Kelompok 3 (Tujuan Pendidikan)
Kelompok 3 (Tujuan Pendidikan)
Kelompok 3 (Tujuan Pendidikan)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu :
Kelompok 3 :
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, kami telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Tujuan Pendidikan”.
Makalah ini kami susun guna menyelesaikan tugas dari mata kuliah Tafsir Tarbawi
dengan dosen bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A. dan dosen bapak Ridholloh
Ismat, M.Pd.I. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tujuan Pendidikan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi,
M.A. dan Bapak Ridholloh Ismat, M.Pd.I. selaku dosen Tafsir Tarbawi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
JUDUL ……………………………………………………….......................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemah Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41 Beserta
Pendapat Para Mufassir ………………………………………………6
B. Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41 .......... 9
A. Kesimpulan ……………………………………………………………17
B. Saran …………………………………………………………………..17
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dikaruniai keutamaan oleh Allah swt dibandingkan
makhluk ciptaannya yang lain. Keutamaan manusia terletak pada kemampuan akal
pikirannya / kecerdasannya.Dengan kemampuannya ini manusia mampu
mengembangkan diri dalam kehidupan yang semakin berkembang.Pengembangan diri
untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan memerlukan apa yang kitasebut dengan
pendidikan. Pendidikan sudah ada sejak adanya peradaban yang diawali dengan
proseskependidikan dalam lingkup yang masih terbatas.Pendidikan merupakan usaha
manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
didapat baik dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses transform
asi sehingga dapatmencapai kualitas yang diharapkan. Agar kualitas yang diharapkan
dapat tercapai,
diperlukan penentuan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang akan menent
ukan keberhasilan dalam proses pembentukan pribadi manusia yang berkualitas, deng
an tanpa mengesampingkan perananunsur-unsur lain dalam pendidikan. Dalam proses
penentuan tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan yang matang, cermat, dan
teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Olehkarena itu perlu
dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral sebagai basis
rohaniahyang amat vital dalam setiap peradaban bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa ayat, terjemah, serta pendapat para mufassi mengenai Qs. Al- Imran
ayat137-139 dan Qs. Al-Hajj ayat 40-41 ?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran ayat137-139 dan Qs. Al-Hajj ayat
40-41 ?
3. Bagaimana pendapat para mufassir tentang QS. Al-Imran 133-139 dan QS. Al-
Hajj ayat 40-41?
4. Bagaimana kualitas-kualitas dan tujuan-tujuan pendidikan yang bisa dicapai
dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna arti yang terkandung didalam QS. Al-Imran 137-
139 dan QS Al-Hajj 40-41
2. Untuk mengetahui asbabun nuzul QS. Al-Imran dan QS Al-Hajj 40-41
3. Mengetahui bagaimana pendapat para mufassir mengenai QS. Al-Imran 147-
139 QS. Al-Hajj 40-41
4. Mengetahui kualitas dan tujuan pendidikan yang bisa dicapai di dalam
pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemah Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat 40-41
Beserta Pendapat Para Mufassir
1. Surah Al-Imran Ayat 137-139 Beserta Terjemahan
)137( َقْد َخ َلْت ِم ْن َقْبِلُك ْم ُس َنٌۙن َفِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفاْنُظُرْو ا َك ْيَف َك اَن َعاِقَبُة اْلُم َك ِّذ ِبْيَن
Terjemahan :
Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah
kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagai-mana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).
Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
)139( َو اَل َتِهُنْو ا َو اَل َتْح َز ُنْو ا َو َاْنُتُم اَاْلْع َلْو َن ِاْن ُك ْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن
Terjemahan :
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.
(40)
ٱَّلِذ يَن ُأْخ ِرُج و۟ا ِم ن ِد َٰي ِر ِهم ِبَغْيِر َح ٍّق ِإٓاَّل َأن َيُقوُلو۟ا َرُّبَنا ٱُهَّللۗ َو َلْو اَل َد ْفُع ٱِهَّلل ٱلَّناَس َبْعَضُهم
ِبَبْع ٍض َّلُهِّد َم ْت َص َٰو ِمُع َو ِبَيٌع َو َص َلَٰو ٌت َو َم َٰس ِج ُد ُيْذ َك ُر ِفيَها ٱْس ُم ٱِهَّلل َك ِثيًر اۗ َو َلَينُصَر َّن ٱُهَّلل َم ن
ُصُرُهۗ ِإَّن ٱَهَّلل َلَقِو ٌّى َع ِزيٌز
َين ٓۥ
Terjemahan :
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan
yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan
sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang
lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(41)
َاَّلِذ ْيَن ِاْن َّم َّك ّٰن ُهْم ِفى اَاْلْر ِض َاَقاُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا َتُو ا الَّز ٰك وَة َو َاَم ُرْو ا ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َنَهْو ا َع ِن اْلُم ْنَك ِۗر
َوِهّٰلِل َعاِقَبُة اُاْلُم ْو ِر
Terjemahan :
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan
salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Ayat 138
Ibnu Katsir berpendapat bahwa (Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia yaitu di dalam Al-Qur'an ini terkandung penjelasan semua
perkara secara gamblang perihal apa yang dialami oleh umat-umat
terdahulu bersama musuh-musuh mereka. dan petunjuk serta pelajaran.
Artinya, di dalam Al-Qur'an terkandung berita umat-umat sebelum kalian,
petunjuk bagi hati kalian, serta peringatan bagi kalian agar kalian
menghindari hal-hal yang diharamkan dan semua perbuatan dosa.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman menghibur hati kaum
mukmin: Janganlah kalian bersikap lemah.
Ayat 139
Al-Maraghi berpendapat bawa Allah Swt. menghibur Nabi Muhammad
saw. dan sahabatnya dimana sesungguhnya mereka berada dalam derajat
yang tinggi. Meskipun umat muslim kalah di medan perang, akan tetapi
orang-orang beriman di perang Uhud lebih tinggi kedudukannya
dibandingkan dengan orang-orang kafir. Sesungguhnya Allah melarang
merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut, akan
mengakibatkan seseorang kehilangan semangatnya. Sebaliknya Allah tidak
melarang hubungan seseorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta,
kekayaan atau teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat
mengisi hatinya dengan kegembiraan. Akan tetapi bentuk larangan Allah
di sini adalah mengobati jiwa dengan cara bekerja dengan perbuatan yang
dilarang oleh Allah.
Ayat 41
Di dalam tafsir Jalalain(Jalaluddin Al-Mahalli & Jalaluddin As-Shuyuti)
(menjelaskan bahwa yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi) dengan memberikan pertolongan
kepada mereka sehingga mereka dapat mengalahkan musush-musuhnya
(niscaya mereka mendirikan shalat, menuinaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma’aruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar). Kalimat ayat
ini menjadi jawab syarat dan syarat beserta jawabnya menjadi shilah dari
maushul, kemudia diperkirakan adanya lafadz dari Hum sebelumnya
sebagai mubtada (dan kepada Allah lah kembali segala urusan) di akhirat,
semua urusan itu kembali kepadanya.
B. Asbabun Nuzul Qs. Al-Imran Ayat 137-139 dan Qs. Al-Hajj Ayat
40-41
Setelah kekalahan bala tentara Islam dalam perang Uhud, Muslimin telah
kehilangan semangat dan mengalami keputusasaan. Ayat ini menghibur
jangan sampai karena kekalahan, itupun dikarenakan tidak mentaati
pemimpin, kalian menjadikan diri kalian putus asa. Kalian harus
menguatkan iman. Karena kemenangan berada di tangan kalian. Dalam ayat
sebelumnya perhatian kepada sunnah-sunnah ilahi telah dikemukakan dalam
sejarah kaum terdahulu. Ayat ini menyinggung salah satu dari sunnah yang
disaksikan oleh Muslimin dengan mata mereka sendiri. Ia berkata, "Faktor
terpenting kemulaan dan kehormatan suatu bangsa, adalah iman kepada Allah
dan taat kepada para utusan ilahi. Karena menentang perintahnya dan
Rasulnya, akan menyebabkan kejatuhan dan kehinaan dan kalian menyaksikan
sunnah ilahi ini dalam perang Uhud." Dari ayat tadi terdapat dua poin
pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Tuhan, bukan hanya faktor kemuliaan pada hari kiamat,
melainkan di dunia menyebabkan kemenangan.
2. Kekalahan tidak sepatutnya menyebabkan mundur dan lemah melainkan
harus dijadikan pelajaran untuk langkah dan berikutnya.1
Surat Ali Imran ayat 137-139 yang dalam asbabun nuzulnya, dikatakan oleh
Ibnu Abbas r.a. bahwa pada perang Uhud, para sahabat mengalami kekalahan,
lalu ketika itu tiba-tiba Khalid bin Walid beserta pasukan berkuda kaum
musyrik ingin naik ke atas bukit untuk menyerang pasukan Islam. Melihat hal
itu, lalu rasulullah SAW, berkata: “Ya Allah, jangan sampai mereka
mengalahkan kami, Ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali atas izin dan
kehendak-Mu, Ya Allah, di tanah ini tidak ada orang-orang yang menyembah-
Mu kecuali orang-orang ini”. Lalu Allah SWT. menurunkan ayat-ayat ini.
Lalu ada sekelompok dari kaum Muslimin yang langsung meloncat berlarian
ke atas bukit, lalu mereka menyerang pasukan berkuda kaum musyrik dengan
senjata panah sehingga akhirnya mereka kalah dan mundur.2
Menurut Ibn Abbas ra., Mujahid, Qatadah dan lainnya, ayat ini adalah ayat
yang pertama turun berkaitan dengan perintah jihad. Ibn Kasir mengutip
riwayat dari Ibn Abbas ra., ketika Rasulullah saw. hendak berhijrah ke
Madinah karena diusir dan hendak dibunuh oleh kafir Quraisy, Abu Bakar
ra. sudah punya firasat akan turun perintah untuk berperang.
Menurut ‘Athīyah al-Abrasyī, tujuan pendidikan Islam adalah tujuan, yang telah
ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya, yaitu
pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa
pendidikan Islam tanpa mengabaik-an pendidikan jasmani, akal, dan i1mu
praktis.19 Tujuan tersebut berpijak dari Sabda Nabi SAW bahwa ia diutus untuk
menyempurnakan pada akhlak
Usia pendidikan Islam Indonesia telah berjalan selama dan seiring dengan umur
kemerdekaan negara Indonesia. Hal ini karena dalam fakta sejarah disebutkan bahwa
benih-benih dari pendidikan Islam adalah munculnya semangat untuk merdeka.
Benih-benih nasionalisme muncul dari lembaga pendidikan Islam waktu itu.
15
Hamīd Mahmūd Isma’īl, Min Ushūl Tabīyah fī al-Islam, (Shan’a: Wizarah al-Tarbīyah wa al-Ta’līm, l986, h.
98
16
Hamīd Mahmūd Isma‘īl, Op. Cit.,, h. 98
17
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the
Fundamental Elements of the Wordview of Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1995, h. 39.
18
Sa‘īd Hawwa, Fī ąfaq al-Ta’alīm, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980, h. 32:
19
Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyī, Rūh al-Tarbīyah wa al-Ta’līm, (Dar alAhya, tt., h. 7
Analisis SWOT pendidikan Islam. SWOT adalah singkatan dari strengths,
weaknesses, opportunitiesandthreats(kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman/hambatan). Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan
dalam perencanaan strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif
dalam menempatkan potensi institusi.
Kekuatan :
Kelemahan :
Peluang :
Orientasi keakhiratan
Hambatan :
Masyarakat masih terkoyak dalam derajat ekonomi, dan pendidikan Islam dianggap
lemah secara kualitas
Dari analisa di atas dapat diketahui letak pendidikan Islam berada pada titik yang
kurang menguntungkan. Antara alat mendidik, berjuang atau dilawan pemerintah
kolonial.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap sesuatu yang kita lakukan pasti memiliki tujuan tersendiri. Tidak terkecuali
bagi pendidikan yang pastinya memiliki tujuan untuk kedepannya. Terutama
dalam pendidikan Islam yang pastinya memiliki kualitas-kualitas serta tujuan-
tujuan yang sangat penting bagi kepentingan di dunia dan di akhirat.Selain
pendidikan Islam juga memiliki khas tersendiri karena berpegang teguh kepada
Al-quran dan As-sunnah. Adanya tujuan untuk memperoleh pengetahuan yaitu
dengan pembinaan akal dan untuk menuju ke perubahan yang lebih baik dengan
pembinaan jiwa. Mewujudkan insan muslim untuk taat beribadah kepada Allah
SWT.
Seperti di dalam QS. Al-imran 137-139 dan Al-Hajj 40-41menyimpulkan bahwa
tujuan pendidikan adalah :
Agar manusia belajar dari sejarah masa lalu.
Agar manusia mengetahui jalas yang lurus dan benar, dimana Al-quranlah
yang menjadi pendidik dan penerang bagi manusia.
Agar menjadi manusia yang kuat jasmani dan rohani. Memiliki derajat yang
tinggi serta tentram di dunia dan bahagia di akhirat
Agar menjadi manusia yang benar-benar beriman kepada Allah SWT
Agar manusia tidak dicela lagi oleh Allah dengan tidak menjadi penghianat
lagi pengingkar nikmat Allah SWT
Agar mampu menjaga diri sendiri, keluarga, harta, bangsa, serta agamanya.
Agar mampu melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta dapat menyuruh
yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
B. Saran
Demikian makalah “Tujuan Pendidikaan” yang telah kami susun. Semoga
bermanfaat bagi penulis serta bagi para pembaca. Semoga kita dapat mewujudkan
tujuan pendidikan sesuai dengan Al-quran dan As-sunnah serta dapat
mengamalkannya. Sekian terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Di antaranya Nabi Dawud as. berperang melawan Jalut (Goliat). Kisah lengkapnya silahkan
lihat QS al-Baqarah/2: 246-252.
Ngalim purwanto, ilmu pendidikan, 1992, bandung: PT. Remaja rosda karya h.12
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembanagn Kurikulum Teori dan Praktek, 2009, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,h. 1.
Syed Muhammad al-Naquib al-Attas, Islam, Secularism, and the Philosophy of the Future,
(London: Mansella, 1979, h. 158
Seyyed Hossein Nasr, The Islamic Philosopher’s Views on Education, (Muslim Education
Quarterly 2(4, 1984, h. 7
Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam: Upaya mencari Identitas dalam Era
Globalisasi, (Jakarta: Fikahati, Aneka, 1992, h. 93
QS. Al-Dzariyat/51: 56
Hamīd Mahmūd Isma’īl, Min Ushūl Tabīyah fī al-Islam, (Shan’a: Wizarah al-Tarbīyah wa al-
Ta’līm, l986, h. 98