318-Article Text-3018-1-10-20230626
318-Article Text-3018-1-10-20230626
318-Article Text-3018-1-10-20230626
Abstract
The purpose of this study was to describe the types and levels of errors made by class VIII B students of
SMPN 1 Mataram when solving math word problems on number patterns based on Newman's error analysis
in terms of student intelligence. The type of research used in this research is mixed methods. The strategy
used in this study is the concurrent triangulation strategy. The sampling technique used purposive sampling,
so that Class VIII B students were selected with a total of 36 students. Methods of data collection through
intelligence tests, story tests with number patterns material, and interview tests. The researcher chose two
students from each intelligence category to be the research subjects. The data analysis technique used in this
research is descriptive statistics technique for quantitative data, then for qualitative data using the Miles
and Huberman model. The following are the results of the study showing the types and levels of errors of
students with intelligence (1) below average, (2) average, (3) above average who make errors in reading,
understanding, question transformation, processing skills, and writing answers successively are (1) 15% (very
low), 38% (low), 49% (moderate), 72% (high), 68% (high); (2) 6% (very low), 19% (low), 33% (low), 57%
(moderate), 39% (low); (3) 10% (very low), 26% (low), 28% (low), 47% (moderate), 30% (low).
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis dan tingkat kesalahan yang dilakukan siswa kelas
VIII B SMPN 1 Mataram saat menyelesaikan soal cerita matematika materi pola bilangan berdasarkan
analisis kesalahan Newman yang ditinjau dari inteligensi siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kombinasi (mixed methods). Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah strategi triangulasi konkuren. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sehingga terpilihlah siswa kelas VIII B dengan jumlah 36 siswa. Metode pengumpulan data melalui
pemberian tes inteligensi, tes tertulis soal cerita dengan materi pola bilangan, dan tes wawancara. Peneliti
memilih dua orang siswa dari masing-masing kategori inteligensi untuk dijadikan subjek penelitian. Teknik
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif untuk data kuantitatif,
kemudian untuk data kualitatif menggunakan model Miles dan Huberman. Berikut hasil penelitian yang
menunjukan jenis dan tingkat kesalahan siswa dengan inteligensi (1) dibawah rata-rata, (2) rata-rata, (3)
diatas rata-rata yang melakukan kesalahan membaca, memahami, transformasi soal, keterampilan proses,
dan penulisan jawaban secara berturut-turut adalah (1) 15% (sangat rendah), 38% (rendah), 49% (sedang),
72% (tinggi), 68% (tinggi); (2) 6% (sangat rendah), 19% (rendah), 33% (rendah), 57% (sedang), 39% (rendah);
(3) 10% (sangat rendah), 26% (rendah), 28% (rendah), 47% (sedang), 30% (rendah).
Kata Kunci: Analisis Kesalahan; Newman; Inteligensi; Soal Cerita Matematika
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |234
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
1. PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sesuatu yang abstrak.
Objek kajian dalam matematika yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang
mempunyai karakter yang abstrak. Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006,
dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan segala
kemampuan matematis siswa untuk memperoleh hasil belajar matematika yang
maksimal (Permendiknas, 2006), akan tetapi pelajaran matematika masih dirasa sulit
bagi kebanyakan siswa. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika,
diperlukan adanya pemahaman serta upaya yang lebih cermat terhadap objek kajian
matematika tersebut untuk melihat respon yang diberikan siswa pada setiap
permasalahan yang ada dalam matematika.
Soal cerita adalah salah satu metode penyusunan soal matematika selain dalam bentuk
numerik. Melalui soal cerita, siswa akan lebih mudah membayangkan ataupun
menentukan tata cara penyelesaian di sebuah permasalahan matematika (Rayungsari,
et al., 2021). Soal cerita membantu siswa menggunakan pengetahuan matematis mereka
untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, sekaligus mengembangkan kemampuan
dalam memecahkan masalah umum serta digunakan juga untuk memotivasi
kemampuan siswa di kelas matematika (Haghverdi, et al., 2011).
Fakta yang ditemukan di SMPN 1 Mataram sesuai dengan hasil penelitian yang
diperoleh Susilowati & Ratu (2018), dimana pada siswa tingkat SMP masih banyak
ditemukan siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita
matematika, baik itu kesalahan dalam membaca masalah, kesalahan memahami
masalah, maupun kesalahan dalam transformasi. Ini membuktikan bahwasannya siswa
masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Inteligensi atau kecerdasan ditetapkan dalam ukuran yang disebut Intelligence Quotient
(IQ). Untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu instrument test yang bias kita kenal dengan nama Tes IQ.
Pengambilan data hasil tes inteligensi dibantu oleh instansi Biro Psikologi ”Key
Consulting”. Hasil akhir dari tes tersebut berupa angka yang kemudian diklasifikasian
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |235
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
ke dalam tingkatan kecerdasan menurut J.C Raven. Berikut klasifikasi IQ oleh J.C
Raven.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama salah satu guru matematika di SMPN
1 Mataram, menyatakan bahwa siswanya lebih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal matematika bentuk cerita daripada bentuk matematisnya. Kesulitan
yang dialami siswa tersebut juga berakibat siswa dapat mengalami kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita tersebut. Beliau juga berpendapat banyak siswa yang
kelihatannya membaca soal hanya berfokus ke bagian angka saja sehingga
mengakibatkan mereka salah menafsirkan informasi yang terkandung dalam soal.
Analisis kesalahan Newman merupakan salah satu metode analisis kesalahan pada soal
cerita, yang diperkenalkan oleh seorang guru matematika di Austria yaitu Anne Newman
pada tahun 1977. Newman (dalam White, 2010) menyatakan metode analisis Newman
memiliki klasifikasi jenis-jenis kesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa.
Klasifikasi kesalahan yang mungkin dilakukan siswa menurut analisis kesalahan
Newman antara lain (1) kesalahan dalam membaca soal (reading errors), (2) kesalahan
dalam memahami (comprehension errors), (3) kesalahan dalam transformasi
(transformation errors), (4) kesalahan dalam keterampilan proses (process skill errors),
dan (5) kesalahan dalam penulisan jawaban (encoding errors).
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian campuran (mix
method). Penelitian campuran yaitu suatu jenis penelitian antara metode kuantitatif
dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegitatan
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |236
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
penelitian (Sugiyono, 2018). Strategi mix methods yang digunakan dalam penelitian ini
adalah strategi triangulasi konkuren (bersamaan). Dalam strategi ini, peneliti
mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap
penelitian, kemudian menghubungkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif
untuk mengetahui perbedaan atau kombinasi. Rancangan ini lazimnya menggunakan
metode kuantitatif dan kualitatif yang terpisah sebagai sarana untuk menutupi
kelemahan yang lekat pada satu metode dengan kekuatan metode lain (Tashakkori &
Teddlie, 2010). Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Mataram pada kelas VIII B semester
genap tahun ajaran 2022/2023.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Mataram tahun
ajaran 2022/2023 yang terdiri dari 9 kelas dengan jumlah 333 siswa. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VIII B yang berjumlah 36 siswa. Sampel dipilih dengan
metode purposive sampling, yaitu dengan beberapa pertimbangan, yakni kelas tersebut
telah mempelajari materi pola bilangan, masih melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita pola bilangan, dan mampu mengkomunikasikan pemikirannya
secara tertulis maupun lisan dengan baik.
Pengambilan subjek dipilih sesuai dengan tingkat inteligensi yang telah ditetapkan
peneliti dan tingkat kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Perhatikan
gambar berikut ini
Peneliti akan fokus mencari subjek dengan pertimbangan dimana data siswa tidak sesuai
dengan data yang telah diteliti oleh Putra dan Sucitra (2015). Siswa-1 sampai dengan
Siswa-18 (bercetak biru) merupakan representasi dari penelitian Putra dan Sucitra
(2015) yang berpendapat bahwa tingginya kemampuan inteligensi siswa dapat
meningkatkan hasil pembelajaran matematika, yang mengakibatkan kecil peluang siswa
tersebut melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita.
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |237
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik
deskriptif untuk data kuantitatif, kemudian untuk data kualitatif menggunakan model
Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan.
Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, terlebih dahulu siswa
dibagi berdasarkan inteligensinya yaitu inteligensi di bawah rata-rata, rata-rata, dan di
atas rata-rata. Kemudian data kesalahan yang diperoleh disesuaikan dengan
indikator kesalahan Newman pada Tabel 2 berikut ini.
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain tes inteligensi, tes soal cerita
materi pola bilangan, dan tes wawancara yang berisi 20 pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada keenam subjek penelitian setelah tes inteligensi, dan tes soal cerita.
Metode analisis data kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik
deskriptif, sedangkan untuk data kualitatif menggunakan analisis model Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2014). Data yang telah terkumpul selanjutkan akan
direduksi, lalu disajikan dalam bentuk deskripsi, dan akhirnya disimpulkan.
