Modul TBO
Modul TBO
Oleh :
1
PERTEMUAN I
Teori Bahasa dan Otomata
Buku
Teori Bahasa dan Otomata, Firrar Utdirartatmo
An Introduction to Formal Language and Automata, Peter Linz
Otomata
Arti menurut American Heritage Dictionary:
1. a robot
2. one that behaves in an automatic or mechanical fashion
Arti dalam dunia matematika
Berkaitan dengan teori mesin abstrak, yaitu mesin sekuensial yang menerima input, dan
mengeluarkan output, dalam bentuk diskrit.
Contoh :
♦ Mesin Jaja / vending machine
♦ Kunci kombinasi
♦ Parser/compiler
Teori Otomata dan bahasa formal, berkaitan dalam hal :
♦ Pembangkitan kalimat/generation : menghasilkan semua kalimat dalam bahasa L
berdasarkan aturan yang dimilikinya
♦ Pengenalan kalimat / recognition : menentukan suatu string (kalimat) termasuk
sebagai salah satu anggota himpunan L.
Bahasa Formal
Suatu kalimat dibentuk dengan menerapkan serangkaian aturan produksi pada sebuah
simbol ‘akar’. Proses penerapan aturan produksi dapat digambarkan sebagai suatu
diagram pohon.
Teori dasar
Def. 1 sebuah string dengan panjang n yang dibentuk dari himpunan A adalah barisan
dari n simbol
a1a2...an ai ∈ A
Panjang string x dituliskan dengan |x|
Def 2. String kosong (null string), dilambangkan dengan ε adalah untaian dengan panjang
0 dan tidak berisi apapun. Panjang string x dituliskan dengan |x|
Def 3. dua buah string a = a1a2...am dan b=b1b2...bn dapat disambungkan menjadi string c
dengan panjang m+n sebagai berikut c = a1a2...amb1b2...bn
Operasi penyambungan tersebut dapat pula diterapkan pada himpunan
Z=XY = {st | s ∈X ∧ t∈Y}
Def 4. (Closure) . An adalah himpunan string dengan panjang n yang dibentuk dari
simbol-simbol di himpunan simbol/alfabet A:
Transitif Closure/Kleen Closure adalah himpunan seluruh string yang dapat dibentuk dari
A dengan berbagai panjang
A* = A0 ∪ A1 ∪ A2 ∪ A3 ∪ ...
2
Jika string kosong dikeluarkan , akan diperoleh positive closure
A+ = A1 ∪ A2 ∪ A3 ∪ ...
Tata Bahasa
Aturan yang disebutkan pada proses pengenalan dan pembangkitan kalimat.
Secara formal, tata bahasa terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Himpunan berhingga, tidak kosong dari simbol-simbol non terminal T1
2. Himpunan berhingga, dari simbol-simbol non-terminal N
3. Simbol awal S ∈ N, yang merupakan salah satu anggota dari himpunan simbol non-
terminal.
4. Himpunan berhingga aturan produksi P yang setiap elemennya dituliskan dalam
bentuk :
α→β
dimana α dan β adalah string yang dibentuk dari himpunan T ∪ N dan α harus berisi
paling sedikit satu simbol non-terminal.
Keempat komponen tersebut sering dituliskan sbb :
G = (T,N,S,P)
Bahasa yang dihasilkan oleh G ditulis sebagai L(G), yaitu himpunan string yang dapat
diturunkan dari simbol awal S dengan menerapkan aturan-aturan produksi yang terdapat
pada P.
Aturan Produksi
Aturan produksi α→β yang diterapkan pada suatu string w=aαc mengganti kemunculan.
α menjadi β, sehingga string tersebut berubah menjadi w=aβc, sehingga dapat dituliskan
aαc ⇒ aβc (aαc memproduksi aβc).
Produksi tersebut dapat diterapkan berkali-kali
w1 ⇒ w2 ⇒ w3 ⇒ ... ⇒ wn
atau dapat dituliskan
w1 ⇒* wn
jika minimal harus ada 1 aturan produksi yang diterapkan :
w1 ⇒+ wn
Contoh 1
Tatabahasa G = {{S} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S → aSb
S→ε
maka dapat dihasilkan suatu string
S ⇒ aSb ⇒ aaSbb ⇒aabb
sehingga dapat dituliskan
S ⇒* aabb
Bahasa yang dihasilkan dari tatabahasa tersebut adalah
L(G) = { ε , ab, aabb , aaabbb , aaaabbbb, ... }
atau dapat pula dituliskan
L(G) = {anbn | n ≥ 0 }
Contoh 2
3
Tatabahasa G = {{S,A} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S → Ab
A → aAb
A→ε
maka dapat dihasilkan suatu string
S ⇒ Ab ⇒b
S ⇒ Ab ⇒ aAbb ⇒ abb
S ⇒ Ab ⇒ aAbb ⇒ aaAbbb ⇒ aaAbbb
Hirarki Bahasa
Kelas Mesin pengenal
Regular language Finite State Automata
Context free language Push Down Automata
Context sensitive language Linear Bounded Automata
Unrestricted language Turing Machine
Pelajari sendiri
Teori Himpunan
Relasi dan fungsi
Teori Pembuktian
Graph dan Tree
PR /Latihan di buku Firrar, bab I
4
PERTEMUAN II
Finite State Automata (FSA)
0 1 0 1 1 0 1
FA
0 0
Genap 1 Ganjil
5
δ = fungsi transisi δ : Q × Σ
S = state awal / initial state , S ∈ Q
F = state akhir, F ⊆ Q
Contoh diatas,
Q = {Genap, Ganjil}
Σ = {0,1}
S = Genap
F = {Ganjil }
δ 0 1
Genap Genap Ganjil
Ganjil Ganjil Genap
atau
δ(Genap,0) = Genap
δ(Genap,1) = Ganjil
δ(Ganjil,0) = Ganjil
δ(Ganjil,1) = Genap
Jenis FSA
Deterministic Finite Automata (DFA) : dari suatu state ada tepat satu state berikutnya
untuk setiap simbol masukan yang diterima
Non-deterministic Finite Automata (NFA) : dari suatu state ada 0, 1 atau lebih state
berikutnya untuk setiap simbol masukan yang diterima
Deterministic Finite Automata
♦ Contoh : pengujian parity ganjil.
♦ Contoh lain : Pengujian untuk menerima bit string dengan banyaknya 0 genap,
serta banyaknya 1 genap.
♦ 0011 : diterima.
♦ 10010 : ditolak, karena banyaknya 0 ganjil
♦ Diagram transisi-nya :
1
start q0 1 q1
0 0 0 0
q2 1 q3
6
♦ DFA nya
Q = {q0 , q1 , q2 , q3 }
Σ = {0,1}
S = q0
F = { q0 }
fungsi transisi
δ 0 1
q0 q2 q1
q1 q3 q0
q2 q0 q3
q3 q1 q2
δ( q0,011)= δ( q2,11) =δ( q3,1)= q2 Ditolak
δ( q0,1010)= δ( q1,010) =δ( q3,10)=δ( q2,0)= q0 Diterima
♦ Contoh lain DFA : Variabel dalam bahasa pascal diawali oleh huruf (besar/kecil),
dan diikuti dengan huruf atau angka.
A..Z,a..z,0..9
start q0 A..Z,a..z q0
0..9 A..Z,a..z,0..9
q0
0 1 0,1
q0 1 q1 0 q2
7
PERTEMUAN III
Nondeterministic Finite Automata
♦ Perbedaan dengan NFA: fungsi transisi dapat memiliki 0 atau lebih fungsi transisi
♦ G = ({q0 , q1 , q2 , q3, q4 }, {0,1}, δ , q0 , { q2 , q4}}
δ 0 1
q0 { q0,q3} {q0,q1}
q1 ε {q2}
q2 {q2} {q2}
q3 {q4} ε
q4 {q4} {q4}
0,1
q3 0 q4
0,1
0
q0
0,1
1
q1 1 q2
♦ String diterima NFA bila terdapat suatu urutan transisi berdasar input, dari state
awal ke state akhir.
♦ harus mencoba semua kemungkinan.
♦ Contoh : string 01001
q0 0 q0 1 q0 0 q0 0 q0 1 q0
0 1 0 0 1
q3 q1 q3 q3 q1
q4 1 q4
Def 2. Dua buah FSA disebut ekuivalen apabila kedua FSA tersebut menerima bahasa
yang sama
Contoh : FSA yang menerima bahasa {an | n≥0 }
8
a a
q4 a q4 q4
Def 3. Dua buah state dari FSA disebut indistinguishable (tidak dapat dibedakan)
apabila :
δ(q,w)∈F sedangkan δ(p,w)∉F dan
δ(q,w) ∉F sedangkan δ(p,w) ∈F untuk semua w ∈ Σ*
Def 4. Dua buah state dari FSA disebut distinguishable (dapat dibedakan) bila terdapat
w ∈ Σ* sedemikian hingga:
δ(q,w)∈F sedangkan δ(p,w)∉F dan
δ(q,w) ∉F sedangkan δ(p,w) ∈F untuk semua w ∈ Σ*
Prosedur menentukan pasangan status indistinguishable
1. Hapus semua state yang tak dapat dicapai dari state awal.
2. Catat semua pasangan state (p,q) yang distinguishable, yaitu {(p,q) | p ∈ F ∧ q ∉ F}
3. Untuk setiap pasangan (p,q) sisanya,
untuk setiap a∈ Σ, tentukan δ(p,a) dan δ(q,a)
Contoh
q1
0 1 0,1
0 0
q0 q2 1 q4
0
1 1
q3
9
5 5!
C = = 10
Catatan : jumlah pasangan seluruhnya : 2 2 ! 3!
Prosedur Reduksi DFA
1. Tentukan pasangan status indistinguishable.
2. Gabungkan setiap group indistinguishable state ke dalam satu state dengan relasi
pembentukan group secara berantai : Jika p dan q indistingishable dan jika q dan r
indistinguishable maka p dan r indistinguishable, dan p,q serta r indistinguishable
semua berada dalam satu group.
3. sesuaikan transisi dari dan ke state-state gabungan.
Contoh
1. pasangan status indistinguishable (q1,q2), (q1,q3) dan (q2,q3).
2. q1,q2,q3 ketiganya dapat digabung dalam satu state q123
3. Menyesuaikan transisi, sehingga DFA menjadi
0,1
0
q0 0,1 q123 1 q4
10
PERTEMUAN IV
Ekuivalensi NFA-DFA
1
0
q0 0,1 q1
1
1. State yang akan dibentuk : {}, {q0} {q1},{q0,q1}
2. Telusuri state
δ 0 1
{} {} {}
{q0} {q0,q1} {q1}
{q1} {} {q0,q1}
{q0,q1} {q0,q1} {q0,q1}
3. State awal : {q0}
4. State akhir yang mengandung q1, yaitu {q1},{q0,q1}
11
{q1}
0 1 0,1
{q0} 1 {}
1
{q0,q1}
p,r
q0 p q1 r q2
p
1. State yang akan dibentuk : {}, {q0} {q1},{q2}, {q0,q1}, {q0,q2}, {q1,q2}, {q0,q1,q2}
2. Telusuri state:
δ p r
{} {} {}
{q0} {q1,q2} {}
{q1} {} {q2}
{q2} {q1} {q1}
{q0,q1} {q1,q2} {q2}
{q0,q2} {q1,q2} {q1}
{q1,q2} {q1} {q1,q2}
{q0,q1,q2 } {q1,q2} {q1,q2}
3. State awal : {q0}
4. State akhir yang mengandung q1, yaitu {q1},{q1,q2}
5. Reduksi {q0,q1}{q0,q2}{q0,q1,q2 } sehingga FSA menjadi
12
r
r r p,r
p
{} {q2}
p,r
q0 ε q1 ε q2
b b ε
q3 b q4
Def 1. ε-move adalah suatu transisi antara 2 status tanpa adanya input. Contoh gambar :
transisi antara status q1 ke q3
Def 2. ε-closure adalah himpunan state yang dapat dicapai dari suatu state tanpa adanya
input. Contoh gambar :
ε-closure(q0) = [q0,q1,q3]
ε-closure(q1) = [q1,q3]
ε-closure(q3) = [q3]
Ekuivalensi NFA dengan ε-move ke NFA tanpa ε-move
1. Buat tabel transisi NFA dengan ε-move
2. Tentukan ε-closure setiap state
3. Carilah fungsi transisi /tabel transisi yang baru, rumus :
δ’(state,input)=ε-closure(δ(ε-closure(state,input))
4. Tentukan state akhir ditambah dengan state yang ε-closure nya menuju state akhir,
rumusnya
13
F’ = F ∪ {q | (ε-closure(q) ∩ F ≠ ∅}
Contoh
q0 ε q1 a q2
b
q3
Tabel transisi-nya
δ 0 1
q0 ∅ ∅
q1 q2 q3
q2 ∅ ∅
q3 ∅ ∅
ε-closure dari FSA tersebut
ε-closure(q0) = [q0,q1]
ε-closure(q1) = [q1]
ε-closure(q2) = [q2]
ε-closure(q3) = [q3]
Cari tabel transisi yang baru (δ’) :
δ’ a b
q0 ε-cl(δ(ε-cl(q0),a)) ε-cl(δ(ε-cl(q0),b))
ε-cl(δ({q0,q1},a)) ε-cl(δ({q0,q1},b))
ε-cl(q2) ε-cl(q3)
{q2} {q3}
q1 ε-cl(δ(ε-cl(q1),a)) ε-cl(δ(ε-cl(q1),b))
ε-cl(δ({q1},a)) ε-cl(δ({q1},b))
ε-cl(q2) ε-cl(q3)
{q2} {q3}
q2 ε-cl(δ(ε-cl(q2),a)) ε-cl(δ(ε-cl(q2),b))
ε-cl(δ({q3},a)) ε-cl(δ({q2},b))
ε-cl(∅) ε-cl(∅)
∅ ∅
q3 ε-cl(δ(ε-cl(q3),a)) ε-cl(δ(ε-cl(q3),b))
ε-cl(δ({q3},a)) ε-cl(δ({q3},b))
ε-cl(∅) ε-cl(∅)
∅ ∅
14
Hasilnya menjadi
a
q2
a
q0 q1
b q3
Penggabungan FSA
Bila diketahui L1 adalah bahasa yang diterima oleh M1 dan L2 adalah bahasa yang
diterima oleh M2 maka
1. FSA M3 yang dapat menerima L1+L2 dibuat dengan cara
♦ Tambahkan state awal untuk M3, hubungkan dengan state awal M1 dan state
awal M2 menggunakan transisi ε
♦ Tambahkan state akhir untuk M3, hubungkan dengan state-state akhir M1
dan state-state akhir M2 menggunakan transisi ε
2. FSA M4 yang dapat menerima L1L2 dibuat dengan cara
♦ State awal M1 menjadi state awal M4
♦ State-state akhir M2 menjadi state-state akhir M4
♦ Hubungkan state-state akhir M1 dengan state awal M2 menggunakan transisi
ε
Contoh FSA M1 dan M2
qA0 1 qA1
qB0 1 qB1
0
FSA M3
15
0
qA0 1 qA1
ε ε
qS 1 qF
ε ε
qB0 1 qB1
FSA M4
0 1
16
PERTEMUAN V
Ekspressi reguler
Bahasa Reguler
Apabila r adalah RE, maka L(r) adalah bahasa reguler yang dibentuk
menggunakan ekspressi reguler r.
Contoh
Tentukan bahasa reguler yang dibentuk oleh r=(aa)*
Jawab
L(r) = L( (aa)* )
= { λ, aa, aaaa, aaaaaa, ... }
= { a2n | n ≥ 0 }
menyatakan himpunan string a dengan jumlah genap
17
Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada Σ = {0,1}, yaitu
L(r) = { w ∈ Σ* | w memiliki substring ‘00’ }
Jawab
r = (0+1)*00(0+1)*
Latihan :
1. Carilah seluruh string pada L((a+b)*b(a+ab)*) dengan panjang string kurang dari 4.
18
jika w = a1 a2 ... an
maka h(w) = h(a1) h(a2 ) ... h(an)
Jika L adalah bahasa pada Σ maka homomorphic
image bahasa L adalah
h(L)= { h(w) | w∈L}
Contoh
Dimisalkan Σ = {a,b} dan Γ = {a,b,c} dan didefinisikan h(a) = ab dan h(b) =bbc
homomorphic image bahasa L = {aa,aba } adalah
h(L)= { abab, abbbcab}
Dimisalkan Σ = {a,b} dan Γ = {b,c,d} dan didefinisikan h(a) = dbcc dan h(b)
=bdc
homomorphic image bahasa L(r) yang dibentuk dari ekspresi reguler
r = (a+b*)(aa)*
adalah h(L(r)) yang dibentuk dengan ekspresi reguler
r = (dbcc + (bdc)*) (dbccdbcc)*
Hubungan RE dan NFA
♦ Setiap RE ada satu NFA dengan ε-move yang ekuivalen
Konversi ekspresi reguler ke FSA
Ekspresi FSA
ε q0=qf
∅ q0 qf
a q0 a qf
r+t
sR R fR
ε ε
q0 qf
ε ε
sT T fT
19
rt
q0 qf
ε ε
sR R fR ε sT T fT
r* ε
q0 ε sR R fR ε qf
PR
Buku firrar bab V nomor 4 dan 8
20
PERTEMUAN VI
DFA dan Tatabahasa Reguler
Contoh 1
Tatabahasa G = {{S} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah S → abS |a
adalah tatabahasa linier kanan /reguler
q0 ε q1 a q2
b
q3
Tatabahasa linier untuk FSA tersebut yaitu G = ({a,b}, {S,S1,S2,S3},S, P ) dengan aturan
produksi P adalah :
21
S → S1
S1 → aS2
S2 → bS3
S3 → ε
V0 a V1 b Vf
b a
22
contoh ekspresi reguler ‘bilangan real positif’
(0+1+...+9)(0+1+...+9)*.(0+1+...+9) (0+1+...+9)*
contoh ekspresi reguler ‘bilangan bulat’
(‘+’ + ’-‘ + λ) (0+1+...+9)(0+1+...+9)*
♦ Editor text
Pumping lemma
Apabila suatu bahasa merupakan bahasa reguler maka akan dapat diterima oleh mesin
DFA M=(Q,Σ,δ,q0,F), dengan sejumlah state n.
Apabila string w dengan |w| ≥ n diinputkan dalam DFA, maka pasti ada simpul k dalam
DFA yang dikunjungi lebih dari satu kali.
Apabila string diantara simpul k yang sama tersebut ‘dipompa’, maka sisanya pasti masih
diterima oleh DFA tersebut.
Contoh
Bahasa yang menerima ekspresi reguler 0(10)*11
q0 0 q1 1 q3 1 q4
0 1
q2
Secara formal
Misal L adalah sebuah bahasa reguler infinite, maka terdapat sebuah konstanta n
dengan sifat bahwa jika w adalah sebuah string dalam L yang panjangnya lebih besar atau
sama dengan n maka kita bisa menulis w=uvx sedemikian sehingga uvix ∈ L untuk
semua i ≥ 0. dengan |v|≥1 dan |uv|≤n .
Notasi matematisnya
z ∈ L ∧ z ≥ n ⇒
( ∀L)( ∃n)( ∀z )
( ∃ u , v ,(w ) z = uvw ∧ uv ≤ n ∧ v ≥ 1 ∧ ( ∀ i ) ( uv i
w ∈ L ))
23
Penjelasan
♦ Mengidentifikasi sifat yang harus dimiliki oleh suatu bahasa reguler.
♦ Cara untuk menentukan apakah sebuah bahasa tidak reguler
♦ Untuk memperlihatkan bahwa suatu bahasa infinite tidak reguler, maka kita
tunjukkan bahwa untuk nilai n yang cukup besar, sekurang-kurangnya satu
untai yang panjangnya n atau lebih besar gagal untuk dapat ‘dipompa’.
