Tugas Iii Hukum Ketenagakerjaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN TUGAS III

MATKUL : Hukum Ketenagakerjaan


Nama : Janwarto Purba
NIM : 043894164
Prodi/Fakultas : Hukum / FHSIP

SOAL

1. Uraikan perkembangan Peraturan Perundang-undangan penyelesaian hubungan industrial yang


pernah dan masih berlaku di Indonesia !
Jawab:
Di Indonesia, terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelesaian
hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha. Berikut ini adalah beberapa perkembangan
peraturan perundang-undangan yang signifikan dalam hal penyelesaian hubungan industrial di
Indonesia:

• Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:


Undang-undang ini merupakan payung hukum yang mengatur hubungan industrial di
Indonesia. Undang-undang ini memberikan landasan bagi perlindungan hak-hak pekerja,
termasuk hak atas upah, jaminan sosial, keamanan dan keselamatan kerja, dan hak untuk
membentuk serikat pekerja.
• Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial:
Undang-undang ini mengatur prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
antara pekerja dan pengusaha. Undang-undang ini memberikan kemungkinan penyelesaian
perselisihan melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase. Jika perselisihan tidak dapat
diselesaikan melalui mekanisme tersebut, pihak yang bersengketa dapat membawa kasus ke
pengadilan hubungan industrial.
• Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Pengupahan:
Peraturan ini mengatur sistem pengupahan di Indonesia. Di dalamnya terdapat ketentuan
mengenai penetapan upah minimum, mekanisme penyesuaian upah, dan ketentuan-
ketentuan lain terkait pengupahan pekerja.
• Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Penyelesaian Sengketa Industrial:
Undang-undang ini memberikan pengaturan terkait penyelesaian sengketa industrial di
Indonesia. Undang-undang ini memberikan opsi kepada pihak yang bersengketa untuk
menggunakan mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui mediasi dan
arbitrase.
• Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan:
Peraturan ini mengatur lebih lanjut tentang pengupahan, termasuk pedoman perhitungan
upah, tunjangan, dan komponen lain yang dapat dihitung dalam pengupahan.
• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 17 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial melalui Mediasi:
Peraturan ini mengatur prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
mediasi. Mediasi menjadi salah satu upaya alternatif penyelesaian perselisihan sebelum
membawa kasus ke pengadilan hubungan industrial.

Perkembangan peraturan perundang-undangan penyelesaian hubungan industrial ini menunjukkan


adanya upaya untuk meningkatkan perlindungan hak-hak pekerja dan menciptakan mekanisme yang
lebih efektif dalam menyelesaikan perselisihan antara pekerja dan pengusaha di Indonesia.

Sumber :
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Pengupahan.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Penyelesaian Sengketa Industrial.
Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 17 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial melalui Mediasi.

2. Uraikan bagaimana prosedur dan tahapan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial !


Jawab:
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melibatkan serangkaian prosedur dan tahapan yang
dirancang untuk mencapai penyelesaian yang adil dan damai antara pihak-pihak yang terlibat.
Berikut adalah tahapan-tahapan umum dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial:

• Negosiasi:
Tahap pertama dalam penyelesaian perselisihan adalah negosiasi antara pihak-pihak yang
terlibat. Biasanya, serikat pekerja atau serikat buruh akan mengajukan tuntutan kepada
manajemen perusahaan terkait isu-isu yang menjadi sumber perselisihan. Pihak-pihak ini
mencoba untuk mencapai kesepakatan melalui perundingan langsung, baik secara informal
maupun formal. Negosiasi ini dapat melibatkan perwakilan serikat pekerja, manajemen
perusahaan, dan mungkin mediator yang netral.
• Mediasi:
Jika negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan, tahap mediasi dapat digunakan. Mediator
yang netral dan independen akan memfasilitasi perundingan antara pihak-pihak yang
berselisih untuk mencapai kesepakatan. Mediator ini bertindak sebagai penghubung dan
membantu pihak-pihak mencapai pemahaman bersama. Mediasi bersifat sukarela, dan
keputusan yang dihasilkan biasanya tidak mengikat pihak-pihak terkait.
• Konsiliasi:
Jika mediasi tidak berhasil, pihak-pihak dapat memilih untuk melibatkan pihak ketiga yang
disebut konsiliator. Konsiliator adalah pihak yang berwenang mengeluarkan rekomendasi
atau saran penyelesaian perselisihan. Pihak-pihak yang berselisih akan memberikan
argumen dan bukti kepada konsiliator, yang kemudian akan membuat rekomendasi
penyelesaian yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Meskipun rekomendasi
konsiliator tidak mengikat, namun sering kali menjadi landasan untuk mencapai
kesepakatan.
• Arbitrase:
Jika negosiasi, mediasi, dan konsiliasi gagal, pihak-pihak yang berselisih dapat memilih
arbitrase sebagai metode penyelesaian. Arbitrase adalah proses di mana pihak yang netral,
yaitu arbitrator atau panel arbitrase, meninjau argumen dan bukti dari kedua belah pihak
dan kemudian mengeluarkan keputusan yang mengikat. Keputusan arbitrase ini biasanya
tidak dapat diganggu gugat kecuali dalam beberapa keadaan tertentu yang diatur oleh
hukum.
• Peradilan:
Jika semua langkah penyelesaian di atas tidak menghasilkan penyelesaian yang
memuaskan, pihak-pihak yang berselisih dapat memilih untuk membawa perselisihan ke
pengadilan atau badan arbitrase publik. Di pengadilan, perselisihan akan diselesaikan
melalui proses peradilan formal yang mengikuti aturan dan prosedur hukum yang berlaku.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai