Makalah Tafsir Tarbawi KLPK 8

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

Tentang

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL QUR’AN

Kelompok 8

Nesa Febria Ningsih 2130101090

Novita Salam 2130101095

Rahmatul Hasna 2130101109

Dosen Pengampu

Drs. Syamsuwir,M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Alhamdulillahirrabil’alamin senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmad dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah “TAFSIR TARBAWI” dengan judul “Pendidikan
Akhlak dalam Al-Qur’an”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberi doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk kritik dan saran serta masukan yang mengembangkan dari berbagai pihak.Akirnya
hami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Batusangkar,4 November 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan akhlak dalam al quran .................................................................................. 4
B. Ayat ayat tentang pendidikan akhlak dalam Al Quran ..................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan akhlak ialah proses mendidik moral (akhlak) secara dasar yang akan
menjadi kebiasaan anak sejak kanak-kanak hingga dewasa, perlu diyakini bahwa moral
atau akhlak adalah sebuah iman yang ada pada setiap individual dan perkembangan religius
yang benar sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil). Pemahaman agama yang
kuat akan membentuk pribadi yang bijaksana dan dapat mengamalkan ibadah dengan benar
serta sempurna akhlaknya, sehingga terbentuk pribadi yang berakhlak baik dan melahirkan
kehidupan yang harmonis antar individual ataupun kelompok dengan suasana keakraban,
ketertiban, saling membina kebaikan, dan ketentraman. Adapun kehidupan bersama
diperlukan agar tercipta suasana saling memahami, tertib, nyaman, tenang, serta damai.
Pendidikan akhlak merupakan dua kata dengan makna berbeda. Namun, jika kedua
kata tersebut digabungkan menjadi kesatuan utuh “pendidikan akhlak” yang berarti suatu
proses guna mendidik akhlak seseorang, maka tujuan utama hidup ini sebagai khalifah
Allah SWT di bumi harus mampu memakmurkan bumi, melestarikannya, dan mampu
mewujudkan rahmat bagi sekitarnya. Hal ini sesuai dengan tujuan manusia diciptakan dan
sebagai bentuk konsekuensi dalam menerima ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup
manusia.
Sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorangkhalifah
di muka bumi.” (QS. al-Baqarah, ayat 30),3 tujuan yang disampaikan langsung oleh Allah
SWT melalui pendidikan agama berlandaskan pada Al-Qur’an dan syariat Nabi
Muhammad SAW, yakni as-sunnah. Pada akhirnya pendidikan akhlak akan membuahkan
hasil yaitu terwujudnya insan yang berakhlak mulia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan akhlak dalam Al Quran
2. Apa saja ayat ayat terkait tentang pendidikan ibadah dalam Al Quran

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui tentang pengertian pendidikan ibadah dalam Al Quran
2. Untuk mengetahui tentang ayat ayat yang terkait tentang pendidikan akhlak dalam
Al Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan akhlak dalam al quran


Pengertian pendidikan secara umum dan pengertian pendidikan Islam. Kata
"pendidikan" dalam kajian kependidikan Islam, biasanya dikenal tiga istilah yang
berkonotasi dengan makna pendidikan yaitu "al-Tarbiyah 'al- Ta'lim dan 'al-
Ta'diba, Siyasat mawaizh 'ada ta'awwud dan tadrib Istilah- istilah ini sering
dipergunakan oleh beberapa ilmuwan sebagaimana Ibn Miskawaih dalam bukunya
berjudul Tahzib Al-Akhlak, Ibn Sina memberi judul salah satu bukunya Kitab al-
Siyasat, Ibn al-Jazzar al-Qairawani membuat judul salah satu bukunya berjudul
Siyasat al- Shibyan wa Tadribuhum, dan Burhanuddin al-Zarnuji memberikan judul
salah satu karyanya Ta'lim al- Mula'allim Thariq al-Ta'allum,
Dari keseluruhan istilah bahasa Arab yang lazim digunakan sebagai kata
yang menunjukkan kepada makna pendidikan dalam konteks kekinian adalah kata
al- Tarbiyyah sebagaimana dijelaskan oleh Abd al-Rahman al- Nahlawi, terdiri dari
tiga akar kata, yaitu:
1. raba-yarbuyang mempunyai arti "bertambah" dan "berkembang."
2. rabiya-yarbaa yang berarti "tumbuh" dan "berkembang," dan
3. rabba- yarubbu yang berarti "memperbaiki", "mengurusi kepentingan",
"mengatur", "menjaga" "memperhatikan."
Abdurrahman al-Nahlawi mengambil dan mengembangkan konsep-konsep
pendidikan dari akar- akar kata tersebut lebih jauh lagi, menurutnya bahwa dari
kata al-Tarbiyah itu tiga unsur, yakni menjaga dan memelihara anak,
mengembangkan potensi anak sesuai dengan kekhasan masing-masing,
mengarahkan potensi dan bakat agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan; dan
seluruh proses di atas dilakukan secara bertahap sesuai dengan konsep "Sedikit
demi sedikit" atau "Prilaku demi prilaku." dalam konteks ini Muhammad Athiyah
al- Abrasyi, bahwa kata al-Tarbiyah merakan istilah yang mencakup keseluruhan
kegiatan pendidikan, yang merupakan upaya mempersiapkan individu untuk
kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir, memiliki

3
ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi yang lain,
berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki
beberapa ketrampilan
Pakar pendidikan Islam lainnya menggunakan kata pakar pendidikan Islam
lainnya menggunakan kata Al-Ta'lim untuk menunjukkan kepada makna
pendidikan dan pengajaran. Menurut Abdul Fattah Jalal dari kata Al- Ta'lim dapat
dimaknai sebagai:Proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab, dan penanaman amanah, sehingga penyucian atau pembersihan
manusia dari segala kotoran dan menjadikan dirimanusia berada dalam kondisi
yang memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari apa yang
bermanfaat baginya dan diketahuinya. Al-Ta'lim yang tidak menyangkut aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup serta
pedoman prilaku yang baik. Al-Ta'lim merupakan proses yang terus menerus
diusahakan semenjak dilahirkan, sebab menusia dilahirkan tidak mengetahui apa-
apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk
meraih dan memahami ilmu pengetahuan serta memanfaatkannya dalam kehidupan
Akhlak secara bahasa adalah bentuk jamak dari Khalqun atau Khuluqun yang
artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi'at.Kata akhlak berasal dari kata
kerja Khalaga yang artinya menciptakan.Khaliq maknanya pencipta atau Tuhan dan
Makhluk artinya yang diciptakan, sedangkan Khalaq maknanya penciptaan. Kata
akhlak merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan dan manusia,
maksudnya tata perilaku seseorang terhadap orang lain yang didasarkan atas
kehendak Khaliq (Tuhan) maka hal itu disebut sebagai akhlak haqiqi
Menurut pemahaman etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk jamak dari kata khulq, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat.Sedangkan Ahmad Amin mengatakan, bahwa akhlak.adalah kebiasaan
kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan dalam ujud tingkah laku,
maka kebiasaan itu akan disebut akhlak. Contohnya,bila kehendak itu dibiasakan
memberi, maka kebiasaan itu disebut akhlak dermawan Ghazali mengungkapkan
dalam kitab Ihya' 'Ulum al-Din pengertian akhlak Al-khuluq ialah sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah

4
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan, secara logis dan cepat
Jadi pada hakikatnya khulq atau budi pekerti atau akhlak adalah suatu kondisi atau
sifat yang telah meresap
Dalam jiwa dan menjadi keperibadian, hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan yang secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tersebut timbul tingkah laku yang
baik dan terpuji menurut pandangan syari'at dan akal pikiran, maka ia dikatakan
telah memiliki akhlak atau budi pekerti mulia. Namun sebaliknya apabila yang lahir
adalah kelakuan yang buruk yang bertentangan dengaan syari'at Islam dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat, maka disebutlah ia telah melakukan perbuatan
tercela dan tidak berakhlak. Al-Khulq disebut sebagai suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap atau terpatri dalam jiwa. Seandainya dalam situasi spontan dan secara
tiba-tiba seseorang berinfak, padahal berinfak bukanlah menjadi kebiasaannya,
maka orang seperti ini belumlah bisa disebut sebagai orang dermawan,
Dalam kaitan pengertian akhlak ini. Ulil Amri Syafri mengutip pendapat
Nashiruddin Abdullah, yang menyatakan bahwa, secara garis besar dikenal dua
jenis akhlak, yaitu akhlaq al-karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar
menurut syari'at Islam, dan akhlaq mademumab (akhlak tercela), akhlak yang tidak
baik dan tidak benar menurut syari'at Islam.Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-
sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang
buruk. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al-madzmumah adalah perbuatan
atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan
syari'at Allah, baik itu perintah maupun larangan Nya, dan tidak sesuai dengan akal
dan fitrah
Akhlak terpuji merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang berupa
ketaatan pada aturan dan ajaran syari'at Islam yang diwujudkan dalam tingkah laku
untuk beramal, baik dalam bentuk amalan batin seperti dzikir dan do'a, maupun
dalam bentuk amalan lahir seperti ibadah dan berinteraksi dalam pergaulan hidup
di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan akhlak yang tercela, adalah merupakan
sikap yang melekat pada diri seseorang, berupa kebiasaan melanggar ketentuan
syari'at ajaran Islam yang diujudkan dalam tingkah laku tercela. Baik dalam bentuk

5
perbuatan batin seperti hasad, dengki, sombong, takabbur, dan riya, maupun
perbuatan lahir seperti berzina, menzalimi orang lain, korupsi dan perbuatan-
perbuatan buruk lainnya.
Akhlak secara terminologi menurut Imam Ghozali adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.Pendidikan akhlak adalah usaha-
usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menanamkan nilai-nilai, ataupun
norma-norma tentang budi pekerti, sehingga manusia dapat memahami dan
mengerti, serta mengamalkan norma-norma tentang budi pekerti itu sendiri.Baik
buruknya akhlak ataupun budi pekerti seseorang adalah satu penilaian yang
diberikan oleh masyarakat terhadap perbuatan yang dilakukan oleh manusia."
Parameter ukuran baik buruknya perbuatan manusia itu diukur berdasarkan norma-
norma agama, ataupun norma- norma adat istiadat dari masyarakat itu sendiri. Islam
menentukan, bahwa untuk mengukur baik buruknya suatu perbuatan manusia
adalah berdasarkan syari'at agama yang bersumber dari wahyu Allah Swt, yaitu Al-
Qur'an dan hadis Rasulullah Saw. Melaksanakan pendidikan akhlak, adalah
bertujuan untuk mewujudkan ketenteraman, keteraturan dan
Kedamaian di tengah-tengah masyarakat. Dengan akhlak yang tertanam di
dalam diri seseorang, maka orang tersebut tentu akan berusaha untuk berbuat yang
terbaik bagi diriya dan juga bagi masyarakatnya.dalam ajaran Islam masalah akhlak
bukanlah hanya sekedar untuk mewujudkan ketenteraman di tengah-tengah
masyarakat, tetapi juga berhubungan dengan kualitas. keimanan seorang muslim.
Karena akhlak seseorang pasti mempengaruhi tingkah laku. Orang yang tidak
memiliki akhlak, maka perbuatan dan tingkah lakunya akan jauh dari sikap terpuji.
Maraknya perbuatan maksiat yang olch masyarakat dinilai sebagai sebuah
perbuatan yang lazim, adalah sebuah bukti telah terjadinya krisis akhlak di tengah-
tengah masyarakat.
Akhlak sebagai suatu tatanan nilai, merupakan sebuah pranata sosial yang
berdasarkan pada ajaran syari'at Islam.Sedangkan akhlak sebagai sebuah tingkah
laku atau tabi'at manusia, adalah merupakan perwujudan sikap hidup manusia yang
menjelma menjadi sebuah perbuatan atau tindakan. Untuk menentukan perbuatan

6
dan tindakan manusia itu baik atau buruk, Islam menggunakan parameter syari'at
agama Islam yang berdasarkan wahyu Allah Swt. Sedangkan masyarakat umum
lainnya ada yang menggunakan norma- norma adat istiadat ataupun tatanan nilai
masyarakat yang dirumuskan berdasarkan norma akhlak dan moral.dalam Islam,
tatanan nilai yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk dirumuskan
dalam konsep akhlakul karimah, yang merupakan suatu konsep yang mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan sang Maha Pencipta
yaitu Allah Swt., dan manusia dengan alam sekitarnya.
Secara lebih khusus juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya
sendiri.Dari keseluruhan konsep akhlak tersebut, dapat diketahui beberapa ruang
lingkup dari akhlak.ruang lingkup akhlak adalah seluruh aspek kehidupan.
seseorang sebagai individu, yang bersinggungan dengan sesuatu yang ada di luar
dirinya. Karena sebagai individu, dia pasti berinteraksi dengan lingkungan alam
sekitarnya, dan juga berinteraksi dengan berbagai kelompok kehidupan manusia
secara sosiologis, dan juga berinteraksi secara methaphisik dengan Allah swt.
sebagai pencipta alam semesta.dengan memperhatikan paparan di atas, pendidikan
akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri sesuai Dengan memperhatikan
paparan di atas, pendidikan akhlak adalah suatu usaha mengembangkan diri sesuai
kebutuhan yang diyakini benar oleh seseorang atau kelompok schingga menjadi
kebiasaan yang terbentuk dengan sendirinya tanpa dipikirkan dan tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka pendidikan akhlak dalam Islam
sangat diutamakan.Sehingga Islam sangat mendorong pelaksanaan pendidikan
akhlak dalam kehidupan schari-hari.

B. Ayat ayat tentang pendidikan akhlak dalam Al Quran


1. QS. Al-Baqarah : 83, 263
QS. Al-Baqarah 83
a. Ayat dan Terjemahan

‫سانًا َوذِى ٱ ْلقُ ْر َب َٰى َوٱ ْل َي َٰتَ َم َٰى‬ ‫س َٰ َٓر ِءي َل ََل تَ ْعبُ ُدونَ ِإ اَل ا‬
َ ْ‫ٱَّللَ َو ِبٱ ْل َٰ َو ِل َدي ِْن ِإح‬ ْ ‫ق َب ِن ٓى ِإ‬َ َ‫َو ِإ ْذ أَ َخ ْذ َنا ِمي َٰث‬
‫يًل ِمن ُك ْم‬ ً ‫ٱلزك ََٰوةَ ث ُ ام تَ َولا ْيت ُ ْم إِ اَل قَ ِل‬
‫ُوا ا‬۟ ‫صلَ َٰوةَ َو َءات‬ ‫وا ٱل ا‬۟ ‫سنًا َوأَقِي ُم‬ ْ ‫اس ُح‬ ِ ‫وا ِللنا‬ ۟ ُ‫ين َوقُول‬ ِ ‫س ِك‬ َ َٰ ‫َوٱ ْل َم‬
َ‫َوأَنت ُم ُّم ْع ِرضُون‬
7
Artinya: "(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil,
"Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
b. Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul surah al baqarah ayat 83 adalah ketika para pendeta yahudi
mengetahui bahwa ciri-ciri kenabian orang yang dikabarkan dalam taurat sesuai
dengan ciri-ciri fisik Rasulullah, namun kemudian mereka ingkar terhadaap
kitab mereka sendiri dan menyambunyikan hal ini tehadap orang lain dengan
mengubah isi dari kitab taurat itu.
c. Tafsir
Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, ketika Dia menetapkan atas
Bani Israil akan janji yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan
menyembah sesuatu selain Allah. Allah melarang mereka beribadah kepada
selain Allah, biarpun berupa manusia atau berhala dan lain-lain, karena hal itu
berarti mempersekutukan Allah dengan benda-benda tersebut. Menyembah
kepada selain Allah adakalanya dengan perbuatan-perbuatan yang lain yang
berupa mengagungkan sesuatu yang disembah itu. Agama Allah yang dibawa
oleh para utusan-Nya semua menekankan untuk menyembah Allah yang Maha
Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apa pun, seperti firman
Allah: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun.
Firman Allah Swt.:
Janganlah kalian menyembah selain Allah. (Al-Baqarah: 83)
Menurut Imam Zamakhsyari kalimat ayat ini berbentuk khabar, tetapi
bermakna talab; ungkapan seperti ini lebih kuat. Menurut pendapat yang lain,
bentuk asalnya adalah an la ta'buduu illallah, seperti bacaan yang dilakukan
oleh ulama Salaf, lalu huruf an dibuang hingga tidak kelihatan. Menurut suatu
riwayat dari Ubay dan Ibnu Mas'ud, keduanya membaca ayat ini la ta' budd
Wallah (janganlah kalian menyembah selain Allah). Pengarahan ini dinukil
oleh Imam Qurtubi di dalam kitab tafsirnya, dari Imam Sibawaih. Imam

8
Sibawaih mengatakan bahwa bacaan inilah yang dipilih oleh Imam Kisai dan
Imam Farra.
Al-yatama artinya anak-anak kecil yang tidak mempunyai orang tua yang
menjamin penghidupan mereka. Al-masakin ialah orang-orang yang tidak
menjumpai apa yang mereka belanjakan buat diri mereka sendiri dan
keluarganya.
Firman Allah Swt.:
serta ucapkanlah kata-kata yang balk kepada manusia. (Al-Baqarah: 83)
Maksudnya, berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut;
termasuk dalam hal ini amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cara yang
makruf. Sebagaimana Hasan Al-Basri berkata sehubungan dengan ayat ini,
bahwa perkataan yang baik ialah yang mengandung amar ma'ruf dan nahi
munkar, serta mengandung kesabaran, pemaafan, dan pengampunan serta
berkata baik kepada manusia; seperti yang telah dijelaskan oleh Allah Swt.,
yaitu semua akhlak baik yang diridai oleh Allah Swt.
Firman Allah Swt :
dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. (Al-Baqarah: 83) Diceritakan pula
bahwa ternyata mereka (Bani Israil) berpaling dari semua perintah itu; yakni
mereka meninggalkan hal tersebut, membelakanginya, dan berpaling dengan
sengaja sesudah mereka mengetahuinya, kecuali sedikit dari kalangan mereka
yang mengerjakannya.
d. Nilai-nilai pendidikan dalam surah
1. Pertama, nilai religius yaitu tidak menyembah selain kepada Allah serta
mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
2. Kedua, nilai tanggung jawab yaitu senantiasa berbakti kepada ibu dan
bapak.
3. Ketiga, nilai peduli sosial yaitu sikap peduli kepada masyarakat dan peka
terhadap keadaan sesama.
4. Keempat, nilai kejujuran yaitu dengan bertutur kata yang baik kepada
manusia serta memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
perbuatan mungkar.

9
5. Kelima, nilai disiplin yaitu mendirikan shalat dan tidak meninggalkannya.

QS. Al-Baqarah : 123

a. Ayat dan Terjemahan


َ ‫س ع َۡن نا ۡف ٍس ش َۡيـًٔـا او ََل يُ ۡقبَ ُل ِم ۡن َها ع َۡد ٌل او ََل تَ ۡنفَعُ َها‬
ۡ‫شفَاعَةٌ او ََل هُم‬ ٌ ‫َواتاقُ ۡوا يَ ۡو ًما اَل تَ ۡج ِز ۡى نَ ۡف‬
َ‫ص ُر ۡون‬َ ‫يُ ۡن‬
Artinya : Takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat
menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusannya tidak diterima,
syafaat tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong.
b. Asbabun Nuzul
Dalam pembahasan yang lalu yaitu pada permulaan Surat Al-Baqa-rah telah
disebutkan ayat yang bermakna seminal dengan ayat ini. Sengaja diulangi
dalam bagian ini untuk mengukuhkan maknanya dan sebagai anjuran untuk
mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang mereka jumpai sifat-sifatnya, ciri
khasnya, namanya, perkaranya, dan umat-nya di dalam kitab-kitab mereka.
Maka Allah Ta’ala memperingatkan me­reka agar jangan menyembunyikan hal
tersebut, jangan pula menyem-bunyikan anugerah yang telah diberikan oleh
Allah Ta’ala kepada mereka sebagai nikmat dari-Nya. Allah Ta’ala
memerintahkan agar mereka selalu ingat akan nikmat duniawi dan nikmat
agama yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepada mereka. Untuk itu,
janganlah mereka merasa deng-ki dan iri kepada anak-anak paman mereka
(yaitu bangsa Arab) atas rezeki Allah Ta’ala yang diberikan kepada mereka,
berupa diutus-Nya se-orang rasul terakhir yang dijadikan-Nya dari kalangan
mereka. Ja-nganlah kedengkian tersebut mendorong mereka menentang rasul
itu, mendustakannya, dan tidak berpihak kepadanya. Semoga salawat dan
salam-Nya terlimpahkan kepada Rasul selama-lamanya sampai hari kiamat.
c. Tafsir
Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Kuanugerahkan
kepada kalian dan Aku telah melebihkan kalian atas segala umat. Dan takutlah
kalian kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan
seseorang yang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan darinya

10
dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula)
mereka akan ditolong. Dalam pembahasan yang lalu yaitu pada permulaan surat
Al-Baqarah telah disebutkan ayat yang bermakna serupa dengan ayat ini.
Sengaja diulangi dalam bagian ini untuk mengukuhkan maknanya dan sebagai
anjuran untuk mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang mereka jumpai sifat-
sifatnya, ciri khasnya, namanya, perihalnya, dan umat-nya di dalam kitab-kitab
mereka. Maka Allah memperingatkan mereka agar jangan menyembunyikan
hal tersebut, jangan pula menyembunyikan anugerah yang telah diberikan oleh
Allah kepada mereka sebagai nikmat dari-Nya. Allah memerintahkan agar
mereka selalu ingat akan nikmat duniawi dan nikmat agama yang telah
diberikan oleh Allah kepada mereka.
Untuk itu, janganlah mereka merasa dengki dan iri kepada anak-anak
paman mereka (yaitu bangsa Arab) atas rezeki Allah yang diberikan kepada
mereka, berupa diutus-Nya seorang rasul terakhir yang dijadikan-Nya dari
kalangan mereka. Janganlah kedengkian tersebut mendorong mereka
menentang rasul itu, mendustakannya, dan tidak berpihak kepadanya. Semoga
salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada Rasul selama-lamanya sampai hari
kiamat.
d. Nilai pendidikan yang terkandung dalam surah.
Nilai pendidikan yang dapart diambil dari QS. Al-Baqarah 123 yaitu :
1. Janganlah memiliki sifat iri dan dengki kepada siapapun
2. Janganlah menentang Rasul Allah
3. Perbanyaklah bershalawat kepada Rasulullah SAW agar mendapatkan
syafaat.

2. QS. Al-Isra’ : 23-24


a. Ayat dan Terjemahan

‫سانًا ؕ اِ اما يَ ۡـبلُغَنا ِع ۡندَكَ ۡال ِكبَ َر اَ َح ُد ُه َم ۤۡا اَ ۡو‬ َ ‫ضى َربُّكَ اَ اَل تَ ۡعبُد ُۡۤۡوا ا ا َِۤۡل اِيااهُ َو ِب ۡال َوا ِلد َۡي ِن ا ِۡح‬ َٰ َ‫َوق‬
‫ف او ََل تَ ۡن َه ۡر ُه َما َوقُ ْل لا ُه َما قَ ۡو ًَل ك َِر ۡي ًما‬ ٍ ُ ‫ِك َٰل ُه َما فَ ًَل تَقُ ْل لا ُه َم ۤۡا ا‬

11
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia."
b. Asbabun Nuzul
Az-Zuhaily menjelaskan bahwa ayat 23 dan 24 merupakan perincian dari
pokok iman tersebut jika dalam ayat 22 menjelaskan bahwa manusia dilarang
menjadikan Tuhan selain Allah atau dalam bahasa lain merupakan perintah
mengesakan Allah (Tauhid) karena dapat menyebabkan kehinaan maka dalam
ayat 23 dan 24 dijelaskan tentang implementasi konkrit dari wujud ketauhidan
tersebut.
Adapun implementasi tauhid yang dimaksud adalah menyembah Allah
semata dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Sementara itu dalam ayat 23-
24 dijelaskan bahwa bentuk nyata berbuat baik kepada kedua orang tua adalah
dengan tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hati, tidak menunjukan
perbuatan tercela, berkata dengan perkataan yang baik, tawadu‟,dan sopan
santun, serta mendoakan kedua orang tua agar selalu mendapat kasih sayang
Allah.
c. Tafsir ayat
Pada ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan setiap
hamba, agar tidak menyembah Tuhan selain Allah, dan disamping itu terdapat
perintah pula untuk berbuat baik dan hormat terhadap kedua orang tua, yakni
kepada ibu dan bapak. Jika diantara kedua orang tua atau salah seorang dari
mereka berdua sampai berusia lanjut jangan memperdengarkan kepada kepada
salah satu dintara keduanya dengan kata-kata kasar meskipun dengan perkataan
kasar paling ringan sekalipun.
Sebagaimana penjelasan para ulama bahwa tidak semua ayat al-Qur‟an
memiliki sebab turunnya al-Qur‟an atau yang disebut dengan asbabun nuzul.

12
Menurut Yusuf Qaradhawi mengatakan al-Qur‟an diturunkan pada dua bagian.
Bagian pertama, adalah yang diturunkan secara sepontan atau tanpa sebab
tertentu. Bagian tersebut justru menjadi jumlah yang menjadi mayoritas dalam
al-Qur‟an. Sedangkan bagian kedua adalah ayat yang diturunkan setelah
adanya kejadian tertentu atau pertanyaan. Dalam konteks ini, ayat 23- 24 surat
al-Isra‟ masuk pada bagian pertama yakni ayat yang tidak dilatarbelakangi oleh
sebab, kejadian, dan peristiwa apapun.
Dalam penjelasan Ibnu Katsir dalam ayat 23 berisikan perintah terhadap
hamba-hambanya untuk menyembah Allah semata, dalam bahasa lain tidak ada
yang menyekutuinya. Ubay bin Ka‟ab bin Mas‟ud dan Ad-dhuhak ibnu Masud
bin Muzahim juga mengatakan Hal yang sama. Mereka memberi makna, “Dan
Tuhan telah memerintahkan supaya jangan menyembah selain Dia.” Setelah itu
kemudian di perintahkan untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang
tua. Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa Allah melarang setiap hamba
untuk menyekutui-Nya untuk dan memerintahkan kepada setiap manusia untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua ( ibu dan bapak).
Maksud dari ayat 24 diatas adalah perintah kepada anak manusia untuk
merendahkan diri kepada keduanya yakni ibu dan bapak disaat telah berusia
lanjut, dan kemudian diperintahkan untuk mendoakan keduanya dengan doa ini
bilamana keduanya telah meninggal dunia.
d. Nilai pendidikan yang tergantung dalam surah
Pada ayat ini terdapat beberapa pesan yang terkandung di dalamnya antara lain:
1. Mengesakan Allah Swt
2. Kewajiban untuk berbakti kepada orang tua
3. Mendoakan orang tua sebagai ungkapan terima kasih
4. Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik dan penuh
kasih saying
5. Manusia hendaklah menghargai jasa pendidiknya.

3. QS. Al-Hujurat : 11-12


a. Ayat dan Terjemahan

13
َ ِّ‫عسٰ ٓى اَ ۡن يَّ ُك ۡونُ ۡوا خ َۡي ًرا ِّم ۡن ُه ۡم َو ََل ن‬
َ ِّ‫سا ٓ ٌء ِّم ۡن ن‬
ٍ‫سآء‬ َ ‫ٰٰۤياَيُّ َها الَّذ ِّۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ََل يَ ۡسخ َۡر قَ ۡو ٌم ِّم ۡن قَ ۡو ٍم‬
ُ ُ‫س ِّاَل ۡس ُم ۡالف‬
‫س ۡو ُق‬ َ ‫بۚ بِّ ۡئ‬ ِّ ‫س ُك ۡم َو ََل تَنَابَ ُز ۡوا بِّ ۡاَلَ ۡلقَا‬َ ُ‫عسٰ ٓى اَ ۡن يَّ ُك َّن خ َۡي ًرا ِّم ۡن ُه َّنۚ َو ََل ت َۡل ِّم ُز ٰۡۤوا اَ ۡنف‬ َ
ّٰ ‫ولٓٮِٕكَ ُه ُم ال‬
َ‫ظ ِّل ُم ۡون‬ ٰ ُ ‫ان َو َم ۡن لَّ ۡم يَت ُ ۡب فَا‬ ِّ ۡ َ‫بَعۡ د‬
ِّ ‫اَل ۡي َم‬

