
Pengembangan perbaikan dilakukan dengan cara mengukur dripbag coffee
dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 7,6 cm. Dengan desain kemasan
sebagai berikut:

69
Gambar 4. 13 Desain Packaging Tampak Depan

Gambar 4. 14 Desain Packaging Tampak Belakang


Pada gambar 4.13 dan 4.14 diatas, desain memiliki filosofi yang berkaitan dengan
pegunungan. Karena Kedai Sapuangin Coffee and Farm berada pada ketinggian ± 1300
MDPL Gunung Merapi maka tidak tertinggal pada packaging ada gambar gunung Merapi
dan juga hutang didalam desain adalah lembah yang ada pada punggungan Gunung
Merapi. Serta pada tulisan “SapuanginَCoffeeَandَFarm”َadaَdesainَarsiranَkopiَyangَ
menandakan bahwa identitas dari kopi tersebut. Untuk desain tampak belakang memiliki

70
alamat dari Kedai Sapuangin, Cara penyajian, Komposisi tiap kopi nya, Semboyan Kedai
Sapuangin, dan Kerjasama TI UII & Sapuangin Coffe and Farm. Desain packaging
memiliki ukuran panjang 12,5 cm dan lebar 10 cm. Dengan demikian untuk ukuran satu
packaging memuat sebanyak 3-5 dripbag coffee.

Berdasarkanَprioritasَkeempatَkebutuhanَkonsumenَ“terjangkau”َdenganَ
kebutuhan teknisَ“harga”.َHargaَprodukَyangَdikembangkanَterbilangَcukupَmurahَ
dengan adanya filter penyaring sehingga menjaga kualitas rasa kopi

Gambar 4. 15 Desain Gelas Kaca

Gambar 4. 16 Desain Gelas Kopi V60

71
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Model Kano


Sebelum dilakukan perancangan desain visual dan pembuatan prototype
pengembangan kemasan kopi, akan dilakukan analisis model Kano menggunakan
Blauth Formula. Penggunaan Blauth Formula akan menentukan kategori apa yang
termasuk pada masing-masing atribut. Terdapat 6 kategori Kano, yaitu one
dimensional, attractive, must be, indifferent, reverse, dan questionable. Dari
perumusan tersebut didapat bahwa semua atribut termasuk dalam kategori
Functional, dengan atribut Praktis, Penyajian Cepat, Kualitas, dan Mudah Digunakan
masuk pada kategori one dimensional. Atribut Menarik dan Terjangkau masuk pada
kategori attractive. Kemudian atribut Efektif masuk ke kategori must be.

5.2 Quality Function Deployment


5.2.1 Analisis Atribut Keinginan Konsumen
Identifikasi keinginan konsumen dilakukan dengan menyebar kuesioner terbatas
sebanyak 100 responden. Pada kuesioner ini, responden diberi pertanyaan seputar
kemasan kopi yang mereka temui selama ini beserta kekurangannya. Pada kuesioner
ini juga disajikan beberapa kriteria yang menurut responden penting untuk
dipertimbangkan dalam merancang kemasan kopi. Kriteria dengan pemilih diatas
50% akan dipilih sebagai atribut Customer Requirements.
Pada penelitian ini, terpilih 7 kriteria dari total 8 kriteria yang ditawarkan
kepada responden. Kriteria yang terpilih adalah Praktis dengan frekuensi 90
responden, Penyajian Cepat sebanyak 59 responden, Menarik sebanyak 61
responden, Efektif sebanyak 78 responden, Kualitas Terjaga sebanyak 91 responden,
Terjangkau sebanyak 67 responden, dan atribut Mudah Digunakan sebanyak 62
responden.

