FIX Laporan Akhir Kel. 1
FIX Laporan Akhir Kel. 1
FIX Laporan Akhir Kel. 1
Oleh:
Muh. Irfan Fathul Fikri 226060100111008
Ahmad Ricky Alighan 226060101111011
Alifia Dian Khoiriani 226060101111012
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat
dan kasih karunia-Nya sehingga penyusunan laporan Dokumen Studi Perencanaan
Pembangunan Jalan Tembus di Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Sukun Kota
Malang dapat diselesaiakan dengan baik.
Dokumen ini bertujuan untuk melihat berapa besar pengaruh pembangunan Jalan
Tembus di Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Sukun Kota Malang terhadap lalu
lintas disekitarnya dan hal – hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal
tersebut. Dalam studi ini juga memuat berbgai rekomendasi dampak penanganan, dan
pihak – pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan rekomendasi. Dengan adanya
studi ini akan terlihat jelas bagaiman keseimbangan berabgai pihak yang berwenang
terutama pemerintah dan pengembang sesuai dengan perannya masing – masing dalam
menciptakan suatu penataan transportasi yang dapat meningkatkan keselamatan
pengguna jalan.
Akhir kata penyusun berharap semoga studi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepntingan.
Hormat kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................................vii
iii
2.3.2 Survei Lalu Lintas............................................................................................23
2.3.3 Survei Kecepatan.............................................................................................26
2.3.4 Survei Inventarisasi Jalan............................................................................27
2.3.5 Survei Guna Lahan.......................................................................................... 28
iv
BAB VI ANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB).................................................................................107
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Luas Wilayah Kota Malang Per Kecamatan.................................................4
Tabel 1. 3 PDRB Kota Malang ADHB Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)......5
Tabel 1. 4 Data Panjang Jalan Menurut Jenis, Kondisi, dan Kelas Jalan.....................6
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Jalan Joyo Suko Agung.........................................................2
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Malang merupakan salah satu wilayah dengan jumlah penduduk terpadat
ke-2 di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Keadaan ini menyebabkan tingginya
jumlah penduduk baik yang berasal dari penduduk lokal maupun non lokal dengan
akumulasi mencapai 844.933 jiwa pada tahun 2021. Selain itu, meningkatnya jumlah
penduduk juga mempengaruhi aktivitas transportasi di Kota Malang yang ditandai
dengan jumlah kendaraan paling banyak yaitu sepeda motor sebanyak 283.581 unit,
mobil penumpang sebanyak 78.127 unit, truk sebanyak 4.777 unit, dan bus sebanyak
793 unit. Kecamatan Lowokwaru dan Kecamatan Sukun mempunyai fungsi guna
lahan berupa perdagangan, permukiman dan pendidikan yang menjadikan kawasan ini
8
menjadi magnet daya tarik pergerakan. Ketersediaan fasilitas umum tersebut akan
memudahkan masyarakat terutama yang berdosmisili di kawasan tersebut untuk
memenuhi kebutuhan sehingga pergerakan internal kawasan menjadi pergerakan
mayoritas di kawasan tersebut
Banyaknya aktivitas kendaraan arus menerus dan kendaraan arus lokal pada
daerah-daerah tersebut turut menyumbang kepadatan dan peningkatan pada
pergerakan arus lalu lintas. Pada tahun ini, Pemerintah Kota Malang mengalokasikan
anggaran yang cukup besar untuk menunjang infrastruktur perkotaan, salah satunya
berupa pembangunan jalan. Rencana tersebut akan dilakukan dalam bentuk
pembangunan jalan tembus di Jalan Joyo Suko Agung, Merjosari dan Jalan Setapa-
Gunung Agung, Sukun.
Kegiatan ini dirasa sangat penting untuk menilai kebutuhan investasi dan tingkat
kepentingan pengembangan jalan di wilayah-wilayah tersebut dan memberikan
beberapa alternatif pilihan (skenario) masing-masing dengan konsekuensi yang dapat
diperhitungkan, sehingga dapat disusun pemecahan masalah yang sesuai untuk sebuah
kegiatan, termasuk proyek jalan dengan berdasarkan kondisi dan permasalahan yang
sudah teridentifikasi. Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Perumahan dan
Kawasan Perkotaan Kota Malang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaan prasarana jalan di Kota Malang. Penggunaan Anggaran DPUPRPKP
Tahun Anggaran 2023 untuk Perencanaan Teknis Peningkatan Jalan di Kota Malang
sesuai pada dokumen ini. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, perlu dilakukan
kontrak Pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Jalan/Jembatan Kota Malang dengan
penyedia jasa konsultansi.
9
Maksud untuk Evaluasi Perencanaan Jalan Tembus Joyosuko Agung dan Jalan
Tembus Setapa – Gunung Agung ini memiliki maksud untuk mengevaluasi kelayakan
dan fungsi dari pembangunan jalan tembus di Kota Malang.
Tujuan Evaluasi Perencanaan Jalan Tembus Joyosuko Agung dan Jalan Tembus
Setapa – Gunung Agung adalah:
1. Mengetahui karakteristik Jalan Tembus Joyo Suko Agung dan Jalan Tembus
Setapa – Gunung Agung
2. Menentukan peluang dari perencanaan Jalan Tembus Joyo Suko Agung dan
Jalan Tembus Setapa – Gunung Agung dalam memecah kemacetan
5. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang Tahun 2010-2030;
10
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M2012 tentang Pedoman
Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan;
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan;
13. Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan Volume I, Ditjen Bina Marga;
14. Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan Volume II, Ditjen Bina Marga;
15. Laporan Akhir Belanja Jasa Kerjasama Pihak Ketiga/Jasa Konsultan (Kajian
Teknis Ducting Utilitas);
11
Gambar 1.2 Lokasi Studi Jalan Setapa-Gunung Agung
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, dasar hukum,
identifikasi dan rumusan masalah ruang lingkup lokasi studi dan sistematika
pelaporan.
Berisi gambaran umum karakteristik sosisal ekonomi wilayah studi, kondisi fisik
dasar, kondisi transportasi serta kesesuain dengan kebijakan tata ruang.
BAB 3 METODOLOGI
Berisi penjelasan mengenai bagan alir pelaksanaan pekerjaan, tentnang jenis dan
metode survei serta metode analisis untuk mneyelesaikan seluruh kegiatan.
Bersisi organisasi dan rencana kerja serta hasil survei pendahuluan berupa
penentuan area dan desai survei.
12
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN
13
ada.
14
2.2 Tinjauan Wilayah
2.2.1 Administratif
Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena
potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada di tengah–tengah wilayah
Kabupaten Malang, secara astronomis Kota Malang terletak pada posisi 122,06° -
122,07° BT dan 7,06° – 8,02° LS. Secara administrasi, wilayah ini terbagi menjadi 57
Kelurahan yang tersebar di 5 Kecamatan dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso (Kabupaten Malang)
Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang (Kabupaten Malang)
Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji (Kabupaten Malang)
Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau (Kabupaten Malang)
Kondisi fisik Kota Malang salah satu lokasinya yang paling tinggi adalah
Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas
pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat
terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah
Timur Gunung Semeru dan jika melihat kebawah terlihat hamparan Kota Malang.
Sedangkan sungai yang mengalir di Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas,
Amprong dan Bango. Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 445 – 526 m
diatas permukaan air air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur
karena potensi alam dan iklim yang dimiliki.
15
Gambar 2.3 Peta Administrasi Kota Malang
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Malang Per Kecamatan
1. Kedungkandang 39,89 12
2. Sukun 20,97 11
3. Klojen 8,83 11
4. Blimbing 16,15 11
5. Lowokwaru 20,53 12
Jumlah 110,06 57
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk, Tingkat Kepadatan, dan Luas Wilayah Daratan
Penduduk
Kecamatan Kepadatan per km2
Persentase Penduduk Jumlah
Kedungkandang 24,63 208.075 5.216
Sukun 23,25 196.487 9.370
Klojen 11,13 94.072 10.654
Blimbing 21,60 182.504 10.261
Lowokwaru 19,39 163.795 7.248
16
perdagangan besar, dan reparasi kendaraan bermotor dengan andil sebesar 29,09
persen.
Pertumbuhan ekonomi Kota Malang pada tahun 2021 sebesar 4,21 persen atau
mengalami percepatan jika dibandingkan dengan tahun 2020.
Tabel 2.3 PDRB Kota Malang ADHB Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah)
Administrasi Pemerintahan,
O. 1.076,41 1.095,96 1.077,98
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
17
Sistem jaringan jalan di Kota Malang memiliki hubungan dengan sistem jalan
Nasional, Provinsi, serta didukung oleh sistem jaringan jalan kabupaten yang tersebar
di wilayah Kota Malang. Panjang total jalan di Kota Malang adalah 1251,24 km
dengan 16,63 km adalah jalan negara 13,32 km adalah jalan provinsi dan 1221,29 km
adalah jalan kota.
Kondisi jalan kota di wilayah Kota Malang terbagi dalam kategori baik dengan
1.172 km, kategori sedang sebesar 61,51 km, kategori rusak 1,56 km dan kategori
rusak berat 15,82 km.
Tabel 2.4 Data Panjang Jalan Menurut Jenis, Kondisi, dan Kelas Jalan
I. Jenis Permukaan
Aspal 1244,87 1.244,87 1.251,24
Beton - - -
Hotmix - - -
Batu Kerikil - - -
Tanah - - -
18
Sukun 15.104 166 899 65.828
19
provinsi. Terminal ini merupakan terminal induk terbesar di kota Malang,
terletak disebelah Utara kota yang merupakan terminal bagi bus antar kota, antar
propinsi, angkutan kota (mikrolet) dan angkutan pedesaan.
b. Terminal Gadang merupakan terminal regional yang terletak disebelah Selatan
kota yang merupakan terminal bagi bus antar kota dalam propinsi (antara lain
jurusan Blitar), angkutan kota (mikrolet) dan angkutan pedesaan. Terminal
Gadang keberadaannya menyatu dengan Pasar Induk Gadang yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas di kawasan ini. Oleh karena
itu, Pasar Induk Gadang ini direlokasikan ke Bumiayu.
c. Terminal Landungsari berada di sebelah barat Kota Malang tepatnya di
Kecamatan Lowokwaru Kelurahan Landungsari. Keberadaannya adalah sebagai
simpul pertemuan angkutan luar kota dari arah Batu, Kediri, Jombang dan
dilanjutkan angkuta kota dan atau angkutan desa.Terminal Landungsari
merupakan terminal regional yang berada disebelah Barat Laut kota Malang
yang merupakan terminal bagi bus antar kota dalam propinsi (antara lain jurusan
Batu-Kediri), angkutan kota (mikrolet) dan angkutan pedesaan.
d. Sub terminal yang pada saat ini fungsinya kurang bahkan tidak berfungsi secara
maksimal karena pusat-pusat pelayanan yang menyertai juga belum berfungsi
secara maksimal. Ada 6 (enam) sub terminal di Kota Malang yaitu Mulyorejo,
Madyopuro, Tlogowaru, Tidar, Cemorokandang dan Pasar Bunul. Keenam
subterminal ini masih belum dimanfaatkan secara optimal, karena masih banyak
penumpang yang belum memanfaatkan subterminal ini sebagai tempat untuk
naik/turun dari angkutan kota. Di luar terminal dan subterminal tersebut,
terdapat 11 (sebelas) Area Pangkalan Parkir angkutan kota yaitu : Karangbesuki,
Pasar Sukun, Mergan, Puncak Dieng, Polowijen, Telogowaru, Tirtosari,
Karanglo, Joyogrand, Tasikmadu, Gasek.
Stasiun Kota Baru yang berada di pusat kota terletak di Jl. Trunojoyo.
20
Stasiun Kota Lama yang berada disebelah Selatan kota terletak di Jl. Irian Jaya.
Stasiun Blimbing yang berada dibagian Utara kota terletak di Jl. Letjen.
Suparman.
Jaringan jalan rel Kereta Api di Kota Malang ini membagi Kota Malang menjadi
2 bagian, membentang dari Utara ke Selatan hampir sejajar dengan jalan arteri dan
mempunyai beberapa perlintasan dengan jalan utama, sehingga mempengaruhi arus
lalu lintas jalan raya. Perlintasan antara jalan rel lintasan utama dengan jaringan jalan
tersebut masing – masing berada di lokasi :
Lintasan jalan raya Utara-Selatan yaitu Jl. A. Yani (17 kali/hari tutup/buka pintu
rel) dan Jl. Laks. Martadinata (yang sangat mempengaruhi lalu lintas) dengan 15
kali/hari tutup buka pintu rel.
Lintasan jalan raya Timur – Barat yaitu Jl. Laks. Adi Sutjipto dan Jl. Kaliurang
(17 kali/hari tutup buka pintu rel), dan Jl. Satsuit Tubun (15 kali/hari tutup buka
pintu rel).
Total jumlah gerbong adalah 59 buah dengan jumlah lintasan kereta api sebesar
12 buah. Untuk saat ini yang memegang peranan penting dalam melayani transportasi
dengan kereta api adalah Stasiun Kota Baru yang memiliki 2 kelas trayek.
21
menutup kemungkinan di waktu yang akan datang menjadi Kota Metropolis dengan
jumlah Penduduk yang lebih besar lagi.
22
perdagangan dan jasa, peribadatan, pendidikan dan fasilitas umum, serta ruang
terbuka hijau.
BWK Malang Barat, Memiliki fungsi pelayanan primer adalah industri, fasilitas
umum, dan perumahan. Fungsi sekundernya adalah pendidikan, pertanian,
perdagangan dan jasa, sarana olah raga, dan ruang terbuka hijau.
23
Tabel 2.6 Pusat Pelayanan BWK Kota Malang
Pemerintahan
(Kantor
Bupati
Malang, Balai
Kota) a. Pemerintahan
Kawasan Perdagangan Perdagangan
Perdaganan (Pertokoan) b. Perdagangan
Malang alun-alun dan jasa
Pusat Jasa jasa
Tengah dan Sosial (Toko,
(Ramayana
sekitarnya (Masjid) Warung) c. Ruang terbuka
Sarinah, Pasar
publik
Besar,
Matahari).
Sosial (Ruang
publik)
Sosial Budaya
Sub Kawasan
(taman krida
Pusat Taman Sosial 1. Pendidikan
budaya)
Krida (Perdagangan Perdagangan 2. Sosial
Pendidikan
Budaya dan jasa (ruko, (warung, wartel) 3. Perdagangan
(politeknik,
rukan) jasa
pradnya
paramita)
Malang Pusat Pasar Pemerintahan Perdaganga Perdagangan 1. Perdagangan
Timur Blimbing, Perdagangan n jasa (ruko jasa (warung, jasa
Laut Kl. LA jasa (pasar dan toko) 2. Pemerintahan
Sucipto blimbing) pertokoan) Pemerintahan 3. Perindustrian
dan (kantor
sekitarnya kelurahan)
Sub Kawasan Perdagangan Perdagangan Perdagangan 1. Terminal
Pusat Plaza jasa (Plaza jasa jasa (toko, 2. Perdagangan
Araya, Araya) (restoran, warung) 3. Pemerintahan
Terminal Terminal ruko)
1
Fungsi Pusat Pelayanan
BWK Sistem Pusat Fungsi Dominan
Regional Kota Lokal
Arjosari Arjosari Pemerintaha 4. Pendidikan
dan Pemerintahan n (kantor
sekitarnya (Kantor kecamatan
Taspen, blimbing)
Imigrasi)
Pendidikan
(VEDC.
Balai latihan
kerja)
Malang Pusat Kaw Perdagangan Pendidikan Perdagangan 1. Perumahan
Timur Perumnas dan Jasa (SD, SMP) jasa (toko, 2. Pendidikan
Sawojajar Perdagangan warung) 3. Perdagangan
dan jasa (ruko jasa
sekitarnya dan
pertokoan)
Sub Kawasan Pendidikan Perdagangan Perdagangan 1. Pemerintahan
Pusat Sekitar (STIBA) jasa (ruko jasa (toko, 2. Pendidikan
Velodrom Pemerintah dan warung) 3. Terminal
(kantor pertokoan)
pengairan)
Malang Pusat Pasar Pendidikan Perdagangan Perdagangan 1. Perdagangan
Tenggara Gadang & Pemerintahan jasa jasa jasa
sekitar Jl. Perdagangan Peribadatan Peribadatan
S. Tuban jasa (pasar
gadang)
2
2.4.3 Kawasan Strategis
Kawasan strategis merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan,
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
A. Kawasan Pendidikan
Kawasan pendidikan penunjang ekonomi meliputi kawasan pendidikan
perguruan tinggi berskala nasional yang bergerak pada standar internasional.
Kawasan pendidikan ini terletak di Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan
Blimbing seperti UNIBRAW, Universitas Negeri Malang, ITN, UNMUH
Malang. Pengembangan sarana pendidikan menengah dan atas ditetapkan di
kawasan Tugu yang terdiri dari SMU 1, SMU 3 dan SMU 4.
B. Kawasan Hankam
Kawasan hankam ditijau dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
terdiri dari kawasan adalah kawasan militer yang terletak di Lapangan Rampal
yang terletak di Kecamatan Blimbing dan SKODAM Brawijaya di Kecamatan
Klojen.
4
Kawasan Budidaya Lokasi
Kawasan Peruntukan Industri Jalan Tenaga, Bandulan, Ciptomulyo, industri keramik di
sepanjang jalan majyen Panjaitan dan Jalan Mayjend
Haryono
Kawasan Pariwisata Stadion Gajayana, Perpusatakaan Umum dan Arsip
Kota Malang, Taman Rekreasi Tlogomas Permai,
Sentra Industri Keramik Dinoyo, Malang Town Square
(MATOS), Kawasan Alun-Alun Merdeka Malang.
5
Gambar 2.5 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Malang
6
Gambar 2.6 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Malang
7
BAB III
METODOLOGI
Aspek Teoritis
Studi Kelayakan adalah penganalisaan suatu aspek tertentu dari sebuah proyek
yang akan dilaksanakan sehingga menghasilkan suatu keputusan layak atau tidak
layaknya proyek tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada manfaat yang akan
didapatkan dari proyek tersebut. Tujuannya adalah menghasilkan pilihan dalam
menentukan layak atau tidaknya suatu proyek tersebut dijalankan sesuai dengan
persyaratan atau peraturan yang diterapkan pada proyek tersebut. Studi kelayakan ini
hanya akan menganalisis kajian teknis penempatan rute jalur kereta apinya saja tanpa
memperhatikan aspek ekonomi dan sosialnya, dikarenakan aspek – aspek tersebut
diumpamakan telah selesai dikaji.
Fungsi Studi Kelayakan adalah untuk menilai tingkat kelayakan suatu alinyemen
pada koridor yang terpilih pada pra studi kelayakan, dan untuk menajamkan analisis
kelayakan bagi satu atau lebih alternatif solusi yang unggul. Apabila tahapan pra studi
kelayakan belum dilaksanakan, maka fungsi kegiatan untuk mengidentifikasi alternatif
solusi dengan menilai tingkat kelayakan, dan membandingkan kinerja ekonomis suatu
alternatif terhadap alternatif yang lain tetap dilakukan.
8
c. Merinci proyek-proyek yang dihasilkan dalam pra studi kelayakan yang
mempunyai indikasi kelayakan yang tinggi
d. Proyek memerlukan penajaman dalam rencana, melalui pembandingan dua atau
lebih alternatif solusi yang unggul
e. Proyek memerlukan indicator kelayakan yang lebih teliti.
f. Atau berdasarkan keinginan pemberi kerja, dan lain-lain.
9
disesuaikan dengan kondisi lapangan yang diketahui dari hasil survei
pendahuluan.
Hasil dari kegiatan pendahuluan ini kemudian disusun menjadi Laporan
Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang pekerjaan, gambaran umum
wilayah studi, rencana kegiatan dan metodologi pelaksanaan mencakup jenis-jenis
pekerjaan, cara penyelesaian masing-masing jenis pekerjaan, perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk penyelesaiannya serta cara kerja yang akan diterapkan berdasarkan
waktu studi yang akan dilaksanakan.
10
Peta Lokasi, Data Panjang Rencana Jalan Tembus, Alasan dan Kepastian Pembangunan Jalan Tembus, Waktu
Pelaksanaan, dan Anggaran Biaya Pembangunan Jalan Tembus
Persiapan
PENGUMPULAN DATA
Trip Assignment
Rekomendasi Penanganan
11
Sementara data sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung analisis data
primer antara lain data PDRB Kota Malang, data rata-rata inflasi dan suku bunga 3
tahun terakhir, data sosio-ekonomi, serta kajian dan perencanaan terdahulu. Hasil
pengumpulan data ini kemudian diformulasikan menjadi sebuah Laporan Hasil
Survei yang berisi hasil pengumpulan data serta kompilasi dan analisis yang telah
dilakukan.
12
Kelayakan Perencanaan Jalan Tembus.
13
2 Sedan, jeep, dan station wagon (kend. pribadi)
3 pick up, sub urban, kombi dan minibus
4 Micro truck dan mobil hantaran (pick up)
5a Bus kecil
5b Bus besar
6a Truck/truck tangki 2 sumbu 3/4”
6b Truck/truck tangki 2 sumbu
7a Truck/truck tangki 3 sumbu
7b Truck/truck tangki gandeng
7c Truck semi trailer dan truck trailer
8 Kendaraan tidak bermotor dan gerobak
Tabel 3.2 Klasifikasi Kendaraan Untuk Perencanaan Perkerasan
Secara umum prosedur pelaksanaan survei ini yaitu surveyor menempati suatu
titik (pos) yang tetap di tepi jalan, sedemikian sehingga dia mendapatkan pandangan
yang jelas dan sedapat mungkin agar surveyor terhindar dari panas dan hujan. Dalam
studi kelayakan jalan tembus ini, surveyor hanya akan mencatat setiap kendaraan roda
2 dan roda 4 yang melintasi titik sesuai ketentuan pada formulir survei lapangan.
Pemilihan lokasi survei dipengaruhi pada beberapa faktor pertimbangan,
biasanya dilakukan menurut penilaian subyektif dengan mempertimbangkan
karakteristik lalu lintas. Secara detail, pelaksanaan survei pencacahan lalu lintas ini
mengacu pada Pd. T-19-2004-B Pedoman Pencacahan Lalu Lintas yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Lokasi survei lalu lintas pada pekerjaan ini
ditentukan dengan pertimbangan bahwa dengan menentukan lokasi tersebut, maka
karakteristik dari lalu lintas dapat diamati dan direpresentasikan. Secara umum, pos
pencacahan lalu lintas ditempatkan dengan memperhatikan kondisi lokasi survei
sebagai berikut:
• Lokasi tidak dipengaruhi pergerakan lalu lintas dari persimpangan.
• Mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengamati kedua arah.
• Pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi.
• Pos sebaiknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan lampu penerangan
dan tempat berteduh.
14
Gambar 3.2 Dokumentasi Pelaksanaan Survei Cacah Lalu Lintas
Dalam hal melaksanakan kegiatan Survei cacah lalu lintas, daftar referensi
seperti tersebut di bawah ini ditetapkan dan dipakai sebagai dasar pelaksanaan
pekerjaan baik tahap pengumpulan data maupun analisis. Standar teknis yang
digunakan diantaranya namun tidak terbatas pada hal -hal berikut:
• Tata Cara Pelaksanaan Survei Inventarisasi No. 017/T/BNKT/1990.
• Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas Pd. T-19-2004-B.
• Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
15
Metode kecepatan setempat dimaksudkan untuk pengukuran karakteristik kecepatan
pada lokasi tertentu pada lalu lintas dan kondisi lingkungan yang ada pada saat studi.
Sejumlah kecepatan ini perlu diambil, agar dapat diperoleh hasil yang dapat diterima
secara statistik.
Survei kecepatan setempat hendaknya dilakukan pada saat udara yang baik
dengan kondisi lalu lintas normal. Pelaksanaan survei dapat secara manual atau
otomatis. Dengan cara manual, kecepatan dihitung berdasarkan waktu selang pada
jarak tertentu. Tata cara ini diberikan untuk pengukuran kecepatan setempat dengan
metode manual yang umum dilakukan. Dalam studi kelayakan ini, pengukuran
kecepatan waktu perjalanan kendaraan rata-rata diperoleh secara otomatis dengan
mengukur waktu serta kecepatan yang digunakan saat berkendara langsung dengan
motor dan mobil pada ruas jalan yang telah ditentukan.
16
Kelayakan dalam hal penilaian kelayakan pembangunan jalan tembus serta identifikasi
dan prediksi permasalahan yang ada akibat pembangunan jalan tembus untuk saat ini
maupun pada masa yang akan datang.
17
• Jenis-jenis kegiatan
• Intensitas tata guna lahan
• Rencana peruntukan lahan sesuai dengan RTRW
Survei ini dapat dilakukan dengan bantuan formulir cek list untuk
mempermudah inventarisasi kondisi tata guna lahan yang disurvei.
18
3.4 Metode Analisa
Setelah pelaksanaan survei, tahap selanjutnya adalah kompilasi data hasil survei.
Data hasil survei yang telah didapatkan selanjutnya akan direkap/tabulasi sesuai
dengan form dari jenis-jenis Survei yang dilakukan. Hasil tabulasi tersebut selanjutnya
akan dikompilasi sesuai dengan metode analisis yang akan digunakan dan sesuai
dengan standar-standar ketentuan yang berlaku. Pada tahap ini, langkah-langkah yang
ditempuh meliputi:
• Pengolahan data
• Pengorganisasian data
• Penganalisisan data
Untuk mendapatkan hasil dari tabulasi data yang sudah dikerjakan digunakan
beberapa metode yaitu deskriptif dan analitis. Metode Deskriptif merupakan cara
pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga
diperoleh suatu kesimpulan umum. Tabulasi merupakan langkah awal dari analisis
deskriptif. Dalam perencanaan ini, data yang ditabulasi disusun secara sistematis
sehingga dapat dipakai sebgai dasar perencanaan jembatan di ruas jalan kabupaten ini.
Metode Analisis adalah suatu cara analisis data yang dilakukan dengan jalan
menggunakan suatu teknik analisis tertentu sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
19
Urgensi sistem jaringan ini adalah untuk mengetahui sistem pergerakan
eksisting dan potensi sistem pergerakan apabila ada jalan tembus. Data-data yang
diperlukan dalam penyusunan dan diupayakan terkumpul melalui survei inventarisasi
dan pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut:
1. Ringkasan Data Jalan, meliputi:
a. Data identifikasi ruas jalan yang meliputi:
Lebar dan panjang ruas jalan
Nama pengenal jalan
Titik awal ruas jalan
Titik akhir ruas jalan
b. Data lokasi ruas jalan yang meliputi:
Lokasi ruas jalan pada peta kota
Peta lokasi ruas jalan
c. Data teknik yang meliputi:
Jenis permukaan jalan (tanah, kerikil, beton aspal, dan beton semen).
Jenis jembatan (belum ada, pelayangan, sementara, semi permanen, dan
permanen), satuan yang digunakan adalah buah dan meter.
Bangunan pengaman dan pelengkap (gorong-gorong, saluran
permanen, drainase bawah tanah, bak penampung, riol, bangunan
penahan tanah, kerb, penutup lereng, krib dan bangunan pengaman
bangunan), satuan yang digunakan adalah buah dan meter.
Perlengkapan jalan (pagar pengaman, dinding pengaman, patok
pemandu, marka jalan, rambu jalan, patok damija, rambu lalu lintas,
lampu lalu lintas, lampu penerangan, jembatan penyeberangan, shelter
dan cermin jalan), satuan yang digunakan adalah buah dan meter.
2. Data Sistem Transportasi, meliputi:
a. Karakteristik sistem pengaturan lalu lintas (arah lalu lintas, prioritas,
pengaturan akses, dan lain sebagainya);
b. Fasilitas pejalan kaki;
c. Jaringan pelayanan/trayek/rute dan fasilitas angkutan umum;
Pada umumnya kendaraan pada suatu ruas jalan terdiri dari berbagai komposisi
kendaraan sehingga volume lalu lintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam
jenis kendaraan standar (satuan mobil penumpang atau smp). Untuk mendapatkan
volume dalam smp, maka diperlukan faktor konversi dari berbagai macam kendaraan
menjadi satuan mobil penumpang yaitu faktor ekivalensi mobil penumpang atau emp.
Langkah pertama dalam menganalisis volume lalu lintas adalah menyamakan
satuan kendaraan yang ada ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Hasil tersebut
ditampilkan dalam bentuk pola fluktuasi lalu lintas selama periode survei. Pola ini
penting untuk mengetahui jam sibuk/jam puncak pada lokasi jalan tersebut serta untuk
mengetahui pola rata-rata dari lalu lintas. Setelah itu, volume jam puncak dapat
21
digunakan untuk mengetahui nilai NVK yang berkaitan dengan perhitungan Biaya
Operasional Kendaraan (BOK).
A. Kapasitas Jalan
Untuk mengetahui nisbah volume dan kapasitas suatu ruas jalan, maka perlu
diketahui besar kapasitas jalan terlebih dahulu. Kapasitas didefinisikan sebagai arus
maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada
kondisi tertentu.
Dimana:
C : kapasitas (smp/jam)
Co : kapasitas dasar (smp/jam)
FCW : faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP : faktor penyesuaian distribusi
FCSF : faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs : faktor penyesuaian ukuran kota
22
Lalu Lintas Untuk JalanPerkotaan (FCw)
Lebar Perkerasan
Tipe Jalan FCw
(m)
Empat lajur terbagi Per Lajur 3,00
0,92
atau jalan satu arah 3,25
0,96
3,50
1,00
3,75
4,00 1,04
1,08
Empat lajur tak Per Lajur
terbagi 3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua lajur tak terbagi Total Dua Arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI: Jalan Perkotaan, 1997
Pemisah Arah
Faktor arah adalah besarnya perbandingan pemisah arah dari jumlah dua arus
pergerakan. Pada jalan tanpa menggunakan pemisah, maka besarnya faktor
penyesuaian untuk jalan tersebut tergantung pada besarnya pemisah kedua arah seperti
yang ditampilkan pada tabel di bawah.
23
Tingkat hambatan samping dikelompokkan kedalam lima kelas dari yang rendah
hingga sangat tinggi sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping
sepanjang segmen jalan yang diamati. Menurut MKJI 1997, kelas hambatan samping
dikelompokkan seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu (FCSF) Pada Jalan Perkotaan Dengan Bahu
Faktor Penyesuaian untuk Hambatan
Kelas Samping dan Lebar Bahu FCSF
Tipe Jalan Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 0,96 0,98 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 D M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
VL 0,96 0,99 1,01 1,03
L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 UD M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,87 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
VL 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 UD L 0,92 0,94 0,97 1,00
atau jalan M 0,89 0,92 0,95 0,98
satu arah H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: MKJI: Jalan Perkotaan, 1997
Ukuran Kota
Faktor penyesuaian kapasitas berdasarkan ukuran kota dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
24
Tabel 3.3 Faktor Kapasitas untuk Ukuran Kota (FCCS)
Ukuran kota (Juta Penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FCcs)
< 0,1 0.86
0,1-0,5 0.90
0,5-1,0 0.94
1,0-0,3 1.00
>0,3 1.04
Sumber:MKJI: Jalan Perkotaan
V
NVK =
C
Dimana:
V = volume lalu lintas hasil pemodelan
C = hasil kapasitas (smp/jam)
Berdasarkan empiris dan beberapa hasil kajian lalu lintas di DKI Jakarta, Tamin dan
Nahdalina (1998) dalam Tamin (2000) memberi batasan nilai NVK pada berbagai
kondisi seperti yang tercantum pada tabel berikut:
25
asal tujuan perjalanan antar zona, serta pembebanan pada rute yang tersedia. Masing-
masing tahap dalam model berupa pengembangan hubungan secara matematis guna
mensimulasikan situasi yang sebenarnya berdasarkan hasil pengumpulan data dengan
tahapan sesuai bagan alir pelaksanaan pekerjaan. Secara umum, metode pemodelan
yang akan dilakukan meliputi sub-sub tahapan berikut ini:
a. Pembagian zona
b. Pemodelan jaringan jalan
c. Perhitungan bangkitan perjalanan
d. Perhitungan asal tujuan perjalanan
e. Menghasilkan Matriks Asal Tujuan perjalanan di wilayah studi
f. Pembebanan rute jaringan jalan di wilayah studi
26
B. Bangkitan Perjalanan dan Asal Tujuan
Bangkitan adalah banyaknya pergerakan yang berasal dari suatu tata guna lahan
(zona) sedangkan asal tujuan adalah banyaknya pergerakan dari suatu zona menuju
zona lainnya. Model bangkitan digunakan untuk mengetahui besarnya pergerakan
yang keluar dari atau menuju ke sebuah zona. Pendekatan untuk memperoleh data
pemodelan bangkitan perjalanan adalah data jumlah anggota keluarga, pendapatan
anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga, waktu yang diperlukan untuk
melakukan perjalanan, serta jumlah dan jenis kendaraan yang dimiliki atau lain
sebagainya dengan pengolahan data menggunakan metode analisis regresi linier
berganda. Output dari model ini adalah kuantitas kendaraan, atau orang per satuan
waktu.
Model bangkitan menggunakan konsep pemodelan pergerakan secara terpisah
karena setiap pergerakan memiliki tujuannya sendiri dan ketika dilakukan generalisasi
atas tujuan dari pergerakan tersebut hasil yang didapat tidaklah valid dan akan ada
tumpang tindih data. Oleh karena itu, klasifikasi atas pergerakan dilakukan terlebih
dahulu sebelum membuat model ini, antara lain:
1. Berdasarkan tujuan
Pegerakan berdasarkan tujuan dibagi menjadi :
Pergerakan ke tempat kerja
Pergerakan ke tempat belajar
Pergerakan ke tempat belanja
Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi
Pergerakan ke tempat lain selain yang disebutkan di atas
2. Berdasarkan waktu
Pergerakan berdasarkan waktu dikelompokkan pada jam sibuk dan jam tidak
sibuk. Namun, pada beberapa kasus dibedakan lagi menjadi jam sibuk hari kerja
dan jam sibuk hari libur.
3. Berdasarkan jenis orang
Pergerakan berdasarkan jenis orang memperhatikan atribut sosio-ekonomi
masing-masing individu dengan asumsi orang tersebut bergerak berdasarkan
prilaku sosial dan kemampuan ekonominya. Umumnya, pergerakan orang dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
Tingkat pendapatan
Tingkat kepemilikan kendaraan
27
Ukuran dan struktur rumah tangga
D. Pemilihan Rute
Pada sistem transportasi, terjadi keseimbangan pada beberapa tingkat. Salah
satunya adalah pada tingkat jaringan. Setiap pelaku pergerakan berusaha mencari rute
yang terbaik untuk melakukan pergerakannya, baik itu dari segi jarak maupun waktu
tempuh. Pada umumnya, pengguna jalan akan mencari dan menemukan suatu pola rute
yang stabil. Suatu pola rute yang arus pergerakannya dapat dikatakan stabil bila setiap
pelaku kendaraan tidak lagi berusaha mencari rute terbaik untuk mencapai tujuan
mereka karena rute yang dilalui merupakan rute yang paling terbaik. Kondisi ini
dikenal dengan kondisi keseimbangan jaringan jalan
Berbeda halnya dengan kendaraan umum, penumpang kendaraan ini biasanya
akan mencari rute yang dapat meminimumkan biaya. Kondisi ini akan berinteraksi
dengan kondisi yang terjadi pada kendaraan pribadi sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan kondisi keseimbangan yang baru. Kondisi keseimbangan tersebut
dikenal dengan kondisi keseimbangan jaringan multimoda. Pada tingkat yang lebih
tinggi, pola pergerakan baru akan mempengaruhi pemilihan moda, zona tujuan, dan
waktu terjadinya pergerakan. Suatu kondisi keseimbangan yang baru akan
mempengaruhi tingkat pelayanan masing-masing rute yang pada konteks
28
permodelannya perlu menaksir kembali MAT. Proses penaksiran MAT ini perlu
dilakukan berulang-ulang hingga didapat MAT dengan nilai biaya perjalanan yang
konsisten dengan arus yang terjadi pada semua sistem jaringan. Kondisi ini dikenal
dengan keseimbangan sistem.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembebanan rute adalah
memperkirakan asumsi pengguna jalan mengenai pilihannya yang terbaik. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pemilihan rute, antara lain waktu tempuh, jarak, biaya,
kemacetan dan antrian, jenis maneuver, jenis jalan raya, pemandangan, kelengkapan
rambu dan marka, dan lain sebagainya. Faktor utama dalam pemilihan rute adalah
biaya pergerakan dan nilai waktu. Pada umumnya biaya pergerakan dianggap
proporsional dengan jarak tempuh.
Dengan:
KKB dasar kendaraan golongan I = 0,0284 V2 – 3,0644 V + 141,68
kk = faktor koreksi akibat kelandaian
kl = faktor koreksi akibat kondisi arus lalu
29
lintas
kr = faktor koreksi akibat kekasaran jalan
V = kecepatan kendaraan (km/jam)
Tabel 3.11 Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan
g < -5% - 0,337
Faktor Koreksi Akibat Kelandaian Negatif (kk)
-5% ≤ g < 0% - 0,158
0% ≤ g < 5% 0,400
Faktor Koreksi Akibat Kelandaian Positif (kk)
g ≥ 5% 0,820
0 ≤ NVK < 0,6 0,050
Faktor Koreksi Akibat Kondisi Arus Lalu Lintas (kl) 0,6 ≤ NVK < 0,8 0,185
NVK ≥ 0,8 0,253
< 3 m/km 0,035
Faktor Koreksi Akibat Kekasaran Jalan (kr)
≥ 3 m/km 0,085
Sumber: LAPI-ITB (1997)
• Pemakaian Ban
Besarnya biaya pemakaian ban sangat tergantung pada kecepatan kendaraan dan
jenis kendaraan.
