Makalah Ibadah Akhlak Dan Muamalah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH IBADAH AKHLAK DAN MUAMALAH

Tentang Epilog
“Ibadah, akhlak dan muamalah untuk menciptakan pribadi berkualitas, keluarga
sakinah, dan masyarakat umum”

Disusun Oleh :
1. Shafira Agustina (1803040005)
2. Indah Wulandari (1803040035)
3. Syifa Amalia Basyari (1803040028)
4. Dian Indriya Pangestika (1803040043)
5. Siti Isnaeni (1803040050)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Allah SWT. Dimana atas
segala rahmat karunia dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebessar – besarnya


kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga
hambatan-hambatan dapat teratasi.

Makalah ini menjelaskan tentang Ibadah, akhlak dan muamalah untuk


menciptakan pribadi berkualitas, keluarga sakinah, dan masyarakat umum. Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak dan rekan-rekan pembaca. Dan
mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat dan dapat
menjadi sumber referensi bagipara pembaca..

Purwokerto, 28 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
A. Latar Belakang...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
A. Pengertian Ibadah................................................................................................. 7
B. Pengertian Akhlak ................................................................................................ 8

C. Persamaan dan Perbedaan Akhlaq, Moral dan Etika..................................... 10


D. Pengertian Keluarga .......................................................................................... 12
E. Akhlaq yang baik terhadap keluarga................................................................ 13
F. Hakekat Muamalah ............................................................................................ 14
G. Ruang Lingkup Muamalah ................................................................................ 17
H. Prinsip – Prinsip Muamalah .............................................................................. 18
I. Hubungan antara Ibadah, Akhlak dan Muamalah ......................................... 19
J. Implikasinya Ibadah, Akhlak dan Muamalah dalam Kehidupan sehari-hari .
.......................................................................................................................... 20
K. Hikmah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah dalam Kehidupan sehari – hari... 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 27
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw


diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera
lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan
manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan
Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang
dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada
kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran
adalah moral yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan
keadilan social, dapat dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang
penuh dengan muatan peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan
dalam akhlak yang mulia. Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu
tersebut. Semakin besar nilai manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut
untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah ilmu yang mengenalkan
kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ibadah?
2. Apa pengertian dari Akhlak?
3. Apa perbedaan akhlaq, moral dan etika?
4. Apa yang dimaksud keluarga?
5. Bagaimana akhlaq yang baik terhadap keluarga?
6. Bagaimana hakekat muamalah?
7. Bagaimana ruang lingkup muamalah?
8. Apa saja prinsip – prinsip muamalah?
9. Bagaimana hubungan antara ibadah, akhlak dan muamalah?
10. Bagaimana Implikasinya Ibadah, Muamalah Serta akhlak dalam
Kehidupan sehari-hari?
11. Bagaimana hikmah ibadah, akhlak, dan muamalah dalam kehidupan
sehari - hari?

C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua
bagian,yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah ibadah, akhlak dan muamalah.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari ibadah


2. Untuk mengetahui pengertian dari Akhlak
3. Untuk mengetahui perbedaan akhlaq, moral dan etika
4. Untuk mengetahui pengertian dari keluarga
5. Untuk mengetahui akhlaq yang baik terhadap keluarga

5
6. Untuk mengetahui hakekat muamalah
7. Untuk mengetahui ruang lingkup muamalah
8. Untuk mengetahui prinsip – prinsip muamalah
9. Untuk mengetahui hubungan antara ibadah, akhlak dan muamalah
10. Untuk mengetahui Implikasinya Ibadah, Muamalah Serta akhlak dalam
Kehidupan sehari-hari
11. Untuk mengetahui hikmah ibadah, akhlak, dan muamalah dalam
kehidupan sehari – hari.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara
lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya
melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi
yang paling lengkap.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah


berfirman:
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun
dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-
58].

7
Pengertian Akhlak
Menurut bahasa, kata Akhlak berasal dari bahasa Arab yang
merupakan bentuk jama’ dari Khuluq atau khulq yang berarti (a) tabiat
atau budi pekerti (b) kebiasaana tau adat, (c) keperwiraan, kesatriaan,
kejantanan, dan (d) agama.
Senada dengan hal tersebut, al-Qur’an menyebutkan bahwa agama itu
adalah adat kebiasaan dan budi pekerti yang luhur, sebagaimana
terkandung dalam Qs. Al-Syu’ara: 137 dan Al-Qalam: 4.
Dua ayat tersebut (Qs. Al-Syu’ara: 137 dan AlQalam: 4) berbicara
mengenai dua hal. Pertama, bahwa Al-Qur’an menyebut akhlak dalam
bentuk tunggal, yaitu: khuluk, bukan akhlaq. Kedua, yang terpenting
dari ajaran Islam adalah mengamalkan ajarannya, sehingga menjadi
kebiasaan sehari-hari.
Tentu sebuah kebiasaan tidaklah cukup apabila dilakukan satu atau dua
kali saja namun perlu dilakukan berkali-kali sehingga dalam diri yang
bersangkutan ‘terpola’ dengan kebiasaan itu.
Menurut pengertian secara istilah akhlak (khuluk) didefinisikan
sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga sifat itu akan
muncul secara respon bilamana diperlukan, respon itu tanpa
memerlukan pemikiaran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak
pula memerlukan dorongan dari luar.
1. Imam Al-Ghazali Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibrahim Anis Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.
3. Abdul Karim Zaidan (akhlak) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat
yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
memilik melakukannya atau meninggalkannya

8
Dari tiga definisi diatas dapat ditegaskan bahwa tidak semua
perbuatan manusia disebut akhlak. Perbuatan manusia baru disebut
akhlak kalau memenuhi dua persyaratan, adapun perstaratanya adalah:
pertama, perbuatan itu dilakukan berulangulang, apabila perbuatan itu
hanya dilakukan sekali saja, maka belum disebut sebagai akhlak. Kedua,
perbuatan itu timbul karena dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti
terlebih dahulu sehingga benarbenar merupakan suatu kebiasaan.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
akhlak yaitu Akhlak secara bahasa adalah adat kebiasaan, tabiat, budi
pekerti, kejantanan. Secara istilah adalah perbuatan manusia yang lahir
tanpa dipikirkan dan dipertimbangkan, bernilai baik atau buruk.
➢ Ciri-ciri perbuatan dapat disebut sebagai akhlak:
a. Perbuatan yang telah mendarah daging sehingga menjadi
identitas bagi bagi yang membedakan diri pemiliknya
dan orang lain.
b. Perbuatan akhlak muncul dengan mudah atau spontan.
c. Perbuatan akhlak timbul dari dalam diri, atas dasar
kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan atau
bukan karena tekanan orang lain.
d. Perbuatan akhkak dilakukan dengan sungguhsungguh,
bukan rekayasa atau sandiwara.

9
B. Persamaan dan Perbedaan Akhlaq, Moral dan Etika
1. Perbedaan antara akhlak dengan moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin mores, yanitu bentuk plural
dari mos, yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus Umum Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa “moral adalah baik-buruk dari perbuatan
dan kelakuan. Dalam Ensiklopedi Pendidikan Moral dikatakan
sebagai “nilai dasar dalam masyarakat untuk menentukan baik
buruknya suatu tindakan yang pada akirnya menjadi adat istiadat
masyarakat tersebut”. Memperhatikan definisi diatas, dapat
dikatakan bahwa baik buruk suatu perbuatan secara moral hanya
bersifat lokal.
2. Persamaan dan perbedaanya dengan akhlak
Persamaan antara akhlak dan moral adalah bahwa keduanya
berbicara tentang nilai perbuatan manusia. Perbuatan menurut
akhlak dan moral ada yang bernilai baik dan ada yang bernilai buruk.
Sedanngkan perbedaan diantara keduanya terletak pada tolak ukur
nilai perbuatan manusia tersebut. Bila akhlak memandang baik-
buruknya perbuatan manusia berdasarkan tolak ukur Al-Qur’an dan
alSunnah, maka moral memandangnya berdasarkan tolak ukur adat
istiadat yang berlaku pada masyarakat tertantu. Berdasarkan tolak
ukur ini berkonsekuensi pada perbedaan sifat kebenarannya. Bila
kebenaran akhlak itu bersifat mutlak dan absolut, maka kebenaran
moral itu bersifat relatif, nisbi, dan temporal.

10
3. Perbedaan antara akhlak dan etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti
kebiasaan, ia membicarakan tentang kebiasaan(perbuatan), tetapi
bukan menurut arti tata-adat, melainkan tata-adab yaitu berdasar
pada inti sari atau sifat dasar manusia:baik dan buruk. Dengan
demikian, etika ialah teori tentang perbuatan manusia yang
ditimbang menurut baikburuknya. Ahmad Amin menjelaskan
pengertian etika dengan berpendapat bahwa etika adalah ilmu yang
menjelaskan baik dan buruk, melakukan apa yang seharusnya
dilakukan seseorang kepada sesama, menyatatakan tujuan perbuatan
seseorang dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan.
➢ Persamaan antara akhlak dan etika adalah sama-sama
membahas baik dan buruknya perilaku manusia.
➢ Perbedaan antara akhlak, moral dan etika adalah akhlak
dalam memberikan penilaian baik dan buruk perbuatan
manusia dengan parameter agama (AlQur’an dan Sunnah),
maka etika dalam menilai baik dan buruknya perbuatan
manusia danngan menggunakan paraketer akal.
➢ Perbedaan antara akhlak, moral dan etika adalah:
1. Bahwa etika adalah filsafat moral, tidak mengenai fakta,
melainkan tentang nilai-nilai dan tidak berkaitan dengan
tindakan manusia, melainkan tentang ideanya.
2. Bahwa etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia
yang berkaitan tentang kewajiban yang menyangkut
masalah kebenaran, kesalahan atau kepatuhan, seta
ketentuan nilai yang menyangkut kebaikan atau
keburukan.

11
3. Bahwa perbuatan yang dapat dinilai baik dan buruk
dalam perspektif etika adalah peruatan yang timbul dari
seseorang yang sengaja dan penuh kesadaran. Atas dasar
ini perbuatan seseorang yang timbul bukan atas dasar
kesengajaan dan kesadaran yang penuh, tidak dapat
dihukumi baik atau buruk. Perbuatan orang mabuk,
orang yang sedang tidur, atau lupa.

Pengertian Keluarga
Menurut Raisner keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang masing-masing memiliki hubungan kekerabatan
yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
Sementara Lancester dan Stanhope mengatakan bahwa keluarga
adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga
yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam
kehidupan yang yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal disatu
rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas
antara satu individu dengan yang lainnya.
Definisi lain oleh Jonasik dan Grenn mengatakan keluarga adalah
sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat (keanggotaan
dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota lainnya.

Dari pengertian beberapa tokoh diatas maka dapat disimpulkan


bahwa keluarga adalah satuan unit terkecil yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang merupakan sistem sosial yang saling bergantung dan
kumpulan yang saling interaksi antara satu dengan yang lainnya. Atau
dengan kata lain Keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai
hubungan darah atau perkawinan. Keluarga merupakan bagian kecil dari
masyarakat dan keluarga itulah yang akan mewarnai masyarakat.

12
Jika seluruh keluarga sebagai bagian dari masyarakat itu baik maka
masyarakat akan menjadi baik pula. Sebaliknya, bila keluarga itu tidak
baik maka masyarakat akan menjadi tidak baik.

C. Akhlaq yang baik terhadap keluarga


Berikut ini merupakan akhlak terhadap keluarga:
1. Berbuat baik kepada kedua orang tua dan kerabat dekat.
Kedua orang tua adalah orang yang paling baik dan paling
banyak memberikan kebaikan terhadap anak-anaknya. Ibu misalnya,
ia telah mengandung sembilan bulan, kemudian melahirkandengan
susah payah, kemudian menyusui, mengasuh dan mendidik. Bapak
sebagai kepala keluarga, yang mengasuh dan mencari nafkah untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga. Saudara dekat juga banyak
memberi kebaikan meskipun ia tidak sebanyak kedua orang tua kita.
Oleh sebab itulah anak wajib bebuat baik kepada orang tuanya.
Bahkan tingkatan berbuat baik terhadap orang tua langsung dibawah
perintah kepada Allah. Sedangkan durhaka kepada orang tua adalah
dosa besar. (anNisa: 36). Dalam ayat lain disebutkan bahwa kita
harus berbuat baik kepada kedua orang tua, diantaranya dengan
mendoakan mereka (Al-Isra’: 23-24).
2. Menghormati hak hidup anak Anak adalah amanah dari Allah.
Kalau orang yang mendapat amanah dapat melaksanakan
dengan baik maka ia akan mendapat kebaikan dan kebahagiaan di
dunia dan di akherat.
Oleh karena itu, orang tua wajib mengupayakan agar anak-
anak hidup sehat jasmani dan mencerdaskan pikirannya serta
mengasah spiritualnya. Allah melarang orang-orang yang
menelantarkan dan membunuh anak-anaknya lantaran takut miskin
(Qs-Al-Isra: 31).

13
3. Membiasakan hidup bermusyawarah
Musyawarah adalah sarana yang sangat efektif untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapai oleh keluarga. Dalam setiap
keluarga pasti akan muncul masalah yang bisa mengganggu
keharmonisan keluarga. Musyawarah juga sangat baik untuk
menentukan pilihan salah satu anggota keluarga yang bimbang
dalam menentukan pilihan. Msalnya, ada salah seorang anaknya
yang akan pergi jauh karena mendapat tugas dari kantor. (QS.
AlThaalaq: 6)
4. Bergaul dengan baik
Islam sangat memberikan perhatian pada silaturahmi antar anggota
keluarga. Antara anak, orang tua, kerabat dekat, paman, kakek,
nenek harus saling dekat satu sama lain sehingga terjadi pergaulan
yang akrab. Apabila salah satu anggota keluarga sedang
memerlukan bantuan untuk keperluan ternentu, mana anggota
keluarga lain pertama-tama harus membantu. Keakrapan anggota
keluarga ini adalah kunci kebahagiaan rumah tangga.
5. Menyantuni anggota keluarga yang kurnag mampu
Kemampuan dan kekayaan dalam keuarga tidak sama. Ada sebagian
yang mendapatkan rezeki lebih, ada sebagian yang lain cukup dan
ada juga yang kurang. Maka islam sangat menekankan agar anggota
keluarga yang mampu menyantuni keluarga yang kurang mampu.
Allah berfirman dalam surat Al-Isra’: 26

D. Hakekat Muamalah
Muamalah berasal dari bahasa Arab Muamalatan yang kata kerjanya
adalah ‘amilu-ya’malu, yang berarti bergaul, berbisnis, berhubungan
dengan orang lain atau berurusan dengan orang lain. Muamalah menurut
A Dictionary of Modern Written Arabic (Arabic English) adalah
hubungan manusia dengan sesama manusia atau tingkah laku manusia
sesama manusia.

14
Ahmad Azhar Basyir, mantan ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, mengatakan bahwa pergaulan hidup, tempat setiap
manusia melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang lain
disebut Muamalah dalam pergaulan tersebut setiap orang
berkepentingan terhadap orang lain yang menimbulkan hubungan hak
dan kewajiban. Untuk menghindari terjadinya konflik antara berbagai
kepentingan, maka hubungan antara hak dan kewajiban itu diatur
dengan kaidah-kaidah hukum. Kaidah-kaidah hukum itu adalah
Muamalah.
Muamalah dapat diartikan sebagai hukum atau aturan-aturan agama
Islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan
manusia (baik yang seagama maupun berbeda agama), hubungan antara
manusia dan kehidupannya, dan hubungan antara manusia dengan alam
sekitarnya. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
muamalah adalah sebagai berikut:
1. Hukum Islam yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia dan sesamanya meliputi aturan tentang hak asasi
manusia, relasi gender, pernikahan, perkawinan, pemilikan,
warisan, hibah, wasiat, perdagangan, perkongsiaan,
sewamenyewa, simpan-pinjam, utang-piutang, hubungan antar
bangsa, hubungan antara sesama umat, hubungan antar
golongan, hubungan antara umat berbeda agama dan
sebagainya.
2. Hukum Islam yang mengatur hubungan antara manusia dan
kehidupan meliputi aturan tentang makanan, minuman, pakaian,
tempat tinggal, mata pencaharian dan rezeki.

15
3. Hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusa
dan alam sekitarnya atau alam semesta, meliputi aturan
mengenai suruhan untuk meliputi keadaan alam,
memeliharanya, memanfaatkannya, kekayaan alam dan larangan
berlaku boros atau mubazir serta larangan mengeksploitasi dan
merusak alam.
Dengan demikian, muamalah mencakup segala aspek kehidupan
manusia itu sendiri seperti masalah politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
keamanan, budaya, hukum dan sebagainya.
Didalam memandang muamalah di muhammadiyah dikenal dalam
Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH) Muhammadiyah.
MKCH ini menyebut muamalah dengan istilah muamalah duniawiyah,
yakni ajaran yang berhubungan dengan pengelolaan dunia dan
pembinaan masyarakat. Ajaran muamalah ini bertumpu pada tauhid dan
untuk mencerminkan keprcayaan tauhid dalam hidup dan kehidupan
manusia, dalam wujud dan bentuk hidup dan kehidupan yang semata-
mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Dalam arti yang luas dan penuh
Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah Ayat 280 yang
Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

16
E. Ruang Lingkup Muamalah
Menurut Abdul Wahab Khallaf dan MKCH Muhammadiyah diatas,
memberikan gambaran ruang lingkup yang dibahas dalam muamalah
secara garis besar mencangkup lima masalah, yaitu:
1. Masalah Kekeluargaan seperti: pernikahan atau perkawinan
(segala sesuatu yang berkaitan dengan nikah, dan termasuk
takak, ruju’, iddah, dan lainlain), pengasuhan anak, perwalian,
kewarisan dan wasiat.
2. Masalah harta benda dan perekonomian seperti: hak milik,
perdaganagan, mudharabah, keuangan, perbankan,
pengkongsian, sewa-menyewa, pinjammeminjam, utang
piutang, perburuan, perwakafan, hibah, perwakilan, gadai,
perikatan atau perjanjian, dan pailit.
3. Masalah manusia dengan kehidupannya seperti: makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pekerjaan dan mata
pencaharian, pemanfaatan kekayaan alam, pemeliharaan dan
pelestarian alam.
4. Masalah politik seperti: ketatanegaraan dan pemerintahan,
hubungan antara bangsa dan negara, hubungan antar golongan,
hubungan antar umat seagama dan hubungan antar umat yang
berbeda agama.
5. Masalah pendidikan dan kebudayaan seperti: pendidikan,
pengajaran, ilmu pengetahuan, teknolgi, meneliti alam,
eksplorasi, olah raga dan kesenian.

17
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, menegaskan bahwa
Muhammadiyah mengatur warganya dalam muamalah duniawiyah
sebagai berikut:

1. Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya


sebagai abdi (QS Al-Baqarah: 21) dan Khalifah di muka bumi (Qs Al-
Baqarah: 30) sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia
secara aktif dan positif (As-ShaD: 27) serta tidak menjauhkan diri dari
pergaulan kehidupan (Al-Qashshash: 77) dengan landasan iman, islam
dam ihssan dalam arti berakhlaq karimah (Hadist riwayat Bukhari,
Muslim, An-Nasa’i, Ahmad Ibn Hambal).

2. Setiap warga Muhammadiyah senantiasa berfikir secara burhani,


bayani, bayani dan irfani yang mencerminkan cara berfikir yang islamu
yang dapat menumbuhkan karya-karya pemikiran maupun amaliyah
yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi hablum min al-Liah
dan hablun minal-nas bagi kehidupan umat manusia (Qs Ali Imran: 5-
8).

F. Prinsip – Prinsip Muamalah


Beberapa prinsip muamalah adalah sebagai berikut:
1. Setiap tindakan muamalah harus dilaksanakan atas dasar prinsip
tauhidullah, yaitu nilai-nilai ketuhanan. Prinsip ini memiliki arti
keseimbangan lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Seluruh
persoalam muamalah duniawiyah yang dilakukan harus
mempertimbangkan persoalan ukhrowiyah.
2. Setiap tindakan muamalah harus berdasar pada pertimbangan
akhlakul karimah. Hal ini berarti bahwa melakukan muamalah
harus mengedepankan nilai-nilai moral lurur seperti kejujuran,
keterbukaan, tanggungjawab, profesional, saling suka, kasih
sayang, kesetiakawanan.

18
3. Setiap tindakan muamalah harus bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi manusia. Dalam bermuamalah harus
memperhatikan pemeliharaan kemaslahatan untuk agama, jiwa,
aakl, keturunan, dan harta. Hal ini dapat dicapai dengan
menghindari setiap bahaya atau segala sesuatu yang merugikan
manusia.
4. Setiap yang dijadikan objek muamalah harus halal dan thayib
(baik, bermanfaat dan tidak membahayakan atau merugikan).
5. Hukum muamalah pada dasarnya adalah boleh.

G. Hubungan antara Ibadah, Akhlak dan Muamalah


Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak
bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan
kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya.
Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya
akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika
aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.
Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang
seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan
akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat
aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang
dijalankan dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah.
Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila seseorang telah memiliki
akhlak yang baik.
➢ Contoh
Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus
ditepati. Jika orang menepati janji maka seseorang telah menjalankan
aqidahnya dengan baik. Dengan menepati janji seseorang juga telah
melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan
manusia arus didasari denga aqidah yang baik.

19
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar
merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka
harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah
yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau
membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah.
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan
aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-
konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya konsep-
konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.

H. Implikasinya Ibadah, Akhlak dan Muamalah dalam Kehidupan


sehari-hari
a. Ibadah dan Muamalah
Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan
Rasulnya yang merupakan jalan atau pedoman hidup manusia dalam
melakukan hubungan vertical kepada Pencipta, Allah SWT, dan
juga kepada sesama manusia. Ada dua pendekatan dalam
mendefinisikan Syari’ah, yaitu antara lain:
➢ Dari segi tujuan, Syari’ah memiliki pengertian ajaran yang
menjaga kehormatan manusia sebagai makhluk termulia dengan
memelihara atau menjamin lima hal penting, yaitu:
1. Menjamin kebebasan beragama (Berketuhanan Yang Maha
Esa)
2. Menjamin kehiupan yang layak (memelihara jiwa)
3. Menjamin kelangsungan hidup keluarga (menjaga
keturunan)
Tiga hal pemeliharaan itu akan menjadi ukuran dari lima
hukum Islam, seperti wajib, sunnat, haram, makruh, dan mubah.

20
Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk
permasalahan selain ibadah. Ibadah wajib berpedoman pada sumber
ajaran Al-Qur’an dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara
dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini
berdasarkan kepada mamnu’ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara
lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah
mu’amalah (hubungan kita dengan sesame manusia dan
lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum,
pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan
yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.
Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad
SAW mengatakan: “Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah)
Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan dunia Anda, (teknis
mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”
Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada
suruhan atau contoh tata cara, atau aturan yang pernah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita
lakukan dalam ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap
perbuatan bid’ah adalah dhalalah (sesat).
Sebaliknya dalam mu’amalah yang harus dan penting untuk
diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan Rasul-
Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan.
Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga menjelaskan adanya dua prinsip
yang perlu kita perhatikan, yaitu:
1. Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk system ibadah
dan tata caranya, karena masalah agama dan ibadah adalah hak
mutlak Allah dan para Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan
agama itu kepada masyarakat. Maka menciptakan agama dan
ibadah adalah bid’ah. Sedang setiap bid’ah adalah sesat.

21
2. Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan masalah mu’amalah, seperti
pergaulan hidup dan kehidupan dalam masyarakat dan
lingkungan, yang dikaruniakan Allah kepada umat manusia
(Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu yang harus
dijaga. Sebaliknya melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh
Allah dan Rasul-Nya adalah bid’ah.
Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk
mengingat dua prinsip di atas. Ibadah tidak dapat dilakukan dengan
sekehendak hati kita karena semua ketentuan dan aturan telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, serta contoh dan
tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam
Al-Qur’an dan Sunnah berarti melakukan sesuatu yang tidak
diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini sungguh merupakan
perbuatan yang sesat.

b. Akhlak dalam keluarga


Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh
seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain,
dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak.
Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu
anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan
baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh
adanya keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta
anak-anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa
harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan
sebagai pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan
saling menyadari perasaan satu sama lainnya.

22
Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan,
perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan
anak dengan diiringi contoh teladan, secara praktis anak harus
mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang
tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi
berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang
diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan
berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama
kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
Tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang
tua dirasakan oleh anak dan akan menjadi dasar peniruan dan
identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai moral yang ditanamkan
sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya dari
orang tua, dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis
sangat diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-
persoalan yang tentunya dalam tingkatan rasional, yang dapat
melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa berprilaku taat terhadap
nilai moral dan agama yang sudah digariskan.

I. Hikmah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah dalam Kehidupan sehari –


hari
➢ Berikut ini adalah beberapa hikmah dari beribadah kepada
Allah:
1. Memiliki Ketakwaan
“Hai manusia, sembahlah Alah SWT mu yang telah menjadikan
kamu dan juga orang – orang sebelumu supaya kamu bertakwa’ (QS.
Al-Baqarah 2:22)
Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa,
yaitu karena cinta atau karena takut.

23
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan
Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya
munculah dorongan untuk beribadah kepada-Nya. Sedangkan
ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan kepaada Allah SWT.ketika manusia menjalankan
ibadah sebagai suatu kewajiban, adakalanya muncul
ketidakikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

2. Terhindar dari Kemaksiatan


“Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan
yang nyata” (QS: Al-Ankabut 29:46)
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini
hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah
ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimananpun manusia
berada.

3. Berjiwa Sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat
pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya.
Sebagaimanan ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan
rasanya lapar yang biasa dirasakan orang – orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang –
orang dalam kondisi ini.

24
4. Merasakan Keberadaan Allah SWT
Yang Dian melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan
bolak balik dalam sujud ketika seorang hamba beribadah, Allah
SWT benar – benar berada didepannya, maka harus dapat
merasakan/ melihat kehadiran-Nya atau setidaknya dai tahu bahwa
Allah SWT sedang memperhatikannya.

5. Terkabul Doa-Doanya
“Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia berdoa
kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan
beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar”
(QS. Al-Baqarah 2:187).
Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah
mereka yang dekat dengan-Nya melalui ibadah untuk selalu
menyeru kepada-Nya.

6. Sehat jasmani dan rohani


Hamba yang beribadah menjadikan Gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al-
Quran menjadi terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba
yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

➢ Hikmah Muamalah yaitu:

Kita dapat mengambil hikmah atau manfaat setelah melakukan


muamalah, beberapa diantaranya aadalah mendapat pahala dari
Allah, dapat menajaga hubungan antar manusia dan menjaga
ketertiban hidup di masyarakat.

25
Dari uraian diatas dapat diketahui makna dari ibadah dan
muamalah serta upaya peningkatannya agar manusia mmendapat
karunia dari Allah SWt. Seorang muslim yang baik tentunya tahu
bahwa kedua hal diatas menjadi hal penting dalam menjalani
kehidupan ini, karena tidak bisa dipungkiri manusia butuh Allah
SWT dan orang lain agar bisa hidup. Allah SWT sebagai Sang
Pencipta dan orang lain sebagai pelengkap.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta
tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminology) Ibadah adalah
sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin.
2. Muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan dengan
urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli,
perdagangan, dan lain sebagainya
3. Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan
etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

B. Saran
Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan maka penulis
memberikan saran yakni Al Quran dan sunah merupakan dua pegangan,
tuntunan dan pedoman hidup serta sebagai sumber utama bagi umat
islam untuk dijadikan sebagai panduan analisis dalam mengkaji setiap
persoalan yang muncul dalam kehidupan. Oleh karena itu penting kiranya
bagi umat islam untuk terus berpegang teguh pada Al quran dan As sunah
serta untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam Al quran dan
As sunah. Dan dengan Al quran dan As sunah juga dapat memperkuat
Ibadah, Muamalah dan Akhlak umat manusia.

27
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Modul_AIK_II_Ibadah_Akhlak_dan_Muamalah.pdf

http://yunidanindya.blogspot.com/

http://muhammadiyahbuton.blogspot.com/2017/07/al-islam-dan-kemuhammadiyaan-
ii.html

https://www.academia.edu/39515606/Makalah_Al_Islam_Peran_ibadah_akhlak_muam
alah_dalam_berkeluarga_sakinah20190611_21534_ge7bi3

https://www.academia.edu/16794902/Penerapan-Ibadah-Dan-Muamalah-Dalam-
Kehidupan-Sehari

28

Anda mungkin juga menyukai