0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan10 halaman

Hirr

Pengembangan media edukasi sensory box berbasis bahan alam untuk meningkatkan kemampuan sensory motorik anak usia 4-5 tahun. Proposal ini membahas tentang pentingnya stimulasi sensory dan motorik pada anak usia dini, serta kurangnya variasi media pembelajaran alami untuk tujuan tersebut. Peneliti berencana mengembangkan sensory box berisi bahan alam sebagai stimulasi, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sensory dan motorik halus anak.

Diunggah oleh

triani0215
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan10 halaman

Hirr

Pengembangan media edukasi sensory box berbasis bahan alam untuk meningkatkan kemampuan sensory motorik anak usia 4-5 tahun. Proposal ini membahas tentang pentingnya stimulasi sensory dan motorik pada anak usia dini, serta kurangnya variasi media pembelajaran alami untuk tujuan tersebut. Peneliti berencana mengembangkan sensory box berisi bahan alam sebagai stimulasi, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sensory dan motorik halus anak.

Diunggah oleh

triani0215
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 10

PROPOSAL

METOPEN II

“PENGEMBANGAN MEDIA EDUKASISENSORY BOX BERBASIS BAHAN ALAM UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENSORY MOTORIK ANAK USIA 4-5 TAHUN”

Dosen Pengampu :

Uswatul Hasni, M.Pd

Disusun Oleh :

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya pembinaan dalam meningkatkan mutu
sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Upaya pembinaan ini dimulai pada
pendidikan anak usia dini baik itu secara formal ataupun non formal yang dapat di
selenggarakan dalam keluarga, masyarakat, pemerintah melalui bimbingan, pengajaran
dan pelatihan yang dilakukan sepanjang hidup dengan tujuan untuk menciptakan
generasi bangsa yang berkualitas.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu cara dalam upaya
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Anak usia dini dipandang
mempunyai karakteristik yang berbeda berdasarkan usia hingga pendidikannya perlu
untuk di khususkan. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya adalah upaya
memfasilitaskan perkembangan yang sedang terjadi pada diri anak. Perkembangan
padaanak usia dini yakni peningkatan kemampuan dan kesadaran anak dalam
mengenal dirinya serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya seiring dengan
pertumbuhan fisik yang dialami. Hal ini telah ditegaskan Dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa:
“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal.”
Menurut Mansyur pendidikan anak usia dini merupakan proses
pembinaanpertumbuhan dan perkembangan anak usia sejak lahir hingga usia enam
tahun secara menyeluruh, yang mencakup seluruh aspek fisik dan non fisik, dengan
memberikan rangsangan bagiperkembangan fisik motorik, akal pikir, sosial emosional
dan bahasa yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Anak usia dini merupakan anak dalam rentang usia 0 hingga 6 tahun yang pada
masa ini mereka berada pada perkembangan terpesatnya. Anak usia dini terlahir
dengan jutaan potensi yang jika distimulasi akan berkembang menjadi berbagai

PAGE \* MERGEFORMAT 2
kemampuan yang menjadi bekal mereka dalam menghadapi setiap tuntutan yang
muncul dalam sepanjang kehidupan mereka. Optimalnya berbagai perkembangan
potensi anak usia dini bergantung pada lingkungan dan orang dewasa di sekitar anak
seperti orangtua dan guru pendidikan anak usia dini yang mengupayakan stimulasi
berbagai potensi ini secara tepat. Oleh karena pentingnya stimulasi anak usia dini, maka
kemampuan orangtua dan guru dalam melakukan berbagai stimulasi menjadi faktor
penting dalam proses tumbuh kembang anak (Husain & Kaharu, 2020). Berbicara
tentang stimulasi, dari segi pengertian merupakan sebuah proses sesuai aturan yang
diberikan pada anak sebagai bantuan dan merupakan keharusan bila ingin pertumbuhan
dan perkembangan anak optimal (Mufarizuddin, 2017). Salah satu stimulasi yang perlu
dilakukan pada anak usia dini adalah stimulasi yang berkaitan dengan sensori.
Stimulasi sensori mengakomodir kebutuhan anak untuk mengeksplorasi lingkungan
dan kreativitas anak (Zmigrod, Colzato, & Hommel, 2015). Menurut Montessori, cara
paling efektif untuk anak belajar dan mengembangkan potensinya adalah melalui
kegiatan main sensori (Darnis, 2018). Setiap individu dilahirkan dengan kemampuan
sensorik dasar yang akan mengalami perkembangan (Meggit, 2018). Sejak lahir anak
membutuhkan bantuan indera yang digunakan untuk mengeksplorasi objek serta
lingkungan sekitar melalui kegiatan sehari- hari. Fase anak pada masa bayi hingga usia
tertentu mempergunakan sistem penginderaan/sensori dan aktivitas-aktivitas motorik
untuk mengenal objek atau benda dan lingkungan sekitar diri anak (Putri, Sofia, &
Utaminingsih, 2017). Berdasarkan pernyataan dan pendapat ahli di atas, maka stimulasi
dini sensori merupakan langkah stimulasi awal yang perlu dilakukan karena tahapan
perkembangan anak usia dini yang efektif adalah melalui pengembangan sensori anak
yang berdampak pada terpenuhinya kebutuhan anak dalam eksplorasi lingkungan.
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Pada usia prasekolah gerakan-gerakan fisik yang dilakukan tidak hanya untuk
mengembangkan fisik saja tetapi dapat berpengaruh positif terhadap rasa harga diri
anak. Kurangnya keterampilan motorik halus yang anak kuasai akan berdampak
terhadap rendahnya penerimaan diri anak, anak mudah frustasi, putus asa, dan akhirnya
anak malas melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Hal senada diperkuat oleh pendapat
Solehudin (2000:60) sebagai berikut: Pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu aktif

PAGE \* MERGEFORMAT 2
melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas ini
sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar.
Pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai
keterampilan dasar akademik, seperti untuk belajar menggambar dan menulis.
Kemampuan motorik anak berbeda-beda, ada yang lambat dan ada pula yang sesuai
dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Oleh karena itu sejak usia
dini aspek pengembangan motorik anak dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan
dapat menstimulus perkembangan motorik anak secara maksimal khususnya
perkembangan motorik halus anak. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bermain,
gerakan motorik anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lainnya.
Menurut Ghazali (Abidin,2009:1) bahwa „bermain mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan anak baik secara fisik-motorik maupun secara psikologi atau kejiwaannya
serta perkembangan intelegensi nya.
Dalam belajar anak usia dini memerlukan perantara atau yang biasa disebut
dengan media pembelajaran, dimana dengan adanya media pembelajaran mampu
mengalihkan perhatian anak untuk tidak cepat bosan atau mampu konsentrasi dalam
suatu kegiatan dengan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan tidak
menggunakan media pembelajaran.
Beberapan tahapan seperti observasi maupun survei yang telah dilakukan oleh
peneliti, diperoleh topik yang merujuk pada permasalahan terkait media edukasi yang
mendukung perkembangan Sensory dan motorik anak kurang bervariasi serta
kurangnya penerapan media untuk meningkatkan sensory dan motorik anak.
Perkembangan kreativitas anak hanya dilakukan dengan menggambar, mewarnai, dan
penggunaan media yang tersedia di kelas serta penggunaan bahan alam belum di
terapkan atau dipergunakan ketika anak melakukan suatu kegiatan. Akibatnya, tidak
jarang anak merasa bosan, sementara di sekeliling sekolah sangat mudah di temui
media bahan alam yang dapat digunakan. Penggunaan bahan alam juga bernilai
ekonomis, bersifat eksplorasi dan tentunya tidak membosankan bagi anak. Penggunaan
bahan ini juga bernilai variatif terkait media yang di gunakan untuk sebuah kegiatan
dalam perkembangan kreativitas anak.
Peran media pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini (PAUD)

PAGE \* MERGEFORMAT 2
sangat penting, mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa
berpikir konkrit. Oleh karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus
berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara
nyata. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran
penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini.
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini
tidak semestinya harus didapatkan dari toko dengan cara membeli. Akan tetapi guru
maupun orang tua bisa menciptakan sendiri medianya. Bisa dengan memanfaatkan
bahan-bahan bekas ataupun dari bahan alam di lingkungan sekitar yang mudah
didapatkan. Namun yang perlu diingat bahwa media pembelajaran yang diciptakan oleh
para guru ataupun orang tua di rumah seharusnya dapat menstimulasi berbagai aspek
perkembangan pada anak usia dini, yaitu aspek perkembangan agama dan moral,
kognitif, bahasa, social emosional, seni maupun kreativitas anak.
Dari hasil analisis kebutuhan dan penelitian yang relevan maka peneliti
memberikan solusi dari permasalahn di atas yaitu dengan “Pengembangan Media
Edukasi Sensory Play Box Berbasis Bahan Alam Untuk Anak Usia 4-5 Tahun” dengan
harapan agar nantinya dapat menghasilkan produk permainan yang dapat menstimulasi
sensori anak dengan lebih berinovasi.

1.2 Identifikasi Masalah


Setelah dilihat dari paparan latar belakang masalah dapat di identifikasi
permasalahan yang muncul pada anak usia 4-5 tahun adalah:
1. Keterampilan sensory dan motorik anak yang masih terbatas.
2. Kurangnya kreativitas anak dalam belajar.
3. Kurangnya pengembangan media pembelajaran dalam proses perkembangan
sensory dan motorik pada anak.

1.3 Pembatasan Masalah


Penelitian ini dilakukan pada anak usia 4-5 tahun, dengan fokus penelitian pada
peningkatan kemampuan sensory dan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui media
sensory box berbasis bahan alam.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana model pengembangan media edukasi sensori box berbasis bahan
alam untuk meningkatkan kemampuan sensory dan motorik anak?
2. Apakah media edukasi sensory box berbasis bahan alam dapat meningkatkan
kemampuan sensorik anak?

1.5 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Mengetahui model pengembangan media edukasi sensory box berbasis bahan
alam untuk meningkatkan kemampuan sensorik dan motorik anak
2. Mengetahui media edukasi sensory box berbasis bahan alam dapat
meningkatkan kemampuan sensorik anak

1.6 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan


Media yang akan dikembangkan peneliti adalah media sensory box berbasis
bahan alam. Media sensory box ini adalah media yang terinspirasi dari media sosial
yang di modifikasi oleh peneliti agar lebih menarik dan dapat digunakan bagi anak usia
4-5 tahun. Media sensory box ini adalah media pembelajaran berjenis Alat Permainan
edukatif (APE), media ini tersusun dalam sebuah kotak yang memiliki berbagai warna
dan animasi menarik untuk di kenalkan pada anak.
Pengembangan media sensory box memiliki spesifikasi sebagai berikut :
1. Media sensory box yang akan dikembangkan adalah media Alat Permainan
Edukasi (APE) yang terbuat dari bahan alam. Bahan alam dapat di temukan dengan
mudah di lingkungan sekitar. Media bahan alam yang digunakan untuk menjadi suatu
hal yang bermakna dan penggunaan bahan yang dapat diolah sendiri serta aman untuk
anak kelompok A.
2. Ukuran media berbentuk persegi.
3. Media sensory box ini berkonsep belajar yang menyenangkan agar anak tidak

PAGE \* MERGEFORMAT 2
cepat bosan.
4. Media sensory box ini dapat digunakan sebagai :
1) Belajar mengenal berbagai hewan yang hidup di darat, air, dan udara.
2) Belajar melatih sensory anak
5. Materi pada media sensory box ini yaitu :
1) Terdapat berbagai bahan alam dengan tekstur yang berbeda yang dapat di
kenalkan pada anak sebagai sumber belajar
2) Terdapat berbagai hewan yang hidup di darat, air, dan udara
3) Terdapat pohon dan berbagai warna pada media yang dapat di kenalkan pada
anak

Pada Gambar di atas terdapat 3 space yaitu darat, laut, dan udara yang masing-masing
akan di letakkan hewan berdasarkan habitat nya.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
1.7 Keterbatasan Penelitian
Dalam proses melakukan penelitian ini, terdapat keterbatasan yang mungkin
dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
1. Adanya keterbatasan waktu penelitian, tenaga, dan kemampuan peneliti.
2. Penelitian ini hanya melakukan pengkajian terhadap pengaruh beberapa faktor
sehingga perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor lain yang
belum dikaji.
3. Penelitian ini jauh dari sempurna, maka untuk penelitian betikutnya diharapkan
lebih baik dari sebelumnya.

1.8 Asumsi Penelitian


Asumsi atau anggapan dasar ini merupakan suatu gambaran sangkaan,
perkiraan, satu pendapat atau kesimpulan sementara, atau suatu teori sementara yang
belum di buktikan. Berdasarkan pengertian asumsi tersebut, maka asumsi yang di
kemukakan dalam penelitian ini adalah : media edukasi dalam meningkatkan sensory
motorik anak yang masih terbatas dan diperlukan pengembangan media dengan
memanfaatkan bahan alam.

1.9 Urgensi Penelitian


Urgensi atau pentingnya penelitian di lakukan :
1. Sebagai media edukasi bagi perkembangan sensory dan motorik anak.
2. Untuk menambah wawasan dan variasi pengelolaan bahan alam sebagai sumber
belajar.
3. Memperkaya referensi pendidik dan mahasiswa PGPAUD.
4. Menjadi bahan masukan bagi guru dan orang tua untuk meningkatkan
perkembangan kemampuan sensory anak melalui bahan yang mudah di temukan.
5. Sebagai bahan acuan penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.10 Definisi Operasional


1. Pengembangan
Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan
memvalidasi suatu produk, pengembangan dapat berupa proses, produk, dan
rancangan.
2. Media sensory box
Permainan sensory box adalah permainan yang dapat melatih atau
memanfaatkan satu atau lebih indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
sentuhan). Permainan ini bermanfaat untuk membantu anak belajar mengobservasi,
menstimulasi indera dan membentuk hubungan saraf di otak. Pembelajaran anak dapat
berkembang bukan hanya di pengaruhi oleh faktor genetik tapi juga dari perkembangan
belajar, anak tidak hanya bergantung pada faktor genetik saja tetapi dari rangsangan
lingkungan.
3. Sensory motorik
Sensory play yang melibatkan kemampuan motorik halus anak berupa koordinasi
mata dan tangan, kekuatan otot tangan dan jari-jemari anak. Motorik halus merupakan
gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian panca indera. Dan melibatkan otot kecil,
tidak memerlukan tenaga namun membutuhkan koordinasi yang cermat seperti
gerakan jari-jemari dan koordinasi mata dan tangan. Motorik anak perlu dilatih agar
dapat berkembang dengan baik. Perkembangan motorik anak berhubungan erat dengan
kondisi fisik dan intelektual anak.

PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai