Laporan Praktikum Pendingin (Revisi 4)
Laporan Praktikum Pendingin (Revisi 4)
Laporan Praktikum Pendingin (Revisi 4)
Disusun Oleh :
Kelompok : 4.B1
Kelas : Reguler Pagi Banjarmasin
MODUL P5
Sistem Pendingin dengan Pipa Kepiler
Sistem Pendingin dengan Katup Ekspansi
Disusun Oleh :
Kelompok : 4.B1
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN MESIN
Kelompok : 4.B1
Kelas : Regular Pagi Banjarmasin
Menyetujui,
Ka.Lab Prodi Teknik Mesin, Dosen Pengampu Mata Kuliah,
Mengetahui,
Ka.Prodi Teknik Mesin,
ii
KATA PENGANTAR
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penyusun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Kelompok 4.B1
iii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... 0
MODUL P5 .............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Tujuan Praktikum ................................................................................... 2
1.3. Manfaat Praktikum ................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 3
2.1. Pengertian Umum ................................................................................... 3
2.2. Komponen Sistem Pendingin ................................................................. 3
2.2.1 Kompresor ..................................................................................... 4
2.2.2 Kondensor ...................................................................................... 4
2.2.3 Katub Ekspansi .............................................................................. 5
2.2.4 Pipa Kepiler ................................................................................... 5
2.2.5 Evaporator ..................................................................................... 6
2.2.6 Refrigeran ...................................................................................... 7
2.3. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Ruangan ................................................ 8
2.3.1 Jenis – jenis Pendingin Ruangan ................................................... 9
2.4. Termodinamika Sistem Refrigerasi ...................................................... 10
2.4.1 Siklus Refrigerasi Carnot............................................................. 10
2.4.2 Siklus Kompresi Uap Standar (Teoritis) ...................................... 11
2.4.3 Siklus Kompresi Uap Aktual ....................................................... 13
2.5. Rumus-Rumus Perhitungan .................................................................. 14
BAB III LANGKAH KERJA ............................................................................... 16
3.1. Keterangan Sistem Pengujian Mesin .................................................... 16
3.1.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 17
3.1.2 Cara Kerja .................................................................................... 18
3.2. Percobaan Sistem Pendingin Menggunakan Katup Ekspansi .............. 19
iv
3.2.1 Prosedur Percobaan ..................................................................... 20
BAB IV METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) .......................... 21
4.1. Perhitungan Pipa Kepiler ...................................................................... 23
4.1.1 Alat Ukur Listrik ......................................................................... 23
4.1.2 Perhitungan sisi refrigeran (Siklus Primer)................................ 23
4.2. Perhitungan Pipa Ekspansi ................................................................... 26
4.2.1 Alat Ukur Listrik ......................................................................... 26
4.2.2 Perhitungan sisi refrigeran (Siklus Primer)................................ 27
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 31
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 31
LAMPIRAN PRAKTIKUM ................................................................................. 32
LAMPIRAN BIODATA KELOMPOK 4.B1 ....................................................... 33
v
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
tinggi. Memiliki nama senyawa Chlorodifluoromethane atau
Difluoromonochloromathane yang merupakan senyawa dari golongan HCFC.
Gas freon ini tidak berwarna, biasanya digunakan sebagai propelan dan
sebagai refrigeran . Freon R22 sedang dihapus dinegara maju dikarenakan
berpotensi menipiskan ozon dan berpotensi dalam pemanasan global.
Pada penelitian ini mahasiswa menetukan karakteristik system
pendingin kompresi uap dan karakteristik apabila sytem tersebut bekerja
sebagai system pompa kalor dan mesin refrijerasi yang digunakan dalam
eksperimen ini adalah jenis siklus kompresi uap Rankine
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Komponen yang terakhir yaitu alat ekspansi sebagai mengatur dan
menurunkan tekanan laju aliran refrigeran yang masuk ke evaporator setelah
keluar kondensor .
2.2.1 Kompresor
Kompresor atau pompa isap dengan adanya kompresor , merupakan
unit tenaga untuk mengalikan refrigeran ke seluruh sistem pendingin sesuai
dengan perubahan volume system pendingin dengan mengisap refrigerasi
bertekanan rendah sehingga terjadi perbedaan tekanan yang memungkinkan
refrigeran mengalir dari sisi bertekanan rendah ke sisi bertekanan tinggi
sehingga kompresor mempunyai 3 fungsi yaitu pengisapan, penekanan dan
fungsi pemompaan.
2.2.2 Kondensor
Kondensor fungsinya untuk menurunkan kalor yang dihisap dari
evaporator dan panas yang didapatkan dari kompresor dan mengubah dari
fase gas menjadi cair.
4
Gambar 2.2 Kondensor
5
Jumlah refrigeran dari mesin pendingin ditetapkan berdasarkan diameter
dan panjang pipa kepiler yang sesuai kapasitas pendinginan.
2.2.5 Evaporator
Evaporator pada sistem pendingin yang berfungsi sebagai penyerap
atau penukar kalor serta merubah zat pendingin cair dari kondensor
menjadi cair, dan bertugas menguapkan refrigeran sebelum dihisap oleh
kompresor . Suhu evaporator yang juga dipengaruhi oleh suhu udara
disekeliling evaporator juga turun. Temperatur udara yang rendah
dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh fan yang
menyebabkan terjadinya penghebusan aliran udara. Perpindahan Kalor
didalam Evaporator
Perpindahan panas pada evaporator adalah perpindahan panas secara
konveksi paksa yang terjadi di dalam dan di luar tabung dan juga terjadi
konduksi pada tabung. Nilai koefisien perpindahan kalor pans secara merata
dapat ditentukan dengan menghitung koefisien perpindahan kalor pada
refrigeran dan udara yang telah dijelaskan sebelumnya. Kemudian koefisien
perpindahan kalor panas total dihitung berdasarkan luas dalam dan luar
permukaan pipa.
6
Gambar 2.4 Evapolator
2.2.6 Refrigeran
Refrigeran yaitu senyawa kimia yang digunakan untuk menyerap
senyawa beban pendingin ruangan atau tempat-tempat lain seperti didalam
kendaraan mobil yang menginginkan kondisi suhu udaranya. Refrigeran
adalah media perpindahan panas yang menyerap kalor panas atau dengan
penguapan (evaporator) pada suhu rendah dan memberikan kalor dengan
pengembunan pada temperatur dan tekanan tinggi di kondensor . Refrigeran
bersirkulasi di mesin pendingin yang fasenya berubah dari uap ke cair
ataupun sebaliknya. Sistem refrigerasi kompresi uap dan refrigeran
menyerap kalor di dalam evaporator dalam kondidi temperatur dan tekanan
rendah dan juga melepaskan panas pada kondensor dengan tekanan dan
temperatur tinggi. Dalam menentukan sifat refrigeran yang akan
dipergunakan dengan mengetahui sifat rifrigeran.
7
pemakaian ( 50 s/d + 10°C ), Titik didihnya sebesar -41,4°F pada
pemakaiannya pada dengan sahu sedang dan rendah pada tekanan 1 Atm (
atmosfir ), tekanan kondensasi 158,2 psig pada suhu 86°F dengan
penguapan refrigeran 28,3 psig pada suhu 5°F, kalor laten uap pada titik
didih sebesar 100,6 Btu/lb
R22 tidak berpengaruh korosif terhadap logam yang banyak
digunakan pada sistem refrigerasi dan air conditioning seperti: Soder,
Kuningan, Perak, Besi, Tembaga, Almunium, Baja tak berkarat, babit.
evaporator Jarang sekali terjadi pembekuan air pada sistem yang memakai
freon R22. Kebocoran dapat dicari dengan halide leak detector dan air sabun
Ini bukan merupakan keuntungan karena didalam sistem harus bersih dari
uap air dan air.
8
dibandingkan dengan tekanan refrigeran yang berada pada evaporator.
Prinsip kerja pendinginan air condisioner yaitu udara didinginkan oleh
refrigeran / (freon), kemudian freon ditekan oleh kompresor sampai tekanan
tercapai dan suhunya naik, kemudian didinginkan oleh udara lingkungan
sekitar sehingga mencair. Proses tersebut berjalan berulang-ulang sehingga
berupa siklus yang disebut siklus pendinginan pada udara yang berfungsi
menyerap kalor dari udara dan membebaskan kalor ini ke luar ruangan.
Prinsip kerja mesin pendingin ruangan ditunjukkan pada Gambar 2.6.
9
seperti kopresor, kondensor , filter udara, blower, evaporator, ekspansion
valve dan controll unit, refrigeran filter, terpasang pada satu base,
kemudian base plate beserta semua komponen AC tersebut dimasukkan
kedalam menjadi satu unit yang kompak. Kelebihan AC window :
a) Mudah jika pamasangan atau pembongkaran kembali apabila
akan dipindahkan.
b) Mudah memeliharaan / perawatan
c) Harga relatif lebih murah kekurangan AC window :
Menimbulkan suara berisik ( terutama akibat suara dari
kompresor ) karena semua komponen AC terpasang pada base
plate yang posisinya dekat dengan ruangan.
AC window tidak semua ruangan dapat dipasang, karena AC
window harus dipasang dengan bagian kondenser menghadap
ketempat terbuka
3) AC Berdiri (AC Standing)
Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk mobil atau kegiatan-
kegiatan situasional karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti
seminar, acara penikahan dan pengajian outdoor dsb.
4) AC Sentral
Pada AC jenis ini udara didalam ruangan didinginkan pada cooling
plant di luar ruangan, kemudian udara yang sudah dingin dialirkan
kedalam ruangan tersebut lagi. AC jenis ini cocok untuk dipasang pada
gedungbertingkat seperti di hotel atau mall. Kelebihan AC sentral :
a) Ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.Kekurangan AC
sentral.
b) Perencanaan,instalasi, pemeliharaan dan pemiliharaan membutuhkan
tenaga yang terlatih dan berpengalaman.
2.4. Termodinamika Sistem Refrigerasi
2.4.1 Siklus Refrigerasi Carnot
Siklus refrigerasi Carnot merupakan kebalikan dari mesin carnot.
Mesin carnot menerima energi kalor dari temperatur tinggi, energi
kemudian diubah menjadi suatu kerja dan sisa energi tersebut dibuang ke
10
sumber panas pada temperatur rendah. Sedangkan siklus refrigerasi carnot
menerima energi pada temperatur rendah dan 9 mengeluarkan energi pada
temperatur tinggi. Oleh sebab itu pada siklus pendingin diperlukan
penambahan kerja dari luar.
11
2. Proses Kondensasi
Proses 2-3 merupakan proses kondensaai yang terjadi pada
kondensor , uap panas refrigeran dari kompresor didinginkan oleh air
sampai pada temperatur kondensasi, kemudian uap tersebut
dikondensasian. Pada titik 2 refrigeran pada kondisi uap jenuh pada
tekanan dan temperatur kondensasi. Proses 2-3 terjadi pada tekanan
konstan, dan jumlah panas yang dipindahkan selama proses ini adalah
beda enthalpy antara titik 2 dan 3.
3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses ini
terjadi proses penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi
(titik 3) menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada waktu cairan di
ekspansi melalaui katup ekspansi atau pipa kepiler ke evaporator,
temperatur refrigeran juga turun dari temperatur 11 kondensai ke
temperatur evaporasi. Proses 3-4 merupakan proses ekspansi adiabatik
dimana enthalpy fluida tidak berubah disepanjang proses. Refrigeran
pada titik 4 berada pada kondisi campuran-uap.
4. Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan yang terjadi pada evaporator
dan berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran
berada pada kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 enthalpy refrigeran
naik akibat penyerapan kalori dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang
diserap adalah beda enthalpy titik 1 dan titik 4 biasa disebut dengan efek
pendinginan.
12
Gambar 2.8 Diagram Tekanan Enthalpy Siklus Kompresi Uap Standar
13
Gambar 2.9 Perbandingan Siklus Aktual Dan Siklus Standar
...............................................................................(2.1)
.................................................................................(2.2)
14
.........................................................................................(2.3)
................................................................................(2.4)
.................................................................................(2.5)
...............................(2.6)
.........................................................(2.7)
.................................................. ...(2.8)
...................................................................(2.9)
15
BAB III
LANGKAH KERJA
16
3.1.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses praktikum pengambilan data pada
sistem pendingin digunakan untuk mmumdahkan dalam pengambilan data
selama proses pengamatan, yaitu antara lain:
1. Thermometer Hygrometer Onehealth HTC 2 Humidity
17
3. Mesin AC
4. Anemoometer
18
Selain itu, juga sebagai alat uji elektronik yang mengukur tegangan
AC/DC dengan memberikan pembacaan dalam mode numerik digital.
Multimeter memiliki ukuran kecil, ringan, dan juga menggunakan
baterai. Multimeter digital ini memiliki akurasi yang tinggi dengan
kegunaan yang lebih banyak. Multimeter ini biasa dipakai pada penelitian
atau pekerjaan mengukur kecermatan tinggi. Namun kekurangannya
adalah sulit memonitor tegangan yang tidak stabil.
7. Anemometer jenis Cup Counter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur laju angin dengan tiga buah cup sebagai sensor yang
dihubungkan oleh lengan ke couter. Prinsip kerja alat ini yaitu apabila
angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap disebabkan karena
seluruh cup menghadap ke satu arah melingkar.
19
3.2.1 Prosedur Percobaan
1. Pemeriksaan sebelum melakukan percobaan
Saklar listrik pada papan pengaturan pada posisi “off”
Selektor untuk menjalankan kipas dan kompresor pada posisi “off”
Periksa air destilasi untuk pengukuran temperature bola basah dari
udara yang mengalir dalam saluran yang melewati evaporator dan
kondensor
Katup-katup dari instalasi pipa sirkulasi refrijeran untuk membentuk
siklus berada dalam keadaan terbuka (alat ekspansi TXV)
2. Cara Menjalankan Mesin
Hubungkan kabel listrik masukan dari sistem dengan sumber listrik
satu phasa
Rubahlah posisi selector pada posisi “on”
Jalankan kipas udara evaporator dan kondensor , sesuai dengan
putaran yang ditentukan
Jalankan motor penggerak kompresor , dengan merubah posisi
selector ke “low cool”
3. Pengamatan yang dilakukan
Perhatikan tekanan dan temperature, untuk menentukan tingkat
keadaan refrijeran peada beberapa tempat yang penting.
Perhatikan thermometer bola basah dan bola kering pada saluran udara
kondensor dan evaporator.
Lakukanlah pengukuran dengan kecepatan aliran dengan anemometer
beberapa titik pada saluran udara kemudian rata-ratakan hasilnya.
Lakukan pengujian untuk : - dua kecepatan fan (rendah dan tinggi)
20
BAB IV
1 222 1,6 3 34,5 12,5 38,1 16,0 15,7 1,9 33,5 30,9 33,1 4,5 31,3 30,3 3,5
2
4 225 1,5 1,6 43,5 11,9 44,2 16,0 33 1,5 32,9 32,1 31,6 3,1 31,5 30 3,7
5
Catatan kolom pertama dengan pengujian pipa kapiler dan kolom keduan dengan katup ekspansi.
