0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan26 halaman

1456 3746 1 SM

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan komisaris independen), ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba perusahaan perbankan di Indonesia periode 2012-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komisaris

Diunggah oleh

ailakania7
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan26 halaman

1456 3746 1 SM

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan komisaris independen), ukuran perusahaan, dan leverage terhadap manajemen laba perusahaan perbankan di Indonesia periode 2012-2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komisaris

Diunggah oleh

ailakania7
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 26

Majalah Ilmiah Solusi

Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN


DAN LAVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA

Ninik Budianti 1
Ardiani Ika Sulistyawati 2

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang


[email protected] 2

Diterima: Februari 2019, Disetujui: Maret 2019. Dipublikasikan: April 2019

ABSTRACT

This study aimed to analyze and test empirically the effect of corporate governance (managerial
ownership, institutional ownership, audit committe and independence commissioner), corporat e size and
Laverage enterprises towards earning management. Discreationary accrual is the proxy of earning
management. The data used is secondary data.Population in the research contain 40 banking
enterprises,Based on purposive sampling method, data sample set collected 11 banking enterprises listing
on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2015. To meet the goal of the research hypotheses were tested
with multiple regression analysis. Analysis of data to test the structural equation is using SPSS 20. The
results showed that managerial ownership , institutional ownership and audit committe have no significant
effect on earnings management . independence commissioner, corporate size and laverage have significant
effect on earnings management.
Keywords : corporate governance, corporate size, laverage, earnings anagement.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh Corporate
Governance (Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit dan Komisaris
Independen), Ukuran Perusahaan dan Laverage Terhadap Manajemen Laba . Discreationary accrual
digunakan sebagai proksi manajemen laba. Data yang digunakanadalah data sekunder
.Populasipadapenelitianiniadalah 40 Perusahaan Perbankan, berdasarkan metode purposive sampling
sampel yang diperoleh sebanyak 11 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012-2015. Untuk memenuhi sasaran penelitian hipotesis diuji dengan analisis regresi berganda.
Analisis data untuk menguji persamaan struktural yaitu menggunakan program SPSS 20. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan laverage berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Corporate Governance Ukuran Perusahaan, Laverage, Manajemen Laba.

PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan
kinerja suatu perusahaan bagi pihak eksternal. Informasi tersebut menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dan bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu elemen
penting dalam laporan keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen
adalah laba. Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
49
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

prestasi manajemen. Selain itu informasi laba juga digunakan oleh investor atau pihak
lain yang berkepentingan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam
dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan indikator untuk
kenaikan kemakmuran (Ghozali dan Chariri, 2007:350) dalam Dian Agustia, 2013.

Gambar 1
Fenomena GAP
Pada Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2012-2015

Sumber : BEI, data diolah 2016

Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat disimpulkan research problem dalam penelitian


ini bahwa manajemen laba yang diukur dengan DA dan Size saat mengalami
peningkatan pada tahun 2013, yang berlawanan dengan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional , DKI mengalami kenaikan yang terus menerus. Dari perubahan
pergerakan nilai DA, KM, KI, DKI , Size dan Lev maka menarik untuk meneliti sejauh
mana GCG, Size dan Lev bisa mempengaruhi manajemen laba (DA).
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
manajemen laba dalam suatu perusahaan, penelitian ini menggunakan variabel GCG ,
Ukuran Perusahaan dan Laverage. Penelitian ini mengacu pada penelitian Frendy,dkk
(2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Frendy,dkk (2014) dalam hal
penambahan variabel laverage .

50
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2015. Perusahaan Perbankan
yang menyajikan laporan keuangan secara lengkap selama periode penelitian.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Frendy, dkk (2014) menyatakan bahwa
agency theory adalah sebuah kontrak antara manajer (disebut dengan agent) dengan
pemilik (disebut dengan principal). Agar hubungan kontrak dapat berjalan dengan lancar,
pemilik akan mendelegasi otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan
kontrak yang tepat dimaksudkan untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik
dalam hal konflik kepentingan ini lah yang merupakan inti dari agency theory.
Eisenhardt (1989) dalam Emerzon (2007) dalam Frendy, dkk (2014) mengemukakan
bahwa teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Asumsi – asumsi tersebut dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi
informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat
mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko
(risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dijelaskan bahwa masing – masing individu
semata- mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan
konflik kepentingan antara principal dan agent . Pihak pemilik (principal) termotivasi
mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Sedangkan manajer (agent) termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
ekonomi dan psikologinya antara lain dalam memperoleh investasi, pinjaman , maupun
kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam
perusahaan yang masing- masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki, Frendy, dkk (2014).

