Konsep Manusia Berkualitas Menurut Al-Quran Dan Upaya Pendidikan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Konsep Manusia Berkualitas Menurut

Al-Quran dan Upaya Pendidikan

NAMA : KIKI
NIM : 20232033
PENDAHULUAN
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Oleh karena itu, maka masalahnya tidak pernah
selesai dalam artian tuntas. Manusia merupakan makhluk yang paling menakjukkan, makhluk yang unik
multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung.

Pada surat al-Mu'minun ayat 115 Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : "Apakah kamu mengira
bahwa kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" Dari ayat
ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu:
1. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
2. Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi, dan;
3. Manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua
perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi
daripada fungsi manusia itu sendiri.

Untuk mengaktualisasikan potensi di atas, dibutuhkan kemampuan dan kualitas manusia yaitu kualitas
iman, kualitas ilmu pengetahuan, dan kualitas amal salih untuk mampu mengulah dan mengfungsikan
potensi yang diberikan Allah kepada manusia tersebut. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
tentang manusia berkualitas manurut Al-Qur’an dan upaya pendidikan.
PEMBAHASAN
1. Konsep Manusia dalam Al-Quran
Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang sering digunakan untuk menunjukkan arti kata manus
ia, yaitu Al-basyar, Al-insan dan Al-nas.

a. Kata al-basyar dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat.
Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat
tumbuhnya rambut.enamaan ini menunjukkan makna bahwa kulit manusia lebih jelas, dibanding
bulu atau rambut binatang. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan
makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum,
keamanan, seks, kebahagiaan dan sebagainya.
b. Kata al-insan berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 73 kali dan tersebar
dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak atau
pelupa. Penggunaan kata al-insan mengandung dua makna, pertama bahwa manusia berasal
dari proses biologis, kedua manusia berasal dari proses psikologis (pendekatan spriritual, proses
ditiupkannya ruh). Dari pemaknaan manusia dari kata al-insan, terlihat sesungguhnya manusia
merupakan makhluk Allah yang memiliki sifat manusiawi yang bernilai positif dan negatif. Agar
mampu memfungsikan tugas dan kedudukannya di muka numi dengan baik, maka manusia
harus senantiasa mengarahkan seluruh aktivitasnya sesuai dengan nilai-nilai Islam.
c. Kata al-nas, dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surat. Kata
al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan tanpa
melihat status keimanan dan kekafirannya (QS. Al Baqarah (2): 24), (QS. Yunus (10): 11).

Dari penjabaran tentang konsep manusia diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa pada
dasarnya manusia telah diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, bila ia mampu
menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya dengan baik, dengan kata lain mengaktualisasikan
potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka
manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini.
Namun bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka derajat manusia itu akan jatuh sampai tingkatan
yang lebih hina dari hewan sekalipun.
2. Tanggung Jawab Manusia menurut Al-Quran

Berbicara tentang tanggung jawab manusia menurut alQur’an, memperhatikan surat al-Mukminun
ayat 115 ditemukan bahwa manusia adalah makhluk fungsional dan bertanggungjawab atau dengan
kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-siaan. Tanggung jawab manusia tersebut
meliputi;

a. Tanggung jawab terhadap Allah Sang Pencipta,


b. Tanggung jawab terhadap diri pribadi,
c. Tanggung jawab terhadap masyarakat, dan;
d. Tanggung jawab terhadap alam.
Tanggung Jawab Manusia terhadap Allah
Tanggung jawab manusia terhadap Allah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat az-Zariyat ayat 56,
sebagai berikut:
”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
Perintah untuk beribadah ini dipertegas lagi dalam surat al-Baqarah ayat 21, sebagai berikut :
”Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Tanggung Jawab Manusia terhadap Diri Pribadi


