XI - Sejarah - KD 3.7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

MODUL RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP

IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DALAM BIDANG


POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, DAN PENDIDIKAN

SEJARAH KELAS XI

i
DAFTAR ISI

PENYUSUN.............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ ii
GLOSARIUM......................................................................................................................................... iii
PETA KONSEP..................................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
A. Identitas Modul.......................................................................................................1
B. Kompetensi Dasar...................................................................................................1
C. Deskripsi Singkat Materi........................................................................................1
D. Petunjuk Penggunaan Modul..................................................................................2
E. Materi Pembelajaran...............................................................................................2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1......................................................................................................3
RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
BARAT DALAM BIDANG POLITIK & EKONOMI.....................................................................3
A. Tujuan Pembelajaran..............................................................................................3
B. Uraian Materi..........................................................................................................3
C. Rangkuman...........................................................................................................14
D. Latihan Soal..........................................................................................................14
E. Penilaian Diri........................................................................................................18
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2...................................................................................................19
RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
DI BIDANG SOSIAL-BUDAYA DAN PENDIDIKAN...............................................................19
A. Tujuan Pembelajaran............................................................................................19
B. Uraian Materi........................................................................................................19
C. Rangkuman...........................................................................................................25
D. Latihan Soal..........................................................................................................25
E. Penilaian Diri........................................................................................................26
EVALUASI............................................................................................................................................ 27
Daftar Pustaka................................................................................................................................... 32

ii
GLOSARIUM

Culture Stelsel : Sistem Tanam Paksa


Kolonialisme : kebijakan dan praktik kekuatan dalam memperluas
kontrol atas masyarakat lemah atau daerah.
Imperialisme : Kebijakan di mana sebuah negara besar dapat
memegang kendali atau pemerintahan atas daerah
lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Politik Etis : Politik Balas Budi
Irigasi : Upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian.
Invasi : Penyerangan secara militer ke negara lain
Nasionalisme : Suatu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara
Demokrasi : Bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Romusha : Orang-orang yang dipaksa bekerja berat pada zaman
pendudukan Jepang.

iii
PETA KONSEP

dan kolonialisme

Bidang Politik
(Organisasi Pergerakan)
Respon Bangsa Indonesia

Bidang Ekonomi
(perlawanan
terhadap monopoli)

Bidang Sosial-Budaya
imperialisme
terhadap

Bidang Pendidikan

iv
PENDAHULUAN
A. Identitas Modul
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (2 Pertemuan)
Judul Modul : Respon Bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan
kolonialisme dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
pendidikan

B. Kompetensi Dasar
3.7. Menganalisis respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan
kolonialisme dalam bidang politik (organisasi pergerakan), ekonomi
(bentuk perlawanan terhadap praktik monopoli), sosialbudaya (karya seni
dan sastra), dan pendidikan (Taman Siswa, Kayu Tanam)
4.7. Menyajikan hasil analisis respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme
dan kolonialisme dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
pendidikan dalam bentuk tulisan dan/atau media lain

C. Deskripsi Singkat Materi

Gambar 1. Kapal-kapal Jung yang pernah berlayar di Nusantara. sumber. http://wikipedia.com

Halo para pembelajar sejarah, kita sama-sama telah mengetahui bahwasanya


Indonesia adalah negara maritim yang punya banyak sekali sejarah tentang
kejayaan di masa lampau, tetapi kita juga memiliki sejarah kelam Ketika negara
kita menjadi bagian dari wilayah yang mengalami kolonialisasi dan
imperialisme dari bangsa barat.

1
Selama ratusan tahun, di beberapa wilayah nusantara telah mengalami
penjajahan oleh bangsa barat, beberapa kisah sejarah telah kita dengan
bagaimana bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki semangat juang
tinggi melawan dan berupaya mengusir para penjajah tersebut. Beberapa
tempat di wilayah Nusantara (Aceh, Bali, Riau, dll) bahkan tidak sampai
setengah abad mengalami penajahan, hal tersebut dikarenakan kekuatan dari
para penguasa di daerah yang menyebabkan kekuatan kolonialisme dan
imperialism sulit untuk masuk

Namun demikian, selama ratusan tahun di beberapa tempat di Indonesia yang


mengalami kolonialisasi dan imperialism dari bangsa Barat memunculkan
respon-respon dari Bangsa Indonesia yang mencerminkan adanya semangat
juang dan daya perlawanan yang tinggi, meskipun menjadi daerah koloni
bangsa lain, para tokoh-tokoh Bangsa Indonesia menggerakan banyak sekali
perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan dari bangsa barat yang merugikan,
melalui modul ini, kita akan sama sama menganalisis bagaimana respon Bangsa
Indonesia terhadap penjajahan dalam bidang politik, ekonomi, social-budaya,
dan Pendidikan.

Setelah mempelajari modul ini diharapkan kalian akan mampu mewariskan


berbagai semangat juang dari para tokoh-tokoh bangsa setiap melihat sebuah
ketidak adilan di depan mata kalian, dan turut aktif memperjuangkan sesuatu
yang benar, seperti pada contoh-contoh yang akan kita bahas dalam modul ini.
Silahkan dipelajari.

D. Petunjuk Penggunaan Modul


Modul ini ditujukan untuk siswa kelas XI yang mempelajari Sejarah kelompok
Peminatan ilmu-ilmu sosial. Siswa diharapkan dapat memanfaatkan modul ini
secara maksimal, dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sebelum masuk kepada kegiatan pembelajaran, bacalah tujuan pembelajaran
terlebih dulu. Ini penting untuk membantu kamu mencapai tujuan
pembelajaran
2. Bacalah secara berurut uraian materi yang disajikan, pastikan kamu
memahami uraian materi yang ditulis, setelah itu jangan lupa baca
rangkuman materi yang telah ditulis, ini membantu kamu menyimpan
informasi lebih dalam.
3. Kerjakan tugas mandiri dan latihan soal, perlu diingat, penugasan mandiri
dan latihan soal bukan untuk menilai kompetensi kamu, tapi untuk
membantu kamu memahami bagian materi mana yang belum kamu kuasai.
4. Bila kamu merasa sudah cukup memahami materi dalam 4 kegiatan
pembelajaran di modul ini, silahkan kerjakan lembar evaluasi.

E. Materi Pembelajaran
Modul ini terbagi menjadi 2 kegiatan pembelajaran antara lain :
1. Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme dalam
Bidang Politik dan Ekonomi
2. Respon Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme dalam
Bidang Sosial-Budaya dan Pendidikan

2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN


IMPERIALISME BARAT DALAM BIDANG POLITIK & EKONOMI
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan kamu mampu :
1. Mengumpulkan dan mengolah data dari berbagai sumber mengenai respon
bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme dalam bidang
politik (organisasi pergerakan), ekonomi (bentuk perlawanan terhadap
praktik monopoli).
2. Menganalisis dan menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan terkait
respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme dalam
bidang politik (organisasi pergerakan), ekonomi (bentuk perlawanan
terhadap praktik monopoli).

B. Uraian Materi
Hallo, kali ini kita akan belajar tentang Respon Bangsa Indonesia Terhadap
kolonialisme dan imperialisme barat di Berbagai Bidang. Respon dalam KBBI (kamus
besar Bahasa Indonesia) artinya tanggapan; reaksi: terhadap sesuatu. Sehingga apa
maksud dari Respon Bangsa Indonesia Terhadap kolonialisme dan imperialism barat ?
sejak kedatangan Bangsa Eropa khususnya Belanda ke Indonesia, telah terjadi berbagai
respon yang beragam dari Bangsa Indonesia, namun ketika kedatangan tersebut makin
intens dan terjadi berbagai upaya Bangsa Eropa untuk masuk dan menguasai
Kepulauan Indonesia, munculah respon-respon dari kalangan masyarakat Indonesia,
khususnya dalam bentuk perlawanan.

Pada awalnya kedatangan bangsa barat dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan
rempah-rempah sebagai salah satu komoditas yang sangat laku di pasar Eropa,
keinginan bangsa Barat untuk menjelajahi dunia baru di Kawasan Timur, termasuk
Indonesia didorong oleh motivasi 3G, yaitu Gold, Glory dan Gospel (Kekayaan, Kejayaan
dan Penyebaran Agama) secara umum Bangsa Barat yang datang ke Indonesia memang
diawali dengan berbagai kegiatan perdagangan, yang memang sudah sangat umum
dilakukan di Indonesia dengan berbagai bangsa. Komoditas yang menjadi primadona
antara lain adalah rempah-rempah,

3
gambar 2. Berbagai jenis rempah-rempah.Sumber.http://Wikipedia.com

Kedatangan Bangsa Barat tersebut lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah upaya


mendominasi dan menjajah Kepulauan Indonesia, keserakahan dan keinginan mereka
untuk menguasai kepulauan Indonesia beserta segala potensinya lantas dipraktekkan
dalam upaya-upaya monopoli perdagangan, mengadu domba antar kerajaan-kerajaan
di Indonesia, bahkan menduduki secara langsung wilayah Kepulauan Indonesia. Semua
perlakuan dan aksi dari Bangsa Barat di Kepulauan Indonesia pada akhirnya
memunculkan beragam respon dari Bangsa Indonesia.

Yang dimaksud dengan imperialisme adalah suatu sistem politik yang tujuannya adalah
menjajah bangsa atau negara lain demi untuk memperoleh kekuasaan dan keuntungan
secara sepihak yang jauh lebih besar. Sementara yang dimaksud dengan kolonialisme
adalah tindakan penguasaan atas suatu wilayah dan penduduk suatu bangsa dengan
tujuan yang sifatnya militer juga ekonomi. Keberadaan bangsa barat di Indonesia
utamanya Belanda adalah contoh nyata kolonialisme dan imperialisme sebab tujuan
penguasaan atas sejumlah wilayah di nusantara adalah untuk memperluas kekuasaan
dan mendapatkan keuntungan ekonomi.

Periode panjang penjajahan di sebagian wilayah Indonesia seringkali menyebabkan


penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia, munculnya berbagai perlawanan
dari para tokoh Bangsa Indonesia membuat gambaran betapa banga kita bukan bangsa
yang diam saja ketika mengalami penindasan, berbagai periode penjajahan dari bangsa
Belanda yang digambarkan di garis waktu di bawah ini, semuanya memunculkan
respon perlawanan dari Bangsa Indonesia.

Sejak kedatangan Belanda 1596 hingga 1942 M, dapat kita sama sama ingat periodisasi
penjajahan Bangsa Barat di Indonesia dalam timeline di bawah ini, meskipun timeline
ini bukan menggambarkan penguasa sah seluruh Kepulauan Indonesia, serta tidak
dapat dikatakan bahwa Bangsa Eropa menguasai Kepulauan Indoensia secara
utuh sejak Abad 16 M, karena pada saat Bangsa Eropa sudah menguasai sebagian
wilayah Kepulauan Indonesia, banyak pula pada saat yang bersamaan, penguasa-
penguasa lokal Indonesia tetap memerintah kerajaannya, mari kita ingat kembali
periodisasi sebagai

4
PERIODISASI KOLONIALISASI BANGSA BARAT DI SEBAGIAN BESAR KEPULAUAN INDONESIA
(TIDAK TERMASUK PORTUGIS DAN SPANYOL)

1816-1830 1870-1900
1808-1811
1602-1799 Pemerintah Hindia- Belanda masa Ekonomi Liberal
Pemerintah Hindia-Belanda masa 3 Komjen
Pemerintah Republik Bataaf
Periode VOC

Pemerintah Hindia-Belanda Pemerintah Hindia- Belanda masa TanamPemerintah


Pemerintahan Inggris Paksa Hindia- Belanda masa Politik Etis
1830-1870

18011-1816
1800-1808 1900-1942

5
1. Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Dan Imperialisme Dalam
Bidang Politik
Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan
hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai
sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan desentralisasi, tapi tetap terasa
bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan.

Tentu, saat pemerintah kolonial Belanda menguasai Indonesia, tidak sedikit


perlawanan yang menghadang. Salah satunya adalah perlawanan ciamik lewat dunia
politik. Kebanyakan rakyat bergerak melalui organisasi dalam maupun luar negeri.
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional (1908 – 1942), dibagi dalam tiga
tahap berikut.
1. Masa penyusunan (1908 – 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam, dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai
Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional
Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), berdiri organisasi seperti Parindra,
Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi
pemuda, dan organisasi perempuan.

Dalam uraian materi ini akan diambil 2 contoh organisasi pergerakan nasional dari
masing-masing periode, yaitu Budi Utomo dan Sarekat Islam mewakili masa
penyusunan, Perhimpunan Indonesia dan PNI mewakili masa radikal/non kooperasi,
dan Parindra serta GAPI mewakili masa moderat/Koperasi. Sedangkan sebagai
informasi, organisasi-organisasi pergerakan nasional dapat dilihat secara singkat
pada tabel di bawah ini:

No. Nama Organisasi Berdiri Tujuan Tokoh


1. Budi Utomo Mengusahakan Wahidin
20 mei
kemajuan yang selaras
Sudirohusodo,
1908
buat negeri dan bangsa
Dr.Soetomo
2. Sarekat Islam Membantu kemajuan HOS
14 sept
Tjokroaminoto,
taraf hidup Bumiputera
1912
Agus Salim
3. Indische Partij Mempersiapkan rakyat Douwes
Indonesia menjadi Dekker, Ki
25 des
negara yang merdeka Hajar
1912
Dewantara,
Cipto M.
4. Perhimpunan memajukan Moh. Hatta, Ki
Indonesia keperntingan- Hajar
kepentingan bersama Dewantara
25 okt 1908 orang-orang pribumi
dan non pribumi bukan
Eropa di negeri
Belanda
5. Partai Nasional Kemerdekaan Ir.Soekarno
Indonesia 4 Juli 1927 Indonesia
7. Gabungan Politik Indonesia berparlemen Moh.Husni
4 Juli 1939
Indonesia (GAPI) Thamrin

6
a. Organisasi Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo menjadi tanda kebangkitan nasional bangsa Indonesia
untuk mencapai kemerdekaannya sekaligus penanda perkembangan nasionalisme
Indonesia. Meskipun saat itu pendirian organisasi awalnya hanya dituukan bagi
golongan berpendidikan Jawa. Hingga saat ini tanggal berdirinya, 20 Mei,
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hal ini menjadikan sejarah Budi
Utomo dari awal hingga akhir sangat menarik untuk dipelajari.

Budi Utomo (Boedi Oetomo) ialah organisasi yang didirikan tanggal 20 Mei 1908
oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA. Mereka adalah Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Wahidin Sudirohusodo merupakan penggagas
Budi Utomo dan namanya selalu dikaitkan dengan sejarah Budi Utomo ataupun
sejarah berdirinya Budi Utomo.

Budi Utomo dipelopori oleh para pemuda dari STOVIA, Sekolah Guru Bandung,
Sekolah Pamong Praja Magelang dan Magelang, Sekolah Peternakan dan Pertanian
Bogor, dan Sekolah Sore untuk Orang Dewasa di Surabaya. Para pelajar tersebut
terdiri dari Soeradji, Muhammad Saleh, Soewarno A, Goenawan
Mangoenkoesoemo, Suwarno B., R. Gumbreg, R. Angka, dan Soetomo. Baca juga
pahlawan nasional dari Jawa, pahlawan nasional dari Madura, pahlawan nasional
dari Jawa Tengah, dan biodata pahlawan kemerdekaan dari berbagai daerah di
Indonesia.

Nama organisasi Budi Utomo diusulkan oleh Soeradji dan semboyan yang
dikumandangkan ialah Indie Vooruit (Hindia Maju) dan bukan Java Vooruit (Jawa
Maju). Budi Utomo terdiri atas kata budi yang berarti perangai atau tabiat dan
utomo yang berarti baik atau luhur. Jadi perkumpulan Budi Utomo dapat
dimaknasi sebagai perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan
keluhuran budi dan kebaikan perangai atau tabiat.

Tujuan Budi Utomo yakni memperoleh kemajuan yang harmonis bagi nusa dan
bangsa Jawa dan Madura. Pada awalnya Budi Utomo hanya mengendaki perbaikan
sosial yang meliputi Jawa dan Madura, sehingga kata kemerdekaan belum disebut.
Beberapa usaha ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut yakni memajukan
pengajaran sesuai dengan yang dicita-citakan oleh dr. Wahidin, peternakan,
pertanian, perdagangan, teknik, industri, dan menghidupkan kembali kebudayaan.

b. Sarekat Islam (SI)


Kita kerap mendengar seruan untuk menjauhkan Islam dari gerakan politik.
“Jangan gunakan Islam sebagai alat politik, begitu kira-kira seruan mereka.
Mereka menginginkan Islam diisolasi di ruang “netral”.

Sebetulnya ruang netral itu tidak ada. Sebab, hampir semua ruang kehidupan
manusia itu terkait dengan politik. Mana bisa Islam terpisah dari persoalan
kehidupan? Mana bisa Islam tutup mata dengan penderitaan umatnya?

Dan memang, jika kita menengok ke masa silam, Islam tidak berjarak dengan
politik. Itu terjadi pada permulaan abad 20, bersamaan dengan kebangkitan
perlawan rakyat Indonesia menentang kolonialisme, muncul gerakan politik Islam
atau Islam Politik.

7
Di awal abad ke-20, ada organisasi sosial-politik yang sangat mencolok. Namanya:
Sarekat Islam. Ini organisasi massa terbesar di zamannya. Tjokroaminoto,
pimpinan SI yang kerap disebut “Raja Jawa” itu, mengklaim jumlah anggotanya
mencapai 2 juta orang.

Sumber resmi mengatakan, SI lahir dari perkumpulan kaum pribumi yang


mengamankan Laweyan, daerah hunian saudagar batik di Solo. Pendirinya
bernama Haji Samanhudi. Awalnya, organisasi itu bermuasal dari organisasi ronda
bernama “Rekso Roemekso”. Pendapat ini diperkuat oleh Takashi Shiraishi dalam
bukunya, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Di Jawa (1912-1926).

Namun, versi lain yang lebih akurat menyatakan, SI berasal dari organisasi yang
sebelumnya bernama Sarekat Dagang Islamiyah (SDI). Pendirinya adalah seorang
bekas murid STOVIA yang terbakar api nasionalisme Tiongkok, Tirto Adhi Soerjo,
pada tahun 1909. Pendapat ini diusung oleh Pramoedya Ananata Toer dalam
tetralogi bagian ketiganya, Jejak Langkah. Namun, pada tahun 1913, sebagai upaya
menjegal perkembangan SDI, penguasa kolonial membuang Tirto ke Ambon.
Kepengurusan SI pun berpindah ke Haji Samanhudi dan kegiatannya berpusat di
Solo.

Pendapat Pram itu hampir sejalan dengan pendapat Bung Hatta saat
menyampaikan ceramah berjudul “Dari Budi Utomo menuju Sarekat Islam” di
gedung Kebangkitan Nasional tanggal 22 Mei 1974. Menurut Bung Hatta, pendiri
SDI adalah Tirto di Batavia tahun 1909. Tirto kemudian melakukan tur keliling
jawa, termasuk Solo. Dengan demikian, SDI Solo yang diketuai Haji Samanhudi
adalah cabang SDI-nya Tirto Adhisuryo.

SDI di bawah Haji Samanhudi terus berkembang. Sayang, Haji Samanhudi tidak
bisa mengendalikan organisasi yang terus berkembang. Ia juga tak kuasa melawan
tekanan penguasa kolonial. Akhirnya, pada tahun 1912, kepemimpinan SI
diserahkan kepada Tjokroaminoto, seorang teknisi di pabrik gula Rogojampi.
Pusat kegiatan SI pun dipindahkan ke Surabaya. Namanya pun berubah menjadi
Sarekat Islam (SI).

c. Perhimpunan Indonesia
Selain rakyat yang ada di daerah kita, jiwa nasionalisme juga timbul dari luar
negeri. Para mahasiswa yang sedang belajar di Belanda, pada tahun 1908,
membentuk Indische Vereeniging. Pada mulanya, mereka membentuk ini atas
dasar sosial. Namun, seiring berjalannya waktu, namanya berubah menjadi
Indonesia Vereeniging pada tahun 1922. Mereka pun semakin melebarkan
sayapnya dan memasuki dunia politik. Gagasan-gagasannya disalurkan lewat
majalah Hindia Putra. Sampai akhirnya, tiga tahun kemudian, mereka menjadi
lebih radikal dan mengganti namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Mereka pun secara tegas memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

d. Partai Nasional Indonesia (PNI)


Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak bermula dari studie
club. Salah satunya yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional
Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari
keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh
kondisi sosio politik yang rumit. Pemberontakan PKI pada tahun 1926
membangkitkan semangat untuk membentuk kekuatan baru dalam menghadapi
pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr.

8
Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr.
Soenarjo. Pada permulaan berdirinya, PNI berkembang benar-benar cepat karena
disupport oleh elemen-faktor berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan memiliki orator ulung yang bernama Ir. Soekarno
(Bung Karno).

Untuk mengobarkan motivasi perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan


Trilogi sebagai pegangan pengorbanan PNI. Trilogi hal yang demikian mencakup
kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional. Tujuan PNI yakni
mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menerapkan
tiga asas adalah self help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy,
sikapnya kepada pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar
perjuangannya yaitu marhaenisme. Kongres Partai Nasional Indonesia yang
pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928.

Peranan PNI dalam pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari


perlunya pernyataan semua potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
PPPKI dicontoh oleh PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studi Club, dan Algemeene Studie
Club.

Melihat PNI ini pesat menarik massa dan hal ini betul-betul mencemaskan
pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan kepada aktivitas politik dilakukan
semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan.
Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, karenanya empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot
Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi
sanksi oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno dengan
kejagoannya melaksanakan advokasi yang diberikan judul “Indonesia Menggugat”.

Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan berat dan
menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar umum yang
diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Pembubaran ini memunculkan pro dan kontra. Mr. Sartono
kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tak setuju dengan pembubaran dan
usulan Sartono, lantas mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru)
yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo
maupun PNI-Baru, masih menerapkan asas PNI yang lama yaitu self help dan
nonkooperasi. Lewat di antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal strategi
perjuangan. PNI-Baru lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, sedangkan
Partindo mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai
kemerdekaan

2. Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme Dan Imperialisme Dalam


Bidang Ekonomi
Bangsa Indonesia mulai mengenal industri pertambangan dengan dibukanya kilang
minyak bumi di Tarakan Kaltim oleh Belanda- Belanda membangun rel kereta api
untuk memperlancar arus perdagangan- Liberialisme ekonomi - Eksploitasi ekonomi,
monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di
panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para

9
pejabat Belanda- Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan
Indonesia sebagai penghasil bahan mentah.

Berbagai upaya Eksport dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara


dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indonesia hanya
menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta
cara memeliharanya.- Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka
pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.-
Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja
sehingga dilakukan program transmigrasi. Untuk mendukung program penanaman
modal Barat di Indonesia pemerintah Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan
raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga
secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)- Dengan memperkenalkan sistem
sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang
yang juga menyebar di kalangan petani.

Informasi di atas adalah sederet perlakuan Bangsa Belanda kepada Indonesia pada
masa penjajahan, berbagai kerugian harus diderita Bangsa Indonesia khususnya di
bidang ekonomi, berbagai kebijakan dari Pemerintah Hindia-Belanda maupun pada
periode penguasa sebelumnya, yaitu VOC, tidak ada yang menguntungkan bagi rakyat
Indonesia kebanyakan, Adapun pihak yang mendapat keuntungan, hanya segelintir
elit bangsawan yang menjadi kepanjangan dan kaki tangan pemerintah Belanda
maupun penguasa VOC.

Hal tersebut memancing berbagai respon yang muncul dari Bangsa Indonesia,
khususnya dalam hal bidang ekonomi, perlawanan yang lahir dari penolakan
terhadap system monopoli yang dilakukan VOC maupun pemerintah Belanda.
Beberapa respon perlawanan terhadap system monopoli adalah sebagai berikut :
a. Perlawanan Rakyat Maluku
Belanda telah sejak lama bercokol di Kawasan Maluku, sejak 1630, Belanda telah
menjadi kekuatan yang besar di Ambon, demi menegakkan hegemoni mereka di
Kawasan perdagangan Indonesia, maka Belanda langsung berupaya untuk
menguasai dan menduduki produsen rempah-rempah secara langsung, yaitu
Kawasan Maluku, pada saat itu kekuasaan di Maluku terdiri dari banyak para raja
dan gubernur-gubernur yang satu sama lain seringkali bertikai.

Sejak abad ke XVII, VOC selalu mengupayakan adanya perjanjian yang mengikat
antara VOC dan para penguasa di Maluku, tuntutan VOC adalah dia diberikan hak
untuk menguasai perdagangan rempah-rempah secara tunggal (monopoli) dan
sebagai imbalan bagi para penguasa di Maluku, adalah uang ganti rugi yang
besarannya sesuai kesepakatan, hal ini membuat VOC dan para penguasa di
Maluku menjadi sejahtera, sementara kalangan petani dan pemiliki kebun
cengkeh, pala dan bunga pala tidak mendapatkan keuntungan besar karena
mereka harus menjual kepada VOC yang telah menentukan harga jual seenaknya.

Respon Bangsa Indonesia terhadap praktek monopoli VOC muncul dari


persekutuan dari orang-orang Hitu (Ambon bagian Utara) dan pasukan Ternate
yang berada di Hoalmoal dengan dukungan dari kerajaan Bangsa Makassar
(Kerajaan Gowa), dengan dipimpin seorang Hitu bernama Kakiali, yang bergelar
sebagai “Kapitein Hitoe”. Kakiali adalah putera Kapitan Hitu Tepil yang ketiga
setelah Raja Negeri Mamala yang bernama Halaene (putera kedua Kapitan Hitu
Tepil). Kapitan Kakiali bergelar “Kapitan Hitu” dan berketurunan dari Perdana
Jamilu (Nusapati) adalah seorang dari para Perdana (pemimpin) Hitu di Jazirah
Hitu Pulau Ambon. Kakiali terkenal sebagai pahlawan dalam perang Hitu I tahun

1
1634 – 1643 melawan penjajah Belanda (VOC). Politik monopoli perdagangan dan
“hongi tochten” pada zaman VOC sangat menyengsarakan rakyat di kerajaan Hitu
(Tanah Hitu).

Berbagai upaya perlawanan terhadap monopoli VOC antara lain dilakukannya


dengan menyerang berbagai sekutu VOC yang menjadi kaki tangan VOC untuk
menegakkan monopoli sekaligus mendukung para pedagang-pemilik perkebunan
rempah untuk menjual hasil cengkeh, pala dan bunga pala kepada pihak-pihak
selain VOC.

Pada tahun 1634 peperangan mulai berkobar melawan Belanda dan rakyat Hitu
dibantu oleh Gimelaha Luhu dari Jasirah Hoamual di Seram Barat dan para
pejuang dari Hatuhaha di Pulau Haruku dan rakyat Iha dari Pulau Saparua. Selain
itu rakyat Hitu mendapat bantuan dari Makassar dan Ternate. Setelah digempur
dengan armada oleh pasukan Belanda yang dikirim dari Batavia (Jakarta), para
pejuang Hitu terpaksa menyingkir dan bertahan di gunung Wawani yang dijadikan
benteng pertahanan yang kuat dan dipimpin panglima Hitu Patiwani. Pada tahun
1635 Kakiali dapat ditangkap melalui suatu tipu daya dalam perundingan dengan
Belanda. Ia dibuang ke Batavia. Tahun 1637, Kakiali dipulangkan ke Hitu untuk
menentramkan rakyat Hitu yang semakin bergolak.

Bersama dengan Kakiali datang pula Gubernur Jenderal van Diemen. Ia meminta
bantuan Sultan Hamzah dari Ternate (politik adu domba) untuk bersama-sama
melawan Hitu. Kemudian diangkatlah Gubernur Gerard Demmer. Tokoh Belanda
yang keras ini mulai mengadakan serangan besar-besaran ke benteng Wawani.
Pada tahun 1643 Belanda dapat menduduki Wawani setelah perang tersebut
dikosongkan pasukan Hitu dan Panglima Patiwani. Kakiali kembali menyusun
siasat baru melawan Belanda dengan rencana meminta bantuan Makassar, namun
dia dikhianati oleh teman-temannya sendiri. Kakiali gugur bukan karena peluru
VOC. Pada tanggal 16 Agustus 1643 seorang kenalannya yang baik yaitu Fransisco
de Toire (seorang Spanyol) setelah disogok uang oleh Belanda, ia membunuh
Kakiali pada saat sedang tidur. Kakiali ditikam dengan sebilah keris. Pahlawan dari
Wawani ini meninggal seketika. Namun perlawanan rakyat Hitu belum berhenti.
Peperangan diteruskan pada tahun 1643 – 1646 sebagai perang Hitu II yang
dipimpin oleh Kapitan Tulukabessy dan Imam Rijali.

gambar 3.Peta Pulau Ambon dan Kepulauan Maluku

1
b. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap Monopoli Belanda
Kehadiran orang-orang Belanda di Nusantara, termasuk di Banten pada awalnya
hanya untuk berdagang, yakni menawarkan beras untuk ditukarkan dengan
komoditas rempah-rempah yang laku di pasaran Eropa. Namun, dalam
perdagangan itu, Belanda hendak memonopoli. Di Banten pun terdapat sebuah
kantor dagang Belanda. Perkembangan kerajaan Banten tidak lepas dari dukungan
kerajaan-kerajaan di pantai utara Laut Jawa, seperti Demak dan Jepara. Bahkan
sejarah Banten dapat ditelusuri lewat kehadiran Falatehan yang kemudian dikenal
sebagai Sunan Gunung Jati.

Hubungan antara Banten dan VOC yang semula baik berubah seiring dengan
naiknya Sultan Banten Abu’l Fath Abdulfattah yang lebih dikenal sebagai Sultan
Ageng Tirtayasa menjadi raja Banten pada tahun 1651. Sultan yang duduk di tahta
saat berusia 20 tahun ini tidak menyukai Belanda karena Belanda dalam
pandangannya hanya merupakan penghalang perdagangan Banten.

Sultan Ageng berusaha menghalang-halangi berbagai upaya monopoli


perdagangan oleh Belanda. Selain itu, orang-orang Banten juga diperintahkannya
untuk melancarkan serangan-serangan gerilya terhadap kedudukan Belanda di
Jakarta, baik melalui darat maupun laut.

Setelah merasa penguasa Banten mempersulit usaha monopoli Belanda di Banter,


akhirnya VOC memblokir pelabuhan Banten sehingga merugikan perdagangan
kerajaan Banten. Sultan terpaksa mendekati Belanda untuk mengadakan
perundingan. Perundingan itu berlangsung sangat ketat karena Belanda tetap
mempertahankan keinginan perdagangan monopoli di Maluku dan Malaka yang
sulit diterima oleh Banten. Akhirnya, disepakati bahwa Belanda tetap mengadakan
perdagangan dengan Maluku dan membayar ganti rugi kepada Banten.

Di sisi lain, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja
sama dengan pedagang-pedagang Eropa bukan Belanda. Pedagang-pedagang
Inggris dan Denmark misalnya, bebas membeli lada di seluruh wilayah kerajaan
Banten. Dalam upaya mengimbangi monopoli perdagangan yang dilakukan
Belanda, Sultan Ageng berupaya untuk memberikan berbagai kesempatan
berdagang bagi seluruh bangsa Eropa yang datang ke Banten, seperti Inggris dan
Perancis, hal itu dikarenakan Sultan Ageng sangat tidak setuju terhadap praktek
monopoli yang dilakukan oleh Belanda.

Hubungan baik antara Inggris, Prancis dan Sultan Banten itu bagaimana pun mulai
mencemaskan pihak Belanda yang kuatir kalau aliansi antara Prancis dan Sultan
itu akan ditujukan ke Batavia. Di samping itu, persengketaan Belanda dengan
Banten juga tidak dapat dilepaskan dari berdirinya kota Batavia yang dirintis oleh
Jan Pieterszoon Coen, yang semula berpangkat Kepala Tata Buku kongsi dagang
itu di Banten, kemudian di Batavia.

Berkat taktik VOC, pada tahun 1676, Banten mulai goyah. Dengan politik adu
domba, Sultan Haji, putra Sultan Ageng, berhasil dipengaruhi sehingga memusuhi
ayahnya. Ia memang dikenal sebagai sosok yang sangat pro-Belanda. Akibatnya,
terjadi perselisihan antara anak dan ayah. Masyarakat pun terbagi dua. Sebagian
tetap setia kepada Sultan Ageng, sedangkan yang lain memihak Sultan Haji.

Ketegangan dengan Belanda memuncak pada tahun 1680 dengan berakhirnya


perang Trunojoyo. Sultan Ageng yang makin bertambah usianya harus
menghadapi Belanda dan puteranya, Sultan Haji. Pada tanggal 27 Februari 1682

1
pecah perang antara Sultan Ageng dengan Belanda dan Sultan Haji. Pasukan Sultan
Ageng berhasil merebut istana Sultan Haji di Surosowan. Belanda
melipatgandakan kekuatan.

Dengan bantuan Belanda, Sultan Haji berhasil mempertahankan diri dengan


mengikuti semua syarat yang diajukan Belanda yaitu bahwa semua orang Eropa
harus meninggalkan Banten. Pada bulan Agustus 1682, Sultan Haji
menandatangani perjanjian yang mengakui kekuasaan Belanda. Lama kelamaan
Sultan Ageng terdesak dan kekuatannya mulai lemah, tetapi ia tidak mau
menyerah kepada Belanda. Pengikut-pengikutnya yang masih setia melanjutkan
perjuangan di daerah pedalaman.

Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Ia


meninggal dunia dalam penjara. Ia dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja
Banten di sebelah utara Masjid Agung Banten.

Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar Pahlawan
Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970,
tgl 1 Agustus 1970.

Fakta Mencengangkan :
Pada perang melawan VOC, Sultan Ageng dibantu anaknya yang kedua,
yaitu Pangeran Purbaya, setelah ayahnya menyerah, Pangeran Purbaya
pun sedia menyerah namun hanya mau dijemput oleh perwira VOC yang
berasal dari orang pribumi, yang menjemputnya kemudian adalah Untung
Surapati, karena simpati kepada Pangeran Purbaya, Untung Surapati
bukannya menyerahkan Pangeran, malah justru berbalik Kembali
menyerang Belanda dan menyatakan keluar dari ketentaraan

1
C. Rangkuman
1. Periode panjang penjajahan di sebagian wilayah Indonesia seringkali
menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia, munculnya
berbagai perlawanan dari para tokoh Bangsa Indonesia membuat gambaran
betapa banga kita bukan bangsa yang diam saja ketika mengalami penindasan
2. Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme Belanda
muncul dalam berbagai bidang antara lain, politik, ekonomi, Sosial-Budaya dan
Pendidikan
3. Dalam bidang politik, muncul respon terhadap kolonialisme dan Imperialisme
dalam bentuk adanya pergerakan nasional
4. Masa-masa pergerakan nasional yang dilakukan demi tercapainya cita-cita bangsa
dimulai tahun 1908. Dimulai dari pergerakan yang moderat hingga radikal. Hingga
pada titik tercapainya sumpah pemuda untuk menyatukan visi misi bangsa
Indonesia.
5. Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme Belanda dalam
bidang ekonomi muncul dalam bentuk perlawanan terhadap monopoli Belanda
6. Perlawanan terhadap monopoli Belanda antara lain dilakukan oleh masyarakat
Hitu di Maluku dan Kesultanan Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa.

D. Latihan Soal
1. Alasan logis terhadap munculnya berbagai respon dari adanya praktek kolonialisme
dan Imperialisme oleh Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Belanda adalah karena ....
A. Kolonialisme dan imperialisme Belanda menguntungkan Sebagian pihak
B. Rakyat merasa ditindas dan dilanggar hak asasi manusianya
C. Bangsa Belanda tidak mempraktekkan kolonialisme gaya baru
D. Bangsa Indonesia tidak menerima jika hanya dijadikan sebagai target pasar dari
industri Belanda
E. Belanda memiliki berbagai strategi yang mengadu domba antara penguasa di
Indonesia

2. Praktek Imperialisme dan Kolonialisme Belanda yang dilakukan di kawasan


Indonesia pada Abad ke XVII hingga XVIII akhir dilakukan oleh perusahaan bernama
….
A. EIC
B. VOC
C. Portugis
D. NGA
E. KPM

3. Dalam respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme di bidang politik, muncul


berbagai organisasi politik, yang sesuai periode perkembangannya dapat dibagi
menjadi beberapa periode, antara lain adalah ...
A. Masa konsolidasi-Aksi-Reaksi
B. Masa penetrasi-penyusupan-agitas
C. Masa penyusunan-radikal/nonkooperasi-Moderat
D. Peride perlawanan dan periode pembentukan dasar negara
E. Sebelum abad XX dan sesudah abad XX

1
4. Sebagai salah satu organisasi pertama yang berciri khas modern, Budi Utomo masih
dapat dikatakan bersifat kedaerahan pada awalnya, hal tersebut dikarenakan tujuan
Budi Utomo pada awalnya terbatas pada …
A. Pemajuan kebudayaan orang Jawa dan Madura
B. Kemerdekaan para kaum pelajar Jawa
C. Hanya boleh diikuti oleh orang Jawa
D. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pendirian Budi Utomo hanya orang Jawa
E. Ketua Organisasi Budi Utomo adalah orang dari suku bangsa Jawa

5. Organisasi Sarekat Islam adalah sebuah bentuk respon dalam bidang politik terhadap
kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia, namun demikian, Sarekat Islam
memiliki akar organisasi yang bermotif ekonomi, hal tersebut dikarenakan …
A. Sarekat Islam pada awalnya menentang berbagai bentuk monopoli yang dilakukan
oleh VOC di Kawasan Indonesia bagian timur
B. Sarekat Islam didirikan sebaga bentuk kekecewaan masyarakat pedagang Solo
terhadap kebijakan Pemerintah Hindia-Belanda yang mengeluarkan kenaikan
pajak pertambahan nilai bagi komoditas kain batik
C. Sarekat Dagang Islam, merupakan cikal bakal organisasi Sarekat Islam yang
didirikan oleh para pedagang
D. Sarekat Islam merupakan organisasi yang berkembang dari Sarekat Dagang Islam
yang memiliki motif untuk memajukan dunia perdagangan di kalangan
Masyarakat Islam di Batavia
E. Sarekat Islam berasal dari organisasi Sarekat Dagang Islam yang bertujuan untuk
membantu pedagang pribumi dalam menghadapi dominasi pedagang Tionghoa

6. Daerah di Indonesia yang bagaikan “mutiara dari timur” adalah...


A. Aceh
B. Sumatera
C. Ternate
D. Maluku
E. Malaka

7. Semangat nasionalisme kaum terpelajar dalam membangun kesadaran politik skala


nasional pada masa pergerakan kemerdekaan seperti yang dilakukan oleh
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) didasarkan pada...
A. Aksi massa yang dapat dikumpulkan akibat rasa senasib
B. Rendahnya kesadaran politik bangsa Indonesia
C. Kolonial Belanda membatasi kesempatan pribumi untuk terpelajar
D. Corak pendidikan nasional berlatar belakang Barat dan terbatas
E. Pendidikan kolonial tidak bergantung pada masyarakat pribumi.

8. Perlawanan terhadap monopoli rempah-rempah yang dilakukan VOC hadir di


Kawasan Maluku yang dipimpin oleh Kakiali dan Telukabessy, dalam bentuk ...
A. Penyelundupan berbagai barang dagangan kepada pihak selain VOC
B. Pembakaran pohon cengkeh
C. Penyerangan terhadap Batavia dan kapal dagang asing
D. Pembakaran Bendera Belanda di Benteng Rotterdam
E. Aksi mogok massal yang dilakukan para petani cengkeh

9. Upaya yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa dalam menghambat upaya monopoli
dari VOC antara lain adalah dengan cara ...
A. Membuka peperangan terbuka di Batavia

1
B. Memberi kewenangan pada Perancis dan Inggris untuk menghancurkan pos-pos
dagang Belanda di sekitar Banten
C. Menjalin hubungan dagang dengan pihak selain VOC, seperti Inggris dan Perancis
D. Memusnahkan berbagai barang dagangan yang diinginkan oleh Belanda (VOC)
E. Menjalin sekutu dengan berbagai kerajaan di Indonesia seperti Mataram dan
Palembang.

10. Upaya Belanda dalam menghadapi berbagai respon Bangsa Indonesia terhadap
kolonialisme dan Imperialisme yang dilakukannya seringkali dengan politik yang
dikenal sebagai politik belah bamboo, yaitu dengan cara …
A. Menginjak satu pihak dan mengangkat pihak lain (adu domba)
B. Mendekati para pemimpin di suatu Kawasan dan menipunya
C. Memerangi secara sporadis terhadap seluruh penguasa di Indonesia
D. Menjatuhkan sanksi berat kepada tokoh-tokoh yang berani melawan
E. Melakukan blockade dan mengisolir suatu kerajaan akibat tidak mau
bekerjasama dengan VOC

1
Kunci Jawaban & Pembahasan

Kunci
No. Pembahasan
Jawaban
Kolonialisme dan Imperialisme selalu membuat rakyat menderita dan
1. B
dihilangkan hak asasinya sebagai manusia merdeka

2. B VOC beroperasi sejak 1602 hingga 1799


3. C Masa penyusunan-radikal/nonkooperasi-Moderat
Pada awalnya Budi Utomo memang hanya berfokus pada kemajuan
4. A
budaya bagi orang Jawa-Madura
SDI yang didirikan oleh Tirto A.S. merupakan upaya menggalang
5. E kekuatan pedagang pribumi melawan dominasi pedagang Tionghoa
khususnya di bidang perdagangan kain batik
Cukup Jelas, Maluku juga sering disebut sebagai Jazirah Al-Mulk,
6. D (jazirah para raja) karena banyaknya raja yang ada di Kawasan
tersebut

7. B Rendahnya kesadaran politik bangsa Indonesia


Kakiali dan berbagai sekutunya berupaya menyelundupkan berbagai
8. A komoditas perdagangan agar mendapat harga yang lebih bagus
disbanding harus dijual ke VOC yang harganya sangat murah
Demi menghambat monopoli Belanda, Banten membuka hubungan
dagang dengan bangsa lain, dengan harapan akan menutup
9. C
kemungknan VOC untuk memonopoli perdagangan di Maluku dan
Malaka
Politik belah bamboo sering juga dikenal politik pecah belah atau adu
10. A
domba

1
E. Penilaian Diri
Setelah mempelajari semua uraian materi dan mengerjakan latihan soal, mari kita
menilai sejauh mana pemahaman kita terhadap materi kali ini, Jawab pertanyaan di
kolom tabel ini sesuai dengan pencapaian pemahaman kamu. Isilah dengan
memberi tanda centang di salah satu kolom jawaban

No. Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
1. Apakah anda memahami negara mana saja yang
melakukan kolonialisme dan imperilasime di Indonesia?
2. Apakah anda memahami mengapa negara-negara itu
melakukan kolonialisme dan imperialisme?
3. Pahamkah anda mengenai periodisasi masa pergerakan
nasional ?
4. Apakah anda mampu mengevaluasi perlawanan dari
kakiali dan masyarakat Hitoe ?
5. Apakah anda mengetahui mengapa Banten menolak
monopoli yang dilakukan oleh VOC ?

Catatan,
1. Bila anda menjawab di kolom “tidak” baca dan fahamilah kembali materi pada
modul ini
2. Bila jawaban anda seluruhnya berada di kolom “ya” silahkan lanjutkan
pembelajaran di kegiatan berikutnya.

1
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP KOLONIALISME DAN


IMPERIALISME DI BIDANG SOSIAL-BUDAYA DAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan, siswa mampu :
1. Mengumpulkan dan mengolah data dari berbagai sumber mengenai respon
bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme dalam bidang sosial-
Budaya dan Pendidikan.
2. Menganalisis dan menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan terkait
respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme dalam bidang
sosial-Budaya dan Pendidikan.

B. Uraian Materi
1. Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di bidang
Sosial-Budaya
Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Belanda di Indonesia banyak berdampak
terhadap kehidupan social-budaya masyarakat Indonesia, berbagai dampak tersebut
antara lain adalah:
 Terciptanya kelas sosial dalam masyarakat, dengan bangsa Eropa dianggap
sebagai yang tertinggi, disusul oleh Asia Timur Jauh, dan terakhir golongan
Bumiputera, sebagai orang yang lebih dahulu tinggal di Indonesia, golongan
Bumiputera mendapatkan perlakuan diskriminatif, keistimewaan diberikan
pada golongan Eropa dan Timur Asing yang seringkali diprioritaskan dan
diutamakan dalam pemenuhan Haknya, hingga kaum Bumiputera merasa
didiskriminasikan di tanahnya sendiri.
 Terjadinya perubahan berbagai ritual dan tradisi kuno di istana-istana dan
keraton maupun di masyarakat. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan
istana menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi
tersebut secara perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah belanda.
 Mundurnya aktivitas perdagangan laut. Daerah Indonesia pada saat abad ke
XVII masih banyak bergantung pada aktivitas di tepi laut sehingga
perubahan aktivitas perdagangan berdampak pada kehidupan di pedalaman.
Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya
feodalisme di pedalaman. Di bawah prinsip feodalisme, rakyat bumiputera
dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing.
 Masuknya agama Katolik dan Protestan, bersamaan dengan datangnya
Bangsa Belanda dan sebelumnya Portugis dan Spanyol, diperkenalkanlah
agama Katolik dan Protestan di Indonesia.

Berbagai dampak tersebut pada akhirnya menimbulkan berbagai respon dari


Bangsa Indonesia di bidang sosial-Budaya terhadap praktek kolonialisme dan
Imperialisme Belanda di Indonesia, respon tersebut antara lain dalam bentuk :

1
a. Respon dalam bentuk karya sastra
Pada masa kolonialisme dan imperialism Belanda, muncul berbagai respon
dalam bentuk karya sastra yang menjadi ciri khas pada masa pra-kemerdekaan,
umumnya karya sastra ini turut membentuk sebuah identitas nasional ke-
Indonesiaan dengan ciri khas penulisan menggunakan Bahasa melayu, yang
kelak akan digunakan sebagai Bahasa Nasional di Indonesia, yaitu Bahasa
Indonesia.

Pada periode awal abad XX muncul para sastrawan, yang terkenal antara lain
adalah Mohammad Yamin (1903-1964) yang mulai menulis sajak-sajak modern
pada tahun 1920-1922. Lalu ada pula Marah Roesli (lahir 1898) yang menulis
sebuah novel legendaris berjudul Siti Nurbaya, yang menceritakan kisah cinta
tragis sebagai akibat adanya benturan antara nilai-nilai modern dan tradisional,
selain itu ada pula Sanusi Pane (1905-1968) yang juga menulis puisi modern dan
merupakan sastrawan berpengaruh khususnya dibidang pengembangan
kebudayaan yang berakar dari kebudayaan pra-islam.

Berbagai karya sastra ini, meskipun banyak dicetak menggunakan percetakan


milik pemerintah Hindia-Belanda, yaitu Balai Pustaka ternyata turut
mempertahankan identitas dan kelestarian budaya-budaya daerah yang
didokumentasikan dari berbagai karya tulis yang dibuat orang Indonesia,
sekaligus menyebarkan berbagai identitas kebangsaan Indonesia melalui suatu
Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia. Karya-karya satra ini turut pula
menyumbang gagasan tentang cara hidup modern di abad 20, Kesehatan pribadi,
hingga kepada emansipasi wanita.

Aktifitas-aktifitas dari kegiatan budaya dan politik ini pada akhirnya akan
membawa ke arah persatuan Indonesia, yang tercermin dalam adanya kongres
Pemuda II yang sama-sama mencetuskan sebuah sumpah pemuda yang diinisiasi
oleh para pemuda dari berbagai suku dan etnis, dalam memperingati kongres
yang diselenggarakan tahun 1928 ini, Moh.Yamin menulis sekumpulan sajak
yang diterbitkan pada tahun 1929 dengan judul Indonesia Tumpah Darahku.
Sajak tersebut menggambarkan keyakinan di kalangan kaum terpelajar
Indonesia bahwa pertama-tama mereka adalah Orang Indonesia, dan baru
setelah itu mereka adalah orang Minangkabau, Batak, Jawa, Kristen, Islam dan
lain-lain.

Selain Moh. Yamin adapula Mas Marco Kartodirdjo yang menulis buku yang
berjudul “ Student Hidjo (1919) didalamnya menceritakan kehidupan Hidjo
seorang pemuda dari kalangan priyai rendahan yang berhasil meraih prestasi di
sekolahnya dan bisa melanjutkan belajar ke negeri Belanda, Buku lainnya yaitu
yang berjudul Rasa Merdika (1924), menceritakan seorang pemuda yang selalu
berkonflik dengan ayahnya yang di anggapnya sebagai alat pemerintahan
Belanda.

Gambar 4.Mas Marco Kartodirjo.


Sumber.http://Wikipedia.com

2
b. Respon dalam bentuk karya seni musik
Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme Belanda di
Indonesia di bidang sosial budaya antara lain adalah berkembangnya seni musik
memiliki nuansa dan menggelorakan perjuangan. Salah satu tokoh seni music
tersebut adalah seorang kelahiran Jakarta, yang bernama Ismail Marzuki.

Ismail Marzuki merupakan musisi pemberontak di zamannya. Ketika pemerintah


kolonial Belanda memberlakukan pembatasan hak untuk berserikat dan
berkumpul (vergader verbod) terhadap organisasi-organisasi kebangsaan, dan
rakyat dilarang keras mendengarkan lagu-lagu mars partai politik dan
kebangsaan, jiwa Ismail memberontak. Cara-cara pembatasan yang dilakukan
oleh pemerintah kolonial tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan
ketertiban agar kekuasaanya di Indonesia langgeng terjaga.

Sementara sewaktu pemerintah melakukan berbagai upaya menjaga


kedaulatannya itu, Belanda sedang mengalami situasi yang kacau balau. Menurut
Firdaus Burhan dalam bukunya yang berjudul “Ismail Marzuki: Hasil Karya dan
Pengabdiannya” (1983: 22), Ismail telah menciptakan lagu yang mampu
membakar semangat bangsa dalam 10 judul lagu. Diantaranya lagu berjudul
Banyu Biru, Bintangku, Ani-ani Potong Padi, Kroncong Sukapuri dan Arjuna
Rimba Malam Kemilau, Siapakah Namanya, Sederhana, Kroncong.
Lagu-lagu tersebut mampu membawa pengaruh pada perjuangan bangsa, karena
menceritakan keadaan Indonesia di bawah jajahan Belanda. Begitulah profil
Ismail Marzuki yang tercatat dalam sejarah berjuang demi kemerdekaan melalui
melodi.

Gambar 5. Komponis asal Betawi, Ismail Marzuki. Sumber. http://wikipedia.com

2. Respon Bangsa Indonesia Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang


Pendidikan
Sistem pendidikan yang telah dijalankan oleh pemerintah kolonial pihak Belanda
ialah menggunakan metode Barat dengan cara menyediakan tempat pendukung
berupa sekolah, metode kurikulum serta guru pengajar dengan jadwal yang teratur.
Pada awal mulanya sekolah yang telah didirikan ialah sebuah sekolah gubernemen di
tiap-tiap kabupaten ataupun kota besar. Sekolah tersebut didirikan di tahun 1840-an
serta diperuntukkan untuk masyarakat pribumi dari golongan masyarakat menengah
atau anak pegawai pemerintah.

2
Guna menyiapkan tenaga guru pengajar lalu didirikanlah sekolah guru atau disebut
kweekschool di kota Sala pada tahun 1852, di kota Bandung dan kota Probolinggo
pada tahun 1866. Pelajar lulusan sekolah tersebut akan ditempatkan di beberapa
sekolah-sekolah gubernemen. Bahasa sehari-hari yang digunakan di dalam aktivitas
persekolahan tersebut ialah bahasa Jawa, Madura, Sunda atau bahasa Melayu,
tergantung dimana lokasi sekolah tersebut.

Karena rasa ketidakpuasaan pada pendidikan Belanda yang cenderung mahal dan
hanya orang tertentu. Maka banyak orang biasa yang tidak bisa mendapatkan
pendidikan. Akhirnya muncul berbagai respon terhadap kolonialisme dan
imperialism Belanda pada bidang Pendidikan sebagai bentuk sekolah tandingan
terhadap sekolah pemerintah, antara lain adalah munculnya sekolah-sekolah milik
orang Indonesia asli, antara lain adalah :
a. Taman Siswa
Setelah pulang dari pengasingan bersama dengan rekan-rekannya dalam Indische
Partij (IP) Ki Hajar Dewantara, yang bernama asli Suwardi Suryaningrat lantas
mendirikan sebuah perguruan yang bercorak Nasional yang di beri nama
Onderwijs Instituut Taman Siswa ( Perguruan Taman Siswa).

Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia


yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin,
luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan
rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung
jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.

Sejak berdirinya pada tahun 1922 hingga kini Taman siswa sangat dikenal sebagai
lembaga pendidikan yang menasional. Meski beberapa dekade belakangan ini
nama Tamansiswa agak surut, termasuk dalam dunia pendidikan yang menjadi
andalannya itu sendiri. Hal tersebut tidak semata-mata karena semakin banyaknya
bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang kompetif, meski cenderung
menjadi pasar, namun juga karena tampaknya Tamansiswa sendiri kehabisan
energi, terutama energi pembaruan, di bidang pendidikan.

Setelah didirikannya Taman Siswa pada tanggal 3 juli 1922, perjalanan Taman
Siswa ini tidak berhenti disitu saja melainkan Taman Siswa ini terus berkembang
dimana Taman Siswa ini berperan dalam menumbuhkan rasa Nasionalisme
bangsa Indonesia. Seperti kita ketahui sejak awal Taman Siswa dibentuk
memberikan pendidikan yang berdasarkan pada kepribadian bangsa. Meskipun
menggunakan sistem pendidikan modern Belanda akan tetapi Taman Siswa tidak
mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak
kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia yang sangat berbeda dengan
Belanda. Peran Guru Taman Siswa berasal dari bangsa Indonesia dan umumnya
berasal dari para aktivis pergerakan nasional yang bercita-cita memerdekakan
bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Meskipun mendapat beberapa kali tawaran dari Pemerintah Belanda untuk


mendapatkan bantuan dana dari pemerintah, Ki Hajar Dewantara menolaknya,
dengan dalih tetap menginginkan adanya independensi Pendidikan di Taman
Siswa tanpa mengikuti berbagai aturan dari Pemerintah Hindia Belanda. Meskipun
ada kebijakan dari pemerintah Belanda untuk ditutup namun karena ada protes
keras dari Ki Hajar Dewantara maka sekolah tersebut tidak jadi ditutup.

2
Berbagai warisan dari Taman Siswa yang berasal dari Ki Hajar Dewantara antara
lain adalah Semboyan pendidikan yang sampai kini tetap dipegang oleh Indonesia
yaitu
a. Ing ngarso sung tuladha artinya dapat memberi teladan
b. Ing Madya Mangun Karsa artinya menjadi penyemangat
c. Tut wuri Handayani artinya memberi dorongan
Selain itu, hari lahirnya Ki Hajar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun tiap tahun
diperingati sebagai hari Pendidikan nasional di Indonesia.

b. INS Kayu Tanam


Moh. Syafei seorang yang berdarah Minang dilahirkan di Kalimantan Barat
tepatnya di daerah Natan tahun 1895. Anak dari Mara Sutan dengan Indung
Khadijah. Ia menamatkan di Sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja
(Sekolah Guru) lulus pada tahun 1914. Kemudian beliau hijrah ke Jakarta dan
menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun. Disela-sela kesibukannya
menyempatkan diri untuk belajar menggambar lulus tahun 1916, bahkan aktif
dalam Budi Utomo serta Insulide serta membantu Wanita Putri Merdeka.

Moh. Syafei pada tanggal 31 Mei 1922 berangkat ke negeri Belanda menempuh
pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu
musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam
pendidikan dan keguruan. Pada tahun 1925 kembali ke Indonesia untuk
mengabdikan ilmu pengetahuannya.

Berikut ini adalah Perkembangan Pendidikan INS Kayu Tanam, antara lain :
1) Masa Awal RP INS Kayutanam
Kayutanam adalah nama desa kecil di Sumatera Barat sedangkan INS sebuah
lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari Indonesche
Nederlandsche School. Cikal bakal sekolah ini adalah milik jawatan kereta api
yang dipimpin oleh ayahnya. Tanggal 31 oktober 1926 diserahkan kepada M.
Syafei untuk mengelolanya dan kemudian tersohor dengan nama Ruang
Pendidikan Indonesche Nederlandsche School (RP INS) Kayutanam.

Pada awal didirikan, Ruang Pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai


berikut :
 Berpikir logis dan rasional
 Keaktifan atau kegiatan
 Pendidikan masyarakat
 Memperhatikan pembawaan anak
 Menentang intelektualisme

2) Zaman Penjajahan Belanda


RP INS kayutanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri atas dua kelas
(1A dan 1B) dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia. Gedung sekolah RP
INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun 1927 terbuat dari bambu
beratap rumbia. Karena membutuhkan lahan luas maka pada tahun 1937
dipindahkan ke Pelabihan, 2 kilometer dari Kayutanam dan selesai pada
tahun 1939. Kemajuan terus tercapai dengan adanya :
a. Terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan 3 perumahan
guru
b. Murid 600 orang
c. Asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur

2
d. 1 pesanggerahan

3) Zaman Penjajahan Jepang


Pecahnya PD II 1941 INS diduduki secara paksa oleh Belanda dan proses
pembelajaran terhenti. Setelah Jepang menang tahun 1942 RP INS berubah
terjemahannya menjadi Indonesche Nippon School. Di zaman ini
pembelajaran merosot tajam yang disebabkan oleh sulitnya memperoleh alat-
alat pelajaran dan digunakan untuk bekerja serta berlatih demi kepentingan
perang Jepang.

4) Zaman Kemerdekaan
Nama INS tetap dipakai akan tetapi sebagai singkatan dari Indonesia Nasional
School, pada masa kemerdekaaan Kayu tanam mengalami perkembangan ini
dilihat dari :
 Atas ijin pemerintah Kayutanam mendirikan ruang pendidikan
pengajaran, dan kebudayaan di bekas kantor penyelidikan di Padang
Panjang. Perpustakaan ini pada masa itu memiliki koleksi buku sebanyak
23.000 buku.
 Pada tahun 1952 mendirikan percetakan dan penerbitan sendiri yang
bernama Sridharma, dan menerbitkan majalah bulanan Sendi, serta
mengarang buku Kunci 18 untuk memberantas buta huruf.
 Pada tanggal 31 Oktober 1952 INS dijadikan SGBN Istimewa,
keistimewaan ini terletak pada :
 Moh Syafei tidak 100% terikat oleh peraturan-peraturan pemerintah.
 Murid-murid INS berasal dari seluruh Indonesia.
 Pelajaran yang diutamakan adalah ekspresi, seperti menggambar, musik,
tari-tarian, pekerjaan tangan.

Gambar 6. Infografis tentang INS Kayutanam

2
C. Rangkuman
Setelah membaca uraian materi ini, kembali simak rangkuman materi di bawah ini,
1. Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme Belanda juga
muncul dalam bidang sosial- budaya dan Pendidikan
2. Respon dalam bidang sosial budaya antara lain adalah terbitnya karya-karya
sastra yang menjadi penyemangat dan penyebar identitas ke-Indonesiaan lewat
kesatuan Bahasa, tokohnya antara lain: Moh.Yamin, Mas Marco, Marah Roesli
3. Selain dalam bidang sastra, respon juga muncul melalui seni music, tokohnya
antara lain Ismail Marzuki yang banyak menulis lagu sebagai penyemangat ke-
Indonesiaan
4. Dalam bidang Pendidikan, respon muncul dalam bentuk didirikannya sekolah
tandingan oleh para tokoh Indonesia yang tidak puas terhadap Pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda yang elitis dan hanya dinikmati
segelintir masyarakat Bumiputera
5. Lembaga Pendidikan yang didirikan sebagai bentuk respon kolonialisme dan
imperialisme Belanda antara lain adalah didiirkannya Taman Siswa dan INS
Kayutanam
6. Pada Taman Siswa maupun INS Kayutanam, sangat dijunjung tinggi Independensi
dari pengaruh pemerintah Hindia-Belanda, terbukti dengan adanya penolakan
terhadap bantuan yang diberikan pemerintah Belanda kepada kedua Lembaga
Pendidikan tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap pengaruh dari
pemerintah.

D. Latihan Soal
1. Sebagai sebuah bangsa yang merasa dikolonialisasi oleh Bangsa lain, Indonesia
tidak diam saja dan menerima perlakuan diskriminatif dari pemerintah colonial
Belanda, jelaskan 3 bentuk respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan
imperialisme Belanda dalam bidang sosial-Budaya
2. Timbul dan berkembangnya karya sastra yang memuat sajak-sajak dan cerita
bernuansa penjajahan Belanda bukan saja dapat memperkenalkan dan
mempertebal rasa cinta tanah air dari para penduduk Bumiputera, namun
memiliki dampak lain, yaitu ….
3. Seni musik dapat menjadi media dalam menggelorakan rasa kebangsaan Ketika
masa kolonialisme Belanda di Tanah Air, jelaskan kiprah Ismail Marzuki sebagai
komponis dalam perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme oleh
Belanda di Indonesia
4. Berdasarkan ketidakpuasan Pendidikan yang digelar oleh pemerintah Belanda,
banyak tokoh yang kemudian mendirikan Lembaga Pendidikan sebagai bentuk
respon terhadap kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia, jelaskan apa
saja yang menjadi ketidakpuasan terhadap pendidikan Belanda dari tokoh bangsa
seperti Ki Hajar Dewantara ?

2
Kunci Jawaban

No. Kunci Jawaban

Menulis berbagai karya sastra yang menggambarkan suasana penjajahan


Belanda dan menyebarluaskan ajaran cinta tanah air, menyelenggarakan
berbagai pertemuan antara para pemuda yang bersemangat pada pelestarian
1.
kebudayaan asli Indonesia khususnya dari segi Bahasa dalam berbagai bentuk
sajak, puisi dan cerita, menulis berbagai syair musik untuk memompa
semangat kebangsaan dan cinta tanah air
Menyebarluaskan pemakaian Bahasa Indonesia sebagai Bahasa persatuan yang
2.
digunakan oleh berbagai suku, etnis dan agama
Ismail Marzuki adalah komponis asal Betawi yang banyak menulis lagu-lagu
3. bertema perjuangan dan sering digunakan dalam upaya mempertebal rasa
kebangsaan dan cinta tanah air
Ketidakpuasan terhadap adanya diskriminasi terhadap kaum Bumiputera,
selain itu adanya biaya Pendidikan yang mahal sehingga Pendidikan tidak
dapat dijangkau semua kalangan masyarakat, selain itu prinsip Pendidikan dari
4.
Lembaga Pendidikan bentukan Belanda dinilai hanya berfokus pada kebutuhan
akan pemenuhan tenaga kerja demi industry yang sedang digalakkan oleh
Belanda di Indonesia.

E. Penilaian Diri
Setelah mempelajari semua uraian materi dan mengerjakan latihan soal, mari kita
menilai sejauh mana pemahaman kita terhadap materi kali ini, Jawab pertanyaan di
kolom tabel ini sesuai dengan pencapain pemahaman kamu, jangan lupa, isi dengan
jujur ya. Isilah dengan memberi tanda centang di salah satu kolom jawaban
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda memahami berbagai bentuk respon Bangsa
. Indonesia dalam bidang sosial budaya dan Pendidikan terhadap
kolonialisme dan imperialisme Belanda
2 Dapatkah anda menjelaskan ulang berbagai bentuk respon
. bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme
dalam bidang sosial budaya ?
3 Dapatkah anda menjelaskan ulang berbagai bentuk respon
. bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme
dalam bidang pendidikan?
Catatan,
1. Bila anda menjawab di kolom “tidak” , bacalah dan fahami kembali materi pada
modul ini
2. Bila jawaban anda seluruhnya berada di kolom “ya” silahkan lanjutkan
pembelajaran di kegiatan berikutnya.

2
EVALUASI
Kerjakan soal di bawah ini dengan menjawab pilihan yang paling tepat

1. Praktek kolonialisme dan Imperialisme yang dilakukan oleh Belanda Indonesia dalam
bidang ekonomi memunculkan berbagai respon perlawanan dari Bangsa Indonesia
dalam bentuk penyelundupan, sabotase, penyerangan dari para penguasa di
nusantarra terhadap Belanda (Khususnya VOC), secara mendasar, bentuk kolonialisasi
dan imperialisme yang paling ditentang para penguasa di Indonesia di bidang ekonomi
adalah ...
A. Praktek tanam paksa
B. Kerja rodi
C. Monopoli perdagangan
D. Pembangunan jalan raya pos
E. Politik adu domba

2. Latar belakang para pedagang Eropa, mencari kepulauan Indonesia sekitar abad ke 15
dan 16 adalah….
A. Minyak bumi dan tembakau
B. Pala, cengkeh dan bunga pala
C. Batu permata dan cengkeh
D. Mutiara dan keramik
E. Kain tenun dan minyak kelapa

3. Rempah-rempah merupakan salah satu faktor pendorong bangsa barat menemukan


dunia Timur. Fungsi dari rempah-rempah bagi bangsa barat adalah….
A. Bahan pelengkap pembuatan minuman beralkohol
B. Menghilangkan racun pada makanan
C. Bahan baku industry makanan
D. Mengobati berbagai penyakit
E. Membantu menghangatkan badan

4. VOC merupakan organisasi dagang milik Belanda yang dibentuk pada 20 Maret 1602.
Meskipun berstatus kongsi dagang , dalam perkembangan VOC dapat menjalankan
pemerintahan layaknya sebuah negara karena….
A. VOC memiliki wewenang khusus berupa hak oktroi
B. VOC mampu memperluas wilayah kekuasaan
C. VOC memiliki wewenang khusus berupa hak oktroi
D. Pemerintah Belanda memberikan kebebasan bagi VOC
E. Keanggotaan VOC tidak hanya mencakup orang Belanda

5. Respon Bangsa Indonesia terhadap dominasi dan monopoli VOC di kepulauan maluku
lantas menimbulkan berbagai perlawanan, salah satunya adalah yang terjadi di Maluku
pada abad ke-17 dibawah pimpinan Kapiten Hitoe “Kakiali”, salah satu respon yang
dilakukan oleh Kakiali antara lain adalah ….
A. Membakar benteng Belanda di Ambon
B. Menjalin aliansi dengan Ternate dan Gowa dalam rangka melawan monopoli
Belanda

2
C. Memotong jalur perbekalan VOC dari Batavia melalui jalur laut Makassar
D. Menggelorakan perang sabil terhadap kedudukan VOC di Ambon
E. Memungut upeti dari kekuasaan-kekuasaan yang setia kepada VOC di kepulauan
Maluku

6. Respon bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan Imperialisme Belanda di tanah air
dalam bidang politik antara lain adalah dengan mendirkan berbagai organisasi
pergerakan nasional yang merupakan ciri dari perlawanan setelah abad XX, salah satu
organisasi massa terbesar yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan kaum
Bumiputera dan memiliki latar belakang ekonomi Ketika didirikan adalah ….
A. Budi Utomo
B. Sarekat Islam
C. Indische Partiij
D. Indonesische Vereeniging
E. Partai Nasional Indonesia

7. Salah satu pendiri Indische Partij merupakan seorang Indo-Belanda yang bernama
Ernest Douwes Dekker (lantas dikenal dengan nama Setiabudi) pada perjuangannya
dia menarik dukungan dari para kaum Indo di tanah air agar setia dan memiliki
identitas kebangsaan yang sama dengan kaum Bumiputera, hal tersebut
menggambarkan bahwa sebenarnya ….
A. Kaum Indo-Belanda di Indonesia merupakan kaum yang sangat bergantung pada
Bumiputera
B. Indo-Belanda memiliki ketakutan terhadap kekuatan kaum Bumiputera
C. Kolonialisme Belanda bersifat sangat diskriminatif sehingga kaum Indo-Belanda
saja memprotes
D. Pendidikan dari kaum Indo Belanda lebih rendah dari kaum Bumiputera
E. Pemerintah Hindia-Belanda selalu menganggap kaum Indo-Belanda sebagai
golongan masyarakat kelas atas

8. Corak pergerakan nasional yang menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial biasa
disebut kelompok ...
A. non-kooperatif
B. kooperatif
C. Liberal
D. sosialis
E. Politik Etis

9. Salah satu perbedaan cara berjuang dalam pergerakan nasional terjadi pada organisasi
Partai Nasional Indonesia setelah pemimpinnya tertangkap, Mr.Sartono mendirikan
Partindo dan Moh.Hatta & Sjahrir mendirikan PNI-Baru, secara mendasar perbedaan
kedua organisasi pecahan PNI itu terletak pada ....
A. Pendekatan agitasi massa oleh Partindo dan Pendidikan politik oleh PNI-Baru
B. Pemimpin yang memiliki visi berbeda dalam memandang dasar negara Indonesia
C. Latar belakang perjuangan yang berhaluan sosialisme dan yang satu berhaluan
komunisme
D. Langkah perjungan, Partindo menggalang sumbangan dari penduduk, PNI-Baru
lebih kepada membentuk koperasi mandiri
E. Partindo menggunakan pendekatan kooperatif sedangkan PNI-Baru nonkooperatif

2
10. Indische Partij adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan oleh tiga tokoh
yang dikenal dengan sebutan tiga serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Organisasi ini berdiri pada tahun 1912 dan
organisasi ini bersifat politik. Indische Partij menunjukkan garis politik secara jelas dan
tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Hal ini
disebabkan karena ....
A. Indische Partij dalam perjuangannya bersikap moderat
B. Indische Partij memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
C. berjuang untuk memperbesar pengaruh pro Hindia Belanda
D. organisasi ini diketuai tokoh yang berpendidikan Belanda
E. Indische Partij menuntut persamaan hak dalam berbangsa

11. Pergerakan nasional Indonesia dipelopori oleh golongan ......


A. militer
B. bangsawan
C. pemuda
D. pelajar
E. priyayi

12. Kelahiran Budi Utomo yang di bidani oleh dr.Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908,tanggal
tersebut kemudian hingga hari ini diperingati sebagai hari …
A. Kejayaan Nasional
B. Kemenangan Nasional
C. Hari Pahlawan
D. Kemerdekaan Nasional
E. Kebangkitan Nasional

13. Perjalanan karya sastra di Indonesia cukup berkembang pada masa awal abad ke-20,
tokoh seperti Mohammad Yamin, Marah Ruslie, Sanusi Pane, Mas Marco banyak
menulis berbagai karya sastra yang kemudian mengilhami nilai-nilai kehidupan
modern dan salah satunya adalah nilai kebangsaan, selain nilai kebangsaan Indonesia,
karya sastra tersebut juga membantu bagi …
A. Bergeraknya roda ekonomi dari para pengusaha percetakan
B. Para pemimpin nasional sebagai bahan pidato
C. Pemerintah Belanda untuk mengidentifikasi siapa saja tokoh kebangsaaan
Indonesia yang bersifat tidak kooperatif
D. Kaum terpelajar untuk menambah rujukan dalam berjuang
E. Meluasnya penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan bangsa Indonesia

14. Tokoh pencipta lagu Indonesia raya adalah seorang kebangsaan Indonesia yang
bernama Wage Rudolf Supratman, selain komponis pencipta lagu Indonesia Raya,
terdapat pula komponis dari Betawi yang sering menulis lagu bertema perjuangan dan
romansa masa penjajahan Belanda, tokoh tersebut bernama …
A. Ismail Marzuki
B. Moh.Yamin
C. Sanusi Pane
D. Sutan Sjahrir
E. Raden Saleh

2
15. Respon Bangsa Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme Belanda di
Indonesia muncul dalam bidang Pendidikan, salah satunya adalah berdirinya Lembaga
pendidikan …
A. Horgere Burger School
B. School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen
C. Opleiding School Vor Inlandsche Ambtenaar
D. Indonesische-Netherland School Kayutanam
E. Kweekschool

3
Kunci Jawaban

No. Jawaban No. Jawaban


1. C 11. D
2. B 12. E
3. E 13. E

4. A 14. A

5. B 15. D
6. B
7. C
8. A
9. A

10. E

3
Setelah membaca Modul ini dan Mengerjakan Soal soal PG
dengan kunci jawaban yang sudah ada. Jawablah
pertanyaan yang ada di Link ini
https://forms.gle/2s1C26rq5AWD39ZeA

Daftar Pustaka

Acemoglu, Daron, dan James Robinson. Mengapa Negara Gagal awal mula kekuasaan,
kemakmuran dan Kemiskinan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014.

Hapsari, Ratna, dan M Adil. Sejarah Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA
kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Serambi Ilmu


Semesta, 2007.

Supriatna, Nana. Buku siswa Aktif dan Kreatif Belajar Sejarah Untuk SMA/MA kelas XI
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2017.

Intenet :

 https://www.google.com/search?q=gambar+kerajaan+aceh&safe=strict&sxsrf=
ALeKk01hiL37vePwUUXrFdVRHyE7xpTdJQ:1600342593302&source=lnms
&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjkkqvejPDrAhUP73MBHclXCHEQ_AUoA
XoECAwQAw&biw=1242&bih=558#imgrc=6LY2oT1arXpPNM
 https://pahamify.com/blog/artikel/sejarah-bukti-bukti-pengaruh-islam-yang-
masih-ada-hingga-kini/
 https://www.academia.edu/41934311/Respon_Bangsa_Indonesia_Terhadap_Kol
onialisme_dan_Imperialisme_di_Bidang_Pendidikan
 https://tirto.id/ins-kayutanam-sekolah-alternatif-yang-melawan-kurikulum-
belanda-cJLR

Anda mungkin juga menyukai