Contoh :
L= {ai^2 | i≥1}
{a1, a4,a9, a16, ...}
{a , aaaa , aaaaaaaaa , aaaaaaaaaaaaaaaa, ... }
Suatu string dalam L harus mempunyai panjang yang berupa nilai kuadrat (1,4,9,16, ...,
n2, ...)
24
PERTEMUAN VII
FSA dengan Output
Mesin Moore
M = (Q,Σ,δ,S,∆,λ)
Q : himpunan state
Σ : himpunan simbol input
δ : fungsi transisi
S : state awal S ∈Q
∆ : himpunan output
λ : fungsi output untuk setiap state
Contoh mesin moore untuk memperoleh modulus 3 pada suatu bilangan biner:
M = (Q,Σ,δ,S,∆,λ)
Q : q0,q1,q2
Σ : [0,1]
S : q0
∆ : [0,1,2]
λ(q0) =0
λ(q1) =1
λ(q2) =2
Prinsip:
jika i diikuti dengan 0, maka hasilnya 2i
1012 =5 10102 = 2*5 =10
jika i diikuti dengan 1, maka hasilnya 2i+1
1012=5 10112 = 2*5+1 =11
jika i/3 mempunyai sisa p, maka untuk input berikutnya bernilai 0 maka
2i/3 mempunyai sisa 2p mod 3
untuk p=0 maka 2p mod 3 = 0
untuk p=1 maka 2p mod 3 = 2
untuk p=2 maka 2p mod 3 = 1
jika i/3 mempunyai sisa p, maka untuk input berikutnya bernilai 1 maka
(2i+1)/3 mempunyai sisa (2p+1) mod 3
untuk p=0 maka (2p+1) mod 3 = 1
untuk p=1 maka (2p+1) mod 3 = 0
untuk p=2 maka (2p+1) mod 3 = 2
25
0 1
q0/0 1 q1/1 0 q2/2
1 0
Contoh :
input 5 (1012) , state terakhir q2/2 , 5 mod 3 = 2
input 10 (10102) , state terakhir q1/1 , 10 mod 3 = 1
Mesin Mealy
M = (Q,Σ,δ,S,∆,λ)
Q : himpunan state
Σ : himpunan simbol input
δ : fungsi transisi
S : state awal S ∈Q
∆ : himpunan output
λ : fungsi output untuk setiap transisi
26
0/Y
q1
0/T
q0 1/T 0/T
1/T
q2
1/Y
0
0 1
0 1
27
0/0 1/2
q0 1/1 q1 0/2 q2
1/0 0/1
Contoh kasus
♦ Tentukan FSA dari rangkaian sirkuit berikut ini. Asumsi bahwa terdapat waktu
yang cukup untuk perambatan sinyal menuju kondisi yang stabil.
y1
F
input x
y2
28
A B
X1 X2
X3
C D
Latihan :
buku Firrar bab 7
PR.
Buatlah mesin Mealy dan Moore untuk proses membaca input (0+1)* :
♦ Jika input berakhir dengan 101, outputnya A
♦ Jika input berakhir dengan 110, outputnya A
♦ Jika yang lainnya , 8outputnya C
29
PERTEMUAN VIII
Tata Bahasa Bebas Konteks
Motivasi awal :
deskripsi bahasa alami
<kalimat> → <subjek> <predikat>
<subjek> → <kata benda>
<predikat> → <kata kerja>
<kata benda> → kucing
<kata kerja> → berlari
<kata kerja> → menyapu
Contoh kalimat yang dapat dihasilkan
kucing berlari
kucing menyapu (sintaks yes, semantik no)
Contoh
S →aSb | ε
Kalimat-kalimat yang dibangkitkan dari aturan produksi itu adalah ε,ab,aabb,aaabbb,... ,
anbn
Contoh
A →0A0
A →1A1
A→a
Kalimat-kalimat yang dibangkitkan dari aturan produksi itu adalah a,01a10, 1001a1001 ,
110a011 βaβR
Contoh
S → aSb | SS |ε
Bahasa yang dihasilkan oleh tatabahasa dengan aturan produksi di atas adalah :
L = {w ∈ (a + b)* |na(w) =nb(w) }
Contoh 1
G=({A,B,S}, {a,b},S,P} dengan aturan produksi P :
S → AB
A→ aaA | λ
30
B→Bb | λ
Menspesifikasikan bahasa
L(G) = {a2nbm | n≥0 , m≥0}
Leftmost derivation untuk menghasilkan string aab
S ⇒ AB ⇒ aaAB ⇒ aaB ⇒ aaBb ⇒ aab
Righmost derivation untuk menghasilkan string aab
S ⇒ AB ⇒ ABb ⇒ aaABb ⇒aaAb ⇒aab
Contoh 2
G=({A,B,S}, {a,b},S,P} dengan aturan produksi P :
S → aAB
A→ bBb
B→ A | λ
Leftmost derivation untuk menghasilkan string abbbb
S ⇒ aAB ⇒ abBbB ⇒ abAbB ⇒ abbBbbB
⇒ abbbbB ⇒ abbbb
Righmost derivation untuk menghasilkan string aab
S ⇒ aAB ⇒ aA ⇒ abBb ⇒ abAb ⇒ abbBbb ⇒ abbbb
Pohon urai
Untuk menampilkan penguraian, dapat dilakukan dengan membentuk pohon urai
(sayangnya, urutan penguraian tidak terlihat) .
Contoh pohon urai pada contoh sebelumnya :
a A B
b B b A
λ b B b
λ
Parsing dan Keanggotaan
Untuk menentukan apakah string w berada di L(G), dengan cara secara sistematis
membangun semua kemungkinan penurunan, dan mencocokkan hasilnya apakah ada
yang sama dengan string w. (disebut exhaustive search parsing)
contoh menentukan apakah string ab berada pada bahasa yang dibentuk oleh grammar
dengan aturan produksi
31
S → SS | aSb | bSa | λ
Untuk penguraian pertama
1. S ⇒ SS
2. S ⇒ aSb
3. S ⇒ bSa
4. S ⇒ λ
Penguraian nomor 3 dan 4 tidak perlu dilanjutkan. Penguraian 1 membentuk
Penguraian 2 membentuk
1a. S ⇒ SS ⇒ SSS 2a. S ⇒ aSb ⇒ aSSb
1b. S ⇒ SS ⇒ aSbS 2b. S ⇒ aSb ⇒ aaSbb
1c. S ⇒ SS ⇒ bSaS 2c. S ⇒ aSb ⇒ abSab
1d. S ⇒ SS ⇒ S 2d. S ⇒ aSb ⇒ ab
S S S
a S b λ a S b
a S b a S b
λ λ
32
z ∈ L ∧ z ≥ n ⇒
( ∀L)( ∃n)( ∀z ) z = uvwxy ∧ vwx ≤ n ∧ vx ≥ 1 ⇒
(∃u, v , w, x , y ) ( ) i i
∀i (uv wx y ∈ L)
33
B → Sb
G(L2) = ( {S , A , B}, {a,b} , S , P ) dengan P :
S → aaB
A → bBb | ε
B → aA
Bagaimanakah :
a. CFG G(L1 ∪ L2)
b. CFG G(L1L2)
c. CFG G(L1*)
♦ Bahasa bebas konteks tertutup terhadap substitusi
Contoh
La = {0 n1n | n ≥1 } dan Lb = { wwR | w ∈ (0+2)* }
dihasilkan oleh tatabahasa Ga dengan aturan produksi
Sa → 0Sa1 | 01
serta tatabahasa G2 dengan aturan produksi
Sb → 0Sb0 | 2Sb2 | ε
Didefinisikan tatabahasa G dengan aturan produksi
S → aSbS | bSaS | ε
jika f adalah substitusi f(a)= La dan f(b) = Lb maka
f(L) adalah bahasa yang dihasilkan oleh tatabahasa dengan aturan produksi
S → SaSSbS | SbSSaS | ε
Sa → 0Sa1 | 01
Sb → 0Sb0 | 2Sb2 | ε
Tatabahasa Bebas Konteks dan Bahasa Pemrograman
♦ Tatabahasa bebas konteks digunakan untuk mendefinisikan sintaks bahasa
pemrograman
♦ Menggunakan notasi BNF (Backus-Naur Form)
♦ variabel / non terminal : <...>
♦ terminal : tanpa tanda
♦ ← diganti dengan ::=
♦ Contoh statemen if then else
< if_statement> ::= if <expression>
<then_clause>
<else_clause>
34
PERTEMUAN IX
PENYEDERHANAAN
TATA BAHASA BEBAS KONTEKS
Tujuan
Melakukan pembatasan sehingga tidak menghasilkan pohon penurunan yang memiliki
kerumitan yang tidak perlu atau aturan produksi yang tidak berarti.
Contoh 1:
S Æ AB | a
AÆa
♦ Aturan produksi S Æ AB tidak berarti karena B tidak memiliki penurunan
Contoh 2 :
SÆA
AÆB
BÆC
CÆD
DÆa|A
Cara Penyederhanaan:
1. Penghilangan produksi useless ( tidak berguna )
2. Penghilangan produksi unit
3. Penghilangan produksi ε
• Produksi yang memuat symbol variabel yang tidak memiliki penurunan yang akan
menghasilkan terminal-terminal seluruhnya.
• Produksi yang tidak akan pernah dicapai dengan penurunan apapun dari simbol
awal, sehingga produksi itu redundan ( berlebih )
Contoh :
S Æ aSa | Abd | Bde
A Æ Ada
BÆ BBB | a
Maka
1) Simbol variabel A tidak memiliki penurunan yang menuju terminal, sehingga bisa
dihilangkan
2) Konsekuensi no (1), aturan produksi S Æ Abd tidak memiliki penurunan
35
Penyederhanaan menjadi:
SÆaSa | Bde
BÆ BBB | a
Contoh :
SÆ Aa | B
AÆab | D
BÆ b | E
CÆ bb
EÆ aEa
Maka :
1) Aturan produksi A Æ D, simbol variabel D tidak memiliki penurunan.
2) Aturan produksi C Æ bb, Penurunan dari simbol S, dengan jalan manapun tidak
akan pernah mencapai C
3) Simbol variabel E tidak memiliki aturan produksi yang menuju terminal
4) Konsekuensi no (3) Aturan produksi B Æ E, simbol variabel E tidak memiliki
penurunan.
maka produksi yang useless:
AÆD
C Æ bb
E Æ aEa
BÆE
Penyederhanaannya menjadi:
S Æ Aa | B
A Æ ab
BÆb
Contoh :
S Æ aAb | cEB
A Æ dBE | eeC
B Æ ff
C Æ ae
DÆh
Analisa :
1) Aturan produksi S Æ cEB, A Æ dBE dapat dihilangkan ( E tidak memiliki
penurunan)
2) Aturan produksi D Æ h, redundan
Sisa aturan produksi
S Æ aAb
A Æ eeC
B Æ ff
C Æ ae
Analisis lagi
36
B Æ ff juga redundan,
Hasil penyederhanaan menjadi:
S Æ aAb
A Æ eeC
C Æ ae
37
A Æ AAA | ε
Aturan produksi setelah disederhanakan:
S Æ Abc | ab
A Æ AAA | ε
Contoh:
S Æ Sb
SÆC
CÆD
C Æ ef
D Æ dd
Dilakukan penggantian berturutan mulai dari aturan produksi yang paling dekat menuju
ke penurunan terminal-terminal (‘=>’ dibaca ‘menjadi’):
• C Æ D => C Æ dd
• S Æ C => S Æ dd | ef
Sehingga aturan produksi setelah penyederhanaan:
S Æ Sb
S Æ dd | ef
C Æ dd
C Æ ef
C Æ dd
Contoh lain:
SÆA
S Æ Aa
AÆB
BÆC
BÆb
CÆD
C Æ ab
DÆb
Penggantian yang dilakukan :
• C Æ D => C Æ b
• B Æ C => B Æ b | ab, karena B Æ b sudah ada, maka cukup dituliskan B Æ ab
• A Æ B => A Æ ab | b
• S Æ A => ab | b
38
Sehingga aturan produksi setelah penyederhanaan:
S Æ ab | b
S Æ Aa
A Æ ab | b
B Æ ab
BÆb
CÆb
C Æ ab
DÆb
Contoh lagi:
S Æ Cba | D
A Æ bbC
B Æ Sc | ddd
C Æ eAn | f | C
D Æ E | SABC
E Æ gh
Penggantian yang dilakukan:
• D Æ E menjadi D Æ gh
• C Æ C , kita hapus
• S Æ D menjadi S Æ gh | SABC
Penghilangan Produksi ε
Produksi ε adalah produksi dalam bentuk
αÆε
S Æ bcd
39
S Æ bcAd
A Æ bd | ε
A nullable, tapi A Æ ε bukan satu-satunya produksi dari A, maka hasil
penyederhanaan:
S Æ bcAd | bcd
A Æ bd
Contoh lagi, terdapat tata bahasa bebas konteks:
S Æ Ab | Cd
AÆd
CÆε
Variabel yang nullable adalah variabel C. Karena penurunan C Æ ε merupakan
penurunan satu-satunya dari C, maka kita ganti S Æ Cd menjadi S Æ d. Kemudian
produksi C Æ ε kita hapus.