51
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis


Hubungan Kepemilikan manajerial dengan manajemen laba
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi
manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba
yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan
manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan sistem pengelolaan
perusahaan dalam dua kriteria : (1) Perusahaan di pimpin oleh manajer dan pemilik
(owner-manager) dan (2) perusahaan yang dipimpin oleh manajer dan bukan pemilik
(non owner-manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi manajemen laba, sebab
kepemilikan manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola
(Boediono, 2005). Berdasarkan uraian singkat di atas , maka dapat ditarik hipotesis :
H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Hubungan kepemilikan institusional dengan manajemen laba


Tarjo (2008) melakukan penelitian pengaruh konsentrasi kepemilikan institusional
terhadap manajemen laba, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hasil
penelitian Guna dan Herawaty (2010) dan Pradipta (2011) berbeda, yaitu kepemilikan
manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba, Frendy, dkk (2014).
Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh yang negatif terhadap terhadap
praktik manajemen laba , semakin kecil persentase kepemilikan institusional maka
semakin besar pula kecendurangan pihak manajer dalam mengambil kebijakan akuntansi
tertentu untuk memanipulasi pelaporan laba (Widyastuti, 2009). Hasil tersebut berbeda
dengan hasil penelitian oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Yang.et al (2009),
Oktovianti dan Agustina (2012), yang menghasilkan kesimpulan bahwa variabel
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena investor
institusional sebagai pemilik sementara perusahaan lebih terfokus pada current earnings,
Dian Agustia (2013). Berdasarkan uraian singkat diatas maka dapat ditarik hipotesis :
H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

Hubungan komite audit dengan manajemen laba

52
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Komite audit terbentuk mempunyai tanggung jawab sebagai pengawas laporan


keuangan hasil audit eksternal dan memonitoring SPI yamg diharapkan dapat mencegah
atau meminimalkan sifat opportunistic pihak manajemen yang melakukan praktik
manajemen laba (Budi.S, 2009). Hal ini didukung oleh Guna dan Herawaty (2010) yang
menyatakan dengan adanya komite audit efektif mencegah atau meminimalkan praktik
manajemen laba karena dalam hal ini keberadaan komite audit mengawasi jalannya
kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, Prabaningrat dan Widanaputra,
(2015). Berdasarkan uraian singkat diatas maka dapat ditarik hipotesis :
H3 : Keberadaan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Hubungan komisaris independen dengan manajemen laba


Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba pernah
diteliti oleh Murhadi (2009), serta Oktovianti dan Agustia (2012). Hasil penelitian ketiga
peneliti tersebut menunjukkan bahwa proporsi atau ukuran dewan komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan
oleh Kouki, et al. (2011) yang menggunakan sample dari setiap sektor industri
menghasilkan simpulan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap praktik manajemen laba, Frendy, dkk (2014).Berdasarkan uraian singkat diatas,
maka dapat ditarik hipotesis:
H4 :Keberadaan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Chotrou, dkk (2001) dalam purwanti (2012) menemukan bahwa ukuran perusahaan
di Amerika Serikat berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang lebih
besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan
perusahaan kecil. Sedangkan penelitian di Indonesia oleh Siregar dan Utama (2005)
menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma
natural nilai pasar ekuitas perusahaan pada akhir tahun berpengaruh signifikan negatif
terhadap besaran pengelolaan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin
kecil besaran pengelolaan labanya, dalam Januar dan Farid, (2014). Dari uraian singkat
diatas, dapat ditarik hipotesis :
H5 :Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

53
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Hubungan Rasio Laverage dengan manajemen laba


Laverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Perusahaan dengan tingkat laverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas
yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan
resiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Shanti dan Yudhanti (2007) dalam
Purwanti (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial laverage tinggi
akibat besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan, diduga
melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat
memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Penelitian Chin et al. (2009)
juga menemukan bahwa terdapat pengaruh positif laverage terhadap manajemen laba.
Penelitian lain yang dilakukan Dichev dan Skinner (2002), Jaggi dan Lee (2002) dan
Othman dan Zhegal (2006) juga menemukan hubungan positif antara hutang dan
manajemen laba. Januar dan Farid, (2014). Dari uraian singkat diatas dapat ditarik
hipotesis :
H 6 : Rasio laverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI periode
2012-2015, teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling adalah metode
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dimana anggota sampel akan dipilih
sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat mewakili sifat-sifat
populasi, yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2015.
2. Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan keuangan secara berturut –
turut selama periode penelitian.
3. Perusahaan perbankan yang menyajikan data keuangan secara lengkap.

Metode Analisis Data


Penelitian ini menggunakan empat tahapan dalam menganalisis data, yaitu : (1)
Analisis Kuantitatif, (2) Uji statistik Deskriptif, (3) Uji Asumsi Klasik, (4) Uji Hipotesis.
Penelitian ini menggunakan program SPSS 20.00 untuk pengolahan data. Seberapa besar

54
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan


persamaan garis analisis regresi linear berganda, sebagai berikut :
DA = α + β1KM + β2KI + β3KA + β4KoI +β5U+β6LEV+ ε
Keterangan :
DA = Discreationary Accrual
α = Konstanta
β1β2β3β4β5β6 = Koefisien regresi KM, KI, KA, KoI, U dan LEV
U = Ukuran Perusahaan
KM = Kepemilikan Manajerial
KI = Kepemilikan Institusional
KA = Komite Audit
KoI = Komisaris Independen
LEV = Rasio Leverage
ε = Koefisien error

Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas ( Independen Variabel )
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), dalam penelitian ini variabel
independennya adalah : Corporate governance (Kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komite audit dan komisaris independen), ukuran perusahaan dan leverage.
b. Variabel Terikat ( Dependen Variabel )
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat ,
karena adanya variabel bebas, dalam hal ini variabel dependennya adalah Manajemen
Laba.

Definisi Operasional
1. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah derajat atau korelasi laba akuntansi suatu perusahaan
(entitas) dengan laba ekonominya. Untuk mengukur manajemen laba dilakukan dengan
menggunakan proksi discreationary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model
karena berdasar Dechow et al. (1995). Model ini lebih baik dibanding model Jones

55
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

standar dalam megukur kasus manipulasi pendapatan, Putu Tiya dan I Gusti Ayu, (2016).
Model perhitungannya adalah :
TACit = NI it – CFO it......................................................................(1)
Kemudian menghitung nilai total accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan
regresi berikut :
TAC it / TA it-1 = αi (1/TA it-1) + β1i (“REV it / TA it-1) + β2i (PPE it/ TA it – 1) +
ε......................................................................................(2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas maka dapat dihitung nilai
nondiscreationary accrual (NDTA) dengan rumus :
NDTAC it = αi(1/TA it – 1) +β1i((“REV it –“REC it)/ TA it – 1) + β2i (PPE it/ TA
it-1) + ε............................................................................(3)

Discreatinary accrual (DTA) merupakan residual yang diperoleh dari estimasi total
accrual yang dihitung sebagai berikut :
DTAC = ( TAC it/TA it-1) – NDTAC it..............................................(4)

Keterangan :
DTAC it = Discreationary accrual perusahaan i pada periode t
NDTAC it = Non Discreationary accrual perusahaan i pada periode t
NI it= Net Income perusahaan i pada periode t
TAC it = Total accrual perusahaan i pada periode t
CFO it = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t
TA it = Total aktiva perusahaan i pada periode t
∆REV it = Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t
PPE it = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆REC it = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
2. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak demi kepentingan perusahaan
(Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006). Dewan komisaris adalah

56
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

sebuah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada direktur Perseroan Terbatas (PT). Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah
dewan komisaris yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan fundi
monitoring dari implementasi kebijakan direksi, Frendy, dkk (2014). Pengukuran dewan
komisaris dengan cara menjumlah semua anggota dewan komisaris independen yang
berasal dari luar perusahaan dibagi dengan total dewan komisaris pada perusahaan
sampel, yaitu dihitung dengan rumus, Frendy, dkk (2014) :
KoI = Jumlah komisaris Independen Х 100%
Total Dewan komisaris

3. Komite Audit
Keberadaan komite audit sekurang – kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang
diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi dua komite,
sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang
memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.

4. Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen
yang ada pada sebuah perusahaan yang bertugas untuk menentukan kebijakan yang akan
diambil atau strategi perusahaan tersebut dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang. Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus, Frendy, dkk, (2014) :
KM = Jumlah saham yang dimiliki manajemen Х 100%
Jumlah saham yang beredar

5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh instansi atau
lembaga (perusahaan asuransi, Bank, Perusahaan Investasi) dalam hal ini institusi
pemegang saham publik yang diukur dengan persentase jumlah institusi pemegang
saham sebagai investor. Kepemilikan institusional dihitung dengan rumus, Frendy, dkk
(2014) :
KI = Jumlah saham yang dimiliki institusi Х 100%
Jumlah saham yang beredar

57
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (size) adalah variabel yang diproksikan dengan total aset
perusahaan . Total aset dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan karena tujuan penelitian
mengukur ukuran ekonomi perusahaan, Putu Tiya dan I Gusti Ayu, (2016) dengan rumus
:
Size = Ln (Asset)
Keterangan :
Size = Ukuran perusahaan
Ln = Logaritma natural
Asset = Total aset perusahaan

7. Leverage
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva
perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang
dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi
investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar
leverage maka kemungkinan manajer untuk melakukan manajemen laba akan semakin
besar (Ma’ruf, 2006 dalam Welvin, 2010), dalam Januar dan Farid, (2014). Rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut :
LEV = Total Hutang
Total aset
Keterangan :
Leverage = Rasio utang terhadap aktiva
Utang = Total utang pada tahun t
Aktiva = Total aktiva pada tahun t

58
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Deskripsi Objek Penelitian

Tabel 1
Penentuan Jumlah Sampel
Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan Perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 40
2012 – 2015
Perusahaan yang tidak terlisting dari penelitian karena :
1. Perusahaan tidak berturut-turut melakukan pelaporan keuangan selama ( 15 )
periode penelitian
( 14 )
2. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya secara tidak lengkap

Total Sampel Penelitian 11


Jumlah tahun observasi untuk masing-masing tahun penelitian dari 4
2012-2015
Total analisis data 44
Sumber: Data Sekunder, diolah 2016

Tabel 2
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 BACA Bank Capital Indonesia Tbk.
2 BBCA Bank Central Asia Tbk.
3 BBKP Bank Bukopin Tbk.
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
5 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk.
6 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
7 BSIM Bank Sinarmas Tbk.
8 BSWD Bank of India Indonesia Tbk.
9 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
10 BVIC Bank Victoria International Tbk.
11 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2016

Analisis Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran data. Dalam penelitian ini
data yang akan kita ketahui gambarannya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komite audit, dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage
serta manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012 hingga 2015. Dari data mentah yang telah diinput dapat
dilihat nilai maximum, minimum, mean dan standar deviasi dari masing-masing
variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dewan

59
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage terhadap manajemen laba. Hasil


analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KM 44 ,000012 ,678221 ,06652239 ,145674247

KI 44 ,110318 ,977509 ,62613277 ,244561702


KA 44 3 6 3,91 1,053
PDKI 44 ,333333 ,750000 ,60132589 ,096071083
31,4325512
SIZE 44 28,563477 34,018528 1,608664180
0
LEV 44 ,555705 ,929421 ,85436225 ,060222219

DA 44 -,229857 ,134976 -,00899905 ,059868324


Valid N
44
(listwise)

Sumber : Data sekunder yang diolah , 2016

Pengujian Uji Asumsi Klasik


Tabel 4
Hasil Uji Normalitas data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Mean 0E-7
Normal Parameters a,b
Std. Deviation ,05082615
Absolute ,092
Most Extreme Differences Positive ,086
Negative -,092
Kolmogorov-Smirnov Z ,609
Asymp. Sig. (2-tailed) ,852
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah 2016

Berdasarkan hasil uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada


tabel 4 di atas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov residual sebesar 0,609 dan
signifikasi 0,852. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara

60
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

normal, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Uji
normalitas selanjutnya menggunakan parameter grafik p-p plot. Hasil uji normalitas
berdasarkan grafik tersebut seperti pada gambar berikut;
Gambar 2
Uji Normalitas P-P

Gambar di atas menjelaskan bahwa data terdistribusi secara normal, karena


persebaran data mengikuti atau berhimpit dengan garis diagonal sebagai parameter
normalitas. Sehingga baik secara statistik maupun berdasarkan grafik PP Plot data
terdistribusi secara normal. Dengan demikian syarat unutk dilakukan uji regresi dapat
terpenuhi.

Hasil Uji Multikolinieritas


Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
berganda ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Gejala
multikolonieritas dapat diketahui dengan melihat nilai Variance inflation Faktor (VIF).
Hasil Uji Multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.
Tabel: 5
Uji Multikolinieritas dengan VIF dan Tolerance
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -,300 ,255 -1,177 ,247

1KM -,013 ,072 -,032 -,180 ,858 ,634 1,578


KI -,005 ,044 -,019 -,109 ,914 ,612 1,634
KA ,006 ,009 ,111 ,716 ,479 ,810 1,234

61
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

PDKI ,260 ,103 ,417 2,534 ,016 ,719 1,391


SIZE ,013 ,006 ,353 2,080 ,045 ,676 1,480
LEV -,350 ,141 -,352 -2,478 ,018 ,963 1,039

a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah 2016

Hasil pengujian pada tabel 5 menunjukkan bahwa variabel independen mempunyai


nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak terjadi multikolonieritas diantara variabel independen dan model regresi ini
layak dipakai untuk penelitian.
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel: 6
Uji AutoKorelasi dengan Durbin Watson
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson


Estimate

1 ,528a ,279 ,162 ,054792429 1,745

a. Predictors: (Constant), LEV, KI, SIZE, KA, PDKI, KM

b. Dependent Variable: DA

Sumber : Data sekunder yang diolah 2016

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Jika


nilai DW berada diantara dl dan 4 – dl maka menunjukkan tidak adanya masalah
autokotrelasi dalam model regresi. Sedangkan penelitian ini memperoleh nilai DW
sebesar 1,745. Nilai DW tersebut berada antara dl dengan du, yang artinya tidak ada
hipotesis untuk hasil demikian. Selanjutnya dalam uji autokorelasi ini secara
statistik dilakukan uji non-parametriks runs.

Autokorelasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Autokorelasi

Negative Kesimpulan Autokorelasi Kesimpulan Positif

dl du 4– du 4 – dl
dw
2,2198 2,3416
1,2269 1,745 1,7802
1,8378 2,1622 2,7731
1,6584
62
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Pada hasil uji non-parametriks runs mendapatkan hasil berikut;

Tabel 7
Uji AutoKorelasi dengan Runs
Runs Test
Unstandardized Residual

Test Valuea -,00099


Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 22


Total Cases 44
Number of Runs 24
Z ,153
Asymp. Sig. (2-tailed) ,879

a. Median

Hasil uji non-parametrik Runs di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang
diperoleh sebesar 0,879, lebih besar dari 0,05. Yang artinya model persamaan ini layak
digunakan sebagai model uji regresi berganda.

Hasil Uji Heteroskedastisitas


Hasil pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8
Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Spearman

Variabel Independen Nilai Signifikansi


Kep. Manajerial 0,357
Kep. Institusional 0,595
Komite Audit 0,435
Proposi Dewan Komisaris Independen 0,276
Ukuran Perusahaan 0,377
Leverage 0,453
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki nilai
signifikansi di atas 0,05. Yang artinya dalam pengujian heteroskedastisitas ini
semua variabel bebas yang diuji layak dalam uji analisis regresi berganda . Dapat
dikatakan bahwa variabel-variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
komite audit, dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage memenuhi
syarat dalam pengujian regresi yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba.
63
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Analisis Regresi Berganda


Penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel
independen terhadap manajemen laba. Dari analisis menggunakan SPSS versi 20.00.
Dari hasil olah data didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 9
Analisis Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -,300 ,255 -1,177 ,247
KM -,013 ,072 -,032 -,180 ,858 ,634 1,578
KI -,005 ,044 -,019 -,109 ,914 ,612 1,634
1KA ,006 ,009 ,111 ,716 ,479 ,810 1,234
PDKI ,260 ,103 ,417 2,534 ,016 ,719 1,391
SIZE ,013 ,006 ,353 2,080 ,045 ,676 1,480
LEV -,350 ,141 -,352 -2,478 ,018 ,963 1,039

a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah 2016

Dari tabel 9 dapat dibuat persamaan matematis sebagai berikut.

Dα = -0,300 – 0,013βX1 - 0,005βX2 + 0,006βX3 + 0,260βX4 +


0,013βX5 - 0,350βX6 + e

Hasil Uji Hipotesis


Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Koefisien determinasi dari penelitian
ini ditujukkan pada tabel berikut:
Tabel 10
Uji Determinasi R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Durbin-Watson
Estimate
1 ,528a ,279 ,162 ,054792429 1,745
a. Predictors: (Constant), LEV, KI, SIZE, KA, PDKI, KM
b. Dependent Variable: DA

64
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Tabel diatas memperlihatkan bahwa nilai adjusted R2 yang diperoleh adalah


0,162, atau sama dengan 16,2 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit,
dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage memberi kontribusi
pengaruh sebesar 16,2 persen terhadap tingkat variabel dependen yaitu manajemenlaba.
Sedangkan sisanya 83,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak disebutkan
dalam penelitian ini.
Kecilnya nilai koefisien determinasi karena secara statistik tidak semua variabel
berpengaruh terhadap manajemen laba. Bahkan dari ketiga variabel yang berpengaruh
terdapat satu variabel yang berpengaruh secara negatif, sehingga secara simultan tidak
semua variabel berhubungan searah dengan perubahan manajemen laba.

Hasil Uji Simultan (F)


Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2011).
Tabel 11
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression ,043 6 ,007 2,389 ,047b
1 Residual ,111 37 ,003
Total ,154 43
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), LEV, KI, SIZE, KA, PDKI, KM

Tabel uji F di atas menunjukkan hasil uji statistik dengan signifikansi sebesar
0,047. Dengan ketentuan bahwa nilai signifikansi kurangdari 0,05 artinya bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Dengan kata lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite
audit, dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage secara bersama-sama
mempengaruhi manajemen laba.

65
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Hasil Uji Hipotesis secara Parsial ( t-Test )


Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara linier antara
variabel bebas dan variabel terikat. Hasil pengujian parsial tersebut dapat dillihat pada
tabel 12 berikut:
Tabel 12
Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -,300 ,255 -1,177 ,247


KM -,013 ,072 -,032 -,180 ,858 ,634 1,578
KI -,005 ,044 -,019 -,109 ,914 ,612 1,634
1 KA ,006 ,009 ,111 ,716 ,479 ,810 1,234
PDKI ,260 ,103 ,417 2,534 ,016 ,719 1,391
SIZE ,013 ,006 ,353 2,080 ,045 ,676 1,480
LEV -,350 ,141 -,352 -2,478 ,018 ,963 1,039
a. Dependent Variable: DA
Sumber : Data sekunder yang diolah 2016

Tabel 12 menunjukkan nilai t hitung untuk masing-masing variabel :


1. Hipotesis pertama menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan
signifikasi kepemilikan manajerial yaitu sebesar 0,858 > 0.05 sehingga dapat
dibuktikan bahwa H1 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Hipotesis kedua menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
manajemen laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan signifikasi
kepemilikan institusional yaitu sebesar 0,914 > 0.05 sehingga dapat dibuktikan
bahwa H2 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
manajemen laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan signifikasi
komite audit yaitu sebesar 0,479 > 0.05 sehingga dapat dibuktikan bahwa H3
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
4. Hipotesis keempat menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan
66
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

signifikasi dewan komisaris independen yaitu sebesar 0,016 < 0.05 sehingga dapat
dibuktikan bahwa H4 diterima dan dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. Hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan signifikasi
ukuran perusahaan yaitu sebesar 0,045 < 0.05 sehingga dapat dibuktikan bahwa H5
diterima dan dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaaan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
6. Hipotesis keenam menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen
laba. Berdasarkan hasil uji statistik thitung menunjukan signifikasi leverage yaitu
sebesar 0,018 < 0.05 sehingga dapat dibuktikan bahwa H6 diterima dan dapat
disimpulkan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.

Pembahasan
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,858 (>
0,05). Dengan hasil tersebut, maka hipotesis pertama dinyatakan ditolak. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustia (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pada perusahaan Bank Capital Indonesia Tbk misalnya, pada tahun 2013
kepemilikan manajerial mengalami nilai peningkatan dari 0,22 menjadi 0,28, namun
nilai manajemen laba mengalami penurunan dari 0,009 menjadi -0,015. Selanjutnya
pada tahun 2014 kepemilikan manajerial tidak mengalami perubahan, sedangkan nilai
manajemen laba kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi -0,09.
Dan pada tahun 2015 kepemilikan manajerial mengalami penurunan menjadi 0,08 dari
tahun sebelumnya, sedangkan manajemen laba mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya menjadi -0,08. Data tersebut menunjukkan bahwa perubahan kepemilikan
manajerial tidak selalu berhubungan dengan manajemen laba.

67
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba


Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,914 (>
0,05). Dengan hasil tersebut, maka hipotesis kedua dinyatakan ditolak. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustia (2013) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpenagruh terhadap manajemen laba.
Pada perusahaan Bank CIMB Niaga Tbk pada tahun 2013 nilai kepemilikan
institusional tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 0,97,
sedangkan nilai manajemen laba pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya menjadi 0,0008. Pada tahun 2014 kepemilikan institusional mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 0,56, hal ini berlaku sebaliknya pada nilai
manajemen laba yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 0,017. Dan
pada tahun 2015 kepemilikan institusional tidak mengalami perubahan dari tahun
sebelumnya, sedangkan nilai manajemen laba mengalami penuruan dari tahun
sebelumnya menajdi -0,026. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa perubahan
kepemilikan institusional tidak selalu diikuti oleh perubahan manajemen laba.

Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba


Hasil analisis menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,479 (> 0,05). Dengan
hasil tersebut, maka hipotesis ketiga dinyatakan ditolak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dian Agustia (2013) yang menyatakan bahwa komite
audit tidak berpenagruh terhadap manajemen laba.
Pada perusahaan Bank Victoria International Tbk selama periode penelitian dari
tahun 2012 – 2015 tidak mengalami perubahan nilai komite audit, namun hal ini
berbeda dengan perubahan pada nilai manajemen laba. Pada tahun 2013 manajemen
laba Bank Victoria International Tbk mengalami peningkatan menjadi 0,048,
selanjutnya pada tahun 2014 manajemen laba mengalami penurunan menjadi -0,045.
Dan pada tahun 2015 manajemen laba mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
menjadi -0,02. Dengan demikian hal ini menjadi bukti bahwa perubahan manajemen
laba tidak selalu berdasar dari perubahan komite audit sebuah perusahaan.

68
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba


Hasil analisis menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,016 (<
0,05). Dengan hasil tersebut, maka hipotesis keempat dinyatakan diterima. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Frendy, dkk (2014) yang menyatakan
bahwa dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar proporsi dewan komisaris
independen tidak terlalu menunjukkan perubahan selama periode penelitian. Namun
ada perubahan yang menunjukkan adanya hubungan dengan perubahan manajemen
laba. Pada tahun 2014 Bank of India Indonesia Tbk mengalami penurunan laba dari
tahun sebelumnya hingga -0,23, hal ini juga terjadi pada penurunan proporsi dewan
komisaris independen pada tahun 2014 dari tahun sebelumnya menjadi 0,33. Pada tahun
2014 Bank CIMB Niaga Tbk mengalami kenaikan laba menjadi 0,0175, perubahan
dengan arah kenaikan juga terjadi pada proporis dewan komisaris independen menjadi
0,67.
Dewan komisaris independen juga mempunyai peranan dalam menerapkan
strategi perusahaan guna mendapatkan keuntungan yang meningkat dari periode
sebelumnya. Peningkatan proporsi dewan komisaris independen memberikan
kesempatan untuk mendapatkan beberapa alternatif pelaksanaan strategi kebijakan
perusahaan. Dengan beragamnya alternatif strategi yang disaranakan dewan komisaris
independen menjadi mempermudah peningkatan laba perusahaan. Sehingga peran
dewan komisaris independen ini akan berfungsi dengan baik jika mampu meningkatkan
laba perusahaan.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba


Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,045 (< 0,05). Dengan
hasil tersebut, maka hipotesis kelima dinyatakan diterima. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2012) yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Arah perubahan manajemen laba sesuai dengan arah perubahan ukuran perusahaan.
Hal in seperti yang dialami oleh Bank Victoria International Tbk, pada tahun 2013

69
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

ukuran perusahaan mengalami peningkatan menjadi 30,58, pada tahun yang sama
manajemen laba juga mengalami peningkatan menjadi 0,048. Tahun 2014 ukuran
perusahaan mengalami penurunan menjadi 29,91, perubahan ini juga terjadi pada
penurunan nilai manajemen laba menjadi -0,45. Dan pada tahun 2015 ukuran
perusahaan mengalami kenaikan menjadi 29,94, hal ini juga terjadi pada nilai
manajemen laba yang mengalami kenaikan pula menjadi -0,02.

Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba


Hasil analisis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Dibuktikan dengan nilai signifikansi 0,018 (< 0,05). Dengan hasil
tersebut, maka hipotesis keenam dinyatakan diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Oktavianti dan Agustia (2012) yang menyatakan bahwa leverage
perusahaan berpengaruh terhadap praktek manajemen laba.
Pada hasil analisis regresi menunjukkan bahwa leverage berpengaruh secara negatif
terhadap manajemen laba. Dengan asumsi bahwa jika perubahan leverage meningkat
maka nilai manajemen laba cenderung akan mengalami penurunan dan atau sebaliknya.
Hal ini terjadi pada perusahaan Bank CIMB Niaga Tbk. Pada tahun 2013 leverage
mengalami penurunan menjadi 0,881, namun nilai manajemen laba mengalami
peningkatan menjadi 0,0008. Tahun selanjutnya yakni 2014, leverage masih mengalami
penurunan menjadi 0,85, sedangkan nilai manajemen laba kembali mengalami
peningkatan menjadi 0,0175. Sedangkan pada tahun 2015, leverage mengalami
peningkatan menjadi 0,86, hal ini berlaku sebaliknya pada perubahan nilai manajemen
laba yang mengalami penurunan menjadi -0,026.
Dalam teori keagenan, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian
hutang yang berbasis akuntansi , lebih memungkinkan manajer perusahaan untuk
memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa
yang akan datang ke periode masa saat ini (Watts and Zimmerman,1986), dalam Dian
Agustia, (2013). Laverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat laverage yang tinggi berarti memiliki
liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini
mengakibatkan resiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Shanti dan Yudhanti
(2007) dalam Purwanti (2012) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial

70
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

laverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aktiva yang dimiliki perusahaan,
diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak
dapat memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan analisis data melalui pembuktian terhadap hipotesis
dari permasalahan yang diangkat mengenai faktor yang mempengaruhi manajemen laba
pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012
hingga 2015, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit
tidak berpengaruh terhadap Manajemen laba.
2. Variabel dewan komisaris independen, ukuran perusahaan dan laverage
berpengaruh terhadap manajemen laba.

Saran
Bagi investor dan calon investor di Bursa Efek Indonesia disarankan untuk lebih
mengkaji lagi faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Karena campur
tangan manjemen yang tinggi, cenderung akan melakukan manajemen laba dalam
proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Bagi
manajemen perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham, maka
manajemen perusahaan harus mampu mengoptimalkan kinerja keuangan maupun
kinerja manajemen perusahaan pada tiap tahunnya, sehingga persepsi investor terhadap
prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang dapat terjaga dengan baik.

Keterbatasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Adjusted R square dalam persamaan
regresi pertama sebesar 0,162 yang berarti besar variansi manajemen laba pada
persahaan perbankan yang terdaftar d BEI yang dapat diterangkan oleh variabel
kepemiikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), komite audit (KA), dewan
komisaris independen (DKI), ukuran perusahaan (size), dan leverage adalah sebesar

71
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

16,2 persen sedangkan sisanya 83,8 persen dipengaruhi varibel lain di luar model
penelitian.

Agenda Penelitian Yang Akan Datang


Dengan adanya keterbatasan hasil penelitian maka penelitian selanjutnya perlu
dilakukan perbaikan agar hasilnya menjadi lebih baik maka penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat menguji faktor – faktor lain yang berhubungan dengan manajemen
laba, serta memperpanjang periode penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian, 2013 “PengaruhFaktorgood corporate governance, fre cash
flowdanleverage terhadapmanajemenlaba.” JurnalAkuntansi da Keuangan, Vol. 15,
No. 1, 27-42, ISSN 1411-0288 print / ISSN 2338-8137 online

Boediono, G. SB. 2005. KualitasLaba: Study PengaruhCorporate


GovernancedanDampakManajemenLabadenganMenggunakanAnalisisJalur.
SimposiumNasional Indonesia VIII

Ghozali, Imam, 2011. AplikasiAnalisisMultivariate dengan Program IBM SPSS20,


BadanPenerbitUniversitasDiponegoro

Gumanti, T.A, 2000. Earnings Managements: SuatutelaahPustaka.


JurnalAkuntansidanKeuangan Vol.2, No. 2

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/ perusahaantercatat /laporankeuangandan


tahunan.aspx

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/ publikasi /statistik.aspx

http://www.standford.edu (Tabel Durbin Watson)

KomiteNasionalKebijakanCorporate Governance, 2006. Pedomanumumgood corporate


governance Indonesia

Mahawyahati, PutuTiyadanBudiasih, I GustiNyoman, 2016 “Asimetriinformasi,


leverage, danukuranperusahaandanmanajemenlaba.”
JurnalIlmiahAkuntansidanBisnis, Vol. 11, No. 2

Pambudi, JanuarEkydanSumantri, FaridAddy, 2014 “Kualitas audit,


ukuranperusahaandan leveragemanajemenlaba.” SNA 17 Mataram, Lombok,
UniversitasMataram

72
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

Prabaningrat, I G A AdanWidanaputra, A. A. GP, 2015 “Pengaruhcorporate governance


dankonservatismeakuntansipadamanajemenlaba.”
E-JurnalAkuntansiUniversitasUndayana10.3 : 663-667, ISSN : 2302-8556

Putri, I Gusti Made AsriDwija, 2012 “Pengaruh kebijakan dividen dan good corporate
governance terhadapmanajemenlaba.” Buletin Studi Ekonomi, Volume 7, No. 2,
ISSN 1410-4628

Ridlo, Mukhlisur dan Kurnia, 2016 “Pengaruh kualitas dan corporate governance
terhadap manajemen laba.” Jurnal Ilmu dan Rise tAkuntansi : Volume 5, Nomer 2,
ISSN : 2460-0585

Sirait, Christine Priskayani H dan Yasa, GerintaWirawan, 2015 “Pengaruh corporate


governance terhadapa manajemen laba oleh CEO baru.” E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana10.3 : 778-796, ISSN : 2302-8556

Siallagan, Hamongan dan Mas’ud, 2006 “Mekanisme corporate governance, kualitas


laba dan nilai perusahaan.” SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

Sugiono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D, ALFABETA

Sutikno, Frendy dan Wahidahwati, 2014 “Pengaruh corporate governance dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba di industry perbankan Indonesia.”Jurnal Ilmu
Akuntansi, Vol. 3 No. 10

73
Majalah Ilmiah Solusi
Vol. 17, No. 2 April 2019 ISSN : 1412-5331

" Halaman ini sengaja di kosongkan "

74

Anda mungkin juga menyukai