25086-Article Text-78177-85423-10-20230220

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

510 LEX Renaissance NO. 3 VOL.

7 JULI 2022: 510-528

Peranan APBN Dalam Program Jaring Pengaman


Sosial Sebagai Instrumen Penanganan Pandemi
Covid-19
Nor Fadillah
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Indonesia
Jln. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta Indonesia
[email protected]

Abstract
The Covid-19 pandemic in Indonesia has broadly impacted the lives of the people. Based on the Central
Statistics Agency which stated that the rate of economic growth in the 1st Quarter from January to March
2020 only grew by 2.97%. This figure slowed down from 4.79% in the fourth quarter of 2019. The
government increased the budget for the Social Safety Net Program as a response to handling Covid by
using the state budget as an instrument for recovery due to the Covid-19 pandemic. This study discusses
the role of the State Budget and Expenditure Revenue in the form of distribution for the Social Safety Net
Program in the perspective of state financial law using normative research methods. The results of the
study concluded that the Covid-19 pandemic as a state of emergency has altered the state budget. In the
perspective of state financial law, the government's action to increase the state management budget in the
Social Safety Net Program is permitted in accordance with the constitution, namely based on Law Number
17 of 2003 and Law Number 2 of 2020, in which the government has the authority to make expenditures for
which the budget is not yet available and obtain approval from the DPR at the end of the current budget
year. The role of the State Budget in the Social Safety Net program is very important as an instrument for
handling the Covid-19 pandemic.
Key Words: Covid-19 pandemic; state budget; social safety net

Abstrak
Pandemi Covid-19 di Indonesia menimbulkan dampak yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi dalam
Kuartal 1 Januari sampai Maret tahun 2020 hanya tumbuh 2,97%. Angka ini melambat yaitu dari
4,79% pada Kuartal IV di tahun 2019. Pemerintah menaikkan anggaran untuk Program Jaring
Pengaman Sosial sebagai respon penanganan Covid dengan menggunakan APBN sebagai instrumen
pemulihan akibat pandemi Covid-19. Penelitian ini membahas tentang peranan Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara dalam bentuk penyaluran untuk Program Jaring Pengaman Sosial dalam
perspektif hukum keuangan negara dengan metode penelitian normatif. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pandemi Covid-19 sebagai kondisi darurat menyebabkan adanya perubahan
APBN. Dalam perspektif hukum keuangan negara, tindakan pemerintah menaikkan anggaran
pengelolaan negara dalam Program Jaring Pengaman Sosial diperbolehkan sesuai dengan konstitusi
yakni berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2020 yakni pemerintah berwenang untuk melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya
dan memperoleh persetujuan dari DPR pada akhir tahun anggaran berjalan. Peran APBN dalam
program Jaring Pengaman Sosial sangat penting sebagai instrumen penanganan pandemi Covid-19.
Kata-kata Kunci : Pandemi Covid-19; APBN; jaring pengaman sosial
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...511

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 yang melanda di Indonesia menimbulkan dampak yang


sangat luas bagi kehidupan masyarakat. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyatakan bahwa Pandemi Covid-19 ini berdampak terhadap pariwisata,
perdagangan, kesehatan, dan sektor lainnya, khususnya berdampak dalam
perekonomian negara. Hal ini terutama saat pemerintah mengeluarkan kebijakan
“lock down” untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia. Dengan
adanya kebijakan ini tentu saja kegiatan ekonomi masyarakat akan terhambat.1
Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam
Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Dalam
Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar meliputi
beberapa hal yaitu peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan keagamaan
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.2 Dengan adanya kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah berupa pembatasan sosial berpotensi sangat
membatasi masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonomi dan pandemi
Covid yang menimpa Indonesia dalam kurun waktu yang lama, akan
menimbulkan penurunan pertumbuhan ekonomi.3
Selama masa Pandemi pertumbuhan ekonomi tentu sangat menurun drastis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa laju
pertumbuhan ekonomi dalam Kuartal 1 Januari sampai Maret 2020 hanya
tumbuh 2,97%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa angka ini melambat
yaitu dari 4,79% pada Kuartal IV di tahun 2019. Tidak hanya itu, berdasarkan
data tersebut pertumbuhan ekonomi jauh di bawah pencapaian Kuartal 1 pada
2019 yang mencapai 5,07%.4
Jika dilihat dampak Pandemi Covid-19 dari segi ekonomi bahwa banyak
sekali kemerosotan dari kebertahanan dan keberlangsungan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Berdasarkan survei Asia Development Bank yang
menyatakan bahwa adanya 48,6% UMKM yang harus tutup karena Pandemi
Covid-19. Hal ini dapat diketahui dari UMKM yang ada di Indonesia harus
menghadapi penurunan permintaan domestik sebesar 30,5%. Hal ini juga dilihat

1 Muh. Hamzah, dkk, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia: Analisis

Terhadap Sektor Domestik Dan Stabilitas Inflasi”, Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan, dan Humaniora, 2(3), September
- Desember 2021, hlm. 383.
2 Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
3 Nurul Aeni, “Pandemi COVID-19: Dampak Kesehatan, Ekonomi”, dan Sosial, Jurnal Litbang, Vol. 17

No. 1 Juni 2021, hlm. 19.


4 Dewi Wuryandani, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 dan

Solusinya”, Jurnal Vol. XII, No. 15/I/Puslit/Agustus/2020, hlm. 19


512 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

dari banyak sekali pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).5 Jika
dilihat bahwa Pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada perekonomian ini
adalah menyebabkan banyak pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan
Kerja dan banyak sekali pekerja yang dirumahkan. Untuk melihat banyaknya
masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau dirumahkan pada data di bawah ini.
Tabel 1
Data PHK di Seluruh Indonesia per 7 April 2020
Jumlah Perusahaan yang Jumlah Pekerja
No. Sektor
Merumahkan Pekerja/PHK dirumahkan/PHK
1. Formal 39.997 1.010.579
2. Informal 34.453 189.452
3. Total 74.30 1.200.031
Sumber : Pernyataan Pers Kementerian Ketenagakerjaan.