21
22
4.1. Perhitungan Pipa Kepiler
Wk = ηm×V×I×Cosφ
P1 = 3 Psi T1 = 34,5
P3 = 16 Psi T3 = 15,7
23
1. Laju aliran massa refrigeran
Laju aliran massa refrigeran dapat ditentukan dari kesetimbangan
massa dan energi dari evaporator. Untuk lebih jelasnya hubungan ini
dapat dilihat pada persamaan berikut :
mref = .......................................................................(4.2)
mref =
= 119,52 kg/s
= 119,52 (33,1-30,3)
= 334,656 kW
Dimana : Qk = Pelepasan kalor pada kondensor (kW)
mref = Laju aliran massa refrigrent (kg/s)
h2 = Entalpi sebelum masuk kondsensor (kJ/kg)
h3 = Entalpi keluar kondensor (kJ/kg)
24
Qe = mref (h1 − h4)......................................................................(4.4)
Dimana : Qe = Penyerapan kalor pada evapator (kW)
mref = Laju aliran massa refrigrent (kg/s)
COP = ..................................................................................(4.5)
Dengan memasukan data-data yang sudah diolah di atas, maka COP dari
mesin pendinginan adalah :
COP =
COP = 0,101
25
Jika operasi dimaksudkan untuk tujuan pemanasan, maka indeks prestasi
sistem merupakan perbandingan antara panas yang dilepaskan kondensor
dengan kerja kompresor sebenarnya.
PF = ...................................................................................(4.6)
PF =
PF = 1,27 kW
TP = .......................................................................................(4.7)
TP = = 1,52
26
Wk = ηm×V×I×Cosφ
Wk = 0,8 x 225 x 1,5 x 0,83
= 224,1 kW
mref = ........................................................................(4.9)
mref =
= 448,2 kg/s
27
2. Pelepasan kalor oleh kondensor (Qk)
Pelepasan kalor pada kondensor dipengaruhi oleh laju aliran
massa refrigeran dan perubahan entalpi pada kondensor . Persamaan
yang digunakan untuk pelepasan kalor pada kondensor ini dipakai
persamaan sebagai berikut :
28
4. Koefisien perfomansi mesin pendingin
Koefisien perfomansi pada Mesin Pendingin Kompresi Uap terdiri
atas dua jenis, yaitu koefisien perfomansi mesin sebagai pendingin dan
koefisien perfomansi mesin untuk tujuan pemanasan yang biasa disebut
koefisien perfomansi pompa kalor. Apabila operasi mesin dimaksudkan
untuk tujuan pendinginan, maka indeks prestasi sistem sebanding dengan
panas yang diserap evaporator dibanding dengan kerja kompresor
sebenarnya.
COP = ................................................................................(4.12)
Dengan memasukan data-data yang sudah diolah di atas, maka COP dari
mesin pendinginan adalah :
COP =
COP = 5,2
Jika operasi dimaksudkan untuk tujuan pemanasan, maka indeks prestasi
sistem merupakan perbandingan antara panas yang dilepaskan kondensor
dengan kerja kompresor sebenarnya.
PF = ...................................................................................(4.13)
PF =
PF = 0,2 kW
29
TP = ...................................................................................(4.14)
TP = = 5,399 kW
Tabel 4.2 Data hasil Perhitungan Pipa Kapiler dan Katup Ekspansi
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisa data bawa dapat di ambil kesimpulan, bahwa pipa kepiler,
Laju aliran massa refrigeran adalah 119,52 (kg/s), Pelepasan kalor oleh
kondensor (Qk) adalah 334,656 (kW), Penyerapan kalor oleh evaporator
(Qe) adalah 23,904 (kW), Koefisien perfomansi mesin pendingin adalah
0,101. Sedangkan pipa ekspansi Laju aliran massa refrigeran adalah 448,2
(kg/s), Pelepasan kalor oleh kondensor (Qk) adalah 44,82 (kW), Penyerapan
kalor oleh evaporator (Qe) adalah 1.165,32 (kW), Koefisien perfomansi
mesin pendingin adalah 5,2
Dari hasil perhitungan mesin pendingin pada pipa kepiler dan katup
ekspensi terdapat perbedaan perhitungan di COP dikarenakan mengangkat
alat ukur yang begitu singkat terhadap pengujian dan waktu. Hasil data yang
di dapat dari percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut pipa
kepiler 0,101 kW dan katup ekspansi adalah 5,2 kW
31
LAMPIRAN PRAKTIKUM
32
LAMPIRAN BIODATA KELOMPOK 4.B1