30
Kendaraan Golongan I: Y = 0,0008848 V – 0,0045333
• Biaya Pemeliharaan
Komponen biaya pemeliharaan yang paling dominan adalah biaya suku cadang
dan upah montir.
a. Suku Cadang
b. Montir
• Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan hanya berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol dan jalan
arteri, besarnya berbanding terbalik dengan kecepatan kendaraan.
• Bunga Modal
Menurut Road User Cost Model (1991), besarnya biaya bunga modal per
kendaraan per 1000 km ditentukan oleh persamaan berikut ini:
• Biaya Asuransi
Besarnya biaya asuransi berbanding terbalik dengan kecepatan. Semakin tinggi
kecepatan kendaraan, semakin kecil biaya asuransinya.
Golongan I: Y = 38/(500 V)
Y = biaya asuransi per 1000 km
Perhitungan BOK =
Biaya Tetap (Konsumsi Bahan Bakar + Konsumsi Pelumas + Pemakaian Ban +
31
Pemeliharaan) + Biaya Tidak Tetap (Penyusutan + Bunga Modal + Asuransi)
MAW
VOT =
S
Pendapatan rata−rata per bulan
MAW =
Jumlah jam kerja per bulan
32
Dimana:
VOT = Nilai Waktu (Rp/km/orang/bulan)
MAW = Upah Rata-Rata Per Bulan (Rp/jam/orang/bulan)
S = Kecepatan Kendaraan (km/jam)
Nilai waktu sepanjang umur rencana akan mengalami kenaikan harga di setiap
tahunnya. Dengan demikian, perhitungan nilai waktu di tahun-tahun berikutnya akan
dipengaruhi oleh kenaikan inflasi setiap tahun berdasarkan data dari tingkat inflasi
Bank Sentral (Bank Indonesia).
33
biaya yang dikeluarkan (cost). Persamaan yang digunakan yaitu:
Benefit
BCR =
Cost
Dengan ketentuan:
≥1 = Layak
<1 = Tidak Layak
B. Net Present Value (NPV)
Analisis ini dikenal sebagai metode present worth dan digunakan untuk
menentukan apakah suatu rencana mempunyai manfaat dalam periode waktu analisis.
Hal ini dihitung dari selisih Present Value of The Benefit (PVB) dan Present Value of
The Cost (PVC). Dasar dari metode ini adalah bahwa semua manfaat (benefit) ataupun
biaya (cost) mendatang yang berhubungan dengan suatu proyek didiskonto ke nilai
sekarang (present values) dengan menggunakan suatu suku bunga diskonto.
Persamaan NPV adalah sebagai berikut:
NPV 1
IRR = i1 + ( ) x (i2 – i1)
( NPV 1−NPV 2 )
Dimana:
i1 = Tingkat suku bunga yang akan menghasilkan NPV positif
i2 = Tingkat suku bunga yang akan menghasilkan NPV negatif
NPV1 = Net Present Value yang bernilai positif
34
NPV2 = Net Present Value yang bernilai negatif
35
mitigasi dapat mempengaruhi lokasi jalan masuk dan persyaratan
manajemen akses pada jalan sekitarnya.
B. Penyusunan Kelayakan
Jika kelayakan jalan telah melampaui kriteria yang ditetapkan, maka harus
disusun langkah-langkah penanganan masalah yang perlu dilakukan. Pada dasarnya,
penanganan masalah kelayakan jalan tergantung dari karakteristik lokasi dan tingkat
permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, harus ditelusuri beberapa alternatif
penanganan yang dapat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitasnya dalam
menyelesaikan masalah serta konsekuensi biaya. Upaya-upaya manajemen dan
rekayasa lalu lintas tidak terbatas pada:
a. Penetapan sirkulasi arah lalu lintas;
b. Penyiapan geometrik jalan;
c. Penyiapan daerah milik jalan (rumija/row);
d. Penyediaan fasilitas bagi angkutan umum;
e. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki;
f. Penyediaan kapasitas ruas jalan yang memadai;
g. Perbaikan akses internal;
h. Pembangunan jalan dan akses baru;
i. Dan lain-lain sesuai kebutuhan setempat.
Sekiranya hasil analisis menunjukan bahwa sistem jaringan jalan di kawasan
kajian tidak layak, maka uraian rencana evaluasi untuk memperbaiki kondisi tersebut
harus dicantumkan pada bab ini. Usulan Rekomendasi Evaluasi menjelaskan lokasi,
dasar-dasar dan seberapa jauh usulan evaluasi dilakukan untuk dapat meningkatkan
kelayakan jalan.
36
BAB IV
ANALISIS KONDISI EKSISTING
37
Tabel 1.1 Rekap Data Volume Kendaraan untuk Rencana
Jalan Tembus di Jl. Joyo Suko Agung dan Jl. Setapa – Gunung Agung
Malang - Batu Vjp Vjp Batu - Malang Vjp Vjp
Waktu
Roda 2 Roda 4 Roda 2 Roda 4 Roda 2 Roda 4 Roda 2 Roda 4
12.00 - 12.15 139 44 473 146 103 35 460 136
12.15 - 12.30 112 32 443 139 128 31 473 134
12.30 - 12.45 105 40 440 138 114 41 465 135
12.45 - 13.00 117 30 470 127 115 29 488 132
13.00 - 13.15 109 37 471 139 116 33 481 130
13.15 - 13.30 109 31 476 140 120 32 495 122
13.30 - 13.45 135 29 491 143 137 38 501 126
13.45 - 14.00 118 42 488 149 108 27 471 124
14.00 - 14.15 114 38 475 147 130 25 491 138
14.15 - 14.30 124 34 126 36
14.30 - 14.45 132 35 107 36
14.45 - 15.00 105 40 128 41
Roda 2 491/8% = 6138
LHR Malang - Batu
Roda 4 149/8% = 1863
Roda 2 501/8% = 6263
LHR Batu - Malang
Roda 4 138/8% = 1725
Roda 2 12400
Total
Roda 4 3588
Roda 4 12813
38
BAB V
PEMILIHAN RUTE
Untuk mengetahui model pemilihan rute di lokasi studi, terlebih dahulu akan
disusun sebuah kuesioner dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pemilihan rute
itu sendiri. Variabel bebas dalam survei ini antara lain Biaya Perjalanan Roda 2 (Jl.
Joyo Suko Agung) (X1), Waktu Perjalanan Roda 2 (Jl. Joyo Suko Agung) (X2), Biaya
Perjalanan Roda 4 (Jl. Joyo Suko Agung) (X3), Waktu Perjalanan Roda 4 (Jl. Joyo
Suko Agung) (X4), Biaya Perjalanan Roda 2 (Rute Eksisting 1 Jl. Setapa Gunung
Agung) (X5), Waktu Perjalanan Roda 2 (Rute Eksisting 1 Jl. Setapa- Gunung Agung)
(X6), Biaya Perjalanan Roda 4 (Rute Eksisting 1 Jl. Setapa -Gunung Agung) (X7),
Waktu Perjalanan Roda 4 (Rute Eksisting 1 Jl. Setapa-Gunung Agung) (X8), Biaya
Perjalanan Roda 2 (Rute Eksisting 2 Jl. Setapa-Gunung Agung) (X9), Waktu Perjalanan
Roda 2 (Rute Eksisting 2 Jl. Setapa-Gunung Agung) (X10), Biaya Perjalanan Roda 4
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa-Gunung Agung) (X11), dan Waktu Perjalanan Roda 4
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa-Gunung Agung) (X12), sedangkan untuk variabel
terikatnya berupa Model Pelaku Perjalanan dalam Memilih Rute (Y). Dalam proses
pengambilan data, digunakan metode home interview survey dengan random
probability sampling kepada masyarakat di sekitar kawasan studi dengan jumlah
responden yang diperoleh yaitu 86 responden.
39
No. Variabel Data Model Pertanyaan dalam Kuesioner
Waktu Perjalanan Roda 2
7. X6
(Rute Eksisting 1 Jl. Setapa Gunung Agung)
Biaya Perjalanan Roda 4
8. X7
(Rute Eksisting 1 Jl. Setapa Gunung Agung)
Waktu Perjalanan Roda 4
9. X8
(Rute Eksisting 1 Jl. Setapa Gunung Agung)
Biaya Perjalanan Roda 2
10 X9
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa Gunung Agung)
Waktu Perjalanan Roda 2
11. X10
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa Gunung Agung)
Biaya Perjalanan Roda 4
12. X11
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa Gunung Agung)
Waktu Perjalanan Roda 4
13. X12
(Rute Eksisting 2 Jl. Setapa Gunung Agung)
a. Jenis Kelamin
b. Umur
40
No. Umur Jumlah Presentase
1. 17-22 Tahun 49 57%
2. 23-30 Tahun 37 43%
Jumlah 86 100%
c. Pendidikan
41
Jumlah 86 100%
Pengeluaran
No. Jumlah Presentase
Transportasi/Bulan
1. < Rp. 200.000 56 65%
2. Rp. 200.000 – Rp. 500.000 20 23%
3. Rp. 500.000 – Rp. 700.000 7 8%
4. Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000 3 4%
5. > Rp. 1.000.000 - -
Jumlah 86 100%
f. Kendaraan
42
Tabel 1.8 Kendaraan
g. Maksud Perjalanan
No
Maksud Perjalanan Responden Jumlah Presentase
.
1. Non Bisnis (Sekolah, Rekreasi, dll) 20 23%
2. Bisnis (Dinas, Pekerjaan, dll) 56 65%
3. Mudik atau Pulang Kampung 3 4%
4. Keperluan Mendadak 7 8%
Jumlah 86 100%
43
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diketahui intensitas perjalanan
yang dilakukan oleh responden setiap bulan adalah sebagai berikut:
No
Intensitas Perjalanan Per Bulan Jumlah Presentase
.
1. Setiap Hari 27 31%
2. 5x/Minggu 46 53%
3. 1x/Minggu 13 16%
Jumlah 86 100%
44
Berdasarkan survei yang telah dilakukan, diketahui waktu tempuh
responden dalam melakukan perjalanan melalui rute di lokasi studi adalah sebagai
berikut:
k. Pemilihan Rute
Lokasi 1
Jl. Joyo Suko – Jl. Mertojoyo Selatan – Jl.
1. 18 21%
Mertojoyo – Jl. Joyo Sari – Jl. Joyo Agung
2. Jl. Joyo Suko Agung 68 79%
Jumlah 86 100%
Lokasi 2
3. Jl. Raya Tidar – Jl. Salahutu – Jl. Gunung 23 27%
45
Agung Utara – Jl. Gunung Agung
Jl. Raya Tidar – Jl. Lokon – Jl. Bukit
4. 19 22%
Barisan – Jl. Mega Mendung
5. Jl. Setapa – Jl. Gunung Agung 44 51%
Jumlah 86 100%
Tabel 1.14 Hasil Uji Validitas Model Pemilihan Rute Lokasi Studi Pembangunan
Jalan Tembus
R tabel (5%)
Variabel Item R hitung Keterangan
df = n - 2
X1 0.807 0.212 Valid
X2 0.802 0.212 Valid
X3 0.701 0.212 Valid
X4 0.653 0.212 Valid
X5 0.683 0.212 Valid
X6 0.652 0.212 Valid
X7 0.667 0.212 Valid
X8 0.496 0.212 Valid
X9 0.821 0.212 Valid
X10 0.645 0.212 Valid
X11 0.504 0.212 Valid
46
X12 0.653 0.212 Valid
Dari hasil uji validitas diatas, diperoleh hasil valid untuk keseluruhan variabel
yang dengan nilai r hitung > r tabel = 0,212.
Tabel 1.15 Hasil Uji Reliabilitas Model Pemilihan Rute Lokasi Studi
Pembangunan Jalan Tembus
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.888 12
47
3. Probabilitas Pemilihan Rute Perjalanan
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X1)
Tabel 1.16 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X1)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X1) Total
Rute 2 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 Rp. 650 Rp. 1.000 - Rp. 350 77 8 1 0 0 86
2 Rp. 650 Rp. 900 - Rp. 250 74 11 1 0 0 86
3 Rp. 650 Rp. 650 Rp. 0 2 7 69 8 0 86
4 Rp. 900 Rp. 650 Rp. 250 0 9 11 66 0 86
5 Rp. 1.000 Rp. 650 Rp. 350 0 0 2 13 71 86
90
80
70
20
10
0
- Rp. 350 - Rp. 250 Rp. 0 Rp. 250 Rp. 350
Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X2)
Tabel 1.17 Respon terhadap Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X2)
Jumlah Responden
Selisih Waktu Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X2) Total
Rute 2 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 2 menit 6 menit - 4 menit 86 0 0 0 0 86
2 2 menit 5 menit - 3 menit 73 13 0 0 0 86
3 2 menit 2 menit 0 1 6 65 14 0 86
4 5 menit 2 menit 3 menit 0 0 11 74 1 86
7
5 6 menit 2 menit 4 menit 0 0 1 15
0 86
48
100
90
80
Jumlah Responden 70
Pasti Pilih Jalan Tembus
60
Mungkin Pilih Jalan Tembus
50 Pilihan Berimbang
Mungkin Pilih Jalan Eksisting
40 Pasti Pilih Jalan Eksisting
30
20
10
0
- 4 menit - 3 menit 0 3 menit 4 menit
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X3)
Tabel 1.18 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X3)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X3) Total
Rute 2 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1
1 Rp. 2.500 Rp. 4.000 - Rp. 1.500 74 0 0 0
2 86
1
2 Rp. 2.500 Rp. 3.500 - Rp. 1.000 74 1 0 0
1 86
3 Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 0 0 0 86 0 0 86
4 Rp. 3.500 Rp. 2.500 Rp. 1.000 0 9 11 66 0 86
7
5 Rp. 4.000 Rp. 2.500 Rp. 1.500 0 0 1 12
3 86
100
90
80
70
Jumlah Responden
20
10
0
- Rp. 1.500 - Rp. 1.000 Rp. 0 Rp. 1.000 Rp. 1.500
49
Gambar 1.3 Respon terhadap Selisih Biaya Perjalanan Roda 4
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X3)
Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X4)
Tabel 1.19 Respon terhadap Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X4)
Jumlah Responden
Selisih Waktu Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X4) Total
Rute 2 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 5 menit 10 menit - 5 menit 80 6 0 0 0 86
2
2 5 menit 8 menit - 3 menit 65 0 0 0
1 86
3 5 menit 5 menit 0 0 7 59 20 0 86
4 8 menit 5 menit 3 menit 0 0 12 74 0 86
5 10 menit 5 menit 5 menit 0 0 0 3 83 86
90
80
Jumlah Responden
70
60
Pasti Pilih Jalan Tembus
50 Mungkin Pilih Jalan Tembus
Pilihan Berimbang
40 Mungkin Pilih Jalan Eksisting
Pasti Pilih Jalan Eksisting
30
20
10
0
- 5 menit - 3 menit 0 3 menit 5 menit
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Rute 1) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X5)
Tabel 1.20 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Rute 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X5)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X5) Total
Rute 3 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 Rp. 100 Rp. 300 - Rp. 200 83 3 0 0 0 86
2 Rp. 100 Rp. 250 - Rp. 150 53 32 1 0 0 86
3 Rp. 100 Rp. 100 0 2 7 69 8 0 86
6
4 Rp. 250 Rp. 100 Rp. 150 0 12 10 0
4 86
50
1
5 Rp. 300 Rp. 100 Rp. 200 0 0 2 71
3 86
90
80
70
Jumlah Responden
20
10
0
- Rp. 200 - Rp. 150 0 Rp. 150 Rp. 200
Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 (Rute 1) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X6)
Tabel 1.21 Respon terhadap Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 (Rute 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X6)
Jumlah Responden
Selisih Waktu Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X6) Total
Rute 3 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 1 menit 3 menit - 2 menit 81 5 0 0 0 86
1
2 1 menit 2 menit - 1 menit 71 2 0 0
3 86
3 1 menit 1 menit 0 0 9 63 14 0 86
4 2 menit 1 menit 1 menit 0 0 12 70 4 86
5 3 menit 1 menit 2 menit 0 0 0 9 77 86
90
80
70
Jumlah Responden
60
Pasti Pilih Jalan Tembus
50 Mungkin Pilih Jalan Tembus
Pilihan Berimbang
40 Mungkin Pilih Jalan Eksisting 1
Pasti Pilih Jalan Eksisting 1
30
20
10
0
- 2 menit - 1 menit 0 1 menit 2 menit
51
Gambar 1.6 Respon terhadap Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 (Rute 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X6)
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Rute 1) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X7)
Tabel 1.22 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Rute 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X7)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X7) Total
Rute 3 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 Rp. 500 Rp. 1.100 - Rp. 600 81 5 0 0 0 86
2 Rp. 500 Rp. 1.000 - Rp. 500 74 11 1 0 0 86
3 Rp. 500 Rp. 500 Rp. 0 0 2 76 8 0 86
6
4 Rp. 1.000 Rp. 500 Rp. 500 0 4 18 0
4 86
1
5 Rp. 1.100 Rp. 500 Rp. 600 0 0 1 73
2 86
90
80
70
Jumlah Responden
20
10
0
- Rp. 600 - Rp. 500 Rp. 0 Rp. 500 Rp. 600
Selisih Biaya Perjalanan Jl. Setapa-Gunung Agung (Roda 4) (∆X7)
Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Rute 1) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X8)
Tabel 1.23 Respon terhadap Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Rute 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X8)
Jumlah Responden
Selisih Waktu Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X8) Total
Rute 3 Rute 1
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 3 menit 5 menit - 2 menit 77 9 0 0 0 86
2 3 menit 4 menit - 1 menit 57 29 0 0 0 86
3 3 menit 3 menit 0 0 3 63 2 0 86
52
0
7
4 4 menit 3 menit 1 menit 0 0 12 0
4 86
1
5 5 menit 3 menit 2 menit 0 0 0 73
3 86
90
80
Jumlah Responden
70
60
Pasti Pilih Jalan Tembus
50 Mungkin Pilih Jalan Tembus
Pilihan Berimbang
40 Mungkin Pilih Jalan Eksisting 1
Pasti Pilih Jalan Eksisting 1
30
20
10
0
- 2 menit - 1 menit 0 1 menit 2 menit
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Rute 2) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X9)
Tabel 1.24 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Rute 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X9)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X9) Total
Rute 3 Rute 2
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 Rp. 100 Rp. 900 - Rp. 800 83 3 0 0 0 86
1
2 Rp. 100 Rp. 500 - Rp. 400 74 1 0 0
1 86
3 Rp. 100 Rp. 100 0 2 5 72 7 0 86
4 Rp. 500 Rp. 100 Rp. 400 0 8 13 65 0 86
5 Rp. 900 Rp. 100 Rp. 800 0 0 1 10 75 86
53
90
80
70
20
10
0
- Rp. 800 - Rp. 400 0 Rp. 400 Rp. 800
100
90
80
Jumlah Responden
70
20
10
0
- 3 menit - 1 menit 0 1 menit 3 menit
54
Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Rute 2) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X11)
Tabel 1.26 Respon terhadap Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Rute 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X11)
Jumlah Responden
Selisih Biaya Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X11) Total
Rute 3 Rute 2
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 Rp. 1.000 Rp. 3.400 - Rp. 2.400 70 16 0 0 0 86
2 Rp. 1.000 Rp. 2.000 - Rp. 1.000 59 26 1 0 0 86
3 Rp. 1.000 Rp. 1.000 0 0 0 86 0 0 86
4 Rp. 2.000 Rp. 1.000 Rp. 1.000 0 0 10 76 0 86
5 Rp. 3.400 Rp. 1.000 Rp. 2.400 0 0 1 18 67 86
100
90
80
Jumlah Responden
70
Pasti Pilih Jalan Tembus
60
Mungkin Pilih Jalan Tembus
50 Pilihan Berimbang
Mungkin Pilih Jalan Eksisting 2
40
Pasti Pilih Jalan Eksisting 2
30
20
10
0
- Rp. 2.400 - Rp. 1.000 0 Rp. 1.000 Rp. 2.400
Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Rute 2) di Jl. Setapa – Gunung Agung
(∆X12)
Tabel 1.27 Respon terhadap Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Rute 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X12)
Jumlah Responden
Selisih Waktu Perjalanan
Tiap Poin Rating
Pilihan ∆(X12) Total
Rute 3 Rute 2
1 2 3 4 5
(Jalan Tembus) (Eksisting)
1 3 menit 7 menit - 4 menit 80 6 0 0 0 86
2 3 menit 5 menit - 2 menit 65 21 0 0 0 86
3 3 menit 3 menit 0 0 7 59 20 0 86
4 5 menit 3 menit 2 menit 0 0 12 74 0 86
5 7 menit 3 menit 4 menit 0 0 0 3 83 86
55
90
80
Jumlah Responden
70
60
Pasti Pilih Jalan Tembus
50 Mungkin Pilih Jalan Tembus
Pilihan Berimbang
40 Mungkin Pilih Jalan Eksisting 2
Pasti Pilih Jalan Eksisting 2
30
20
10
0
- 4 menit - 2 menit 0 2 menit 4 menit
Berdasarkan data respon pemilihan rute perjalanan di Jl. Joyo Suko Agung
maupun Jl. Setapa-Gunung Agung yang dipilih oleh responden, dapat dilakukan
analisis regresi berganda pada masing-masing atribut untuk memperoleh nilai b 0 dan bn
dengan menggunakan bantuan software excel. Tahap selanjutnya yaitu substitusi nilai
koefisien dan konstanta yang diperoleh kedalam model utilitas untuk mencari nilai
probabilitas dengan model logit binomial. Dari analisis ini akan diperoleh hubungan
pengalihan moda dalam bentuk grafik dengan menghubungkan selisih/perubahan
atribut (∆Xn) dan probabilitas rute, sehingga probabilitas potensi pengguna rute
perjalanan dapat diketahui.
a. Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X1)
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan bantuan Software Excel, diperoleh hasil
model utilitas sebagai berikut:
(UTbs - UEks) = 0,3165 - 0,005502669(∆X1)
Dengan hasil analisis lainnya, antara lain:
Analisis Korelasi Ganda (R) = 0.97562997 yang berarti menunjukkan
hubungan yang kuat antara atribut biaya perjalanan terhadap pemilihan rute.
Analisis Determinasi (R2) = 0.95185383 yang berarti presentase pengaruh
atribut biaya perjalanan terhadap variabel terikat (Y) yang digunakan dalam
model sebesar 95%.
56
Adjusted R Square = 0.93580511 dimana nilainya tidak jauh dari nilai R
Square sehingga kesimpulan hasilnya konsisten.
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) = 0.00455013 yang berarti atribut
biaya perjalanan roda 2 berpengaruh signifikan terhadap pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00455013 yang berarti
atribut biaya perjalanan roda 2 mempengaruhi pemilihan rute jalan tembus
karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
PGo = 1 - PGr
Dengan memasukkan nilai selisih biaya perjalanan roda 2 pada model diatas,
maka diperoleh probabilitas pemilihan rute jalan tembus di Jl. Joyo Suko Agung
yang diuraikan dalam tabel dibawah:
Tabel 1.28 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X1)
57
1.00
0.90
0.80
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400
b. Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X2)
58
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan bantuan Software Excel, diperoleh hasil
model utilitas sebagai berikut:
(UTbs - UEks) = 0,2893 - 0,495538256(∆X2)
Dengan hasil analisis lainnya, antara lain:
Analisis Korelasi Ganda (R) = 0.98311941 yang berarti menunjukkan
hubungan yang kuat antara atribut waktu perjalanan terhadap pemilihan rute.
Analisis Determinasi (R2) = 0.96652377 yang berarti presentase pengaruh
atribut waktu perjalanan terhadap variabel terikat (Y) yang digunakan dalam
model sebesar 97%.
Adjusted R Square = 0.95536503 dimana nilainya tidak jauh dari nilai R
Square sehingga kesimpulan hasilnya konsisten.
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) = 0.00262611 yang berarti atribut
waktu perjalanan roda 2 berpengaruh signifikan terhadap pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00262611 yang berarti
atribut waktu perjalanan roda 2 mempengaruhi pemilihan rute jalan tembus
karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
(UTbs−UEks) (0,2893−0,495538256(∆ X 2 ))
e e
PGr = (UTbs−UEks) = (0,2893−0,495538256 (∆ X 2))
1+ e 1+ e
PGo = 1 - PGr
Dengan memasukkan nilai selisih waktu perjalanan roda 2 pada model diatas,
maka diperoleh probabilitas pemilihan rute jalan tembus di Jl. Joyo Suko Agung
yang diuraikan dalam tabel dibawah:
Tabel 1.29 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X2)
59
1.00
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
c. Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X3)
60
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan bantuan Software Excel, diperoleh hasil
model utilitas sebagai berikut:
(UTbs - UEks) = 0,2926 - 0,001315196(∆X3)
Dengan hasil analisis lainnya, antara lain:
Analisis Korelasi Ganda (R) = 0.97397544 yang berarti menunjukkan
hubungan yang kuat antara atribut biaya perjalanan terhadap pemilihan rute.