Melihat tabel di atas tentu saja sangat memprihatinkan banyak sekali


masyarakat yang terkena PHK. Selanjutnya dapat juga dilihat berdasarkan data
Kementerian Ketenagakerjaan sampai 31 Juli 2020, lebih dari 3,5 juta pekerja yang
terkena dampak dari Covid-19. Dari data tersebut, 1.132.117 orang pekerja formal
dirumahkan, ada 383.645 orang yang terkena PHK, dan sebanyak 630.905 orang
pekerja informal juga terkena di PHK.6 Dengan melihat data tersebut, tentunya
banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Pandemi Covid-19 tentu saja
menghilangkan mata pencaharian masyarakat yang memang mengharuskan
aktivitas di luar rumah.
Pemerintah yang memiliki peran untuk menyejahterakan masyarakat,
akhirnya mengeluarkan kebijakan dalam mengatasi dampak Pandemi Covid-19
dalam perekonomian melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Pemerintah
Indonesia melakukan upaya penanganan kesehatan, penanganan dampak sosial
dan penyelamatan perekonomian nasional. Penanganan kesehatan difokuskan
pada upaya penyembuhan pasien yang terkena Covid-19 dengan peningkatan
anggaran belanja kesehatan. Agenda penanganan dampak sosial difokuskan pada
pelaksanaan jaring pengaman sosial (social safety net). Sedangkan untuk

5 Bambang Arianto, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Dunia”, Jurnal Ekonomi
Perjuangan (Jumper) Volume 2 No. 2 Tahun 2020, hlm. 116.
6 Muhammad Alwi dan Marwati Sulni, “Program Keluarga Harapan dan Upaya Pemenuhan Kebutuhan

Keluarga di Masa Pandemi Covid-19 pada Kabupaten Polewali Mandar”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Vol 11, No 1 (2021), hlm. 308.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...513

pemulihan perekonomian diarahkan kepada pemberian insentif fiskal,


perkreditan dan moneter.7 Hal ini dikarenakan belanja kesehatan merupakan hal
yang paling utama dalam menangani Pandemi Covid karena banyak sekali pasien
yang terpapar Pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, peningkatan anggaran jaring
pengaman sosial tentu diupayakan untuk membantu masyarakat karena
kemerosotan ekonomi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tentu sangat berperan untuk
mengatasi dampak perekonomian yang sangat berdampak luas bagi masyarakat.
Oleh karena itu, dalam pembentukan anggaran di Indonesia perlu melakukan
perumusan yang dilakukan dalam setiap tahun sekali dengan cara untuk
mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.8 Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara juga jelas dinyatakan di dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa, “Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang”. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilakukan setiap
tahun yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memuat rincian secara terperinci
yang di dalamnya terdapat rencana penerimaan dan pengeluaran negara yang
dilakukan dalam setiap setahun sekali anggaran.9 Adapun tujuan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara merupakan rujukan dari penerimaan dan juga
pengeluaran negara untuk melaksanakan kegiatan kenegaraan. Dalam hal ini
untuk mengimplementasikan kegiatan kenegaraan yang berupaya untuk
meningkatkan produksi, adanya ketersediaan lapangan kerja atau kesempatan
kerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan juga untuk kemakmuran
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu negara yang baik merupakan
implementasi dari penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara itu baik.
Dampak pandemi di bidang ekonomi tentunya membutuhkan adanya
jaminan perlindungan sosial bagi masyarakat untuk mencegah adanya krisis
ekonomi selama Pandemi Covid-19. Pemerintah mengeluarkan kebijakan bantuan
sosial untuk penanganan Pandemi Covid-19 dengan program Jaring Pengaman
Sosial, yaitu Program Keluarga Harapan, Kartu Prakerja, Kartu Sembako, Subsidi

7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020.


8 Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
9 Neny Ayu Nourmanita, “Belanja Publik (Expenditure Assignment) Antara Masalah dan Efektivitas

Anggaran Belanja”, Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara 31 Volume 4 Nomor 1 Tahun 2016, hlm. 34.
514 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

listrik, dan subsidi insentif perumahan murah.10 Adapun sasaran dari penerima
Jaringan Pengaman Sosial ini ada dua yaitu penduduk yang selama ini sudah ada
dalam DTKS di bawah Kemensos dan yang selama ini sudah mendapatkan
bantuan secara reguler disertai penambahan bantuan dan warga yang tidak ada
dalam DTKS namun melemah kondisi ekonominya akibat kebijakan di masa
Pandemi.11
Oleh karena itu, untuk melaksanakan program pemerintah untuk menahan
dampak Pandemi Covid-19 berupa kebijakan bantuan sosial melalui program
Jaring Pengaman Sosial, yaitu Program Keluarga Harapan, Kartu Prakerja, Kartu
Sembako, Subsidi listrik, dan subsidi insentif perumahan murah membutuhkan
peran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Menurut keterangan dari
website Kementerian Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
menjadi instrumen counteryclical dari adanya kontraksi ekonomi. Hal ini
menunjukkan bahwa jika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tidak
dilibatkan dalam menangani dampak Pandemi Covid-19, maka dipastikan
kesejahteraan masyarakat yang terdampak di bidang ekonomi, kesehatan, sosial,
pendidikan, dan bidang lainnya tidak akan terselesaikan oleh negara. Dalam
penanganan Pandemi Covid-19 menurut hemat penulis, tentunya fokus utama
dalam penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah pada
bidang kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat yang terdampak. Karena dua
indikator ini merupakan hal fundamental yang terpapar pandemi Covid-19,
meskipun di bidang lainnya juga sangat terdampak seperti bidang pendidikan
dan politik, namun jika bidang kesehatan dan perlindungan sosial tidak
diutamakan, maka permasalahan lain juga tidak akan dapat terselesaikan.
Dalam memberikan jaminan perlindungan sosial melalui Program Jaring
Pengaman Sosial jika tidak diakokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tentunya tidak bisa terlaksana. Karena pada hakikatnya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara harus di desain sebaik mungkin agar masyarakat
dapat merasakan langsung tujuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yakni salah satunya untuk mensejahterakan masyarakat sebagaimana yang
tercantum di dalam Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarasebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya

10Lestary J. Barany, dkk., Bantuan Sosial Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19 : Sudahkah Menjaring Sesuai
Harapan, CSISI Commentaries 2020.
11 https://beji-tulung.desa.id/artikel/2020/6/3/program-jaring-pengaman-sosial-jps-untuk-menghadapi-

pandemicovid19#:~:text=Sasaran%20penerima%20JPS%20terdiri%20dari,jumlah%20maupun%20nilai%20yang
%20diperbantukan.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...515

kemakmuran rakyat”.12 Oleh karena itu, tujuan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara secara sederhana dapat dimaknai adalah untuk mengatur
pendapatan dan pengeluaran negara sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Program Jaring Pengaman Sosial merupakan respon dan bentuk dukungan
pemerintah melalui APBN sebagai instrumen untuk melakukan pemulihan akibat
Pandemi Covid-19. Karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
diprioritaskan untuk memberikan jaminan sosial untuk masyarakat. Dengan
demikian, setelah melihat pentingnya peran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dalam menahan dampak Pandemi Covid-19 terhadap kehidupan
masyarakat dan adanya keharusan bagi pemerintah untuk memberikan jaminan
sosial kepada masyarakat, maka menurut hemat penulis perlunya dilakukan
analisis tentang bagaimana peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dalam program Jaring Pengaman Sosial sebagai instrumen penanganan
Pandemi Covid-19 di Indonesia untuk mengetahui apakah tujuan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang tertuang di dalam konstitusi sudah
terealisasi dengan baik dalam praktiknya dalam menangani dampak pandemi
Covid-19 di Indonesia.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya maka


rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana peranan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam program Jaring Pengaman Sosial
sebagai instrumen penanganan Pandemi Covid-19?

Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN) dalam program Jaring Pengaman Sosial sebagai instrumen penanganan
Pandemi Covid-19.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normatif atau studi kepustakaan


yaitu penelitian yang berkenaan dengan serangkaian proses mengumpulkan data
dengan membaca, dan mencatat bahan penelitian.13 Sedangkan metode
pendekatan yang digunakan adalah dengan metode pendekatan perundang-
undangan dan konseptual kasus yang dilakukan penulis dengan melihat dari

12 Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
13 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hlm. 3.
516 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

peraturan perundang-undangan. Adapun bahan primer dalam penelitian ini


adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19), dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19). Sedangkan bahan sekunder adalah buku-buku dan jurnal terkait
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Sebagai negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan


menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, pengelolaan
keuangan dalam negara harus sesuai dengan auran pokok yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar. Pada Bab VIII Hal keuangan, anggaran pendapatan dan
belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang.14 Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara merupakan wujud pengelolaan keuangan negara
yang ditetapkan tiap tahun dengan Undang-Undang.15 Selanjutnya dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pada Pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa,
“Anggran Pendapatan dan Belanja Negara terdiri atas anggaran pendapatan,
anggaran belanja, dan pembiayaan”.16
Anggaran Pendapatan Belanja Negara disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam menyusun rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 12 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa,
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun sebagai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara”. Dalam penyusunan APBN ini juga memiliki pedoman,
sebagaimana dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa, “Penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan bernegara”. Adapun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara memiliki fungsi sebagai berikut.

14 Sahya Anggara, Administrasi Keuangan Negara, Pustaka Setia, Bandung, 2016, hlm. 165.
15 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
16 Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...517

1) Sebagai penggerak dana investasi yang merupakan instrumen yang


befungsi untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara untuk
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan tentang pembangunan.
2) Mencapai pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan
nasional.
3) Mencapai stabilitas perekonomian untuk menentukan arah dan prioritas
pembangunan secara umum.17

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan representasi dari


keterlibatan dan kedaulatan rakyat dalam pembangunan nasional sebab dalam
penyusunannya tidak hanya pemerintah yang terlibat.18 Ketentuan mengenai
penyusunan dan penetapan APBN diatur dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003.19 Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyatakan bahwa fungsi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dalam Pasal 3 ayat (4), yaitu “APBN /APBD mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi”. Fungsi otorisasi
memiliki makna bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja di tahun yang bersangkutan. Selanjutnya, fungsi
perencanaan adalah fungsi anggaran untuk menjadi rujukan dalam manajemen
untuk merencanakan kegiatan di tahun yang bersangkutan.
Ada fungsi pengawasan yaitu dalam negara anggaran menjadi rujukan atau
acuan untuk menilai kesesuaian antara kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Fungsi selanjutnya adalah fungsi
alokasi yang mengandung makna bahwa anggaran negara diharuskan untuk
mengurangi angka pengangguran dan adanya pemborosan sumber daya, dan
meningkatkan efesiensi perekonomian. Kemudian, fungsi distribusi yaitu bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan keadilan dan kepatutan.
Sedangkan yang terakhir adalah fungsi stabilisasi yaitu anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara keseimbangan fundamental perekonomian.20
Dengan banyaknya fungsi yang dimiliki oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tentunya diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi di masyarakat dan menimbulkan pertumbuhan ekonomi di Negara
Indonesia. Oleh karena itu, peranan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara sangatlah fundamental. Apabila pengelolaan Anggaran Pendapatan dan

17 Wawan Mulyawan1 dan Widia Alia, “APBN Dan Pendapatan Nasional”, Jurnal Islamic Economics Journal

Volume 1 No 2, hlm. 59.


