0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan7 halaman
00 PDF
Dokumen tersebut merupakan cerita fiksi tentang konflik dan hubungan intim antara dua personil boyband. Konflik dimulai karena perilaku salah satu personil di atas panggung yang kemudian memicu balas dendam dan perdebatan panas di studio rekaman setelah semua anggota telah pulang. Hubungan intim yang berlanjut menjadi cara untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan7 halaman
00 PDF
Dokumen tersebut merupakan cerita fiksi tentang konflik dan hubungan intim antara dua personil boyband. Konflik dimulai karena perilaku salah satu personil di atas panggung yang kemudian memicu balas dendam dan perdebatan panas di studio rekaman setelah semua anggota telah pulang. Hubungan intim yang berlanjut menjadi cara untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 7
BA(ND)CKSTREET PROBLEM.
"Fuck it! Heeseung brengsek!"
Jay berteriak dan ngelempar gitarnya ke sofa, natap tajam ke drummer Enhypen yang duduk nyantai di kursinya itu. "Gak usah ngatain deh, Jay, lo duluan yang mulai!" Heeseung balas dengan seringai, "lo yang udah dikasih tau buat gausah bertingkah di panggung tapi masih aja sampai pamer perut yaudah, gue telanjang dada aja sekalian," ujarnya dengan enteng. Jay jadi emosi jiwa, "tapi itu gak adil, Nyet!" katanya. "Harusnya lo—" "Lo yang salah, kalau lo mau nurut, gak akan ada acara balas dendam, gak akan ada agenda cemburuan kayak gini, Bocah!" Heeseung bangkit dan mendekat pada Jay. "Tapi itu reflek doang, Heeseung!" "Ya gue juga gerah di atas panggung, reflek lepas baju, apa masalahnya, adil 'kan?" Sebel banget Jay dibuatnya, "terserah dah, Bangsat! lo gak akan pernah mau ngalah!" katanya. "Ya karena lo tau siapa yang berkuasa." Heeseung menghentikan langkah Jay yang hendak minggat. "Lo— Lo bajingan!" bentak Jay berbalik dan nunjuk Heeseung dengan tajam. "Lepasin gue!" marah Jay saat Heeseung raih pinggangnya. "Mana ada orang yang berkuasa melepas kekuasaannya gitu aja sih, Jay?" Pertanyaan Heeseung buat Jay makin emosi, "lepasin!" bentak keras. "Kita belum selesai!" "Kita selesai!' Heeseung mendorong Jay sampai oleng dan jatuh menimpa tumpukan kabel di sudut studio, semua orang udah pulang, sisa mereka berdua aja ini, yang pacaran diem-diem karena aturan agensi mereka gak boleh pacaran setidaknya selama empat tahun sejak debut, dan Enhypen baru tiga tahun sementara Heeseung–Jay udah pacaran satu tahun. "Gak ada yang selesai sebelum lo minta maaf dan ngakuin kesalahan 'lo, Jay." "GAK!" Jay itu keras kepala, bilangnya aja Heeseung yang keras dan suka nuntut padahal emang Jay-nya aja yang baperan dan bukan tipe anak penurut, rebel. "Stop! mau apa lo anjing?! ini di Studio!" Heeseung maju sambil ngelepas gespernya. "Buat kasih paham ke kucing nakal gua gimana cara minta maaf yang bener." "NGGAK! Heeseung, GAUSAH—" "Bahkan sekalipun ini sakit, lo gak akan bisa nolak gua, Jay, lubang lo akan selalu terima gua." Jay sudah sempat bangkit tapi Heeseung nendang perutnya, Jay jatuh dan terbentur sudut dinding dan Heeseung menelanjangi kakinya dengan cepat. Kekuatan Heeseung bukan main sampai Jay akhirnya pasrah begitu ujung gesper Heeseung nampar-nampar lubangnya. "Diem 'kan lo? disentuh dikit udah sange, gimana lo mau jauh dari gua, Jay?" "Mhh... nghhh..." Jay balas dengan desah, sebab jari Heeseung mulai masuk dan obrak-abrik lubangnya. "Heeseung–ngahhh... eunghh... ahhh..." "Desah aja terus, sampai lo kehilangan kewarasan buat tetep keras kepala dan gak mau minta maaf." "Oughhh... ghh... ahh... haah..." "Gimana, Jay? teriak lagi dong, siapa yang tadi mau pergi, hm?" "Anyhhh... Heeseung... Heeseung... uugghh..." Jemari panjang Heeseung numbuk cepat lubang Jay sampai pinggulnya naik turun ngelawan gerakan yang lebih tua berharap cepat sampai klimaks, tangan Jay udah ngocok kontolnya yang kenceng, sesekali kerasa banget prostatnya di sundul jari Heeseung. "Ouhhh... hyahh... enakh, hmhhh..." "Dasar lonte, akhirnya keenakan juga!" "Afhhh ahhh haa... ahhh... Heeseung!" Jay menggeram kesal karena Heeseung keluarin jarinya, dan ngeganti dengan gesekin kontolnya dengan