1 PB
1 PB
1 PB
ABSTRACT
Background: One of the most common reproductive health problems is menstrual cycle disorders. In Indonesian, there
are 35.5% of female students at 59 universities experience have menstrual cycle disorders. The factors that influence it
are lack of vitamin D intake, calcium intake, and high physical activity. Students of the Faculty of Law, Universitas
Muhammadiyah Surakarta have very busy activities, so a preliminary study was carried out in the faculty.
Objective: This study aimed to analyse the correlation between vitamin D intake, calcium intake and physical activity
with menstrual cycle disorders in students of the Faculty of Law, University of Muhammadiyah Surakarta.
Methods: The study design was in the form was observational with a cross sectional approach involving 73 students of
the Faculty of Law, University of Muhammadiyah Surakarta aged 18-19 years, using the accidental sampling method.
Data on vitamin D and calcium intake used were the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) for
the past month, data on physical activity using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) for the past
weeks and data on menstrual cycle disorders using a menstrual cycle questionnaire via google form. Data analysis on
SPSS software was conducted using chi square test.
Results: Most of the respondents had less vitamin D intake (94.5%), calcium intake was less (87.7%), heavy physical
activity (80.8%) and menstrual cycle disorders (4.1%). The results of the analysis test showed no correlation between
vitamin D intake (p=0.631), calcium intake (p=0.597), and physical activity (p=0.389) with menstrual cycle disorders.
Conclusion: There was no correlation between vitamin D intake, calcium intake, and physical activity with menstrual
cycle disorders (p>0.05). It is expected that respondents can increase their intake of adequate vitamin D and calcium
and pay attention to physical activity so as not to overdo it.
Keyword: Calcium intake; Menstrual cycle disorders; Physical activity; Student; Vitamin D intake
ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi salah satunya gangguan siklus menstruasi. Di
Indonesia, sebanyak 35,5% mahasiswi yang terdapat di 59 perguruan tinggi mengalami gangguan tersebut. Adapun
faktor yang mempengaruhi seperti kurangnya asupan vitamin D, asupan kalsium, dan tingginya aktivitas fisik.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki aktivitas yang sangat padat, sehingga
dilakukan studi pendahuluan di fakultas tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan vitamin D, asupan kalsium, dan aktivitas fisik
dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasisiwi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Metode: Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 73 mahasiswi
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta usia 18-19 tahun, yang diambil dengan metode accidental
sampling. Data asupan vitamin D dan kalsium diperoleh menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire
(SQ-FFQ) selama satu bulan terakhir, data aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire
(IPAQ) selama satu minggu terakhir dan data gangguan siklus menstruasi menggunakan kuesioner siklus menstruasi
melalui google form. Analisis data pada software SPSS menggunakan uji chi square.
Hasil : Sebagian besar responden memiliki asupan vitamin D kurang (94,5%), asupan kalsium kurang (87,7%), aktifitas
fisik berat (80,8%) dan gangguan siklus menstruasi (4,1%). Hasil uji analisis chi square tidak terdapat hubungan antara
asupan vitamin D (p=0,631), asupan kalsium (p=0,597), dan aktifitas fisik (p=0,389) dengan gangguan siklus
menstruasi.
Simpulan: Tidak terdapat hubungan asupan vitamin D, asupan kalsium, dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus
menstruasi (p>0,05). Diharapkan responden dapat meningkatkan asupan vitamin D dan kalsium yang cukup serta
memperhatikan aktivitas fisik agar tidak berlebihan
Kata kunci: Asupan vitamin D; Asupan kalsium; Aktivitas fisik; Gangguan siklus menstruasi; Mahasiswi
besar responden berusia 19 tahun (80,8%). Sebagian orang (80,8%). Selain itu, sebagian besar mahasiswi
besar responden mempunyai asupan vitamin D dan yaitu sebanyak 70 orang (95,5%) tidak memiliki
kalsium dalam kategori kurang yaitu masing-masing gangguan siklus menstruasi, sedangkan yang
sebanyak 93,2% dan 91,8%. Berdasarkan distribusi memiliki gangguan siklus menstruasi seperti
frekuensi aktivitas fisik responden, sebagian besar polimenorhea hanya 2,7% dan oligomenorhea hanya
termasuk dalam kategori berat yaitu sebanyak 59 sebanyak 1,4%.
Hubungan Asupan Vitamin D, Kalsium dan kurang dan mengalami gangguan siklus menstruasi.
Aktivitas Fisik dengan Gangguan Siklus Hasil uji analisis menunjukkan tidak terdapat
Menstruasi hubungan asupan vitamin D dan kalsium dengan
Berdasarkan Tabel 2, sebanyak 4,4% gangguan siklus menstruasi. Tabel 2 juga
responden mengalami gangguan siklus menstruasi menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan
dan memilki asupan vitamin D kurang. Selain itu, antara aktivitas fisik dengan gangguan siklus
sebanyak 4,5% responden memiliki asupan kalsium menstruasi.
Tabel 2. Hubungan Asupan Vitamin D, Kalsium, dan Aktivitas Fisik dengan Gangguan Siklus Menstruasi
(2017) menyatakan sebagian besar responden untuk melakukan kegiatan seperti bersepeda,
mengalami siklus menstruasi polimenorhea yang jogging, berkebun, dan lain sebagainya.18
hampir setengahnya berusia 16 tahun.15 Hasil uji analisis antara asupan vitamin D
Gangguan siklus menstruasi disebabkan dengan gangguan siklus menstruasi (Tabel 2),
karena kurangnya asupan vitamin D. Berdasarkan menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan
hasil penelitian pada Tabel 1, diperoleh hampir vitamin D dengan gangguan siklus menstruasi.
seluruh responden yaitu 68 mahasiswi (93,2%) Menurut Lugito dkk (2018), kurangnya asupan
memiliki asupan vitamin D dalam kategori kurang vitamin D dapat meningkatkan durasi menstruasi.10
dari kebutuhan sehari (15 mcg/hari). Responden Wanita yang mengalami gangguan siklus menstruasi
dengan asupan vitamin D kurang disebabkan karena seperti amenorhea dan oligomenorhea ditandai
asupan bahan makanan sumber vitamin D yang dengan konsentrasi vitamin D yang lebih rendah
dikonsumsi hanya sedikit jumlahnya dan jarang dibandingan dengan wanita yang memiliki siklus
frekuensinya. Berdasarkan nutrisurvey, Makanan menstruasi teratur.9 Perubahan hormon FSH dan LH
tinggi sumber vitamin D banyak terdapat pada ikan- memicu terjadinya ovulasi dimana sel telur lepas dan
ikanan seperti pindang banjar, peda, kembung, belut, menempel di dinding rahim, apabila tidak dibuahi
sedangkan hasil SQ-FFQ, menunjukkan bahan endometrium akan mengering, lalu terkelupas dan
makanan yang sering dikonsumsi responden antara keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi.19 Saat
lain telur ayam, ikan (lele, bandeng dan teri asin), menstruasi, terjadi kerusakan dinding rahim yang
susu, mentega, udang dan sosis yang memiliki menyebabkan peradangan di tubuh, sehingga
kandungan vitamin D rendah. Vitamin D yang diperlukan asupan vitamin D yang cukup untuk
berasal dari makanan memang hanya sedikit meningkatkan kekebalan sistem tubuh.10 Tidak
mengandung vitamin D seperti D3.16 Selain dalam adanya hubungan pada penelitian ini disebabkan
makanan vitamin D juga bisa didapatkan melalui karena kemungkinan vitamin D sudah tercukupi
paparan sinar matahari pada kulit.17 melalui sumber utama yang terdapat pada paparan
Selain itu, asupan kalsium kurang juga dapat sinar matahari langsung yang menghasilkan 10.000-
menyebabkan gangguan siklus menstruasi. 20.000 IU dalam 15-30 menit pada seluruh tubuh
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi (Tabel 1), individu berkulit putih, namun pada individu berkulit
diperoleh responden dengan asupan kalsium kurang lebih gelap waktu paparan sinar matahari diperlukan
sebanyak 67 mahasiswi (91,8%). Berdasarkan hasil lebih lama. Waktu paling efektif antara jam 10 pagi
SQ-FFQ, asupan kalsium responden kurang dan jam 3 sore.16 Akan tetapi karena tidak semua
disebabkan karena bahan makanan sumber kalsium individu memiliki waktu yang sama untuk berjemur,
yang sering dikonsumsi responden antara lain nasi maka asupan vitamin D dapat diperoleh dari
putih, tempe, ikan (lele dan bandeng) serta wortel makanan dan suplemen dalam bentuk D3, sedangkan
memiliki kandungan kalsium rendah. Sedangkan dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran
berdasarkan hasil nutrisurvey, makanan sumber mengenai paparan sinar matahari.
kalsium tinggi terdapat pada susu full cream, ikan Selain asupan vitamin D, asupan kalsium
teri, susu skim bubuk, dan keju slice. dengan gangguan siklus menstruasi juga
Faktor aktivitas fisik dapat juga mempengaruhi menunjukkan tidak terdapat hubungan antara asupan
gangguan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil kalsium dengan gangguan siklus menstruasi.
dsitribusi frekuensi (Tabel 1), sebagian besar Penelitian ini tidak sejalan dengan Triany dkk (2018)
responden (80,8%) termasuk dalam kategori berat yang menyatakan ada hubungan antara tingkat
yaitu sebanyak 59 mahasiswi. Hasil penelitian kecukupan kalsium dengan siklus menstruasi
menunjukkan, beberapa responden memiliki dikarenakan sebanyak 33 dari 56 remaja putri yang
pekerjaan selain menjadi mahasiswi. Pembelajaran memiliki tingkat kecukupan kalsium kurang
daring ternyata tidak membuat mahasiswi tidak mengalami gangguan siklus menstruasi
memiliki kegiatan. Penyebab aktivitas fisik oligomenorhea.20 Listiana dkk (2019), juga
responden dalam kategori berat karena walaupun menyatakan asupan kalsium berhubungan dengan
kuliah secara daring, namun responden masih siklus menstruasi dikarenakan 63,8% responden
melakukan aktivitas fisik sedang seperti menyapu, yang memiliki asupan kalsium kurang mengalami
mengepel, menyiram tanaman, berjalan kaki, gangguan siklus menstruasi.11 Kalsium berperan
bersepeda, maupun berenang. Selain itu, menurut mempertahankan hormon GnRH untuk melepas
Toyyibah (2021), mahasiswa Unsoed selama hormon FSH dan LH di hipofisis dalam pembentukan
pandemi memiliki aktivitas fisik tinggi sebesar hormon estrogen dan progesteron yang digunakan
50,8% karena pada sebagian mahasiswa selain untuk pematangan folikel. Apabila asupan kalsium
pembelajaran melalui daring, waktunya dihabiskan rendah maka sekresi estrogen juga rendah sehingga
menyebabkan pematangan folikel terganggu dan
mengakibatkan gangguan pada siklus menstruasi.11,19 ini dikarenakan aktivitas fisik yang dilakukan
Tidak adanya hubungan pada penelitian ini, responden termasuk dalam kategori berat dengan
dikarenakan sebagian besar asupan kalsium jenis aktivitas yang dilakukan seperti jogging,
responden rendah dengan jumlah rata-rata konsumsi bersepeda, dan pekerjaan rumah yang dilakukan
431 mg atau sebanyak 0,4% dari kebutuhan kalsium dengan intensitas waktu lama sehingga jenis aktivitas
menurut AKG. Bahan makanan seperti bayam, sawi, fisik kemungkinan dapat mempengaruhi perbedaan.
dan ubi jalar lebih banyak dikonsumsi responden Meskipun dikatakan perubahan siklus menstruasi
dimana terdapat kandungan asam oksalat yang dapat berhubungan dengan aktivitas fisik, tetapi ditemukan
menghambat penyerapan kalsium. Beberapa jenis adanya perubahan siklus pada wanita yang jarang
bahan makanan yang mengandung kalsium tinggi melakukan aktivitas.15
terdapat pada susu dan hasil olahannya, kacang-
kacangan, ikan, dan telur, akan tetapi yang SIMPULAN
dikonsumsi responden sedikit jumlahnya.21 Selain Tidak terdapat hubungan asupan vitamin D,
itu, terdapat faktor lain yang lebih kuat yang dapat asupan kalsium, dan aktivitas fisik dengan gangguan
mempengaruhi gangguan siklus menstruasi. Islamy siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Hukum
dkk (2019), menjelaskan bahwa faktor yang Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mahasiswi
berpengaruh paling besar dalam siklus menstruasi diharapkan dapat meningkatkan asupan vitamin D
yaitu status gizi dan tingkat stres, namun dalam dan kalsium yang cukup serta memperhatikan
penelitian ini tidak dilakukan pengukuran pada dua aktivitas fisik agar tidak berlebihan agar terhindar
variabel tersebut karena status gizi harus dilakukan dari gangguan siklus menstruasi.
pengukuran secara langsung sedangkan penelitian
dilakukan pada masa pandemi.22 DAFTAR PUSTAKA
Selanjutnya, aktivitas fisik dengan gangguan 1. Sitoayu L, Pratiwi DA, dan Mulyani EY.
siklus menstruasi pada mahasiswi FH UMS juga Kecukupan zat gizi makro, status gizi, stres, dan
menunjukkan tidak terdapat hubungan. Penelitian ini siklus menstruasi pada remaja. Jurnal Gizi Klinik
sejalan dengan Fahmi dkk (2018), yang menyatakan Indonesia. 2017; 13(3): 121–
tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan 128. https://doi.org/10.22146/ijcn.17867
gangguan menstruasi karena responden yang 2. Dambhare DG, Wagh SV, dan Dudhe JY. Age at
memiliki aktivitas fisik rendah masih kemungkinan menarche and menstrual cycle pattern among
dapat mengalami gangguan menstruasi. Hal ini school adolescent girls in Central India. Global
berarti responden dengan aktivitas fisik ringan, Journal of Health Science. 2012; 4(1) : 105–111.
sedang, maupun berat tidak berpengaruh pada https://doi.org/10.5539/gjhs.v4n1p105
gangguan menstruasi karena gangguan menstruasi 3. Rtamagustini NNT, Purwanto B, dan
lebih banyak terjadi pada responden dengan aktivitas Dharmayanti HE. Waist cicumference as a
fisik rendah dibandingkan pada responden dengan predictor for menstrual cycle disturbance among
aktivitas sedang, dan responden yang memiliki collage student. Jurnal Ners. 2018; 13(1) : 194-
aktivitas fisik sedang juga mengalami gangguan 199. https://doi.org/ 10.20473/jn.v13i2.8335
menstruasi.23 Penelitian Prestyani dkk (2017) juga 4. Rosiana D. Hubungan tingkat stres dengan
menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat keteraturan siklus menstruasi pada remaja kelas
aktivitas fisik dengan siklus menstruasi di SMKN 2 XII di SMK Batik 1 Surakarta. Universitas
Magetan karena tingkat aktivitas fisik tidak selalu Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. 2016.
mempengaruhi siklus menstruasi, dapat juga 5. Mesarini BA, dan Astuti VW. Strees dan
dipengaruhi oleh stress, emosi, gizi buruk, penyakit mekanisme koping terhadap gangguan siklus
kronis tertentu, dan lain sebagainya.15 Tingkat menstruasi pada remaja putri. Jurnal STIKES.
aktivitas fisik sedang dan berat dapat membatasi 2013; 6(1) : 31–42. Available from :
fungsi menstruasi yang menyebabkan hormon GnRH https://ejournal.petra.ac.id/index.php/stikes/artic
menurun sehingga hormon estrogen akan menurun le/view/18828/18534
juga. Mahasiswi dengan aktivitas fisik berat memiliki 6. Sahmin. Prevalensi gangguan menstruasi pada
resiko amenorhea, anovulasi, dan defek fase luteal.19 remaja putri di SMK YPKK 1 Sleman. Karya
Selain itu, meningkatnya aktivitas fisik juga Tulis Ilmiah. Yogyakarta. 2017. 25-32.
berhubungan dengan panjang fase folikuler. 7. Ayu D, dan Santoso S. Hubungan pola makan
Intensitas aktivitas fisik yang terlalu tinggi (jumlah, jenis, dan frekuensi), status gizi
menyebabkan tubuh tidak mampu dikompensasi (antropometri dan survey konsumsi) dengan
sehingga mengalami gangguan endokrin dalam keteraturan haid pada remaja putri di SMA
tubuh, salah satunya ketidakteraturan siklus Negeri 51 Jakarta Timur Tahun 2015. Jurnal
menstruasi.14 Tidak adanya hubungan pada penelitian Ilmiah Kesehatan. 2017; 9(1) : 83–92.