8515 24794 1 PB
8515 24794 1 PB
8515 24794 1 PB
ABSTRAK
ABSTRACT
Utara sering menimbulkan genangan air laut salah satu bahan utama yang dibutuhkan
dijalan setinggi 12cm untuk memproduksi semen portland.
(https://metro.tempo.co, 2019). Ica Fly ash dikategorikan sebagai bahan
(https://www.malangpostonline.com, 2019) berbahaya, sehingga apabila akan digunakan
musim hujan hingga April 2019 sebagai bahan material harus di proses dahulu
mengakibatkan banyak kerusakan jalan di supaya kandungan zat berbahaya didalam fly
kota Malang yang sebagian besar jalannya ash dapat dikendalikan (PP. No. 101, 2014).
menggunakan perkerasan lentur. Kerusakan Pengendalian zat berbahaya di dalam fly ash
jalan terjadi akibat adanya beban berlebih, dapat dilakukan dengan geopolimerisasi.
selain diberasal dari seringnya air yang Seperti yang telah dilakukan Ekaputri, dkk.
menggenangi badan jalan. Genangan air dapat (2007), bahwa dengan proses
berasal dari air hujan atau air laut. Daerah geopolymerization, fly ash akan membentuk
pesisir sangat rentan dengan banjir rob, hal ini semacam penghalang untuk menjebak boron
dikarenakan air yang masuk ke daerah pinggir di dalam fly ash. Boron adalah unsur dalam fly
pantai tidak langsung terserap oleh tanah. ash yang dapat menimbulkan bahaya bagi
Serta, penggunaan perkerasan lentur juga manusia dan tanaman jika konsentrasi di alam
mendominasi jalan di daerah pesisir. cukup tinggi. Sehingga aman bagi kesehatan
Perkerasan kaku dapat menjadi solusi manusia dan lingkungan hidup.
pengurangan genangan air yang ditimbulkan Pemanfaatan fly ash sebagai material
dari genangan air hujan dan air rob. geopolymer mempunyai sifat yang keras,
Perkerasan ini menggunakan semen (PC) tahan terhadap cuaca, serangan kimia, suhu
sebagai bahan pengikat, sehingga memiliki tinggi, dan apabila dicampur dengan pasir
tingkat kekakuan yang relatif tinggi. atau mineral lain dapat membentuk material
Penggunaan semen sendiri semakin lama yang menyerupai keramik (Davidovits 1999).
menimbulkan dampak negatif terhadap Selain itu, geopolymer mempunyai sifat
lingkungan. Hal ini dikarenakan bahan utama penting seperti porositas, kekerasan, dan
pembuat semen adalah gamping yang lambat kekuatan tekan (Neville, 2000). Geopolymer
laun semakin menipis. Penggunaan merupakan material baru dari jenis polimer
geopolymer sebagai bahan pengganti semen anorganik yang disintesis secara geokimia,
dapat menjadi solusi alternatif yang ramah dimana reaksi pengikatan yang terjadi adalah
lingkungan. reaksi polimerisasi. Dalam reaksi polimerisasi
Geopolymer ditemukan oleh Prof. bahan dasar yang digunakan adalah
Davidovits, bentuk anorganik aluminium- Alumunium (Al) dan Silika (Si). Bahan
silika yang disintesa dari material dengan tersebut mempunyai peranan penting dalam
kandungan Silika (Si) dan Alumina (Al) yang ikatan polimerisasi (Davidovits, 2008).
berasal dari alam atau material sampingan Kandungan kimia alumunium (Al) dan silika
industri (Manuahe, R. et al., 2014). Beton (Si) salah satunya terdapat dalam fly ash batu
geopolymer merupakan beton yang material bara di PLTU. Sehingga untuk bisa menjadi
utamanya mengandung banyak silika dan material geopolymer, fly ash batu bara harus
alumina tinggi yang direaksikan dengan alkali direaksikan menggunakan larutan kimia
aktifator. Material yang paling sering dipakai sebagai bahan campurannya.
sebagai bahan utama beton geopolymer adalah Pemanfaatan geopolymer salah satunya
fly ash. Fly ash merupakan produksi dapat dijadikan sebagai filler dalam campuran
sampingan (Limbah) dari industri yang aspal beton. Penelitian Ahyudanari, dkk.