5.2.2 House Of Quality (HOQ)


1. Importance Rating
72
Dari tujuh kriteria yang terpilih kemudian dilakukan penyebaran kuesioner lagi
untuk dapat memenuhi tingkat kepentingan dari atribut yang terpilih. Terdapat
lima skala kepentingan untuk tiap atribut, yaitu Tidak Penting dengan nilai 1,
Kurang Penting dengan nilai 2, Penting dengan nilai 3, Lebih Penting dengan
nilai 4, dan Sangat Penting dengan nilai 5. Perhitungan importance rating
merupakan hasil bagi antara skor skala dengan total jumlah responden, dimana
skor skala didapat dari hasil perkalian antara nilai skala dengan frekuensi pada
masing-masing skala.
Atribut yang pertama adalah Praktis. Dari total 100 responden, terdapat 53
responden yang menganggap atribut ini Sangat Penting, 21 responden memilih
Lebih Penting, 25 responden menganggap Penting, 1 responden menganggap
Kurang Penting, dan tidak ada yang menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari
frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 4,26 dan dibulatkan
menjadi 5.
Kemudian untuk penyajian atribut Penyajian Cepat, dari total 100
responden terdapat 21 responden yang menganggap atribut ini Sangat Penting,
34 responden memilih Lebih Penting, 32 responden menganggap Penting, 10
responden menganggap Kurang Penting, dan 3 responden menganggap atribut
ini tidak penting. Dari frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan
adalah 3,6 dan dibulatkan menjadi 4.
Untuk atribut Menarik, dari total 100 responden terdapat 25 responden
yang menganggap atribut ini Sangat Penting, 23 responden memilih Lebih
Penting, 42 responden menganggap Penting, 9 responden menganggap Kurang
Penting, dan 1 responden menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari frekuensi
ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 3,62 dan dibulatkan menjadi
4.
Selanjutnya adalah atribut Efektif, dimana terdapat 42 responden yang
menganggap atribut ini Sangat Penting, 27 responden memilih Lebih Penting,
27 responden menganggap Penting, 2 responden menganggap Kurang Penting,
dan 2 responden menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai
importance rating yang dihasilkan adalah 4,05 dan dibulatkan menjadi 5.
Pada atribut Kualitas Terjaga, terdapat 76 responden yang menganggap
atribut ini Sangat Penting, 18 responden memilih Lebih Penting, 6 responden

73
menganggap Penting, serta tidak ada yang memilih skala Kurang Penting dan
Tidak Penting. Dari frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah
4,7 dan dibulatkan menjadi 5.
Selanjutnya terdapat atribut Terjangkau, dari total 100 responden terdapat
33 responden yang menganggap atribut ini Sangat Penting, 35 responden
memilih Lebih Penting, 27 responden menganggap Penting, 4 responden
menganggap Kurang Penting, dan 1 responden menganggap Tidak Penting. Dari
frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 3,95 dan dibulatkan
menjadi 4.
Atribut terakhir adalah Mudah Digunakan, dengan 53 responden yang
menganggap atribut ini Sangat Penting, 21 responden memilih Lebih Penting,
25 responden menganggap Penting, 1 responden menganggap Kurang Penting,
dan tidak ada responden yang menganggap atribut ini Tidak Penting. Dari
frekuensi ini, nilai importance rating yang dihasilkan adalah 4,26 dan dibulatkan
menjadi 5.
2. Technical Requirements
Pemilihan technical requirements ditentukan dengan mempertimbangkan
customer requirements yang terpilih sebelumnya. Pada penelitian ini terpilih
total 8 technical requirements. Untuk atribut Praktis dipilih dua technical
requirements,َ yaituَ ‘travel friendly’َ danَ ‘ukuranَ kemasanَ minimalis’.َ Untukَ
Penyajian Cepat memiliki technical requirements ‘hanyaَ perluَ diseduh’.َ
Kemudian technical requirements ‘desain’َ merupakanَ milikَ atributَ Menarik.َ
Atribut Efektif dijabarkan dengan technical requirements,َ yaituَ ‘produkَ siapَ
pakai’.َ Selanjutnyaَ adaَ atributَ Kualitasَ Kopiَ Terjagaَ memilikiَ technical
requirements ‘murni’.َ Untukَ atribut Terjangkau dijabarkan dengan technical
requirements ‘murah’.َ Atributَ terakhirَ Mudahَ Digunakanَ memilikَ technical
requirements ‘kemasanَmudahَdibuka’.
3. Hubungan antara Customer Requirements dan Technical Requirements
Setelah diketahui apa saja customer requirements dan technical requirements
yang terpilih, kemudian dilakukan penentuan hubungan antara kedua
requirements tersebut. Untuk hubungan yang kuat, direpresentasikan dengan
nilai 5. Sedangkan nilai 3 ditunjukkan untuk hubungan yang sedang, dan nilai 1
menunjukkan hubungan yang lemah.