18 Noviyanti dan Gading Gamaputa, Administrasi Keuangan Negara, UNESA University Press, Surabaya,

2020, hlm. 42.


19 Dadang Solihin, Keuangan Publik: Pendanaan Pusat dan Daerah, Artifa Duta Prakarsa, Jakarta, 2006, hlm. 5
20 Yuni Andono Achmad, Modul Memahami APBN dan APBD, Depok, 2021.
518 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

Belanja Negara baik maka dipastikan pertumbuhan ekonomi di negara juga akan
baik.
Pandemi Covid-19 yang masuk ke Indonesia menyebabkan perekonomian
di Indonesia sangat merosot. Hal ini dilihat dari adanya kontraksi dalam
perekonomian domestik Indonesia sebesar 2,07%, angka pengangguran yang juga
mengalami peningkatan karena banyak pekerja yang dirumahkan atau
mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Peningkatan yang terjadi yaitu dari
5,23% di 2019 menjadi 7,07% di 2020. Selain itu dalam bidang kesehatan angka
kumulatif kasus positif Covid juga tercatat ada 743.198 pada Desember 2020.21
Dalam merespon pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan berbagai
instrumen hukum untuk mengatasi dampak pandemi terhadap kehidupan
masyarakat. Beberapa diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Keuangan.
Kemudian untuk menindaklanjutinya, maka dikeluarkan pula Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Negara Untuk Penanganan
Pandemi Corona Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi
Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas
Sistem Keuangan Negara Menjadi Undang-Undang.
Instrumen hukum yang dikeluarkan ini tentu saja dilatarbelakangi karena
Pandemi Covid-19 dinyatakan sebagai kondisi darurat. Keadaan darurat ini
didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Penetapan kondisi darurat karena terjadinya Covid ini tentu saja memang
diperlukan di dalam hukum administrasi negara karena penyelenggaraan
pemerintahan disesuaikan dengan kondisi darurat. Selain itu, penetapan kondisi
darurat ini juga ditujukan agar masyarakat dapat melakukan pembatasan
aktivitas baik sosial, ekonomi, pendidikan dan berbagai bidang yang lain. Tidak
hanya itu penetapan kondisi darurat yang dilakukan oleh pemerintah
mendasarkan kepada hubungan hukum, yakni baik hukum privat dan hukum
perdata agar dapat dilaksanakan sesuai dengan mekanisme kedaruratan.22

21 Angling Nugroho Kemenangan dan Lisno Setiawan, “Reviu Program Pemulihan Ekonomi di
Indonesia”, Jurnal Anggaran Dan Keuangan Negara Indonesia Vol. 3 No.1 2021, hlm. 73.
22 Beni Kurnia Ilahi dan Haykal, “Prinsip dan Dinamika Hukum Keuangan Negara Darurat Dalam

Penanggulangan Covid-19“, Jurnal Rechtsvinding Volume 10 Nomor 1 April 2021, hlm. 8.


Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...519

Di masa Pandemi Covid-19 pemerintah menggunakan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara sebagai alat untuk melakukan pemulihan dan
menahan dampak Pandemi Covid-19. Dalam perspektif hukum keuangan negara,
tentu saja kebijakan yang berkaitan dengan keuangan negara harus didasarkan
pada landasan hukum yang sesuai dengan konstitusi agar tidak merugikan
keuangan negara, terutama di masa Pandemi Covid-19. Sebagaimana yang
terlihat dari konsiderans Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Disease 2019 (Covid-19)
Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan Negara Menjadi
Undang-Undang dapat dilihat bahwa salah satu pertimbangannya adalah bahwa
karena implikasi Pandemi Covid-19 telah berdampak antara lain terhadap
perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara,
dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai
upaya pemerintah untuk melakukan penyelematan kesehatan dan perekonomian
nasional, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial,
serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat
yang terdampak.23
Dalam menggunakan keuangan negara harus sesuai dengan landasan
konstitusi yang jelas, karena tujuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara adalah mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Respon
pemerintah dalam menggunakan Anggaran Pendapat dan Belanja Negara di
masa Pandemi Covid-19 tentu saja didasarkan pada kondisi yang tidak normal
atau kondisi darurat. Dalam perspektif hukum keuangan negara, upaya
pemerintah ini tentu saja diperbolehkan karena sesuai dengan amanat konstitusi.
Di dalam Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara bahwa, “Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan
dalam rancangan Perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam laporan
realisasi anggaran”.24 Dengan demikian, kebijakan dalam menggunakan

23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan
Negara Menjadi Undang-Undang.
24 Pasal 27 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
520 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

keuangan negara yakni berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


sudah bisa disesuaikan dengan kondisi darurat yakni Covid-19.
Pandemi Covid-19 mengharuskan pemerintah untuk mengambil kebijakan
dan langkah-langkah yang luar biasa (extra ordinary) di bidang keuangan negara.
Misalnya dari bidang perpajakan dan keuangan daerah serta sektor keuangan
negara yang diambil pemerintah dan lembaga terkait untuk mengatasi kondisi
mendesak agar dapat menyelematkan kesehatan dan perekonomian nasional
dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan
ekonomi. Oleh karena itulah menjadi salah satu alasan dikeluarkan regulasi
hukum seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 sebagai piranti hukum
yang menjadi landasan yang kuat bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-
kebijakan. Hal ini disebabkan karena penyebaran Pandemi Covid-19 memberikan
dampak yang sangat mengancam pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena
menurunnya penerimaan negara serta ketidakpastian ekonomi global.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Program Jaring Pengaman Sosial tentu
saja harus diapresiasi karena sebagai respon dan upaya mengurangi dampak
akibat paparan Pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini tentunya sangat penting
dilakukan, karena banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaannya.
Meskipun perlindungan sosial selama ini memang sudah diterapkan pada
kelompok masyarakat yang rentan dan miskin serta terdata dalam Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) di bawah Kementerian Sosial, namun dengan
adanya kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat, maka perekonomian
masyarakat menurun dan pemerintah akhirnya menerapkan Jaring Pengaman
Sosial ini untuk masyarakat yang terdampak karena Pandemi Covid-19.
Peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai instrumen
penanganan Pandemi Covid-19 melalui program Jaring Pengaman Sosial tentu
sangat diperlukan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa alokasi
anggaran untuk Jaring Pengaman Sosial diambil melalui anggaran eksisting di
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang direalokasikan untuk
menangani penanganan Virus Covid-19.25 Berdasarkan Pusat Kajian Anggaran
Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI tahun 2020 bahwa untuk mengurangi
dampak Covid-19, pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar Rp. 405 triliun,
dengan rincian Rp. 75.000.000.000.000,00 untuk kesehatan, Rp.
110.000.000.000.000,00 untuk Jaring Pengaman Sosial, Rp. 701.000.000.000.000,00
untuk insentif pajak bagi industri, dan Rp. 150.000.000.000.000,00 digunakan

25 Lenny Tristia Tambun, Sri Mulyani Sebut Anggaran Jaring Pengaman Sosial Diambil dari APBN,

https://www.beritasatu.com/archive/617819/sri-mulyani-sebut-anggaran-jaring-pengaman-sosial-diambil-dari-
apbn.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...521

untuk program pemulihan ekonomi nasional yang di dalamnya adanya


pembiayaan untuk UMKM dan dunia usaha.26
Realisasi belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk
penanganan Pandemi Covid-19 ini sangatlah meningkat dibandingkan sebelum
adanya pandemi. Anggaran untuk belanja ini tentu mengalami peningkatan
karena harus difokuskan pada penyembuhan pasien yang terpapar Covid,
pemulihan ekonomi, dan perlindungan sosial kepada masyarakat karena dampak
dari pembatasan kegiatan masyarakat selama Pandemi. Hal ini diperkuat bahwa
pada triwulan II 2020 realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2020 mencapai Rp. 616.540.000.000.000,00 atau dapat dikatakan berkisar 22,51%
terhadap pagu sebesar Rp. 2.739.170.000.000.000,00. Dengan demikian dapat kita
lihat bahwa anggaran untuk belanja ini meningkat dibandingkan Triwulan ke-II
pada 2019 yang hanya sebesar Rp. 582.640.000.000.000,00. Apabila kita lihat dari
tingginya dampak pandemi ini disebabkan karena harus naiknya belanja
pemerintah pusat dan transfer ke daerah.27 Peningkatan anggaran ini salah
satunya difokuskan untuk perlindungan sosial kepada kesejahteraan masyarakat
yang terkena dampak pandemi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sangat difokuskan dalam
peningkatan penanganan sektor kesehatan dan juga perlindungan sosial yang
tentunya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah dalam
hal ini memberikan kebijakan untuk meningkatkan alokasi anggaran di bidang
kesehatan dan juga perlindungan sosial. Adapun kenaikannya untuk bidang
kesehatan adalah sebesar Rp. 214.950.000.000.000,00, sedangkan di bidang
perlindungan sosial kenaikan alokasi anggaran sebesar Rp. 187.840.000.000.000,00.
Dengan demikian adapun total penambahannya sebesar Rp.
55.210.000.000.000,00. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ternyata
penambahan alokasi penanganan untuk sektor kesehatan dan perlindungan sosial
bersumber dari pemanfaatan dana cadangan serta refocusing dan realokasi Belanja
K/L.28
Pemerintah juga mengeluarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2020 untuk
menindaklanjuti dari PERPU Nomor 1 Tahun 2020 yang mana Perpres ini berisi
tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pada tahun anggaran 2020. Berdasarkan data dari analisis tersebut tercantum
bahwa Peraturan ini berisi tentang perubahan Anggaran Pendapatan Negara,

26 Slamet Widodo & Marihot Nasution, “Analisis Ringkas Cepat Outlook & Lookout APBN 2020
Belanja Pemerintah Pusat”, No. 01/arc.PKA/IV/2020, hlm. 1.
27 Angling Nugroho Kemenangan dan Lisno Setiawan, Op. Cit., hlm. 19.
28https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-apbn-untuk-prioritas-penanganan-

kesehatan-dan-perlindungan-kesejahteraan-masyarakat/
522 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