Setelah penyederhanaan menjadi:
S Æ Ab | d
AÆd
Contoh lain lagi:
S Æ dA | Bd
A Æ bc
AÆε
BÆc
Variabel yang nullable adalah variabel A. A Æ ε bukan penurunan satu-satunya
dari A ( terdapat A Æ bc ), maka kita ganti S Æ dA menjadi S Æ dA | d.A Æ ε kita
hapus.
Setelah penyederhanaan :
S Æ dA | d | Bd
A Æ bc
BÆc
Contoh tata bahasa bebas konteks:
S Æ AaCD
A Æ CD | AB
BÆb|ε
CÆd|ε
DÆε
Variabel yang nullable adalah variabel B, C, D. Kemudian dari A Æ CD, maka
variabel A juga nullable ( A Æ ε ). Karena D hanya memilki penurunan D Æ ε, maka
kita sederhanakan dulu:
40
• B Æ ε dan C Æ ε kita hapus
Setelah penyederhanaan:
S Æ AaC | aC | Aa | a
A Æ C | AB | A | B
BÆb
CÆε
Variabel yang nullable adalah A, B, C. Dari S Æ AB, maka S juga nullable. Kita
lakukan penggantian:
• A Æ aCa => A Æ aa
• B Æ bA => B Æ bA | b
• B Æ BB => B Æ BB | B
• A Æ abB => A Æ abB | ab
• S Æ AB => S Æ AB | A | B | ε
• C Æ ε, B Æ ε, A Æ ε dihapus
41
Prakteknya ketiga penyederhanaan tersebut dilakukan bersama pada suatu tata
bahasa bebas konteks, yang nantinya menyiapkan tata bahasa bebas konteks tersebut
untuk diubah kedalam suatu bentuk normal Chomsky.
Urutan penghapusan aturan produksi :
1) Hilangkan produksi ε
2) Hilangkan produksi unit
3) Hilangkan produksi useless
Contoh :
S Æ AA | C | bd
A Æ Bb | ε
B Æ AB | d
C Æ de
Hasil akhir aturan produksi tidak lagi memiliki produksi ε, produksi unit, maupun
produksi useless.
42
PERTEMUAN X
BENTUK NORMAL CHOMSKY
Bentuk normal Chomsky / Chomsky Normal Form (CNF) merupakan salah satu
bentuk normal yang sangat berguna untuk tata bahasa bebas konteks ( CFG ). Bentuk
normal Chomsky dapat dibuat dari sebuah tata bahasa bebas konteks yang telah
mengalami penyederhanaan yaitu penghilangan produksi useless, unit, dan ε. Dengan
kata lain, suatu tata bahasa bebas konteks dapat dibuat menjadi bentuk normal Chomsky
dengan syarat tata bahasa bebas kontesk tersebut:
Aturan produksi dalam bentuk normal Chomsky ruas kanannya tepat berupa
sebuah terminal atau dua variabel. Misalkan:
A Æ BC
AÆb
BÆa
C Æ BA | d
43
Biarkan yg
sudah CNF
Penggantian a.p,
dengan simbol
variabel > 2
Contoh, tata bahasa bebas konteks ( kita anggap tata bahasa bebas konteks pada
bab ini sudah mengalami penyederhanaan ):
S Æ bA | aB
A Æ bAA | aS | a
B Æ aBB | bS | b
AÆa
BÆb
S Æ bA => S Æ P1A
S Æ aB => S Æ P1B
A Æ bAA => S Æ P1AA => A Æ P1P3
A Æ aS => A Æ P2S
B Æ aBB => B Æ P2BB => B Æ P2P4
B Æ bS => B Æ P1S
Terbentuk aturan produksi dan simbol variabel baru:
P1 Æ b
P2 Æ a
P3 Æ AA
P4 Æ BB
Hasil akhir aturan produksi dalam brntuk normal Chomsky :
44
AÆa
BÆb
S Æ P1A
S Æ P2B
A Æ P1P3
A Æ P2S
B Æ P2P4
B Æ P1S
P1 Æ b
P2 Æ a
P3 Æ AA
P4 Æ BB
S Æ aB | CA
A Æ a | bc
B Æ BC | Ab
C Æ aB | b
S Æ CA
AÆa
B Æ BC
CÆb
S Æ aB => S Æ P1B
A Æ bc => S Æ P2P3
B Æ Ab => B Æ A P2
C Æ aB => C Æ P1B
P1 Æ a
P2 Æ b
P3 Æ c
S Æ CA
AÆa
B Æ BC
45
CÆb
S Æ P1B
S Æ P2P3
B Æ A P2
C Æ P1B
P1 Æ a
P2 Æ b
P3 Æ c
S Æ aAB | ch | CD
A Æ dbE | eEC
B Æ ff | DD
C Æ ADB | aS
DÆi
E Æ jD
S Æ CD
B Æ DD
DÆ i
P1 Æ a
P2 Æ AB
P3 Æ c
P4 Æ h
P5 Æ d
P6 Æ P7E
P7 Æ b
P8 Æ e
P9 Æ EC
46
P10 Æ f
P11 Æ DB
P12 Æ j
S Æ CD
B Æ DD
DÆi
S Æ P1P2
S Æ P3P4
A Æ P5P6
A Æ P8P9
B Æ P10P10
C Æ AP11
C Æ P1S
E Æ P12D
P1 Æ a
P2 Æ AB
P3 Æ c
P4 Æ h
P5 Æ d
P6 Æ P7E
P7 Æ b
P8 Æ e
P9 Æ EC
P10 Æ f
P11 Æ DB
P12 Æ j
begin
1) for i:= 1 to n do
2) Vi1 := {A| A Æ a aturan produksi dimana simbol ke- i
adalah a };
3) for j:= 2 to n do
47
4) for i:= 1 to (n-j+1) do
begin
5) Vij:=Ø;
6) for k:=1 to (j – 1) do
7) Vij:= Vij υ ( A | A Æ BC adalah suatu
produksi, dimana B di Vik dan C di Vi+k,j-k }
end
end
Penjelasan:
• n = panjang untai yang akan diperiksa, missal : untuk untai ‘ada’, n = | ada | =3
• i akan menyatakan kolom ke-
• j akan menyatakan baris ke-
• tahapan no (1) dan (2) untuk mengisi table baris pertama kolom 1 – n
• no (3), interasi dari baris ke- 2 sampai n
• no (4), interasi untuk mengisi kolom 1 sampai ( n – baris + 1) pada suatu baris.
