Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan
DISUSUN OLEH:
SEMESTER : IV
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Irma Suryani Siregar, M.A
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Makalah 2
C. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Partisifasi Masyarakat Dalam Pendidikan 3
B. Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan 6
C. Bentuk-Bentuk Partisifasi Masyarakat Dalam Perkembangan
Pendidikan 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah dan masyarakat merupakan dua aspek yang tidak dapat
dipisahkan. Karena keduanya saling membutuhkan. Sekolah ada karena
masyarakat. Dan masyarakatlah yang berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah.
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan akan mempengaruhi pendidikan itu
sendiri. Maju dan tidaknya pendidikan tergantung dari bagaimana dan sejauh
mana masyarakat memandang pendidikan. Partisipasi dari merekalah yang
membuat pendidikan penting. Banyak sekali hal yang dapat dilakukan masyarakat
dalam pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak hanya dalam hal mendidik
anak belak. Apalagi orang tua dan sekolah bersama-sama untuk mencerdaskan
mereka. Tetapi banyak hal dan hubungan yang dapat dilakukan bersama-sama.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendidik anak-anak yang nantinya
akan hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri atas bermacam-macam
golongan, jabatan, status sosial dan bermacam-macam pekerjaan, sangat
memerlukan adanya adanya hubungan kerjasama itu.
Selain itu, partisipasi masyarakat juga diharapkan dalam hal perubahan
dalam pendidikan. Masyarakat diharapkan dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam pendidikan di sekolah demi majunya sebuah pendidikan.
Karena masyarakat juga menginginkan agar sekolah bisa memberi pengaruh
positif terhadap perkembangan masyarakat terutama untuk meningkatkan
perkembangan putra-putri mereka. Maka dari itu, perlu adanya pengelolaan yang
baik dalam hubungan antara masyarakat dan sekolah. Agar tercipta pendidikan
yang baik dan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Partisifasi Masyarakat Dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Keadaan Dan Permasalahan Pendidikan?
1
2
1
Abdul Muin Halim Aang Kunaifi, Manajemen Pendidikan (Good Governence dalam
Lembaga Pendidikan) Teori, Strategi, dan Riset Implementasi (Kadur Pamekasan: Duta Media
Publishing, 2017), h. 19
2
Endang Poerwanti dan Beti Istanti Suwandayani, Manajemen Sekolah Dasar Unggul
(Malang : UMM Press, 2020), h. 99
3
Wiwin Rif’atul Fauziyati, Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Partisipasi
Msyarakat dalam Pendidikan menuju Generasi Maju Indonesia, Qalamuna, Vol.10, No. 1,
Januari-Juni 2018, h. 166
3
pendidikan, tidak hanya dalam hal aktivitas pendidikan anak dalam rumah tangga
sebagaimana tujuan bersama antara pendidik dan orang tua adalah berama-sama
4
5
4
Abdul Muin Halim Aang Kunaifi, Manajemen Pendidikan (Good Governence dalam
Lembaga Pendidikan) Teori, Strategi, dan Riset Implementasi (Kadur Pamekasan: Duta Media
Publishing, 2017), h. 19
5
Budi Wiratno, Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Vol. 26, No. 1, 2016, h. 19
6
saling membantu, dan (5) sekolah adalah milik masyarakat, sekolah ada karena
kebutuhan masyarakat akan pendidikan.6
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas ditur mengenai
partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan pendidikan masyarakat di Indonesia.
Bab XV UU Sisdiknas ini telah mengatur masalah partisipasi masyarakat dalam
pendidikan. Di dalam Pasal 54 UU Sisdiknas ini disebutkan :
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,
kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksanaan, dan
pengguna hasil pendidikan.
3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintahan.
Kemudian Pasal 55 UU Sisdiknas 2003 juga mengatur tentang pendidikan
berbasis masyarakat. Di dalam pasal ini dicantumkan:
1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada
pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2. Penyelenggara pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaanya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber
dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau
sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan
teknis, subsidi dana, dn sumber daya lain secara adil dan merata dari
Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah.
6
Sitti Roskina Mas, Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelengaraan
Pendidikan, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, , 2007, h. 189
7
pelajari adalah sebagai hasil dari hubungan kita dengan orang lain, baik di rumah,
sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Segala sesuatu yang kita
ketahui ternyata adalah hasil hubungan timbal balik yang telah sedemikian rupa
dibentuk oleh masyarakat di sekitar kita.
Bagi suatu masyarakat, hakikat pendidikan diharapkan mampu berfungsi
menunjang bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat
itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya kepada generasi mudanya. Tiap
masyarakat selalu berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi
tertentu sesuai corak masing-masing periode zamannya kepada generasi muda
melalui pendidikan, atau secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian
fungsi pendidikan tidak lain adalah sebagai proses sosialisasi (Nasution, 1999).
Dalam pengertian sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pendidikan sebenarnya sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali
berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luarnya, yakni keluarga. Seorang bayi
yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali.
Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan
kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut
serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut
berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari
manusia lain. Sampai pada umur tertentu ia tumbuh dan berkembang dengan sehat
di dalam mahligai cinta kasih keluarga, perpaduan sepasang manusia yang
menjadi orang tuanya.
Anggota keluarga baru itu terus menerus belajar mengetahui, mempelajari
serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya. Lalu, sang
bayi juga berusaha memahami esensi nilai-nilai kemanusiaan dari keluarganya
dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua tindak tanduk
yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh belaian kasih
sayang manusia dewasa. Begitulah pendidikan berjalan dalam keluarga. Proses
tersebut berlangsung pula ketika seseorang tumbuh menjadi manusia dewasa.
9
lagi terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-
satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang
mampu memfasilitasi seseorang untuk belajar.
Wen (2003) seorang usahawan teknologi mempunyai gagasan
mereformasi sistem pendidikan masa depan. Menurutnya, apabila anak diajarkan
untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani kehidupannya dengan
berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan masyarakat)
serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian
yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa
depan. Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu
sekolah dapat cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga
matang dan sehat kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang
akan datang, menurutnya akan berubah secara drastis. Secara fisik, sekolah tidak
perlu lagi menyediakan sumber-sumber daya yang secara tradisional berisi
bangunan-bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah
harus bekerja sama secara komplementer dengan sumber belajar lain terutama
fasilitas internet yang telah menjadi “sekolah maya”.
Bagaimanapun kemajuan teknologi informasi di masa yang akan datang,
keberadaan sekolah tetap akan diperlukan oleh masyarakat. Kita tidak dapat
menghapus sekolah, karena dengan alasan telah ada teknologi informasi yang
maju. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengem- bangkan
kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan
lain- lain.
Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran
informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula
disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran
yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh
siapapun dari manapun secara individu.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan reaktualisasi
partisipasi masyarakat dalam rangka perbaikan mutu layanan dan output
11
9
Mibyarto, Strategi Pembangunan Desa P3PK (Yogyakarta: UGM Press, 1988), h. 37.
12
10
Poerwanti, Endang dan Beti Istanti Suwandayani. 2020. Manajemen Sekolah Dasar
Unggul. Malang : UMM Press, h. 78
13
pendidikan.
Bentuk atau bidang kerja sama antara sekolah dan masyarakat meliputi :
1. Dewan sekolah yang terdiri ddari kepala sekolah, guru, beberapa tokoh
masyarakat, serta orang tua yang memiliki potensi dan perhatian besar terhadap
pendidikaan di sekolah atau dalam bentuk komite sekolah. Berfungsi untuk
mensukseskan kelancaran belajar-mengajar, baik menyangkut perencanaan
pelaksanaan maupun penilaian.
2. Melalui BP3 yang terdiri atas orang tua dan anggota masyarakat yang
mempunyai minat dan perhtian terhadap sekolah dengan bantuan berupa uang
alat bantu pendidikan dan barang-barang keperluan sekolah yang diberikan
masyarakat lewat badan ini.
3. Melalui rapat bersama dengan mengundang masyarakat untuk mengadakan
rapat bersama guna membahas suatu masalah baik yang berkaitan dengan
disiplin, lingkungan, etika dan tata krama serta yang berhubungan dengan
peserta didik.
4. Melalui konsultasi sekolah dapat melakukan konsultasi mengenai peserta
didiknya dengan seorang ahli yang ada masyarakat.
5. Melalui cermah guru dapat meminta seorang ahli dalam masyarakat untuk
memberikan ceramah di sekolah, misalnya mengenai keagamaan, kesehatan
atau pokok bahasan lain yang diperlukan guna menunjang tercapainya tujuan
yang diinginkan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan merupakan upaya untuk
memberdayakan masyarakat dalam pembangunan pendidikan, artinya
masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pendidikan. Masyarakat harus ikut membantu menyelenggarakan pendidikan,
agar kualitas pertumbuhan dan perkembangan pendidikan semakin pesat, dan
pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. UU Sistem Pendidikan
No. 20 Tahun 2003 dan Keputusan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 mengatur
peran serta masyarakat dalam pendidikan dan pendidikan umum di Indonesia.
Bentuk partisipasi sosial dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan bersama
lembaga sekolah. Perkembangan pendidikan sebenarnya telah dimulai sejak
manusia lahir. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan
terpenting. Dan terakhir, munculnya lembaga pendidikan, atau biasa disebut
sekolah. Melalui penyuluhan atau pembentukan kelompok. Namun kita juga
bisa menggunakan metode lain di lembaga pendidikan di tempat tertentu
tergantung situasi dan kondisi. Masyarakat dan sekolah diharapkan membentuk
tim yang solid untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kami juga
mengharapkan komunikasi yang sehat antara para pihak dan pertukaran
informasi yang saling menguntungkan. Karena sinergi kedua pihak dalam
peningkatan mutu pendidikan akan mewujudkan masyarakat yang berbudaya
berakhlak mulia dan taat kepada Allah.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis sadar bahwa masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu diperlukan kritik dan saran dari pembaca sekalian agar makalah ini
dapat lebih baik lagi dan bermanfaat bagi kita semua . diharapkan juga adanya
makalah lain yang menyempurnakan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi
kita semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
Mas, Sitti Roskina. 2007. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, Jurnal el-Hikmah : Fakultas Tarbiyah UIN
Malang
Sitti Roskina Mas, Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelengaraan
Pendidikan, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Malang, , 2007,