‫ٱلظ ِّن ِّإثْ ٌم ۖ َو ََل‬


َّ ‫ض‬ َّ َ‫يرا ِّمن‬
َ ‫ٱلظ ِّن ِّإ َّن َب ْع‬ ً ‫ُوا َك ِّث‬ ۟ ُ‫ٰ َيٓأَيُّ َها ٱ َّلذِّينَ َءا َمن‬
۟ ‫وا ٱجْ تَ ِّنب‬
ُ‫ضا أَي ُِّحبُّ أَ َحدُ ُك ْم أَن يَأ ْ ُك َل لَحْ َم أَ ِّخي ِّه َم ْيتًا فَ َك ِّر ْهت ُ ُموه‬
ً ‫ض ُكم بَ ْع‬ ُ ‫وا َو ََل يَ ْغتَب بَّ ْع‬ ۟ ‫س‬ ُ ‫س‬َّ ‫تَ َج‬
َّ ‫ٱَّللَ إِّ َّن‬
‫ٱَّللَ ت ََّوابٌ َّر ِّحي ٌم‬ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫َوٱتَّق‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-


laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.
b. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul QS Al-Hujurat ayat 11 yaitu penyusun kitab sunan yang
empat meriwayatkan dari Abu Jabirah Ibnudh-Dhahhak yang berkata,
“Adakalanya seorang laki-laki memiliki dua atau tiga nama panggilan. Boleh
jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai
responsnya, turunlah ayat, “...dan janganlah saling memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk...” Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa riwayat ini
berkualitas hasan.
Imam Al-Hakim dan lainnya juga meriwayatkan, “Pada masa jahiliyyah
dahulu, orang-orang biasa digelari dengan nama-nama tertentu. Suatu ketika,
Rasulullah memanggil seorang laki-laki dengan gelarnya. Seseorang lalu
berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya gelar yang engkau
sebut itu adalah gelar yang tidak disenanginya.’ Allah menurunkan ayat, “...dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk...”
Dalam riwayat Imam Ahmad yang juga dari Abu Jabirah disebutkan, “Ayat
ini turun berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Pada saat Nabi saw sampai di

14
Madinah, setiap laki-laki dari kami pasti memiliki dua atau tiga nama
panggilan. Suatu ketika, Nabi Saw memanggil salah seorang dari mereka
dengan nama tertentu. Orang-orang lalu berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ia marah dengan panggilan tersebut.’ Tidak lama kemudian,
turunlah ayat ini.”
Asbabun Nuzul QS Al- Hujurat ayat 12 yaitu dalam buku "Asbabun Nuzul
Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuthi dijelaskan Asbabun
Nuzul ayat ini. Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jarir, dia berkata:
"Orang-orang yang menyangka bahwa ayat ini turun bersamaan dengan Salman
Al-Farisi yang makan kemudian tidur mendengkur. Salah seorang laki-laki
kemudian menuturkan makan dan tidurnya Salman. Maka turunlah ayat
tersebut."
Menurut tafsir Al-Muyassar Kementerian Agama Saudi Arabia disebutkan
bahwa ayat 12 ini menjelaskan tentang menjauhi banyak prasangka buruk
kepada orang-orang beriman, karena sesungguhnya sebagian dari dugaan
tersebut adalah dosa. Jangan mencari-cari aurat (aib) kaum Muslimin. Jangan
pula sebagian dari kalian berbicara tentang sebagian yang lain di belakangnya
dengan sesuatu yang dia benci. Takutlah kalian kepada Allah dalam perintah
dan laranganNya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat hamba-hamba-
Nya yang beriman dan Maha Penyayang terhadap mereka.
c. Tafsir ayat
Surat Al-Hujurat ayat 11 dalam tafsir Ibnu Katsir mengajarkan sikap saling
menghormati. Sikap itu ditujukkan dengan larangan bersikap sombong, karena
sikap itu adalah bentuk penolakan kebenaran dan merendahkan/meremehkan
manusia. Sikap itu juga dihukumi haram, karena bisa jadi orang yang
direndahkan justru lebih terhormat dan dicintai Allah.
Surat Al-Hujurat ayat 12 dalam tafsir Ibnu Katsir mengajarkan sikap
menjauhi prasangka buruk. Hal itu diperkuat dengan beberapa hadis yang
mengaitkannya dengan sikap iri dan benci yang dapat memutus tali silaturahim,
sehingga merusak hubungan dan makna persaudaraan karena hal itu akan
mendorong seseorang untuk membuka aib orang lain, membicarakan orang lain