• no (5) inisialisasi Vij dengan Ø
• no (6) dan no (7), interasi untuk memeriksa mana saja yang menjadi anggota Vij
Kita lihat contoh kasus, dimana terdapat tata bahasa bebas konteks ( simbol awal
S ):
S Æ AB | BC
A Æ BA | a
B Æ CC | b
C Æ AB | a
b a a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
48
• Untuk V11, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B Æ b kita isi
V11= {B}
• Untuk V21, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A Æ a dan C Æ a
kita isi V21{A,C}
• Untuk V31, kita periksa varibel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A Æ a dan C Æ a
kita isi V31={A,C}
• Untuk V41, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B Æ b kita isi
V41={B}
• Untuk V51, kita periksa variabel yang bisa menurunkan’a’, dari A Æ a dan C Æ A
kita isi V51={A,C}
b a a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1 B A,C A,C B A,C
2
3
4
5
b a a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1 B A,C A,C B A,C
2 S,A B S,C S,A
3
4
5
49
Pada baris ke –3 (k = 1 sampai 2):
Untuk V13, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V22 & V12-V31, yaitu B-B & S,A-A,C,
variabel yang bisa menurunkan BB, SA,SC,AA, atau AC adalah tidak ada, maka
V13 kita isi ∅
Untuk V23, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V21-V32 & V22-V41, yaitu A,C-S,C & B-B,
variabel yang bisa menurunkan AS, AC, CS, CC, atau BB adalah B , maka V23
kita isi {B}
Untuk V33, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V31-V42 & V32-V51, yaitu A,C-S,A & S,C-
A,C variabel yang bisa menurunkan AS, AA, CS, CA, SA, SC, CA, atau CC
adalah B, maka V33 kita isi {B}
b a a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1 B A,C A,C B A,C
2 S,A B S,C S,A
3 ∅ B B
4
5
b a a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1 B A,C A,C B A,C
2 S,A B S,C S,A
3 ∅ B B
4 ∅ S,A,C
5
Untuk V15, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V24 & V12-V33 & V13-V42 & V14-V51
yaitu B-S,A,C & S,A-B & ∅-S,A & ∅-A,C, variabel yang bisa menurunkan BA,
BC, SA, SC, SB, atau AB adalah A,S,C maka V15 kita isi {S,A,C}
50
Dari hasil tersbut kita bisa mengisi tabel:
b A a b a
iÆ
1 2 3 4 5
1 B A,C A,C B A,C
2 S,A B S,C S,A
3 ∅ B B
4 ∅ S,A,C
5 S,A,C
Perhatikan , syarat suatu untai dapat diturunkan dari simbol awal, V1n memuat
simbol awal. Terlihat pada tabel, simbol awal S termuat di V15, maka untai ‘baaba’ dapat
diturunkan oleh tata bahasa tersebut.
Kita bisa mencoba-coba untuk membuat pohon penurunan dari untai ‘baaba’,
Kita lihat untuk contoh lain, terdapat tata bahasa bebas konteks:
S Æ AB | b
A Æ BA | a
B Æ AS | b
Pertama-tama kita akan membuat tabel untuk Vij ( Vkolom, baris) sebagai berikut:
a a a b
iÆ
1 2 3 4
1
2
3
4
Kita ketahui n = 4. Dari algoritma langkah (1) dan(2) kita bisa mengisi baris
pertama pada tabel, sebagai berikut:
Untuk V11, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A Æ a kita isi V11
= {A}
Untuk V21, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A Æ a kita isi V21
= {A}
Untuk V31, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A Æ a kita isi V31
= {A}
Untuk V41, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B Æ b dan S Æ b
kita isi V41 = {S,B}
51
Dari haisl tersebut kita bisa mengisi tabel:
a a a b
iÆ
1 2 3 4
j
1 A A A S,B
2
3
4
a a a b
iÆ
1 2 3 4
j
1 A A A S,B
2 ∅ ∅ S,B
3
4
a a a b
iÆ
1 2 3 4
j
1 A A A S,B
2 ∅ ∅ S,B
3 ∅ S,B
4
52
Pada baris ke –4 (k = 1 sampai 3):
Untuk V14, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V23 & V12-V32 & V13-V41, yaitu A-SB
& ∅-SB, variabel yang bisa menurunkan AS atau AB adalah S dan B, maka V14
kita isi {S,B}
a a a b
iÆ
1 2 3 4
j
1 A A A S,B
2 ∅ ∅ S,B
3 ∅ S,B
4 S,B
Terlihat pada tabel, simbol awal S termuat di V14, maka untai ‘aaab’ dapat
diturunkan oleh tata bahasa tersebut.
A
B
B A
C
C
B A B
B a
a
b
53
PERTEMUAN XI
PENGHILANGAN REKURSIF KIRI
Aturan Produksi yang rekursif memilki ruas kanan (hasil produksi) yang memuat
simbol variabel pada ruas kiri. Sebuah aturan produksi dalam bentuk:
A Æ βA
S Æ dS
B Æ adB
A Æ Aβ
S Î Sd
B Æ Bad
54
S
a A c
A b
A b
A b
Dalam banyak penerapan tata bahasa, rekursif kiri tak diinginkan. Untuk
menghindari penurunan yang bisa mengakibatkan loop kita perlu menghilangkan sifat
rekursif kiri dari aturan produksi. Penghilangan rekursif kiri disini memungkinkan suatu
tata bahasa bebas konteks nantinya diubah ke dalam bentuk normal Greibach.
A Æ β1 | β2 | β3 | ........ βm
Dari situ kita bisa tentukan α1, α2, .... αn, dan β1, β2, .... βm dari setiap aturan
produksi yang memiliki simbol ruas kiri yang sama
Lakukan penggantian aturan produksi yang rekursif kiri, menjadi sebagai berikut:
1) A Æ β1Z | β2Z | .... βmZ
2) Z Æ α1 | α2 | α3 | .... αn
3) Z Æ α1Z | α2Z | α3Z | .... αnZ
55
Penggantian diatas dilakukan untuk setiap aturan produksi dengan simbol ruas kiri
yang sama. Bisa muncul simbol variabel baru Z1, Z2 dan seterusnya, sesuai
banyaknya variabel yang menghasilkan produksi yang rekursif kiri.
Hasil akhir berupa aturan produksi pengganti ditambah dengan aturan produksi
semula yang tidak rekursif kiri.
Aturan
produksi
CFG Aturan Lakukan CFG
mengan d ki penggantian bebas
d lk d i
S Æ Sab | Sbd
S Æ aSc | dd | ff
56
Hasil akhir setelah penghilangan rekursif kiri adalah:
S Æ aSc | dd | ff
S Æ aScZ1 | dd Z1 | ffZ1
Z1 Æ ab | bd
Z1 Æ abZ1 | bd Z1
*Pada kasus diatas S adalah satu-satunya simbol variabel yang menghasilkan produksi
rekursif kiri.
i. S Æ cAZ1
ii. Z1 Æ ab | b
iii. Z1 Æ abZ1 | bZ1
i. A Æ a Z2 | bdZ2
ii. Z2 Æ a
iii. Z2 Æ a Z2
57
Hasil akhir setelah penghilangan rekursif kiri adalah:
S Æ cA
A Æ a | bd
S Æ cAZ1
Z1 Æ ab | b
Z1 Æ abZ1 | bZ1
A Æ a Z2 | bdZ2
Z2 Æ a
Z2 Æ a Z2
*Perhatikan bahwa penghilangan rekursif kiri memunculkan simbol variabel baru, dan
aturan produksi baru yang rekursif kanan.
Contoh lain, terdapat tata bahasa bebas konteks:
S Æ Sa |aAc | c | ε
A Æ Ab | ba
58
iii. Z2 Æ bZ2
S Æ aAc | c | ε
S Æ aAcZ1 | cZ1 | Z1
A Æ ba
A Æ ba Z2
Z1 Æ a
Z1 Æ a Z1
Z2 Æ b
Z2 Æ b Z2
59
PERTEMUAN 12
BENTUK NORMAL GREIBACH
A Æ aα
Atau dengan kata lain, suatu tata bahasa bebas konteks dalam bentuk normal
Greibach bila hasil produksinya (ruas kanan) diawali dengan satu simbol terminal,
slanjutnya bisa diikuti oleh rangkaian simbol variabel. Contoh tata bahasa bebas konteks
dalam bentuk bentuk normal Greibach:
S Æ a | aAB
A Æ aB
B Æ cS
Untuk dapat diubah ke dalam bentuk normaol Greibach, tata bahasa semula haru
memenuhi syarat:
Sudah dalam bentuk normal Chomsky
Tidak bersifat rekursif kiri
Tidak menghasilkan ε
Terdapat dua cara pembentukan bentuk normal Greibach , yaitu melalui substitusi
dan perkalian matriks. Pada bagian berikutnya kita membahasa kedua cara tersebut.
60
b. Jika h > i, aturan produksi belum benar. Lakukan substitusi berulang-ulang
terhadap Ai (ganti Ai pada produksi ini dengan ruas kanan produksi dari variabel
Ai ) sehingga suatu saat diperoleh produksi dalam bentuk
Ah Æ Ap γ (dimana h ≤ p )
i) Jika h = p , lakukan penghilangan rekursif kiri
ii) Jika h < p, aturan produksi sudah benar
3. Jika terjadi penghilangan rekursif kiri pada tahap (2b), sejumlah simbol variabel
baru yang muncul dari operasi ini dapat disisipkan pada urutan variabelsemula
dimana saja asalkan ditempatkan tidak sebelum Ah (di kiri)
4. Setelah langkah (2) & (3) dikerjakan maka aturan-aturan produksi yang ruas
kanannya dimulai simbol variabel sudah berada dalam urutan yang benar
Ax Æ Ay γ ( di mana x < y )
Produksi-produksi yang lain ada dalam bentuk:
Ax Æ a γ ( a = simbol terminal )
Bx Æ γ
( B2 = simbol variabel baru yang akan muncul sebagai akibat dari operasi
penghilangan rekursif kiri )
5. Bentuk normal Greibach diperoleh dengan cara melakukan substitusi mundur
mulai dari variabel Am, lalu Am-1, Am-2, ..... Dengan cara ini aturan produksi dalam
bentuk Ax Æ Ay γ dapat diubah sehinga ruas kanannya dimulai dengan simbol
terminal.
6. Produksi dalam bentuk Bx Æ γ juga dapat diubah dengan cara substitusi seperti
pada langkah (5)
Contoh (tata bahasa bebas konteks sudah dalam bentuk normal Chomsky dan
memenuhi syarat untuk diubah ke bentuk normal Greibach), simbol awal adalah S:
S Æ CA
AÆa|d
BÆb
C Æ DD
D Æ AB
*Perhatikan urutan tersebut boleh anda tentukan sendiri, buatlah urutan sedemikian
sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya
Kita periksa aturan produksi yang simbol pertama pada ruas kanan adalah simbol
variabel, apakah sudah memenuhi ketentuan urutan variabel:
S Æ CA ( sudah memenuhi aturan karena S<C)
C Æ DD (sudah memenuhi karena C<D)
D Æ AB (tidak memenuhi, karena D>A)
61
Yang belum memenuhi urutan yang telah kita tentukan adalah: D Æ AB, karena
ruas kiri > simbol pertama pada ruas kanan. Maka kita lakukan sibstitusi pada
simbol variabel A, aturan produksi menjadi:
D Æ aB | dB
Setelah semua aturan produksi sudah memenuhi ketentuan urutan variabel, kita
lakukan substitusi mundur pada aturan produksi yang belum dalam bentuk normal
Greibach (‘=>’ dibaca ‘menjadi’):
*Perhatikan substitusi mundur dimulai dari aturan produksi yang memiliki ruas kiri
dengan urutan variabel paling akhir ( kasus di atas:S<A<B<C<D, maka C lebih dulu
disubstitusikan daripada S )
Hasil akhir aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Greibach :
S Æ aBDA | dBDA
AÆa|d
BÆb
C Æ aBD | dBD
D Æ aB | dB
*Perhatikan : setiap substitusi kita lakukan pada simbol variabel pertamapada ruas kanan
( pada aturan produksi yang belum bentuk normal Greibach tentunya ).
Prinsipnya:
Biarkan aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Greibach
Tentukan pengurutan simbol variabel, berdasarkan kondisi aturan produksi yang
ada buatlah urutan sedemikian sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya.
Mulailah terlebih dahulu dari seimbol awal.
Lakukan perubahan pada aturan produksi yang belum memenuhi ketentuan urutan
tersebut dan bila perlu selama proses itu bisa dilakukan substitusi dan
penghilangan rekursif kiri
Lakukan substitusi mundur sedemikian rupa sehingga semua aturan produksi akan
diawali dengan tepat sebuah simbol terminal. Proses substitusi mundur dimulai
dari aturan produksi dengan urutan paling akhir.
Lakukan substitusi mundur juga pada aturan produksi baru yang muncul sebagai
hasil penghilangan rekursif kiri.
Contoh lain (simbol awal A):
A Æ BC
B Æ CA | b
C Æ AB | a
62
Kita tentukan urutan simbol: A,B,C ( A<B<C )
Pengubahan C Æ AB:
C Æ AB => C Æ BCB => C Æ CACB | bCB
Kita lihat seluruh hasil produksi dari variabel C, sudah dalam bentuk normal
Greibach:
C Æ bCBZ1 | aZ1 | bCB | a
Setelah semua aturan produksi sudah memenuhi ketentuan urutan variabel, kita
laukan substitusi mundur:
B Æ CA => B Æ bCBZ1A | aZ1A | bCBA | aA
A Æ BC => A Æ bCBZ1AC | aZ1AC | bCBAC | aAC | bC
Selanjutnya lakukan pula substitusi pada aturan produksi dengan variabel baru
yang terbentuk (pada contoh ini Z1):
63