anggaran Belanja Negara, Defisit Anggaran, dan pembiayaan anggaran. Tidak


hanya itu perubahan mendasar adalah bahwa pada kebijakan belanja pemerintah
pusat difokuskan untuk belanja kesehatan, jarring pengaman sosial, dan
pemulihan ekonomi.29 Dalam bidang perlindungan sosial ini tentu sangat
diapresiasi menurut penulis, karena jika tidak difokuskan untuk anggaran
perlindungan sosial, masyarakat akan tetap melakukan aktivitas pekerjaan di luar
rumah meskipun sudah aturan yang dibatasi kegiatannya untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya. Terlebih lagi karena pandemi biaya kehidupan
juga sangat mahal, karena pemasukan juga berkurang bagi masyarakat yang
terkena PHK sedangkan kebutuhan pokok rumah tangga tetap harus ditunaikan.
Tindakan Pemerintah dalam menaikkan anggaran di bidang Jaring
Pengaman Sosial ini juga sudah sesuai dengan hukum keuangan negara, dalam
artian harus berdasarkan pada aturan hukum yang jelas yang menjadi landasan
pemberlakuan kebijakan pemerintah. Berdasarkan Pasal 2 huruf d Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Disease
2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan
Negara Menjadi Undang-Undang menyatakan bahwa, “Dalam rangka
pelaksanaan kebijakan keuangan negara, pemerintah berwenang untuk
melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang anggaran untuk mebiayai
pengeluaran tersebut belum tersedia atau tidak cukup tersedia, serta menentukan
proses dan metode pengadaan barang/jasa”.30
Penambahan anggaran Jaring Pengaman Sosial ini adalah pertama untuk
program PKH. Pemerintah melakukan penambahan keluarga penerima manfaat
PKH, dari 9,2 juta keluarga menjadi 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
Besaran manfaat dinaikkan 25% yaitu keluarga dengan ibu hamil naik dari Rp.
2.400.000,00 menjadi Rp. 3.000.000,00 per tahun, keluarga dengan anak usia dini
Rp. 3.000.000,00 per tahun, keluarga dengan disabilitas Rp. 2.400.000,00 per tahun.
Perubahan kebijakan efektif mulai April 2020. Anggaran yang dialokasikan naik

29Ibid., hlm. 2.
30 Pasal 2 huruf d Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan
Negara Menjadi Undang-Undang.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...523

dari Rp. 29.100.000.000.000,00 menjadi sebesar Rp. 37.400.000.000.000,00.31


Anggaran yang dinaikkan dalam Program Program Keluarga Harapan ini tentu
merupakan wujud penting Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam
menangani Pandemic Covid-19 yang sangat berdampak bagi kesejahteraan
masyarakat di Indonesia.
Jika dilihat dari realisasi anggaran belanja negara saat Pandemi dalam
kegiatan Program Keluarga Harapan sudah terealisasi dengan baik kepada
masyarakat. Sebagaimana yang dapat diketahui dari realisasi pada Juni 2020
adalah berjumlah Rp. 19.070.000.000.000,00 atau mencapai 51% dari target alokasi
sebesar Rp. 37.400.000.000.000,00 untuk 10 juta Keluarga Penerima Manfaat,
sehingga dapat dilihat bahwa PKH sudah diterima masyarakat.32 Dengan melihat
banyak sekali anggaran yang diambil dari APBN ini tentunya sangat berpengaruh
dalam membantu masyarakat yang kurang mampu dan masyarakat yang terkena
dampak langsung akibat Pandemi Covid-19.
Program Jaring Pengaman Sosial selanjutnya yang menggunakan dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah pemberian Kartu Sembako
kepada masyarakat. Dalam hal ini kartu sembako dinaikkan dari 15,2 juta orang
menjadi 20 juta penerima. Jika dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara pada 2020, adapun kebijakan untuk kartu sembako yaitu sasaran
penerimanya adalah 15,6 juta Keluarga Penerima Manfaat dengan besar alokasi
dana sebesar Rp. 28.080.000.000.000,00, kedua nilai bantuan per bulan yang
diberikan adalah senilai Rp. 150.000,00 setiap bulan yang di dalamnya berupa
beras, telur, dan bahan pangan yang lain untuk masyarakat. Selain itu, kartu
sembako ini menggunakan pembayaran uang elektronik dan tabungan untuk
menyalurkan bantuan sosial. Dari penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara ini dinaikkan jumlah penerimanya yaitu dari 15,2 juta menjadi 20 juta
selama enam bulan sampai bulan Agustus.33
Peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digunakan
dalam pemberian kartu sembako jika dilihat tentu akan meningkatkan
perekonomian masyarakat yang terkena dampak dari Pandemi Covid-19. Karena
dengan adanya bantuan kartu sembako, masyarakat yang rentan, miskin, dan
juga masyarakat yang terdampak akan terbantu dari segi ekonomi. Pembatasan
untuk tidak melakukan kerumunan di masyarakat tentu masyarakat tidak bisa

31 Policy Brief, April 2020 Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan Tunai Corona atau Jaminan
Penghasilan Semesta.
32 https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/hingga-17-juni-2020-penerima-pkh-dan-diskon-listrik-

telah-mencapai 100/#:~:text=Anggaran%20ini%20terbagi%20dalam%20pos,triliun%2C%20dan%20Bantuan%
20Langsung%20T ai
33 Slamet Widodo & Marihot Nasution, Op. Cit., hlm. 7.
524 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

melakukan pekerjaan yang memang mengharuskan untuk di luar rumah seperti


pedagang kaki lima, rumah makan, cafe, dan sebagainya. Oleh karena itu,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang ditingkatkan melalui kartu
sembako ini akan menekan kemerosotan ekonomi di masyarakat.
Program selanjutnya dari Jaring Penjaminan Sosial dengan menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah dengan pemberian Kartu Pra
Kerja. Dalam analisis kebijakan keuangan, maka dapat dilihat bahwa kartu Pra
Kerja ini diberikan untuk 2 juta penerima manfaat, selanjutnya untuk
menyalurkan kartu ini dalam dua bentuk yaitu untuk Kartu Pra Kerja regular
dengan target sebanyak 500 ribu orang, dan kartu pra kerja dengan akses digital
dengan target sasaran 1,5 juta orang yang diutamakan kelompok usia muda.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang digunakan dialokasikan sebesar
kurang lebih Rp. 10.000.000.000.000,00. Rincian dana ini untuk membayar biaya di
antaranya untuk biaya pelatihan, insentif biaya mencari kerja dan insentif
pengisian survey evaluasi. Anggaran perlindungan sosial yang dipakai untuk
Kartu Pra Kerja yang dinaikkan anggarannya dari Rp. 10.000.000.000.000,00
menjadi Rp. 20.000.000.000.000,00 untuk bisa menyelesaikan sekitar 5,6 juta orang
yang terkena PHK, pekerja informal, pelaku usaha mikro dan kecil.34 Penggunaan
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ini dengan peningkatan jumlah
anggaran untuk Kartu Pra Kerja tentu masyarakat yang terkena PHK atau
dirumahkan, atau bahkan generasi muda yang baru selesai kuliah bisa
menggunakan Kartu Pra Kerja sebagai langkah yang tepat untuk menekan
dampak kemerosotan ekonomi saat terjadi Pandemic Covid-19.
Jika dicermati bahwa peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sangat menjangkau penanganan Pandemic covid-19 dan tentunya harus sejalan
dengan penerima yang tepat sasaran dalam penyalurannnya, misalnya harus ada
koordinasi yang baik antara pemerintah desa misalnya dalam pendataan agar
pemberian dana bantuan jaring pengaman social ini benar-benar terealisasi
dengan baik. Pendataan dari tingkat desa misalnya sangat berpengaruh agar
tidak ada masyarakat yang menerima ganda sedangkan masyarakat yang
sebenarnya layak malah tidak mendapatkan. Oleh karena itu koordinasi yang
baik dengan pemerintah desa juga sangat perlu dilakukan.
Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai instrument
penanganan Covid-19 terutama di bidang ekonomi terhadap perlindungan sosial
masyarakat adalah dalam pemberian subsidi listrik yang diberikan oleh
pemerintah pusat. Pemerintah membebaskan biaya listrik selama tiga bulan
untuk 24 juta pelanggan listrik 450 VA dan diskon 50% untuk 7 juta pelanggan

34 Ibid.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...525

dengan 900 VA. Subsidi ini diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu
yang tercantum di dalam Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.35
Dalam hal ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Menteri Keuangan bahwa
pemerintah mengalokasikan dana yang sangat banyak dalam pemberian subsidi
listri kepada masyarakat. Hal ini tentunya sebagai cara pemerintah untuk
membantu mensejahterakan masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-
19. Dana yang dialokasikan untuk subsidi listrik kepada PT PLN sebesar Rp.
3.500.000.000.000,00. Menurut Menteri Keuangan bahwa alokasi anggaran ini
merupakan bagian dari tambahan belanja dan pembiayaan APBN dengan total
untuk penanganan Covid-19 senilai Rp. 110.000.000.000.000,00.36 Dana yang
sangat banyak ini tentu akan menekan dampak Pandemic Covid-19 yang terjadi
di masyarakat saat terdampak. Selanjutnya program Jaring Pengaman Sosial
adalah pemerintah memberikan subsidi bunga untuk perumahan untuk 40%
masyarakat yang miskin berupa tambahan insentif pembangunan perumahan
MBR dengan rincian Rp. 175.000,00.37
Dalam kondisi darurat, pengelolaan keuangan negara yang berkaitan
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disesuaikan dengan keadaan
yang terjadi, misalnya dalam penambahan anggaran untuk program Jaring
Pengaman Sosial. Hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, di dalam Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan
bahwa, “Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan
keadaan dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka
penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan
apabila terjadi perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi
yang digunakan dalam APBN, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskla, keadaan
yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja, dan keadaan yang menyebakan saldo
anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran
yang berjalan”.38
Dapat dilihat bahwa dalam perspektif hukum keuangan negara, kebijakan
yang berkaitan dengan keuangan negara yakni penggunanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara harus sesuai dengan kaidah hukum. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada Pasal 27
ayat (4) yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa dalam kondisi darurat

35 Ibid.
36 https://www.pajakku.com/read/5e85a7955872ec3cac0a93da/Pemerintah-Diskon-Listrik-selama-3-
Bulan.
37 Slamet Widodo & Marihot Nasution, Op. Cit., hlm. 6.
38 Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
526 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

seperti Covid-19, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia


anggarannya. Jika melihat dari karakter hukum Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah Undang-Undang yang berisikan
tindakan pemerintah dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan yakni terdiri
dari penerimaan, pengeluaraan dan pembiyaan sehingga membutuhkan
persetujuan DPR. Namun, di saat kondisi darurat maka diperbolehkan diakhir
tahun anggaran.39
Perbedaan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan negara yang berkaitan
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dalam keadaan darurat seperti
Covid-19 sesuai dengan konstitusi yakni di dalam Pasal 27 ayat (5) Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mneyatakan
bahwa, “Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang
perubahan APBN tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPR
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir”.40
Realisasi pengelolaan keuangan negara yakni penggunaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dapat ditarik benang merah bahwa dalam
penanganan Pandemi Covid-19 peran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara sangat fundamental, karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
banyak digunakan dalam sektor kesehatan dan perlindungan sosial. Hal ini
tentunya dilihat karena dengan adanya Pandemi Covid-19 banyak sekali
mobilitas masyarakat untuk menekan ampak penyebaran Covid-19 maka dapat
dipastikan perlindungan sosial tentunya harus ditingkatkan oleh pemerintah
sehingga pemerintah harus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya itu, pemerintah dalam menjalankan kebijakan tersebut tentunya
menggunakan landasan hukum yang jelas agar dalam melaksanakan program
sesuai dengan amanat konstitusi. Karena dalam perspektif hukum keuangan
negara, segala kebijakan yang berkaitan dengan keuangan negara harus
dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang berlaku.

Penutup

Berdasarkan analisis yang telah penulis paparkan sebelumnya dapat


diketahui bahwa kondisi Pandemi Covid-19 dinyatakan sebagai kondisi darurat
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 menyebabkan adanya perubahan
APBN. Dalam perspektif hukum keuangan negara, tindakan pemerintah

39 Beni Kurnia Ilahi dan Haykal, Op. Cit., hlm. 14.


40 Pasal 27 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Nor Fadillah. Peranan APBN Dalam Program Jaring...527

menaikkan anggaran pengelolaan negara, seperti untuk Program Jaring


Pengaman Sosial diperbolehkan sesuai dengan konstitusi yakni berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2020 bahwa dalam kondisi darurat, pemerintah berwenang untuk melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dan memperoleh persetujuan dari
DPR pada akhir tahun anggaran berjalan. Peran APBN dalam program Jaring
Pengaman Sosial sangat penting sebagai instrumen penanganan Pandemi Covid-
19 yakni melalui program PKH (Program Keluarga Harapan), Kartu Sembako,
Kartu Pra Kerja, pemberian subsidi listrik oleh pemerintah, dan pemberian
subsidi bunga untuk perumahan berupa tambahan insentif pembangunan
perumahan MBR kepada masyarakat.

Daftar Pustaka

Buku
Achmad, Yuni Andono Modul Memahami APBN dan APBD, Depok, 2021.
Anggara, Sahya, Administrasi Keuangan Negara, Pustaka Setia, Bandung, 2016.
Gamaputa, Gading dan Noviyanti, Administrasi Keuangan Negara, UNESA
University Press, Surabaya, 2020.
Slamet Widodo dan Marihot Nasution, Analisis Ringkas Cepat Outlook & Lookout
APBN 2020 Belanja Pemerintah Pusat, No. 01/arc.PKA/IV/2020.
Solihin, Dadang, Keuangan Publik: Pendanaan Pusat dan Daerah, Artifa Duta
Prakarsa, Jakarta, 2006.
Zed, Mustika, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2008.
Jurnal
Angling Nugroho Kemenangan dan Lisno Setiawan, “Reviu Program Pemulihan
Ekonomi di Indonesia”, Jurnal Anggaran Dan Keuangan Negara Indonesia
Vol. 3 No.1, 2021.
Bambang Arianto, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian Dunia”,
Jurnal Ekonomi Perjuangan (Jumper), Vol. 2 No. 2, Tahun 2020.
Dewi Wuryandani, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia 2020 dan Solusinya,” Jurnal Vol.
XII/I/Puslit/Agustus/2020 No. 15.
Haykal, Beni Kurnia Ilahi, “Prinsip dan Dinamika Hukum Keuangan Negara
Darurat Dalam Penanggulangan Covid-19 “, Jurnal Rechtsvinding Volume
10 Nomor 1 April 2021.
Muh. Hamzah, dkk, “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Perekonomian
Indonesia: Analisis Terhadap Sektor Domestik Dan Stabilitas Inflasi”,
Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan, dan Humaniora, Volume No. 2 September –
Desember 2021.
528 LEX Renaissance NO. 3 VOL. 7 JULI 2022: 510-528

Muhammad Alwi dan Marwati Sulni, “Program Keluarga Harapan dan Upaya
Pemenuhan Kebutuhan Keluarga di Masa Pandemi Covid-19 pada
Kabupaten Polewali Mandar”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Vol 11, No 1, 2021).
Neny Ayu Nourmanita, “Belanja Publik (Expenditure Assignment) Antara
Masalah dan Efektivitas Anggaran Belanja”, Jurnal Kajian Ilmu
Administrasi Negara Volume 4 Nomor 1, Tahun 2016.
Nurul Aeni, “Pandemi COVID-19: Dampak Kesehatan, Ekonomi, dan Sosial”,
Jurnal Litbang, Vol. 17 No. 1 Juni, 2021.
Wawan Mulyawan dan Widia Alia, “APBN Dan Pendapatan Nasional”, Jurnal
Islamic Economics Volume 1 No 2, 2017.
Dokumen Lainnya
Policy Brief, Program Tunai di Era COVID-19: Bantuan Tunai Corona atau Jaminan
Penghasilan Semesta, April 2020.
Lestary J. Barany, dkk, “Bantuan Sosial Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19:
Sudahkah Menjaring Sesuai Harapan”, CSISI Commentaries tahun 2020.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2020
Website
https://beji-tulung.desa.id/artikel/2020/6/3/program-jaring-pengaman-sosial-
jps-untuk-menghadapipandemicovid19# :~:text=Sasaran%20penerima%
20JPS%20terdiri%20dari,jumlah%20maupun%20nilai%20yang%20diperba
ntukan.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-apbn-untuk-
prioritas-penanganankesehatan-dan-perlindungan-kesejahteraan-
masyarakat/
Lenny Tristia Tambun, Sri Mulyani Sebut Anggaran Jaring Pengaman Sosial
Diambil dari APBN, https://www.beritasatu.com/archive/617819/sri-
mulyani-sebut-anggaran-jaring-pengaman-sosial-diambil-dari-apbn.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/hingga-17-juni-2020-penerima-
pkh-dan-diskonlistrik-telah-mencapai 100/# :~:text=Anggaran%20ini%20
terbagi%20dalam%20pos,triliun%2C%20dan%20Bantuan%20Langsung%
20T ai
https://www.pajakku.com/read/5e85a7955872ec3cac0a93da/Pemerintah-
Diskon-Listrik-selama-3-Bulan.

Anda mungkin juga menyukai