AHWAL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

AHWAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH AKHLAK


TASAWWUF

DOSEN PENGAMPUH : ADAM SALEH, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK X :

 SONYATUL JANNAH
 DIVA ANGELIA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL FALAH AIR
MOLEK (STAI NF)
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Ahwal” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari dosen pengampuh mata kuliah Akhlak Tasawwuf, Bapak Adam Saleh, M.Pd.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang Ahwal yang bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adam Saleh, M.Pd selaku
dosen pengampuh mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
dengan lapang dada dan kami nantikan demi sempurnanya makalah ini.

Air Molek, 27 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Defenisi Ahwal..........................................................................................2

2.2 Tingkatan atau Tahapan Ahwal................................................................2

BAB III PENUTUP.................................................................................................2

3.1 Kesimpulan................................................................................................2

3.2 Saran dan Kritik.........................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................2

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tasawwuf merupakan salah satu konsep dalam Islam yang menitik
beratkan perhatianya pada penyucian rohaniah manusia yang berdampak pada
akhlak mulia. Melalui tasawwuf inilah seseorang bisa mengetahui tentang
bagaimana cara untuk melakukan pembersihan diri serta mengaplikasikannya
dengan benar.
Untuk mencapai hal tersebut, dalam dunia tasawwuf munculah konsep
yang bernama Maqomat dan Ahwal. Keduanya memiliki langkah-langkah
untuk mencapai tingkatan tertinggi, namun pada makalah ini akan
dikhususkan untuk membahas tentang Ahwal.
Ahwal merupakan situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai
karunia dari Allah SWT. Memperbaiki budi pekerti dan membersihkan jiwa
hanyalah bisa dilakukan dengan semata-mata mengikuti sunnah nabi dan
meneladaninya akan membuahkan hasil berupa ahwal yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Ahwal?
2. Apa saja tingkatan atau tahapan dalam Ahwal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Ahwal
2. Untuk mengetahui tingkatan atau tahapan apa saja yang terdapat pada
Ahwal

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Ahwal


Ada banyak definisi berkaitan dengan ahwal yang bermunculan di
berbagai rujukan sufi, hal demikian memang dirumuskan oleh para sufi,
diantaranya seperti pandangan Al-Thusi yaitu:

“Ahwal adalah keadaan hati yang selalu berzikir, dan bukanlah hal itu
dilihat dari metodologi mujahadah dan latihan-latihan seperti yang telah
disebutkan sebagaimana terdahulu. Ahwal tersebu seperti: merasa diawasi
Allah SWT, perasaan dekat dengan Allah SWT, rasa cinta, takut, harap,
rindu. tenang, yakin dan lainnya.
Secara bahasa ahwal merupakan jamak dari kata “hal” yang berarti
keadaan atau sesuatu (keadaan rohani), menurut Syekh Abu Nash al-Sarraj,
hal adalah sesuatu yang terjadi yang mendadak yang bertempat pada hati
nurani dan tidak bertahan lama.
Sedangkan, secara istilah hal atau arti jamak adalah al-ahwal adalah
suasana atau keadaan yang menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak
prerogatif pada Allah dalam hati setiap hambah-Nya, tidak ada sufi yang
mampu merubah keadaan tersebut apabila datang saatnya, atau
memperhatikannya apabila pergi.
Menurut Imam Al Gazali ahwal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan
yang dianugrahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu waktu, baik
sebagai buah dari amal sholeh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian
semata.

v
Awal merupakan suatu kondisi atau keadaan jiwa yang bersih dan tenang
yang diberikan Allah SWT tanpa upaya yang seorang hamba yang
bersangkutan. Meskipun jika ditelusuri terus akan munculnya ahwal tersebut,
maka seolah-olah ada kaitannya dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh
seseorang pada fase-fase tertentu untuk membentuk dirinya.

