TA FIKS Agung
TA FIKS Agung
TA FIKS Agung
PENGESAHAN AKADEMIK
Oleh:
AGUNG RAMADHAN
2201191002
Menyetujui
Mengetahui,
Frebhika Sri Puji Pangesti, ST.,M.Sc Ade Ariesmayana, ST., M.Pd., M.T
NIDN. 0423028403 NIDN. 0421038503
ii
PENGESAHAN SIDANG
Oleh:
AGUNG RAMADHAN
2201191002
………………………….
NIDN. …………………….
Penguji I
…………………………
NIDN. …………………….
Penguji II
…………………………
NIDN. …………………….
Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa seluruh isi Tugas Akhir dengan Judul
Penurunan Beban Pencemar Limbah Cair Rumah Sakit Menggunakan
Rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) adalah benar-benar hasil
karya sendiri dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya berupa pencabutan tugas akhir dan gelar sarjana, apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya.
Agung Ramadhan
iv
KATA PERSEMBAHAN
ALHAMDULILLAH…
Sabar adalah suatu ketentuan, daya positif yang mendorong jiwa untuk
menunaikan kewajiban, selain itu sabar adalah suatu kekuatan (Syekh Abdul
Qadir Jailani)
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
Dengan ilmu dan rahmat dari Allah SWT sehingga Tugas Akhir dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Laporan ini bertujuan untuk memperoleh gelar
sarjana (S.T) pada Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya.
Penelitian atau Tugas Akhir ini berjudul “Penurunan Beban Pencemar Limbah
Cair Rumah Sakit Menggunakan Moving Bed Biofilm Reacktor (MBBR)”,
dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa ada kendala apapun.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
rangka menyelesaikan laporan tugas akhir tahun 2023.
1. Bapak Prof. Dr. Drs. H. Mohammad Syadeli Hanafi, M.Pd selaku Rektor
Universitas Banten Jaya
2. Ibu Frebhika Sri Puji Pangesti, ST., M.Sc, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Banten Jaya sekaligus Pembimbing Dua Tugas Akhir
3. Ibu Ade Ariesmayana, S.T, M.Pd., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Lingkungan Universitas Banten Jaya serta Seluruh Civitas
Akademik UNBAJA
4. Ibu Dr. Anis Masyaruroh, S.T., M.T selaku Pembimbing Satu Tugas Akhir
5. Kedua Orang Tua tercinta serta keluarga yang selalu memanjatkan doa,
memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil.
6. Para Dosen, Staff dan Keluarga Besar Universita Banten Jaya
Penulis menyadari masih banyak kekurangan bahkan kesalahan dalam
menyusun laporan tugas akhir ini. Maka dari itu penulis memohon kepada semua
yang membaca laporan ini untuk memberi kritik dan saran yang bersifat
konstruktif.
Agung Ramadhan
DAFTAR ISI
PENGESAHAN AKADEMIK.......................................................................i
PENGESAHAN SIDANG..............................................................................ii
PERNYATAAN..............................................................................................iii
KATA PERSEMBAHAN...............................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
ABSTRACT.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN...............................................................xii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Batasan Masalah......................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................7
2.1 Rumah Sakit............................................................................................7
2.2 Limbah Cair.............................................................................................8
2.3 Limbah Cair Rumah Sakit.......................................................................9
2.4 Jenis Limbah Cair Rumah Sakit..............................................................9
2.5 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit.........................................................9
2.6 Komposisi Air Limbah............................................................................10
2.7 Karakteristik Limbah Cair.......................................................................10
2.7.1 Karakteristik Fisik...................................................................................12
2.7.2 Karakteristik Kimia.................................................................................13
2.7.3 Karakteristik Biologi...............................................................................14
2.8 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit....................................................14
2.9 Sistem Pengolahan Air Limbah...............................................................15
2.10 Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR)....................................................15
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SIMBOL/SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
mengolah air limbahnya sampai kadar maksimum yang ditetapkan, namun hal ini
menjadi kendala karena penggunaan teknologi yang cukup mahal. Sampai saat ini
rumah sakit tipe kecil atau klinik tidak dilakukan proses pengolahan sehingga
masih membuang limbah cairnya ke parit (Sukadewi et al., 2020). Untuk
mengatasi hal ini perlu menggunakan teknologi pengolahan limbah cair rumah
sakit yang murah, mudah operasinya serta biaya terjangkau, khususnya untuk
rumah sakit tipe C atau dibawahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat
kendala yang cukup besar yakni kurang tersedianya teknologi pengolahan yang
baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar
terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum
mampu membangun unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri.