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |238
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |239
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa tingkat kesalahan yang dialami siswa dengan
inteligensi di bawah rata-rata lebih banyak melakukan kesalahan pada tahap
mentransformasikan soal, keterampilan proses, dan penulisan jawaban akhir jika
dibandingkan pada tahap kesalahan membaca dan kesalahan memahami. Secara umum
siswa dengan inteligensi di bawah rata-rata sering kali kesulitan membangun hubungan
antar informasi dalam soal cerita, sehingga mereka tidak bisa melihat keseluruhan
gambaran dan hanya fokus pada informasi yang terdapat angkanya saja. Mereka juga
cenderung kurang berpikir abstrak, hampir setengah dari mereka tidak mampu
mentransformasikan soal cerita ke bentuk matematis. Kurangnya keterampilan
berbahasa juga membuat siswa dengan inteligensi di bawah rata-rata kesulitan dalam
menuliskan jawaban akhir.
Ada beberapa kasus siswa dengan inteligensi dibawah rata-rata yang tingkat
kesalahannya sangat rendah atau bahkan tidak melakukan kesalahan sama sekali,
contohnya adalah siswa S8 dan S9. Ditemukan beberapa penyebab ketidaksesuaian
antara hasil tes inteligensi dengan skor kesalahan siswa. S8 memberi pernyataan bahwa
dirinya sedang dalam keadaan tubuh/fisik yang kurang sehat. Kemudian S9 memberi
pernyataan bahwa dirinya tidak fokus mengerjakan tes inteligensi karena memikirkan
hal lain di luar tes. Sehingga kedua siswa tersebut mendapatkan IQ 10 dengan kategori
di bawah rata-rata.
Hasil pembahasan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthmainnah dan
Purnamasari (2019) yang pada hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa salah satu
faktor siswa mendapatkan nilai yang bagus walaupun inteligensi di bawah rata-rata
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |240
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
adalah kondisi fisik dan kepribadian individu. Dalam hal ini, S8 mendapati kondisi fisik
tubuh yang tidak optimal saat melaksanakan tes inteligensi. Sedangkan S9, fokusnya
terganggu oleh banyakya kegiatan yang ia akan lakukan dikeesokan harinya. Dengan
demikian, inteligensi tidak sepenuhnya menjadi tolak ukur dalam mengukur kesalahan
siswa. Penting untuk dicatat bahwa inteligensi hanya satu faktor dari banyak faktor
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan prestasi seseorang dalam hidup. Beberapa
orang mungkin memiliki inteligensi di bawah rata-rata tetapi jika memiliki keahlian,
bakat, atau keterampilan di bidang lain, tidak menutup kemungkinan orang tersebut
unggul dalam bidang tersebut.
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa tingkat kesalahan yang dialami siswa dengan
inteligensi rata-rata lebih banyak melakukan kesalahan pada tahap keterampilan
proses, dan penulisan jawaban akhir jika dbandingkan pada tahap kesalahan membaca,
kesalahan memahami. Secara umum, siswa dengan inteligensi rata-rata lebih mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan ini dengan lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan
siswa dengan inteligensi di bawah rata-rata. Mereka juga lebih cenderung untuk
termotivasi dalam menyelesaikan masalah matematika yang lebih kompleks.
Ada beberapa kasus siswa dengan inteligensi rata-rata yang tingkat kesalahannya
sangat rendah dan sangat tinggi, contohnya adalah siswa S11 dan S23. Ditemukan
beberapa penyebab ketidaksesuaian antara hasil tes inteligensi dengan skor kesalahan
siswa. S11 mengatakan bahwa soal cerita merupakan soal yang ia tidak sukai sehingga
membuatnya menyontek dengan teman sebangkunya yang memiliki inteligensi di atas
rata-rata. Kemudian S23 mengatakan bahwa ia tidak mengetahui dan tidak bisa
menggunakan rumus barisan aritmetika, sehingga S23 menggunakan caranya sendiri
untuk menyelesaikan soal tersebut.
