PRO - KEP. Berpikir Kritis Kelompok 6
PRO - KEP. Berpikir Kritis Kelompok 6
PRO - KEP. Berpikir Kritis Kelompok 6
DISUSUN OLEH:
1. Roshayani : 017231050
2. Masdiana Damanik : 017231042
3. Yunistia Munthe : 017231049
4. Rusniwati : 017231041
5. Tri Pardianto : 017231039
UNIVERSITAS NGUDIWALUYO
2023
STUDI KASUS
Seorang laki-laki berusia 58 tahun dirawat dengan keluhan sesak nafas. Keluhan
tersebut dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan timbul saat malam hari saat pasien tidur
dengan posisi telentang dan saat beraktivitas ringan. Pasien mempunyai Riwayat
demam rematik. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi
112 kali/menit,frekuensi nafas 30 kali/menit,tampak adanya retraksi dada,kesadaran
compos mentis,tekanan vena jugularis 5+3 cmH20 dan ditemukan adanya edema+2
pada kedua tungkai. Hasil auskultasi didapatkan ronchi basah pada kedua basal
paru,terdengar suara S3 dan S4 serta murmur pada area apeks. Ekstremitas teraba
dingin dan berkeringat.
Pasien bekerja sebagai tukang ojek, istrinya seorang ibu rumah tangga dan buruh cuci.
Pasien dikarunia 2 orang putri,9 tahun dan 5 tahun. Pasien berasal dari suku jawa.
Hasil pemeriksaan X-Ray dada didapatkan CTR 70% dengan kongesti pulmonal.
Hasil pemeriksaan echocardiografi didapatkan ejeksi fraksi 45% dan hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan Natrium 140 mmol/L,Clorida 100
mmol/L,magnesium 2,4 mmol/L dan Calsium 1,9 mmol/L. Saat ini pasien di
istirahatkan,diberikan oksigen melalui nasal kanula 3 liter/menit dan diberi obat
captopril 3x6,25 mg,Lasix 2x1 amp dan pembatasan cairan.
Tugas :
1. Buatlah makalah proses keperawatan dengan pendekatan berfikir kritis pada
kasus diatas.
a. Pengkajian. Rumusan pertanyaan – pertanyaan untuk mendapatkan pengkajian
yang lengkap pada kasus diatas
b. Diagnosa Keperawatan. Buatlah diagnosa keperawatan prioritas pada kasus diatas
(3 diagnosa). Merujuk pada NANDA atau SDKI
c. Intervensi keperawatan. Buatlah rencana keperawatan lengkap dengan merujuk
pada SLKI dan SIKI atau NOC dan NIC
d. Implementasi
e. Evaluasi
2. Gunakan kerangka kerja dengan menggunakan diagram dibawah
3. Gunakan panduanSDKI,SIKI dan SLKI
4. Kumpulkan tugas sehari sebelum presentasi dalam bentuk paper dan ppt pada
google drive.
1. Defenisi
Gagal Jantung Kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa
darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan
oksigen dan nutrisi (Black dan Hawks,2009).
Gagal Jantung Kongestif adalah keadaan Ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani 2016).
2. Etiologi
Gagal jantung kongestif disebabakan oleh disfungsi miokardial dimana
jantung tidak mampu untuk mensuplai darah yang cukup untuk
mempertahankan kebutuhan metabolik jaringan perifer dan organ-organ tubuh
lainnya. Gangguan fungsi miokard sebagai akibat dari miokard infark akut
(MI),prolonged cardiovaskuler stress (hipertensi dan penyakit
katub),toksin(ketergantungan alkohol) atau infeksi (Crawford 2009).
Etiologi Gagal jantung kongestif dapat dibedakan dalam kelompok yang
terdiri dari kerusakan kontraktilitas ventrikel,peningkatan afterload dan
kerusakan relaksasi dan pengisian ventrikel (kerusakan pengisian diastolik).
Kerusakan kontraktilitas dapat disebabkan oleh coronary artery
diseases(mikard infark dan transient miokard iskemia),chronic volume
overload(mitral dan aorta regurgitasi),dan cardiomopathies. Peningkatan
afterload terjadi karena stenosis aorta,mitral regurgitasi, hypervolemia,
ventikel septal defek, paten duktus arterious dan tidak terkontrolnya hipertensi
berat. Sedangkan kerusakan fase diastolik ventrikel disebabkan karena
hipertrofi ventrikel kiri, restrictive cardiomyopathy, fibrosis miokard,
transient myocardial ischemia, kontriksi pericardial atau tamponade (Lilly
2011; Black & Hwaks 2009).
3. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon stres tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya
sebagai organ pemompa,sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada
tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika
cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologi
tertentu pada penurunan curah jantung.Semua respon ini menunjukkan upaya
tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
yaitu meningkatkan aktifitas adrenergik simpatis,meningkatnya beban awal
akibat aktifitas neurohormon,dan hipertrofi ventrikel.
Mekanisme dasar dari ggal jantung adalah gangguan kontrraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal.Bila
curah jantung berkurang,sistem sraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung.Bila mekanisme ini gagal,maka
meknisme sekuncup yang akan menyesuaikan. Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompapada setiap kontraksi,yang dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu (1)preload( jumlah darah yang mengisi
jantung),(2)kontraktilitas(perubahankekuatan kintraksi yang terjadi pada
tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium.(3) afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
timbul oleh tekanan arteriole).
PATHWAY
Klasifikasi
Klasifikasi CHF yang digunakan di kancah internasional menurut New York Heart
Assosiation (NYHA), CHF dapat diklasifikasikan menurut derajat dan beratnya gejala
yang timbul (AHA,2012)
a) NYHA I
Akti fitas fisik tidak mengalami pembatasan. Ketika melakukan aktivitas biasa
tidak menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina.
b) NYHA II
Aktifitas fisik sedikit terbatas . Ketika melakukan aktifitas biasa dapat
menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina tetapi akan merasa
nyaman ketika istirahat
c) NYHA III
Ditandai dengan keterbatasan - keterbatasan dalam melakukan aktifitas . Ketika
melakukan aktifitas yang sangat ringan dapat menimbulkan lelah, palpitasi dan
sesak nafas.
d) NYHA IV
Tidak dapat melakukan aktifitas karena ketidaknyamanan . Keluhan - keluhan
seperti gejala insufisiensi jantung atau sesak nafas sudah timbul pada waktu
pasien beristirahat . Keluhan akan semakin berat pada aktifitas ringan.
Manifestasi Klinik
1. Peningkatan volume intravascular
2. .Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung
3. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkayan
tekanan vena sistemik.
4. Edema pulmonal akibat peningkaan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, dimanifestasikan
dengan batuk dan napas pendek
5. Pusing,kekacauan mental,keletihan,intoleransi jantung terhadap latihan dan
suhu panas,extremitas dingin,dan oliguria akibat perfusi darah dari jantung ke
jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron,retensi natrium dan cairan ,serta peningkatan
volume intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun ( pelepasan
renin ginjal). Sumber: Niken Jayanthi(2010)
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemiavera
2. Hitung Sel darah putih:lekositosis atau keadaan infeksi lain.
3. Analisa gas darah
4. Fraksi lemak: Peningkatan kadar kolesterol
5. Serum ketokolenik pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal.
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungs ginjal dan hati untuk menilai efek yang terjadi akibat CHF
terhadap fungsi hepar atau ginjal.
8. Tiroid untuk menilai peningkatan aktivitas tiroid.
9. Echocardiogram untuk menilai senosis/inkopetensi,pembesaran
ruang jantung,hipertropi ventrikel.
10. Cardiac scan untuk menilaiunderperfusion otot jantung,yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rotgen thorak untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung untuk menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG untuk menilai hipertropi atrium/ventrikel,iskemia,infark,dan disritmia.
Penatalaksanaan
A. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri, terjadi
bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas , otot jantung kehilangan
kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengang
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, gonjal)
(Smeltzer & Bare 2010)
B. Episode Tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya gangguan sirkulasi
yang menyertai kelainan ini berperan dalam pembentukan trombus
intrakardial dan intravaskuler. Begitu pasien meningkatkan aktifitas setelah
mobilitas lama sebuah trombus dapat terlepas (embolus) dan dapat terbawa ke
otak, ginjal, usus dan paru (Smeltzer & Bare 2010)
Pengkajian Keperawatan
1. Primary Survey
a. Airway
Penderita CHF, terkadang mengalami sumbatan atau terjadi penumpukan secret.
Pasien juga biasanya batuk dengan atau tanpa sputum (Carvalho, 2019).
b. Breathing
Biasanya pada pasien CHF ditemukan sesak nafas dengan aktivitas ringan ataU
istirahat, respirasi meningkat (lebih dari 24 x/menit), irama ireguler dangkal, terdapat
suara napas tambahan: ronchi & krekles, ekspansi dada tidak penuh dan terdapat
penggunaan otot bantu nafas (Minartin, 2018).
c. Circulation
Biasanya pada pasien CHF ditemukan nadi lemah, tidak teratur, takikardi, tekanan
darah meningkat/menurun, adanya edema, pitting edema, CRT > 3 detik, akral dingin,
kulit pucat, bunyi jantung S3, gallop, sianosis dan output urine menurun (Minartin,
2018).
d. Disability
Biasanya pasien CHF pusing, disorientasi dan penurunan kesadaran apabila
mengalami gangguan perfusi yang berat (Sari, 2018).
e. Exposure
Seluruh pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian menyeluruh (Sari,2018).
2. Sekundari Survey
a. Data umum
Berdasarkan penelitian Maulidta (2015), menunjukkan penderita jantung paling
banyak berada pada usia 55-65 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan klien dengan CHF adalah sesak napas.
f. Pemeriksaan fisik
1) Breath (B1)
Biasanya muncul gejala-gejala kongesti vascular pulmonal seperti dispnea, takipnea,
ortopnea, dispnea noktural paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
2) Blood (B2)
a) Inspeksi: tampak pucat, sianosis, ada jaringan parut pada dada, keluhan kelemahan
fisik
b) Palpasi: Denyut nadi perifer melemah
c) Perkusi: Batas jantung mengalami pergeseran
d) Auskultasi: Tekanan darah biasanya menurun
3) Brain (B3)
Pasien dengan CHF, bisa mengalami pusing, disorientasi, penurunan kesadaran
4) Bladder (B4)
Penderita CHF umumnya akan terjadi penurunan volume urine, urine berwarna pekat,
dan nokturia.
5) Bowel (B5)
Penderita CHF biasanya mengalami kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
penambahan berat badan signifikan.
6) Bone (B6)
Penderita CHF, biasanya mengalami kelemahan serta penurunan aktivitas (Sari, 2018).
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu proses identifikasi untuk menilai apakah suatu kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.Evaluasi
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan.
Evaluasi keperawatan merupakan suatu proses identifikasi dalam membandingkan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Aspiani, 2016).
TINJAUAN KASUS
1 Pengkajian
3. B2 (Blood)
Pada pengkajian B2 didapatkan irama jantung: reguler, bunyi jantung: S3 dan
S4 serta murmur pada area apeks. akral: dingin dan berkeringat TD: 170/100
mmHg. Map: 180, tidak ada perdarahan, tidak ada sianosis, edema kaki (+/+),
N: 112 x/menit sinus ritme teraba kuat, teratur, tekanan jugularis 5+3 cmH 20,
pemeriksaan EKG ejeksi fraksi 45%
Masalah Keperawatan: Penurunan curah jantung, Hipervolemia
4. B3 (Brain)
Pada pengkajian B3 didapatkan kesadaran: composmentis, tidak ada jejas, tidak ada
paralisis, N-I:dapat mengidentifikasi bau, N-II: mata kiri34 melihat dengan baik, N-III:
pergerakan pupil simetris, N-IV: pergerakan pupil kanan-kiri, N-V: dapat membuka
mulut, mengunyah, N-VI: dapat menggerakan mata ke arah lateral, N-VII: dapat
mengerutkan dahi, senyum simetris, N-VIII: mendekatkan suara, N-IX: dapat
menelan, N-X: ada reflek muntah, N- XI:mampu menolehkan leher tanpa
menggerakan bahu, N- XII: bicara normal,
Masalah Keperawatan: Resiko jatuh
5. B4 (Bladder)
Pada pengkajian B4 didapatkan kebersihan: bersih, ekskresi: tidak ada darah, kandung
kemih: tidak terdapat distensi, nyeri tekan abdomen: tidak ada, Terdapat edema di
kedua tungkai
Masalah Keperawatan: Hipervolemia
6. B5 (Bowel)
Pada pengkajian B5 didapatkan pola makan dan mindium SMRS: makan: 3x/sehari,
jenis: nasi, lauk ,sayur, minum: air mineral, teh hangat, pantangan: tidak ada.
Masalah Keperawatan: Ketidakstabilan kadar gula darah
7. B6 (Bone)
Pada pengkajian B5 didapatkan rambut pasien berwarna hitam sedikit, beruban, kulit
kepala bersih, tidak ada luka/benjolan, warna kulit sawo matang,
turgor kulit elastis, tidak ada kelainan pada tulang, ROM: aktif, pasien bedrest, ADL
pasien dibantu, kelainan jaringan/trauma: tidak ada fraktur, kontraktur, flaxid,
kekuatan otot: pergerakan sendi bebas, kulit teraba dingin pada ekstremitas bawah
dan extremitas atas, edema kaki (+),
Masalah Keperawatan: Intoleransi aktivitas
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax tanggal 18 September 2023, hasil : CTR 70 % , Kongesti Pulmonal
3.Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan echocardiografi didapatkan ejeksi fraksi 45%
3.Therapy obat
Captopril 3 x 6,25 mg
Lasix 2x1 A
Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
Penulis mengelompokkan data dari hasil pengkajian kemudian dianalisa
sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
NO MASALAH KEPERAWATAN
1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot nafas) (SDKI hal 05, D.0026)
2 Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
(SDKI hal 34, D.0008)
3 Hipervolemi berhubungan dengan Kelebihan asupan cairan (SDKI hal 62,
D.0022)
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI hal 128, D.0056)
2 Penurunan curah jantung Setelah Perawatan Jantung (SIKI, hal Perawatan Jantung (SIKI, hal
berhubungan dengan dilakukan 317); 317);
Perubahan kontraktilitas intervensi Observasi Observasi
(SDKI hal 34, D.0008) selama 3x24 1. Monitor tekanan darah 1. Untuk
jam, maka curah jantung 2. Monitor intake dan output mengetahui
meningkat dengan cairan adanya peningkatan
kriteria 3. Monitor saturasi oksigen tekanan darah
hasil (SLKI, hal 20): Terapeutik 2. Untuk mengetahui
1. Kekuatan nadi perifer 4. Pertahankan tirah baring keseimbangan cairan klien
2. Palpitasi menurun minimal 12 jam 3. Untuk mencegah terjadinya
3. Dispnea menurun 5. Posisikan pasien semifowler sianosis
4. Tekanan darah atau fowler dengan kaki ke bawah 1. Terapeutik
membaik atau posisi nyaman 2. 4. Untuk menurunkan seluruh
5. Bradikardia/takikardia Edukasi kebutuhan kerja pada jantung,
menurun 6. Anjurkan segera melaporkan menurunkan beban kerja,
6. Gambaran EKG nyeri dada meningkatkan tenaga cadangan
aritmia Kolaborasi jantung dan menurunkan tekanan
menurun 7. Kolaborasi pemberian darah.
antiplatelet 3. 5. Untuk mengurangi kesulitan
bernapas dan mengurangi jumlah
darah yang kembali ke jantung
Edukasi 45
6.Agar segera diberikan
tindakan yang tepat
Kolaborasi
7.Untuk mencegah terjadinya
penggumpalan darah
Hari/ tanggal No Dx Jam Tindakan Tanggal/ jam Evaluasi Formatif SOAPIE TTD Perawat
Catatan Perkembangan
Kamis, 2 1 08.00 Mengkaji keluhan pasien:Pasien Kamis, 2 Dx 1 : Pola nafas tidak
juni 2022 mengatakan merasa sesak nafas Juni 2022 efektif
1 08.00 Mengobservasi keadaan umum dan 13:30 S : Pasien mengatakan sesak
TTV : keadaan umum : lemah, Nadi : napas berkurang
112 x/menit TD : 170/100 Mmhg, Rr : O:
30 x/menit RR :28 x/menit dengan
1 08.05 Memastikan O2 Terpasang dengan nasal 3 l/menit
benar dan memonitoring aliran O2 Pola nafas ; dypenue
nasal canul 3 l/menit Rongki +/+
1 08.05 Memonitoring pola nafas, Pasien tampak lemah
memonitoring oksigen, pola nafas Retraksi dada +
dypneu TD : 160/100 Mmhg
Memonitoring frekuensi irama, N : 105 x/menit
kedalaman dan upaya nafas : RR:30 A : Masalah teratasi
x/menit Sebagian
Memonitoring bunyi nafas tambahan, P : Intervensi dilanjutkan
Rongki Basah +/+, Pasien tampak
lemah, Retraksi dada +
1 08.15 Memberikan posisi semi fowler
Mengajarkan tarik nafas dalam :
pasien mampu mengatur nafas
09.00 Memonitor pola nafas : dypenu RR:
30 x/menit
09.05 Memastikan O2 terpasang dengan
benar dan memonitor aliran O2(nasal
kanul 3 l/menit
10.00 Memastikan O2 terpasang dengan
benar dan memonitor aliran O2(nasal
kanul 3 l/menit
11.00 Memastikan O2 terpasang dengan
benar dan memonitor aliran O2(nasal
kanul 3 l/menit
12.30 Memastikan O2 terpasang dengan
benar dan memonitor aliran O2(nasal
kanul 3 l/menit
12.45 Memastikan O2 terpasang dengan
benar dan memonitor aliran O2(nasal
kanul 3 l/menit