74
Untuk customer requirements Praktis memiliki hubungan yang kuat
denganَ‘Travel Friendly’َdanَhubunganَyang sedang denganَ‘ukuranَkemasanَ
minimalis’.َ Kemudianَ untukَ Penyajianَ Cepatَ memilikiَ hubunganَ yangَ kuatَ
denganَ‘hanyaَperluَmenyeduh’.َSedangkanَatributَMenarikَmemilikiَhubunganَ
yangَsedangَdenganَ‘desain’,َkemudianَatributَEfektif memiliki hubungan yang
kuatَ denganَ ‘produkَ siapَ pakai’.َ Atributَ Kualitasَ Kopiَ Terjagaَ memilikiَ
hubunganَ yangَ kuatَ denganَ ‘murni’.َ Kemudian, atribut Terjangkau memiliki
hubungan yang kuat dengan ‘harga’.َ Atributَ terakhirَ Mudahَ Digunakanَ
memilikiَhubunganَyangَsedangَdenganَ‘kemasanَmudahَdibuka’.
4. Morphological Chart dan Target (Goals)
Morphological Chart merupakan tahap selanjutnya dalam merencanakan
pengembangan kemasan kopi. Penyusunan morphological chart disesuaikan
dengan technical requirements yang telah ditentukan sebelumnya dan akan
dijabarkan secara terstruktur. Dari technical requirements yang terpilih akan
dijabarkan menjadi lebih detail mengenai desain fungsional masing-masing
requirements. Dari means yang terpilih kemudian akan dijadikan goals dari
masing-masing spesifikasi teknis.
Terdapat 8 target desain fungsional yang terpilih, mengikuti jumlah
spesifikasi teknik. Pada pengembangan desain kemasan kopi ini memiliki target
bahan kemasan menggunakan kertas agar fleksibel dengan ukuran panjang
kemasan 12,5 cm dan lebar 10 cm serta ukuran panjang dripbag 9 cm dan lebar
7,6 cm. Target selanjutnya adalah dripbag hanya perlu digantung dibibir gelas
laluَ diseduhَ untukَ memenuhiَ spesifikasiَ ‘hanyaَ perluَ menyeduh’.َ Untukَ
spesifikasi desain, Terdapatَtulisanَ“SapuanginَCoffeeَandَFarm”َpadaَdripbag
coffee dengan desain tulisan Sapuangin memiliki panjang 4,5 cm dan lebar 0,5
cm, dan terdapatَ tulisanَ “Kerjasamaَ denganَ TIَ UII”َ denganَ desainَ tulisanَ
memiliki panjang 4 cm dan lebar 0,5 cm. Kemudian untuk memenuhi spesifikasi
‘produkَsiapَpakai’َdibuatَdripbag sudah termasuk filter didalamnya serta ampas
kopi sudah tersaring dan tertinggal pada dripbag. Selain itu, Dripbag filter yang
digunakan sama dengan standard V60 Dripper untuk menjaga kemurnian kopi,
untukَmemenuhiَspesifikasiَ‘murni’.َUntukَ‘harga’,َtargetnyaَadalahَmematokَ
harga yang lebih murah. Yang terakhir, kemasan hanya perlu disobek sebelum
menyeduhnya,َuntukَmemenuhiَspesifikasiَ‘kemasanَmudahَdibuka’.

75
Berikut hasil dari kuesioner dalam menentukan means pada morphological
chart:
- Bahan Kemasan menggunakan kertas agar fleksibel.
a) Ya = 25 Responden
b) Tidak = 5 Responden
c) Lainnya = 0 Responde
- Ukuran dripbag: panjang = 9 cm; lebar = 7,6 cm
Ukuran kemasan: panjang = 12,5 cm; lebar = 10 cm
a) Ya = 25 Responden
b) Tidak = 5 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Dripbag hanya perlu digantung di bibir gelas, kemudian di seduh air.
a) Ya = 24 Responden
b) Tidak = 6 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Desain Terdapatَ tulisanَ “Sapuanginَ Coffeeَ andَ Farm”َ danَ “Kerjasamaَ
denganَTIَUII”َpadaَdripbag coffee. Desain Tulisan Sapuangin: Panjang =
4,5 cm, Lebar = 0,5 cm. Desain tulisan Kerjasama: Panjang = 4 cm, Lebar =
0,5 cm. Dripbag Coffee dapat diletakan pada gelas kaca atau gelas mug.
a) Ya = 28 Responden
b) Tidak = 2 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Dripbag coffee sudah termasuk filter didalamnya sehingga ampas kopi
tersaring pada dripbag
a) Ya = 25 Responden
b) Tidak = 5 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Dripbag filter yang digunakan sama dengan standard V60 Dripper untuk
menjaga kemurnian biji kopi
a) Ya = 26 Responden
b) Tidak = 4 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Lebih murah