Limbah cair rumah sakit dapat diolah dengan proses biologi dengan
menerapkan sistem aerobik dan anerobik. Sistem aerobik yang banyak diterapkan
yakni sistem lumpur aktif, sistem filtrasi membran dan bioreaktor lumpur aliran
atas. Meskipun sudah banyak diterapkan tentu saja sistem tersebut memiliki
kekurangan. Sistem lumpur aktif merupakan metode konvensional yang paling
banyak diterapkan untuk mengolah limbah cair industri, namun kekurangannya
harus ada proses pengembalian lumpur, sehingga akan menambah biaya
operasional dan biasanya hasil penyisihan bahan organik air limbah nya tidak
optimal disebakan kompleksitas penggunaan bahan kimia (Majid, 2019). Sistem
MBR (bioreactor membrane) pada prosesnya perlu dilakukan pembersihan secara
berkala sehingga menyebabkan pemborosan waktu, sedangkan sistem lainnya
kurang efisien dari aspek biaya dan waktu. Dengan demikian, Moving Bed Biofilm
Reactor (MBBR) menjadi pilihan sistem inovatif dan hemat biaya dengan
efisiensi penyisihan yang tinggi (Majid, 2019) . Moving Bed Biofilm Reactor
(MBBR) merupakan sistem pengolahan limbah cair secara biologis dimana
bakteri berkembang sebagai biofilm yang melekat pada media. Secara
konvensional, MBBR dirancang berdasarkan luas permukaan pembawa, operasi
reaktor dan karakteristik biofilm, seperti struktur dan komposisi kumpulan
mikroba (Mane et al., 2018) . Media yang diterapkan pada sistem ini yaitu media
kaldness K1 atau kaldness K3.
4
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Anisa et al., 2017) presentase
penuruan kadar nitrogen pada air limbah domestik sebanyak 80,9% sedangkan
kadar amoniak sebesar 99,72% pada limbah artifisial dengan konsentrasi COD
500 mg/L. Kinerja Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) menunjukan bahwa
removal COD dapat mencapai 97,73% dan removal TSS mencapai 63,04%.
reaktor dengan volume media K1 sebesar 60% dapat menurunkan kandungan
COD sampai di bawah baku mutu, sedangkan untuk TSS kurang optimal (Ulfah
Farahdiba et al., 2019). Pada proses pengolahan limbah cair tahu menggunakan
MBBR penurunan untuk BOD5 mencapai 85.48%, TSS sebesar 91.01% dan Total
N mencapai 83.2% (Laksana & Purnomo, 2021). Pada penelitian kali ini bertujuan
untuk mengetahui hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dan mengetahui efisiensi
penurunan beban pencemar limbah cair rumah sakit menggunakan Moving Bed
Biofilm Reactor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut (Fauziyah, 2012) limbah cair rumah sakit dibagi menjadi dua jenis
terdiri dari:
1. Limbah Klinis (Medis)
Limbah klinis adalah limbah cair yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan gigi, veterinary, farmasi atau sejenis, pengobatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
a. Feses dan air kemih manusia yang berasal dari kloset atau
peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.
b. Limbah cair yang berasal dari kegiatan laundry, kitchen sink, floor
drain dari ruagan-ruangan rumah sakit
10
Kelompok Contoh
Bidang Perawatan Rawat inap, rawat jalan, ruang operasi, ICU,
instalasi rehab medic dan instalasi rawat
khusus
Bidang penunjang Radiologi, instalasi CSSD dan binatu,
IPSRS, instalasi gizi, laboratorium, instalasi
sanitasi
Bagian umum Kantor dan cucian kendaraan
Sumber: (Fauziyah, 2012)
Air Limbah
Protein Logam
Karbohidrat Garam
3) Warna
Warna pada air dapat dibedakan menjadi true color dan apparent color.
True color disebabkan karena adanya partikel koloid yang ada pada air
buangan, sedangkan apparent color dikarenakan adanya partikel tersuspensi
yang ada pada air limbah.
4) Bau
Bau pada air limbah merupakan hasil dari penguraian bahan-bahan
organik oleh organisme yang ada di dalamnya. Adanya bau pada air
buangan menunjukkan bahwa air dalam kondisi tercemar atau mengandung
bahan polutan berbahaya.
5) Padatan
Padatan dalam air buangan terdiri atas padatan terlarut (Total Dissolved
Solid/TDS) dan padatan ter suspensi (Total Suspended Solid). TSS pada air
limbah dapat berupa fitoplankton, bakteri, fungi maupun partikel anorganik
lainnya. Tingginya kandungan TSS pada perairan dapat menyebabkan
kekeruhan. Air yang keruh dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari
untuk masuk ke dalam badan air sehingga proses fotosintesis dapat
terganggu.
1) DO
DO (Dissolved Oxygen) merupakan Oksigen terlarut sangat dibutuhkan
oleh mikroorganisme yang ada dalam air buangan agar dapat mengurai
bahan-bahan organik. DO sangat tergantung pada suhu air limbah. Pada air
buangan, biasanya nilai DO sangat rendah. Untuk mengantisipasi hal ini,
biasanya disediakan alat (aerator) untuk mensuplai oksigen ke dalam air
limbah (Suyasa, 2015).
14
2) BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan proses dekomposisi aerobik
terhadap bahan organik dari lautan, di bawah kondisi suhu tertentu
(umumya 20o C) dan waktu tertentu (umunya 5 hari). Hasil pengukuran
BOD dinyatakan dalam mg/l. Apabila hasil pengukuran menunjukkan angka
lebih dari 300 mg/l, BOD dikatakan kuat, sedangkan kurang dari 100 mg/l
disebut lemah. maximum BOD yang diperbolehkan 30 mg/l. Jika kebutuhan
biologi akan oksigen lebih besar dari 30 mg/l akan mengurangi
pertumbuhan mikroba tertentu yang berguna dalam proses dekomposisi zat
organik dalam limbah (Suyasa, 2015).
3) COD
COD (Chemical Oxygen Demand) menggambarkan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan kimiawi secara kimiawi,
baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi
secara biologi. Perairan yang memiliki kadar COD tinggi tidak ideal bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Kandungan COD pada perairan yang
tidak tecemar biasanya berkisar kurang dari 20 mg/liter. Sedangkan pada
perairan yang tercemar lebih dari 200 mg/liter dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/liter (Dewi & Buchori, 2016).
Media kaldness ini memiliki banyak jenisnya, namun yang sering dijumpai
dan digunakan untuk bahan penelitian dan pengolahan air limbah yaitu kaldness
K1 dan K3. Dengan harga yang murah media ini sangat efektif untuk menurunkan
pencemar limbah cair. Media kaldnes K1 dan K3 dapat dilihat pada gambar 2.2
Kaldness K1 Kaldness K3
Pada umumnya unit pengolahan air limbah terdiri dari pengolahan fisika,
kimia dan biologi. Tergantung pada kebutuhan dan karakteristik air limbah.
17
Dibawah ini akan dijelaskan unit-unit pengolahan air limbah yang mengacu pada
pedoman teknis Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter Anerob
Aerob (Kementrian Kesehatan RI, 2011):
1) Bak Screening
Screening merupakan salah satu unit pengolahan air limbah yang
ditempatkan di awal proses karena tujuannya untuk menyaring padatan,
misalnya plastik, daun, ranting dan benda padat lainnya. Tujuan
penyaringan benda tersebut ialah agar tidak terjadi penyumbatan pada
sistem perpipaan dan unit pengolahan lainnya. Screening terbuat dari besi
atau bahan lainnya yang dapat difungsikan sebagai penyaring. Ada dua jenis
screen diantaranya saringan halus (fine screen) dan saringan kasar (coarse
screen). Pada saringan kasar ada yang disebut bar screen yang terbuat dari
kerangka besi. Proses pemasangan bar screen ini biasanya dipasang miring
melintang. Kriteria desain bar screen dapat dilihat pada tabel 2.5
dan lemak memiliki masa jenis yang lebih kecil dari pada air sehingga
lemak/minyak akan berada di permukaan air pada unit ini dan lemak dari
air. Waktu tinggal optimal dalam bak ini umumnya 0,5-2 jam
(Tchobanoglous et al., 2014). Minyak atau lemak merupakan penyumbang
polutan organik yang cukup besar. Oleh karena itu untuk air limbah yang
mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya air limbah yang
berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar beban
pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Kandungan minyak atau lemak
yang cukup tinggi di dalam air limbah dapat 55 menghambat transfer
oksigen di dalam bak aerasi yang dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang
maksimal.
Untuk menghilangkan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan
menggunakan bak pemisah lemak sederhana secara gravitasi. Salah satu
contoh konstruksi bak pemisah lemak dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan
Gambar 3.7. Untuk merancang bak pemisak lemak sederhana, waktu tinggal
di dalam bak pemisak lemak umumnya berkisar antara 30 – 60 menit
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).
3) Bak Ekualisasi
Untuk proses pengolahan air limbah rumah sakit atau layanan
kesehatan, jumlah air limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat
berfluktuasi. Hal ini dapat menyebabkan proses pengolahan air limbah tidak
dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengatasi hal tersebut yang paling
mudah adalah dengan melengkapi unit bak ekualisasi.
Bak ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang
akan diolah serta untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar
homogen dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil.
Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi awal pada saat terjadi
beban yang besar secara tiba-tiba (shock load). Waktu tinggal di dalam bak
ekualisasi umumnya berkisar antara 6 – 10 jam (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Untuk menghitung volume bak ekualisasi yang diperlukan dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V = td x Q……………………………..………………. (2.1)
19
Keterangan:
V = Volume Bak (m3)
Td = Waktu Tinggal (Jam)
Q = Debit Air Limbah (m3/jam)
Ambang batas M 1
4) Bak Anaerob
Bak anaerob merupakan unit pengolahan secara biologis yang
memanfaatkan bakteri tanpa bantuan udara. Salah satu kelebihan pada
proses anaerob yaitu lumpur biologis yang dihasilkan lebih sedikit
dibandingkan bak aerob, namun kelemahannya terkadang menimbulkan bau
akibat produksi gas hydrogen sulfida atau asam-asam organic
(Tchobanoglous et al., 2014) . Oleh karena itu untuk pengolahan air limbah
rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan unit reaktor biofilter anaerob
dibuat tertutup dan dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas dan jika perlu
dilengkapi dengan filter penghilang bau (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Keterangan:
BOD = Beban BOD didalam air limbah (kg/hari)
20
5) Bak Aerob
Bak aerob merupakan unit pengolahan secara biologis dengan
tambahan oksigen melalui injeksi udara dari aerator. Aerob dioperasikan
dengan beban pengolahan lebih rendah, oleh karena itu proses aerob selalu
diletakkan setelah proses anaerob. Waktu tinggal yang dipersyaratkan pada
bak aerob adalah 6-8 jam (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Kriteria perencanaan perhitungan media didasarkan pada besar
beban BOD maka rumus volume media yang diperlukan sebagai berikut:
V media=
Beban BOD ( hari
kg
) ……………………………………
standar beban BOD
(2.5)
6) Bak Sedimentasi
21
Co−C
E= × 100 %...................................................................................(2.7)
Co
Keterangan:
Rumah Sakit
Menghasilkan Limbah
Baku Mutu
Lingkungan
TSS
Penurunan Beban Efisiensi tertinggi yang terjadi
Pencemar Pada pada media kaldness untuk
Limbah Domestik parameter BOD5 mencapai
Dengan 83,3%, kadar COD sebesar
Menggunakan 84,2% dan pada parameter TSS
Al Kholif, Moving Bed mencapai 90%. Sedangkan
3 2018
et al Biofilter Reaktor efisiensi tertinggi yang terjadi
(MBBR) pada media batu apaung untuk
parameter BOD5 mencapai
75,6%, pada parameter COD
mencapai 70,8% dan TSS
mencapai 87,5%.
Application of Parameter BOD dan COD
Lab-Scale MBBR ditentukan pada HRT 3, 5, 8,
to Treat Industrial dan 12 jam dengan rasio
Wastewater using pengisian 50%. Meskipun HRT
Majid A
K3 Carriers: 12 jam memiliki efisiensi
4 dan 2019
Effects of HRT, penyisihan COD sebesar 86%,
Mahna
High COD namun karena sedikit perbedaan
Influent, and 3% dan mempersingkat proses
Temperature perawatan, HRT 8 jam dipilih
sebagai HRT optimum
5 Aljumrian Pengolahan Lindi 2015 MBBR optimum dalam
ai Menggunakan mengoksidasi zat organik pada
Moving Bed konsentrasi COD lindi 3500
Biofilm Reactor mg/L dengan besar efisiensi
(MBBR) Pada removal sebesar 95,15% dan
Proses Aerobik- removal ammonia sebesar
Anoksik 76,81% sedangkan pada
konsentrasi COD lindi 5000
mg/L removal nitrat sebesar
25
69,28%.
Pengolahan Lindi MBBR optimum dalam
Dengan Proses mengoksidasi zat organik dan
Aerobik-Anoksik nitrogen pada konsentrasi COD
Menggunakan lindi 2000 mg/L dengan
Moving Bed efisiensi removal COD
Biofilm Reactor mencapai 78,78% pada durasi
6 Rafika, H 2017
Untuk proses aerobik-anosik 36-9 jam
Menurunkan dan removal total nitrogen,
Konsentrasi amonium, dan nitrat sebesar
Organik Dan 35,24%, 61,04%, dan 28,79%
Nitrogen pada durasi proses aerobik-
anoksik 22,5- 22,5 jam.
Performance Studi penelitian menyoroti
evolution of kinerja berbagai jenis reactor
different MBBR MBBR. Teknik MBBR cocok
7 Mane et al media in 2018 untuk menghilangkan BOD
wastewater secara efisien dan memberikan
treatment efisiensi lebih dibandingkan
metode konvensional lainnya
Removal of Sistem MBBR dengan media
Organics From PU-Foam terbukti dapat
Hospital menurunkan senyawa COD
Wastewater By sebesar 60,5-77%, senyawa
8 Eri Iva R., Moving Bed 2020 NH4+-N sebesar 88-90%,
Biofilm Reactor senyawa ibuprofen sebesar 91%
(MBBR) With dan thrimethoprim sebesar 57%
Polyurethane
Foam Media
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Grease/Oil
Trap Sedimentasi Filtrasi
Effluent
Peralatan Bahan-bahan
1) Aerator 3,5 liter/menit 1) 3 Sampel limbah cair
2) Pompa Submersible Filter mini rumah sakit sebanyak
3) Pipa PVC 20-25 liter
4) Accessories Pipa 2) Lumpur Aktif
5) pH meter 3) Media Kaldness tipe
6) Thermometer K3Nutrisi Bakteri
7) Spektrofotometer
8) Beaker Glass
9) Pipet Tetes
10) Drigen 5-10 liter
cair dan sebagian lagi melekat pada media Kaldness K3 sehingga akan
membentuk biofilm. Pada akhirnya pada reaktor MBBR tersebut akan terjadi dua
proses yaitu pengolahan biologis tersuspensi dan pengolahan biologis melekat.
Proses pengolahan akan dilakukan setelah dilakukan proses seeding dan
aklimatisasi. Proses ini bertujuan untuk mengembangbiakan bakteri. Proses ini
dilakukan pemberian nutrisi sebanyak 1 sendok selama 2 hari. Setelah proses
seeding dilakukan proses aklimatisasi selama satu hari untuk proses adaptasi
bakteri terhadap limbah cair. Jika kedua proses ini dilakukan, selanjutnya dapat
dilakukan proses pengolahan sesuai perencanaan instalasi pengolahan air limbah
sederhana yang telah dibuat.
Pada bak ketiga adalah bak anoksik. Bak ini digunakan untuk proses
perubahan nitrat menjadi nitrit atau bisa disebut proses denitrifikasi sehingga akan
menghasilkan gas nitrogen yang langsung keluar. Kapasitas bak anoxic yaitu
sebesar 5 liter/hari dengan retention time selama 5 jam. Pada bak sedimentasi
ditambah sambungan (increaser) dengan volume bak sebesar 4,6 liter/hari dan
waktu tinggal 4,5 jam. Lumpur yang sudah diendapkan selanjutnya dipompa
kedalam bak anoxic. Diagram alir perencanaan instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) sederhana sebagai berikut:
32
Tingkat kekeruhan
Analisis TSS Spektrofotometri
sampel
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Wawancara, Standar
observasi Data Data Baku Mutu
langsung Primer Sekunder Limbah
dan Cair Rumah
dokumentasi Sakit
Perancangan Alat
Selesai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada dasarnya alat yang dibuat dalam proses penelitian ini memiliki lima
unit bak (reaktor) yang memiliki fungsi yang berbeda dan dapat mempengaruhi
penurunan kualitas limbah cair rumah sakit, antara lain bak pemisah
minyak/lemak, bak ekualisasi, bak anoksik, bak aerasi dan bak sedimentasi. Pada
prinsipnya bak pemisah minyak berfungsi untuk menghilangkan minyak/lemak,
sehingga jika tidak ada unit bak ini akan berpengaruh terhadap perkembangan
bakteri. Jika tidak terdapat bak ini hasil pengolahan limbah cair tidak akan
optimal. Minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit
diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang
menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan
dibebaskan dari asam lemak dan akan terbentuk garam basa. Berdasarkan hasil
35
peritungan volume bak pemisah lemak sebesar 0,002 m 3 dan waktu tinggal yang
direncanakan yaitu selama 2 jam.
Pada bak ekualisasi selain berfungsi untuk mengatur debit air limbah, bak
ini juga terjadi reaksi homogenitas antara kualitas dan kuantitas air limbah.
Sedangkan menurut (Anisa, 2017) bak ekualisasi berfungsi untuk menstabilkan
aliran air limbah yang selanjutnya akan diproses secara fisik – kimia dan
dilanjutkan dengan proses biologis. Berdasarkan perancangan alat sederhana,
didapatkan volume bak ekualisasi sebesar 0,007 dan waktu tinggalnya selama 7
jam. Bak ketiga yang direncanakan pada alat penelitian kali ini yaitu bak anoksik.
Bak ini memiliki volume 0,005 m 3 dengan waktu tinggal selama 4,8 jam.
Selanjutnya direncanakan pula bak aerasi yang memiliki peranan penting dalam
proses pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR ini. Volume bak
aerasi direncanakan sebesar 0,007 dengan waktu tinggal didalam bak yaitu 7 jam.
Bak terakhir yang direncanakan adalah bak sedimentasi yang berfungsi untuk
mengendapkan lumpur didalam limbah cair setelah proses aerasi selama 7 jam.
Adapun volume bak sedimentasi pada perancangan alat ini sebesar 0,004 m 3 dan
waktu tinggal nya selama 4,5 jam. Dengan demikian total volume seluruh bak
pada perancangan alat ini yaitu sebesar 0,025 m 3 dengan total waktu tinggal
selama 25 jam.
4.4.1 Konsentrasi pH
Selama penelitian dilakukan pengamatan konsentrasi pH influent dan pH
effluent. Berdasarkan hasil pengukuran pH yang sebelum masuk dan sesudah
masuk ke reaktor memiliki nilai pH netral (6-8). Hasil pengukuran pH limbah cair
37
rumah Kelas A, B dan C sebelum dan sesudah pengolahan dapat dilihat pada
gambar 4.1.
8.5
6.5
4.5
2.5
0.5
RS A RS B RS C Rata-rata
Nilai pH
130
110
90
70
50
Nilai TSS (Mg/liter)
30
10
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 74 111 127 104
ent
Efflu- 54 80 45 59.6666666
ent 666667
Efisien 0.27027027 0.27927927 0.64566929 0.42628205
si 027027 9279279 1338583 1282051
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat nilai konsentrasi TSS dari tiga sampel
limbah cair rumah sakit berada diatas nilai kadar maksimum menurut Permen
LHK No. P68 Tahun 2016 yaitu 30 mg/liter. Pada sampel RS A terlihat
konsentrasi TSS sebesar 74 mg/liter, sedangkan sampel limbah cair RS B lebih
besar hingga mencapai 111 mg/liter dan pada sampel limbah cair RS C pun sama
halnya bahkan dua kali lebih besar dengan kadar sebesar 127 mg/liter. Penyebab
39
tingginya TSS karena banyaknya kotoran dari berbagai aktivitas Rumah Sakit
misalnya laundry, toilet dan bekas cucian piring (Ningsih, 2011).
170
130
90
50
Nilai COD (Mg/liter)
10
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 104.06 73.78 166.45 114.763333
ent 333333
disebabkan oleh adanya bahan – bahan kimia yang terdapat di dalam detergen
41
130
90
65
45
Nilai Amoniak (Mg/liter)
25
5
RS A RS B RS C Rata-rata
Influ- 48 64 58 56.666666
ent 6666667
Efflu- 33 46 48 42.333333
ent 3333333
RS A RS B RS C
No Parameter Satuan
Inf Eff Inf Eff Inf Eff
1 pH - 6,8 6,4 7,7 7 7,9 6,9
45
Sebelum dilakukan uji paired sample t-test, data kualitas influent dan effluent
limbah cair harus berdistibusi normal. Untuk mengetahui data tersebut
berdistribusi normal dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk. Uji Normalitas
Shapiro-Wilk adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui sebaran data acak
suatu sampel kecil. Dalam dua seminar paper yang dilakukan Shapiro, Wilk tahun
1958 dan Shapiro, Wilk, Chen 1968 digunakan simulasi data yang tidak lebih dari
50 sampel. Sehingga disarankan untuk menggunakan uji Shapiro wilk untuk
sampel data kurang dari 50 sampel (N<50). Dalam pengujian, suatu data
dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi >0,05 (sig. >0,05)
(Suardi, 2019). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini:
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kategori Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Influent ,321 3 . ,881 3 ,328
Pengolahan
Effluent ,328 3 . ,871 3 ,298
Berdasarkan tabel diatas nilai signifikansi pada Uji Normalitas Shapiro Wilk
secara keseluruhan nilai signifikansi nya >0,05, dapat disimpulkan data tersebut
berdistribusi normal. Jika data telah berdistribusi normal, maka uji paired sample
t-test dapat dilakukan. Tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui perbedaan
bermakna pada nilai influent dan effluent limbah cair Rumah Sakit Menggunakan
MBBR melalui pendekatan statistik. Berikut terdapat dua hal dasar dalam
pengambilan keputusan.
1. Jika nilai Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan MBBR pada
data influent dan effluent.
2. Jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pengolahan limbah cair rumah sakit menggunakan
MBBR pada data influent dan effluent.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang penurunan beban pencemar limbah cair rumah
sakit menggunakan rancangan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dapat
diambil kesimpulan:
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis ingin memberikan saran
pada penulisan ini atau pada obyek penelitian yang mungkin dapat bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan, antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Wicheisa, F. V., Hanani, Y., & Astorina, N. (2018). Penurunan Kadar Chemical
Oxygen Demand (COD) Pada Limbah Laundry Orens Tembalang Dengan
Berbagai Variasi Dosis Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal Kesehatan
Masyarakat , 6(6), 2356–3346.
Wikaningrum, T., & Hakiki, R. (2020). Reduksi Energi Pengolahan Air Limbah di
Kawasan Industri Dengan Implementasi Teknologi Food Chain Reactor (Studi
Kasus : Kawasan Industri Jababeka Bekasi). Jurnal Serambi Engineering, 5(3),
1146–1154. https://doi.org/10.32672/jse.v5i3.2078