15
yang tidak mengandung maslahat, dan mencaricari kesalahan orang lain. Semua
perbuatan itu dihukumi haram dan jalan untuk memperbaikinya hanyalah tobat.
Dalam Tafsir Al-Azhar, penekanan awal ayat 12 adalah larangan berprasangka
buruk karena hal itu bisa menjadi dasar yang memutuskan silaturahmi dan
mendorong seseorang untuk meneruskan prasangka buruk itu dengan mencari
kesalahan dan menggunjing orang lain di belakangnya.
d. Nilai pendidikan dalam surah
Nilai-nilai positif yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-12
bukan sekadar nilai pendidikan sosial, melainkan nilai pendidikan sosial
Qur’ani karena nilai-nilai itu bersumber dari Al-Qur’an dan selaras dengan
nilai-nilai universal dan nilai-nilai pendidikan karakter.
Adapun nilai pendidikan yang dapat diambil yaitu, saling menghormati dan
menghargai, larangan mencela diri sendiri dan orang lain, larangan
berprasangka buruk, larangan menggunjing orang lain. Beberapa nilai itu bukan
sesuatu yang bersifat paten, karena di dalamnya memuat banyak nilai moral dan
sosial dalam berperilaku.

4. QS. Al-Qalam : 4
a. Ayat dan Terjemahan
‫ع ِّظي ٍْم‬ ٍ ُ‫َواِّنَّكَ لَعَ ٰلى ُخل‬
َ ‫ق‬
Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
b. Asbabun Nuzul
Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Quran oleh Imam As-Suyuthi, sebab
turunnya surat Al Qalam ayat 4 diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Aisyah.
Dia mengatakan:
"Tidak ada seorang pun yang memiliki akhlak lebih baik daripada Rasulullah.
Tidak pernah seorangpun dari sahabat maupun keluarga Beliau ketika
mengundang Beliau, melainkan Beliau akan mengatakan, “Labbaik (Aku
penuhi undanganmu).”

16
Oleh karena itu, Allah menurunkan surat Al Qalam ayat 4 yang artinya:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti yang agung."
c. Tafsir ayat
Menurut Imam Al-Mawardi, ayat itu diartikan sebagai keharusan untuk
berbuat baik (berakhlak) terhadap semuanya, seperti dicontohkan
Rasulullah SAW. Entah itu sesama umat Islam, orang lain, bahkan binatang serta
tumbuhan sekalipun.
Tak sampai di sini. Untuk memperkuat kendali perilaku dan moral seorang
Muslim, Nabi menasihati agar menjauhi sikap saling dengki, munafik, amarah,
suka mencela, dan segala keburukan lainya, yang tentu berimbas pada diri sendiri
dan orang lain.
Dengan pelbagai keindahan budi pekertinya, Nabi SAW mendorong kita
berbuat baik, saling memaafkan, dan mencintai orang lain. Semua kebaikan itu
bermuara pada sebuah konsep hakiki nasihat Nabi yang paling utama,
yaitu akhlak mulia.
d. Nilai pendidikan yang terdapat dalam surah
Nilai pendidikan yang terdapat dalam QS. Al-Qalam : 4, yaitu :
1. Jujur
2. Kasih saying
3. Sabar
4. Dan dermawan

Sebagaimana sikap Rasulullah SAW yang dapat dijadikan sebagai keteladan


yang baik dalam kehidupan manusia.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan akhlak ialah proses mendidik moral (akhlak) secara dasar yang akan
menjadi kebiasaan anak sejak kanak-kanak hingga dewasa, perlu diyakini bahwa moral
atau akhlak adalah sebuah iman yang ada pada setiap individual dan perkembangan religius
yang benar sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil).
Akhlak terpuji merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang berupa ketaatan
pada aturan dan ajaran syari'at Islam yang diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal,
baik dalam bentuk amalan batin seperti dzikir dan do'a, maupun dalam bentuk amalan lahir
seperti ibadah dan berinteraksi dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan akhlak yang tercela, adalah merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang,
berupa kebiasaan melanggar ketentuan syari'at ajaran Islam yang diujudkan dalam tingkah
laku tercela. Baik dalam bentuk perbuatan batin seperti hasad, dengki, sombong, takabbur,
dan riya, maupun perbuatan lahir seperti berzina, menzalimi orang lain, korupsi dan
perbuatan- perbuatan buruk lainnya.

B. Saran
Dalam makalah inipenulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan baik
dari segi isi maupun penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembeca untuk kemajuan makalah ini kedepannya. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka untuk penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agara makalah ini lebioh baik
kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir Al-Damaski, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Juz 5. (Lebanon: Dar al-Kotob
alIlmiyah, 1998)
Mucharomah, M. (2017). Kisah sebagai Metode Pendidikan Akhlak dalam Perspektif
Al-Quran. Edukasia Islamika: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).
Tantowi, A., & Munadirin, A. (2022). Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Al-Quran
Surat Al-an’Am Ayat 151 Pada Era Globalisasi. al-Afkar, Journal For Islamic
Studies
Syafrianisida.2018.Pendidikan akhlak dalam al-quran .Jurnal pendidikan islam.Vol 7
No 2

Anda mungkin juga menyukai