76
a) Ya = 27 Responden
b) Tidak = 3 Responden
c) Lainnya = 0 Responden
- Hanya perlu menyobek dan merentangkan dripbag, lalu digantung dibibir
gelas.
a) Ya = 27 Responden
b) Tidak = 3 Responden
c) Lainnya = 0 Responden

5. Technical Priorities
Technical priorities didapat dari gabungan nilai importance rating dan nilai
hubungan antara customer requirments dengan technical requirements.
Perhitungan technical priorities didapat dari perkalian jumlah responden dengan
jumlah hubungan antara customer requirements dan technical requirments.
Urutan nilai technical priorities dari desain fungsional pertama hingga delapan
adalah 78,13; 46,88; 62,5; 37,5; 78,13; 78,13; 62,5; 46,88.
6. Sales Point
Sales Point didapatkan dengan produk yang diunggulkan dengan hasil untuk
kebutuhanَ konsumenَ “praktis”,َ “menarik”,َ “kualitas”,َ danَ “terjangkau”.َ
Dengan masing-masing nilai Sales point sebesar 1,5.
7. Improvement Ratio
Improvement Ratio didapatkan dari pembagian antara goals dengan importance
rating lalu dikalikan dengan kategori Kano. Dengan hasil untuk kebutuhan
konsumen “praktis”َsebesarَ1,1,َkebutuhanَkonsumenَ“penyajianَcepat”َsebesarَ
1,1,َkebutuhanَkonsumenَ“menarik”َsebesarَ2,3,َkebutuhanَkonsumenَ“efektif”َ
sebesarَ0,7,َkebutuhanَkonsumenَ“kualitas”َsebesarَ1,1.َKebutuhanَkonsumenَ
“terjangkau”َsebesarَ2,6,َdanَkebutuhanَkonsumenَ“mudahَdigunakan”َsebesarَ
1,1.
8. Adjusted Improvement Ratio
Adjusted Improvement Ratio didapatkan dari perhitungan Importance Rating
pangkat 1/kategori Kano, dengan nilai kategori kano A=2, O=1, dan M=0,5.
Denganَ hasilَ kebutuhanَ konsumenَ “praktis”َ 1,1,َ kebutuhanَ konsumenَ
“penyajianَ cepat”َ 1,1,َ kebutuhanَ konsumenَ “menarik”َ 1,5,َ kebutuhanَ

77
konsumenَ “efektif”َ 0,5,َ kebutuhanَ konsumenَ “kualitas”َ 1,1,َ kebutuhanَ
konsumenَ“terjangkau”َ1,6,َdanَkebutuhanَkonsumenَ“mudahَdigunakan”َ1,1.
9. Bobot Baris
Bobot baris didapatkan dari perkalian Importance Rating, Adjusted Improvement
Ratio dan Sales Point. Denganَhasilَkebutuhanَkonsumenَ“praktis”َ6,َkebutuhanَ
konsumenَ“penyajianَcepat”َ4,َkebutuhanَkonsumenَ“menarik”َ9,َkebutuhanَ
konsumenَ“efektif”َ2,َkebutuhanَkonsumenَ“kualitas”َ8,َkebutuhanَkonsumenَ
“terjangkau”َ10,َdanَkebutuhanَkonsumenَ“mudahَdigunakan".
10. Prioritas
Prioritas adalah urutan kebutuhan teknis produk berdasarkan kebutuhan
konsumen yang diutamakan untuk perbaikan produk. Dengan urutan prioritas 1
“menarik”,َ2َ“Kualitas”,َ3َ“praktis”,َdanَ4َ“terjangkau”.

78
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari identifikasi keinginan konsumen (customer requirments) maka
didapatkan hasil kriteria Kualitas Terjaga, Praktis, Efektif, Terjangkau,
Mudah Digunakan, Menarik, dan Penyajian Cepat. Setelah menentukan
kriteria yang diinginkan konsumen maka dilakukan penyebaran kuesioner
kedua untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing kriteria.
Kemudian setelah mengetahui tingkat kepentingan kriteria, dilakukan
perbandingan kriteria dengan produk lain. Produk yang menjadi pembanding
yaitu edible coffee dan kemasan kopi instan.
2. Target yang digunakan untuk perencanaan pengembangan kemasan adalah
Dapat dibawa kemana saja dengan function bahan kemasan menggunakan
kertas agar fleksibel, Ukuran kemasan minimalis dengan function ukuran
dripbag panjang 9 cm x lebar 7,6 cm dan ukuran kemasan panjang 12,5 cm x
lebar 10 cm, Hanya perlu diseduh dengan function dripbag hanya perlu
digantung dibibir gelas dan diseduh air, Desain dengan function ukuran tulisan
“SapuanginَCoffee and Farm”َpanjangَ4,5َcmَdanَlebarَ0,5َcmَdanَtulisanَ
“KerjasamaَdenganَTIَUII”َpanjangَ4َcmَdanَlebar 0,5 cm, Produk siap pakai
dengan function dripbag coffee sudah termasuk filter didalamnya sehingga
ampas kopi sudah tersaring pada dripbag, Murni dengan function Dripbag
filter yang digunakan sama dengan standard V60 Dripper untuk menjaga
kemurnian kopi, dan terakhir Kemasan mudah dibuka dengan function hanya
perlu menyobek dan merentangkan dripbag, lalu digantung di bibir gelas.
3. Dari excisting design didapatkan hasil kepuasan konsumen dengan kategori
kano yang menggunakan perhitungan Blauth Formula adalah pada atribut
Praktis didapatkan nilai 26 untuk A (Attractive) + O (One Dimensional) + M
(Must-be), nilai 4 untuk I (Indifferent) + R (Reverse) + Q (Questionable), dan
masuk pada kategori One Dimensional. Atribut Penyajian Cepat didapatkan
nilai 30 untuk A+O+M, tidak ada nilai untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori

79
One Dimensional. Atribut Menarik didapatkan nilai 27 untuk A+O+M, nilai
3 untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori Attractive. Efektif didapatkan nilai
24 untuk A+O+M, nilai 6 untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori Must-be.
Kualitas Terjaga didapatkan nilai 30 untuk A+O+M, tidak ada nilai untuk
I+R+Q, dan masuk kategori One Dimensional. Terjangkau didapatkan nilai
26 untuk A+O+M, nilai 4 untuk I+R+Q, dan masuk pada kategori Attractive.
Mudah Digunakan didapatkan nilai 25 untuk A+O+M, nilai 5 untuk I+R+Q
dan masuk pada kategori One Dimensional.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pihak UMKM Sapuangin Coffee and Farm
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti terhadap UMKM Sapuangin Coffee and
Farm adalah lebih banyak mendengarkan keluh kesah konsumen terutama pada
desain produk kemasan yang lebih modern agar dapat meningkatkan kebutuhan
pasar yang lebih menguntungkan.

6.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya


Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah untuk meneliti lebih
detail terkait pengembangan desain terutama pada desain produk yang akan di
pasarkan agar produk yang ingin dijual oleh UMKM Sapuangin Kopi tidak
tertinggal zaman dan dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

80
DAFTAR PUSTAKA

Aji, E. R., & Yuliawati, E. 2016. Pengembangan produk lampu meja belajar dengan
metode kano dan quality function deployment (QFD). Journal of Research and
Technology, Vol. 2 No. 2.
Akao, Y. 1988. Quality Function Deployment: Integrarting Customer Requirement Into
Product Design. Portland Oregon: Productivity Press.
Bhardwaj, J., Yadav, A., Chauhan, M. S., & Chauhan, A. S. 2021. Kano model analysis
for enhancing customer satisfaction of an automotive product for Indian market.
Materials Today: Proceedings.
Chen, M. C., Hsu, C. L., & Huang, C. H. 2021. Applying the Kano model to investigate
the quality of transportation services at mega events. Journal of Retailing and
Consumer Services 60.
Cohen, L. 1995. Quality Function Deployment: How To Make QFD Work For You. New
York: Addison-Wesley Publishing Company.
Donida, D. A. H., & Mahacandra, H. P. M. 2019. Perancangan desain kemasan produk
carica dengan konsep kansei engineering dan model kano. UNDIP E-JOURNAL
SYSTEM.
Dreyfuss, H. 1967. Designing for People. New York: Paragraphic Books.
Effendi, M., Arifa, L. M., & Mustaniroh, S. A. 2018. Analisa kebutuhan konsumen dalam
pengembangan jenang dengan metode fuzzy quality function deployment
(FQFD). Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian Vol. 23 No.1.
Fonseca, L., Fernandes, J., & Delgado, C. 2020. QFD as a tool to improve negotiation
process, product quality, and market success, in a automotive industy battery
components supplier. Procedia Manufacturing 51, 1403 – 1409.
Gasperz, V. 2001. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ginting, R. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Kano, N. K., Seraku, F., Takahashi, & Tsuji, S. 1984. Attractive Quality and Must be
Quality.
Kotler, & Amstrong. 2012. Principle Of Marketing Edisi 14. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Kotler, P., & Keller, K. L. 2012. MarektingManagement 13th Edition. New Jerset:
Pearson Education, Inc.
Kotler, P., & Keller, K. L. 2003. Manajemen Pemasaran, PT. Indeks, Jakarta.
Lestari, R., Wardah, S., & Ihwan, K. 2020. Analisi pengembangan pelayanan jasa tv kabel
menggunakan metode quality function deployment (QFD). Volume 7 No 1.
81
Lizarelli, F. L., Osiro, L., Gilberto M. D., Ganga, & Mendes, G. H. S. 2021. Integration
of SERVQUAL, Analytical Kano, and QFD using fuzzy approaches to support
improvement decisions in an entrepreneurial education service. Applied Soft
Computing 112.
Mufreni, A. N. F. 2016. Pengaruh desain produk, bentuk kemasan dan bahan kemasan
terhadap minat beli konsumen (studi kasus teh hijau serbuk tocha). Jurnal
Ekonomi Manajemen, Volume 2 Nomor 2, 48 – 54.
Shen, Y., Kokkranikal, J., Christensen, C. P., & Morrison, A. M. 2021. Perceived
importance of and satisfaction with marina attributes in sailing tourism
experience: A kano model approach. Journal of Outdoor Recreation and
Tourism 35.
Siregar, I., & Adhinata, K. 2017. Perancangan produk tempat tisu multifungsi dengan
menggunakan quality function deployment (QFD). Jurnal Sistem Teknik
Industri, Vol. 19 No. 2.
Stanton, W. J. 2005. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Tjiptono, F., & Diana, A. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.
Triton, P. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. 2004. Product Design and Product Develpoment.
Singapore: McGraw Hill.
Wardani, L. K. 2003. Evaluasi Ergonomi dalam Perancngan Desain. S.l.: Jurusan Desain
Interior, Fakultas Seni dan Desain- Unoversitas Kristen Petra.
Wu, T., Liu, X., Qin, J., & Herrera, F. 2021. An interval type-2 fuzzy ano-prospect-
TOPSIS based QFD model: Application to Chinese e-commerce service design.
Applied Soft Computing 111.
Yuliarty, P., Permana, T., & Pratama, A. 2018. Pengembangan desain produk papan tulis
dengan metode quality function deployment (QFD). Jurnal Ilmiah PASTI
Volume VI Edisi 1.
Zeng, T., Durif, F., & Robinot, E. 2021. Can eco-design packaging reduce consumer food
waste? An experimental study. Technological Forecasting & Social Change
162.

82
LAMPIRAN

1. Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Pertama Identifikasi Kebutuhan Konsumen

83
84
2. Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Kedua Tingkat Kepentingan Kriteria

85
3. Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Ketiga Perbandingan Kriteria

86
87
88
89
1. Responses Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Pertama Identifikasi Keinginan
Konsumen

90
91
92
2. Responses Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Kedua Tingkat Kepentingan
Kriteria

3. Responses Kuesioner Voice Of Customer 1 Tahap Ketiga Perbandingan Kriteria

93
94
95
1. Kuesioner Tertutup Voice Of Customer 2

96
97
2. Responses Kuesioner Tertup Voice Of Customer 2

98
99
100
1. Kuesioner Morphological Chart

101
102
2. Responses Kuesioner Morphological Chart

103
104
105
106

Anda mungkin juga menyukai