Analisis Determinasi (R2) = 0.94862815 yang berarti presentase pengaruh
atribut biaya perjalanan terhadap variabel terikat (Y) yang digunakan dalam
model sebesar 95%.
Adjusted R Square = 0.93150420 dimana nilainya tidak jauh dari nilai R
Square sehingga kesimpulan hasilnya konsisten.
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) = 0.00502003 yang berarti atribut
biaya perjalanan roda 4 berpengaruh signifikan terhadap pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00502003 yang berarti
atribut biaya perjalanan roda 4 mempengaruhi pemilihan rute jalan tembus
karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
(UTbs−UEks) (0,2926−0,001315196(∆ X 3 ))
e e
PGr = (UTbs−UEks) = (0,2926−0,001315196 (∆ X 3))
1+ e 1+ e
PGo = 1 - PGr
Dengan memasukkan nilai selisih biaya perjalanan roda 4 pada model diatas,
maka diperoleh probabilitas pemilihan rute jalan tembus di Jl. Joyo Suko Agung
yang diuraikan dalam tabel dibawah:
Tabel 1.30 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X3)
61
1500 0.18633616 0.16 0.84
1.00
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-2000 -1500 -1000 -500 0 500 1000 1500 2000
d. Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 di Jl. Joyo Suko Agung (∆X4)
62
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan bantuan Software Excel, diperoleh hasil
model utilitas sebagai berikut:
(UTbs - UEks) = 0,1927 - 0,427288133(∆X4)
Dengan hasil analisis lainnya, antara lain:
Analisis Korelasi Ganda (R) = 0.98118360 yang berarti menunjukkan
hubungan yang kuat antara atribut waktu perjalanan terhadap pemilihan rute.
Analisis Determinasi (R2) = 0.96272126 yang berarti presentase pengaruh
atribut waktu perjalanan terhadap variabel terikat (Y) yang digunakan dalam
model sebesar 96%.
Adjusted R Square = 0.95029502 dimana nilainya tidak jauh dari nilai R
Square sehingga kesimpulan hasilnya konsisten.
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) = 0.00308965 yang berarti atribut
waktu perjalanan roda 4 berpengaruh signifikan terhadap pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00308965 yang berarti
atribut waktu perjalanan roda 4 mempengaruhi pemilihan rute jalan tembus
karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
PGo = 1 - PGr
Dengan memasukkan nilai selisih waktu perjalanan roda 4 pada model diatas,
maka diperoleh probabilitas pemilihan rute jalan tembus di Jl. Joyo Suko Agung
yang diuraikan dalam tabel dibawah:
Tabel 1.31 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4
di Jl. Joyo Suko Agung (∆X4)
(∆X4) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-5 10.26876684 0.91 0.09
-3 4.36898483 0.81 0.19
0 1.21247810 0.55 0.45
3 0.33648621 0.25 0.75
5 0.14316258 0.13 0.87
63
1.00
0.90
0.80
0.70
Probabilitas Memilih Jalan
Tembus (%) 0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-6 -4 -2 0 2 4 6
64
e. Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Eksisting 1) di Jl. Setapa – Gunung
Agung (∆X5)
Berdasarkan hasil analisis regresi dengan bantuan Software Excel, diperoleh hasil
model utilitas sebagai berikut:
(UTbs - UEks) = 0,2813 - 0,009165473(∆X5)
Dengan hasil analisis lainnya, antara lain:
Analisis Korelasi Ganda (R) = 0.97483389 yang berarti menunjukkan
hubungan yang kuat antara atribut biaya perjalanan terhadap pemilihan rute.
Analisis Determinasi (R2) = 0.95030111 yang berarti presentase pengaruh
atribut biaya perjalanan terhadap variabel terikat (Y) yang digunakan dalam
model sebesar 95%.
Adjusted R Square = 0.93373481 dimana nilainya tidak jauh dari nilai R
Square sehingga kesimpulan hasilnya konsisten.
Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t) = 0.00477432 yang berarti atribut
biaya perjalanan roda 2 berpengaruh signifikan terhadap pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00477432 yang berarti
atribut biaya perjalanan roda 2 mempengaruhi pemilihan rute jalan tembus
karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan = 5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
PGo = 1 - PGr
Tabel 1.32 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Eksisting 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X5)
65
0 1.32481125 0.57 0.43
150 0.33502470 0.25 0.75
200 0.21186104 0.17 0.83
1.00
0.90
0.80
Probabilitas Memilih Jalan
0.70
0.60
Tembus (%)
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 250
66
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 1.
(UTbs−UEks) (0,2327−1,108320349(∆ X 6 ))
e e
PGr = (UTbs−UEks) = (0,2327−1,108320349(∆ X 6))
1+ e 1+ e
PGo = 1 - PGr
Tabel 1.33 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 (Eksisting 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X6)
67
(∆X6) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-2 11.58120457 0.92 0.08
-1 3.82310584 0.79 0.21
0 1.26205682 0.56 0.44
1 0.41662133 0.29 0.71
2 0.13753210 0.12 0.88
1.00
0.90
0.80
0.70
Probabilitas Memilih Jalan
0.60
Tembus (%)
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
68
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus > 50%
jika selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 2 di bawah 0,22 menit.
Apabila selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 2 di atas 0,22 menit,
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 1.
PGo = 1 - PGr
69
Tabel 1.34 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Eksisting 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X7)
(∆X7) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-600 8.53502594 0.90 0.10
-500 6.27320473 0.86 0.14
0 1.34558935 0.57 0.43
500 0.28862611 0.22 0.78
600 0.21213886 0.18 0.82
1.00
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800
70
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus > 50%
jika selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 4 di bawah Rp. 102.
Apabila selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 4 di atas Rp. 102,
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 1.
PGo = 1 - PGr
71
Tabel 1.35 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Eksisting 1)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X8)
(∆X8) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-2 9.92930480 0.91 0.09
-1 3.45066785 0.78 0.22
0 1.19918855 0.55 0.45
1 0.41674633 0.29 0.71
2 0.14482919 0.13 0.87
1.00
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
72
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus >
50% jika selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 4 di bawah 0,2
menit. Apabila selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 4 di atas 0,2
menit, maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan
menurun dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 1.
PGo = 1 - PGr
73
Tabel 1.36 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 2 (Eksisting 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X9)
(∆X9) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-800 12.16883174 0.92 0.08
-400 4.09538772 0.80 0.20
0 1.37829177 0.58 0.42
400 0.46386040 0.32 0.68
800 0.15611098 0.14 0.86
1.00
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-1000 -800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800 1000
74
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus > 50%
jika selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 2 di bawah Rp. 125.
Apabila selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 2 di atas Rp. 125,
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 2.
PGo = 1 - PGr
75
Tabel 1.37 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 2 (Eksisting 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X10)
(∆X10) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-3 14.20873586 0.93 0.07
-1 3.03923916 0.75 0.25
0 1.40562540 0.58 0.42
1 0.65009124 0.39 0.61
3 0.13905408 0.12 0.88
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
76
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus > 50%
jika selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 2 di bawah 0,46 menit.
Apabila selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 2 di atas 0,46 menit,
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 2.
PGo = 1 - PGr
77
Tabel 1.38 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Biaya Perjalanan Roda 4 (Eksisting 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X11)
(∆X11) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-2400 9.91683277 0.91 0.09
-1000 2.94751707 0.75 0.25
0 1.23904559 0.55 0.45
1000 0.52085668 0.34 0.66
2400 0.15481092 0.13 0.87
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000
78
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus > 50%
jika selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 4 di bawah Rp. 270.
Apabila selisih biaya perjalanan dengan kendaraan roda 4 di atas Rp. 270,
maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus akan menurun
dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan eksisting 2.
79
Uji Koefisien Regresi secara Simultan (Uji F) = 0.00398044 yang berarti
atribut waktu perjalanan roda 4 mempengaruhi pemilihan rute jalan
tembus karena tingkat sig. hitung < tingkat signifikan yang ditetapkan =
5%.
Model utilitas yang telah diketahui dapat digunakan untuk menganalisis model
pemilihan rute jalan tembus dengan model logit binomial sebagai berikut:
PGo = 1 - PGr
Tabel 1.39 Probabilitas Pengguna Rute Jalan Tembus atau Jalan Eksisting
berdasarkan Atribut Selisih Waktu Perjalanan Roda 4 (Eksisting 2)
di Jl. Setapa – Gunung Agung (∆X12)
(∆X12) exp(UTbs - UEks) PTbs PEks
-4 11.17018200 0.92 0.08
-2 3.68016318 0.79 0.21
0 1.21247810 0.55 0.45
2 0.39946683 0.29 0.71
4 0.13160960 0.12 0.88
Probabilitas Memilih Jalan Tembus (%)
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
80
Grafik probabilitas pemilihan rute dengan kendaraan roda 4 (eksisting 2)
berdasarkan atribut selisih waktu perjalanan (∆X12) dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pada selisih waktu perjalanan = 0, kemungkinan pelaku perjalanan
memilih rute jalan tembus sebesar 55% sedangkan kemungkinan memilih
rute jalan eksisting 2 sebesar 45%.
Kondisi seimbang antara 50% memilih rute jalan tembus dan 50%
memilih rute jalan eksisting 2 terjadi pada selisih waktu perjalanan antara
kedua rute dengan kendaraan roda 4 yaitu sebesar 0,38 menit.
Jika koefisien dari model utilitas yang ada bernilai negatif (-), hal tersebut
menunjukkan bahwa pengguna rute jalan tembus yang berkendara
menggunakan roda 4 menginginkan waktu perjalanan yang paling cepat.
Sehingga semakin kecil selisih waktu, maka pengguna yang berpindah
rute perjalanan akan semakin besar.
Probabilitas pengguna jalan yang memilih menggunakan jalan tembus >
50% jika selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 4 di bawah 0,38
menit. Apabila selisih waktu perjalanan dengan kendaraan roda 4 di atas
0,38 menit, maka probabilitas pengguna rute yang memilih jalan tembus
akan menurun dan pengguna jalan akan cenderung memilih jalan
eksisting.
81
BAB VI
ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS
Perhitungan BOK dalam tugas ini menggunakan metode Jasa Marga yang terdiri
dari biaya tidak tetap (variable cost) seperti biaya konsumsi bahan bakar, biaya
pelumas/oli mesin, biaya ban, dan biaya pemeliharaan (suku cadang). Sedangkan biaya
tetap (fixed cost) antara lain biaya pajak, biaya depresiasi kendaraan, biaya
kepemilikan, dan biaya overhead. Parameter yang digunakan untuk menghitung biaya
operasional kendaraan adalah harga dari setiap komponen pada berbagai jenis
kendaraan dan jarak tempuh, dengan asumsi yang digunakan dalam perhitungan BOK
sebagai berikut:
82
– Gunung Agung
Tabel 1.40 Rekap Data Survei Waktu Tempuh (2 Kendaraan) di Jalan
Eksisting Dekat Lokasi Studi Perencanaan Jalan Tembus (Lanjutan)
No. Rute Jarak Waktu Tempuh Kecepatan
Kendaran Roda 4
Joyo Suko Agung – Mertojoyo Selatan
1. 2.5 km 7 menit 15 detik 25 km/jam
– Mertojoyo – Joyo Asri – Joyo Agung
Jl. Raya Tidar – Lokon – Bukit Barisan
2. 750 m 3 menit 2 detik 18 km/jam
– Mega Mendung
Jl. Raya Tidar – Gunung Agung Utara
3. 1.5 km 4 menit 20 detik 20 km/jam
– Gunung Agung
Besar nilai BOK dihitung setiap 50 km dari kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan
kecepatan yang berbeda dan memasukkan harga dari masing-masing komponen setiap
jenis kendaraan dalam rumus perhitungan BOK. Contoh perhitungan BOK diambil dari
83
salah satu jalan eksisting di Jl. Joyo Suko Agung (roda 2) dengan uraian sebagai
berikut:
= Rp. 48,77
= Rp. 7,32
3. Biaya Ban
= Rp. 500.000/25.000 km
= Rp. 20
4. Biaya Operasi
= Rp. 76,08
5. Biaya Pemeliharaan
= Rp. 25,36
6. Pajak
84
Pajak = Biaya Pajak x Periode 1 Tahun
= Rp. 63,62
7. Biaya Penyusutan
= Rp. 245,43
8. Biaya Kepemilikan
= Rp. 309,06
9. Biaya Subtotal
= Rp. 410,50
= Rp. 41,05
85
= Rp. 452 /km
= Rp. 993
Dari hasil analisis diatas, diketahui nilai BOK Kendaraan Roda 2 di ruas jalan
eksisting untuk rencana jalan tembus (Jl. Joyo Suko Agung) sebesar Rp. 993. Untuk
beberapa ruas jalan lainnya akan disajikan dalam bentuk tabel yang ada dibawah ini:
86
Tabel 1.43 Hasil Perhitungan Kecepatan Tempuh Kendaraan
Jl. Joyo Suko Agung
Kendaraan Roda 2
Rut Jarak Bahan Harga Harga Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Total
Pajak Penyusutan BOK
e Tempuh Bakar Oli Ban Operasi Pemeliharaan Kepemilikan Subtotal Overhead BOK/Km
Rp
1 2.2 Rp 48.77 Rp 7.32 Rp 76.08 Rp 25.36 Rp 63.62 Rp 245.43 Rp 309.06 Rp 410.50 Rp 41.05 Rp 452 Rp 993
20.00
Rp
2 1.5 Rp 33.25 Rp 4.99 Rp 58.24 Rp 19.41 Rp 63.62 Rp 245.43 Rp 309.06 Rp 386.71 Rp 38.67 Rp 425 Rp 638
20.00
87
1 0.75 Rp 69.27 Rp 10.39 Rp 83.37 Rp 163.04 Rp 54.35 Rp 456.62 Rp 698.63 Rp 1,155 Rp 1,373 Rp 137 Rp 1,510 Rp 1,132
2 2 Rp 184.72 Rp 27.71 Rp 83.37 Rp 295.80 Rp 98.60 Rp 456.62 Rp 698.63 Rp 1,155 Rp 1,550 Rp 155 Rp 1,705 Rp 3,409
3 0.2 Rp 18.47 Rp 2.77 Rp 83.37 Rp 104.62 Rp 34.87 Rp 456.62 Rp 698.63 Rp 1,155 Rp 1,295 Rp 129 Rp 1,424 Rp 285
88
6.1.4 Perhitungan Penghematan (Saving) BOK
Total BOK with project = BOK semua ruas jalan eksisting with project + BOK jalan tembus
Saving BOK = BOK without project - BOK with project
Hasil analisis penghematan BOK diuraikan dalam tabel dibawah ini:
89
6.2 Analisis Nilai Waktu (Time Value)
Analisis ini digunakan sebagai kinerja segmen jalan dan merupakan masukan
yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisis ekonomi. Untuk mencari
waktu tempuh rata-rata (TT) digunakan perbandingan antara panjang segmen jalan
(L) dan kecepatan rata-rata ruang (V) di seluruh lokasi studi (jalan eksisting without
project dan with project, serta rencana jalan tembus. Perhitungan travel time dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam uraian tabel berikut:
Dalam penelitian ini, penentuan nilai waktu dasar dan nilai waktu minimum
diperoleh dari referensi PT. Jasa Marga (1990 – 1996), Formula Herbert Mohring
dengan rincian sebagai berikut:
90
Kendaraan Roda 2 = Rp. 6.000
Dari persamaan diatas, maka diperoleh hasil nilai waktu untuk kendaraan roda
2 dan roda 4 sebagai berikut:
Nilai waktu sepanjang umur rencana akan mengalami kenaikan harga di setiap
tahunnya, maka dalam perhitungan nilai waktu di setiap tahun-tahun berikutnya akan
dipengaruhi oleh kenaikan inflasi. Data tingkat inflasi Bank Sentral (Bank Indonesia)
diperoleh dari rata-rata tingkat inflasi 3 tahun terakhir dengan uraian sebagai berikut:
Apr-23 4.33 %
Mar-23 4.97 %
Feb-23 5.47 %
Dec-22 5.51 %
Nov-22 5.42 %
Oct-22 5.71 %
Sep-22 5.95 %
Aug-22 4.69 %
Jul-22 4.94 %
Jun-22 4.35 %
May-22 3.55 %
Apr-22 3.47 %
Mar-22 2.64 %
Feb-22 2.06 %
91
Jan-22 2.18 %
Dec-21 1.87 %
Nov-21 1.75 %
Oct-21 1.66 %
Sep-21 1.60 %
Aug-21 1.59 %
Rata-rata 3.69 %
Sumber: https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/data-inflasi.aspx
Dari semua hasil perhitungan dan analisis diatas, tahap selanjutnya dapat
dihitung biaya total nilai waktu selama 1 tahun dengan persamaan berikut:
Dengan demikian, akan dihasilkan biaya penghematan (saving) nilai waktu dengan
menggunakan persamaan berikut:
Saving Nilai Waktu = Nilai Waktu without project - Nilai Waktu with project
Tabel 1.47 Hasil Analisis Penghematan (Saving) Nilai Waktu
saving saving
Nilai Waktu Nilai Waktu Nilai Waktu
Waktu Perjalanan Nilai Waktu Total
Akhir (Jl. Joyo Suko (Jl. Setapa -
Agung) Gunung Agung)
Komponen Total
7090 Rp 37,604.06 Rp 7,299,015,683
Waktu Roda 2
Jalan Tembus Rp 10,366,360,494
Total
(Jl. Joyo Suko 1966 Rp 56,985.07 Rp 3,067,344,811
Roda 4
Agung)
Komponen Total
13711 Rp 37,604.06 Rp 1,881,900,153
Waktu Roda 2
Jalan Tembus
Rp 3,335,114,955
(Rute 1) Total
6987 Rp 56,985.07 Rp 1,453,214,801
(Jl. Setapa - Roda 4
Gunung Agung)
Komponen Total
14359 Rp 37,604.06 Rp 1,970,891,760
Waktu Roda 2
Jalan Tembus
Rp 3,431,385,594
(Rute 2) Total
7022 Rp 56,985.07 Rp 1,460,493,834
(Jl. Setapa - Roda 4
Gunung Agung)
Komponen Total
5310 Rp 37,604.06 Rp 7,652,827,199
Waktu Roda 2
Jalan Eksisting Rp 13,313,231,121
Total
(Jl. Joyo Suko 1622 Rp 56,985.07 Rp 5,660,403,922
Roda 4
Agung)
Komponen Total Rp 11,930,331,350
10864 Rp 37,604.06 Rp 5,797,579,380
Waktu Roda 2
Jalan Eksisting Total 5826 Rp 56,985.07 Rp 6,132,751,970
(Rute 1) Roda 4
(Jl. Setapa -
92
Gunung Agung)
Komponen Total
10216 Rp 37,604.06 Rp 6,778,017,129
Waktu Roda 2
Jalan Eksisting
Rp 15,477,242,623
(Rute 2) Total
5791 Rp 56,985.07 Rp 8,699,225,494
(Jl. Setapa - Roda 4
Gunung Agung)
Nilai Waktu (without project) (Jl. Joyo Suko Agung) Rp 13,313,231,121
Rp 2,946,870,626
Nilai Waktu (without project) (Jl. Setapa - Gunung Agung) Rp 27,407,573,973
Biaya pembangunan Jalan Tembus di Jl. Joyo Suko Agung dan Jl. Setapa –
Gunung Agung mencakup PPN, biaya pembebasan lahan, dan biaya pembangunan
konstruksi Jalan Tembus yang diperoleh dari sumber pendanaan Pemerintah melalui
DPURKP Kota Malang Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp. 16.900.000.000,00.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan proyek jalan tembus di Jl.
Joyo Suko Agung dan Jl. Setapa – Gunung Agung dari sisi ekonomi. Analisis
perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan antara besarnya biaya
penghematan (benefit) dan besarnya biaya investasi (cost). Adapun telah diketahui
pada sub-bab sebelumnya untuk besarnya nilai investasi dan biaya pemeliharaan
yaitu:
Biaya Investasi = Rp. 16.900.000.000,00
93
Biaya Pemeliharaan = Rp 338.000.000,00
Tingkat Suku Bunga = 4,11% (BI rate) flat
Periode BI Rate
Mar-23 5.75 %
Feb-23 5.75 %
Jan-23 5.75 %
Dec-22 5.50 %
Nov-22 5.25 %
Oct-22 4.75 %
Sep-22 4.25 %
Aug-22 3.75 %
Jul-22 3.50 %
Jun-22 3.50 %
May-22 3.50 %
Apr-22 3.50 %
Mar-22 3.50 %
Feb-22 3.50 %
Jan-22 3.50 %
Dec-21 3.50 %
Nov-21 3.50 %
Oct-21 3.50 %
Sep-21 3.50 %
Aug-21 3.50 %
Jul-21 3.50 %
Rata-rata 4.11 %
Sumber: https://www.bps.go.id/indicator/13/379/3/bi-rate.html
Dengan demikian, dapat dihitung nilai Present Worth Benefit dan Present
Worth Cost ditahun rencana (tahun 2023) dengan rincian sebagai berikut:
Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
Present Worth Benefit = Benefit x Tingkat Inflasi
= Rp. 31,706,584,438 x (1+3 , 69 %)1
= Rp. 32,875,130,607
94
= Rp. 24,279,656,947
95
Present Worth Cost = Rp. 24,279,656,947
NPV = Present Worth Benefit - Present Worth Cost
= Rp. 32,875,130,607 - Rp. 24,279,656,947
= Rp. 8,595,473,660 > 0
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai NPV = Rp. 8,595,473,660 > 0 yang
berarti dapat disimpulkan bahwa pembangunan Jalan Tembus di Jl. Joyo Suko
Agung “LAYAK” secara ekonomi.
Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
Present Worth Benefit = Rp. 33,429,355,079
Present Worth Cost = Rp. 17,649,420,240
NPV = Present Worth Benefit - Present Worth Cost
= Rp. 33,429,355,079 - Rp. 17,649,420,240
= Rp. 15,779,934,839 > 0
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai NPV = Rp. 15,779,934,839 > 0 yang
berarti dapat disimpulkan bahwa pembangunan Jalan Tembus di Jl. Joyo Suko
Agung “LAYAK” secara ekonomi.
Analisis IRR digunakan untuk mengetahui batas nilai suku bunga keberapa
proyek pengerjaan jalan tembus akan mengalami kerugian dan mengantisipasi hal
tersebut agar tidak terjadi. Perhitungan nilai IRR dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
NPV 1
IRR = i1 + ( ) x (i2 – i1)
( NPV 1−NPV 2)
Rp . 8,595,473,660
IRR = 4,11% + ( ) x (4,60% – 4,11%)
( Rp . 8,595,473,660−Rp . 98,363,192)
IRR = 4,594%
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai tingkat pengembalian suku bunga (IRR)
= 4,594% dimana IRR > Discount Rate = 4,11%. Dengan demikian, proyek
perencanaan pembangunan jalan tembus di Jl. Joyo Suko Agung “LAYAK” secara
ekonomi.
96
Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
NPV 1
IRR = i1 + ( ) x (i2 – i1)
( NPV 1−NPV 2)
Rp .15,779,934,839
IRR = 4,11% + ( ) x (8,90% –
( Rp .15,779,934,839−Rp .683,097,533)
4,11%)
IRR = 8,701%
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai tingkat pengembalian suku bunga (IRR)
= 8,701% dimana IRR > Discount Rate = 4,11%. Dengan demikian, proyek
perencanaan pembangunan jalan tembus di Jl. Setapa – Gunung Agung “LAYAK”
secara ekonomi.