memiliki kadar silika (Si) yang cukup tinggi. (2015) bahwa agregat kasar, agregat halus,
Silika (Si) dan Kalsium (CaO) merupakan aspal dan filler geopolymer dicampur menjadi
satu sesuai proporsi, kemudian dipadatkan hush ash. Larutan yang digunakan sebagai
menjadi perkerasan aspal beton. Filler pelarut silicon dan alumunium yang
geopolymer dibuat dari fly ash dicampur memungkinkan terjadinya reaksi kimiawi
aktivator yang didiamkan mengeras selama 28 adalah larutan yang bersifat alkalis. Untuk
hari. Kemudian geopolymer ditumbuk sampai mengikat material beton geopolymer
lolos saringan No. 200, dan hasil tumbukan dibutuhkan binder yang terdiri dari fly ash dan
tersebut digunakan sebagai filler pada alkaline aktivator yang berupa sodiumsilicate
campuran aspal beton. Hasil penelitian (Na2SiO3) dan sodium hidroksida (NaOH)
tersebut menunjukkan bahwa aspal beton (Yunanto, 2017).
geopolymer mempunyai stabilitas yang tinggi, a. Material Penyusun Beton Geopolymer
tetapi disisi lain rongga yang terbentuk Menurut Prasetyo, G.B. (2015), material
semakin besar. penyusun beton geopolymer meliputi:
Berdasarkan latar belakang tersebut, 1) Fly ash atau risk hush ash atau material
aplikasi beton geopolymer terhadap lain pengganti semen.
perkerasan kaku harus memiliki kinerja yang Fly ash batubara mengandung unsur
baik. Maka, perlu dilakukan penelitian beton kimia antara lain silika (SiO2), alumina
geopolymer yang digunakan sebagai (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium
perkerasan kaku. Penelitian ini mencoba oksida (CaO), juga mengandung unsur
membuat campuran beton geopolymer dengan tambahan lain yaitu magnesium oksida
memodelkan campuran material yang (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O
menyesuaikan kondisi di pesisir pantai. dan K2O), sulfur trioksida (SO3), pospor
Geopolymer tersusun atas fly ash dan oksida (P2O5) dan karbon. Faktor-faktor yang
aktivator, yaitu natrium hidroksida (NaOH) mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis
dan sodium silikat (Na2SiO3) dengan dari fly ash adalah tipe batubara, kemurnian
molaritas 8M. Diharapkan campuran beton batubara, tingkat penghancuran, tipe
geopolymer yang dihasilkan dapat memenuhi pemanasan dan operasi, metoda penyimpanan
spesifikasi dan memberikan kinerja yang baik dan penimbunan (Wardani, 2008).
untuk perkerasan kaku yang berada di pesisir Fly ash atau abu terbang merupakan
pantai. sisa dari hasil pembakaran batu bara pada
Penelitian ini bertujuan: (1)Untuk pembangkit listrik. Abu terbang mempunyai
mengetahui proses peresapan air laut pada titik lebur sekitar 1300 °C dan mempunyai
beton geopolymer pada perkerasan kaku, kerapatan massa (density), antara 2.0 – 2.5
dan (2)Untuk mengetahui kuat tekan g/cm3. Abu terbang adalah salah satu residu
yang dihasilkan dalam pembakaran dan terdiri
beton geopolymer pada perkerasan kaku.
dari partikel-partikel halus, sedangkan abu
2. Tinjauan Pustaka yang tidak naik disebut bottom ash. Jenis-
2.1 Beton Geopolymer jenis abu terbang adalah sebagi berikut:
Beton geopolymer adalah beton ramah a) Abu terbang tipe C, merupakan abu
lingkungan yang tidak menggunakan semen terbang yang mengandung CaO di atas
Portland sebagai bahan pengikatnya, 10% yang dihasilkan dari pembakaran
melainkan menggunakan bahan-bahan sisa lignit atau sub-bituminous batubara
industri yang bersifat anorganik. Unsur-unsur (batubara muda). Untuk abu terbang tipe
geopolimer adalah bahan yang mengandung C, kadar total dari SiO2, Al2O3, Fe2O3>
alumunia-silikat yang mampu bereaksi secara 50%. Kadar CaO mencapai 10%. Dalam
kimia dengan cairan alkaline pada temperatur campuran beton, abu terbang yang
tertentu untuk menghasilkan campuran yang digunakan sebanyak 15%-35% dari berat
menyerupai semen. Material yang sering silinder.
