METOPEL
METOPEL
METOPEL
Sharia Index
Disusun Oleh :
1
Hasanuddin Rahma, S.H, Kebijakan Kredit perbankan yang berwawasan lingkungan,
(Jakarta: PT Citra Aditya Bakti 2007), hal 2
2
Ikatan Bankir Indonesia, Menguasai Fungsi Kepatuhan Bank, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama 2018), hal 112
3
2
2
3
3
www.bankmuamalat.co.id
3
4
4
Mulyadi, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat
2007), hal 471
5
Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard: Menuju
Organisasi yang Berfokus pada Strategi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2007), hal 152
6
Budi Sukardi, dkk, “Inklusivisme Maqâs}id Syarî’ah Menuju Pembangunan
Berkelanjutan Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Peradaban Islam Tsaqafah, Vol. 12, No. 1,
Mei 2016, 209-230
7
Ida Roza, “Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah dengan Metode Indeks
Maqasid Syariah dan CAMEL, 2015, hal 31
8
Sony Yuwono, dkk, Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju
Organisasi yang Berfokus pada Strategi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal 130
4
5
Rakyat Syariah.9 Kinerja bank syariah selain dapat diukur dari segi keuangan
dengan metode konvensional, pengukuran kinerja bank syariah juga harus
diukur dari aspek tujuan syariah (maqasid shariah).
Maqasid shariah adalah peraturan yang terdiri dari petunjuk dan
larangan yang diberikan Allah kepada umat manusia. Yaitu dengan
terpenuhinya kebutuhan dlaruriyah, hajiyah dan tahsiniyah agar manusia bisa
hidup dalam kebaikan dan dapat menjadi hamba Allah yang baik.10 Hal ini
dapat didefinisikan sebagai kumpulan etika-etika yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Dari segi bahasa, maqasid shariah mempunyai tujuan atau
kumpulan hukum islam. Bedoi dan Mansour menyatakan ruang lingkup
maqasid shariah mencakup semua aspek kehidupan yang terkait dengan sosial,
personal, ekonomi dan intelektual.
Penggunaan konsep maqasid shariah dalam konteks kinerja bank
syariah dinilai penting karena sebagian besar bank syariah menggunakan rasio-
rasio keuangan yang berasal dari bank konvensional sehingga tidak
memberikan evaluasi pada semua dimensi yang dimiliki oleh bank syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Evi Mutia dan Nastha Musfirah menggunakan
rasio keuangan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank
11
syariah kurang efisien daripada bank konvensional. Menurut Badoui dan
Mansour menilai hal ini terjadi karena langkah-langkah dalam mengukur
efisiensi bank syariah hanya mencerminkan dimensi keuangan saja dan
pengukuran yang sama dengan bank konvensional tidak masuk akal karena
sifat kedua bank berbeda.12 Dalam hal ini penilaian kinerja bank syariah harus
9
Otoritas Jasa Keuangan, Undang-undang Nomor 7 Tahun !992 tentang Perbankan
Sebagaimana Diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998,
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-undang/Pages/undang-undang-nomor-
7-tahun-1992-tentang-perbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-
1998.aspx, akses 20 Oktober 2019
10
Ika Yunia Fauzia, Abdul Qadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syariah, (Jakarta: Kencana, 2014), hal 43
11
Evi Mutia dan Nastha Musfirah, “Pendekatan Maqashid Shariah Index sebagai
Pengukuran Kinerja Perbankan Syariah di Asia Tenggara”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, Desember 2017, Vol. 14, No. 2, hal 181 - 201
12
Housesemeddine Bedoui dan Mansour Walid, “Islamic Bank Performance and
Maqashid al Shariah”, 27-28 Juli 2013
5
6
13
Syafi‟i Antonio, Sanrego dan Taufiq, “An Analysis of Islamic Banking Performance:
maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania”, Journal Of Islamic Finance,
Vol.1, No.1, 2012, 012 - 029
6
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Kinerja Bank Muamalat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
mengalami penurunan terutama pada tahun 2019, sehingga belum
memberikan hasil yang memuaskan.
2. Pengukuran kinerja bank syariah menggunakan rasio-rasio keuangan
yang berasal dari bank konvensional tidak memberikan evaluasi pada
semua dimensi yang dimiliki bank syariah.