97
BAB VII
ANALISIS RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
99
7.2 Volume Pekerjaan
Tabel 1.52 Rekap Volume Pekerjaan Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
N Satua Panjan Leba Tingg Jumla
Uraian Pekerjaan Volume
o n g r i h
1 Pekerjaan Persiapan 10000 m2 2000 5
2 Pekerjaan Pondasi
Lapis Pondasi Bawah 4600 m3 2000 5 0.46
Lapis Pondasi Atas 2500 m3 2000 5 0.25
3 Pekerjaan Lapisan
Laston Lapis Permukaan 1000 m3 2000 5 0.1
Laston Lapis Overlay 1400 m3 2000 5 0.14
Prime Coat 1.3 lt/m2 13000 m2 2000 5 1.3
Track Coat 0.35 lt/m2 3500 m2 2000 5 0.35
4 Pekerjaan Drainase
Galian 8400 m3 2000 1.5 1.4
Pas. Batu Tanpa Penutup 5200 m3 2000 1.3
Pas. Batu Dengan
1500 m3 2000 1.5 0.25 2
Penutup
5 Pekerjaan Pelengkapan Jalan
Marka 300 m2 3 0.12
Pembatas Tepi Jalan 960 m3 0.12 4
Rambu 2 Bh
Kerb 600 m3 2000 0.3 0.5 2
Patok Kilometer 4 Bh 2000
Patok Hektometer 18 Bh 2000
Tabel 1.53 Rekap Volume Pekerjaan Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
N Satua Tingg
Uraian Pekerjaan Volume Panjang Lebar Jumlah
o n i
1 Pekerjaan Persiapan 1000 m2 200 5
2 Pekerjaan Pondasi
Lapis Pondasi Bawah 460 m3 200 5 0.46
Lapis Pondasi Atas 250 m3 200 5 0.25
3 Pekerjaan Lapisan
Laston Lapis Permukaan 100 m3 200 5 0.1
Laston Lapis Overlay 140 m3 200 5 0.14
Prime Coat 1.3 lt/m2 1300 m2 200 5 1.3
Track Coat 0.35 lt/m2 350 m2 200 5 0.35
4 Pekerjaan Drainase
Galian 840 m3 200 1.5 1.4
Pas. Batu Tanpa Penutup 520 m3 200 1.3
Pas. Batu Dengan
150 m3 200 1.5 0.25 2
Penutup
5 Pekerjaan Pelengkapan Jalan
Marka 30 m2 3 0.12
Pembatas Tepi Jalan 96 m3 0.12 4
Rambu 2 Bh
100
N Satua Tingg
Uraian Pekerjaan Volume Panjang Lebar Jumlah
o n i
Kerb 60 m3 200 0.3 0.5 2
Patok Kilometer 1 Bh 200
Patok Hektometer 2 Bh 200
7.3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
RAB Ahli
Tabel 1.54 RAB Ahli Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
I Biaya Personil
1 Pekerja Hari 7 10 Rp 127,000.00 Rp 8,890,000
2 Tukang Hari 7 10 Rp 132,000.00 Rp 9,240,000
3 Kepala Tukang Hari 7 1 Rp 137,000.00 Rp 959,000
4 Operator Hari 7 3 Rp 127,000.00 Rp 2,667,000
5 Mandor Hari 7 1 Rp 142,000.00 Rp 994,000
Total Rp 22,750,000
RAB Fisik
Tabel 1.55 RAB Fisik Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
Harga
No Uraian Pekerjaan Volume Sat Harga Pekerjaan
Satuan
1 Pekerjaan Persiapan 10000 m2 Rp 19,640 Rp 196,400,000
2 Pekerjaan Pondasi
Lapis Pondasi Bawah 4600 m3 Rp 221,750 Rp 1,020,050,000
Lapis Pondasi Atas 2500 m3 Rp 269,938 Rp 674,845,000
3 Pekerjaan Lapisan
Laston Lapis Permukaan 1000 m3 Rp 1,514,663 Rp 1,514,663,000
Laston Lapis Overlay 1400 m3
Prime Coat 1.3 lt/m2 13000 m2 Rp 13,157 Rp 171,041,000
Track Coat 0.35 lt/m2 3500 m2 Rp 11,483 Rp 40,190,500
4 Pekerjaan Drainase
Galian 8400 m3 Rp 53,156 Rp 446,510,400
Pas. Batu Tanpa Penutup 5200 m3 Rp 366,425 Rp 1,905,410,000
Pas. Batu Dengan Penutup 1500 m3 Rp 998,113 Rp 1,497,169,500
5 Pekerjaan Pelengkapan Jalan
Marka 300 m2 Rp 210,942 Rp 63,282,600
Rambu 2 Bh Rp 529,678 Rp 1,059,356
Kerb 600 m3 Rp 208,967 Rp 125,380,200
Patok Kilometer 4 Bh Rp 351,288 Rp 1,405,152
101
Patok Hektometer 18 Bh Rp 140,340 Rp 2,526,120
Total Rp 7,659,932,828
Dibulatkan Rp 7,660,000,000
RAB Ahli
Tabel 1.56 RAB Ahli Rencana Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
7.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
I BIAYA PERSONIL
1 Pekerja Hari 4 10 Rp 127,000.00 Rp 5,080,000
2 Tukang Hari 4 10 Rp 132,000.00 Rp 5,280,000
3 Kepala Tukang Hari 4 1 Rp 137,000.00 Rp 548,000
4 Operator Hari 4 3 Rp 127,000.00 Rp 1,524,000
5 Mandor Hari 4 1 Rp 142,000.00 Rp 568,000
Total Rp 13,000,000
RAB Fisik
Tabel 1.57 RAB Fisik Rencana Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
Harga
No Uraian Pekerjaan Volume Sat Harga Pekerjaan
Satuan
1 Pekerjaan Persiapan 1000 m2 Rp 19,640 Rp 19,640,000
2 Pekerjaan Pondasi
Lapis Pondasi Bawah 460 m3 Rp 221,750 Rp 102,005,000
Lapis Pondasi Atas 250 m3 Rp 269,938 Rp 67,484,500
3 Pekerjaan Lapisan
Laston Lapis Permukaan 100 m3 Rp 1,514,663 Rp 151,466,300
Laston Lapis Overlay 140 m3
Prime Coat 1.3 lt/m2 1300 m2 Rp 13,157 Rp 17,104,100
Track Coat 0.35 lt/m2 350 m2 Rp 11,483 Rp 4,019,050
4 Pekerjaan Drainase
Galian 840 m3 Rp 53,156 Rp 44,651,040
Pas. Batu Tanpa Penutup 520 m3 Rp 366,425 Rp 190,541,000
Pas. Batu Dengan Penutup 150 m3 Rp 998,113 Rp 149,716,950
Pekerjaan Pelengkapan Jalan
5
Marka 30 m2 Rp 210,942 Rp 6,328,260
Rambu 2 Bh Rp 529,678 Rp 1,059,356
Kerb 60 m3 Rp 208,967 Rp 12,538,020
Patok Kilometer 1 Bh Rp 351,288 Rp 351,288
Patok Hektometer 2 Bh Rp 140,340 Rp 280,680
102
Total Rp 767,185,544
Dibulatkan Rp 767,200,000
Tabel 1.58 Total RAB Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
Jumlah Rp 7,682,750,000
Tabel 1.59 Total RAB Rencana Jalan Tembus (Jl. Setapa - Gunung Agung)
Jumlah Rp 780,200,000
103
BAB VIII
ANALISIS BANGKITAN PERJALANAN
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Wagis dan Kec. Dau Kab. Malang
Luas wilayah Kecamatan Sukun sebesar 20,97 km2 yang terbagi ke dalam 11
kelurahan. Wilayah terluas dari 11 kelurahan tersebut adalah Kelurahan Karang
Besuki (3,04 km2), sedangkan wilayah terkecil adalah Kelurahan Ciptumulyo (0,83
km2). Kelurahan yang letaknya paling dekat dengan pusat pemerintahan adalah
Kecamatan Sukun, sedangkan yang paling jauh dari pusat pemerintahan adalah
Kecamatan Mulyorejo
2. X1 Pendapatan/Bulan
3. X2 Kepemilikan Kendaraan
8.4 Analisis Hasil Survei Bangkitan Perjalanan untuk Rencana Jalan Tembus (Jl. Setapa – Gunung
Agung)
a. Uji Validitas Kuesioner
106
b. Uji Reliabilitas Kuesioner
.761 7
107
Tabel 1.62 Hasil Uji Validitas Pemodelan Bangkitan
Correlations
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Total
N 50 50 50 50 50 50 50 50
N 50 50 50 50 50 50 50 50
N 50 50 50 50 50 50 50 50
N 50 50 50 50 50 50 50 50
N 50 50 50 50 50 50 50 50
N 50 50 50 50 50 50 50 50
Y Pearson Correlation .040 .311* .378** .308* .299* .294* 1 .587**
N 50 50 50 50 50 50 50 50
Total Pearson Correlation .497** .784** .735** .582** .730** .731** .587** 1
N 50 50 50 50 50 50 50 50
c. Pengembangan Model
Dengan data yang telah disusun diatas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis regresi linier untuk mendapatkan model
bangkitan yang diinginkan. Teknik analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 1.63 Summary Hasil Analisis Pengembangan Model Regresi Linier Pemodelan Bangkitan
Coefficientsa
X1 -.121 .171 -.112 -.706 .484 .040 -.107 -.097 .743 1.346
X2 .254 .281 .208 .901 .372 .311 .136 .123 .352 2.841
X3 .436 .331 .315 1.317 .195 .378 .197 .180 .327 3.055
109
X4 .038 .468 .016 .082 .935 .308 .013 .011 .478 2.093
X5 -.109 .358 -.073 -.304 .763 .299 -.046 -.042 .329 3.041
X6 .094 .141 .111 .664 .510 .294 .101 .091 .668 1.496
a. Dependent Variable: Y
Total 80.500 49
a. Dependent Variable: Y
110
Tabel 1.65 Nilai R dari Model Regresi.
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square R Square F Sig. F
Square the Estimate df1 df2
Change Change Change
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dituliskan persamaan model bangkitan di Jl.
Setapa-Gunung Agung sebagai berikut:
Correlations
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
Correlations
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
Dari kedua tabel tersebut, dapat diketahui bahwa semua variabel adalah
signifikan. Dengan demikian, maka dapat dikatakan pada model bangkitan, semua
variabel dapat dimasukkan dan model yang ditampilkan pada persamaan dapat
digunakan untuk memprediksi bangkitan dari suatu wilayah/zona.
8.5 Penyusunan Kuesioner Bangkitan Perjalanan untuk Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko
Agung)
112
Untuk memulai pemodelan bangkitan perjalanan di wilayah sekitar rencana
jalan tembus Setapa - Gunung Agung, Kota Malang, terlebih dahulu akan disusun
sebuah kuesioner dengan variabel-variabel yang mempengaruhi bangkitan perjalanan
itu sendiri. Variabel bebas dalam survei ini diantara lain Pendapatan/Bulan (X1),
Kepemilikan Kendaraan (X2), Jumlah Anggota Keluarga (X3), Jumlah Anggota
Keluarga Berkegiatan (X4), Luas Tempat Tinggal (X5), sedangkan untuk variabel
terikat berupa Jumlah Perjalanan/Hari (Y). Dalam proses pengambilan data,
digunakan metode kuesioner Home Interview Survey dengan jumlah responden yang
diharapkan berjumlah 60 responden.
2. X1 Pendapatan/Bulan
3. X2 Kepemilikan Kendaraan
8.6 Analisis Hasil Survei Bangkitan Perjalanan untuk Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko Agung)
a. Uji Validitas Kuesioner
113
Untuk pengujian reliabilitas sampel dengan n (banyak sampel) sebanyak 60
responden diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,826 yang berarti instrumen
kuesioner diatas dapat dikatakan reliable karena > 0,6. Hasil perhitungan uji
reliabilitas Pemodelan Bangkitan Pergerakan di di wilayah sekitar rencana Jalan
Tembus Joyo Suko Agung dengan menggunakan program SPSS 25.0 for Windows
sebagai berikut:
.826 7
114
Tabel 1.70 Hasil Uji Validitas Pemodelan Bangkitan
Tabel 1.71 Hasil Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Summary
Pada tabel anova diatas, kolom sig. menunjukkan angka 0,007 maka secara
simultan Y dipengaruhi oleh X secara signifikan. Berdasarkan tabel diatas, maka dapat
dituliskan persamaan model bangkitan di Jl. Joyosuko Agung Sebagai berikut:
Jumlah Luas
Jumlah Kepemilika Anggota
Pendapata Anggota Tempat
Perjalana n Berkegiata
n Keluarg Tingga
n Kendaraan n
a l
Jumlah
1.000 .078 .262 .063 .063 -.137
Perjalanan
Kepemilika
n .262 .080 1.000 .028 .028 -.884
Kendaraan
Pearson
Correlatio Jumlah
n Anggota .063 .042 .028 1.000 1.000 .227
Keluarga
Anggota
.063 .042 .028 1.000 1.000 .227
Berkegiatan
Luas
Tempat -.137 .074 -.884 .227 .227 1.000
Tinggal
Jumlah
Jumlah Kepemilika Anggota Luas
Pendapata Anggota
Perjalana n Berkegiata Tempat
n Keluarg
n Kendaraan n Tinggal
a
Sig Jumlah
. .198 .002 .249 .249 .068
. Perjalanan
Kepemilikan
.002 .193 . .383 .383 .000
Kendaraan
Jumlah Anggota
.249 .323 .383 . .000 .006
Keluarga
117
Luas Tempat
.068 .211 .000 .006 .006 .
Tinggal
Dari kedua tabel tersebut, dapat diketahui bahwa semua variabel adalah
signifikan. Dengan demikian, maka dapat dikatakan pada model bangkitan, semua
variabel dapat dimasukkan dan model yang ditampilkan pada persamaan dapat
digunakan untuk memprediksi bangkitan dari suatu wilayah/zona.
8.7 Analisis Potensi Pengguna Jalan/Volume Lalu Lintas Rencana Jalan Tembus (Jl. Joyo Suko
Agung dan Jl. Setapa – Gunung Agung)
Jl. Joyo Suko
Y = 3,771
118
Roda 4 = 40% x 255 pergerakan/hari
= 102 kendaraan (asumsi 1 orang/kendaraan)
= 51 kendaraan (asumsi 2 orang/kendaraan)
119