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |241
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Tabel 6. Rekapitulasi Persentase Kesalahan Siswa S11 dan S23 dengan Inteligensi Rata-Rata
Skor Skor Tingkat
Inteligensi Jenis Kesalahan Persentase
Total Max. Kesalahan
Membaca Soal 0 12 0% S. Rendah
Memahami Soal 2 18 11% S. Rendah
Rata-Rata Transformasi Soal 6 18 33% Rendah
Keterampilan Proses 10 18 56% Sedang
Penulisan Jawaban Akhir 3 12 25% Rendah
Hasil pembahasan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthmainnah dan
Purnamasari (2019) yang pada hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa salah satu
faktor siswa mendapatkan nilai yang bagus walaupun inteligensi rata-rata adalah faktor
internal. Dalam hal ini, faktor internal yang mempengaruhi S11 adalah faktor motivasi,
dimana ia tidak menyadari potensi yang dimilikinya yang menyebabkan ia
mementingkan jawaban orang lain daripada dirinya sendiri. Sementara itu S23
merupakan kebalikan dari S11, S23 memiliki motivasi yang kuat untuk belajar,
Walaupun S23 tidak mengetahui cara menyelesaikan soal nomor 2 dan 3, ia tetap
berusaha dan mencoba untuk menyelesaikan soal tersebut walaupun jawabannya
melenceng dari cara yang seharusnya. Jadi, inteligensi tidak sepenuhnya menjadi tolak
ukur dalam mengukur kesalahan siswa. Faktor lain seperti motivasi dan metode belajar
yang digunakan, juga dapat mempengaruhi tingkat kesalahan seseorang. Siswa dengan
inteligensi rata-rata dapat memberikan keuntungan awal dalam belajar, tetapi
keberhasilan dalam belajar bergantung pada faktor-faktor lain yang lebih kompleks dan
beragam.
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa tingkat kesalahan yang dialami siswa dengan
inteligensi di atas rata-rata lebih banyak melakukan kesalahan pada tahap keterampilan
proses, dan penulisan jawaban akhir jika dbandingkan pada tahap kesalahan membaca,
kesalahan memahami. Siswa dengan inteligensi di atas rata-rata cenderung lebih cepat
dalam memahami konsep dan menerapkan teknik-teknik penyelesaian masalah. Namun,
karena mereka terlalu cepat, mereka melewatkan informasi penting dalam soal cerita.
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |242
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Mereka perlu belajar untuk lebih sabar dan teliti. Putra dan Sucitra (2015) berpendapat
semakin tinggi inteligensi yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika yang mengakibatkan kecil peluang
siswa tersebut melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita. Namun pada
kenyataannya penjelasan di atas merupakan contoh siswa yang bertolak belakang
dengan penelitian yang dilkaukan oleh Putra dan Sucitra (2015). Setelah diwawancarai
lebih dalam, ditemukan beberapa penyebab ketidaksesuaian antara hasil tes inteligensi.
Siswa S30 mendapatkan nilai tinggi pada saat tes inteligensi dikarenakan ia sebelumnya
pernah mengikuti tes inteligensi yang membuatnya mengetahui jawaban-jawaban dari
tes tersebut. Selain itu, S30 lebih menyukai pelajaran yang sifatnya menghafal
dibandingkan dengan menghitung. Siswa S33 cenderung kurang meminati pelajaran
matematika serta kurang termotivasi dalam belajar matematika, ia tidak peduli dengan
hasil pekerjaannya. Selain itu, S33 juga lebih meminati mata pelajaran yang bersifat
hafalan seperti IPA dibandingkan dengan matematika.
Tabel 8. Rekapitulasi Persentase Kesalahan Siswa S30 dan S33 dengan Inteligensi di Atas
Rata-Rata
Skor Skor Max. Tingkat
Inteligensi Jenis Kesalahan Persentase
Total Kesalahan
Membaca Soal 5 12 42% Sedang
Memahami Soal 10 18 56% Sedang
Di Atas
Transformasi Soal 16 18 72% Tinggi
Rata-Rata
Keterampilan Proses 16 18 89% S. Tinggi
Penulisan Jawaban Akhir 3 12 25% Rendah
Hasil pembahasan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Montgomery,
2009; Sulthon, 2014; & Wulan, 2015) dimana mereka mengungkapkan bahwa faktor
motivasi dan faktor pembebanan merupakan penyebab siswa S30 dan S33 mengalami
underachiever. Underachiever adalah istilah yang digunakan untuk individu yang
memiliki tingkat inteligensi yang tinggi namun prestasinya di sekolah berada di bawah
performance anak tersebut. Terkadang siswa dengan kecerdasan inteligensi tinggi tidak
memiliki motivasi dalam dirinya untuk mempelajari matematika sehingga mereka tidak
menyadari potensi yang dimilikinya. Selain itu, mereka juga memiliki target prestasi
yang terlalu rendah dan mengakibatkan motivasi belajar matematikanya menjadi
rendah. Hal tersebutlah yang menyebabkan mereka memperoleh kesalahan yang tinggi.
Jadi, inteligensi tidak sepenuhnya menjadi tolak ukur dalam mengukur kesalahan siswa,
namun inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang sangat menentukan kesalahan
yang dilakukan siswa.
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan jenis dan tingkat
kesalahan yang dilakukan siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Mataram dengan inteligensi
dibawah rata-rata, rata-rata, dan diatas rata-rata dalam menyelesaikan soal cerita pada
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |243
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
materi Pola Bilangan berdasarkan jenis kesalahan Newman adalah sebagai berikut, (1)
Jenis dan tingkat Kesalahan pada siswa dengan inteligensi dibawah rata-rata adalah
kesalahan membaca dengan persentase sebesar 15% (kategori sangat rendah), kesalahan
memahami dengan persentase sebesar 38% (kategori rendah), kesalahan
mentransformasikan soal dengan persentase sebesar 49% (kategori sedang), kesalahan
keterampilan proses dengan persentase sebesar 72% (kriteria tinggi), dan kesalahan
pada penulisan jawaban akhir dengan persentase sebesar 68% (kriteria tinggi).
Jenis dan tingkat Kesalahan pada siswa dengan inteligensi rata-rata adalah kesalahan
membaca dengan persentase sebesar 6% (kategori sangat rendah), kesalahan memahami
dengan persentase sebesar 19% (kategori sangat rendah), kesalahan
mentransformasikan soal dengan persentase sebesar 33% (kriteria rendah), kesalahan
keterampilan proses dengan persentase sebesar 57% (kriteria sedang), dan kesalahan
pada penulisan jawaban akhir dengan persentase sebesar 39% (kriteria rendah).
Jenis dan tingkat Kesalahan pada siswa dengan inteligensi diatas rata-rata adalah
kesalahan membaca dengan persentase sebesar 10% (kategori sangat rendah), kesalahan
memahami dengan persentase sebesar 26% (kategori rendah), kesalahan
mentransformasikan soal dengan persentase sebesar 28% (kriteria rendah), kesalahan
keterampilan proses dengan persentase sebesar 47% (kriteria sedang), dan kesalahan
pada penulisan jawaban akhir sebesar 30% (kriteria rendah).
5. REFERENSI
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Haghverdi, M., Semnani, A. S., & Seifi, M. (2011). The examining two approaches for facilitating
the process of aritmetic word problems solving. International Journal For Studies in
Mathematics Education, 4(1), 137.
Montgomery, D. (2009). Able, Gifted, and Talented Underachievers. West Sussex PO198: Jhon
Willey & Sons.
Muthmainnah, R. N & Purnamasari, M. (2019). Analisis faktor penyebab peserta didik dengan IQ
tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Jurnal Pendidikan Matematika dan
Matematika, 5(1), 81-85.
Putra, Z. H., & Sucitra, W. (2017). Hubungan intelegensi dengan hasil belajar matematika siswa
kelas V SD negeri 68 pekanbaru. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 1. doi:
https://doi.org/10.18592/jpm.v2i2.1171.
Rayungsari, M., Pusparini, D. A., & Nurmalitasari, D. (2021). Analisis kesalahan mahasiswa
pendidikan matematika dalam menyelesaikan soal cerita berbahasa inggris berdasarkan
klasifikasi watson. Prosiding Transformasi Pembelajaran Nasional (Pro-Trapenas), 1(1),
347–358.
Slameto, (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |244
Sejati et al Analisis kesalahan siswa dalam…
Sulthon. (2014). Mengenal anak underachiever dan upaya meningkatkan prestasi belajarnya di
madrasah ibtidaiya. Jurnal Elementary STAIN Kudus, 2(1).
Susilowati, P. L., & Ratu, N. (2018). Analisis kesalahan siswa berdasarkan tahapan newman dan
scaffolding pada materi aritmatika sosial. Jurnal Mosharafa. 7(1). 23.
Tashakkori, A. & Teddlie, C. (2010). Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
White, A. L. (2010). Numeracy literacy and newman’s error analysis. Journal of Science and
Mathematics Education in Southeast Asia, 33(2), 133.
Wulan, L. R. (2014). Underachievement pada anak superior di kelas akselerasi SMP
muhammadiyah 2 yogyakarta. Jurnal Bimbingan dan Konseling (UNY).
Griya Journal of Mathematics Education and Application Volume 3 Nomor 2, Juni 2023 |245