kontol Jay, bikin dia kembali mendesah dan saking enaknya sampai benturin kepala ke dinding studio. "ouhh, fuck!" umpat Heeseung. "Heeseunghh... cum! gue cum, Hee–AAAAHHH!" Mulut Jay menganga, waktu dia cum muncratin pejunya nyiram badan dia dan Heeseung sementara cowoknya belum orgasme langsung nyocol lubang Jay. Jleb! "AKHHHH! HEESEUNG! NGHHH!" "Fuck! fuck you, Jayhh, ahh..." Keduanya sama-sama suarakan sensasinya, Jay yang kesakitan akibat kontol Heeseung nerobos lubangnya, Heeseung yang rasakan jepitan lubang anal Jay ngeremas kontolnya. "Ouhh... Heeseunghh... ha-aaahhh... hahh..." plak! plak! "Hgh... haahh... ahha... ahha... ahh!" "Fuck, ngentotin lo di studio ternyata seru juga, mhh..." plak! plak! plak! "Heeseunghh... ahh... pelan-pelan hghh... sa-kithh..." "Lo gak akan ngerasain enak kalau dipelanin, Jay." "Adahhh... ahhh... tapihh... Hee.., Ahhh!" "Oh my God! Shh... Heeseunghh!" "Enak, 'kan? Jay, ngentot disini rasanya beda, mhh... lebih ngangkang lagi." Heeseung mencengkram paha dalam Jay dan nekan kakinya, ngebuka lubangnya makin lebar dan Heeseung ngehentak-hentak kemudian, bikin tubuh Jay yang rebahan di atas tumpukan kabel jadi kesentak- sentak. "Ahh... hahh... ahhh... Heeseunghh.. please, pleasehhh... ahh!" "Ohhh.... Fuck! Ahh... shhh... Heeseunghh...." Kocokan tangan Jay di kontolnya sendiri bersambut sama tumbukan Heeseung bikin Jay ngerasa kontol Heeseung bisa nyentuh dalam sampai Jay kelewat pusing buat ngeluarin suara yang lebih tertata. "Nghhh... Heeseung..." "Dikit lagi, Jay." "Hmhh... ahhh... Hee..." "Cum, cum! Heeseunghh... cum!" Slurrr.... Sulur peju kedua muluncur dari kontol Jay, yang bisa ngerasain bagian dalam bawahnya hangat dan penuh karena kontol Heeseung masih betah di dalam sana. "Hee..." sulit Jay mau panggil. "Maaf..." katanya. "Hahh... Harusnya gue nurut..." Tapi Heeseung berubah pikiran, "harusnya emang lo rebel aja terus biar gue selalu punya alasan buat ngentotin lo di studio yang ternyata seenak ini, Jay." Cabul banget, si brengsek. "Ngentot terus otak lo!" "Kalau 'lo nakal, emang cuma ngentot solusinya." Jay ngehela napas, coba buat nendang Heeseung menjauh tapi cowok rahasianya itu malah bergerak lagi. "HEESEUNG!!" "Belum puas, Jay, belum kenyang 'kan sama peju gua?" Jay yang dikasih super dirty talk gitu gak jadi ngamuk, lemah sih memang. "Jangan kepenuhan, nanti pas... ahhh! aduh! aghh... guehhh..." "Shh... sempit banget, anjing!" "Jangan kepenuhan! nanti kalau gue jalan peju lo meleber kemana- mana, tolol!" "HEESEUNGHH... AAAKHHH!" Hentakan Heeseung bikin Jay reflek teriak karena prostatnya di tumbuk dan sengatannya bikin seluruh tubuh Jay bergetar. "Hgh... ahh... haa-ahh... Heeseung..." "Fuck, Jay, lo cantik banget, brengsek!" Ya kalau bukan karena si tolol ini cantik, mana mungkin Heeseung protektif, perkara Jay pamer ABS di panggung aja rasanya mau bakar Kampus, gimana kalau sampai Jay ngentot sama cowok lain, bisa auto jadi kriminal si Heeseung. "Guehh... nghh... cantik cuma, buat, 'lo, Heeseung..." "Tapi itu gak cukup, Jay, lo itu milik gua, jadi apapun kata penguasa 'lo, turutin." "AHHH!!" "Paham?!" Plak! "Anghh!" "Jay." "Hyahh... yahhh... paham, paham, anghh!" Suara tabrakan kulit bikin Heeseung makin semangat genjot Jay sampai banjir, gak peduli CCTV dan aroma peju yang menuhin ruangan, persetan dengan segala risiko, Heeseung cuma mau menikmati persetubuhannya dengan Jay sebaik mungkin sampai ronde tujuh dimana Heeseung puas dan Jay serasa nyaris tewas. Diusap-usapnya lubang basah Jay yang ngalirin peju udah macam air terjun, sambil mijat kontolnya sendiri dan mandangin wajah Jay yang merah padam berhias air mata, keringat dan peju miliknya. Cantik. "Yang secantik 'lo tapi cuma punya Heeseung itu gak ada sepuluh, wajar gue posesif, kurang ajar kalau 'lo terus ngeremehin gue, Sayang." Jay dengar, cuma dia udah terlalu lelah buat nyaut. Entah akan jadi gimana nantinya, Jay milih tidur aja dan bodo amat sama esok. Yang penting masalah dengan Heeseung selesai dengan khidmat, bijaksana, jujur dan adil; Heeseung nyenengin Jay lewat bahasa cintanya dan Jay muasin Heeseung dengan ketundukannya.