3. Fokus utama kegiatan bank syariah selama ini masih terbatas pada
pemegang saham dan belum memberikan manfaat besar bagi pihak
luar.
4. Bagiamana kinerja Bank Muamalat jika diukur dengan metode Maqasid
Shariah Index.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini, maka batasan masalah adalah peneliti akan meneliti kinerja Bank
Muamalat Indonesia menggunakan pendekatan Maqasid Shariah Index dengan
tiga indikator kinerja yaitu educating individual, establishing justice dan public
interest.
D. Perumusan Masalah
Dengan yang sudah dijelaskan/diuraikan diatas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah:
7
8
8
9
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan/manfaat sebagai beriku:
a. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
tentang kinerja perbankan syariah jika di ukur dengan maqasid
shariah index kepada penulis.
b. Bagi Perusahaan, menjadi bahan informasi, memudahkan pihak-
pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung dan bahan
evaluasi rujukan dalam pelaksanaan maqasid shariah index.
c. Bagi Akademis, diharapkan penelitian ini menjadi salah satu
informasi dari berbagai informasi dan sebagai bahan referensi atau
kajian pustaka untuk menambah informasi penelitian selanjutnya
d. Bagi Masyarakat dan Nasabah, dapat memberi pengetahuan yang
luas kepada masyarakat dan kepada nasabah lama atau calon
nasabah mengenai kinerja Bank Muamalat Indonesia melalui
pendekatan maqasid shariah index dalam penggunaan layanan
produk dan jasa perbankan syariah.
F. Batasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari judul tersebut, ada
beberapa istilah yang perlu penulis uraikan, antara lain:
a. Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuamg dalam perumuan
skema strategi (strategic planning) suatu organisasi.14
b. Bank Muamalat Indonesia
Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di
Indonesia yang menerapkan prinsip syariah murni pertama dalam
14
Irham Fahmi, Manajemen Kinerja Teori dan Aplikas, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal 2
9
10
15
Mustafa Omar Mohammed and Dzuljastri Abdul Razak, The Performance Measures
ofIslamic Banking Based on the Maqashid Frameork, hal. 5
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS
16
Rina Milyati Y dan Jhon Nasyaroeka, “Kinerja Keuangan Perusahaan Transportasi
Berbasis Laporan Keuanganyang Terdaftardi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Magister,
Vol 03. No.02, Juli 2017
11
11
12
17
Nastiti Mintje, “Pengaruh TQM, sitem penghargaan dan sistem pengukuran kinerja
terhadap kinerja manajerial pada PT. Air Manado” ISSN 2303-1174
12
13
18
Asser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah, (Bandung : Mizan
Pustaka, 2015), hal 32
13
14
kesenjangan, atau tujuan. Adapun shariah artinya jalan menuju air, atau bisa
dikatakan dengan jalan menuju ke arah sumber kehidupan. 19
Adapun secara terminologi, beberapa pengertian tentang maqasid
shariah yang dikemukakan oleh beberapa ulama terdahulu antara lain:
1) Ibnu Asyur
“makna atau hikmah yang bersumber dari Allah Swt. yang
terjadi pada seluruh atau mayoritas ketentuan-Nya (bukan pada
hukum tertentu)”.20
2) Alal al-Fasi
“tujuan atau rahasia Allah Swt. dalam setiap hukum syariat-
Nya”.21
3) Ahmad al-Raysuni
“maqashid syariah merupakan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan oleh syariah untuk dicapai demi kemaslahatan".22
19
Ika Yunia Fauzia, Abdul Qadir Riyadi, Prinsip DasarEkonomi Islam Perspektif Maqashid
Al-Syariah, (Jakarta:Prenamedia Group 2018), hal 41
20
Oni Sahroni, Adiwarman Karim, Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam sintesis fikih dan
ekonomi, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hal 2
21
Yunia Fauzia, Abdul Qadir Riyadi, Prinsip DasarEkonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah, (Jakarta:Prenamedia Group 2018), hal 42
22
Ibid, hal 43
14
15
23
Ghofar Shidiq, “Teori Maqashid al-Syari’ah dalam Hukum Islam”, Sultan Agung, Vol.
XLIV, No. 118, Juni – Agustus 2009, hal 117-129.
24
Oni Sahroni, Adiwarman Karim, Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam sintesis fikih dan
ekonomi, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hal 41
25
Ibid, hal 41
15
16
26
Ibid, hal 42
27
Oni Sahroni, Adiwarman Karim, Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam sintesis fikih dan
ekonomi, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hal 42
28
Ibid, hal 42
29
Ibid, hal 43
16
17
30
Ibid, hal 43
31
Oni Sahroni, Adiwarman Karim, Maqashid Bisnis Dan Keuangan Islam sintesis fikih dan
ekonomi, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017), hal 44
32
Ibid, hal 44
17
18
a. Dharuriyah
Dharuriyah adalah penegakan kemaslahatan agama dan dunia.
Artinya, ketika dharuriyah itu hilang maka kemaslahatan dunia dan bahkan
akhirat juga akan hilang, dan yang akan muncul adalah justru kerusakan dan
bahkan musnahnya kehidupan. Dharuriyah juga merupakan keadaan di
mana suatu kebutuhan wajib untuk dipenuhi dengan segera, jika diabaikan
maka akan menimbulkan suatu bahaya yang berisiko pada rusaknya
kehidupan manusia. Dharuriyah menunjukkan kebutuhan dasar ataupun
primer yang harus selalu ada dalam kehidupan manusia. Dharuriyah di
dalam syariah merupakan sesuatu yang paling asasi diabndingkan dengan
hajiyah dan tahsiniyah. Apabila dlaruriyah tidak bisa dipenuhi, maka
berakibat akan rusak dan cacatnya hajiyah dan tahsiniyah. Tapi jika hajiyah
dan tahsiniyah tidak bisa dipenuhi, maka tidak akan mengakibatkan rusak
dan cacatnya dharuriyah. Jadi tahsiniyah dijaga untuk membantu hajiyah,
dan hajiyah dijaga untuk membantu dharuriyah.34
Selanjutnya, dharuriyah terbagi menjadi lima poin yang bisa
dikenal dengan al-khulliyati al-khamsah, yaitu:
1) penjagaan terhadap agama (Hifz al-Din)
Islam menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan yang pertama
adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah; setiap pemeluk agama
berhak atas agama dan mazhabnya, ia tidak boleh di paksa untuk
meninggalkannya menuju agama atau mazhab lain, juga tidak boleh ditekan
untuk berpindah dari keyakinan untuk masuk islam. 35
33
Yunia Fauzia, Abdul Qadir Riyadi, Prinsip DasarEkonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah, (Jakarta:Prenamedia Group 2018), hal 65-66
34
Yunia Fauzia, Abdul Qadir Riyadi, Prinsip DasarEkonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah, (Jakarta:Prenamedia Group 2018), hal 66
35
Ahmad Al-Musri Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2013), hal 1
18
19
36
Ibid, hal 6
37
Ibid, hal 2
38
Ahmad Al-Musri Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2013), hal 91
39
Ibid, hal 94
19
20
40
Ahmad Al-Musri Husain Jauhar, Maqashid Syariah, (Jakarta: Amzah, 2013), hal 132
41
Ibid, hal 67
20
21
b. Hajiyah
Sementara itu, tahapan kedua dari maqasid shariah adalah hajiyah
yang didefinisikan sebagai “hal-hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan
kemudahan dan menghilangkan kesulitan yang dapat menyebabkan bahaya
dan ancaman, yaitu jika sesuatu yang mestinya ada menjadi tidak ada.
“dapat di tambahkan, “ bahaya yang muncul jika hajiyah tidak ada tidak
akan menimpa seseorang, dan kerusakan yang diakibatkan tidak
mengganggu kemaslahatan umum”. Hajiyah juga dimaknai dengan keadaan
di mana jika suatu kebutuhan dapat terpenuhi, maka akan bisa menambah
value kehidupan manusia. Hal tersebut bisa menambah efisiensi, efektivitas
dan value added (nilai tambah) bagi aktivitas manusia. Hajiyah juga
dimaknai dengan pemenuhan kebutuhan sekunder ataupun sebagai
pelengkap dan penunjang kehidupan manusia.43
c. Tahsiniyah
Tahapan terakhir maqasid shariah adalah tahsiniyah, yang
pengertiannya adalah “melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
menghindari yang buruk sesuai dengan apa telah diketahui oleh akal sehat”.
Seseorang ketika menginjak keadaan tahsiniyah berarti telah mencapai
keadaan, di mana ia bisa memenuhi suatu kebutuhan yang bisa
meningkatkan kepuasan dalam hidupnya. Meskipun kemungkinan besar
tidak menambah efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah bagi aktivitas
42
Ibid, hal 67
43
Ibid, hal 68
21
22
44
Ibid, hal 68
45
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), hal 574
46
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), hal 575
22
23
yang hakiki, walaupun maslahat itu tersamar pada sebagian orang yang
tertutup hawa nafsunya. Maslahat yang dikehendaki oleh islam bukanlah
maslahat yang seiring dengan keinginan hawa nafsu. Akan tetapi,
maslahat yang hakiki yang menyangkut kepentingan umum, bukan
kepentingan pihak tertentu (khusus).47
47
Ibid, hal 578
23
24
C D E
O
D E
N
E
C D
E
E
D
P
T D
24
25
25
26
26
27
27
28
C. Kajian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Nurmahadi Maqasid Y= Pengukuran Penelitian ini
(2018) Syari’ah dalam Kinerja menyatakan bahwa
Pengukuran X= Maqasid pengukuran kinerja
Kinerja Syari’ah lembaga keuangan
Lembaga terhadapMaqasid
Keuangan Syari’ah adalah tidak
Syari’ah di berlebihan. Karena
Indonesia dalam Islam, aktifitas
yang dilakukan akan
bernilai ibadah jika kita
melakukannya sesuai
dengan syari’at tuntunan
Islam, termasuk
menggunkan Maqasid
Syari’ah dalam
mengukur kinerja
28
29
29
30
30
31
D. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah kerangka penalaran yang terdiri dari konsep-
konsep atau teori yang menjadi acuan penelitian, biasanya kerangka teoritis
disusun dalam bentuk matriks, bagan atau gambar sederhana48.
Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada
skema dibawah ini :
48
Azhari Akmal Tarigan, Buku Panduan Penulisan Skripsi, (Medan: Febi Press, 2015), hal
18
31
32
E. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara atas penelitian yang masih
mengandung kemungkinan benar atau salah. Walaupun sifatnya jawaban
sementara, hipotesa tidak boleh dirumuskan begitu saja, melainkan harus
didasarkan pada kajian teori dan penelitian terdahulu 49
Adapun hipotesa dalam penelitian ini, yaitu :
Ho1 = Tidak ada pengaruh Kinerja Bank Muamalat Indonesia
(BMI) menggunakan Pendekatan Maqasid Shariah Index.
Ha1 = Ada pengaruh Kinerja Bank Muamalat Indonesia (BMI)
menggunakan Pendekatan Maqasid Shariah Index.
49
Ibid, hal 18
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menurut pendekatannya merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang
menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek penelitian
kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan
pemecahan masalahnya dan dapat memberikan informasi yang mutakhir
sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih
banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah. Penilitian deskripsi secara
garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran
atau mencoba mencandra suatu peristiwa atau gejala secara sistematis,
faktual dengan penyusunan yang akurat.50
Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar dan sistematis
untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan/atau mendapatkan
informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena dengan
menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatfif. 51 Dalam
penelitian ini, penelitian deskriptif digunakan untuk menjelaskan rasio
maqasid shariah index dalam menganalisis kinerja bank umum syariah di
Indonesia sedangkan penelitian kuantitatif digunakan untuk menghitung
tingkat persentase rasio maqasid shariah index melalui laporan keuangan
tahunan (annual report) Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2017-2018.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia dengan
mengambil data dari laporan tahunan (annual report) pada website resmi
BMI yaitu www.bankmuamalat.co.id. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Oktober 2019.
50
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press, 2005), hal 28
51
A. Muri Yusuf, M.Pd, “Metode Penelitian Kuantitaf, Kualitatif & Penelitian Gabungan”,
(Jakarta: Kencana 2017), hal 62
34
33
35
52
Husein Umar, S.E, M.M., MBA, Rise Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, (Jakarta:
PT HGramedia Pustaka Utama, 2005), hal 100
53
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 115
54
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-18, 2011), h. 61
35
36
E. Defenisi Operasional
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat)55. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja Keuangan
Bank.
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur
dengan indikator kecukupan modal, liquiditas dan profitabilitas.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas56. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah Maqasid Shariah Index.