digunakan saat ini adalah fly ash atau risk
b) Abu terbang tipe F, merupakan abu beton geopolymer yang sedikit lebih baik dari
terbang yang mengandung CaO lebih pencampuran biasa.
kecil dari 10% yang dihasilkan dari Junaid, et. al. (2015) memiliki 3 metode
pembakaran antrasit atau bituminous pencampuran geopolymer dengan bahan dasar
batubara. Abu terbang tipe F mempunyai fly ash tipe F. Metode pertama dengan
kadar total dari SiO2, Al2O3, Fe2O3< mencampurkan fly ash dan pasir dalam
70%. Kadar CaO abu terbang tipe F < keadaan kering kemudian ditambahkan
5%. Dalam campuran beton, abu terbang larutan alkaline aktivator serta air lalu diaduk
yang digunakan sebanyak 15%-25% dari selama 3-5 menit. Metode kedua yang
berat silinder digunakan adalah dengan mencampurkan fly
2) Alkaline aktivator (sodium silikat ash dan larutan NaOH selama 3 menit,
(Na2SiO3) dan sodium hidroksida kemudian tambahkan larutan Na2SiO3 dan
(NaOH)), alkaline aktivator adalah suatu diaduk selama 2 menit, setelahnya tambahkan
zat pereaksi. Sodium silikat berfungsi agregat beserta air dan aduk selama 2 menit.
untuk mempercepat reaksi polimerisasi, Metode yang terakhir adalah dengan
sedangkan sodium hidroksida berfungsi mencampurkan fly ash dalam keadaan kering
sebagai reaktor unsur Al dan Si yang dengan agregat dalam keadaan SSD kemudian
terkandung dalam fly ash untuk ditambahkan larutan Na2SiO3 dan aduk
menghasilkan ikatan polimer yang kuat. selama 3 menit, setelahnya tambahkan larutan
3) Agregat, merupakan butiran mineral yang NaOH beserta air dan aduk selama 2 menit.
berfungsi sebagai bahan pengisi campuran Dari ketiga metode tersebut tidak ada
beton. Agregat pada beton terdiri dari perbedaan yang signifikan terhadap kuat tekan
agregat kasar (kerikil/batu pecah) dan geopolymer.
agregat halus (pasir).
4) Air, dalam komposisi beton berfungsi 2.2 Air Laut
sebagai bahan pengikat dan pelumas butir- Air laut yang asin memiliki sifat
butir agregat untuk mempermudah proses korositas yang sangat agresif. Derajat
pengadukan beton (workability). keasaman air laut secara umum berkisar
antara 8,2% hingga 8,4% dengan kandungan
b. Metode Pembuatan Beton Geopolymer air sebanyak 96,5% dan material terlarut
Menggunakan Fly Ash dalam bentuk molekul dan ion sebanyak
Berdasarkan metode Rattanasak dan 3,5%. Material yang terlarut dalam air sebesar
Chindaprasirt (2009) yang menggunakan 89% merupakan garam chlor dan 11% unsur-
bahan dasar fly ash tipe C, ada 2 cara yang unsur lainnya. Sumber utama pembentukan
dapat dilakukan: (1) Mencampurkan fly ash, garam di laut adalah pelapukan batuan di
pasir, larutan NaOH dan Na2SiO3 secara darat, gas vulkanik dan sirkulasi lubang-
bersamaan dan kemudian diaduk selama 1 lubang hidrotermal di laut dalam. Jenis-jenis
menit, dan (2) Dilakukan dengan melarutkan garam yang terkandung dalam air laut
fly ash dan larutan NaOH selama 10 menit diantaranya adalah klorida, natrium, sulfat,
terlebih dahulu lalu biarkan mengalami magnesium, kalsium, bikarbonat, bromide,
pelepasan ion, kemudian ditambahkan larutan asam borak, strontinum dan florida. Beberapa
Na2SiO3 selama 1 menit baru setelahnya hal penyebab keagresifan air laut adalah
ditambahkan pasir dan diaduk selam 1 menit. sebagi berikut:
Urutan pencampuran berpengaruh terhadap 1. Air laut merupakan elektrolit dengan sifat
kuat tekan beton geopolymer, yang mana konduktivitas tinggi
pencampuran secara terpisah menghasilkan 2. Kandungan oksigen terlarut yang tinggi
3. Temperatur permukaan air laut yang waktu curing berlangsung 24jam. Prasetyo,
umunya tinggi G.B. (2015) semakin tinggi nilai
4. Ion klorida yang terkandung dalam air perbandingan Na2SiO3:NaOH= 4:2 pada
laut tergolong ion agresif. campuran, maka beton cenderung memiliki
kuat tekan yang semakin tinggi. Alp., et.al
Menurut Muaya, G.S., dkk. (2015),
(2009) metode curing direkomendasikan
dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan
sebagai media perawatan beton geopolymer,
bahwa terjadi penurunan nilai stabilitas pada
metode ini mempengaruhi proses polimerisasi
perendaman air laut selama 24 jam yang
pada pasta geopolymer. Perawatan beton
berkisar antara 6,6%, kemudian pada
geopolymer juga dapat mempengaruhi hasil
perendaman air laut 48 jam sebesar 29,9%;
kuat tekan beton sendiri.
terjadi peningkatan kelelehan pada
Mengingat komposisinya
perendaman air laut senilai 4,7mm hingga
memanfaatkan pozzolan dari alam atau buatan
7,24mm; selanjutnya juga terjadi penurunan
sebagai material pengganti PC, memberikan
nilai Marshall Quotient (MQ) sebesar 8,882%
nilai tambah beton ini. Secara umum
- 20,061% pada perendaman air laut 24 jam
berdasarkan beberapa rujukan tersebut, kuat
dan sebesar 14,1% - 41,397% pada
tekan beton geopolymer memiliki hasil yang
perendaman air laut 48 jam.
baik. Maka, beton geopolymer dapat menjadi
Air laut di daerah pesisir seringkali
pengganti beton konvensional serta
membuat perkerasan jalan cepat rusak
diaplikasikan pada pekerjaan konstruksi
sebelum umur rencana yang telah ditentukan.
(Oktaviastuti, B., dkk., 2019).
Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan
bahwa perkerasan lentur mudah rusak jika 2.4 Perkerasan Kaku
tergenang dengan air laut. Perkerasan kaku Perkerasan kaku (rigid pavement)
berasal dari beton bertulang yang adalah suatu susunan konstruksi perkerasan
dihamparkan, dengan kuat tekan yang lebih dimana digunakan plat beton di lapisan atas
baik daripada perkerasan lentur. Namun, pondasi atau di tanah dasar pondasi maupun
perkerasan kaku memiliki kekurangan pada langsung di atas tanah dasar (subgrade).
proses peresapan air yang masih lambat. Oleh Perkerasan kaku memiliki modulus elastisitas
karenanya, perlu keterbaharuan penelitian tinggi sehingga mampu mendistribusikan
yaitu menggunakan geopolymer pada beban serara meluas pada subgrade atau tanah
campuran beton bertulang pada perkerasan dasar. Faktor yang paling diperhatikan dalam
kaku di daerah pesisir. perencanaan tebal perkerasan beton adalah
kekuatan beton itu sendiri.
2.3 Kuat Tekan Beton
a. Jenis-Jenis Perkerasan Kaku
Kuat tekan beton adalah besarnya
Jenis-jenis perkerasan berdasarkan
beban per satuan luas, dengan beban gaya
sambungan dan tulangan pelat beton:
tekan tertentu yang menyebabkan beton
1) Perkerasan beton semen biasa dengan
hancur dalam pengujian. Kuat tekan beton
sambungan tanpa tulangan untuk kendali
tergantung pada perbandingan material yang
retak
digunakan, yakni perbandingan campuran
2) Perkerasan beton semen dengan
antara semen atau agregat pengganti pada
sambungan dan tulangan pelat untuk
geopolymer, agregat kasar, agregat halus, dan
kendali retak. Digunakan wiremesh
air.
diantara siar yang penggunaannya
Manuahe, R., dkk. (2014) dalam
independen terhadap adanya tulangan
penelitiannya menyimpulkan bahwa kuat
dowel.
tekan beton geopolymer mengalami
3) Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa
peningkatan seiring penambahan waktu
sambungan) yang tulangannya terdiri dari
curing, kuat tekan maksimum terjadi saat
baja tulangan dengan persentase besi yang
Jurusan Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa | 205
Jurnal Fondasi, Volume 9 No 2 2020
Gambar 4.1. Hubungan antara Ukuran Ayakan dengan Persen Butir Lolos untuk Agregat Halus
Sumber: Hasil Analisis, 2020
4.2 Pemeriksaan Agregat Kasar campuran beton, sudah memenuhi syarat. Hal
Hasil pemeriksaan agregat kasar yang ini juga diperjelas pada gambar grafik
telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel hubungan ukuran ayakan dengan persen butir
4.2. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan lolos agregat halus.
bahwa agregat kasar yang digunakan dalam
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar
Gambar 4.2 Hubungan antara Ukuran Ayakan dengan Persen Butir Lolos untuk Agregat Kasar
Sumber: Hasil Analisis, 2020
4.3 Hasil Pengujian Fly Ash 11 MnO2 0,08
Fly ash yang digunakan dalam Sumber: Hasil Analisis, 2020
penelitian ini merupakan sisa pembakaran
Dari tabel diatas, kadar
batu bara. Pengujian terhadap fly ash
(SiO2+Fe2O3+Al2O3) sebesar 76,07%. Batas
dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia
(SiO2+Fe2O3+Al2O3) kelas C minimal 50%
dari fly ash. Hasil pengujian dapat dilihat pada
dan kelas F (SiO2+Fe2O3+Al2O3) minimal
Tabel 4.3.
70%. Maka dapat disimpulkan fly ash pada
Tabel 4.3. Hasil Kandungan Kimia Fly Ash penelitian ini termasuk pada kelas F (ACI
No. Komposisi Kimia Persentase (%) Manual of Concrete Practice 1993 Part 1
1 SiO2 45,17 226.3R-3).
2 Al2O3 20,1 4.4 Perencanaan Campuran Adukan
3 Fe2O3 10,8 Beton
4 TiO2 0,92
Pada kegiatan ini akan dilakukan
5 CaO 13,32
pembuatan campuran adukan beton. Tahapan
6 MgO 2,73
7 K2O 1,69
ini bertujuan untuk mempersiapkan benda uji
8 Na2O 0,98 sebelum proses pengujian kuat tekan beton.
9 P2O5 0,41 Kebutuhan bahan didapat menurut
10 SO3 1,00 perbandingan massa benda uji.
Berdasarkan Tabel 4.4, perencanaan geopolymer itu sendiri, dan karena pengaruh
campuran adukan beton geopolymer untuk kondisi dilaboratorium. Maka, dalam
setiap sampel, air yang digunakan dalam campuran adukan setiap sampel
pencampuran dilapangan mungkin berbeda dilaboratorium, kebutuhan air bisa dikurangi
dengan air dalam perencanaan awal campuran 5% atau ditambahkan 5% dari perencanaan
beton geopolymer. Ini bisa terjadi karena awal campuran beton geopolymer.
tingkat kesulitan dalam adukan beton
Tabel 4.4 Perencanaan Campuran Adukan Beton Geopolymer untuk Setiap Sampel
volume beton geopolymer digambarkan sesuai aktivator, berat volume beton cenderung
gambar 6.1. semakin tinggi. Hal ini terlihat pada gambar
Berdasarkan hasil analisis tersebut, 6.1 yang menunjukkan berat volume tertinggi
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio pada perbandingan Na2SiO3:NaOH = 5:2.
Gambar 7.1. Hubungan Aktivator dan Kuat Tekan dengan Perendaman Air PDAM
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Tabel 7.2. Data Hasil Pengujian Kuat Tekan dengan Perendaman Air Laut
Gambar 7.2. Hubungan Aktivator dan Kuat Tekan dengan Perendaman Air Laut
Sumber: Hasil Analisis, 2020
Berdasarkan tabel dan gambar diatas, Pada penjelasan sebelumnya telah
menunjukkan bahwa kuat tekan beton dengan diuraikan bahwa sampel benda uji melalui
perendaman menggunakan air PDAM untuk perendaman dengan air PDAM dan air laut
perbandingan 75:25 dan 70:30 aktivator 5:2 untuk melihat korosifitas yang terjadi pada
memiliki hasil lebih besar, sedangkan tulangan beton. Benda uji yang digunakan
perbandingan 65:35 aktivator 4:2 yang untuk melihat korosifitas merupakan
memiliki hasil paling tinggi. Sementara itu, perkerasan kaku dengan ukuran 30cm x 30cm
untuk perendaman air laut perbandingan dan tinggi 15cm. Tulangan yang dipergunakan
75:25 dan 70:30 aktivator 5:2 memiliki hasil Ø10 serta memiliki jarak antar tulangan 20cm.
lebih besar, sedangkan perbandingan 65:35 Saat pelaksanaan, benda uji beton geopolymer
aktivator 3:2 yang memiliki hasil paling tersebut akan direndam dalam air laut dan air
tinggi. PDAM selama 28 hari. Berikut ini merupakan
Maka, berdasarkan hasil tersebut gambar hasil perendamannya:
disimpulkan bahwa semakin tinggi
perbandingan Na2SiO3:NaOH yang digunakan
dalam campuran, akan terdapat
kecenderungan semakin tinggi hasil kuat
tekan yang dihasilkan. Serta, perendaman
menggunakan air laut memiliki hasil kuat
tekan yang lebih tinggi daripada perendaman
menggunakan air PDAM. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Ekaputri, dkk. (2007)
bahwa sifat mekanik beton geopolymer
memiliki kuat tekan tertinggi dengan
perbandingan Na2SiO3:NaOH = 4:2.
Gambar 8.1. Perbandingan 75:25 Aktivator 1:2
Selanjutnya, penelitian Prasetyo, G.B. (2015)
dengan Perendaman Air Laut
bahwa kuat tekan beton geopolymer dengan
fly ash memiliki kuat tekan tertinggi dengan
perbandingan Na2SiO3:NaOH = 5:2.
8. Hasil Perendaman
Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam [17] Anonim. Metode Pengujian CBR
Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Laboratorium (SNI 03-1744-1989).
Semarang: Teknik Sipil Universitas Badan Litbang Departemen Pekerjaan
Diponegoro. Umum.
[12] Rattanasak, U., and Chindaprasirt P. [18] Annual Book of ASTM Standart,
2009. Influence of NaOH solution on the Destignation C 78 – 94. Standart
synthesis of Fly Ash Geopolymer. Practice for Making and Curing
Minerals Engineering. 22, (12), 1073- Concrete Test Specimen in Laboratory.
1078. [19] SNI 03-1794-1990 Tentang Metode
[13] Junaid, M.T., et al. 2015. A Mix Design Pengujian Kuat Tekan Beton
Procedure for Low Calcium Alkali [20] H. Prayuda and A. Pujianto, “Pengaruh
Activated Fly Ash-Based Concretes. Perawatan (Curing) Perendaman Air Laut
Construction and Building Materials.79, Dan Air Tawar Terhadap Kuat Tekan
(March), 301-210. Beton,” J. Ilm. Tek. Sipil, vol. 22, pp.
[14] Muaya, G.S., Kaseke O.H. dan Manoppo 130–139, 2018, doi:
M.R.E. 2015. Pengaruh Terendamnya 10.24843/JITS.2018.v22.i02.p07.
Perkerasan Aspal Oleh Air Laut Yang [21] S. Wedhanto, “Pengaruh air laut
Ditinjau Terhadap Karakteristik terhadap kekuatan tekan beton yang
Marshall. Jurnal Sipil Statik. 03, (08), terbuat dari berbagai merk semen yang
562-570. ada di kota malang,” J. Bangunan, 2017.
[15] Alp, I., Deveci, H., Sungun, Y.H.,
Yilmaz, A.O., Kesimal, A., and Yilmaz,
E. 2009. Pozzolanic Characteristic Of a
Natural Raw Materialfor Use In Blended
Cements. Iranian Journal of Science and
Technology, Transaction B, Engineering,
Vol. 33, No. B4, pp 291-300.
[16] Oktaviastuti, B., Leliana, A., dan Rahma,
P.D. 2019. Beton Geopolimer Sebagai
Alternatif Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) Ramah Lingkungan. Jurnal
SENTIKUIN (Seminar Nasional
Teknologi Industri, Lingkungan dan
Infrastruktur), 2: 1-5.