Tanggung jawab manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
secara menyeluruh, agar keutuhan pribadi tetap terjaga. Jasmani yang memerlukan makan-minum,
pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang
merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan
dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa yang
juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan keindahan, kebenaran,
keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya dengan berbagai kesenian yang sehat,
hidup dengan pedoman yang benar, berlaku adil dan sebagainya.
Tanggung Jawab Manusia terhadap Masyarakat
Tanggung jawab manusia terhadap masyarakat ditegakkan atas dasar bahwa umat manusia
merupakan keluarga besar, berasal dari satu keturunan yakni Adam dan Hawa. Selanjutnya Allah
menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling interaksi dan mengenal,
serta tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan bertakwa. Antara sesama manusia tidak
terdapat perbedaan dalam hal tinggi dan rendah martabat kemanusiaannya. Ditegaskan dalam Al
-Qur’an surat al-Maidah ayat 2: ”Dan tolong menolongmenolong kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Tanggung Jawab Manusia terhadap Alam


Dalam memenuhi tanggung jawab manusia terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar
keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan,
agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas. Apabila
berlebihan, tamak dan rakus dalam memanfaatkan potensi alam akan berakibat kerusakan pada
manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah memperingatkan manusia bahwa, “Kerusakan di
darat dan laut terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada
mereka sebagai (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar”
(QS. Rum : 41).
3. Manusia Berkualitas menurut Al-Quran

Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat yang berbicara tentang manusia, Istilah yang digunakan
al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam
sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman (alHujarat (49) : 14, dll) dan
beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah: 11, Fathir : 28, dll),
alim (al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah
(QS.al-Baqarah (2) : 30,dll) dan masih banyak lagi. Istilah-istilah tersebut saling berkaitan dan
saling menerangkan. Jadi, apabila mengambil salah satu istilah dari istilah-istilah yang digunakan
al-Qur'an, maka deskripsinya akan saling melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya.

Karakteristik yang dikemukakan Al-Qur'an menjadi tolak ukur kualitas manusia, karena
karakteristik tersebut diturunkan dari konfigurasi nilai-nilai yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir
bersama dengan kelahiran manusia ke dunia, dan menjadi sifat penentu dalam pembentukan
kepribadian manusia, yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan, kualitas amal saleh, dan kualitas
sosial.
Kualitas Iman
Kualitas iman ditunjukan oleh prilaku ketaatan dan kesalehan yang bisa diamati melalui kapasitas
ilmu, akhlak dan amal seorang, iman bersifat subjektif, individual dan batiniah, itu sebabnya iman
bisa bertambah karena ibadah dan bisa berkurang karena maksiat. Hakikat iman itu diyakini
dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan, iman yang membentuk
keyakinan yang kokoh sebenarnya diperoleh secara bertahap, dengan ‘ainul yakin, dan haqqul
yakin (iman yang sejati). Iman amat penting dalam pendidikan islam mengingan banyaknya
ungkapan dan ajakan Al-Qur’an dan hadits agar manusia senantiasa beriman kepada Allah.

Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi potensi awal manusia, karena ketika manusia diciptakan, "Allah
mengajarkan kepada Adam segala nama benda" (QS.al-Baqarah (2):31). Untuk itu, manusia sejak
lahir telah memiliki potensi intelektual, kemudian potensi intelektual ini dikembangkan. Kualitas
intelektual merupakan perangkat yang sangat diperlukan untuk mengolah alam ini. Rasulullah
bersabda "barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian dunia, dengan ilmu dan barang
siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan ilmu dan barang siapa yang ingin
memperoleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu".
Kualitas Amal Shaleh
Al-Qur'an surat at-Tiin ayat 5-6, menyampaikan bahwa "manusia akan dikembalikan kekondisi
yang paling rendah, kecuali manusia yang beriman dan mengerjakan amal saleh".
Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi manusia, dan itu pula yang akan dilihat dalam
cermin hidupnya, Oleh karena itu, amal perbuatan yang bermakna bagi kehidupan manusia, baru
dapat terwujud apabila sebelumnya ada iman dan ilmu pengetahuan. Karena dengan beriman
memberikan kelapangan terhadap penderitaan, memberikan kelapangan dalam beramal. Dengan
demikian Iman dapat membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah penderitaan
menjadi kebahagiaan, memberikan semangat kerja.