Maqasid Shariah Index (MSI) merupakan metode pengukuran
kinerja perbankan syariah yang dikembangkan oleh Mustafa Omar
Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak dan Fauziah Md Taib.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 59
56
Ibid, h. 59
57
Albi Anggito & Johan Setiawan, S.Pd, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: Jejak
Publisher 2018), hal 146
36
37
G. Analisis Data
Ukuran kinerja perbankan syariah yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah berdasarkan kerangka maqasid shariah index.
Tujuannya adalah untuk mengukur kinerja perbankan syariah yang selama ini
masih menggunakan rasio keuangan konvensional. Dalam penelitian ini akan
digunakan sepuluh rasio seperti yang telah dikemukan peneliti sebelumnya.
Pada penelitian sebelumnya, peneliti memverifikasi rasio-rasio yang
digunakan kapada para ahli syariah yang tersebar di Timur Tengah dan
Malaysia, yang merupakan pakar dibidang perbankan syariah maupun
konvensional. Konfirmasi yang dikirim dilakukan dalam dua tahapan. Tahap
pertama adalah wawancara kepada 12 ahli dibidang perbankan syariah, fiqh
(hukum) islam, dan ilmu ekonomi islam terkait pengukuran kinerja yang
dikembangkan penulis sebelumnya dalam penelitian itu. Wawancara pada 12
ahli tersebut menyatakan bahwa keduabelas ahli tersebut menyetujui
keandalan pengukuran kinerja yang dikembangkan peneliti saat itu.
Tahap kedua, peneliti sebelumnya melakukan verifikasi pengukuran
kinerja yang dikembangkan kepada 16 ahli di bidang perbankan melalui
kuisioner. Keenambelas ahli tersebut diminta menjawab pertanyaan terkait
pembobotan yang diberikan kepada masing-masing rasio agar dapat terukur,
serta mengidentifikasi ulang komponen pengukuran kinerja apakah diterima
dan sesuai dengan kondisi perbankan. Dari hasil penelitian tersebut, maka
ditetapkanlah sepuluh rasio pengukuran kinerja perbankan syariah
menggunakan pendekatan maqasid shariah index. Bobot rata-rata yang
diberikan oleh para ahli dijelaskan dalam tabel 3.1 berikut ini:
37
38
E4. Publikasi 23
Jumlah 100
Menegakkan 41 E1. Pengembalian yang adil 30
Keadilan E2. Harga yang adil 32
(Establishing Justice) E3. Produk bebas bunga 38
Jumlah 100
Kepentingan Umum 29 E1 Profitabilitas Bank 33
(Public Interest) E2. Pemerataan pendapatan 30
E3. Investasi pada sektor riil 37
Jumlah 100
Sumber : Siti Maesyaroh 2015
38
39
Keterangan :
(O1) adalah maqasid shariah index yang pertama yaitu pendidikan individu
W11 adalah bobot untuk pendidikan
E1 adalah bobot untuk elemen pertama pada O1
E2 adalah bobot untuk elemen kedua pada O1
E3 adalah bobot untuk elemen ketiga pada O1
E4 adalah bobot untuk elemen keempat pada O1
R 1 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen pertama O1
R2 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen kedua O1
R3 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen ketiga O1
R4 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen keempat O1
IP (O2) = W2 2 x E5 X R5 + W2 2 x E6 x R6 + W2 2 x E7 x R7
Atau
IP (O2) = W2 2(E5 x R5 + E6 x R6 + E7 x R7)
39
40
Keterangan:
(O2) adalah maqasid shariah index yang kedua yaitu keadilan
W22 adalah bobot untuk keadilan
E5 adalah bobot untuk elemen kelima pada O2
E6 adalah bobot untuk elemen keenam pada O2
E7 adalah bobot untuk elemen ketujuh pada O2
R5 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen kelima O2
R6 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen keenam O2
R7 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen ketujuh O2
Keterangan:
(O3) adalah maqasid shariah index yang ketiga yaitu public ineterest
W3 3 adalah bobot untuk public ineterest
E8 adalah bobot untuk elemen kedelapan pada O3
E9 adalah bobot untuk elemen kesembilan pada O3
E10 adalah bobot untuk elemen kesepuluh pada O3
R8 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen kedelapan O3
R9 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen kesembilan O3
R10 adalah ukuran kinerja sampel berdasarkan rasio elemen kesepuluh O3
40
41
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
41
42
2018
www.ojk.go.id
42