2.2 Tingkatan atau Tahapan Ahwal


Konsep ahwal yang diperkenalkan sebagai bagian dari pemahaman
tasawwuf yaitu sebagai suatu perjalanan spiritual (suluk), dimana dalam
perjalanan tersebut hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam
konteks ini, ahwal adalah keadaan-keadaan ritual sesaat yang dialami oleh
pada pejalan di tengah-tengah perjalanan.
Pada umumnya pengertian pada ahwal ini merupakan suatu ksepakatan
dikalangan para sufi. Ahwal tentu saja adalah hasil ijtihad mereka (para sufi)
dan bukan merupakan suatu bagian dari kepastian-kepastian aturan dalam
agama Islam (qath’iyyat).
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai apa saja konsep-konsep
yang termasuk kedalam ahwal. Hal ini disebabkan karena pengalam para
ulama sendiri saat menjalani proses pensucian dirinya.
Berikut konsep-konsep yang terdapat pada Ahwal :
1) Al-muroqqobah
Al-muriqqobah artinya merasa selalu di awasi oleh Allah SWT.
Dimana seorang sufi yang mengalami keadaan ini ia akan selalu berhasrat
untuk berbuat kebaikan dan kejujuran. Hal ini disebabkan karena ia merasa
bahwa Allah selalu mengawasinya dalam semua tingkah laku serta
perbutannya, baik yang orang ketahui ataupun yang tidak orang ketahui
(dalam hati). Karena itulah seorang sufi benar-benar menjungnung tinggi
segala perbuatan yang bersifat baik dan penuh kejujuran.
Hal ini dimaksudkan supaya sufi benar-benar beramal hanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dan semata-mata hanya mencari

vi
Ridho-nya bukan untuk pamer (riya). Syekh Ahmad bin Muhammad Ibnu
Al-husain Al-jurairy mengatakan ‘’jalan kesuksesan dibangun di atas dua
bagian, yang pertama hendaklah engkau memaksa jiwa dengan
muroqqobah,kedua hendaknya ilmu yang kau miliki nampak pada perilaku
lahiriah atau keseharianmu”.
2) Al-khauf
Khauf berasal dari bahasa Arab yaitu ‫ف‬AA‫اف – يح‬AA‫– خ‬I‫وف‬AA‫ ح‬yang
berarti takut. Dimana diri seorang sufi akan mengalami rasa takut, yaitu
takut terhadap larangan-larangan Allah azza wajalla sehingga Ia akan
selalu beramal baik dalam segala tingkah lakunya.
Al-Qurairi mengemukakan bahwa khauf berhubungan dengan
sesuatu yang belum terjadi. Khauf atau sesuatu yang sangat tidak
diharapkan terjadi dan sesuatu yang diharapkan akan sirna. Pada
prinsipnya takut yang dimaksudkan itu adalah perasaan takut yang
ditimbulkan dari perbuatan yang dilakukan.
Khauf wajib dimiliki karena dua alasan :
1. Untuk mencegahmu dari berbagai bentuk kemaksiatan.karena nafsu
akan menyuruhmu berbuat buruk dan maksiat.
2. Rasa takut diperlukan untuk mencegah nafsu yang merusak amal
ibadahmu dengan cara merasa bangga terhadap ibadah yang dilakukan
selama ini.
Rasulallah SAW bersabda “ sekirannya aku dan Isa (AS) di hokum karena
apa yang diperbuat oleh kedua alasan tersebut (sebagaiman tersebut
diatas),maka tentulah kami disiksa dengan siksaan yang tidak pernah
ditimpakan kepada orang lain.
Khauf ada tiga macam :
1. Khauf thabi’I atau khauf yang bersifat naluriyyah. Misalnya ketakutan
seseorang terhadap sesuatu yang berbahaya seperti binatang buas, takut
akan ancaman wabah penyakit, takut mendekati api, taku tenggelam di
tengah lautan atau takut yang merupakan insting manusia. Seseorang
yang memiliki ketakutan ini tidak tercela.

vii
2. Khauf Ibadah atau khauf yang Hanya boleh di arahkan kepada Allah
SWT.
3. Khauf Sirr,atau perasaan takut tersembunyi.misalnnya takut kepada
penghuni kuburan.

Banyak ayat-ayat Al-Quran lain yang mengisyaratkan keutamaan


khauf ini, salah satunya yaitu Firman Allah dalam al-Qur'an (QS. Ali
Imran,3: 175):

Terjemahnya:
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti
(kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena
itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran,3: 175).
3) Syauq
Syauq adalah rindu. Rindu adalah kondisi suatu perasaan dimana
seseorang atau individu selalu ingin bertemu dengan yang dirindukan atau
yang dicintai. Seorang hamba yang dilanda kerinduan kepada Allah swt
selalu ingin terus berdekatan denganya.
Dalam diri seorang Sufi yang mengalami keadaan Rindu Ia akan
cenderung melakukan Ibadah terus menerus. Serta tak pernah luput
melupakan Allah SWT dalam kesehariaannya. Seperti yang kita tahu
dalam kehidupan kita sehari-hari apabila kita melihat kaum muda yang
sedang jatuh cinta mereka seakan-akan selalu menyebut nama kekasihnya
dan selalu ingin berada disampingnya bahkan tidak bisa jauh darinya
walaupun hanya sekejap.
Begitu pula yang diarasakan seorang sufi yang sedang menagalami
tingkah ahwal ini. Mereka ingin selalu menyebut nama Allah dan selalu

viii
merasakan kerinduaan yang begitu dalam didalam hatinya sehingga ingin
selalu berada di dekat-Nya dan tak dapat menjauh dari-Nya.
Pearasaan Syauq atau rindu ini muncul pada Maqom Hubb atau
cinta. Perasaan ini akan mereda ketika yang dicintai telah datang dan
menyambut cintanya.
4) Raja’ (pengharapan)
Raja’ dapat diartikan atau dikatakan kebalikan dari khauf, takut
sesuatu yang terjadi, maka raja’ justru berharap sesuatu agar terjadi. Jadi
penerapanya adalah, khauf diperlukan bagi orang yang telah melakukan
kesalahan, agar tidak mengulangi lagi, atau bahkan malah meningkatkan
kebaikan. Sedangkan raja’ diperlukan dalam rangka memupuk optimisme
agar apa yang diharapkan terlaksana dengan baik. Menurut para sufi Raja’
adalah berharap atau optimisme, yaitu perasaan senag hati menanti sesuatu
yang diinginkan dan disenangi.
Firman Allah swt., dalam QS.Al-Baqarah (2): 218

Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah
dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. al-Baqarah (2): 218)
Raja’ menuntut tiga perkara :
1. Cinta kepada apa yang diharapkannya
2. Takut bila harapannya hilang
3. Berusaha untuk mencapainya.
Seorang sufi memiliki atau menggunakan konsep Ahwal ini
dengan pengharapan-pengharapan apa yang telah dilakukannya,bahwa
ibadah yang telah dilakukannya akan mendapatkan pahala yang besar dan
akan menambah kedekataannya dengan sang khaliq yaitu Allah SWT.

ix
Harapan atau Raja’ diperlukan karena ada dua alasan :
1. Untuk mendorong hati agar taat kepada Allah SWT.
2. Agar lebih mudah bagimu bertahan menghadapi kesusahan dan
kesulitan.
5) Uns ( kekerabatan )
Uns adalah keadaan jiwa dan seluruh ekspresi rohani terpusat
penuh kepada suatu titik sentrum, yaitu Allah. Dalam pandangan sufi, sifat
uns adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi. Konsep
ahwal ini dialami seorang sufi setelah Ia mengalami Kerinduan dan
menemukan harapan untuk bertemu dengan yang Ia kasihi, sehingga Ia
akan merasakan bahwa Ia telah sangat dekat dengan yang Ia kasihi dan Ia
cintai.
Seorang sufi pada ahwal ini seakan-akan Ia benar-benar telah
sangat dekat dengan Allah. Layaknya seorang sahabat, sehingga Ia
mengadukan segala keluh Kesah kepada-Nya dan tak pernah merasa Galau
karena Allah selalu ada bersamanya.
Seseorang yang merasakan uns dibedakan menjadi tiga kondisi :
 Pertama, hamba yang suka merasakan suka cita berzikir menginggat
Allah dan merasakan gelisa disaat lalai.
 Kedua, seorang hamba yang senang dengan Allah dan gelisah terhadap
bisikan hati.
 Ketiga, yaitu kondisi yang tidak melihat lagi suka cita karena adanya
wibawa kedekatan kemuliaan dan mengagungkan disertai dengan
sukacita.
6) At-tuma’ninah
At-tuma’ninah adalah arasa tenang, tidak was-was atau khawatir.
seorang sufi yang telah mencapai konsep ahwal ini ia adalah orang yang
kuat ingatannya ,ilmunnya dan kuat imannya. Tuma’ninnah juga dapat di
artika sebagai istiqomah dimana seorang sufi selalu melaksanakan ibadah
secara mudawammah (terus- menerus),tanpa putus dan selalau konsisten
dengan apa yang ia kerjakan (amalkan).

x
Menurut Ibnu Qayyim, “Kebenaran adalah identik dengan
ketentraman, sedangkan kebohongan adalah identik dengan keraguan dan
kegelisahan.” Nabi juga bersabda, Kebenaran adalah sesuatu yang
menenangkan hati. Pada konsep ini seorang sufi yang telah menempati dan
mengalami hal ini Ia akan cenderung tenang Ia tak takut dengan segala
sesuatu yang selain Allah. Hal ini karena Ia benar-benar merasa telah dekat
dengan Allah SWT.
7) Al-musyahadah
Al-musyahadah menurut harfiah adalah menyaksikan dengan mata
kepala. Sufi yang mencapai konsep ahwal ini adalah seorang sufi yang
sudah merasakan kehadiran Allah yang seakan-akan ia melihat Allah
sehingga dalam setiap perilakunnya selalu di dasari karena Allah.seorang
sufi dapat dikatakan telah masuk kedalam tingkatan ma’rifat yang seakan-
akan ia telah melihat Allah sehingga timbul Rasa kasih sayang.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah (2): 115

Artinya :
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah (2): 115).
8) Al- Yaqin
Secara umum al-yaqin dapat dijelaskan sebagai keyakinan yang
kuat terhadap suatu kebenaran, berdasarkan kesaksian dari realitas seluruh
ospek yang ada.

Al-yaqin mengandung tiga macam unsur yaqin yaitu ‘ilm al-yaqin,


‘ain al-yaqin, dan haqq al-yaqin.

xi
 Ilmu al-yaqin (mengetahui dengan yakin), ilmu al-yaqin adalah
sesuatu yang dianggap ada setelah ada pembuktian. Seorang Sufi
menggunakan Akal sehatnnya dalam beribadah kepada Allah SWT.
 ‘Ain al- yaqin (keterlibatan sendiri disertai keyakinan), ‘Ain al-yaqin
adalah sesuatu yang ada setelah dapat dijelaskan
 Haqqu al-yaqin (kebenaran dengan yakin), haqqu al-yaqin adalah
sesuatu yang ada dengan sifat sifat yang sudah sesuai dengan
kenyataanya. Haq al-yaqqin ada pada orang-orang yang telah
mencapai makom ma’rifat.
Sehingga dapat disimpulkan yaqin adalah sebuah persaksiaan
seorang sufi atau kepercayaan seorang sufi yang tak dapat digoyahkan atau
di ganggu gugat tentang kebenaran persaksiaannnya yang diperoleh dari
pengetahuannya yang didukung oleh segenap jiwanya.

xii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tasawwuf merupakan salah satu konsep dalam Islam yang
menitik beratkan perhatiaanya pada penyucian rohaniah manusia yang
berdampak pada akhlak mulia. Untuk mencapai hal tersebut, dalam dunia
tasawwuf munculah konsep yang bernama Ahwal.
Ahwal adalah suatu keadaan jiwa yang dialami sufi dalam rangka
pendekatan diri kepada Allah. Seorang sufi mengalami keadaan ini dengan
berbagai tahapan. Tahapan yang terdiri
dari almuroqqobah,khauf,syauq,raja,uns,tumaninah, musyahadah dan Al-
yaqin.
 Al-muroqqobah yang berarti seorang sufi akan selalu merasa di awasi
oleh Allah SWt.
 Khauf seorang sufi mengalami rasa takut dimana Ia akan takut apabila
berbuat dosa,
 syauq yang terjadi didalam diri seorang sufi adalah Ia selalu merasakan
Kerinduaan kepada Allah SWT,
 Raj’a ia selalu berharap akan ridho Allah SWT dalam setiap tingkah dan
perbuatannya.
 Uns adalah hubungan kekerabatan antara seorang hamba (sufi) dengan
Sang Khaliq. Dimana seorang Sufi sudah merasa dekat sehingga tidak
mau melakukan dosa karena takut akan merusak hubungannya dengan
Allah SWT.
 Tumaninnah adalah sebuah tingkah dimana seorang sufi merasakan
ketentraman hati karena Ia telah istiqomah dekat dengan Allah SWT.
 Musyahadah adalah menyaksikan dengan mata kepala,seorang sufi
seakan-akan dapat melihat Allah sehingga timbulah rasa kasih sayang.

xiii
 Al-yaqin adalah kepercayaan seorang sufi kepada Allah yang tidak dapat
digoyahkan.

3.2 Saran dan Kritik


Untuk memahami ilmu tasawuf khususnya dalam Ahwal hendaknya tidak
hanya tertumpu pada satu literature saja.Oleh karena itu makalah ini semoga
menjadi pemacu bagi orang-orang yang belum memahami ilmu tasawuf.
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Kami tim penulis mohon
maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak berkenan di hati para pembaca.
Untuk itu kami mohon kritik dan saran demi perbaikan makalah-makalah
Kami berikutnya. Semoga bermanfaat, Terimakasih.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Fikri. 2016. “Konsep Ahwal Dalam Tasawuf”,


http://khfikri96.blogspot.com/2016/12/konsep-ahwal-dalam-tasawuf.html, diakses
pada 28 September 2021 pukul 16.00.
Hasbi, Muhammad. 2020. Akhlak Tasawuf Solusi Mencari Kebahagiaan dalam
Kehidupan Esoteris dan Eksoteris. Yogyakarta: Trust Media Publishing.
Muntohar. 2021. “Menghadapi Rasa Takut”, https://ump.ac.id/Hikmah-2258-
Menghadapi.Rasa.Takut.html, diakses pada 28 September 2021 pukul 15.47.
Putra, Antique. 2020. “Makna Luas dari Al Yaqin”,
https://www.sahijab.com/tips/3259-makna-luas-dari-al-yaqin?page=3, diakses
pada 28 September 2021 pukul 16.08.
Rokhmatika, Nailu. 2017. “ Konsep Ahwal Tasawuf”,
https://nailurokhmatika.wordpress.com/2017/05/14/konsep-ahwal-tasawuf/,
diakses pada 28 September 2021 pukul 15.53.
Sutanto, Raymond. 2020. ”Sufi”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sufi, diakses
pada 28 September 2021 pukul 15.43.
Wislah. 2021. “Musyaḥadah: Pengertian, Dalil dan Pencapaian”,
https://wislah.com/musyahadah-pengertian-pencapaian/, diakses pada 28
September 2021 pukul 16.05.
Zulfikli dan Jamaluddin. 2018. Akhlak Tasawuf Jalan Lurus Mensucikan Diri.
Depok: Kalimedia.

xv

Anda mungkin juga menyukai