Kualitas Sosial
Dalam Al-Qur'an, manusia diciptakan dalam berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal
mengenal, saling tolong-menolong. Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silahturrahmi
antara sesamanya sesuai dengan fitrahnya. Karena dengan jaringan silaturrahmi akan memberikan
kebaikan yaitu manusia dapat membangun ukhuawah antar semamanya, dengan silahturrahim antar
semasamanya tercipta atau terbuka peluang-peluang yang lain, apakah berupa pengalaman,
pengetahuan, amal, dan memperkuat ikatan persaudaraan yang dibangun atas dasar iman untuk
menuju muara taqwa. Maka, manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan jaringan sosial,
untuk membangun persaudaraan yang abadi.
4. Upaya Pendidikan Islam
Pijakan yang dijadikan dasar upaya pendidikan Islam ini adalah kerangka konseptual dari pendidikan
Islam itu sendiri. Kerangka konseptual yang dimaksud adalah konsep penciptaan manusia sebagaimana
terdapat dalam Qur’an, Islam memandang Al-Qur’an berfungsi sebagai kitab yang didalamnya tidak ada
kandungan yang meragukan. Dalam al-Qur’an, manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki
potensi (fitrah) bawaan (QS. Ar Rum (30):30) yang tidak terbatas, dapat diberdayakan, dapat dididik dan
mendidik (melakukan proses mengajar) sehingga manusia menjadi makhluk terdidik dan unggul dalam
kehidupnya.

Proses pendidikan harus berupaya mengembangkan manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
spritual, dan berpikir rasional, sehingga tumbuh perilaku manusia yang mencintai demokrasi,
perdamaian, hidup selaras, stabil, berbudi dan berbudaya sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial
yang hidup bersama manusia lain dengan tujuan memakmurkan, mengontrol dan mengatur alam
semesta berdasarkan otoritas Tuhan. Artinya proses pendidikan Islam akan menghasilkan manusia yang
beramal ilahiyah dan berilmu ilahiyah sebagai manusia yang unggul (insan kamil). Dengan dasar ini,
pengembangan konsep dasar pendidikan Islam harus bersumber dari konsep ilahiyah (ketuhanan),
konsep insaniyah (humanisme) dan konsep lingkungan yang integratif dan seimbang.

Jadi, sebuah lembaga pendidikan tidak saja menjadikan peserta didik pintar secara intelektual, tapi juga
berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Menjadi tolak ukur kita sebagai pengajar di lembaga
pendidikan Islam, sudah optimalkah usaha yang kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas diri
sebagai muslim.
Kesimpulan
Manusia berkualitas adalah manusia yang memiliki ciri sebagai hamba Allah yang beriman, berilmu penget
ahuan dan keterampilan, yang dapat memberikan manfaat bagi sesama manusia. Dari pembahasan
tentang manusia berkualitas menurut al-Qur'an, dan beberapa pendapat tentang manusia berkualitas.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Bahwa Allah menjadikan manusia tidak sia-sia. Manusia merupakan makhluk fungsional dan
bertanggungjawab, artinya manusia berfungsi terhadap diri pribadinya, berfungsi terhadap masyarakat,
berfungsi terhadap alam dan lingkungan, dan manusia berfungsi terhadap Allah Sang Penciptanya.

 Manusia berkualitas menurut al-Qur'an adalah manusia yang memiliki Iman kepada Allah, memiliki
amal saleh, memiliki ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial yang baik antara sesama
manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa, dan agama.

 Upaya pendidikan Islam seharusnya menyediakan dan menciptakan jalan bagi pertumbuhan manusia
dalam segala aspeknya dan memperbaiki kualitas SDA dan SDM, untuk mencapai tujuan pendidikan
islam itu sendiri.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai