Kel.3 Hadist Tarbawi
Kel.3 Hadist Tarbawi
Kel.3 Hadist Tarbawi
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah s.w.t Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah nya kepada kita selaku hamba Nya yang
selalu mengharapkan kebaikan dan keberkahan dari Nya. Sholawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada pundak junjungan kita nabi Muhammad S.A.W yang
telah menuntun kita menuju zaman islamiah yang penuh dengan imu pengtahuan
sekarang ini.
Makalah yang kami buat ini adalah sebuah makalah yang membahas tentang
Hadist Tarbawi dengan judul ”Hadist tentang Allah, Para Nabi dan Rasul Sebagai
Prototipe Pendidikan”. Dalam pembuatan makalah ini, tidak lah luput dari berbagai
pihak. Khususnya dari dosen pengampu kami bapak Yulianto M.Pd, kedua orang
tua,dan teman-teman. Atas dukungan tersebut kami selaku penulis menghaturkan
ucaapan terima kasih. Akhirnya kami mengharapkan bahwa makalah ini dapat
diterima dan menjadi referensi dalam pembelajaran kedepanya. Selain itu kami
memohon kritik daan saran yang membangun bagi kami dalam membuat makalah
kedepanya.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………..…………………………………………….ii
DAFTAR ISI………..…………………………………..………………………......iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….....1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..……..2
C. Tujuan Penulisan…………………...……………………………………………...2
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan telah ditekankan berulang kali dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Hadis Nabi Muhammad juga menekankan nilai pengetahuan. Dalam Al-
Qur’an dan hadis dijelaskan secara eksplisit betapa pentingnya sehingga pentingnya
sehingga pendidikan dihukumkan sebagai sebuah kewajiban bagi tiap muslim karena
dengan pendidikan itulah dapat mengantar seseorang mendekatkan diri kepada Allah,
sang pencipta alam semesta ini. Dalam hadis terdapat beberapa kata yang menunjuk
kepada pendidikan yaitu ta’lim, dari akar ‘alima (untuk mengetahui, menyadari,
untuk memahami, belajar), tarbiyah dari kata raba (meningkatkan, tumbuh,
memelihara), ta’dib dari kata addaba (untuk menjadi berbudaya, halus, santun). Hadis
juga menegaskan bahwa terdapat dua elemen penting yang diperlukan dalam
perumusan dasar dan hakikat pendidikan Islam yaitu, tujuan pendidikan dan faktor-
faktor pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Allah bisa disebut sebagai maha guru?
2. Apa yang dimaksud dengan Nabi dan Rasul?
3. Apa saja tugas Nabi dan Rasul?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana Allah bisa disebut sebagai maha guru
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Nabi dan Rasul
3. Mengetahui apa saja tugas Nabi dan Rasul
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sayyid, Sabiq. 1996. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Bandung: Diponegoro, h.23
2
Nata, Abuddin, 2012. Tafsir Ayat-Ayat. Ed.1-5, Jakarta: Rajawali Pers, h.55
2
3
َعَّل ٱِإْل نَٰس َن َم ا ْمَل َيْع َلْم ٱَّلِذى َعَّل ِبٱْلَق َلِم
َم َم
“Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam, dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al-Alaq : 4-5)
Berikut adalah contoh bagaimana Allah menunjukkan eksistensinya kepada
manusia sehingga bisa disebut sebagai maha guru;
1. Allah Yang Maha Pencipta
Alam semesta ini adalah ciptaan Allah, manusia tidak akan bisa menciptakan
suatu benda yang tidak ada menjadi ada, secerdas apapun manusia itu, mereka
hanya memiliki kemampuan mengelolah benda-benda yang tersedia di alam ini
menjadi karya yang bermanfaat, seperti penemuan yang ditemukan oleh para ahli
yaitu pesawat terbang, dan teknologi-teknologi lainnya.
2. Allah Yang Maha Pemelihara
Allah memperhatikan makhluk-makhlukNya seperti memberi rezeki dan juga
memelihara hamba-hambaNya. Orang yang benar-benar mendapat pemelihara
hakiki (dunia akhirat) adalah orang yang benar-benar percaya kepada Allah,
karena sejatinya tidak mungkin orang yang ingin diperhatikan namun ia tidak
pernah memperhatikan orang. Demikian juga dengan Allah harus ada timbal
baliknya, walaupun pada hakikatnya Allah tidak memerlukannya karena Allah
maha kaya dan maha sempurna.3
3. Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Sejak lahir, manusia dianugerahi rasa kasih dan saying. Rasulullah saw
menjelaskan bahwa kasih saying yang kita miliki berasal dari satu bagian dari
seratus bagian yang dimiliki Allah, Beliau bersabda; “Allah SWT menjadikan
rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisiNya Sembilan puluh Sembilan dan
diturunkan Nya di bumi ini satu bagian, inilah yang dibagi kepada seluruh
makhluk” (H.R Muslim).
3
M. Ali Hasan. 2003. Muhammad dan meneladani Asmaul Husna, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
h.95
4
َخ َر َج َرُس وُل ال ﷺ َذاَت َيْو ْن َبْع ِض ُحَج َفَد َخ َل اْلَمْس َد َف َذا ُه َو
ِج ِإ ِرِه ٍم ِم َّلِه
َحِبْلَق َتِنْي ِإْح َد اَمُها َيْق َرُءوَن اْلُقْر آَن َو َيْد ُعوَن الَّلَه َو اُأْلْخ َر ى َيَتَعَّلُم وَن َو ُيَعِّلُم وَن َفَق اَل
ا َش ْن الَّنُّيِب ﷺ ُك ٌّل َعَلى َخ ٍرْي َهُؤ اَل ِء ْق وَن اْلُق آَن ْد ُعوَن الَّلَه َفِإ
َء ْر َو َي َي َرُء
ِّل ِإ ِع ِء ِإ
َأْع َطاُه ْم َو ْن َش اَء َم َنَعُه ْم َو َهُؤ اَل َيَتَعَّلُم وَن َو َّنَم ا ُب ْثُت ُمَع ًم ا َفَج َلَس َمَعُه ْم
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi berkata, telah
menceritakan kepada kami Daud bin Az Zibirqan dari Bakr bin Khunais dari
Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bin Yazid dari Abdullah bin 'Amru ia
berkata; Pada suatu hari Rasulullah saw keluar dari salah satu kamarnya dan
masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai dua halaqah, salah satunya
sedang membaca al-Quran dan berdoa kepada Allah, sedang yang lainnya
melakukan proses belajar mengajar. Maka Nabi pun bersabda: "Masing-masing
berada di atas kebaikan, mereka membaca al-Quran dan berdoa kepada Allah, jika
Allah menghendaki maka akan memberinya dan jika tidak menghendakinya maka
tidak akan memberinya. Dan mereka sedang belajar, sementara sesungguhnya
diriku hanya di utus sebagai pengajar, " lalu beliau duduk bersama mereka.
(HR. Ibnu Majah: 225).
Berdasarkan hadis ini, Imam Ghazali menyimpulkan bahwa profesi guru
merupakan warisan dari misi kerasulan. Status sebagai misi kerasulan inilah yang
menyebabkan mengajar menjadi profesi yang sangat mulia, karena sejatinya guru
adalah profesi nya para Nabi.
Adapun tugas tugas para Rasul yang telah Allah utus antara lain sebagai
berikut:
6
3. Sifat- sifat wajib bagi Nabi dan Rasul Sebagai Prototipe Pendidik
Pertama, amanah, yaitu sikap dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Mengajar adalah pengambilan keputusan. Maksudnya, sejatinya kegiatan
mengajar adalah kumpulan dari rangkaian beberapa keputusan yang diambil oleh
guru. Terkait sifat amanah ini, apa yang disampaikan Prof Djaali beberapa tahun
silam. Menurutnya, guru itu ibarat hakim, tidak boleh mengambil vonis yang
keliru. Jika guru memberikan nilai atas dasar kasihan dan tidak sesuai dengan
kemampuan siswa yang sebenarnya, maka guru tersebut ibarat hakim yang
menjatuhkan vonis yang keliru. Berarti guru tersebut tidak amanah. Karena
keputusan yang diambil guru tersebut ibarat vonis hakim. Jika salah, maka
akibatnya fatal. Sebab apa yang dinilai guru, akan dijadikan rujukan bagi murid
itu sendiri, dan dipercaya oleh wali murid serta instansi yang akan menerima
murid tersebut sebagai pegawainya.
Kedua, fatanah, yaitu cerdas, berwawasan masa depan. Profesi guru harus
didukung dengan kemauan kuat untuk menjadi pribadi pembelajar sepanjang
hayat, sehingga guru menjelma menjadi pribadi yang berwawasan masa depan.
Guru berwawasan masa depan adalah guru yang memiliki pengetahuan tentang
tantangan yang akan dihadapi murid-muridnya kelak, sehingga guru mampu
memberikan pembelajaran yang bermakna untuk membekali murid-muridnya
supaya bisa menyelesaikan tugas-tugas yang akan diembannya di kemudian hari.
Guru berwawasan masa depan ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang
artinya, “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup
di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian.”
Ketiga, guru harus memiliki sifat sidik, yaitu jujur. Pada dasarnya, semua
profesi harus ditunaikan dengan penuh kejujuran. Menurut Quraisy Shihab
(2007), sidik berarti orang yang selalu membenarkan tuntutan Ilahi dengan
pembenaran melalui ucapan yang dibuktikan dengan pengamalan. Artinya, guru
yang sidik adalah guru yang selaras antara ucapan dan tindakannya. Ucapan dan
9
tindakan guru akan dijadikan rujukan bagi siswa dalam bertindak dan mengambil
keputusan.
Keempat, tablig, menyampaikan, yaitu guru harus memiliki kemampuan
komunikasi yang baik supaya pesan yang akan disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh murid dan masyarakat pada umumnya. Komunikasi di sini tidak
sebatas pada komunikasi verbal, juga berkaitan dengan kemampuan dalam
menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk karya tulis, serta kemampuan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat bagi tumbuh kembangnya murid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah SWT mempunyai Sembilan puluh Sembilan nama baik, maka dari asmaul
husna itulah Allah secara tidak langsung menjelaskan dan mengajar kan kepada kita
bagaimana berperilaku yang baik lagi indah. Kemudian di dalam Alqur’an juga
menjelaskan bahwa Allah SWT itu merupakan sang maha guru, dimana Allah
mengajarkan kepada manusia dari apa yang tidak diketahui sampai dia tahu.
Nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya.
Sedangkan menurut istilah, Nabi adalah seorang laki laki yang diberi wahyu oleh
Allah swt berupa syariat yang dahulu, dan ia mengajarkan sekitarnya dari umatnya.
Rasul artinya seorang laki laki yang diutus Allah untuk menyampaikan risalah Nya
kepada manusia berdasarkan wahyu yang diterimanya, baik orang yang tidak ia kenal
dan yang memusuhinya.
B. Saran
Kami sebagai penulis sangat berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat
untuk kita semua dan khususnya bagi kami sebagai penulis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan. M. Muhammad dan meneladani Asmaul Husna, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat. Ed.1-5, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Sayyid, Sabiq. Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, Bandung: Diponegoro,
1996
11