Panduan Praktikum Komunikasi Terapeutik Pada Bayi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI DAN TODDLER

A. Tujuan Kegiatan Praktikum


Tujuan kegiatan praktikum ini adalah mahasiswa mampu mensimulasikan komunikasi
terapeutik pada bayi dan toodler. Mahasiswa diharapkan akan mampu mengembangkan
strategi pelaksanaan (SP) komunikasi dan mempraktikkannya pada berbagai tingkat usia
khususnya pada bayi dan toddler. Praktikum ini akan memberikan pengalaman kepada
mahasiswa tentang bagaimana melakukan interaksi dan berkomunikasi pada klien bayi
dan toddler dengan menggunakan strategi dan teknik-teknik komunikasi sesuai dengan
tingkat tumbuh kembangnya.
B. Pokok Materi Kegiatan Belajar
Bayi melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus untuk menyampaikan
keinginannya sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi yang demikian disebut
sebagai bentuk komunikasi prabicara (prespeech). Komunikasi ini bersifat sementara,
berlangsung selama tahun pertama kelahiran bayi, dan akan berakhir seiring dengan
perkembangan bayi atau anak telah menunjukkan kematangan fungsi mental dan
emosionalnya. Bentuk komunikasi prabicara ada empat, yaitu tangisan, celoteh, isyarat,
dan ekspresi emosional.

Pada anak yang kemampuan bicaranya sudah berkembang, komunikasi dilakukan secara
verbal maupun nonverbal. Teknik verbal yang sering digunakan adalah bercerita (story
telling), biblioterapi, menyebutkan keinginan, dan bermain atau permainan. Teknik
nonverbal yang biasa digunakan adalah menulis dan menggambar. Di samping itu, yang
perlu diperhatikan perawat saat berkomunikasi dengan anak adalah menjaga intonasi
suara, pengalihan, kontak mata, sikap/postur tubuh, dan menjaga jarak fisik, serta
sentuhan.
C. Ilustrasi Kasus
Seorang anak perempuan usia 3 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis thypus
abdominalis. Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui bahwa suhu anak 38 0 C, banyak
keluar keringat dan kadang-kadang muntah. Anak selalu ingin bergerak dan bermain.
Anak mengatakan takut disuntik dan tidak mau di rumah sakit. Pasien direncanakan
terapi secara intra vena (IV line therapy) untuk mempertahankan keseimbangan
(balance) cairan dan pemberian obat.

D. Standart Operasional Prosedur

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI DAN TOODLER

NO.DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN

PROSEDUR Ditetapkan oleh ; Skor Skor


TGL TERBIT:
TETAP Dekan FIKES Max yang
Universitas dr. Soebandi dicap
ai
PENGERTIAN Komunikasi terapeutik pada bayi dan toddler
merupakan komunikasi yang bertujuan untuk terapi
pada anak usia 0-1 tahun dan 1-3 tahun
TUJUAN 1. Membantu perawat melatih skill komunikasi terapeutik
pada klien bayi dan toddler
2. Memperkuat bina hubungan saling percaya dengan
klien bayi dan toddler
INDIKASI Dilakukan ketika perawat memberikan asuhan keperawatan
pada klien bayi dan toodler
KONTRA -
INDIKASI
ALAT DAN 1. Ilustrasi kasus
BAHAN 2. Format SP komunikasi
3. Skenario SP komunikasi
4. Instrumen observasi
5. Pasien model
6. Alat permainan yang dapat digunakan sebagai media
bermain dan pengalihan anak, misalnya stetoscope
mainan atau benda-benda lain yang menjadi kesukaan
anak.
PERSIAPAN Persiapan Perawat
1. Mengekplorasi perasaan, harapan dan kecemasan
o Perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri
o Perawat perlu mendefinisikan harapan terhadap
interaksi yang dilakukannya
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
3. Mengumpulkan data tentang klien
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
Persiapan Lingkungan
1. Desainlah lingkungan/setting tempat untuk interaksi
(sesuai setting lokasi dalam kasus, misal ruang
perawatan, klinik, ruang konsultasi, atau rumah).
2. Atur lingkungan aman dan libatkan orang tua untuk
rasa aman anak
3. Pembagian peran
4. Membentuk kelompok
5. Menentukan peran: model pasien, model ibu, dan
model peran perawat
6. Menentukan observer untuk mengobservasi praktik
komunikasi yang dilakukan pelaku praktik dengan
menggunakan checklist komunikasi
7. Pengembangan Skenario Percakapan (sesuai format)
a. Fase Orientasi
b. Fase Kerja
c. Fase Terminasi
PROSEDUR Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien : Pasien anak perempuan usia 3 tahun
dirawat di rumah sakit dengan diagnosis thypus
abdominalis. Pemeriksaan fisik suhu 38 0 C, banyak
keluar keringat dan kadang-kadang muntah. Anak
selalu ingin bergerak dan bermain keluar ruangan, takut
disuntik, dan tidak mau di rumah sakit. Pasien
direncanakan terapi secara intra vina (IV line therapy)
untuk mempertahankan keseimbangan (balance) cairan
dan pemberian obat.
b. Diagnosis Keperawatan: Risiko komplikasi
(perdarahan, perforasi)
c. Rencana Keperawatan: Istirahat pasien di atas tempat
tidur (bedrest). Lakukan pemasangan IV line dan
berikan cairan/obat sesuai terapi.
d. Tujuan: Tidak terjadi komplikasi, pasien kooperatif
selama perawatan.

Strategi Pelaksanaan Komunikasi


a. Fase Orientasi
1. Salam dan memperkenalkan diri
“Halo, sayang, selamat pagi. Saya Ibu Wahyi.
Bolehkah salaman sama Adik?” (sambil
memberikan alat permainan untuk pengalihan).
2. Evaluasi validasi
“Adik cantik, apa kabar? Mainannya bagus,
apakah Adik suka?”
3. Kontrak
“Adik sementara tidur di sini, ya. Ditunggu
ayah dan ibu. Ibu akan memasang alat ini ke
tangan Adik, dibantu oleh Ibu, boleh, kan?
Sebentar saja, ya, supaya Adik cepat sembuh”.
b. Fase Kerja
(Tuliskan kata-kata sesuai tujuan dan rencana yang
akan dicapai/dilakukan. Pada fase ini, perawat dan
klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Perawat dituntut
untuk mampu mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Perawat
dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat
analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respon verbal maupun non verbal.
Pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
konseling atau komunikasi terapeutik sangat
menetukan keberhasilan perawat pada tahap ini)

Perawat: “Sebelum alatnya dipasang, ayo berdoa dulu


bersama-sama ayah dan ibu, semoga alatnya tidak
menyakiti Adik dan cepat diberikan kesembuhan.
Bismillahirrohmanirrohim”.
Pasien : (Respons anak)
Perawat : “Sudah siap? Ayo, kita mulai, ya. Boleh
pinjam tangannya sebentar? Dibersihkan dulu, ya. Sakit
sedikit, ya, Sayang. Apakah adik merasakan sakit?”
Pasien : (Respons anak: menangis atau menjerit)
Perawat : “Nah, sudah selesai alatnya dipasang. Sakit
apa nggak? Untuk sementara, alat ini biar nempel di
tanganmu, ya. Adik adalah anak hebat karena berani
dipasang alat di tanganmu. Alat ini bisa sebagai sarana
untuk mempercepat kesembuhan adik sehingga adik
cepat bisa pulang dan sekolah kembali”.
Pasien : (Respons anak)
Perawat : “Baiklah, tugas saya sudah selesai. Adik
boleh bermain sambil tiduran di atas tempat tidur.
Lebih baik tidak turun dari tempat tidur dulu, ya,
supaya segera bisa sembuh”.
Pasien : (Respons anak)

b. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
keperawatan
o Evaluasi subjektif
Bagaimana rasanya setelah dipasang alat di
tangan?”
o Evaluasi objektif
(mengamati respon objektif pada anak)
2. Rencana tindak lanjut
“Ibu akan datang secara teratur untuk
memastikan bahwa alat tetap terpasang dan
terapi dapat dilakukan sesuai rencana”.
3. Kontrak yang akan datang : “Satu jam lagi Ibu
akan kembali untuk melihat bahwa alat di
tangan adik aman dan adik tidak merasa
kesakitan”.
DOKUMENTASI Dokumentasi tindakan, evaluasi subyektif dan evaluasi
obyektif klien
HAL-HAL YANG Hati-hati: Jangan sentuh anak dan hindari kontak fisik
PERLU dengan anak jika mereka belum mengenal Anda.
DIPERHATIKAN Membina hubungan saling percaya pada anak dapat
meningkatkan rasa aman anak.

D. Latihan
Seorang anak perempuan usia 4 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah.
Ibu klien mengatakan bahwa keluhan muncul sejak 2 minggu yang lalu. Dokter
merekomendasikan tindakan USG abdomen untuk pemeriksaan lebih lanjut. Lakukan
komunikasi terapeutik pada anak terkait persiapan tindakan USG abdomen.
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-4 mahasiswa
2. Tentukan peran masing-masing sebagai: anak (pasien model), ibu dan ayah (model)
dan peran perawat.
3. Gunakan format SP komunikasi.
4. Diskusikan skenario percakapan SP komunikasi sesuai fase-fase komunikasi.
5. Praktikkan SP komunikasi yang sudah dibuat dengan cara bermain peran sesuai peran
masing-masing.
6. Dokumentasikan role play dalam media video.
E. Petunjuk Evaluasi
Gunakan lembar checklist SOP untuk mengevaluasi kemampuan Anda dalam melakukan
komunikasi terapeutik pada bayi dan anak toddler

Anda mungkin juga menyukai